Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan dunia usaha yang dirasakan dewasa ini menjadikan adanya persaingan antar perusahaan disegala bidang industri, khususnya untuk industri sejenis. Semakin ketatnya persaingan tersebut secara tidak langsung memaksa perusahaan untuk dapat mengelola sumber daya yang dimilikinya dengan baik dan tepat guna. Selain dituntut untuk mengelola sumber daya tersebut, dibutuhkan pula keputusan yang efektif dan efisien sehingga kegiatan perusahaan dapat berjalan dengan baik dan mencapai hasil yang maksimal. Perusahaan memiliki beberapa aspek yang perlu dikelola, diantaranya aspek modal, aspek hukum dan bisnis, aspek sosial, dan aspek pasar. Aspek modal ialah salah satu aspek yang perlu dicermati dalam pengelolaannya, karena modal merupakan hal yang penting dalam kelancaran kegiatan perusahaan. Modal yang dimiliki perusahaan harus sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan usaha perusahaan. Pengelolaan modal yang baik dengan pengalokasian dana yang tepat akan mendatangkan 1
100

SKRIPSI YANG BARU

Jul 01, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: SKRIPSI YANG BARU

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pesatnya perkembangan dunia usaha yang dirasakan dewasa ini menjadikan

adanya persaingan antar perusahaan disegala bidang industri, khususnya untuk

industri sejenis. Semakin ketatnya persaingan tersebut secara tidak langsung

memaksa perusahaan untuk dapat mengelola sumber daya yang dimilikinya dengan

baik dan tepat guna. Selain dituntut untuk mengelola sumber daya tersebut,

dibutuhkan pula keputusan yang efektif dan efisien sehingga kegiatan perusahaan

dapat berjalan dengan baik dan mencapai hasil yang maksimal.

Perusahaan memiliki beberapa aspek yang perlu dikelola, diantaranya aspek

modal, aspek hukum dan bisnis, aspek sosial, dan aspek pasar. Aspek modal ialah

salah satu aspek yang perlu dicermati dalam pengelolaannya, karena modal

merupakan hal yang penting dalam kelancaran kegiatan perusahaan. Modal yang

dimiliki perusahaan harus sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan usaha

perusahaan. Pengelolaan modal yang baik dengan pengalokasian dana yang tepat

akan mendatangkan keuntungan yang besar serta dapat memacu perkembangan usaha

yang pesat pula.

Apabila suatu perusahaan tidak mampu mengelola modal yang dimilikinya

dengan baik, maka perusahaan itu akan mengalami kelebihan dana atau inefisiensi

dalam penggunaan sumberdaya atau disebut dana menganggur (idle money). Adanya

dana yang menganggur ini dapat dikatakan sebagai kerugian bagi perusahaan, karena

dana tersebut tidak dipergunakan untuk menghasilkan return bagi perusahaan. Namun

apabila suatu perusahaan tidak memiliki modal yang cukup maka perusahaan tersebut

akan mengalami penurunan kegiatan operasi. Selain dari itu perusahaan yang tidak

memiliki modal yang cukup juga akan mengalami masalah dalam hal likuiditas

1

Page 2: SKRIPSI YANG BARU

Likuiditas merupakan kemampuan seseorang atau perusahaan untuk

memenuhi kewajiban atau utang yang segera harus dibayar dengan harta lancarnya.

Menurut Bambang Riyanto (2001;25), likuiditas terkait dengan masalah kemampuan

perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi.

Ukuran likuiditas yang menggambarkan tingkat likuiditas perusahaan ditunjukkan

dengan rasio likuiditas. Perusahaan yang memiliki likuiditas sehat paling tidak

memiliki current ratio sebesar 100%. Rasio Likuiditas digunakan untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam menjamin kewajiban-kewajiban lancarnya. Rasio ini

antara lain Cash Ratio, Quick Ratio, Current ratio. Perusahaan tidak memiliki standar

minimum yang ditetapkan untuk rasio likuiditas, karena masing-masing perusahaan

memiliki standar yang berbeda-beda.

Kim et al. (1998 ; 349) mengemukakan empat faktor yang dapat menentukan

tingkat likuiditas, yaitu cost of external financing, yang biasa dihadapi oleh

perusahaan kecil, yang kedua ialah cash flow uncertainty, dimana perusahaan yang

memiliki tingkat ketidakpastian arus kas yang tinggi akan cenderung untuk

menginvestasikan dananya kedalam bentuk aktiva likuid dalam jumlah yang besar.

Faktor yang ketiga ialah current and future investment opportunities atau besarnya

kesempatan perusahaan dalam melakukan investasi saat ini dan dimasa mendatang.

Faktor yang keempat ialah transactions demand for liquidity, yang berkaitan dengan

dana yang diperlukan perusahaan untuk melakukan transaksi.

Tingkat likuiditas yang terlalu tinggi maupun terlalu rendah akan sangat

mengganggu kegiatan operasional perusahaan sehingga menghambat tingkat

pertumbuhannya. Oleh sebab itu pengelolaan modal secara tepat akan dapat

membantu menyeimbangkan rasio likuiditas perusahaan serta mampu memperlancar

kegiatan operasional perusahaan tersebut.

Jenis usaha yang menarik untuk diteliti ialah industri rokok karena Indonesia

menduduki peringkat ketiga dalam hal pengkonsumsian tembakau di dunia. Hal

tersebut didukung oleh tingginya pengkonsumsi rokok di Indonesia.. Rokok

2

Page 3: SKRIPSI YANG BARU

meskipun merupakan suatu hal yang berbahaya, namun pemerintah tidak melakukan

pencekalan terhadap perusahaan rokok. Hal tersebut karena selain meraup cukai yang

cukup besar, juga memberi peluang kerja bagi banyak tenaga kerja, baik di pabrik

industri rokok maupun pertanian tembakau. Hal ini semakin menunjukkan potensi

usaha yang bagus untuk industri rokok. Selain itu juga didapatkan dari sebuah survey

yang dilakukan bahwa pertumbuhan konsumsi rokok di Indonesia ternyata paling

cepat di dunia.

Berdasarkan hal-hal yang telah dipaparkan, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul :

“Analisa HubunganPerputaran Modal Kerja Terhadap Tingkat Likuiditas

Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2008 (Study

Survey Pada Industry Rokok)”

1.2 Masalah Penelitian

1.2.1 Identifikasi Masalah

Penilaian merupakan salah satu hal yang perlu kita lakukan sebelum

mengambil suatu keputusan. Bagi perusahaan, penilaian dapat dilakukan dengan

berbagai cara dan metode. Salah satu metode yang dapat digunakan ialah metode

analisis rasio. Menurut Sugiono (2009;64), analisis rasio ialah :

“Suatu angka yang menunjukkan hubungan antara unsur-unsur dalam

laporan keuangan. Hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis

yang sederhana”

Bagi seorang kreditur yang akan menginvestasikan uangnya pada suatu

perusahaan, lebih menekankan pada penilaian kemampuan perusahaan untuk

membayar hutangnya. Jika di lihat dari kurun waktu yang bersifat jangka pendek,

maka aktiva lancar yang dimiliki perusahaan merupakan penentu dalam pelunasan

hutang jangka pendek perusahaan tersebut. Hal ini erat kaitannya dengan rasio

3

Page 4: SKRIPSI YANG BARU

likuiditas yang mana bertujuan untuk menguji kecukupan dana atau solvabilitas

perusahaan. Apabila working capital dikelola secara tepat guna, maka perusahaan

tersebut akan memiliki tingat likuiditas yang baik pula.

Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis

hubungan net working capital turnover terhadap tingkat likuiditas perusahaan pada

industri rokok. Data yang akan diujikan dalam penelitian ini ialah data perusahaan

yang bergerak dibidang industri rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

periode 2004-2008. Industri rokok dipilih dalam penelitian ini dengan pertimbangan

bahwa industri rokok di Indonesia meningkat cukup pesat dengan pertumbuhan

tercepat didunia.

1.2.2 Pembatasan Masalah

Mengingat pentingnya peranan working capital bagi suatu perusahaan, maka

penelitian ini lebih memfokuskan pada hubungan yang akan ditimbulkan oleh net

working capital turnover terhadap tingkat likuiditas perusahaan. Dengan keterbatasan

waktu dan kemampuan yang dimiliki penulis maka penelitian ini dibatasi hanya

untuk meneliti :

1. Perusahaan yang bergerak pada industri rokok

2. Perusahaan yang go public atau terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3. Periode penelitian yang akan digunakan untuk 5 tahun mulai 2004-2008

setiap semester.

1.2.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka

penulis dapat merumuskan latar belakang masalah yang akan dijadikan bahan

pembahasan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut :

1. Apakah ada hubungan net working capital turnover terhadap current ratio?

2. Apakah ada hubungan net working capital turnover terhadap quick ratio?

4

Page 5: SKRIPSI YANG BARU

3. Apakah ada hubungan net working capital turnover terhadap cash ratio?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis berkeinginan untuk

memperoleh data dan informasi dari hasil penelitian yang dilakukan guna mencapai

tujuan dilakukannya penelitian ini, antara lain :

1. Untuk mengetahui hubungan net working capital turnover terhadap current

ratio

2. Untuk mengetahui hubungan net working capital turnover terhadap quick

ratio

3. Untuk mengetahui hubungan net working capital turnover terhadap cash ratio

1.4 Kontribusi Atau Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis dalam menambah

wawasan dan ilmu pengetahuan ekonomi akuntasi khususnya mengenai

pengaruh net working capital turnover terhadap tingkat likuiditas.

2. Bagi Perusahaan

Adanya penelitian ini diharapkan mampu membantu perusahaan dalam

menilai posisi working capital dan melihat perubahannya. Selain itu juga

diharapkan agar membantu perusahaan dalam memberikan gambaran

mengenai masalah likuiditas.

3. Bagi Pihak Lainnya

Hasil penelitian ini diharapkan mampu dijadikan bahan referensi untuk

penelitian selanjutnya khususnya mengenai net working capital turnover dan

tingkat likuiditas.

5

Page 6: SKRIPSI YANG BARU

1.5 Sistematika Pembahasan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang masalah, masalah penelitian,

tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

BAB II : LANDASAN PEMIKIRAN TEORITIS

Pada bab ini dijelaskan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian,

memaparkan penelitian yang telah dilakukan, kerangka pemikiran yang

dibentuk, penelitian terdahulu, serta hipotesis yang akan diajukan sebagai

dasar utama penelitian.

BAB III : METODE PENELITIAN

Dalam bab ini akan djelaskan mengenai objek yang akan diteliti,

bagaimana metode yang digunakan dalam pengumpulan data, serta metode

yang akan digunakan dalam menganalisis data yang akan diteliti.

BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas mengenai analisis yang dilakukan berdasarkan

data-data yang telah dikumpulkan dan pembahasan hasil penelitian, serta

pengujian dan analisis hipotesis.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil

penelitian yang didapat. Selain itu juga berisi saran-saran yang mungkin

dibutuhkan dalam penelitian selanjutnya.

6

Page 7: SKRIPSI YANG BARU

BAB II

LANDASAN PEMIKIRAN TEORiTIS

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Working Capital

Working capital merupakan perwujudan dari aktiva lancar dan utang lancar

dari suatu perusahaan. Working capital sangat erat kaitannya dengan aktivitas

perusahaan yang umumnya dikelola oleh seorang manajer keuangan.

Meskipun terdengar sangat sederhana namun memiliki peranan yang sangat

penting bagi perusahaan. Pengelolaan working capital harus dilakukan dengan

teliti dan disediakan dalam jumlah yang cukup agar dapat menutupi kerugian

dan mengatasi keadaan krisis tanpa membahayakan keadaan keuangan

perusahaan dan tidak berpeluang pada keadaan yang buruk, misalnya

penurunan tingkat likuiditas yang apabila semakin berlarut akan berujung

pada kebangkrutan.

Sebelum kita melakukan pengelolaan working capital dengan cermat,

sebaiknya dicermati terlebih dahulu pengertian dan pemahaman mengenai working

capital itu sendiri.

2.1.1.1 Pengertian Working Capital

Pengertian working capital menurut Sugiono (2009;11) ialah sebagai berikut :

“Modal Kerja merupakan manajemen aktiva lancar dan kewajiban lancar

yang memiliki beberapa arti penting bagi perusahaan, yakni :

1. Menunjukkan besarnya investasi yang dilakukan perusahaan dalam aktiva

lancar dan klaim atas perusahaan oleh adanya utang dagang dan utang

lancar.

7

Page 8: SKRIPSI YANG BARU

2. Investasi dalam aktiva yang bersifat likuid, piutang, dan persediaan bersifat

sangat sensitif terhadap tingkat produktivitas dan penjualan.

Pengertian working capital menurut Handono Mardiyanto (2009;98) ialah :

“Modal kerja dibedakan menjadi dua macam, yakni Modal

Kerja Kotor (Gross Working Capital dan Modal Kerja Bersih (Net

Working Capital). Dimana Gross Working Capital merupakan aktiva

lancar dan Net Working Capital merupakan selisih antara aktiva

lancar dengan hutang lancar.

Pengertian modal kerja menurut Sofyan Syafri Harahap (2001:228) ialah :

Modal kerja adalah aktiva lancar dikurangi dengan utang lancar.

Modal kerja juga dapat dianggap sebagai dana yang tersedia untuk

diinvestasikan dalam aktiva tidak lancar atau untuk membayar utang

tidak lancar”.

Pengertian working capital menurut Dwi Prastowo dan Rifka Julianty

(2002:107) ialah :

Modal kerja dipengertiankan sebagai selisih antara toal altiva lancar

dan utang lancar, maka jumlah modal kerja akan naik atau turun

hanya karena transaksi-transaksi yang mempengaruhi baik rekening

lancar maupun rekening tidak lancar sekaligus.

Pengertian working capital menurut Amin Widjaja Tunggal (1995:90) ialah

:

Modal kerja adalah selisih lebih antara aktiva lancar dan utang

lancar atau modal kerja adalah aktiva lancar.

Pengertian working capital menurut Munawir (2002:114)

dinyatakan dalam tiga konsep yakni :

8

Page 9: SKRIPSI YANG BARU

1. Konsep Kuantitatif

Konsep ini menitikberatkan pada kuantum yang diperlukan untuk

mencukupi kebutuhan perusahaan dan membiayai operasinya

yang bersifat rutin atau menunjukkan jumlah dana (fund) yang

tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek. Dalam konsep ini

menganggap bahwa modal kerja adalah jumlah aktiva lancar

(gross working capital).

2. Konsep Kualitatif

Konsep ini menitikberatkan pada kualitas modal kerja, dalam

konsep ini modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap

hutang jangka pendek (net working capital), yaitu jumlah aktiva

lancar yang berasal dari pinjaman jangka panjang maupun dari

para pemilik perusahaan.

3. Konsep Fungsional

Konsep ini menitikberatkan pada fungsi dari dana yang dimiliki

dalam rangka menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok

perusahaan. Pada dasarnya dana-dana yang dimiliki oleh suatu

perusahaan seluruhnya akan digunakan untuk menghasilkan laba

sesuai dengan usaha pokok perusahaan, tetapi tidak semua dana

digunakan untuk menghasilkan laba periode ini (current income),

ada sebagian dana yang digunakan untuk memperoleh atau

menghasilkan dana dimasa yang akan datang. Misalnya

bangunan, mesin-mesin, pabrik, alat-alat kantor, dan aktiva tetap

lainnya.

2.1.1.2 Fungsi dan Manfaat Working Capital

9

Page 10: SKRIPSI YANG BARU

Suatu perusahaan sangat membutuhkan kecukupan working capital agar

perusahaannya dapat beroprerasi secara lebih dinamis. Working capital memiliki

beberapa fungsi dan manfaat apabila dapat tercukupi ketersediaannya.

Fungsi working capital menurut Amin Widjaja Tunggal (1995:91) adalah :

1. Modal kerja itu menapung kemungkinan akibat buruk yang ditimbulkan

karena penurunan nilai aktiva lancar seperti penurunan nilai piutang yang

diragukan dan tidak dapat ditagih atau penurunan nilai persediaan .

2. Modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk membayar

semua utang lancarnya tepat pada waktunya dan untuk memanfaatkan

potongan tunai, dengan menggunakan potongan tunai maka jumlah yang

dibayarkan untuk pembelian barang menjadi berkurang.

3. Modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk memelihara

“credit standing” perusahaan yaitu penilaian pihak ketiga, misalnya bank

dan para kreditor akan kelayakan perusahaan untuk memelihara kredit.

Selain itu, memungkinkan perusahaan untuk menghadapi situasi darurat

seperti pemogokan dan banjir.

4. Memungkinkan perusahaan untuk memberikan syarat kredit pada para

pembeli. Terkadang perusahaan harus memberikan kepada para

pembelinya syarat kredit yang lebih lunak dalam usaha membantu para

pembeli yang baik untuk membiayai operasinya.

5. Memungkinkan perusahaan uintuk menyesuaikan persediaan pada suatu

jumlah yang mencukupi untuk melayani kebutuhan para pembeli dengan

lancar.

6. Memungkinkan pimpinan perusahaan untuk menyelenggarakan

perusahaan dengan lebih efisien dengan jalan menghindarkan kelambatan

dalam memperoleh bahan, jasa, dan alat-alat yang disebabkan karena

kesulitan kredit.

7. Modal kerja yang mencukupi, memungkinkan pula perusahaan untuk

menghadapi masa resesi dan depresi dengan baik.

10

Page 11: SKRIPSI YANG BARU

Ketersediaan working capital sangat dibutuhkan oleh perusahaan apalagi

working capital yang bersifat likuid agar dapat dipergunakan dengan segera untuk

menjalankan kegiatan operasionalnya. Working capital yang tersedia layaknya harus

mampu menopang kegiatan perusahaan sehari-hari agar memperoleh keuntungan

bagi perusahaan. Working capital selain memberikan keuntungan berupa laba yang

diterima setiap periode, juga memiliki beberapa keuntungan lainnya, yakni :

1. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari

aktiva lancar.

2. Memungkinkan perusahaan untuk dapat membayar semua kewajiban-

kewajiban tepat pada waktunya.

3. Menjamin dimilikinya credit standing perusahaan semakin besar dan

memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya atau

kesulitan keuangan yang mungkin terjadi.

4. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk

melayani para konsumennya.

5. Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih

menguntunkan kepada para pelanggannya.

6. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien

karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa yang

dibutuhkan.

2.1.1.3 Jenis-jenis Working Capital

Menurut Bambang Riyanto (2001;61) yang dikutip dari W.B. Taylor, jenis

working capital digolongkan kedalam :

1. Modal kerja permanen yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada

perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya, atau dengan kata lain modal

kerja yang secara terus-menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal

kerja permanen ini dapat dibedakan kedalam :

11

Page 12: SKRIPSI YANG BARU

a. Modal kerja primer yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus

ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya.

b. Modal kerja normal yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk

menyelenggarakan luas produksi yang normal. Pengertian “normal”

disini ialah dalam artian yang dinamis.

2. Modal kerja variabel yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai

dengan perubahan keadaan, dan modal kerja ini dibedakan antara lain :

a. Modal kerja musiman yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-

ubah disebabkan karena fluktuasi musim.

b. Modal kerja silis yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah

disebabkan karena fluktuasi konjungtur.

c. Modal kerja darurat yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah

karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya

(misalnya adanya pemogokan buruh, banjir, perubahan keadaan

ekonomi yang mendadak)

2.1.1.4 Sumber dan Penggunaan Working Capital

Sumber-sumber working capital menurut Munawir (2002;120) adalah sebagai

berikut :

1. Hasil operasi perusahaan yaitu jumlah laba bersih yang nampak dalam

laporan laba-rugi ditambah dengan depresiasi dan amortisasi, jumlah ini

menunjukkan jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan.

Dengan adanya keuntungan atau laba dari perusahaan, dan apabila laba

tersebut tidak diambil oleh pemilik perusahaan, maka laba tersebut akan

menambah modal perusahaan yang bersangkutan.

2. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga. Dengan adanya penjualan

surat berharga ini menyebabkan terjadinya perubahan dalam unsur modal

kerja yaiu bentuk surat berharga berubah menjadi uang kas. Keuntungan yang

12

Page 13: SKRIPSI YANG BARU

diperoleh dari penjualan surat berharga ini merupakan suatu sumber untuk

bertambahnya modal kerja.

3. Penjualan aktiva tidak lancar. Modal kerja dapat bertambah dari hasil

penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar

lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dari aktiva ini

menjadi kas atau piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja

sebesar hasil penjualan tersebut.

4. Penjualan saham atau obligasi. Untuk menambah dana atau modal kerja yang

dibutuhkan perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham baru atau

meminta kepada para pemilik perusahaan untuk menambah modalnya,

disamping itu perusahaan dapat pula mengeluarkan obligasi atau bentuk

hutang jangka panjang lainnya guna memenuhi kebutuhan modal kerjanya.

Menurut Bambang Riyanto (2001;353) sumber-sumber working capital ialah

sebagai berikut :

1. Berkurangnya aktiva tetap

2. Bertambahnya utang jangka panjang

3. Bertambahnya modal

4. Adanya keuntungan dari operasinya perusahaan

Amin Widjaja Tunggal (1995;104) mengemukakan sumber-sumber working

capital yang normal ialah sebagai berikut :

1. Operasi rutin perusahaan

2. Laba yang diperoleh dari penjualan surat-surat berharga dan penanaman

sementara lainnya

3. Penjualan aktiva tetap, penanaman jangka panjang/aktiva tidak lancar dan

lain-lain

4. Pengembalian pajak dan keuntungan luar biasa lain

5. Penerimaan yang diperoleh dari penjualan obligasi dan saham dan penyetoran

dana oleh para pemilik perusahaan

13

Page 14: SKRIPSI YANG BARU

6. Pinjaman jangka pendek dan jangka panjang dari bank, dan pihak lain

7. Pinjaman yang dijamin dengan hipotek : atas aktiva tetap atau aktiva lancar

8. Penjualan piutang dengan cara penjualan biasa atau dengan cara “factoring”

(penjualan dengan cara penjualan faktur, pemberian kredit, diserahkan pada

lembaga keuangan)

9. Kredit perdagangan

Berdasarkan uraian mengenai sumber-sumber working capital, Munawir

(2002;123) menyimpulkan bahwa working capital akan bertambah apabila :

1. Adanya kenaikan sektor modal baik yang berasal dari laba maupun adanya

pengeluaran modal saham atau tambahan investasi dari pemilik perusahaan.

2. Ada pengurangan atau penurunan aktiva tetap yang diimbangi dengan

bertambahnya aktiva lancar karena adanya penjualan aktiva tetap maupun

melalui proses depresiasi.

3. Ada penambahan utang jangka panjang baik dalam bentuk obligasi, hipotek

atau hutang jangka panjang lainnya yang diimbangi dengan bertambahnya

aktiva lancar.

Bambang Riyanto (2001;353) mengemukakan penggunaan working capital

ialah sebagai berikut :

1. Bertambahnya aktiva tetap

2. Berkurangnya utang jangka panjang

3. Berkurangnya modal

4. Pembayaran cash dividend

5. Adanya kerugian dalam operasi perusahaan

Penggunaan-penggunaan aktiva lancar yang dapat mengakibatkan penurunan

working capital perusahaan menurut Munawir (2002;125) adalah sebagai berikut :

14

Page 15: SKRIPSI YANG BARU

1. Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan, meliputi

pembayaran upah, gaji, pembelian bahan atau barang dagangan, supplies

kantor dan pembayaran biaya-biaya lainnya.

2. Kerugian-kerugian yang diderita oleh perusahaan karena adanya penjualan

surat berharga atau effek, maupun kegiatan yang insidentil lainnya.

3. Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuan-tujuan

tertentu dalam jangka panjang.

4. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka panjang

atau aktiva tidak lancar lainnya yang mengakibatkan berkurangnya aktiva

lancar atau timbulnya utang lancar yang berakibat berkurangnya modal kerja.

5. Pembayaran utang jangka panjang yang meliputi utang hipotik, utang obligasi

maupun bentuk utang jangka panjang lainnya.

6. Pengambilan uang atau barang dagangan dalam perseroan oleh pemilik

perusahaan untuk kepentingan pribadinya (prive) atau adanya pengambilan

bagian keuntungan oleh pemilik dalam perusahaan perseorangan dan

persekutuan atau adanya pembayaran dividen dalam perseroan terbatas.

Penggunaan working capital yang terpenting ialah sebagai berikut :

1. Pengunaan working capital yang menyebabkan pengurangan aktiva lancar;

a. Pembayaran biaya rutin dan utang termasuk utang berupa deviden.

b. Pengambilan laba dalam perusahaan perorangan dan persekutuan oleh

pemilik perusahaan.

c. Kerugian operasi atau kerugian luar biasa yang memerlukan

penggunaan.

d. Pembayaran kembali utang jangka panjang atau bagian dari modal

saham.

e. Pembentukan dana untuk tujuan seperti : untuk pembayaran dana

pensiun karyawan, untuk pelunasan pinjaman obligasi, untuk

mengganti aktiva tidak lancar yang pada waktunya harus diganti.

2. Transaksi yang menyebabkan perubahan dalam bentuk aktiva lancar ;

15

Page 16: SKRIPSI YANG BARU

a. Pembelian surat-surat berharga dengan uang.

b. Pembelian barang dagangan dengan uang.

c. Penukaran piutang yang satu kedalam bentuk yang lain.

Munawir (2002;129) juga mengemukakan bahwa penggunaan aktiva lancar

tidak hanya dapat mengurangi working capital. Ada suatu keadaan dimana

penggunaan aktiva lancar yang sama sekali tidak mempengaruhi jumlah dari aktiva

lancar maupun working capital, tetapi hanya merubah bentuknya saja sehingga tidak

ada yang berkurang, misalya :

1. Pembelian efek (marketable securities) secara tunai.

2. Pembelian barang dagangan atau bahan-bahan lainnya secara tunai.

3. Perubahan suatu bentuk piutang ke bentuk piutang lain, misalnya dari piutang

dagang (account receivable) menjadi piutang wesel (notes receivable).

2.1.1.5 Kebutuhan Working Capital

Menurut Amin Widjaja Tunggal (1995;102) mengemukakan working capital

menjadi dua bagian, yaitu :

1. Suatu kebutuhan dasar yang merupakan jumlah yang relatif permanen; jumlah

ini sama dengan jumlah minimum aktiva lancar yang diperlukan untuk

menyelenggarakan perusahaan selama tahun yang bersakutan

2. Suatu kebutuhan nominal, yaitu jumlah aktiva lancar (kas, piutang,

persediaan) yang variabel jumlahnya berubah menurun jumlah aktivitas

musim dan kebutuhan perusahaan yang bersifat darurat dan luar biasa.

2.1.1.6 Faktor Yang Mempengaruhi Working Capital

Working Capital merupakan salah satu pencerminan atas kegiatan

perusahaan, karena modal menunjukkan besarnya investasi yang dilakukan

oleh perusahaan serta klaim atas utang dagang maupun utang lancar.

16

Page 17: SKRIPSI YANG BARU

Penentuan besar kecilnya working capital bagi suatu perusahaan bukanlah hal

yang dapat dianggap mudah, perlu adanya perhatian yang lebih cermat untuk

menentukannya. Oleh karena itu perlu dicermati faktor-faktor apa yang dapat

mempengaruhi besar kecilnya working capital.

Menurut Munawir (2002;117) working capital dapat dipengaruhi oleh :

1. Sifat atau tipe perusahaan

2. Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang

akan dijual serta harga persatuan dari barang tersebut

3. Syarat pembelian bahan atau barang dagangan

4. Syarat penjualan

5. Tingkat perputaran persediaan

6. Musiman

7. Volume penjualan

8. Tingkat perputaran piutang

9. Jumlah rata-rata pengeluaran uang setiap harinya.

Menurut Sugiono (2009;13) faktor-faktor yang menentukan besar kecilnya

working capital ialah :

1. Sifat dan jenis perusahaan. Pada umumnya modal kerja untuk suatu

perusahaan jasa relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan perusahaan

dagang atau manufaktur.

2. Proses produksi. Jika proses produksi untuk suatu industri cukup rumit dan

memakan waktu yang lama, tentu saja proses produksi itu akan memerlukan

modal kerja yang cukup besar pula.

3. Sistem penjualan. Jika suatu perusahaan yang sebagian penjualannya

dilakukan dengan system kredit, tentu saja modal kerja akan banyak terserap

terutama untuk membiayai piutang dagangnya.

4. Sistem persediaan. Sistem persediaan ini sangat mempengaruhi modal kerja

yang tertanam dalam perusahaan. Hal itu dapat dilihat dari jenis barangnya

17

Page 18: SKRIPSI YANG BARU

apakah mudah rusak atau tahan lama. selain itu, bagi perusahaan yang

membutuhkan bahan baku, perlu dipertimbangkan apakah harganya sangat

fluktuatif terhadap pasar komoditi serta apakah bahan baku tersebut dapat

diperoleh secara lokal atau impor.

5. Sikap dari pengambil keputusan (Manajemen Perusahaan). Sikap ini sangat

penting untuk menentukan tingkat modal kerja yang dibutuhkan oleh

perusahaan.

2.1.1.7 Working Capital Turnover

Working capital yang dimiliki perusahaan selalu dalam keadaan berputar

selama perusahaan tersebut masih beroperasi. Periode working capital

turnover dimulai dari kas yang diinvestasikan dalam komponen-komponen

working capital sampai saat kembali lagi menjadi kas. Semakin panjang

periode working capital turnover berarti akan semakin rendah tingkat working

capital turnover tersebut. Panjang atau pendeknya periode working capital

turnover tergantung dari masing-masing komponen working capital itu sendiri

dan jenis investasi yang dilakukan.

Working capital turnover menunjukkan adanya hubungan antara working

capital dengan penjualan dan juga menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat

diperoleh perusahaan (dalam rupiah) untuk tiap rupiah working capital. Working

capital turnover yang dapat disebabkan oleh rendahnya perputaran persediaan,

piutang atau adanya saldo kas yang terlalu besar.

2.1.1.8 Strategi Working Capital

Setiap perusahaan memiliki kebijakan dalam pembelajaan working capital.

Kebijakan pembelanjaan tersebut diluangkan dalam suatu strategi yang akan

dijalankan perusahaan. Pola/sifat dari pembelanjaan working capital menurut

Sugiono (2009:13) :

18

Page 19: SKRIPSI YANG BARU

1. Pembelanjaan Moderat

Suatu cara pembelanjaan yang menyelaraskan waktu dan lamanya

asset yang ada dalam perusahaan dengan dana yang digunakan untuk

membelanjai asset tersebut. Jadi, peningkatan dalam modal kerja permanen

akan membelanjai juga oleh modal yang permanen, baik dalam bentuk modal

sendiri (equity financing), pinjaman jangka panjang, maupun sumber-sumber

dana lain yang bersifat permanen.

2. Pembelanjaan Agresif

Bahwa asset permanen (aktiva tetap) perusahaan didanai oleh modal

permanen dan sebagian dari modal kerja permanen dibelanjai dengan

menggunakan pinjaman jangka pendek. Jenis pembelanjaan seperti ini adalah

pembelanjaan yang beresiko tinggi karena cenderung untuk “gali lubang tutup

lubang”.

3. Pembelanjaan Konservatif

Pembelanjaan yang memperhatikan pola modal kerja permanen yang

membelanjai sebagian dari kebutuhan modal kerja variable. Sifat

pembelanjaan ini bertolak belakang dengan pembelanjaan agresif dan

cenderung memiliki sifat hati-hati.

2.1.2 Likuiditas

2.1.2.1 Pengertian Likuiditas

Likuiditas merupakan salah satu aspek keuangan yang penting untuk

dianalisis. Hal tersebut dikarenakan likuiditas merupakan salah satu alat yang dapat

digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu perusahaan yang dilihat dari seberapa

besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancarnya.

Pengertian likuiditas menurut Mardiyanto (2009;54) ialah :

19

Page 20: SKRIPSI YANG BARU

“Likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban

(utang) jangka pendek tepat pada waktunya, termasuk melunasi bagian utang

jangka panjang yang jatuh tempo pada tahun bersangkutan”.

Menurut Bambang Riyanto (2001;25) pengertian likuiditas dinyatakan

sebagai berikut :

“Likuiditas adalah berhubungan dengan masalah kemampuan suatu

perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus

dipenuhi”.

Definisi dari likuiditas yang dinyatakan oleh Munawir (2002;31) ialah

sebagai berikut :

“Likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi

kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan

untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih”.

Suatu perusahaan dapat dikatakan likuid apabila perusahaan tersebut

mampu melunasi kewajiban finansial jangka pendek maupun kewajiban jangka

panjangnya yang jatuh tempo pada tahun bersangkutan. Begitu pula sebaliknya,

jika suatu perusahaan tidak mampu melunasi kewajiban finansialnya tersebut

digolongkan kedalam perusahaan yang ilikuid.

Berdasarkan beberapa pendapat mengenai likuiditas maka penulis

menyimpulkan bahwa likuiditas merupakan suatu kemampuan perusahaan untuk

melunasi kewajiban finansial jangka pendek maupun jangka panjang yang jatuh

tempo pada tahun bersangkutan yang harus segera dipenuhi.

2.1.2.2 Faktor-faktor Yang Menentukan Likuiditas

Kim et al. (1998: 349) mengelompokkan faktor-faktor yang diperkirakan

dapat mempengaruhi likuiditas perusahaan. Faktor-faktor tersebut dikelompokkan

sebagai berikut:

20

Page 21: SKRIPSI YANG BARU

1. Cost of External Financing

Faktor cost of external financing ini berkaitan dengan biaya yang dikeluarkan

perusahaan jika perusahaan menggunakan pendanaan dari luar perusahaan. Kim

et al. (1998: 349) menggunakan proxy ukuran perusahaan (firm size) dan

kesempatan bertumbuh (growth opportunities) untuk mengukur faktor cost of

external financing tersebut.

Barclay dan Smith (1996, dalam Kim et al., 1998) mengemukakan argumen

bahwa, cost of external financing yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan

besar relatif lebih rendah dibanding perusahaan-perusahaan kecil, hal ini

disebabkan perusahaan besar lebih mampu mencapai economic of scale terutama

jika dikaitkan dengan biaya tetap pada saat melakukan emisi saham.

Berdasarkan literatur tentang asymmetric information, pada perusahaan yang

menghadapi kondisi asymmetric information yang rumit antara insider dan

outsider investors, maka perusahaan tersebut cenderung menghadapi cost of

external financing yang besar. Myers dan Majluf (1984, dalam Kim et al., 1998:

347), pada perusahaan-perusahaan yang nilainya sebagian besar ditentukan oleh

growth opportunities akan menghadapi asymmetric information yang besar.

2. Cash Flow Uncertainty

Cash flow uncertainty atau ketidapastian arus kas dapat menentukan

keputusan manajer dalam menentukan tingkat likuditas perusahaan. Perusahaan-

perusahaan dengan tingkat ketidakpastian arus kas yang tinggi akan cenderung

melakukan investasi dalam aktiva likuid dengan jumlah yang besar.

3. Current and future investment opportunities

Current and future investment opportunities adalah kesempatan investasi

yang dihadapi perusahaan, baik saat ini maupun saat mendatang. Current and

future investment opportunities ini dapat mempengaruhi manajemen dalam

memutuskan kebijakan likuiditasnya. Berkaitan dengan current and future

investment opportunities ini manajemen akan mempertimbangkan, apakah lebih

baik melakukan investasi dalam bentuk aktiva tetap atau melakukan investasi

dalam aktiva likuid.

21

Page 22: SKRIPSI YANG BARU

4. Transactions Demand for Liquidity

Transactions Demand for Liquidity ini berkaitan dengan dana atau kas yang

diperlukan perusahaan untuk tujuan transaksi. Faktor transactions demand for

liquidity ini juga merupakan faktor yang dipertimbangkan manajemen dalam

menentukan likuiditas perusahaan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi likuiditas :

1. Besarnya investasi pada harga tetap dibandingkan dengan seluruh dana jangka

panjang.

Pemakaian dana untuk pembelian harta tetap adalah salah satu sebab

utama dari keadaan tidak likuid. Apabila makin banyak dana perusahaan yang

dipergunakan untuk harta tetap, maka sisanya untuk membiayai keuntungan

jangka pendek tinggal sedikit, oleh karena itu rasio likuiditas menurun.

Kemerosotan tersebut hanya dapat dicegah dengan menambah dana jangka

panjang untuk menutup kebutuhan harta tetap yang meningkat.

2. Volume kegiatan perusahaan.

Peningkatan volume kegiatan perusahaan akan menambah kebutuhan

dana untuk membiayai harta lancar. Sebagian dari kebutuhan tersebut

dipenuhi dengan meningkatkan hutang-hutang. Tetapi jika hal-hal lain tetap,

investasi jangka panjang untuk membiayai tambahan kebutuhan modal kerja

sangat diperlukan agar rasio dapat dipertahankan.

3. Pengendalian harta lancar

Apabila pengendalian kurang baik terhadap besarnya investasi dalam

persediaan dan piutang menyebabkan adanya investasi yang melebihi

daripada yang seharusnya, maka rasio akan turun dengan tajam, kecuali

apabila disediakan lebih banyak dana jangka panjang. Kesimpulannya ialah

bahwa perbaikan dalam pengendalian investasi semacam itu akan dapat

memperbaiki rasio likuiditas.

22

Page 23: SKRIPSI YANG BARU

Posisi likuiditas dapat diperbaiki dengan cara sebagai berikut :

1. Menambah lebih banyak dana jangka panjang, baik dari pemegang saham

ataupun dengan pinjaman

2. Mengembalikan posisi investasi dengan menjual beberapa harta tetap

3. Mengatur harta lancar secara efisien

2.1.2.3 Cara Meningkatkan Likuiditas

Menurut Bambang Riyanto (2001;28) apabila kita mengukur tingkat

likuiditas dengan menggunakan “current ratio” sebagai alat ukurnya, maka tingkat

likuiditas atau current ratio suatu perusahaan dapat ditingkatkan dengan jalan sebagai

berikut :

1. Dengan utang lancar (current liabilities) tertentu, diusahakan untuk

menambah aktiva lancar (current asset).

2. Dengan aktiva lancar tertentu, diusahakan untuk mengurangi jumlah utang

lancar.

3. Dengan mengurangi jumlah utang lancar bersama-sama dengan mengurangi

aktiva lancar. Hal ini dapat berlaku jika current ratio itu lebih dari satu.

2.1.2.4 Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio likuiditas terdiri

dari beberapa rasio yakni, current ratio, quick ratio, cash ratio, dan cash flow liquidity

ratio.

Sofyan Syafri Harahap (2001;301) mengemukakan bahwa :

“Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk

menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat

23

Page 24: SKRIPSI YANG BARU

dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos

aktiva lancar dan utang lancar”.

Bambang Riyanto (2001;331) mengemukakan bahwa :

“Rasio likuiditas adalah rasio yang dimaksudkan untuk mengukur

likuiditas perusahaan”.

Berdasarkan uraian mengenai rasio likuiditas, maka penulis

menyimpulkan bahwa rasio likuiditas merupakan penggambaran dari kemampuan

perusahaan dalam menyelesaikan kewajiban jangka pendek dan panjang yang

jatuh tempo pada tahun bersangkutan dengan tujuan untuk mengukur tingkat

likuiditas suatu perusahaan.

2.1.2.4.1 Current Ratio

Current Ratio merupakan rasio yang digunakan dengan tujuan untuk

mengetahui seberapa jauh aktiva lancar perusahaan digunakan untuk melunasi utang

(kewajiban) lancar yang akan jatuh tempo atau yang akan segera dibayar. Current

ratio ini juga dapat digunakan untuk mengukur solvensitas jangka pendek. Menurut

Sugiono (2009;68) current ratio dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Current Ratio =Total Aktiva Lancar

Total Kewajiban Lancar

Jika suatu perusahaan memiliki current ratio sebesar 1,47x maka setiap

Rp.1,00 kewajiban lancar perusahaan dijamin pembayarannya oleh Rp.1,47 aktiva

lancar. Rasio ini menunjukkan tingkat keamanan (margin safety) kreditor jangka

pendek, atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang tersebut.

Semakin tinggi rasio ini belum tentu menjamin hutang yang dimiliki perusahaan akan

dapat terbayar pada saat jatuh tempo karena pembagian proporsi atau distribusi dari

24

Page 25: SKRIPSI YANG BARU

aktiva lancar yang tidak menguntungkan. Contohnya, jumlah persediaan yang relatif

tinggi dibandingkan taksiran tingkat penjualan yang akan datang sehingga tingkat

perputaran persediaan tersebut atau adanya saldo piutang yang besar yang mungkin

sulit untuk ditagih. Terlalu tingginya current ratio menunjukkan kelebihan uang kas

atau aktiva lancar lainnya dibandingkan dengan yang dibutuhkan sekarang atau

tingkat likuiditas yang rendah dari pada aktiva lancar dan sebaliknya.

2.1.2.4.2 Quick Ratio

Quick ratio ini merupakan perbandingan antara aktiva lancar dikurangi

persediaan dengan hutang lancar. Menurut Handono Mardiyanto (2009;69) quick

ratio dapat diukur dengan rumus :

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-

kewajiban yang segera harus dibayar dengan aktiva lancar yang lebih likuid (quick

asset). Rasio ini lebih tajam dibandingkan dengan current ratio, karena dalam rasio

ini hanya membandingkan aktiva yang mudah dicairkan dengan hutang lancar.

Apabila current ratio tinggi namun memiliki quick ratio yang rendah berarti terdapat

investasi yang sangat besar dalam persediaan. Rasio ini dikenal dengan rasio 1

banding 1, yakni perusahaan diharapkan untuk mempunyai cukup aktiva lancar diluar

persediaan, untuk membayar semua hutang perusahaan dalam hutang lancar.

2.1.2.4.3 Cash Ratio

Menurut Handono Mardiyanto (2009;56) cash ratio dapat dihitung dengan

rumus sebagai berikut :

25

Quick Ratio =Total Aktiva Lancar - Persediaan

Utang Lancar

Page 26: SKRIPSI YANG BARU

Cash Ratio =Kas + Surat Berharga Jangka Pendek

x 100%Utang Lancar

Cash ratio digunakan untuk mengukur likuiditas dari aktiva lancar yang pasti

dapat dicairkan menjadi kas. Apabila persediaan diperkirakan lama terjual dan

piutang lama tertagih, kita sebaiknya menggunakan cash ratio sebagai pengukur

likuiditas. Cash ratio ini memberikan jaminan yang jauh lebih baik kepada kreditur,

oleh karena itu rasio ini hanya yang berasal dari aktiva lancar yang pasti dapat

dicairkan. Meskipun rasio ini mampu memberikan jaminan yang lebih baik kepada

kreditur namun rasio ini tidak memiliki suatu ketentuan yang harus dipertahankan

oleh perusahaan. Hal tersebut dikarenakan cash ratio juga tergantung dari jenis usaha

yang dijalankan oleh masing-masing perusahaan.

2.2 Kerangka Pemikiran

26

Current Ratio

Quick Ratio

Cash Ratio

Net Working Capital Turnover Ratio

Page 27: SKRIPSI YANG BARU

Pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa variabel untuk dilakukan

pengujian yang digolongkan kedalam :

1. Variabel Independen

Variabel independen merupakan suatu variabel bebas yang mempengaruhi

variabel lainnya yang tidak bebas. Berkaitan dengan penelitian ini, variabel

independennya ialah perputaran modal kerja.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen merupakan variabel yang tidak bebas atau dipengaruhi

oleh variabel lain. Dalam penelitian ini, variabel dependennya ialah tingkat

likuiditas perusahaan.

Variabel Terukur Indikator Skala Sumber Data Instrumen

Variabel Independen

Working Capital

Turnover

Penjualan Rasio Sekunder Laporan Keuangan

Working Capital Rasio Sekunder Laporan Keuangan

Variabel Dependen

Tingkat LikuiditasAktiva Lancar Rasio Sekunder Laporan Keuangan

Hutang Lancar Rasio Sekunder Laporan Keuangan

2.3 Penelitian Terdahulu

1 Papaioannou et al. (1992)

Penelitian yang dilakukan oleh Papaioannou et al. (1992) bertujuan untuk

mengetahui faktor-faktor penentu likuiditas perusahaan. Variabel-variabel

yang digunakan sebagai prediktor dari likuiditas adalah:

1. persentase saham yang dimiliki oleh karyawan dan manajer

2. perusahaan

3. penjualan

4. siklus kas

27

Page 28: SKRIPSI YANG BARU

5. volatilitas laba operasi

6. pertumbuhan perusahaan (diproxy dengan pertumbuhan penjualan)

7. debt ratio,

8. biaya riset dan pengembangan

9. biaya periklanan, dan rasio Tobin q (perbandingan antara market value of

firm denganreplacement cost and inventories).

Dalam penelitian ini likuiditas diproxy dengan proporsi aktiva

perusahaan yang diinvestasikan dalam bentuk kas dan marketable securities).

Penelitian dilakukan terhadap 225 perusahaan manufaktur di AS yang

termasuk dalam Fortune 500 tahun 1980. Metode analisis data yang

digunakan adalah regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan:

a. Siklus kas berpengaruh negatif signifikan, hal ini menunjukkan

jika siklus kas perusahaan semakin besar maka likuiditas

perusahaan cenderung menurun.

b. Debt ratio berpengaruh negatif dan signifikan, hal ini

menunjukkan semakin besar rasio utang perusahaan maka

likuiditas perusahaan cenderung kecil.

c. Biaya riset dan pengembangan berpengaruh positif dan signifikan,

hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi biaya riset dan

pengembangan yang dikeluarkan perusahaan, maka likuiditas

perusahaan juga semakin besar.

d. Biaya periklanan berpengaruh positif dan signifikan, hal ini

menunjukkan bahwa semakin besar biaya periklanan yang dikeluarkan

perusahaan, maka perusahaan cenderung menggunakan likuiditas yang

tinggi, dan

e. Rasio Tobin q berpengaruh positif dan signifikan, hal ini menunjukkan

bahwa semakn tinggi rasio Tobin q maka likuiditas perusahaan juga

semakin tinggi.

28

Page 29: SKRIPSI YANG BARU

2 Akhmad Fanny Farhan (2005)

Penelitian ini dilakukan oleh Akhmad Fanny Farhan (2005) dengan

judul “Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Tingkat Likuiditas

Perusahaan”. Dalam penelitian yang dilakukannya, data yang digunakan ialah

perusahaan telekomunikasi yang telah go public atau telah terdaftar pada

Bursa Efek Indonesia (BEI). Tujuan dari penelitian ini ialah :

1. Untuk mengetahui tingkat perputaran modal kerja perusahaan

telekomunikasi dalam menjalankan usahanya.

2. Untuk mengetahui tingkat likuiditas perusahaan telekomunikasi dalam

memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

3. Untuk mengetahui pengaruh perputaran modal kerja terhadap tingkat

likuiditas prusahaan telekomunikasi.

Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Akhmad Fanny Farhan ialah :

1. Perputaran modal kerja perusahaan yang dilihat dari perhitungan

modal kerja dari tiap perusahaan. Dari hasil perhitungan tersebut dapat

disimpulkan bahwa dalam menjalankan usahanya perusahaan

menggunakan modal kerja yang bebeda tiap tahunnya dalam

menghasilkan penjualan sehingga tingkat perputaran modal kerja pada

perusahaan selalu mengalami kenaikan dan penurunan. Tingkat

perputaran modal kerja yang rendah menunjukkan adanya modal kerja

yang tidak produktif pada perusahaan.

2. Berdasarkan perhitungan menggunakan rasio likuiditas yang terdiri

dari current ratio, quick ratio, dan cash ratio dapat disimpulkan bahwa

tingkat likuiditas perusahaan mengalami perubahan setiap tahunnya

meskipun perusahaan tetap dapat dapat memenuhi kewajiban jangka

pendeknya dengan nilai aktiva lancar perusahaan lebih besar dari pada

utang lancarnya sebesar 100%.

3. Berdasarkan perhitungan pengujian hipotesis menggunakan korelasi

produk moment dapat disimpulkan bahwa hubungan antara perputaran

modal kerja dengan tingkat likuiditas perusahaan sangat rendah. Dari

29

Page 30: SKRIPSI YANG BARU

hasil pengujian hipotesis menggunakan Uji t didapatkan thitung untuk

perputaran modal kerja dengan tingkat likuiditas dapat disimpulkan

bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara working capital

turnover dengan tingkat likuiditas perusahaan.

2.4 Hipotesis

Pengujian dlakukan dengan pengujian pada parameter (r) sebagai berikut :

Current Ratio

Ho1 : net working capital turnover tidak mempengaruhi tingkat current

ratio perusahaan

Ha1 : net working capital turnover mempengaruhi tingkat current ratio

perusahaan

Quick Ratio

Ho2 : net working capital turnover tidak mempengaruhi tingkat quick

ratio perusahaan

Ha2 : net working capital turnover mempengaruhi tingkat quick ratio

perusahaan

Cash Ratio

Ho3 : net working capital turnover tidak mempengaruhi tingkat cash

ratio perusahaan

Ha3 : net working capital turnover mempengaruhi tingkat cash ratio

perusahaan

30

Page 31: SKRIPSI YANG BARU

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Pengumpulan Data

3.1.1 Data yang Dihimpun

Data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data sekunder. Data sekunder

yang dipegunakan dalam penelitian ini ialah data yang beasal dari laporan keuangan

perusaaan, yaitu neraca, laporan laba rugi, dan laporan aus kas. Jenis data yang

dipergunakan dalam penelitian ini ialah :

1. Data Kualitatif

Data kualitatif ialah data yang berbentuk kata, kalimat, skema, dan gambar.

Jenis data kualitatif ini ialah data sekunder yaitu data yang telah mengalami

proses pengolahan oleh sumbernya.

2. Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang disajikan dalam bentuk angka. Data ini

menunjukan nilai terhadap besaran atau variabel yang diwakilinya. Sifat data

ini ialah data rentet waktu yaitu data yang merupakan hasil pengamatan dalam

suatu periode tertentu.

Dalam penelitian ini, penulis akan melakukan penelitian pada perusahaan

yang bergerak pada industri rokok yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI)

atau perusahaan yang telah go public. Dari hasil penelusuran yang dilakukan, terdapat

tiga perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Ketiga perusahaan

yang dimaksud ialah :

PT. Bentoel International Inv. Tbk

PT. BAT Indonesia Tbk

PT. HM Sampoerna Tbk

31

Page 32: SKRIPSI YANG BARU

Objek penelitian yang akan digunakan ialah Laporan Keuangan dari masing-

masing perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data penelitian ini

merupakan gabungan antara deret waktu (time series) dan satu waktu untuk suatu

fenomena (cross section) selama kurun waktu 5 tahun, yakni mulai dari tahun 2004

sampai dengan tahun 2008.

3.1.2 Tehnik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis ialah dengan menggunakan

data yang bersifat historis dan sekunder. Data yang dikumpulkan ialah data yang

berupa laporan keuangan perusahaan sejenis yaitu perusahaan Rokok yang telah go

public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Teknik pengumpulan data yang

dilakukan ialah :

1. Studi pustaka

Penulis mempelajari literatur yang berkaitan dengan penelitian yang

dilakukan.

2. Download

Data yang digunakan oleh penelitian ini berupa laporan keuangan perusahaan

diperoleh dari website perusahaan yang bersangkutan dan dari website

(www.idx.co.id).

3.2 Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian dengan metode deskriptif

dengan pendekatan survey. Metode deskriptif menurut Nazir (1999;63) dalam

Akhmad Fanny Farhan ialah :

“Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia,

suatu objek, suatu set kondisi”. Dengan demikian deskriptif analisis bertujuan

untuk membuat deskriptif, gambaran atau lukisan secara sistematis, factual dan

akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang

32

Page 33: SKRIPSI YANG BARU

diselidiki secara terperinci untuk menghasilkan rekomendasi-rekomendasi untuk

keperluan masa yang akan datang.

Tujuan dilakukannya penelitian deskriptif itu sendiri menurut Akhmad Fanny

Farhan(2005) ialah untuk membuat suatu gambaran secara sistematis, faktual

mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki,

mengenai situasi yang sebenarnya dari objek penelitian.

Nazir (1999;65) mengemukakan penelitian survei ialah :

“Metode survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh

fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan

secara factual, baik tentang intuisi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu

kelompok ataupun suatu daerah”.

3.2.1 Tehnik Pengujian Hipotesis

Uji statistik yang akan dipergunakan dalam pengujian hipotesis adalah

sebagai berikut :

1. Korelasi Product Moment

Menurut Sugiyono (2005;212) “Korelasi Product Moment digunakan untuk

mencari hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan dua variabel bila

data kedua variabel berbentuk interval atau rasio, dan sumber data dari dua

variabel atau lebih adalah sama”. Korelasi Product Moment dapat dihitung

dengan rumus :

rxy = n∑ XY – ( ∑Y )( ∑X )

√{n∑X2 - ( ∑ X )2}{ n∑Y2 - ( ∑ Y )2}

33

Page 34: SKRIPSI YANG BARU

Keterangan : rxy = koefisien korelasi produk moment

x = variable independen (net working capital turnover ratio)

y = variable dependen (liquidity ratio)

n = jumlah data

Nilai koefisien korelasi Product Moment menurut Sugiono (2005;216)

berkisar antara -1 < r < 1 dan diartikan sebagai berikut :

Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0.00 – 0.199 Sangat Rendah

0.20 – 0.399 Rendah

0.40 – 0.599 Sedang

0.60 – 0.799 Kuat

0.80 – 1.000 Sangat Kuat

Sumber : Sugiyono (2005;216)

2. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur beraba besar variasi

dari variebel X (working capital turnover). Kisaran besarnya koefisien

determinasi (r2) berada antara 0 dan 1 atau antara 0% sampai dengan 100%.

Sebaliknya apabila r2 = 0 maka hal ini tidak menjelaskan hubungan variabel X

(net working capital turnover) terhadap variabel Y (tingkat likuiditas

perusahaan). Koefisien determinasi dapat diketahui besarnya dengan

menggunaka rumus :

Kd = rxy2 x 100%

Keterangan : kd = koefisien determinasi

34

Page 35: SKRIPSI YANG BARU

rxy = koefisien korelasi produk moment

3. Uji Signifikasi Korelasi Product Moment

Pengujian hipotesis pada penelitian ini dilakukan pada dua variabel

yaitu net working capital turnover sebagai sebagai variabel independen dan

tingkat likuiditas perusahaan sebagai variabel dependen. Uji signifikasi

korelasi Product Moment dapat dihitung dengan Uji t dengan rumus sebagai

berikut :

t= r √n−2

√1−r 2

Keterangan : r = koefisien korelasi produk moment

n = jumlah data atau kasus

Untuk menguji hipotesis maka dibandingkan antara thitung dengan ttabel, dengan

α = 5% dan derajat kebebasan df (n-2), maka :

1. Bila thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha tidak dapat ditolak, berarti

terdapat hubungan yang signifikan antara net working capital turnover

dengan tingkat likuiditas perusahaan.

2. Bila thitung < ttabel, maka Ho tidak dapat ditolak dan Ha ditolak, berati tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara net working capital turnover

dengan tingkat likuiditas perusahaan.

35

Page 36: SKRIPSI YANG BARU

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan

4.1.1 Net Working Capital Turnover

Working capital merupakan salah satu komponen penting bagi kelancaran

operasional perusahaan. Tingkat kecukupan working capital sangat berperan penting,

dimana semakin rendah working capital yang dimiliki perusahaan, maka perusahaan

tersebut akan semakin lambat dalam aktivitasnya, begitu pula sebaliknya. Minimnya

working capital yang dimiliki perusahaan akan sangat mempengaruhi produktivitas

perusahaan, sehingga perlu adanya kecukupan working capital perusahaan sesuai

dengan tingkat pertumbuhan usahanya. Meskipun working capital yang besar itu

penting bagi kelancaran usaha suatu perusahaan, namun perusahaan yang memiliki

working capital yang berlebihan dan tidak dapat mengalokasikannya secara tepat akan

mengalami kerugian. Oleh karena itu, working capital harus seimbang dan sejalan

dengan pertumbuhan usaha perusahaan dan perlu adanya pengelolaan working capital

secara tepat sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Dalam pembahasan ini,

working capital yang dimaksud ialah net working capital secara kualitatif, dimana net

working capital dapat dihitung dengan rumus :

Net Working Capital = Current Asset – Current Liabilities

36

Page 37: SKRIPSI YANG BARU

Tabel 4.1

Net Working Capital Perusahaan Rokok

Per 30 September 2004, 2005, 2006, 2007, dan 2008

Nama Perusahaan

Tahun Semester Current Asset Current Liabilities Net Working Capital

PT. Gudang Garam Tbk.

20041 11,780,276,000,000 6,552,710,000,000 5,227,566,000,0002 13,490,458,000,000 8,006,773,000,000 5,483,685,000,000

20051 13,379,162,000,000 8,024,318,000,000 5,354,844,000,0002 14,709,465,000,000 8,488,549,000,000 6,220,916,000,000

20061 13,637,800,000,000 7,532,039,000,000 6,105,761,000,0002 14,815,847,000,000 7,855,005,000,000 6,960,842,000,000

20071 15,027,032,000,000 7,697,918,000,000 7,329,114,000,0002 17,124,562,000,000 8,775,317,000,000 8,349,245,000,000

20081 17,955,845,000,000 9,437,259,000,000 8,518,586,000,0002 17,008,576,000,000 7,670,532,000,000 9,338,044,000,000

PT. Hanjaya Mandala

Sampoerna Tbk.

20041 8,172,603,000,000 4,329,398,000,000 3,843,205,000,0002 7,891,467,000,000 3,763,737,000,000 4,127,730,000,000

20051 9,754,065,000,000 5,104,366,000,000 4,649,699,000,0002 8,729,173,000,000 5,116,734,000,000 3,612,439,000,000

20061 8,910,506,000,000 4,581,364,000,000 4,329,142,000,0002 9,432,332,000,000 5,612,677,000,000 3,819,655,000,000

20071 11,102,185,000,000 6,237,701,000,000 4,864,484,000,0002 11,056,457,000,000 6,212,685,000,000 4,843,772,000,000

20081 9,644,878,000,000 7,130,073,000,000 2,514,805,000,0002 11,037,287,000,000 7,642,207,000,000 3,395,080,000,000

PT. British American Tobacco

Indonesia Tbk.

20041 541,311,000,000 254,020,000,000 287,291,000,0002 521,589,000,000 268,002,000,000 253,587,000,000

20051 585,156,000,000 310,328,000,000 274,828,000,0002 514,365,000,000 236,961,000,000 277,404,000,000

20061 480,753,000,000 232,839,000,000 247,914,000,0002 424,917,000,000 233,646,000,000 191,271,000,000

20071 490,017,000,000 366,221,000,000 123,796,000,0002 500,956,000,000 319,265,000,000 181,691,000,000

20081 439,710,000,000 265,948,000,000 173,762,000,0002 368,721,000,000 253,129,000,000 115,592,000,000

PT. Bentoel Internasional

Investama Tbk.

20041 1,211,424,188,805 503,172,147,975 708,252,040,8302 1,450,166,639,175 720,391,895,964 729,774,743,211

20051 1,288,641,384,735 558,191,813,901 730,449,570,8342 1,367,677,441,288 618,162,170,404 749,515,270,884

2006 1 1,288,820,807,668 609,218,610,687 679,602,196,981

37

Page 38: SKRIPSI YANG BARU

2 1,693,183,119,276 1,053,455,108,670 639,728,010,606

20071 2,016,007,189,457 1,324,777,945,267 691,229,244,1902 2,976,924,963,522 842,736,960,895 2,134,188,002,627

20081 2,836,873,024,629 954,564,680,188 1,882,308,344,4412 3,053,065,247,805 1,231,918,706,229 1,821,146,541,576

Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan Rokok 2004-2008 yang diolah

Gudang Garam

2004.1

2004.2

2005.1

2005.2

2006.1

2006.2

2007.1

2007.2

2008.1

2008.20

2,000,000,000,000

4,000,000,000,000

6,000,000,000,000

8,000,000,000,000

10,000,000,000,000

12,000,000,000,000

14,000,000,000,000

16,000,000,000,000

18,000,000,000,000

20,000,000,000,000

aktivahutangmodal kerja

Secara keseluruhan, PT. Gudang Garam memiliki net working capital yang

cenderung meningkat karena aktiva lancar yang dimiliki perusahaan meningkat

dengan hutang lancar yang cenderung stabil. Berdasarkan laporan keuangan PT.

Gudang Garam, hal tersebut dikarenakan adanya keuntungan yang dihasilkan oleh

perusahaan tersebut.

PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk.

38

Page 39: SKRIPSI YANG BARU

2004.1

2004.2

2005.1

2005.2

2006.1

2006.2

2007.1

2007.2

2008.1

2008.20

2,000,000,000,000

4,000,000,000,000

6,000,000,000,000

8,000,000,000,000

10,000,000,000,000

12,000,000,000,000

aktivahutangmodal kerja

PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk memiliki net working capital yang

cenderung stabil dari awal tahun 2004 hingga semester akhir tahun 2007 mengalami

penurunan yang cukup besar yang salah satunya disebabkan oleh adanya tambahan

kewajiban berupa hutang obligasi.

PT. British American Tobacco Indonesia Tbk.

2004.1

2004.2

2005.1

2005.2

2006.1

2006.2

2007.1

2007.2

2008.1

2008.20

100,000,000,000

200,000,000,000

300,000,000,000

400,000,000,000

500,000,000,000

600,000,000,000

700,000,000,000

aktivahutangmodal kerja

39

Page 40: SKRIPSI YANG BARU

Net working capital yang dimiliki oleh PT. British American Tobacco

Indonesia cenderung mengalami penurunan secara keseluruhan dari awal semester

tahun 2004 hingga semester kedua tahun 2007. Hal tersebut dikarenakan antara aktiva

lancar dengan hutang lancar keduanya mengalami penurunan.

PT. Bentoel Internasional Investama Tbk.

2004.1

2004.2

2005.1

2005.2

2006.1

2006.2

2007.1

2007.2

2008.1

2008.20

500,000,000,000

1,000,000,000,000

1,500,000,000,000

2,000,000,000,000

2,500,000,000,000

3,000,000,000,000

3,500,000,000,000

aktivahutangmodal kerja

Net working capital PT. Bentoel Internasional Investama memiliki net

working capital yang stabil dari tahun 2004 hingga awal ahun 2007, dan mengalami

peningkatan net working capital pada tahun 2007 di semester kedua. Hal tersebut

dikarenakan aktiva lancar mengalami peningkatan yang salah satunya dikarenakan

adanya goodwill.

40

Page 41: SKRIPSI YANG BARU

Tabel 4.2

Net Working Capital Turnover Perusahaan Rokok

Per 30 September 2004, 2005, 2006, 2007, dan 2008

Nama

PerusahaanTahun

Seme

sterPenjualan

Net Working

Capital

Net

Working

Capital

Turnover

Net

Working

Capital

Turnover

(%)

Naik/

Turun

(%)

PT. Gudang

Garam Tbk.

20041 11,942,297,000,000 5,227,566,000,000 2.2845 228.45% -

2 24,291,692,000,000 5,483,685,000,000 4.4298 442.98% 214.53%

20051 12,318,659,000,000 5,354,844,000,000 2.3005 230.05% -212.93%2 24,847,345,000,000 6,220,916,000,000 3.9942 399.42% 169.37%

20061 12,668,333,000,000 6,105,761,000,000 2.0748 207.48% -191.93%2 26,339,297,000,000 6,960,842,000,000 3.7839 378.39% 170.91%

20071 13,419,733,000,000 7,329,114,000,000 1.8310 183.10% -195.29%2 27,389,365,000,000 8,349,245,000,000 3.2805 328.05% 144.94%

20081 15,056,437,000,000 8,518,586,000,000 1.7675 176.75% -151.30%2 30,251,643,000,000 9,338,044,000,000 3.2396 323.96% 147.21%

PT. Hanjaya

Mandala

Sampoerna

Tbk.

20041 8,419,721,000,000 3,843,205,000,000 2.1908 219.08% -

2 17,646,694,000,000 4,127,730,000,000 4.2752 427.52% 208.43%

20051 11,283,238,000,000 4,649,699,000,000 2.4267 242.67% -184.85%2 24,660,038,000,000 3,612,439,000,000 6.8264 682.64% 439.98%

20061 14,601,645,000,000 4,329,142,000,000 3.3729 337.29% -345.36%2 29,545,083,000,000 3,819,655,000,000 7.7350 773.50% 436.21%

20071 14,439,917,000,000 4,864,484,000,000 2.9684 296.84% -476.66%2 29,787,725,000,000 4,843,772,000,000 6.1497 614.97% 318.13%

20081 16,697,005,000,000 2,514,805,000,000 6.6395 663.95% 48.98%2 34,680,445,000,000 3,395,080,000,000 10.2149 1021.49% 357.54%

2004 1 325,792,000,000 287,291,000,000 1.1340 113.40% -

41

Page 42: SKRIPSI YANG BARU

PT. British

American

Tobacco

Indonesia

Tbk

2 573,426,000,000 253,587,000,000 2.2613 226.13% 112.72%

20051 350,871,000,000 274,828,000,000 1.2767 127.67% -98.46%2 652,528,000,000 277,404,000,000 2.3523 235.23% 107.56%

20061 302,921,000,000 247,914,000,000 1.2219 122.19% -113.04%2 509,741,000,000 191,271,000,000 2.6650 266.50% 144.31%

20071 363,136,000,000 123,796,000,000 2.9333 293.33% 26.83%2 672,705,000,000 181,691,000,000 3.7025 370.25% 76.91%

20081 255,111,000,000 173,762,000,000 1.4682 146.82% -223.43%2 507,180,000,000 115,592,000,000 4.3877 438.77% 291.95%

PT. Bentoel

Internasion

al

Investama

Tbk.

20041 2,096,226,218,140 708,252,040,830 2.9597 295.97% -

2 4,226,135,070,731 729,774,743,211 5.7910 579.10% 283.13%

20051 1,150,174,979,558 730,449,570,834 1.5746 157.46% -421.64%2 2,176,178,089,506 749,515,270,884 2.9034 290.34% 132.88%

20061 1,339,972,171,843 679,602,196,981 1.9717 197.17% -93.17%2 2,996,514,058,026 639,728,010,606 4.6840 468.40% 271.23%

20071 2,058,798,763,618 691,229,244,190 2.9785 297.85% -170.56%2 4,586,006,760,621 2,134,188,002,627 2.1488 214.88% -82.96%

20081 2,829,950,447,365 1,882,308,344,441 1.5034 150.34% -64.54%2 5,940,801,161,593 1,821,146,541,576 3.2621 326.21% 175.87%

Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan Rokok 2004-2008 yang diolah

Net working capital turnover menunjukkan suatu hubungan antara net working

capital dengan penjualan yang merupakan suatu pencerminan atas penjualan yang

diperoleh dari tiap rupiah working capital yang dikeluarkan. Net working capital

turnover dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

42

Net Working Capital Turnover =Penjualan

Net Working Capital

Page 43: SKRIPSI YANG BARU

4.1.2 Rasio Likuiditas

4.1.2.1 Current Ratio

Current Ratio merupakan rasio yang paling sering digunakan untuk

menganalisis posisi moal kerja suatu perusahaan, karena rasio ini membandingkan

antara aktiva lancar dengan hutang lancar yang dimiliki perusahaan. Rasio ini juga

biasa digunakan untuk mengukur solvensi jangka pendek. Rasio ini dapat dihitung

dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Berdasarkan perhitungan pada tabel 4.3, current ratio yang dimiliki keempat

perusahaan rokok tersebut lebih dari 100%, yang artinya perusahaan mampu

melunasi kewajiban jangka pendeknya beserta kemampuan jangka panjang yang

jatuh tempo pada tahun yang bersangkutan tepat waktu karena memiliki aktiva lancar

yang lebih besar dari pada hutang lancar yang tercermin pada kurva.

2004.1

2006.1

2008.1

2005.1

2007.1

2004.1

2006.1

2008.1

2005.1

2007.10.00%

50.00%100.00%150.00%200.00%250.00%300.00%350.00%400.00%

Current Ratio

Current Ratio

43

Current Ratio = Total Aktiva Lancar x 100%Total Kewajiban Lancar

Page 44: SKRIPSI YANG BARU

Tabel 4.3

Current Ratio Perusahaan Rokok

Per 30 September 2004, 2005, 2006, 2007, dan 2008

Nama

Perusahaan

Tahu

n

Seme

sterAktiva Lancar Hutang Lancar

Current

Ratio (%)

Naik/

Turun (%)

PT. Gudang

Garam Tbk.

20041 11,780,276,000,000 6,552,710,000,000 179.78% -

2 13,490,458,000,000 8,006,773,000,000 168.49% -11.29%

20051 13,379,162,000,000 8,024,318,000,000 166.73% -1.76%

2 14,709,465,000,000 8,488,549,000,000 173.29% 6.55%

20061 13,637,800,000,000 7,532,039,000,000 181.06% 7.78%

2 14,815,847,000,000 7,855,005,000,000 188.62% 7.55%

20071 15,027,032,000,000 7,697,918,000,000 195.21% 6.59%

2 17,124,562,000,000 8,775,317,000,000 195.14% -0.06%

20081 17,955,845,000,000 9,437,259,000,000 190.27% -4.88%

2 17,008,576,000,000 7,670,532,000,000 221.74% 31.47%

PT. Hanjaya

Mandala

Sampoerna

Tbk.

20041 8,172,603,000,000 4,329,398,000,000 188.77% -

2 7,891,467,000,000 3,763,737,000,000 209.67% 20.90%

20051 9,754,065,000,000 5,104,366,000,000 191.09% -18.58%

2 8,729,173,000,000 5,116,734,000,000 170.60% -20.49%

20061 8,910,506,000,000 4,581,364,000,000 194.49% 23.89%

2 9,432,332,000,000 5,612,677,000,000 168.05% -26.44%

20071 11,102,185,000,000 6,237,701,000,000 177.99% 9.93%

2 11,056,457,000,000 6,212,685,000,000 177.97% -0.02%

20081 9,644,878,000,000 7,130,073,000,000 135.27% -42.70%

2 11,037,287,000,000 7,642,207,000,000 144.43% 9.15%

PT. British

American

Tobacco

Indonesia

20041 541,311,000,000 254,020,000,000 213.10% -

2 521,589,000,000 268,002,000,000 194.62% -18.48%

2005 1 585,156,000,000 310,328,000,000 188.56% -6.06%

2 514,365,000,000 236,961,000,000 217.07% 28.51%

44

Page 45: SKRIPSI YANG BARU

Tbk

20061 480,753,000,000 232,839,000,000 206.47% -10.59%

2 424,917,000,000 233,646,000,000 181.86% -24.61%

20071 490,017,000,000 366,221,000,000 133.80% -48.06%

2 500,956,000,000 319,265,000,000 156.91% 23.11%

20081 439,710,000,000 265,948,000,000 165.34% 8.43%

2 368,721,000,000 253,129,000,000 145.67% -19.67%

PT. Bentoel

Internasional

Investama

Tbk.

20041 1,211,424,188,805 503,172,147,975 240.76% -

2 1,450,166,639,175 720,391,895,964 201.30% -39.45%

20051 1,288,641,384,735 558,191,813,901 230.86% 29.56%

2 1,367,677,441,288 618,162,170,404 221.25% -9.61%

20061 1,288,820,807,668 609,218,610,687 211.55% -9.70%

2 1,693,183,119,276 1,053,455,108,670 160.73% -50.83%

20071 2,016,007,189,457 1,324,777,945,267 152.18% -8.55%

2 2,976,924,963,522 842,736,960,895 353.24% 201.07%

20081 2,836,873,024,629 954,564,680,188 297.19% -56.05%

2 3,053,065,247,805 1,231,918,706,229 247.83% -49.36%

Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan Rokok 2004-2008 yang diolah

45

Page 46: SKRIPSI YANG BARU

4.1.2.2 Quick Ratio

Quick ratio dikenal dengan rasio 1 banding 1, yakni perusahaan diharapkan

untuk mempunyai cukup aktiva lancar diluar persediaan, untuk membayar semua

hutang perusahaan dalam hutang lancar. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan

dalam memenuhi kewajiban-kewajiban yang segera harus dibayar dengan aktiva

lancar yang lebih likuid (quick asset). Quick ratio dapat dihitung dengan rumus :

Quick Ratio =Total Aktiva Lancar - Persediaan

x 100%Utang Lancar

Rasio ini lebih tajam dibandingkan dengan current ratio, karena dalam rasio

ini hanya membandingkan aktiva yang mudah dicairkan dengan hutang lancar, oleh

karena itu rasio yang dihasilkan pun lebih kecil dari pada current ratio. Quick ratio

yang dihasilkan PT. Bentoel Internasional Investama Tbk cenderung stabil secara

keseluruhan, meskipun terjadi penurunan rasio pada awal semester tahun 2004 yang

disebabkan oleh tingginya persediaan yang merupakan pengurang untuk rasio ini.

2004.1

2005.2

2007.1

2008.2

2005.1

2006.2

2008.1

2004.2

2006.1

2007.2

2004.1

2005.2

2007.1

2008.2

-100.00%

-50.00%

0.00%

50.00%

100.00%

150.00%

200.00%

250.00%

Quick Ratio

Quick Ratio

46

Page 47: SKRIPSI YANG BARU

Table 4.4

Quick Ratio Perusahaan Rokok

Per 30 September 2004, 2005, 2006, 2007, dan 2008

Nama

PerusahaanTahun

Sem

esterAktiva Lancar Hutang Lancar Persediaan

Quick

Ratio (%)

PT. Gudang

Garam Tbk.

20041 11,780,276,000,000 6,552,710,000,000 9,334,155,000,000 37.33%

2 13,490,458,000,000 8,006,773,000,000 10,875,860,000,000 32.65%

20051 13,379,162,000,000 8,024,318,000,000 10,613,958,000,000 34.46%

2 14,709,465,000,000 8,488,549,000,000 12,043,159,000,000 31.41%

20061 13,637,800,000,000 7,532,039,000,000 10,942,616,000,000 35.78%

2 14,815,847,000,000 7,855,005,000,000 11,649,091,000,000 40.32%

20071 15,027,032,000,000 7,697,918,000,000 11,877,086,000,000 40.92%

2 17,124,562,000,000 8,775,317,000,000 13,502,038,000,000 41.28%

20081 17,955,845,000,000 9,437,259,000,000 14,016,039,000,000 41.75%

2 17,008,576,000,000 7,670,532,000,000 13,528,987,000,000 45.36%

PT. Hanjaya

Mandala

Sampoerna

Tbk.

20041 8,172,603,000,000 4,329,398,000,000 4,183,736,000,000 92.13%

2 7,891,467,000,000 3,763,737,000,000 4,887,583,000,000 79.81%

20051 9,754,065,000,000 5,104,366,000,000 4,818,396,000,000 96.70%

2 8,729,173,000,000 5,116,734,000,000 6,261,716,000,000 48.22%

20061 8,910,506,000,000 4,581,364,000,000 5,430,538,000,000 75.96%

2 9,432,332,000,000 5,612,677,000,000 7,432,208,000,000 35.64%

20071 11,102,185,000,000 6,237,701,000,000 7,436,027,000,000 58.77%

2 11,056,457,000,000 6,212,685,000,000 8,929,824,000,000 34.23%

20081 9,644,878,000,000 7,130,073,000,000 7,797,713,000,000 25.91%

2 11,037,287,000,000 7,642,207,000,000 7,657,848,000,000 44.22%

PT. British

American

Tobacco

20041 541,311,000,000 254,020,000,000 262,193,000,000 109.88%

2 521,589,000,000 268,002,000,000 411,373,000,000 41.13%

2005 1 585,156,000,000 310,328,000,000 319,066,000,000 85.74%

47

Page 48: SKRIPSI YANG BARU

Indonesia

Tbk

2 514,365,000,000 236,961,000,000 314,897,000,000 84.18%

20061 480,753,000,000 232,839,000,000 222,817,000,000 110.78%

2 424,917,000,000 233,646,000,000 327,344,000,000 41.76%

20071 490,017,000,000 366,221,000,000 280,278,000,000 57.27%

2 500,956,000,000 319,265,000,000 222,780,000,000 87.13%

20081 439,710,000,000 265,948,000,000 178,894,000,000 98.07%

2 368,721,000,000 253,129,000,000 117,428,000,000 99.27%

PT. Bentoel

Internasion

al

Investama

Tbk.

20041 1,211,424,188,805 503,172,147,975 60,551,418,030 228.72%

2 1,450,166,639,175 720,391,895,964 1,717,337,950,113 -37.09%

20051 1,288,641,384,735 558,191,813,901 494,752,712,410 142.23%

2 1,367,677,441,288 618,162,170,404 596,793,549,296 124.71%

20061 1,288,820,807,668 609,218,610,687 621,173,646,043 109.59%

2 1,693,183,119,276 1,053,455,108,670 842,688,256,896 80.73%

20071 2,016,007,189,457 1,324,777,945,267 1,215,108,667,615 60.46%

2 2,976,924,963,522 842,736,960,895 2,106,725,621,762 103.26%

20081 2,836,873,024,629 954,564,680,188 2,203,047,045,824 66.40%

2 3,053,065,247,805 1,231,918,706,229 2,644,168,608,078 33.19%

Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan Rokok 2004-2008 yang diolah

4.1.2.3 Cash Ratio

Rasio ini menunjukkan kemampuan kas dan setara kas serta surat berharga

jangka pendek yang dimiliki perusahaan untuk menutupi dan melunasi kewajiban

jangka pendeknya. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Cash Ratio =Kas + Surat Berharga Jangka Pendek

x 100%Utang Lancar

48

Page 49: SKRIPSI YANG BARU

Berdasarkan perhitungan pada tabel 4.5, didapat kan cash ratio yang

cenderung fluktuatif untuk keempat perusahaan. Hal tersebut karena keadaan yang

naik turun pada sisi kas dan surat berharga yang sifatnya jangka pendek.

2004.1

2006.1

2008.1

2005.1

2007.1

2004.1

2006.1

2008.1

2005.1

2007.10.00%

20.00%

40.00%

60.00%

80.00%

100.00%

120.00%

Cash Ratio

Cash Ratio

49

Page 50: SKRIPSI YANG BARU

Tabel 4.5

Cash Ratio Perusahaan Rokok

Per 30 September 2004, 2005, 2006, 2007, dan 2008

Nama

PerusahaanTahun

Semes

ter

Kas + Surat

Berharga Jangka

Pendek

Hutang LancarCash

Ratio (%)

Naik/

Turun (%)

PT. Gudang

Garam Tbk.

2004 1 424,288,000,000 6,552,710,000,000 6.48% -

2 540,136,000,000 8,006,773,000,000 6.75% 0.27%

2005 1 660,492,000,000 8,024,318,000,000 8.23% 1.49%

2 420,471,000,000 8,488,549,000,000 4.95% -3.28%

2006 1 260,534,000,000 7,532,039,000,000 3.46% -1.49%

2 439,140,000,000 7,855,005,000,000 5.59% 2.13%

2007 1 288,152,000,000 7,697,918,000,000 3.74% -1.85%

2 486,586,000,000 8,775,317,000,000 5.54% 1.80%

2008 1 411,689,000,000 9,437,259,000,000 4.36% -1.18%

2 1,134,826,000,000 7,670,532,000,000 14.79% 10.43%

PT. Hanjaya

Mandala

Sampoerna

Tbk.

2004 1 3,420,481,000,000 4,329,398,000,000 79.01% -

2 2,449,135,000,000 3,763,737,000,000 65.07% -13.93%

2005 1 3,341,085,000,000 5,104,366,000,000 65.46% 0.38%

2 1,352,844,000,000 5,116,734,000,000 26.44% -39.02%

2006 1 2,191,864,000,000 4,581,364,000,000 47.84% 21.40%

2 1,005,445,000,000 5,612,677,000,000 17.91% -29.93%

2007 1 2,049,152,000,000 6,237,701,000,000 32.85% 14.94%

2 557,239,000,000 6,212,685,000,000 8.97% -23.88%

2008 1 326,325,000,000 7,130,073,000,000 4.58% -4.39%

2 499,362,000 7,642,207,000,000 0.01% -4.57%

2004 1 148,787,000,000 254,020,000,000 58.57% -

2 28,193,000,000 268,002,000,000 10.52% -48.05%

50

Page 51: SKRIPSI YANG BARU

PT. British

American

Tobacco

Indonesia

Tbk

20051 146,877,000,000 310,328,000,000 47.33% 36.81%

2 108,460,000,000 236,961,000,000 45.77% -1.56%

20061 125,084,000,000 232,839,000,000 53.72% 7.95%

2 12,806,000,000 233,646,000,000 5.48% -48.24%

20071 64,259,000,000 366,221,000,000 17.55% 12.07%

2 102,599,000,000 319,265,000,000 32.14% 14.59%

20081 141,684,000,000 265,948,000,000 53.28% 21.14%

2 136,743,000,000 253,129,000,000 54.02% 0.75%

PT. Bentoel

Internasional

Investama

Tbk.

20041 429,008,904,191 503,172,147,975 85.26% -

2 507,923,056,203 720,391,895,964 70.51% -14.75%

20051 610,054,042,117 558,191,813,901 109.29% 38.78%

2 479,925,019,504 618,162,170,404 77.64% -31.65%

20061 500,858,365,357 609,218,610,687 82.21% 4.58%

2 433,319,410,494 1,053,455,108,670 41.13% -41.08%

20071 512,434,320,153 1,324,777,945,267 38.68% -2.45%

2 594,985,816,133 842,736,960,895 70.60% 31.92%

20081 319,300,165,728 954,564,680,188 33.45% -37.15%

2 76,694,242,894 1,231,918,706,229 6.23% -27.22%

Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan Rokok 2004-2008 yang diolah

4.2 Pengujian Hipotesis

Berdasarkan perhitungan net working capital turnover dan tingkat likuiditas

perusahaan rokok dengan menggunakan rasio likuiditas. Maka akan dilakukan

pengujian terhadap rasio tersebut untuk menguji hipotesis yang diajukan oleh penulis.

Perhitungan tersebut akan disajikan pada tabel 4.6 untuk perhitungan net working

capital turnover dengan tingkat likuiditas (current ratio), tabel 4.7 untuk perhiungan

net working capital turnover dengan tingkat likuiditas (quick ratio), dan tabel 4.8

untuk net working capital turnover dengan tingkat likuiditas (cash ratio).

51

Page 52: SKRIPSI YANG BARU

Tabel 4.6

Net Working Capital Turnover dengan Tingkat Likuidias (Current Ratio)

Per 30 September 2004, 2005, 2006, 2007, dan 2008

Nama Perusahaan TahunSeme

ster

Net

Working

Capital

Turnover(X)

Current

Ratio

(Y)

XY X2 Y2

PT. Gudang Garam

Tbk.

20041 2.2845 1.7978 4.1071 5.2189 3.2321

2 4.4298 1.6849 7.4638 19.6231 2.8389

20051 2.3005 1.6673 3.8356 5.2923 2.7799

2 3.9942 1.7329 6.9215 15.9536 3.0029

20061 2.0748 1.8106 3.7566 4.3048 3.2783

2 3.7839 1.8862 7.1372 14.3179 3.5578

20071 1.8310 1.9521 3.5743 3.3526 3.8107

2 3.2805 1.9514 6.4016 10.7617 3.8080

20081 1.7675 1.9027 3.3630 3.1241 3.6203

2 3.2396 2.2174 7.1835 10.4950 4.9169

PT. Hanjaya

Mandala

Sampoerna Tbk.

20041 2.1908 1.8877 4.1356 4.7996 3.5634

2 4.2752 2.0967 8.9638 18.2773 4.3962

20051 2.4267 1.9109 4.6372 5.8889 3.6515

2 6.8264 1.7060 11.6458 46.5997 2.9104

20061 3.3729 1.9449 6.5600 11.3765 3.7826

2 7.7350 1.6805 12.9987 59.8302 2.8241

20071 2.9684 1.7799 5.2835 8.8114 3.1680

2 6.1497 1.7797 10.9446 37.8188 3.1673

20081 6.6395 1.3527 8.9813 44.0830 1.8298

2 10.2149 1.4443 14.7534 104.3442 2.0860

2004 1 1.1340 2.1310 2.4166 1.2860 4.5412

2 2.2613 1.9462 4.4009 5.1135 3.7877

52

Page 53: SKRIPSI YANG BARU

PT. British

American Tobacco

Indonesia Tbk

20051 1.2767 1.8856 2.4073 1.6300 3.5555

2 2.3523 2.1707 5.1061 5.5333 4.7119

20061 1.2219 2.0647 2.5229 1.4930 4.2630

2 2.6650 1.8186 4.8466 7.1022 3.3073

20071 2.9333 1.3380 3.9248 8.6042 1.7902

2 3.7025 1.5691 5.8096 13.7085 2.4621

20081 1.4682 1.6534 2.4275 2.1556 2.7337

2 4.3877 1.4567 6.3916 19.2519 2.1220

PT. Bentoel

Internasional

Investama Tbk.

20041 2.9597 2.4076 7.1258 8.7598 5.7965

2 5.7910 2.0130 11.6573 33.5357 4.0522

20051 1.5746 2.3086 3.6351 2.4794 5.3296

2 2.9034 2.2125 6.4238 8.4297 4.8952

20061 1.9717 2.1155 4.1711 3.8876 4.4753

2 4.6840 1.6073 7.5286 21.9399 2.5834

20071 2.9785 1.5218 4.5327 8.8715 2.3159

2 2.1488 3.5324 7.5904 4.6173 12.4778

20081 1.5034 2.9719 4.4680 2.2602 8.8322

2 3.2621 2.4783 8.0845 10.6413 6.1420

Jumlah (∑) 134.9659 77.3895 248.1190 605.5742 156.3998

Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan Rokok 2004-2008 yang diolah

Berdasarkan perhitungan diatas, dapat dilakukan pengujian hipotesis sebagai berikut :

1. Korelasi Product Moment untuk net working capital turnover dengan tingkat

likuiditas perusahaan rokok (Current Ratio).

Analisis ini digunakan untuk menguji kuatnya hubungan antara variabel X

dengan variabel Y, besarnya koefisien korelasi adalah -1 < r < 1.

r xy =n∑XY-(∑X) (∑Y)

 √{n∑X2 – (∑X)2}{n∑Y2 – (∑Y)2}

53

Page 54: SKRIPSI YANG BARU

rxy = -0.411

Correlations

Net Working Capital Turnover Current RatioNet Working Capital Turnover

Pearson Correlation1 -.411(**)

Sig. (2-tailed) .008 N 40 40Current Ratio Pearson Correlation -.411(**) 1 Sig. (2-tailed) .008 N 40 40

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan perhitungan di atas, -0.411 menunjukkan bahwa hubungan

yang dimiliki antara variabel X(net working capital turnover) dengan Variabel Y

(Current Ratio) ialah hubungan yang sedang.

2. Koefisien Determinasi untuk net working capital turnover dengan tingkat

likuiditas (current ratio).

Koefisien determinasi ini digunakan untuk mengukur kesesuaian garis regresi

terhadap sekumpulan data. Batas nilai koefisien determinasi (r2) adalah diantara

0% sampai dengan 100%. Koefisien determinasi dapat dihitung dengan cara :

Kd = rxy2 x 100%

Kd = (-0.411)2 x 100%

Kd = 16.89%

Nilai koefisien determinasi sebesar 16,89% menunjukkan bahwa net working

capital turnover dapat mempengaruhi tingkat likuiditas perusahaan sebesar

16,89%.

54

r xy =(40*248.119)-(134.9659*77.3895)

 √{(40*605.5742) – (134.9659)2}{(40*156.3998) – (77.3895)2}

Page 55: SKRIPSI YANG BARU

3. Uji Signifikasi Korelasi Product Moment untuk net working capital turnover

dengan tingkat likuiditas (current ratio).

Pengujian hipotesis ini menggunakan uji t. Hipotesis ini diuji dengan α = 5% dan

derajat kebebasan df (n-2) dan thitung dibandingkan dengan ttabel.

Hipotesis dirumuskan kedalam :

Ho1 : net working capital turnover tidak mempengaruhi tingkat current

ratio perusahaan

Ha1 : net working capital turnover mempengaruhi tingkat current ratio

perusahaan

Perhitungan atas uji t ialah sebagai berikut :

t= r √n−2

√1−r 2

t=−0.411√40−2√1−0.168921

t = -2.78

Nilai ttabel dengan α = 5%, dan df (n-2) adalah sebesar ±2.024. Berdasarkan

hasil perhitungan diatas, thitung yang dihasilkan ialah sebesar -2,78 yang berarti thitung <

t table. Maka, Ho diterima dan Ha ditolak. Dengan kata lain hipotesis “Tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara net working capital turnover dengan tingkat

likuiditas perusahaan (current ratio)” diterima. Hubungan yang ditunjukkan antara net

working capital turnover dengan current ratio ialah hubungan yang negatif, artinya

semakin tinggi current ratio, maka net working capital turnover akan mengalami

penurunan begitu pula sebaliknya apabila current ratio mengalami penurunan maka

net working capital turnover akan mengalami peningkatan.

55

Page 56: SKRIPSI YANG BARU

Tabel 4.7

Net Working Capital Turnover dengan Tingkat Likuiditas (Quick Ratio)

Per 30 September 2004, 2005, 2006, 2007, dan 2008

Nama

PerusahaanTahun

Semes

ter

Perputaran

Net Working

Capital

Turnover (X)

Quick

Ratio (Y)XY X2 Y2

PT. Gudang

Garam Tbk.

20041 2.2845 0.3733 0.8528 5.2189 0.1394

2 4.4298 0.3265 1.4463 19.6231 0.1066

20051 2.3005 0.3446 0.7928 5.2923 0.1187

2 3.9942 0.3141 1.2546 15.9536 0.0987

20061 2.0748 0.3578 0.7424 4.3048 0.1280

2 3.7839 0.4032 1.5257 14.3179 0.1626

20071 1.8310 0.4092 0.7492 3.3526 0.1674

2 3.2805 0.4128 1.3542 10.7617 0.1704

20081 1.7675 0.4175 0.7379 3.1241 0.1743

2 3.2396 0.4536 1.4695 10.4950 0.2058

PT. Hanjaya

Mandala

Sampoerna Tbk.

20041 2.1908 0.9213 2.0184 4.7996 0.8488

2 4.2752 0.7981 3.4120 18.2773 0.6370

20051 2.4267 0.9670 2.3466 5.8889 0.9351

2 6.8264 0.4822 3.2917 46.5997 0.2325

20061 3.3729 0.7596 2.5621 11.3765 0.5770

2 7.7350 0.3564 2.7568 59.8302 0.1270

20071 2.9684 0.5877 1.7445 8.8114 0.3454

2 6.1497 0.3423 2.1050 37.8188 0.1172

20081 6.6395 0.2591 1.7203 44.0830 0.0671

2 10.2149 0.4422 4.5170 104.3442 0.1955

2004 1 1.1340 1.0988 1.2460 1.2860 1.2074

56

Page 57: SKRIPSI YANG BARU

PT. British

American

Tobacco

Indonesia Tbk

2 2.2613 0.4113 0.9301 5.1135 0.1692

20051 1.2767 0.8574 1.0946 1.6300 0.7351

2 2.3523 0.8418 1.9802 5.5333 0.7086

20061 1.2219 1.1078 1.3536 1.4930 1.2272

2 2.6650 0.4176 1.1129 7.1022 0.1744

20071 2.9333 0.5727 1.6799 8.6042 0.3280

2 3.7025 0.8713 3.2260 13.7085 0.7592

20081 1.4682 0.9807 1.4399 2.1556 0.9618

2 4.3877 0.9927 4.3557 19.2519 0.9855

PT. Bentoel

Internasional

Investama Tbk.

20041 2.9597 2.2872 6.7694 8.7598 5.2313

2 5.7910 -0.3709 -2.1479 33.5357 0.1376

20051 1.5746 1.4223 2.2396 2.4794 2.0229

2 2.9034 1.2471 3.6208 8.4297 1.5553

20061 1.9717 1.0959 2.1608 3.8876 1.2010

2 4.6840 0.8073 3.7814 21.9399 0.6517

20071 2.9785 0.6046 1.8008 8.8715 0.3655

2 2.1488 1.0326 2.2189 4.6173 1.0663

20081 1.5034 0.6640 0.9983 2.2602 0.4409

2 3.2621 0.3319 1.0827 10.6413 0.1102

Jumlah (∑) 134.9659 27.0026 78.3434 605.5742 25.5934

Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan Rokok 2005-2009 yang diolah

Berdasarkan perhitungan diatas, dapat dilakukan pengujian hipotesis sebagai berikut :

1. Korelasi Product Moment untuk net working capital turnover dengan tingkat

likuiditas perusahaan rokok (quick ratio).

Analisis ini digunakan untuk menguji kuatnya hubungan antara variabel X

dengan variabel Y, besarnya koefisien korelasi adalah -1 < r < 1.

r xy =n∑XY-(∑X) (∑Y)

 √{n∑X2 – (∑X)2}{n∑Y2 – (∑Y)2}

57

Page 58: SKRIPSI YANG BARU

r xy =(40*78.3434)-(134.9659*27.0026)

 √{(40*605.5742) – (134.9659)2}{(40*25.5934) – (27.0026)2}

rxy = -0.384

Correlations

ModalKerja RasioCepatModalKerja Pearson Correlation 1 -.384(*)

Sig. (2-tailed) .014

N 40 40

RasioCepat Pearson Correlation -.384(*) 1

Sig. (2-tailed) .014N 40 40

* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Berdasarkan perhitungan di atas, -0.384 menunjukkan bahwa hubungan yang

dimiliki antara variabel X(net working capital turnover) dengan Variabel Y

(Quick Ratio) ialah hubungan yang rendah.

2. Koefisien Determinasi untuk net working capital turnover dengan tingkat

likuiditas (cash ratio).

Koefisien determinasi ini digunakan untuk mengukur kesesuaian garis regresi

terhadap sekumpulan data. Batas nilai koefisien determinasi (r2) adalah diantara

0% sampai dengan 100%. Koefisien determinasi dapat dihitung dengan cara :

Kd = rxy2 x 100%

Kd = (-0.384)2 x 100%

58

Page 59: SKRIPSI YANG BARU

Kd = 14.74%

Nilai koefisien determinasi sebesar 16,89% menunjukkan bahwa net

working capital turnover dapat mempengaruhi tingkat likuiditas perusahaan

sebesar 16,89%.

3. Uji Signifikasi Korelasi Product Moment untuk net working capital turnover

denan tingkat likuiditas (cash ratio).

Pengujian hipotesis ini menggunakan uji t. Hipotesis ini diuji dengan α = 5% dan

derajat kebebasan df (n-2) dan thitung dibandingkan dengan ttabel.

Hipotesis dirumuskan kedalam :

Ho2 : net working capital turnover tidak mempengaruhi tingkat quick

ratio perusahaan

Ha2 : net working capital turnover mempengaruhi tingkat quick ratio

perusahaan

Perhitungan atas uji t ialah sebagai berikut :

t= r √n−2

√1−r 2

t=−0.384√40−2√1−0.147456

t = -2.56

Nilai ttabel dengan α = 5%, dan df (n-2) adalah sebesar ±2.024. Berdasarkan

hasil perhitungan diatas, thitung yang dihasilkan ialah sebesar -2,56 yang berarti thitung <

t table. Maka, Ho diterima dan Ha ditolak. Dengan kata lain hipotesis “Tidak terdapat

pengaruh yang signifikan antara net working capital turnover dengan tingkat

likuiditas perusahaan (Quick Ratio)” diterima. Hubungan yang ditunjukkan antara net

working capital turnover dengan quick ratio ialah hubungan yang negatif, artinya

semakin tinggi quick ratio, maka pnet working capital turnover akan mengalami

penurunan begitu pula sebaliknya apabila quick ratio mengalami penurunan maka net

working capital turnover akan mengalami peningkatan.

59

Page 60: SKRIPSI YANG BARU

Tabel 4.8

Net Working Capital Turnover dengan Tingkat Likuiditas (Cash Ratio)

Per 30 September 2004, 2005, 2006, 2007, dan 2008

Nama

PerusahaanTahun

Sem

ester

Perputaran

Net Working

Capital

Turnover (X)

Cash Ratio

(Y)XY X2 Y2

PT. Gudang

Garam Tbk.

20041 2.2845 0.0648 0.1480 5.2189 0.0042

2 4.4298 0.0675 0.2990 19.6231 0.0046

20051 2.3005 0.0823 0.1893 5.2923 0.0068

2 3.9942 0.0495 0.1977 15.9536 0.0025

20061 2.0748 0.0346 0.0718 4.3048 0.0012

2 3.7839 0.0559 0.2115 14.3179 0.0031

20071 1.8310 0.0374 0.0685 3.3526 0.0014

2 3.2805 0.0554 0.1817 10.7617 0.0031

20081 1.7675 0.0436 0.0771 3.1241 0.0019

2 3.2396 0.1479 0.4791 10.4950 0.0219

PT. Hanjaya

Mandala

Sampoerna

Tbk.

20041 2.1908 0.7901 1.7310 4.7996 0.6243

2 4.2752 0.6507 2.7819 18.2773 0.4234

20051 2.4267 0.6546 1.5885 5.8889 0.4285

2 6.8264 0.2644 1.8049 46.5997 0.0699

20061 3.3729 0.4784 1.6136 11.3765 0.2289

2 7.7350 0.1791 1.3853 59.8302 0.0321

20071 2.9684 0.3285 0.9751 8.8114 0.1079

2 6.1497 0.0897 0.5516 37.8188 0.0080

20081 6.6395 0.0458 0.3041 44.0830 0.0021

2 10.2149 0.0653 0.6670 104.3442 0.0043

2004 1 1.1340 0.5857 0.6642 1.2860 0.3430

60

Page 61: SKRIPSI YANG BARU

PT. British

American

Tobacco

Indonesia Tbk

2 2.2613 0.1052 0.2379 5.1135 0.0111

20051 1.2767 0.4733 0.6043 1.6300 0.2240

2 2.3523 0.4577 1.0766 5.5333 0.2095

20061 1.2219 0.5372 0.6564 1.4930 0.2886

2 2.6650 0.0548 0.1460 7.1022 0.0030

20071 2.9333 0.1755 0.5148 8.6042 0.0308

2 3.7025 0.3214 1.1900 13.7085 0.1033

20081 1.4682 0.5328 0.7823 2.1556 0.2839

2 4.3877 0.5402 2.3702 19.2519 0.2918

PT. Bentoel

Internasional

Investama Tbk.

20041 2.9597 0.8526 2.5234 8.7598 0.7269

2 5.7910 0.7051 4.0832 33.5357 0.4972

20051 1.5746 1.0929 1.7209 2.4794 1.1944

2 2.9034 0.7764 2.2542 8.4297 0.6028

20061 1.9717 0.8221 1.6209 3.8876 0.6758

2 4.6840 0.4113 1.9265 21.9399 0.1692

20071 2.9785 0.3868 1.1521 8.8715 0.1496

2 2.1488 0.7060 1.5171 4.6173 0.4984

20081 1.5034 0.3345 0.5029 2.2602 0.1119

2 3.2621 0.0623 0.2032 10.6413 0.0039

Jumlah (∑) 134.9659 14.1193 41.0740 605.5742 8.3990

Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan Rokok 2005-2009 yang diolah

Berdasarkan perhitungan diatas, dapat dilakukan pengujian hipotesis sebagai berikut :

1. Korelasi Product Moment untuk net working capital dengan tingkat likuiditas

perusahaan rokok (Quick Ratio).

Analisis ini digunakan untuk menguji kuatnya hubungan antara variabel X

dengan variabel Y, besarnya koefisien korelasi adalah -1 < r < 1.

r xy =n∑XY-(∑X) (∑Y)

 √{n∑X2 – (∑X)2}{n∑Y2 – (∑Y)2}

61

Page 62: SKRIPSI YANG BARU

r xy =(40*41.074)-(134.9659*14.1193)

 √{(40*605.5742) – (134.9659)2}{(40*8.399) – (14.1193)2}

rxy = -0.29

Correlations

ModalKerja RasioKasModalKerja Pearson Correlation 1 -.290 Sig. (2-tailed) .070 N 40 40RasioKas Pearson Correlation -.290 1 Sig. (2-tailed) .070 N 40 40

Berdasarkan perhitungan di atas, -0.29 menunjukkan bahwa hubungan yang

dimiliki antara variabel X(net working capital turnover) dengan Variabel Y

(Cash Ratio) ialah hubungan yang rendah.

2. Koefisien Determinasi untuk net working capital turnover dengan tingkat

likuiditas (cash ratio).

Koefisien determinasi ini digunakan untuk mengukur kesesuaian garis regresi

terhadap sekumpulan data. Batas nilai koefisien determinasi (r2) adalah diantara

0% sampai dengan 100%. Koefisien determinasi dapat dihitung dengan cara :

Kd = rxy2 x 100%

Kd = (-0.29)2 x 100%

Kd = 8.41%

62

Page 63: SKRIPSI YANG BARU

Nilai koefisien determinasi sebesar 16,89% menunjukkan bahwa net working

capital turnover dapat mempengaruhi tingkat likuiditas perusahaan sebesar

16,89%.

3. Uji Signifikasi Korelasi Product Moment untuk net working capital turnover

dengan tingkat likuiditas (cash ratio). Pengujian hipotesis ini menggunakan uji t.

Hipotesis ini diuji dengan α = 5% dan derajat kebebasan df (n-2) dan thitung

dibandingkan dengan ttabel.

Hipotesis dirumuskan kedalam :

Ho3 : net working capital turnover tidak mempengaruhi tingkat cash

ratio perusahaan

Ha3 : net working capital turnover mempengaruhi tingkat cash ratio

perusahaan

Perhitungan atas uji t ialah sebagai berikut :

t= r √n−2

√1−r 2

t=−0.29√40−2√1−0.0841

t = -1.8679

Nilai ttabel dengan α = 5%, dan df (n-2) adalah sebesar ±2.024. Berdasarkan

hasil perhitungan diatas, thitung yang dihasilkan ialah sebesar -1.8679 yang berarti thitung

> t table. Maka, Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan kata lain hipotesis “Terdapat

pengaruh yang signifikan antara net working capital turnover dengan tingkat

likuiditas perusahaan (Cash Ratio)” diterima. Hubungan yang ditunjukkan antara net

working capital turnover dengan cash ratio ialah hubungan yang negatif, artinya

semakin tinggi cash ratio, maka net working capital turnover akan mengalami

63

Page 64: SKRIPSI YANG BARU

penurunan begitu pula sebaliknya apabila cash ratio mengalami penurunan maka net

working capital turnover akan mengalami peningkatan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian pada 40 sampel rasio likuiditas perusahaan rokok

selama 5 tahun setiap semester yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, maka penulis

menari kesimpulan bahwa :

1. Net working capital turnover perusahaan selama kurun waktu lima tahun di

mulai dari tahun 2004 sampai tahun 2008 yang tertera pada tabel 4.2

cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dapat disimpulkan

bahwa setiap tahunnya perusahaan menggunakan net working capital yang

berbeda dalam menjalankan usahanya untuk menghasilkan penjualan.

Sedangkan untuk setiap semester net working capital turnover mengalami

penurunan karena perusahaan menggunakan net working capital yang sama

dalam menjalankan kegiatan usahanya untuk memperoleh penjualan

sehingga mengakibatkan turunnya net working capital turnover.

2. Berdasarkan perhitungan rasio likuiditas yang terdiri dari current ratio, quick

ratio, dan cash ratio, disimpulkan bahwa perusahaan memiliki tingkat

likuiditas yang berubah setiap tahunnya. Meskipun rasio likuiditas yang

dimiliki perusahaan untuk beberapa tahun mengalami penurunan, namun

perusahaan mampu melunasi kewajiban jangka pendeknya dengan nilai

64

Page 65: SKRIPSI YANG BARU

aktiva lancar perusahaan yang lebih besar dari pada hutang lancarnya sebesar

100%

3. Pengujian hipotesis menggunakan korelasi product moment menghasilkan :

a. Nilai koefisien korelasi yang dihasilkan berdasarkan perhitungan

pengujian hipotesis dengan menggunakan korelasi product moment

untuk tahun 2004 sampai tahun 2008 setiap semester ialah sebesar -

0,411 untuk net working capital turnover dengan current ratio, -0,384

untuk net working capital turnover dengan quick ratio, dan -0,29

untuk net working capital turnover denga cash ratio. Berdasarkan

hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa hubungan antara

net working capital turnover dengan tingkat likuiditas adalah rendah.

b. Nilai koefisien determinasi untuk net working capital turnover

dengan current ratio ialah sebesar 16,89%, nilai koefisien determinasi

untuk net working capital turnover dengan quick ratio sebesar

14,74%, dan untuk net working capital turnover dengan cash ratio

memiliki nilai koefisien determinasi sebesar 8,41%. Berdasarkan

rata-rata, nilai koefisien determinasi untuk net working capital

turnover dengan rasio likuiditas sebesar 13,35%, hubungan antara net

working capital turnover terhadap tingkat likuiditas perusahaan

sebesar 13,35%.

c. Berdasarkan perhitungan thitung untuk net working capital turnover

dengan current ratio sebesar -2,78, untuk net working capital turnover

dengan quick ratio sebesar -2,56, dan -1,8679 untuk net working

capital dengan cash ratio. Untuk α = 5% dan derajat kebebasan df (n-

2) didapatka ttabel sebesar ±2.024. sehingga didapatkan untuk net

working capital turnover dengan current ratio dan quick ratio t hitung < t

tabel, sedangkan untuk net working capital turnover dengan cash ratio t

hitung > t table yang artinya tidak terdapat hubungan yang sigifikan antara

net working capital turnover dengan current ratio dan tidak pula

terdapat hubungan yang signifikan antara net working capital

65

Page 66: SKRIPSI YANG BARU

turnover dengan quick ratio. Sedangkan untuk net working capital

turnover dengan cash ratio terdapat hubungan yang signifikan.

5.2 Saran

Berdasarkan atas penelitian yang telah dilakukan, maka penulis memberikan

saran sebagai berikut :

1. Perusahaan seharusnya memperhatikan dan mengelola working

capitalnya dengan baik. Working capital harus digunakan secara tepat

dan produktif untuk dapat menghasilkan penjualan agar tidak terjadi dana

yang menganggur sehingga tingkat net working capital turnover akan

meningkat.

2. Tingkat likuiditas perusahaan harus dikelola dengan baik walaupun

keadaan perusahaan tidak menentu agar perusahaan tetap mampu

melunasi kewajiban jangka pendeknya dengan baik dengan cara menjaga

nilai aktiva lancar lebih besar daripada hutang lancar.

3. Bagi peneliti selanjutnya, dapat meneliti analisis hubungan net working

capital turnover terhadap tingkat likuidtas perusahaan untuk industry

lainnya, seperti industri food and beverage, atau pada industri alas kaki.

Selain itu penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengkaji lebih dalam

mengenai apa pengaruh yang ditimbulkan akibat net working capital

turnover terhadap tingkat likuiditas.

66

Page 67: SKRIPSI YANG BARU

DAFTAR PUSTAKA

Akhmad Fanny Farhan, “Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Tingkat

Likuiditas Perusahaan (Studi Survey Pada Perusahaan Telekomunikasi

Yang Terdaftar di BEJ”, FE Universitas Widyatama Bandung, November

2005.

Bambang, Riyanto, 2001, “Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan”, Edisi

keempat, Cetakan ketujuh, Yogyakarta : BPFE.

Dwi Prastowo dan Rifka Julianty, 2002, “Analisa Laporan Keuangan”, Edisi

kedua, Yogyakarta, YPKN.

Indonesia Stock Exchange, “Laporan Keuangan Industri Rokok Yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2008”. [online] tersedia www.idx.co.id.

Kim et al, 1998, “Faktor-faktor Penentu Likuiditas Perusahaan Manufaktur di Bursa

Efek Jakarta Tahun 2000-2004”. [online] tersedia www.google.com

Mardiyanto, Handono, 2009, “Inti Sari Manajemen Keuangan”, Jakarta, Penerbit

PT. Grasindo.

67

Page 68: SKRIPSI YANG BARU

Papaioannou G.J., Elizabeth S., and Nickolas G.T. 1992. "Ownership Structure

andCorporate Liquidity Policy", Managerial adan Decisions

Economics,Jul/Aug, Vol. 13, No. 4., p. 315.

Priyanto, Duwi, 2008, “Mandiri Belajar SPSS Untuk Analisis Data dan Uji

Statistik”, Cetakan Pertama, Yogyakarta, Penerbit Mediakom.

S. Munawir, 2002, “Analisa Laporan Keuangan”, Edisi Keempat, Cetakan Ketiga

belas, Yogyakarta, Liberty.

Sofyan Syafri Harahap, 2001, “Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan”, Cetakan

Ketiga, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada.

Sugiono, Arief, 2009, “Manajemen Keuangan Untuk Praktisi Keuangan”,

Jakarta, Penerbit PT. Grasindo.

68