Top Banner
Http//:www.suaramuhibbuddin.wordpress.com I. JUDUL : “Peran Guru Pembimbing Dalam Kegiatan Pembiasaan Akhlak MuliaII. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah kebiasaan yang sudah dijalankan oleh manusia dalam jangka panjang, akan sulit untuk dirubah. Apabila kebiasaan tersebut terlaksana semenjak kecil maka di masa besarnya akan membekas kuat dan sukar untuk dihilangkan. Kebiasaan yang baik ataupun buruk di masa kecilnya, memberikan pola bentuk tingkah laku manusia pada usia dewasanya. Maka pendidikan akhlak yang terpuji melalui pembiasaan berperilaku baik ini, merupakan salah satu bagian dari proses pembelajaran di SMP Muhammadiyah Tersono – Batang. Selain mata pelajaran pokok yang harus disampaikan untuk para pelajar SMP Muhammadiyah Tersono - Batang ini, pembiasaan juga diprioritaskan sebagai bagian tak terpisahkan dari Kegiatan Belajar Mengajar. Di SMP Muhammadiyah Tersono –Batang ini, guru pembimbing memiliki tanggungjawab untuk menjalankan dan melancarkan proses kegiatan pembelajaran melalui pembiasaan berperilaku sesuai kaedah dan dasar-dasar ajaran agama. Sememangnya, kegiatan pembiasaan benar-benar terkait juga dengan proses kegiatan belajar mengajar di sekolah, yang mana pelaksanaannya juga sangat urgen dan tidak dapat dipisahkan. Para pelajar SMP Muhammadiyah Tersono –Batang, dan kita juga hidup dengan lingkungan dan kondisi sekeliling yang tidak lepas dari keadaan lingkungan 1
58

Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

Jun 27, 2015

Download

Documents

Soraya Thoha
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

Http//:www.suaramuhibbuddin.wordpress.com I. JUDUL : “Peran Guru Pembimbing Dalam Kegiatan Pembiasaan Akhlak Mulia”

II. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebuah kebiasaan yang sudah dijalankan oleh manusia dalam jangka panjang,

akan sulit untuk dirubah. Apabila kebiasaan tersebut terlaksana semenjak kecil maka di

masa besarnya akan membekas kuat dan sukar untuk dihilangkan. Kebiasaan yang baik

ataupun buruk di masa kecilnya, memberikan pola bentuk tingkah laku manusia pada

usia dewasanya. Maka pendidikan akhlak yang terpuji melalui pembiasaan berperilaku

baik ini, merupakan salah satu bagian dari proses pembelajaran di SMP

Muhammadiyah Tersono – Batang. Selain mata pelajaran pokok yang harus

disampaikan untuk para pelajar SMP Muhammadiyah Tersono - Batang ini,

pembiasaan juga diprioritaskan sebagai bagian tak terpisahkan dari Kegiatan Belajar

Mengajar.

Di SMP Muhammadiyah Tersono –Batang ini, guru pembimbing memiliki

tanggungjawab untuk menjalankan dan melancarkan proses kegiatan pembelajaran

melalui pembiasaan berperilaku sesuai kaedah dan dasar-dasar ajaran agama.

Sememangnya, kegiatan pembiasaan benar-benar terkait juga dengan proses kegiatan

belajar mengajar di sekolah, yang mana pelaksanaannya juga sangat urgen dan tidak

dapat dipisahkan.

Para pelajar SMP Muhammadiyah Tersono –Batang, dan kita juga hidup

dengan lingkungan dan kondisi sekeliling yang tidak lepas dari keadaan lingkungan

1

Page 2: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

beragam, di mana berbagai macam tingkah laku dan aneka perbuatan terjadi dan

hampir menjadi pemandangan keseharian kita. Kondisi tersebut tentunya akan

memberikan akibat serius bagi siswa sekolah, secara langsung maupun tak langsung.

Akibat tersebut bisa dengan cepat memberi pengaruh kepada siswa sekolah ataupun

pengaruh itu dataing setelah beberapa tahun menyaksikan tingkah polah yang kurang

sehat bagi perkembangan pemikiran dan pekerti akhlak mulia seorang anak tesrebut.

Berdasarkan Teori Belajar Behavioristik, yang dikemukakan oleh Gage dan

Berliner yang mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif,

sehingga respon atau perilaku tertentu dibentuk menggunakan metode drill atau

pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan

reinforcement dan akan menghilang bila dikenai hukuman. (http://id.wikipedia.org/

wiki/Teori_Belajar_Behavioristik, 17 Agustus 2010, 21.13 WIB)

Persoalan utama yang timbul sebenarnya bukan pada bagaimana seorang siswa

sekolah tersebut secara mentah menerima dan meniru perbuatan dan tingkah laku yang

kadangkala dianggap keliru dari sisi norma masyarakat umumnya, akan tetapi

bagaimana supaya semua kejadian buruk dan tingkah laku tidak sehat di tengah

masyarakatnya itu bisa menjadi iktibar dan memberi dampak positif terhadap daya

nalar dalam mempertimbangkan pilihan terbaik untuk dirinya di masa depan.

Seakan-akan kita memang merestui kejadian buruk dan tingkah keliru dari

anggota masyarakat itu. Tetapi, kita harus menyadari bahwa latar belakang kehidupan

manusia sangatlah kompleks dan berisi dengan beraneka cerita masa lalu dan beragam

pemikiran anggota masyarakat juga. Guru dan Orang tua tidak bisa untuk dengan

2

Page 3: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

segera dan seketika merubah dan memberi gaya hidup sesuai dengan kode-kode norma

ideal yang sesungguhnya. Oleh sebab itu maka dalam perbahasan ini kita diwajibkan

untuk menyelenggarakan situasi dan mengkondisikan suasana keseimbangan dan

neraca datar, atau kalau bisa melahirkan penilaian lebih baik dalam mengolah karakter

masyarakat lingkungan siswa itu sendiri.

Dalam hal ini sepantasnya kita lebih aktif dan menyajikan suasana yang

kondusif dengan nuansa keseharian ditaburi keindahan akhlak mulia dan akhlak ideal

yang didasarkan kepada hukum dan aturan baku agama, yang dalam hal ini adalah

agama Islam. Tidak sedikit dari pendidik yang merasa bersalah dan berhadapan dengan

situasi sulit jika sudah menangani akhlak dan tingkah laku sehari-hari siswa, baik di

sekolah, maupun mendengar laporan kegiatannya di rumah. Guru, khususnya Guru

Pembimbing seolah-olah hanya menjadi penjaga kelas siswa yang tidak bisa memberi

peringatan keras dan terpaksa harus diam serta kadang lambat menelusuri dan

menyelesaikan kasus dan peristiwa unik para siswanya. Padahal sesungguhnya di

tengah masyarakat normatif, peran guru sangat signifikan.

Di satu sisi, guru adalah suatu kedudukan atau jabatan. Kedudukan seorang

guru adalah kedudukan yang mulia, tetapi merupakan amanah yang berat yang harus

dilaksanakan dengan tepat dan hati-hati. Jangan sampai siswa menjadi korban dari

kesewenangan guru, terutama guru Bimbingan Konseling, dalam mendidik siswa. Yang

menarik, kedudukan itu bukanlah perhiasan, sehingga jika ia adalah perhiasan, maka

kedudukan akan menjadi sesuatu yang indah. (Muhammad Muhyidin, 2003:130).

3

Page 4: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah-

masalah sebagai berikut :

1. Pengaruh kebiasaan di masa remaja sangat besar dalam perkembangan perilaku

manusia

2. Orang tua siswa yang tidak selalu bisa mengarahkan akhlak anaknya baik akhlak

kepada Allah, kepada sesama temannya, kepada dirinya sendiri dan kepada

lingkungan sekitarnya

3. Pergaulan siswa di luar sekolah dan di luar rumah yang kurang bisa dikendalikan

oleh orang tua, yang akhirnya menjadi kebiasaan, apakah itu baik atau buruk

4. Waktu pergaulan di luar sekolah dan luar rumah yang kadang lebih banyak dari

kegiatan di sekolah

5. Banyaknya siswa yang masih belum terbiasa melakukan kegiatan mulia, baik di

sekolah dan di rumah

4

Page 5: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

C. Pembatasan Masalah

Mengingat keterbatasan kemampuan peneliti, waktu dan dana, maka penelitian

ini dibatasi pada peran guru pembimbing dalam pelaksanaan kegiatan pembiasaan

akhlak mulia siswa SMP Muhammadiyah Tersono – Batang Tahun Pelajaran 2010-

2011

D. Rumusan Masalah

Supaya pada bab-bab berikutnya tidak melebar dan mengembang sehingga

mengesampingkan permasalahan mendasar yang menjadi titik tolak dalam proposal ini,

maka perlu pembatasan masalah yang akan dibahas dan merumuskannya dalam bentuk

kalimat Tanya.

Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

“Bagaimana peran Guru Pembimbing dalam pelaksanaan kegiatan pembiasan

akhlak mulia di SMP Muhammadiyah Tersono Batang?”

5

Page 6: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

E. Tujuan Penelitian.

Tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah untuk mendapatkan data yang

valid dan bersifat empiris tentang bagaimana peran guru pembimbing dalam

pelaksanaan kegiatan pembiasaan akhlak mulia di SMP Muhammadiyah Tersono

Batang.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan bisa menambah khazanah keilmuwan bagi pengembangan

ilmu pengetahuan, terutama yang berkaitan dengan peran Guru Pembimbing dalam

pembiasaan akhlak mulia.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Penelitian ini sangat bermanfaat terutama dalam meningkatkan kompetensi

dalam melaksanakan tugas sebagai Guru Pembimbing di sekolah formal,

memberdayakan kegiatan pembiasaan akhlak mulia di sekolah menghadapi

6

Page 7: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

kondisi para siswa sekolah seumur remaja yang sudah tidak dapat dipisahkan

dari pergaulan di tengah masyarakatnya dengan akhlak yang beraneka ragam.

b. Bagi Siswa

Sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan pembiasaan akhlak mulia yang

dibimbing oleh Guru Pembimbing, serta menambah praktik kegiatan positif di

sekolah bagi siswa

c. Bagi Orang tua

Membantu dalam melaksanakan peranan orang tua dalam memberi kegiatan

pendidikan kebiasaan akhlak mulia terhadap anak-anaknya, terutama orang tua

yang sudah sibuk dengan pekerjaan dan kegiatan di luar rumah, sehingga

perhatian terhadap anak-anaknya berkurang

d. Bagi Lembaga

Manfaat bagi lembaga SMP Muhammadiyah Tersono Kabupaten Batang, yaitu

bahwa penelitian ini sangat berguna terutama sebagai bahan untuk mendukung

dalam pembelajaran akhlak mulia siswa-siswinya.

7

Page 8: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

III. LANDASAN TEORI

A. Peran Guru Pembimbing

1. Pengertian Peran Guru Pembimbing

Sebagaimana dimuat di halaman www.bahasa.cs.ui.ac.id, dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia Online, Peran merupakan perangkat tingkah yg diharapkan

dimiliki oleh orang yg berkedudukan dl masyarakat. Peran merupakan satuan tugas

kegiatan yang dijalankan oleh seseorang, dalam rangka sebuah kegiatan dengan

misi dan tujuan tertentu. (http://bahasa.cs.ui.ac.id/kbbi/kbbi.php?keyword=

peran&varbidang=all&vardialek=all&varragam=all&varkelas=all&submit=kamus,

27 Oktober 2010, 22.03.WIB)

Sementara itu, Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 14 Tahun 2005

Tentang Guru Dan Dosen, dalam Bab I pasal 1, menyebutkan bahwa yang

dimaksud dengan Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta

didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah. Dalam proses kegiatan belajar mengajar di sekolah,

komponen yang paling utama dalam transfer ilmu pengetahuan dan ilmu perilaku

adalah guru. Komponen yang terlibat dalam lembaga pendidikan adalah kepala

sekolah, wali kelas, guru bidang studi dan guru pembimbing.

8

Page 9: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

Guru pembimbing berhubungan erat dengan adanya proses bimbingan.

Bimbingan sendiri memiliki beberapa pengertian dasar. Guru pembimbing terdiri

dari dua kata Guru dan Pembimbing. Isjoni dalam bukunya Dilema Guru: Ketika

Pengabdian Menuai Kritikan, mengutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, Guru

diartikan sebagai orang yang pekerjaannya mengajar dan dimaknai sebagai tugas

profesi. Dalam pandangan Moh.Uzer Usman (1992), Guru merupakan profesi,

jabatan dan pekerjaan yang memerlukan profesi khusus, di mana yang jenis

pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh orang sembarangan di luar bidang

kependidikan.

Kemudian, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata Pembimbing,

berasal dari kata Bimbing, dengan tambahan prefiks Pe- yang berarti orang atau

pelaku pembimbingan. Jadi pembimbing merupakan orang yang melakukan proses

bimbingan atau pembimbingan. Sedangkan arti bimbingan itu sendiri, sebagaimana

dikutip oleh I.Djumhur dalam bukunya Bimbingan dan Konseling di Sekolah,

dikutip dari buku “Jear Book of Education” 1995, bimbingan adalah suatu proses

membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan

mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan

kemanfaatan sosial. Sementara itu Stoops menjelaskan bahwa yang dimaksud

dengan bimbingan adalah suatu proses yang terus menerus dalam membantu

perkembangan individu untuk mencapai kemampuannya secara maksimal dalam

mengarahkan manfaat yang sebesar-besarnya baik bagi dirinya maupun

9

Page 10: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

masyarakat”. Menurut Crow & Crow, bimbingan dapat diartikan sebagai bantuan

yang diberikan oleh seseorang baik pria maupun wanita, yang memiliki pribadi

yang baik dan pendidikan yang memadai, kepada seorang individu dari setiap usia

untuk menolongnya mengemudikan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri,

mengembangkan arah pandangannya sendiri, membuat pilihannya sendiri dan

memikul bebannya sendiri”. Pendapat yang lebih fokus adalah disampaikan oleh

Miller yang mendefinisikan bimbingan sebagai suatu proses bantuan terhadap

individu untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk

melakukan penyesuaian diri secara maksimal kepada sekolah, keluarga serta

masyarakat”.

Berdasarkan pengertian di atas, maka Guru pembimbing adalah seorang

guru yang berfungsi sebagai pemberi bimbingan kepada individu atau siswanya,

untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk

melakukan penyesuaian diri secara maksimal kepada sekolah, keluarga serta

masyarakat. Atau dengan kalimat lain, guru pembimbing adalah guru yang

menjadi pelaku utama dalam suatu proses yang terus menerus dalam membantu

perkembangan individu untuk mencapai kemampuannya secara maksimal dalam

mengarahkan manfaat yang sebesar-besarnya baik bagi dirinya maupun masyarakat.

2. Syarat-syarat Guru Pembimbing

10

Page 11: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

Menjadi guru pembimbing bukanlah hal mudah. Diperlukan tahapan-

tahapan persyaratan pendidikan untuk mendapatkan sertifikat menjadi dan sebagai

guru pembimbing.

Sebagaimana ditulis oleh Kanthi Puji Solehhati (2005:20), yang diunduh

dari halaman http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/

HASH43d0.dir/doc.pdf, syarat-syarat menjadi guru pembimbing yaitu:

pengetahuan, keterampilan, dan sikap/kepribadian, yang dijelaskan sebagai berikut:

a. Pengetahuan guru pembimbing atau konselor, yang diperoleh secara:

1) Pendidikan Formal

2) Pendidikan Non formal, yaitu pengetahuan dari pengalaman bekerja, usaha

dan belajar melalui bulletin, surat kabar, brosur, yang sesuai dengan bidang

bimbingan dan konseling, yang juga meliputi berbagai ilmu pengetahuan,

psikologi, bimbingan dan konseling (Hendrarno, dkk, 1987: 110).

b. Keterampilan-ketrampilan sebagai berikut:

1) Keterampilan antar pribadi, yaitu kemampuan kepribadian untuk

membina relasi dengan klien sehingga klien dapat terlibat dalam proses

konseling.

2) Keterampilan mengamati yaitu dimana konselor dituntut untuk

sungguh-sungguh sadar akan apa yang sedang dikatakan klien khususnya

melalui gerakan tubuh klien, raut muka, intonasi suara, dan ketidaksesuaian

antara sikap tubuh dengan ungkapan lesan klien.

11

Page 12: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

3) Keterampilan intervensi yaitu dimana konselor mampu melibatkan

klien dalam pemecahan masalah.

4) Keterampilan integrasi yaitu dimana konselor mampu menerapkan

strategi-strategi pada situasi-situasi khusus, sambil mengingat konteks

budaya dan sosio ekonomis klien (Yeo, 1994: 62-83).

c) Sikap/kepribadian, di antaranya:

1) Pribadi matang dan mampu adaptasi dengan baik.

2) Memahami orang lain secara objektif dan simpatik.

3) Memiliki kemampuan untuk bekerjasama dengan orang lain

secara baik dan lancar.

4) Bisa mengerti batasan kemampuan yang ada pada dirinya

sendiri.

5) Berminat besar mengenai murid-murid, dan berkeinginan untuk

membantu mereka dengan penuh empati.

6) Dewasa secara pribadi, spiritual, mental, sosial, dan fisik.

7) Peka terhadap berbagai sikap dan reaksi.

8) Respek terhadap orang lain.

9) Memiliki kemampuan berkomunikasi.

10) Tidak mementingkan diri sendiri (Wibowo, 1986: 97-98).

3. Tugas Guru Pembimbing :

12

Page 13: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

Guru pembimbing memiliki tugas pokok dan kaitan tanggungjawabnya

dalam profesionalisme guru. Sesuai Pedoman Bimbingan Penyuluhan, Buku IIIC

(1975) guru pembimbing mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

a. Bertanggung jawab penuh terhadap jalannya kegiatan program bimbingan dan

konseling Menyusun konsep program bimbingan dan konseling bersama kepala

sekolah.

b. Menyusun batasan dan garis-garis haluan kebijaksanaan umum mengenai

kegiatan bimbingan dan konseling

c. Membantu siswa untuk memahami dan mengadakan penyesuaian pada diri

sendiri, lingkungan sekolah, dan lingkungan sosial yang makin semakin

berkembang Membuat laporan kegiatan pelaksanaan program sehari-hari.

d. Memberikan laporan kegiatan bimbingan dan konseling kepada kepala sekolah.

e. Menerima dan mengelompokkan informasi pendidikan dan informasi lainnya

yang diperoleh dan mengirimkannya sehingga menjadi catatan kumulatif siswa.

f. Menganalisis dan menafsirkan data siswa guna mendapatkan suatu rencana

tindakan bimbingan positif terhadap siswa.

g. Memberikan informasi pendidikan dan jabatan kepada siswa-siswa dan

menafsirkannya untuk keperluan perencanaan pendidikan dan jabatan.

h. Menyelenggarakan pertemuan staf bimbingan .

i. Melaksanakan bimbingan dan konseling baik secara kelompok maupun secara

perorangan/individual.

13

Page 14: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

j. Mengadakan konsultasi dengan instansi-instansi yang berhubungan dengan

program bimbingan dan konseling dan memimpin usaha penyelidikan

masyarakat di sekitar sekolah, untuk mengetahui lapangan kerja yang tersedia.

k. Melakukan penelitian berlanjutan terhadap siswa-siswa tamatan sekolahnya dan

terhadap siswa yang keluar sebelum tamat serta melakukan usaha penilaian

yang lain secara autentik.

l. Bersama guru membantu siswa memilih pengalaman/kegiatan-kegiatan

kurikuler yang sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.

m. Membantu guru dalam penyusunan pengalaman belajar dan membuat

penyesuaian metode mengajar yang tepat guna dalam mata pelajaran dan

kondisi individual siswa.

n. Menyelenggarakan konsultasi dengan orang tua siswa dan mengadakan

kunjungan rumah.

o. Mengadakan pembicaraan kasus (case conference)

p. Melakukan wawancara konseling dengan siswa

q. Menyelenggarakan program latihan bagi para petugas bimbingan dan konseling.

r. Mengadakan referal kepada lembaga atau ahli yang lebih berwenang (dalam

Wibowo, 1986: 89-90).

4. Kompetensi Guru Pembimbing

14

Page 15: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

Sesuai Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan Dan Konseling Dalam

Jalur Pendidikan Formal (Depdiknas, 2008), kompetensi guru pembimbing

tersebut adalah:

a. Memahami secara mendalam konseli yang hendak dilayani

b. Mengusai landasan teoritik bimbingan dan konseling

c. Menyelenggarakan bimbingan dan konseling yang memandirikan

d. Mengembangkan pribadi dan profesionalitas secara berkelanjutan

Kesemua kompetensi di atas dijadikan sebagai standard kompetensi bagi

guru pembimbing di Indonesia. Bentuk kompetensi tersebut disusun sedemikian

rupa agar profesi konselor atau guru pembimbing dapat terjaga baik mutu, teknis

dan hasilnya.

Seorang yang akan menjadi seorang guru pembimbing atau konselor

diharuskan sudah memenuhi syarat dan mencapai tingkat kompetensi sesuai yang

ditetapkan.

B. Masa Remaja Manusia

1. Masa Remaja dan Perkembangannya

Siswa sekolah menengah pertama merupakan masa usia remaja.

Dalam bukunya Psikologi Perkembangan (2009:206), Hurlock menjelaskan

15

Page 16: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

bahwa istilah remaja atau adolescence berasal dari kata Latin adolescere yang

berarti “tumbuh“ atau “tumbuh menjadi dewasa”. Andi Mappiere merumuskan

rentang usia remaja dalam buku Psikologi Remaja (1982:25), bahwa rentang

usianya antara 13 sampai 17 tahun untuk remaja awal dan 18 sampai sampai 21

tahun untuk remaja akhir. Masa remaja merupakan masa yang masih labil dan

berada dalam titik rawan manusia. Masa remaja berada dalam masa transisi dari

kanak-kanak menuju dewasa. Masa pancaroba ini memungkinkan adanya

ketidakjelasan arah pemikiran dan tingkahlakunya. Kadang menampilkan diri

dengan sikap yang seakan-akan sudah dewasa, tetapi, sebenarnya secara mental

belum matang dan siap menerima keadaan dirinya sebagai orang dewasa. Tetapi

pada saat yang sama, kadang berlaku kekanak-kanakan jika sedang atau dipaksa

menghadapi permasalahan hidupnya secara mandiri. Dalam masa ini,

pemaksaan adanya pemandu dan penuntun bisa berarti ancaman bagi

perkembangannya, tetapi sebenarnya manusia usia remaja sangat membutuhkan

tuntunan dan pedoman yang jelas untuk arah masa sepannya, meskipun

penolakan tentunya ada dan bahkan bersikap keras kepala memaksakan

kehendaknya sendiri, tanpa menghiraukan bimbingan dan peringatan guru atau

orang tuanya.. Tidak mengherankan jika banyak orang tua yang dibuat

kalangkabut menghadapi berbagai kerenah remaja ini.

2. Ciri-ciri Masa Remaja

16

Page 17: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

Menurut Hurlock (2009:207), remaja memiliki ciri-ciri khusus yang

spesifik dalam diri seorang remaja, yaitu :

a. Masa remaja sebagai periode yang penting

b. Masa remaja sebagai periode peralihan

c. Masa remaja sebagai periode perubahan

d. Masa remaja sebagai usia bermasalah

e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas

f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan

g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistk

h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

3. Tugas Perkembangan Masa Remaja

Dalam buku Psikologi Perkembangan, Hurlock (2009:10), memberikan rician

tugas-tugas perkembangan masa remaja, yaitu :

a. Memperoleh hubungan-hubungan baru dan yang lebih matang dengan yang

sebaya dari kedua pria maupun wanita

b. Memperoleh peranan sosial pria dan wanita

17

Page 18: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

c. Menerima fisik dari dan menggunakan badan secara efektif

d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggungjawab

e. Memperoleh kemandirian diri melepaskan ketergantungan diri dari orang

tua dan orang dewasa lainya.

f. Mempersiapkan karier ekonomi

g. Persiapan perkawinan dan kehidupan berkeluarga

h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etika sebagai pegangan untuk

berperilaku.

Sementara itu, Andi Mappiere dalam buku Psikologi Remaja (1982:99),

menambahkan tugas perkembangan remaja selain tersebut di atas yaitu adanya

sikap mengembangkan keterampian intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan

sebagai warga negara yang baik

4. Faktor Lingkungan Yang Memberi Pengaruh Bagi Remaja

Dalam buku Sosiologi Keluarga: Tentang Ikhwal Keluarga, Remaja dan Anak,

Soerjono Soekanto (2004:70), menjelaskan beberapa jenis lingkungan yang dapat

mempengaruhi perilaku remaja:

a. Orang tua, saudara-saudara dan kerabat,

b. Kelompok sepermainan.

c. Kelompok pendidikan.

18

Page 19: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

C. Belajar

1. Pengertian Belajar.

Cronbach memberikan definisi, Learning is shown by a change in

behaviour as a result of experience. Horald Spears memberikan gambaran

bahwa Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves,

to listen, to follow direction. Sementara itu Geoch menjelaskan, Learning is a

change in performance as a result of practice. Dari ketiga definisi tersebut,

Sardiman (2009:20) menyimpulkan bahwa yang disebut dengan belajar adalah

perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya

dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan sebagainya.

Sedangkan, sebagaimana dikutip oleh Muslam, dkk, dalam Teori Belajar

Robert M.Gegne (2004:27) dijelaskan bahwa belajar diartikan sebagai suatu

perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau

pengalaman. Jadi belajar memiliki tiga unsur, yaitu perubahan tingkah laku atau

akhlak, adanya latihan atau pengalaman, dan sebelum dikatakan belajar sudah

terjadi proses perubahan yang relatif lama. Dalam buku Guru Dalam Proses

Belajar Mengajar, Muhammad Ali (2008:14) merumuskan bahwa yang

dimaksud dengan belajar secara umum berarti proses perubahan perilaku akibat

interaksi individu dengan lingkungannya. Perilaku mencakup pengetahuan,

pemahaman, ketrampilan, sikap dan sebagainya yang kesemuanya tidak dapat

diindentifikasi dalam diri individu, di mana hal tersebut merupakan

kecenderungan yang dinamakan perilaku saja. Perilaku dapat diukur lewat

19

Page 20: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

behavioral performance yang meliputi kemampuan menjelaskan, menyebutkan

sesuatu atau melakukan suatu perbuatan. Individu dapat dikatakan telah

menjalani proses belajar meskipun pada dirinya hanya ada perubahan dalam

kecenderungan perilaku.

2. Prinsip-Prinsip Belajar

Prinsip atau konsep-konsep belajar disampaikan oleh Robert M.Gegne,

(Muslam, dkk, 2004:28 ) meliputi :

a. Kontiguitas, memberikan situasi atau materi yang mirip dengan

harapan pendidikan tentang respon anak yang diharapkan, beberapa kali

secara berturut-turut.

b. Pengalaman, adanya situasi dari respon secara berulang-ulang

sehingga menjadi sebuah kebiasaan tingkah laku yang dipraktikkan supaya

belajar menjadi lebih sempurna dan lebih lama diingat.

c. Penguatan, adanya respon menyenangkan seperti hadiah bagi prestasi

belajar tertentu

d. Motivasi positif, percaya diri dalam belajar

e. Tersedia materi pelajaran yang lengkap dan menyeluruh untuk

memancing siswa

f. Ada upaya membangkitkan ketrampilan intelektual untuk belajar

20

Page 21: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

g. Ada strategi yang tepat untuk membiasakan anak-anak dalam belajar

h. Aspek jiwa anak harus dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam

pengajaran.

3. Proses Perbuatan Belajar

Sebagaimana dikutip oleh Nana Sudjana dalam bukunya, Dasar-Dasar

Belajar Mengajar (2009:46), Gagne berpendapat bahwa terdapat delapan tipe

perbuatan yang diidentikkan sebagai perbuatan belajar. Delapan tipe tersebut

adalah :

a. Belajar Signal, yang merupakan proses belajar yang paling sederhana yang

melibatkan reaksi dan rangsangan saja.

b. Belajar mereaksi perangsang melalui penguatan, yaitu memberikan reaksi

yang berulang-ulang ketika terjadi suatu penguatan rangsangan.

Membiasakan reaksi secara berulang-ulang dan permanen.

c. Belajar membentuk rangkaian, yaitu belajar yang menghubungkan

gejala/faktor /yang satu dengan lainnya sehingga membentuk sebuah

rangkaian yang berarti.

d. Belajar asosiasi verbal, yaitu memberikan reaksi dalam bentuk kata-kata dan

bahasa, terhadap perangsang yang diterimanya

e. Belajar membedakan hal yang majemuk, yaitu memberikan reaksi yang

berbeda terhadap perangsang yang hampir sama sifatnya.

21

Page 22: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

f. Belajar konsep, yaitu menempatkan obyek menjadi satu klasifikasi tertentu

di dalam pemikiran dan konsepsi tertentu.

g. Belajar kaedah, yaitu menghubungkan beberapa konsep.

h. Belajar memecahkan masalah dengan cara menggabungkan beberapa

kaedah dalam rangka menyelesaikan masalah tertentu.

4. Teori Behavioristik Dalam Proses Belajar

Dalam proses pembelajar atau proses belajar tidak dapat dipisahkan

dari adanya psikologi behavioristik. Psikologi Behavioristik mengembangkan

sebuah teori belajar yang dinamakan Teori Behavioristik yang merupakan teori

dalam pembelajaran yang sudah dikenal lama, menjadi pelopor yang memberi

pengaruh kuat, serta sudah dipergunakan selama beberapa kurun waktu yang

lama.

Teori ini memiliki dua jenis, pengkondisian klasikal (classical conditioning)

yang diperkenalkan oleh Ivan Petrovich Pavlov, seorang fisiolog, psikolog dan

dokter dari Rusia, dan pengkondisian operan (operant conditioning) yang

dikemukakan oleh Burhus F.Skinner, seorang psikologi berasal dari Amerika.

Penjelasan singkat mengenai kedua aliran Behavioristik tersebut sebagai

berikut:

a. Aliran Pengkondisian Klasikal

22

Page 23: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

Sebagaimana dikutip oleh Muhammad Asrori, dalam buku Psikologi

Pembelajaran (2008:7), Ivan Pavlov menjelaskan dalam sebuah istilah yang

dinamakan “Hukum Perkaitan” (Law of Association), di mana seseorang

akan mampu mengingat suatu focus tertentu apabila ada semacam kail atau

pancingan ingatan yang berhubungan dan berkaitan langsung dengan fokus

yang akan diingatnya tersebut. Sebagai misalan, apabila kita melihat

kendaraan yang mewah, maka ingatan kita akan mengasosiasikan terhadap

pemahaman seketika bahwa pemiliknya adalah orang kaya.

b. Aliran Operan Dalam Pembelajaran

Dalam bukunya yang berjudul “The Behavior of Organism”, yang

diterbitkan tahun 1938, Burrhus F.Skinner menyebutkan tentang aliran

pengkondisian operan ini. Operan diartikan oleh Skinner sebagai “bertindak

ke atas”, yaitu bahwa apabila organisme mendapakan sebuah respon baik,

disebabkan oleh adanya tindakan baik atau positif oleh organisme tersebut.

Burrhus mengumpamakan seekor anjing yang mengulang-ulang

menjulurkan kakinya ke depan kemudian anjing mendapatkan sesuatu

makanan yang enak baginya, maka anjing akan mengulang-ulangnya di

masa yang akan datang untuk mendapatkan makanan yang diinginkannya

tersebut.

Dalam pernyataan berikutnya, Skinner membagi aliran ini dalam

beberapa teknik yang bermanfaat dalam proses belajar manusia, yaitu:

23

Page 24: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

1) Pembentukan Respon (Shaping of Behaviour)

2) Generalisasi, diskriminasi dan penghapusan.

3) Jadwal penguatan.

4) Penguatan positif

5) Penguatan Intermiten

6) Penghapusan

7) Percontohan

8) Token economy

D. Pembiasaan

1. Pengertian Pembiasaan

Secara etimologis kata “pembiasaan” berasal dari kata “biasa”. Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia kata biasa berati lazim, biasa dan umum, seperti

sediakala sebagaimana yang sudah-sudah, sudah merupakan hal yang tidak

terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, sudah menjadi adat, sudah seringkali,

sebagai yang sudah-sudah, tidak menyalahi adat, atau tidak aneh. Dengan adanya

prefiks “pe” dan suffiks “an” menunjukkan arti proses. Sehingga pembiasaan dapat

berarti suatu proses menjadikan sesuatu tindakan atau perbuatan terbiasa atau bisa

dilakukan oleh oleh seseorang, sehingga menjadi suatu tindakan yang tidak aneh

lagi baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain di sekitarnya..

24

Page 25: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

Kemudian, definisi lainnya tertulis, Pembiasaan berasal dari kata dasar

“biasa” yang berarti sebagai sedia kala, sebagai yang sudah-sudah, tidak menyalahi

adat, atau tidak aneh. (Poerwadarminta, 2007:153). Dengan adanya prefiks “pe” dan

suffiks “an” menunjukkan arti proses. Sehingga pembiasaan dapat berarti suatu

prosess menjadikan sesuatu tindakan atau perbuatan terbiasa atau bisa dilakukan

oleh seseorang. (sebagaimana diunduh dari http://imronfauzi.wordpress.com/

2009/05/11/124, 16 Agustus 2010, 22.24 WIB).

.2. Teori-teori Pembiasaan

Teori Pembiasaan dapat didasarkan pada Al Qur’an, hadits dan pendapat

para pakar.

a. Dalam Al Qur’an Surat An Nur ayat 58, Allah SWT berfirman :

25

Page 26: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum balig di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) Yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari dan sesudah sembahyang Isya'. (Itulah) tiga 'aurat bagi kamu. tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana” (An Nuur : 58). (A.Hassan, 1978:693).

c. Teori berdasarkan hadits Nabi Muhammad SAW

Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya :

مـروا أولدكـLLم بـالصـLLلة وهـLLم أبـنـLLاء سـبـLع سـنـيـLLن واضـبـوهـLLم عـلـيـهـLLا وهـLLم أبـنـLLاء عـشـLLر سـنـيـLLن و فـرقـLLوا بـيـنـهـLLم فـLLى الـمـضـLLا خـLLع . ( رواه(أبـو داود

Artinya : “Suruhlah anak-anak kalian untuk melaksanakan shalat ketika mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka apabila meninggalkannya ketika mereka berumur sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka” (H.R..Abu Dawud). (Hana binti Abdul Aziz Ash-Shani, 2007:49).

c. Teori Pembiasaan Berdasarkan Pendapat Para Pakar

26

Page 27: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

Pendapat pakar bernama, Edward Lee Thoorndike yang terkenal

dengan Teori Connectionism (koneksionisme) yaitu belajar terjadi akibat

adanya asosiasi antara stimulus dengan respon, stimulus akan memberi

kesan pada panca indra, sedangkan respon akan mendorong seseorang untuk

bertindak (Wiji Suwarno, 2006: 59).

Dalam penelitannya, Thorndike berhasil menyusun tiga hukum, di

antaranya adalah hukum latihan (the low of exercise), yang kemudian

dikembangkannya menjadi dua hokum, yaitu hukum penggunaan (the low

of use) dan hukum bukan penggunaan (the low of disuse). Hukum

penggunaan ini bermaksud bahwa apabila pelatihan dilakukan secara

berulang-ulang, maka hubungan antara stimulus (perangsang pelatihan) dan

respon akan semakin kuat. Hukum bukan penggunaan berkata sebaliknya,

yaitu hubungan antara stimulus (perangsang) dan respon akan semakin

lemah jika pelatihan tidak diadakan.

Teori lain yang membahas tentang pembiasaan adalah adalah Ivan

Pavlov. Ivan menelurkan Teori Classical Conditioniong (Pembiasaan

Klasik). Eksperimen yang dilakukan terhadap seekor anjjing membawa

kepada kelahiran teori ini. Pada mulanya seekor anjing tidak mengeluarkan

air liurnya ketika bel dibunyikan, tetapi setelah bel dibunyikan yang diikuti

dengan kegiatan pemberian makan berupa daging, maka anjing itu

mengeluarkan air liurnya. Semakin sering kegiatan itu diulang dan diulang,

27

Page 28: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

maka semakin sering pula anjing mengeluarkan air liurnya, sehingga pada

suatu ketika terdengar bunyi bel tanpa diiringi makanan, dan ternyata anjing

tetap mengeluarkan air liurnya (Muhibbin Syah, 2006:96, diunduh dari

http://prodibpi.wordpress.com, 17 Agustus 2010, 16.11 WIB)

2. Pengertian Akhlak Mulia

Dasar hukum dalam membahas akhlak mulia ini adalah dari Al Qur’an,

hadits dan pendapat para pakar.

a. Berdasarkan Al Qur’an

Dalam surat Al Hujarat, ayat 11 – 12, Allah berfirman :

28

Page 29: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

11. Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.

12. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (A.Hassan, 1956:1016)

Definisi akhlak menurut Al Qur’an tidak ditulis secara jelas, tetapi

berupa kata lain yang merujuk kepada kata akhlak. Firman Allah dalam surat

Al-Qalam ayat 4 :

Artinya : “…dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung” (A.Hassan, 1956:1024)

29

Page 30: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

Menurut ayat tersebut makna tersirat dari akhlak atau khuluq adalah budi

pekerti. Budi perkerti ini bisa diartikan perbuatan, tingkah laku, kelakuan,

tindak tanduk.

b. Berdasarkan Hadits Nabi Muhammad SAW.

Rasulullah SAW pernah bersabda, “Agama adalah akhlak yang mulia”

(Al Hadits). (Yunahar Ilyas, 2001:7)

Agama didefinisikan oleh Nabi Muhammad sebagai akhlak yang mulia.

Perbuatan yang baik dan bisa memberi kebaikan untuk dirinya dan orang lain

merupakan akhlak. Sehingga apabila kita bicara agama, maka tidak lain adalah

kita sedang membicarakan bagaimana kita bisa membangun diri dan masyarakat

dengan perilaku yang mulia. Sedangkan segala perbuatan yang tidak tergolong

mulia atau baik, maka itu bukan tergolong akhlak.

c. Menurut Pendapat Pakar

Secara etimologi, akhlak (bahasa Arab) adalah bentuk jamak dari khuluq

yang artinya budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Berakar dari kata

khalaqa yang artinya menciptakan. Seakar dengan kata khaliq (pencipta),

makhluq (yang diciptakan) dan khalq (penciptaan). Dengan pengertian

etimologis seperti ini, maka akhlak bukan hanya merupakan tata aturan manusia

30

Page 31: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

dengan manusia lainnya, tetapi melibatkan tata perilaku antara manusia dengan

Tuhannya, dan bahkan dengan alam semesta. (Yunahar Ilyas, 2001:1).

Seorang pakar bahasa Arab bernama Ibnu Manzhur (630–711 H/1232–

1311 M), khuluq bermakna agama, tabiat dan perangai. Beliau juga mengatakan

bahwa antara akhlaq dan khalq (penciptaan) memiliki hubungan yang sangat

erat. Kalau khalq (penciptaan) adalah bentuk, sifat dan nilai-nilai yang bersifat

lahiriah (materiil) sebagaimana yang diciptakan Allah, maka khulq adalah

bentuk, sifat, dan nilai-nilai yang bersifat batin.(immateriil).

Kedua hal ini, khalq dan khuluq, terkadang disifati dengan baik dan

terkadang disifati dengan buruk. Pahala dan dosa lebih dikaitkan dengan yang

bersifat batin (khulq) daripada yang bersifat lahir (khalq) (lihat: Lisan al-‘Arab

pada Bab kha–lam– qaf).

Sementara itu, secara terminologis, Imam Ghazali yang hidup pada

tahun 450–505 H/1058–1111 M memberikan definisi akhlak sebagai kondisi

yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan

mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan (lihat: Ihya’ ‘Ulumud-

din). Dilihat dari definisi Imam Ghazali ini, akhlak lebih menuju kepada arti

sebuah perbuatan yang sudah menjadi kebiasaan, sehingga untuk melakukannya

tidak diperlukan kesiapan dan kesadaran khusus untuk melakukannya. Jadi,

menurut definisi ini, akhlak merupakan perbuatan yang diperbuat manusia tanpa

ada tekanan dan rangsangan dari pihak luar.

31

Page 32: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

Imam Ibrahim Anis mendefinisikan bahwa akhlak adalah sifat yang

tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik

atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan. Definisi lain

dikemukakan oleh Imam Abdul Karim Zaidan, akhlak adalah nilai-nilai dan

sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengan sorotan dan timbangannya,

seseorang menilai perbuatannya baik atau buruk, untuk kemudian memilih

melakukan atau meninggalkannya. (Yunahar Ilyas, 2001:2).

Dalam website http://infokito.wordpress.com/2008/02/15/ensiklopedia-

akhlak, disebutkan bahwa akhlak yaitu suatu keadaan yang melekat pada jiwa

manusia, yang daripadanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa

melalui melalui proses pemikiran, pertimbangan, atau penelitian. Perbuatan-

perbuatan tersebut melahirkan dua sisi penilaian, yang satu akhlak yang baik,

ialah akhlak yang baik dan terpuji menurut pandangan akal dan syar’i.

Sedangkan sisi satunya lagi, akhlak yang buruk ialah akhlak yang tidak baik,

yang bertentangan atau bersebarangan dengan akal, norma masyarakat normal,

dan syar’i. Kata akhlak merupakan bentuk jamak dari kata al-khuluq, atau al-

khulq, yang secara etimologis berarti :

(1) Tabiat, budi pekerti,

(2) Kebiasaan atau adat,

(3) Keperwiraan, kesatriaan, kejantanan,

(4) Agama, dan

32

Page 33: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

(5) Kemarahan (al-gadab).

2. Ruang Lingkup Akhlak

Sebagaimana dikutip dari Abdullah Draz dalam bukunya Dustur al Akhlaq

fi al Islam, Yunahar Ilyas membagi ruang lingkup tersebut adalah

a. Akhlak Pribadi

b. Akhlak berkeluarga

c. Akhlak bermasyarakat

d. Akhlak bernegara

e. Akhlak beragama

Sementara itu, makna mulia adalah terpuji atau baik. Sehingga akhlak mulia

merupakan suatu akhlak yang baik dan terpuji. Dalam Buku Panduan Pembiasaan

Akhlak Mulia Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Pertama (Depdiknas,

Depag, 2009:9) dijelaskan secara rinci, beberapa akhlak yang termasuk dalam

bentuk akhlak mulia, di mana siswa dilatih untuk melaksanakanya di sekolah, yaitu:

a. Akhlak kepada Allah

b. Akhlak kepada sesama manusia

33

Page 34: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

c. Akhlak terhadap diri sendiri.

d. Akhlak terhadap lingkungan sekitar

3. Pembiasaan Akhlak Mulia di Sekolah.

Sesuai dengan buku Panduan Pembiasaan Akhlak Mulia Pendidikan Agama

Islam Sekolah Menengah Pertama (Depdiknas, Depag, 2009:25), termasuk materi

yang diajarkan di sekolah-sekolah menengah pertama, adalah sebagai berikut

a. Akhlak ketika masuk masjid

b. Akhlak membaca Al Qur’an

c. Akhlak berdo’a

d. Akhlak mulia ketika mendapat nikmat

e. Akhlak mulia ketika ditimpa musibah

f. Akhlak mulia pada orang tua

g. Akhlak mulia pada teman

h. Akhlak mulia kepada guru

i. Akhlak mulia kepada tetangga

j. Akhlak mulia ketika meminjamkan

k. Akhlak mulia ketika berbicara

l. Akhlak ketika bermain

m. Akhlak ketika berjanji

34

Page 35: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

n. Akhlak ketika makan dan minum

o. Akhlak mulia ketika hendak tidur

p. Akhlak muia masuk rumah atau kelas

q. Akhlak ketika di kamar kecil

r. Akhlak ketika buang air kecil atau besar

s. Akhlak ketika berpakaian

t. Akhlak ketika bercermin

u. Akhlak ketika berkendaraan

v. Akhlak ketika belajar

w. Akhlak ketika bersin

x. Akhlak ketika menguap

y. Akhlak ketika meludah

z. Akhlak ketika sakit

aa. Akhlak ketika sedang marah

bb. Akhlak ketika berbelanja

cc. Akhlak ketika melihat kejadian alam

dd. Akhlak ketika melihat keindahan alam

ee. Akhlak kepada hewan

ff. Akhlak kepada tumbuhan

gg. Akhlak mulia ketika bersilaturohmi

B. Kerangka Berpikir

35

Page 36: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

Guru pembimbing merupakan sosok ideal yang memiliki tanggungjawab utama

dalam kegiatan pembinaan keselarasan proses pendidikan. Dengan berbagai

kompetensi yang sudah ditetapkan, dalam proses transfer atau pengiriman ilmu

pengetahuan dari guru mata pelajaran ke dalam ingatan dan pemikiran siswa, guru

pembimbing juga berperan dalam pembentukan karakter dan perilaku yang

menciptakan suasana kondusif dan berpeluang meningkatkan mutu dan hasil belajar

melalui proses belajar yang tepat dan menyenangkan. Peran guru pembimbing tidak

hanya sebatas membina dan membimbing lewat jalur bimbingan dan konseling, tetapi

juga bisa terlibat langsung dalam proses bimbingan dalam pembentukan perilaku mulia

melalui kegiatan pembiasaan akhlak mulia di sekolah. Dalam kenyataannya, selain guru

agama, guru pembimbing juga ikut bertanggungjawab dalam pembimbingan akhlak

mulia melalui pelaksanaan pembiasaan akhlak mulia ini.

Subyek yang menjadi sasaran kegiatan adalah siswa usia remaja, yang

merupakan pribadi pancaroba yang berada dalam posisi pertengahan atau peralihan,

baik dalam pemikiran, pandangan hidup, identitas dan gaya perilakunya. Periode ini

akan berdampak penting dan signifikan dalam kepribadian remaja. Berbagai masalah

meliputi pribadi remaja ini. masalah tersebut tentulah merupakan akumulasi dari

adanya faktor internal disertai berbagai pengaruh lingkungan baik keluarga, karib

kerabatm saudara, lingkungan teman bermain dan yang terakhir, lingkungan di sekolah.

Lingkungan sekolah dapat memberikan pengaruh, baik pengaruh positif ataupun

pengaruh negatif. Dengan adanya keterlibatan guru pembimbing, maka pelaksanaan

36

Page 37: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

pembiasaan akhlak mulia ini menjadi bagian dari lingkungan yang positif memberikan

pengaruh bagi perkembangan bentuk perilaku siswa.

Di setiap sekolah sebenarnya sudah ada kode panduan dalam pelaksanaan

pembiaasaan akhlak mulia, yang ini bertujuan untuk memberikan kesempatan luas bagi

siswa dalam meletakkan dasar perilaku ideal dalam hidupnya di masa depan.

Pembiasaan ini dapat dirasakan setelah siswa mengalami berbagai seluk beluk

kehidupannya. Tidak langsung serta merta menunjukkan hasilnya.

Dalam kaitannya dengan pembentukan akhlak mulia remaja maka semakin

sering tindakan mulia dilaksanakan dalam usia remaja, dipaksa atau tidak, maka

semakin mudah bagi siswa tersebut untuk melakukannya di masa depan, setelah

meninggalkan sekolahnya. Alur kegiatan pembiasaan ini juga sesuai dengan teori

Behaviouristik, di mana kebiasaan bisa memberi pengaruh dalam perilaku manusia, jika

pembiasaan itu baik, maka bisa menjadi modal untuk membentuk pribadi yang baik.

Pihak sekolah, dalam hal ini, guru pembimbing juga melibatkan dirinya untuk

membiasakan remaja berperilaku mulia dan disiplin, baik kepada Allah, masyarakat

sekitarnya, dirinya sendiri, maupun kepada lingkungan sekitarnya.

IV. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

37

Page 38: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

Jenis dan banyaknya variabel sangat mempengaruhi pendekatan penelitian,

namun jenis variabel juga dipengaruhi oleh jenis pendekatan. Beberapa factor yang

memberi pengaruh signifikan terhadap pendekatan penelitian, yaitu tujuan penelitian,

waktu dan dana yang tersedia, tersedianya subyek penelitian, dan minat peneliti.

Peneliti menerapkan jenis kuantitatif, yang mana pembahasannnya

menggunakan analisa deskriptif sebab mengungkapkan tentang sebuah gambaran, yaitu

analisis deskriptif untuk mengungkapkan peran guru pembimbing dalam kegiatan

pembiasaan akhlak mulia siswa SMP Muhammadiyah Tersono Kabupaten Batang.

Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang mendasar pada perhitungan

angka-angka atau statistik. (Suharsimi Arikunto, 2007:213).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah di SMP Muhammadiyah Tersono Batang Jawa

Tengah. Alamat Jalan Moh.Ridla No.03 Desa Rejosari Timur, Kec.Tersono

Kab.Batang, Pos 51272.

Waktu Penelitian dimulai dari bulan September s.d Desember 2010.

C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

1. Populasi Penelitian

38

Page 39: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

Yang dimaksud dengan penelitian adalah penyelidikan suatu masalah

secara sistematis, kritis,ilmiah dan formal, yang menggunakan logika proses

berpikir eskplisit yang setiap langkahnya dilakukan secara terbuka sehingga dapat

dikaji kembali, baik oleh yang bersngkutan maupun oleh orang lain, dan

informasinya dikumpulkan secara sistematis dan obyektif. Penelitian merupakan

kegiatan mencermati suatu obyek, dengan menggunakan metode tertentu untuk

memperoleh data informasi yang bermanfaat. (Suharsimi Arikunto, dkk,2009:53)

Definisi populasi menurut Sugiyono (2008:80) adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan

menurut Suharsimi, populasi adalah sebagai sejumlah penduduk atau individu

yang sedikitnya memiliki sifat yang sama (Suharsimi Arikunto, 2002).

Dengan dasar definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa populasi

adalah keseluruhan obyek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan,

tumbuhan, nilai atau peristiwa sebagai sumber data. Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh siswa SMP Muhammadiyah Tersono Kabupaten Batang, yang

berjumlah 85 siswa.

Tabel 1. Populasi seluruh Peserta Didik

SMP Muhammadiyah Tersono Batang

39

Page 40: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

No Kelas L P Total

1 VII

2 VIII

2 IX.A

3 IX.B

Jumlah

2. Sampel

Sugiyono (2008:81) mendefinisikan sampel sebagai bagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apa yang dipelajari dari

sampel itu kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi, sehingga sampel

yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif. Sementara itu, Sutrisno

Hadi (2000: 25) menjelaskan bahwa “sample penelitian adalah sebagian dari

jumlah populasi yang akan diselidiki, sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang

dari jumlah populasi”. Sampel diharuskan representatif, sebab supaya hasil

penelitian benar-benar realitas yang sebenarnya, bukan sangkaan atau perkiraan

sepihak, yang menyimpulkan hanya sebagian atau bagian tertentu dari sebuah

obyek penelitian.

40

Page 41: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

Dari pengertian sampel tersebut di atas, dapat ditarik batasan bahwa

sampel adalah sebagian anggota populasi yang dijadikan obyek penelitian dan

diambil dengan teknik tertentu. Dan besarnya jumlah sampel penelitian menurut

Sugiyono (2006:62) dapat menggunakan table Krejcie. Berdasarkan table Krejcie

dengan jumlah peserta didik …. orang, maka sampel yang diambil sebanyak

orang peserta didik. Adapun rincian sampel nya adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Sampel Peserta Didik

SMP Muhammadiyah Tersono Kabupeten Batang

No Kelas Populasi Sampel

1 VII

2 VIII

3 IX.A

4 IX.B

Jumlah

3. Teknik Sampling

Beberapa teknik atau cara menentukan jumlah sampel dalam suatu

penelitian, di antaranya yaitu dengan teknik probability sampling dan non-

probability sampling (Sugiyono, 2008:81).

a. Sampel Probabilitas (Probability Sampling)

41

Page 42: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

Meliputi 1) sampel random sampling, ialah cara pengambilan sampel dari

anggota populasi dengan menggunakan acak sederhana tanpa memperhatikan

strata atau tingkatan dalam anggota populasi tersebut; 2) proportionate

stratified random sampling, yaitu pengambilan sampel dari anggota populasi

secara acak dan berstrata secara proporsional, 3) disproportionate stratified

sampling, yaitu pengambilan sampel dari populasi secara acak dan tetapi

berimbang kurang proporsional karena homogen dan 4) Cluster Sampling atau

area sampling atau sampling wilayah cara sampling yang dilakukan dengan

cara mengambil wakil dari setiap wilayah geografis yang ada, misalnya

privinsi, kabupaten dan area lainnya. (Sugiyono, 2008:82)

b. Sampling non-probabilitas (Non-probability Sampling)

Non-probability sampling adalah teknik sampling yang tidak memberikan

kesempatan atau peluang sama pada setiap anggota populasi untuk dijadikan

anggota sampel. Teknik ini meliputi : 1) sampling sistematis yaitu pengambilan

sampel dengan cara sistematis atau diberi nomor urut; 2) sampling kuota yaitu

dengan memberi jatah tertentu; 3) sampling insidental yaitu penemuan sampel

berdasarkan spontanitas; 4) sampling purposif yaitu penentuan dengan

pertimbangan tertentu atau tujuan tertentu; 5) sampling jenuh yaitu penentuan

bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel dan 6) snowball

sampling yaitu penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil kemudian

sampel lagi temannya untuk dijadikan sampel.

42

Page 43: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

Dalam penelitian ini untuk menentukan jumlah sampel dengan cara

proportionate stratified random sampling yaitu dengan membagi jumlah sampel

pada tiap kelas sesuai jumlah peserta didik dalam kelas. Pengambilan sampel

untuk tiap kelas dilakukan dengan cara acak.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian adalah teknik proporsional.

Teknik proporsional random sampling adalah pengambilan sampel secara

random atau acak tanpa memperhatikan strata.

D. Variabel Penelitian

Segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik

kesimpulannya dinamakan variabel. (Sugiyono,2008:60). Menurut Suharsimi

Arikunto (2002), variabel adalah gejala yang bervariasi dan yang menjadi obyek

penelitian.. Variabel bebas adalah unsur yang mempengaruhi munculnya unsur

lainnya. Variabel terikat adalah unsur yang munculnya dipengaruhi oleh adanya

variabel lain.

Variabel dalam penelitian ini meliputi satu jenis variabel atau variabel

tunggal.

43

Page 44: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

E. Definisi Operational Variabel

Peran guru pembimbing adalah tugas guru guru pembimbing dalam

melaksanakan bimbingan dan konseling di sekolah, yang dalam pembahasan ini

meliputi peran guru pembimbing dalam kegiatan pembiasaan akhlak mulia. Aspek

kegiatan pembiasaan akhlak mulia yang akan diukur meliputi:

1. Akhlak terhadap Allah

2. Akhlak terhadap sesama manusia

3. Akhlak terhadap diri sendiri

4. Akhlak terhadap lingkungan sekitar

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, alat pengambil data (instrument) menentukan kualitas

data yang dapat dikumpulkan dan kualitas data menentukan kualitas penelitian.

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan menggunakan

angket dan dokumentasi.

44

Page 45: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

a. Angket.

Angket adalah sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis yang digunakan

untuk memperoleh informasi dari responden tentang data pribadi atau hal-hal

yang akan diketahui (Suharsimi Arikunto, 1998).

Angket atau kuesioner adalah merupakan suatu daftar yang berisi pertanyaan-

pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh orang yang ingin diselidiki

atau responden (Mungin Eddy Wibowo, 2000). Sedangkan pendapat lain,

kuesioner dimaksudkan sebagai suatu daftar pertanyaan untuk memperoleh data

berupa jawaban-jawaban dari para responden (orang-orang yang menjawab)

(Sugiyono, 2004).

Menurut macamnya, angket dibedakan menjadi 2 yaitu: angket langsung dan

angket tak langsung (Kartini Kartono, 1990). Angket yang digunakan dalam

penelitian ini termasuk angket langsung dan tertutup. Dikatakan langsung karena

angket ini diberikan langsung dan dikumpulkan pada waktu itu juga. Sedangkan

tertutup berarti responden tidak dapat menjawab sesuai dengan kehendaknya

tetapi tergantung dari jawaban yang disediakan peneliti. Angket dalam penelitian

ini digunakan untuk mencari/mengungkap data tentang peran guru pembimbing

dalam pelaksanaan kegiatan pembiasaan akhlak mulia.

Mencari atau mengungkap data tentang peran guru pembimbing dalam kegiatan

pembiasaan akhlak mulia, dengan kisi-kisi angket sebagai berikut:

45

Page 46: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

No Variabel Sub variabel Indikator No.Item Jumlah

1. Peran Guru

Pembimbing

dalam

Kegiatan

Pembiasaan

akhlak mulia

Bimbingan

pribadi dan

bimbingan

sosial

1.

AAkhlak terhadap

Allah

2.

AAkhlak terhadap

sesama manusia

3.

kAkhlak terhadap diri

sendiri

4.

AAkhlak terhadap

lingkungan sekitar

1 - 5

6 - 10

11 - 15

16 - 20

5

5

5

5

Total 20

b. Metode dokumentasi

Dokumentasi asal kata dari dokumen yang artinya catatan peristiwa yang telah

berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental

dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, buku-

buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen, rapat, dan sebagainya.

Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-

46

Page 47: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

lain (Sugiyono, 2008:240). Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan

untuk mengambil data tentang nama siswa, program bimbingan dan konseling

SMP Muhammadiyah Tersono Kabupaten Batang.

G. Uji Validitas Dan Reliabilitas

1. Validitas Instrumen

Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa

yang seharusnya diukur. Uji Validitas menurut Sugiyono (2008:267), adalah

derajad ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang

dapat dilaporkan oleh peneliti. Uji validitas yang peneliti lakukan melalui uji

eksternal karena dilakukan di luar populasi. Untuk pengukuran ini digunakan

teknik korelasi product moment dari korelasi Pearson Product Moment, dengan

rumus:

rxy =

Keterangan :

47

{ N.∑X2 – (∑X)2}.{N.∑Y2 – (∑Y)2}

N.∑XY – (∑X).(∑Y)

Page 48: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

rxy

= Koefisien korelasi dari gejala x

X = Skor tiap butir yang diperoleh responden

Y = Skor total tiap butir yang diperoleh responden

XY = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y

N = Jumlah responden (Sugiyono, 2008:182)

Valid tidaknya suatu angket ditentukan dengan membandingkan r

hitung dengan r table. Jika r hitung

> r table

, maka angket tersebut valid, dan jika r

hitung < r

table, N = 20 dengan taraf signifikan 5% (0,44) maka angket tersebut tidak

valid. (Sugiyono, 2005).

2. Reliabilitas Instumen.

Sugiyono (1999) menyebutkan reliabilitas merupakan uji instrumen

yang dapat dilakukan secara internal dengan menganalisis konsistensi butir-butir

yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu.

48

Page 49: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

( 1 + r 1/21/2)

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

Suharsimi Arikunto (1998), mengatakan reliabilitas adalah pengukuran

instrument sehingga mampu mengungkap data yang dipercaya. Sutrisno Hadi

(1996:333) menyatakan bahwa tes dikatakan reliabel bila tes tersebut diberikan

kepada sekelompok warga yang sama akan memberikan hasil yang sama pula.

Walaupun pemberian tes berbeda untuk menguji reliabilitas alat ukur dapat

digunakan beberapa cara, yaitu

a. Teknik ulangan

b. Teknik bentuk paralel

c. Teknik belah dua

Rumus dari Sperman Brown yang harus dipakai untuk mendapatkan harga

secara penuh (r11) yaitu :

r11 =

Keterangan:

49

2.r

1/21/2

Page 50: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

N

n

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

r11 = Reliabilitas instrument

r ½ ½ = rxy sebagai indeks korelasi antara 2 belahan : Insrtumen

( Suharsimi Arikunto, 1998)

Selanjutnya mengkonsultasikan hasil r hitung dengan r table product moment.

Jika r11 hitung > r table dengan taraf signifikan 5 % (0,444) maka angket tersebut

reliable, dan jika r11 hitung > r table, N = 20 dengan taraf signifikan 5 % (0,444) maka

angket tersebut tidak reliable (Sugiyono, 2005).

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis deskriptif.

Analisis deskriptif menggunakan rumus prosentase. Data yang diperoleh dari angket

dianalisis untuk dideskripsikan variabel dengan menggunakan rumus prosentase,

sebagai berikut:

P% = X 100%

Keterangan :

50

Page 51: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

n = Nilai yang didapat

N = Nilai total (Sutrisno Hadi, 1997)

Hasil penelitian prosentase dilakukan dengan menghitung prosentase setiap

indikator instrument dan setiap nomor item instrument penelitian. Hasil perhitungan

prosentase, kemudian dikonsultasikan dengan criteria sebagai berikut :

77 % - 100 % = sangat baik

57 % - 76 % = cukup baik

41 % - 56 % = kurang baik

0 % - 40 % = tidak baik (Suharsimi Arikunto, 1997).

V. DAFTAR PUSTAKA

51

Page 52: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

1. A.Hassan, 1978, Tafsir Al Furqon, Jakarta:Penerbit Persatuan Bangil

2. Depdiknas, 2008, Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan Dan Konseling Dalam

Jalur Pendidikan Formal. Diunduh dari halaman web http://file.upi.edu/Direktori/A

%20-%20FIP/JUR.%20PSIKOLOGI%20PEND% 20DAN

%20BIMBINGAN/196611151991022%20%20YUSI%20RIKSA

%20YUSTIANA/SAP,%20RPP/Naskah%20pedoman%20bimbingan%20dan

%20konseling%20%5BCompatibility%20Mode%5D.pdf tanggal 15 September 2010,

jam 22.23 wib

3. Hana binti Abdul Aziz Ash-Shani, 2007, Agar Anakmu Shalat Selalu, Klaten:Wafa

Press

4. I.Djumhur dan Moh.Surya, 1975, Bimbingan dan Konseling di Sekolah,

Bandung:CV.Ilmu

5. Kanthi Puji Solehhati, 2005, Persepsi Klien Tentang Keefektifan Konselor Dalam

Melaksanakan Konseling Individual Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan, Pengalaman

Kerja Dan Gender Konselor Di Sma Negeri Se-Kota Semarang Tahun Ajaran

2004/2005, Skripsi, Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Semarang, Semarang diunduh dari internet :

http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH43d0.dir/doc.pdf, pada 15

September 2010, jam 16.04 WIB

52

Page 53: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

6. Muhammad Muhyidin, 2003, Bijak Mendidik Anak dan Cerdas Memahami Orang Tua,

Jakarta:PT.Lentera Basritama

7. Muslam, 2004, Amdjad dan Asma’ul Husna, Teori Belajar Robert M. Gegne,

Semarang:PKPI2

8. Sardiman, 2009, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta:Rajawali Press

9. Soerjono Soekanto, 2004, Sosiologi Keluarga: Tentang Ikhwal Keluarga, Remaja dan

Anak, Jakarta:Penerbit Rineka Cipta

10. Sugiyono, 2008, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,

Bandung:Alfabeta

11. Sugiyono, 2008, Metodologi Penelitian Pendidikan ,Bandung : Alfabeta

12. Suharsimi Arikunto, 1990, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,

Jakarta:Rineka Cipta

13. Suharsimi Arikunto, dkk, 2009, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta:Penerbit Bumi

Aksara

14. Yunahar Ilyas, 2001, Kuliah Akhlaq, Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan

Pengamalan Islam (LPPI)

53

Page 54: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

15. Http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2008/09/13/makalah-psikologi-tentang-

bimbingan-orang-tua-dalam-membina-akhlak-anak-usia-pra-sekolah-di-lingkungan-

keluarga/, 17 Agustus 2010, 23.12 WIB

16. Http://bahasa.cs.ui.ac.id/kbbi/kbbi.php?

keyword=bimbing&varbidang=all&vardialek=all&varragam=all&varkelas=all&submit

=kamus, 17 Agustus 2010, 23.03 WIB

17. Http://definisi-pengertian.blogspot.com/2009/11/pengertian-bimbingan.html,17

Agustus 2010, 22.52 WIB

18. Http://id.wikipedia.org/wiki/Pedagogi, 17 Agustus 2010, 22.46 WIB

19. Http://infokito.wordpress.com/2008/02/15/ensiklopedia-akhlak, 17 Agustus 2010,

19.40 WIB

20. Http://agama.kompasiana.com/2010/08/16/agama-adalah-akhlak-mulia/, 17 Agustus

2010, 19.18 WIB

21. Http://www.ummi-online.com/artikel-121--akhlak-mulia-sebagai-inti-kebajikan.html,

17 Agustus 2010, 18.42 WIB

22. Http://ahmadalim.blogspot.com/2010/02/akhlak-dalam-perspektif-al-quran-dan.html,

17 Agustus 2010, 18.43 WIB

54

Page 55: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

23. Http://www.facebook.com/notes/al-quran-islam-yg-bahagia/pengertian-akhlah-dalam-

islam/150089633762, 17 Agustus 2010, 18.44 WIB

24. Http://www.psikomedia.com/art/artikel.php?id=57, 17 Agustus 2010, 18.46 WIB.

25. Http://meetabied.wordpress.com/2010/06/05/ilmu-jiwa-belajar/, 17 Agustus 2010,

18.48 WIB

26. Http://makkawaru.wordpress.com/2007/11/30/agama-dan-akhlak-1/, 17 Agustus 2010,

19.16 WIB

27. Http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Belajar_Behavioristik, 17 Agustus 2010, 21.13 WIB

28. Http://prodibpi.wordpress.com/2010/08/05/teori-keteladanan-dan-pembiasaan-dalam-

pendidikan/, 17 Agustus 2010, 16.11 WIB

29. Http://infokito.wordpress.com/2008/02/15/ensiklopedia-akhlak/, 17 Agustus 2010,

19.40 WIB

55

Page 56: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

VI. JADWAL PENELITIAN

No Kegiatan September

2010

Oktober

2010

November

2010

Desember

2010

Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Persetujuan

Proposal

X X X

2 Kerangka Skripsi X X

3 Rencana

Penelitian

X X

4 Pengumpulan Data X X

5 Analisis Data X X

6 Penyusunan

Laporan

X X

7 Revisi Penyusunan X X X

8 Ijin Diujikan X X

9 Pelaksanaan Ujian

56

Page 57: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

VII. SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI

BAB I. Bab ini berisi tentang Pendahuluan yang mengandung Latar Belakang Masalah dan

Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat

Penelitian , Jadwal Kegiatan dan Sistematika Penulisan

BAB II berisi Landasan Teori, memuat pembahasan Peran Guru Pembimbing; Pengertian

Guru Pembimbing, Syarat-syarat Guru Pembimbing, Tugas Guru Pembimbing,

Kompetensi Guru Pembimbing, Masa Remaja Manusia; Masa Remaja dan

Perkembangannya, Ciri-ciri Masa Remaja, Tugas Perkembangan Masa Remaja, Faktor

Lingkungan Yang Memberi Pengaruh Bagi Remaja, Belajar; Pengertian Belajar, Prinsip-

Prinsip Belajar, Proses Perbuatan Belajar, Teori Behaviouristik Dalam Proses Belajar,

Pembiasaan; Pengertian Pembiasaan, Teori-teori Pembiasaan, Pengertian Akhlak Mulia,

Ruang Lingkup Akhlak, Pembiasaan Akhlak Mulia di Sekolah, Kerangka Perpikir

BAB III berisi pembahasan tentang Metode Penelitian, memuat Pendekatan Penelitian,

Tempat dan Waktu Penelitian, Populasi Sampel dan Teknik Sampling, Variabel Penelitian,

Definisi Operasional Variabel, Teknik Pengumpulan Data, Uji Validitas dan Reliabilitas,

Teknik Analisis Data

BAB IV berisi Hasil Penelitian dan Pembahasan, memuat Gambaran Umum Subyek /

Obyek Penelitian, Penyajian Data Hasil Penelitian, Mengadakan Uji Coba Instrumen, Uji

Validitas Instrumen, Pelaksanaan Penelitian, Analisa Data, Pelaksanaan Penelitian

57

Page 58: Proposal Skripsi Sdh Diedit Baru

www.suaramuhibbuddin.wordpress.com

BAB V Penutup, memuat Kesimpulan dan Saran.

Untuk halaman terakhir berisi Daftar Pustaka dan Lampiran.

58