BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi khususnya media massa di era globalisasi saat ini dituntut untuk selalu maju mengikuti perubahan zaman. Salah satunya dengan munculnya televisi sebagai sarana penyampai informasi setelah surat kabar dan radio. Televisi sebagai media yang terakhir muncul belakangan dibandingkan dengan media-media lainnya, ternyata telah memberikan nilai yang sangat spektakuler dalam interaksi sosial manusia. Kemampuan televisi dalam menarik perhatian khalayak telah menjadi panutan baru (news religius) bagi kehidupan manusia (Kuswandi, 1996 : 22-23). Dan kedatangan media televisi di Indonesia pertama kali dipelopori oleh TVRI pada tahun 1962 sebagai satu-satunya stasiun televisi milik pemerintah di negeri ini. Namun seiring dengan perkembangan dunia pertelevisian sejak tahun 1990-an banyak bermunculan stasiun televisi swasta baru. Keadaan ini terjadi sebab pemerintah memberikan deregulasi dalam bidang pertelevisian atau swastanisasi pertelevisian di Indonesia yang salah satunya ditandai dengan berdirinya stasiun televisi swasta yang pertama yaitu RCTI. Dan sejak mengudara pada tahun 1990-an RCTI banyak menyajikan sepaket acara menarik mulai dari paket acara berita, hiburan, pendidikan, agama/religius, dan sebagainya Diantara paket acara yang di siarkan oleh stasiun televisi RCTI, paket hiburan yang banyak mendapat perhatian lebih dari khalayak. Karena dalam paket tersebut banyak memberikan pilihan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi khususnya media massa di era globalisasi saat
ini dituntut untuk selalu maju mengikuti perubahan zaman. Salah satunya
dengan munculnya televisi sebagai sarana penyampai informasi setelah surat
kabar dan radio. Televisi sebagai media yang terakhir muncul belakangan
dibandingkan dengan media-media lainnya, ternyata telah memberikan nilai
yang sangat spektakuler dalam interaksi sosial manusia. Kemampuan televisi
dalam menarik perhatian khalayak telah menjadi panutan baru (news religius)
bagi kehidupan manusia (Kuswandi, 1996 : 22-23). Dan kedatangan media
televisi di Indonesia pertama kali dipelopori oleh TVRI pada tahun 1962
sebagai satu-satunya stasiun televisi milik pemerintah di negeri ini. Namun
seiring dengan perkembangan dunia pertelevisian sejak tahun 1990-an banyak
bermunculan stasiun televisi swasta baru. Keadaan ini terjadi sebab
pemerintah memberikan deregulasi dalam bidang pertelevisian atau
swastanisasi pertelevisian di Indonesia yang salah satunya ditandai dengan
berdirinya stasiun televisi swasta yang pertama yaitu RCTI.
Dan sejak mengudara pada tahun 1990-an RCTI banyak menyajikan
sepaket acara menarik mulai dari paket acara berita, hiburan, pendidikan,
agama/religius, dan sebagainya Diantara paket acara yang di siarkan oleh
stasiun televisi RCTI, paket hiburan yang banyak mendapat perhatian lebih
dari khalayak. Karena dalam paket tersebut banyak memberikan pilihan
2
program-program acara yang menarik mulai dari sinetron, film, kuis, acara
musik, talk show, infotainment, dan lainnya. Di sini infotainment yang
mendapat tempat khusus di hati pemirsa, oleh sebab itu semenjak
kemunculannya pada tahun 1997 RCTI juga menayangkannya lebih dari satu
kali yaitu mulai dari pagi, siang, dan sore setiap harinya. Terkait semakin
maraknya tayangan infotainment, maka dalam Kongres Nasional Persatuan
Wartawan Indonesia pada 9 Februari 2005 di Pekanbaru, pekerja infotainment
dinyatakan resmi tergabung dalam Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).
Dengan begitu sekarang ini infotainment resmi termasuk dalam dunia
jurnalistik dengan nama Jurnalistik Infotainment.
Tayangan infotainment sendiri dinyatakan termasuk kegiatan jurnalistik
karena di dalamnya terdapat aktivitas meliput, membuat, dan
menyebarluaskan peristiwa yang bernilai berita (news) serta pandangan
khalayak melalui saluran media massa baik cetak maupun elektronik. Di mana
hal itu merupakan hakekat pokok kegiatan jurnalistik. Hanya saja berbeda
dengan aktifitas jurnalistik pada umumnya, jurnalistik infotainment lebih
bersifat berita hiburan karena menyajikan berbagai informasi tentang artis,
aktris/aktor dan subyek dunia hiburan lainnya, termasuk tempat-tempat
hiburan.
Terkait maraknya tayangan infotainment di televisi, RCTI sebagai
stasiun televisi swasta tertua juga tidak mau ketinggalan. Alhasil, beberapa
tayangan infotainment pun diproduksi RCTI di antaranya Cek & Ricek, Kabar
Kabari, Go Spot, desas desus dan Silet. Namun diantara tayangan infotainment
3
yang lain, tayangan infotainment Silet memiliki format yang paling berbeda
karena tayangan ini mengkategorikan dirinya sebagai tayangan investigasi.
Selain itu tayangan yang disiarkan mulai dari hari senin sampai minggu
dengan jam tayang senin sampai jumat selama setengah jam yaitu pukul
11.30-pukul 12.00 WIB sedangkan khusus pada hari sabtu dan minggu tayang
selama satu jam yaitu mulai pukul 11.00-pukul 12.00 WIB. Silet hadir untuk
mengupas tuntas kisah dari kasus para selebritis tanah air. Namun seiring
dengan waktu akhirnya sekarang infotainment Silet mengalami perubahan jam
tayang dengan menetapkan jam siarannya setiap hari menjadi satu jam yaitu
mulai pukul 11.00 WIB sampai pukul 12.00 WIB.
Bukan hanya itu saja Silet juga selalu berhasil membuat selebritis angkat
bicara tentang persoalan yang telah mereka hadapi, bahkan tidak jarang
sampai menguraikan air mata. Selain itu terkadang juga mengangkat masalah
sosial masyarakat yang dikaitkan dengan selebritis, sehingga tayangannya
selalu lain dari infotainment lain. Bahkan ke-khas-an Silet juga terlihat dari
motto-nya yaitu “Mengangkat hal yang dianggap tabu menjadi layak dan
pantas untuk diperbincangkan”. Bahkan presenter utama Silet yaitu Fenny
Rose berhasil tiga kali menjadi presenter infotainment favorit dalam ajang
penghargaan Panasonic Award di Indoensia serta yang terbaru penghargaan
yang diterima yaitu terpilihnya kembali Fenny Rose menjadi presenter
infotainment terfavorit dalam ajang yang sama pada tahun 2007. Karena itulah
peneliti memilih tayangan infotainment Silet di RCTI sebagai obyek dalam
penelitian ini. Ditambah lagi, sebagaimana dilansir dari www.Pintunet.com
4
bahwa tayangan Silet di RCTI menjadi tayangan infotainment terbaik 2007
mengalahkan tayangan infotainment Go Show TPI, Cek & Ricek RCTI, E…ko
Ngegosip Trans TV, KISS Indosiar.
Hal itu menjadi menarik sebab di tengah maraknya tayangan
infotainment, pada bulan Agustus 2006 justru muncul “fatwa haram” yang
ditujukan kepada tayangan infotainment oleh Nahdhatul Ulama (NU).
Alasannya, semua tayangan infotainment termasuk Silet, tidak seharusnya
ditayangkan lagi sebab kurang sesuai dengan norma-norma masyarakat
Indonesia, khususnya di sini Islam. Karena menurut NU, tayangan seperti
infotainment lebih banyak mudharat (akibat negatif) di banding manfaatnya.
Bahkan apabila diteruskan bukan tidak mungkin akan merusak mental
masyarakat karena selalu disuguhi informasi aib seseorang serta berbagai
kejelekan si artis yang seharusnya tidak dijadikan konsumsi publik.
Dan di dalam Al-Quran pun sudah dijelaskan melalui surat-surat serta
ayat-ayat tentang ahlak manusia di dunia. Salah satunya dalam surat An Nuur
ayat 11, 15, dan 19 yang mengatakan bahwa “Sesungguhnya orang-orang
yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah
kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik
bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang
dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bagian yang
terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar;
(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan
kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan
5
kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah
adalah besar; Dan sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita)
perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman,
bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui,
sedang, kamu tidak mengetahui".
Berangkat dari ke-kontras-an dua fenomena tersebut, di mana ketika
tayangan infotainment sedang marak dan disukai oleh semua kalangan
masyarakat justru menerima “fatwa haram” terhadap tayangan tersebut. Maka
peneliti ingin meneliti motif atau dorongan mahasiswa, dalam hal ini
mahasiswa FAI UMM angakatan 2005 yang menyaksikan tayangan
infotainment Silet. Di sini mahasiswa FAI dipilih sebagai responden karena
sesuai dengan background pendidikan mereka yaitu agama Islam, maka
peneliti berasumsi bahwa mereka tahu persis bagaimana tayangan
infotainment (Silet) di mata Islam. Jadi mahasiswa FAI yang dijadikan
responden adalah mereka yang pernah menyaksikan tayangan infotainment
Silet. Hal itu menarik karena meski sudah ada fatwa haram dengan segala
alasan dari ajaran Islam tapi kenapa mereka tetap menyaksikan tayangan
infotainment tersebut. Untuk itu peneliti mengangkat judul sebagai berikut :
MOTIF MAHASISWA MENYAKSIKAN TAYANGAN INFOTAINMENT
SILET DI RCTI STUDI PADA MAHASISWA FAKULTAS AGAMA
ISLAM ANGKATAN 2005 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MALANG.
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas serta penetapan judul yang telah dipilih, maka
secara spesifik yang menjadi rumusan masalah adalah: apa motif mahasiswa
menyaksikan tayangan infotainment Silet di RCTI ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti adalah peneliti dapat
mengetahui motif yang mendasari mahasiswa FAI angkatan 2005
menyaksikan tayangan infotainment Silet di RCTI..
D. Manfaat Penelitian
1. Kegunaan Akademis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi, menambah
pengetahuan serta dapat dijadikan sebagai masukan, sumbangan
pemikiran yang berkaitan dengan motif mahasiswa menyaksikan
tayangan infotainment Silet di RCTI.
b. Sebagai wahana untuk menambah bahan bacaan dan perbandingan di
masa yang akan datang khususnya yang berhubungan dengan ilmu
komunikasi terutama konsentrasi jurnalistik.
2. Kegunaan Praktis
Diharapkan dari hasil penelitian yang telah dicapai ini bisa dijadikan
sebagai kontribusi panduan bagi stasiun televisi RCTI untuk lebih memilih
setiap program acara yang akan ditayangkan salah satunya adalah
tayangan infotainment Silet. Sehingga bisa dipergunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam menyiarkan paket acara hiburan
7
E. Definisi Konseptual dan Operasional
E. 1. Definisi konseptual
Untuk membantu peneliti dan pembaca dalam memahami konsep
penelitian ini, maka diperlukan beberapa konsep untuk didefinisikan. Adapun
definisi konsepnya adalah:
1. Infotainment Silet di RCTI
Semenjak kemunculan tayangan Silet pada tanggal 21 Oktober 2002,
Silet merupakan sebuah tayangan infotainment investigasi yang menyiarkan
berita artis secara eksklusif. Tayangan ini hadir setiap hari, mulai dari hari
senin sampai minggu. Pada hari senin sampai jumat tayang selama setengah
jam yaitu pukul 11.30 – pukul 12.00 WIB sedangkan khusus pada hari sabtu
dan minggu tayang selama satu jam yaitu mulai pukul 11.00 sampai pukul
12.00 WIB. Akan tetapi semenjak November 2007, infotainment Silet sudah
mengalami perubahan jam tayang yaitu dengan menyiarkan tayangan tersebut
menjadi satu jam setiap harinya mulai dari pukul 11.00 WIB sampai pukul
12.00 WIB. Dengan motto-nya yaitu “Mengangkat hal yang dianggap tabu
menjadi layak dan pantas untuk diperbincangkan” Silet hadir untuk mengupas
tuntas kisah dan kasus para selebritis tanah air.
Dengan gaya bahasa yang puitis, Silet menjadikan hal-hal yang tabu
menjadi layak dan patut diperbincangkan. Infotainment yang mampu
membahas dunia selebritis setajam Silet ini sanggup menghadirkan nara
sumber yang sulit ditemui sekali pun. Dengan reputasinya, Silet selalu berhasil
membuat selebritis angkat bicara tentang persoalan yang tengah mereka
8
hadapi bahkan tidak jarang sampai menguraikan air mata. Investigasi yang
mendalam juga turut menjadikan Silet berbeda dari tayangan infotainment
lainnya. Tidak heran jika acara yang dipandu Fenny Rose dan Donna Arsita
ini selalu dinantikan kehadirannya dan menjadi unggulan diantara tayangan
infotainment lainnya.
2. Motif menyaksikan infotainment Silet
Motif merupakan dorongan dari dalam diri seseorang yang berorientasi
pada pemuasan kebutuhan. Karena itu motif tidak harus dipersepsikan secara
sadar sebab motif yang mendasari prilaku seseorang untuk melakukan sesuatu
sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Dalam hal ini motif yang dimaksud adalah motif intrinsik dan ekstrinsik.
Motif intrinsik adalah motif ataupun motivasi yang datang dari dalam diri
individu itu sendiri ketika ia ingin memenuhi kebutuhannya. Motif ini terjadi
tanpa adanya dorongan dari luar. Sedangkan motif ekstrinsik yaitu motif
ataupun motivasi yang berasal dari luar diri individu, dimana tingkah laku
yang ditunjukkan oleh individu disebabkan oleh dorongan dari luar.
3. Mahasiswa FAI
Mahasiswa FAI yang dimaksud adalah mahasiswa/mahasiswi yang
sedang menempuh atau menyelesaikan proses belajar tentang keagamaan
Islam di Universitas Muhammadiyah Malang. Responden yang akan diteliti
merupakan mahasiswa/mahasiswi FAI, baik dari Jurusan Tarbiyah maupun
Syari’ah. Dan lebih spesifik lagi mahasiswa yang akan menjadi responden
yaitu mahasiswa/mahasiswi FAI angkatan 2005. Karena jumlah mahasiswa
9
angkatan 2005 sudah dianggap cukup mewakili sebagai responden yang akan
diteliti.
E. 2. Definisi operasional
Sebagai petunjuk untuk mempertegas fokus penelitian, maka dalam
definisi operasional ini ditentukan indikator dari motif intrinsik dan ekstrinsik
secara lebih spesifik. Berikut adalah indikator-indikator penenlitian ini:
1. Motif intrinsik.
a) Adanya kebutuhan responden akan hiburan yang mendorong untuk
menyaksikan tayangan infotainment Silet, ketertarikan tentang
tayangan tersebut, serta adanya rasa senang dengan menyaksikan
tayangan infotainment Silet
b) Keingintahuan responden akan informasi tentang dunia entertainment
diantaranya dengan menyaksikan tayangan tersebut sesering mungkin.
c) Karena sudah menjadi kebiasaan (habit) untuk menyaksikan tayangan
infotainment Silet (kecanduan), sehingga akan merasa kecewa jika
ketinggalan tayangan tersebut, karena itu responden akan melakukan
cara-cara tertentu supaya tidak ketinggalan tayangan infotainment
Silet.
2. Motif ekstrinsik.
a) Karena kemasan tayangan infotainment Silet, diantaranya meliputi
bagaimana penampilan presenter saat memandu acara infotainment
Silet. Ketertarikan akan tema yang sedang dibahas, dan mengenai
background dari studio tayangan tersebut.
10
b) Karena faktor lingkungan. Responden pada saat menyaksikan
tayangan infotainment Silet dipengaruhi oleh apa dan siapa, keinginan
untuk merubah cara berpenampilan mengikuti selebriti yang di
idolakannya.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Televisi Sebagai Komunikasi Massa
A. 1. Pengertian televisI
Menurut Effendi (2003 : 174) televisi terdiri dari istilah “tele” yang
berarti jauh dan “visi” (vision) yang berarti penglihatan. Segi “jauh” nya
diperoleh dari prinsip radio sedangkan “penglihatan” nya diperoleh melalui
gambar. Karena itu televisi merupakan hasil dari perpaduan antara radio
(broadcast) dan film (moving picture).
Sedangkan menurut Sumadiria (2006 : 128) televisi adalah satu jenis
dari bentuk media massa yang paling canggih dilihat dari sisi teknologi yang
digunakan, dan paling mahal dilihat dari segi investasi yang ditanamkan.
Menurut (Wahyudi, 1986 : 3-4 dalam Sumadiria, 2006 : 128-130)
televisi sebagai media komunikasi massa memiliki lima ciri pokok
diantaranya :
a. Bersifat tidak langsung, artinya harus melewati media teknis.
b. Bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi antara peserta-peserta
komunikasi.
c. Bersifat terbuka, artinya ditujukan kepada publik yang tidak
terbatas dan anonim.
d. Mempunyai publik yang secara geografis tersebar. Khalayak
televisi tidak berada di suatu wilayah, tetapi tersebar di berbagai
wilayah dalam lingkup lokal, regional, dan bahkan internasional.
13
3. Kesinambungan
a. Mengekspresikan budaya dominan dan mengakui
keberadaan khusus (sub culture) serta perkembangan
budaya baru.
b. Meningkatkan dan melestarikan nilai-nilai budaya.
4. Hiburan
a. Menyediakan hiburan, sarana relaksasi dan pengalih
perhatian.
b. Meredakan ketegangan sosial.
c. Mengkampanyekan tujuan masyarakat dalam bidang
politik, pembangunan ekonomi, pekerjaan dan juga
bidang agama (Mc Quail, 1989).
A. 3. Kekurangan dan kekuatan televisi
Menurut Kuswandi (1996 : 23) ada beberapa kekurangan dan
kekuatan yang dimiliki oleh televisi diantaranya adalah :
1. Kekurangan televisi
a) Karena bersifat “transitory” maka isi pesannya tidak dapat di
memori oleh pemirsa.
b) Media televisi terikat oleh waktu tontonan.
c) Televisi tidak bisa melakukan kritik sosial serta pengawasan sosial
secara langsung dan vulgar. Hal ini terjadi karena faktor
penyebaran siaran televisi yang begitu luas kepada massa yang
heterogen.
14
d) Pengaruh televisi lebih cenderung menyentuh aspek psikologis
massa.
2. Kekuatan televisi
a) Media televisi menguasai jarak dan ruang karena teknologi televisi
telah menggunakan elektromagnetik, kabel dan fiber yang
dipancarkan melalui satelit.
b) Sasaran yang dicapai untuk menjangkau massa cukup besar.
c) Nilai aktualitas terhadap suatu liputan atau pemberitaan sangat
cepat.
d) Daya rangsang seseorang terhadap media televisi cukup tinggi. Hal
ini disebabakan oleh kekuatan suara dan gambarnya yang bergerak.
A. 4. Daya tarik televisi
Keberadaan televisi sebagai media komunikasi massa telah memiliki
daya tarik yang kuat bagi khalayak, sehingga pola-pola kehidupan rutinitas
manusia sebelum muncul televisi berubah total. Adanya beberapa unsur
penunjang seperti kata-kata, musik, sound effect dan juga adanya unsur visual
yang berupa gambar semakin mendorong khalayak untuk melakukan
perubahan tersebut. Semua unsur-unsur penunjang yang dimiliki oleh televisi
diberikan agar khalayak merasa terpuaskan dengan kemunculan televisi.
Sebagai sarana pemuas akan hadirnya televisi, maka banyak pengelola
stasiun televisi berusaha menampilkan tayangan yang menghibur ke hadapan
pemirsa. Dengan banyaknya program acara yang tersaji di televisi, khalayak
menjadikkan media televisi sebagai “agama baru” bagi mereka. Seperti yang
15
diungkapkan oleh Kuswandi (1996 : 23), media televisi menjadi panutan baru
(news religius) bagi kehidupan manusia. Tidak menonton televisi sama saja
dengan makhluk buta yang hidup dalam tempurung. Dan satu hal yang paling
berpengaruh dari daya tarik televisi ialah bahwa informasi atau berita-berita
yang disampaikan lebih singkat, jelas dan sistematis, sehingga pemirsa tidak
perlu lagi mempelajari isi pesan dalam menangkap siaran televisi.
B. Audience Televisi
Audience yang dimaksud dalam komunikasi massa ini sangat beragam,
mereka berbeda dalam cara berpakaian, berpikir, menanggapi pesan yang
diterima, pengalaman dan orientasi hidupnya. Tetapi masing-masing individu
ini juga bisa saling mereaksi satu sama lain terhadap pesan yang diterima
(Nurudin, 2003 : 96).
Masih (dalam Nurudin 2003 : 97-98), menurut Hiebert dan kawan-
kawan audience dalam komunikasi massa setidak-tidaknya mempunyai lima
karakter yaitu:
1) Audience cenderung berisi individu-individu yang condong untuk berbagi pengalaman dan dipengaruhi oleh hubungan sosial di antara mereka. Individu-individu tersebut memilih produk media yang mereka gunakan berdasarkan seleksi kesadaran.
2) Audience cenderung besar. Luas di sini berarti tersebar ke berbagai wilayah jangkauan sasaran komunikasi massa.
3) Audience cenderung heterogen. Mereka berasal dari berbagai lapisan dan kategori sosial.
4) Audience cenderung anonim, yakni tidak mengenal satu sama lain.
5) Audience secara fisik dipisahkan dari komunikator.
Teori Individual Differences Perspective menggambarkan khususnya
perilaku audience. Proses ini berlangsung berdasarkan ide dasar dari stimulus-
16
response. Di sini tidak ada audience yang relatif sama, pengaruh media massa
pada masing-masing individu berbeda dan tergantung pada kondisi psikologis
individu itu yang berasal dari pengalaman masa lalu.
Sedangkan dalam teori Sosial Categories Perspective mengambil posisi
bahwa ada perkumpulan sosial pada masyarakat yang didasarkan pada
karakteristik umum seperti jenis, kelamin, umur, pendidikan, pendapatan,
kesempatan dan seterusnya
Menurut Frank Biocca (dalam Syahputra, 2006 : 89) memaparkan ada
lima ciri audience aktif yaitu :
1. Selectivity, mempunyai pilihan selektif dalam menggunakanmedia.
2. Utilitarianisme, penggunaan media ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan tertentu.
3. Itentionality, secara implisit mengakui penggunaan isi media untuk maksud tertentu.
4. Involvement, audience secara aktif mengikuti, berpikir tentang dan menggunakan media.
5. Impervious to influence, sangat tidak mudah terbujuk oleh media itu sendiri.
Sedangkan menurut Norman H. Andeson (dalam Syahputra, 2006 :
89) mengatakan bahwa sebenarnya semua informasi memiliki potensi untuk
mempengaruhi sikap seseorang. Informasi juga akan membentuk persepsi
audience ketika menerima informasi tersebut.
Dan dampak dari media televisi yang berhasil menampilkan realitas
sosial akan bisa membuat pemirsa bisa menilai diri sendiri, mental, moral,
perilaku, wawasan, cita-cita dan sebagainya (Kuswandi, 1996 : 22).
17
C. Jurnalistik Infotainment
Wujud dari perkembangan dan kemajuan dunia pertelevisian salah
satunya ditandai dengan kemunculan jurnalistik infotainment. Istilah
infotainment sendiri memiliki arti suatu kemasan acara yang bersifat
informatif namun dibungkus dan disisipi dengan entertainment untuk menarik
perhatian khalayak sehingga informasi sebagai pesan utamanya dapat
diterima. Jadilah infotainment seperti formula ajaib yang dapat menyihir
pemirsa untuk betah duduk berlama-lama di depan layar kaca televisi
(Syahputra, 2006 : 66).
Carpini dan Williams (2001) menyebut beberapa alasan pokok penyebab
maraknya infotainment. Antara lain, perubahan struktural industri penyiaran
dan telekomunikasi, integrasi vertikal dan horizontal industri media, tekanan
pencapaian ekonomi, munculnya pekerja media yang hanya memiliki
keterikatan minim pada kode-kode etik jurnalistik, dan cara pandang bahwa
lapangan jurnalisme dan hiburan itu sama saja
(www.mediaindonesiaonline.com).
Akan tetapi. pada awal kemunculan infotainment tahun 1997, tayangan
ini belum diakui sebagai karya jurnalistik. Karena jika dilihat dari unsur
pemberitaan jurnalistik, infotainment belum memenuhi syarat kejurnalistikan
Hal ini disebabkan karena infotainment hanya mengedepankan berita gosip
para pelaku entertainment yang belum diketahui faktanya.
Namun pada tanggal 9 Februari 2005 di Pekanbaru yang juga bertepatan
dengan Hari Pers Nasional, para pekerja infotainment resmi diputuskan
18
tergabung dalam Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Keputusan tersebut
berangkat dari asumsi, apa yang dikerjakan oleh para pekerja infotainment
termasuk dalam kegiatan kewartawanaan. Wartawan infotainment dalam
tugasnya juga melakukan peliputan, pembuatan berita untuk kemudian
ditayangkan di media-media televisi. (www.kampus.com/pikiran rakyat).
Bukan hanya itu saja, dalam salah satu fungsi jurnalistik juga terdapat fungsi
untuk menghibur serta terdapat unsur 5W+1H (what, why, where, when, who
dan how) dan itu juga terdapat dalam berita infotainment.
Berangkat dari hal tersebut, tidak salah juga apabila infotainment
akhirnya resmi diangkat menjadi saudara baru dalam keluarga kejurnalistikan.
Hal itu sesuai dengan hakekat jurnalistik pada umumnya yang memiliki arti,
proses kegiatan meliput, membuat dan menyebarluaskan peristiwa yang
bernilai berita (news) serta pandangan khalayak melalui saluran media massa
baik cetak maupun elektronik. Sedangkan pers sendiri mempunyai arti
karyawan yang melakukan secara kontinuitas pekerjaan atau kegiatan atau
usaha yang sah yang berhubungan dengan pengumpulan, pengolahan, dan
penyiaran dalam bentuk fakta, pendapat, ulasan, gambar-gambar dan
sebagainya untuk perusahaan pers, radio, televisi dan film (Romli, 2001 : 69-
70).
Dari paparan diatas, infotainment memang layak digolongkan sebagai
produk jurnalistik, karena intinya adalah informasi atau berita seputar hiburan,
yakni informasi tentang artis, aktor atau aktris, dan subyek dunia hiburan
lainnya, termasuk tempat-tempat hiburan (www.eramuslim.com/konsultasi
19
jurnalistik). Sedangkan menurut Syahputra dalam Jurnalistik Infotainment
(2006 : 68), para ahli komunikasi dan media menyebutkan infotainment
sebagai soft journalism, jenis jurnalisme yang menawarkan berita-berita
sensasional, lebih personal, dengan selebritis sebagai perhatian liputannya.
D. Pendekatan Teori Uses and Gratifications (Kegunaan dan Kepuasan)
Terkait dengan permasalahan penelitian yang akan diangkat, dimana
lebih menekankan pada pendekatan media, maka dipilihlah teori Uses and
Gratification (kegunaan dan kepuasan). Menurut Herbert Blumer dan Elihu
Katz sebagai orang yang pertama kali mengenalkan teori Uses and
Gratifications mengatakan bahwa penggunaan media memainkan peran aktif
untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Artinya, teori Uses and
Gratifications mengasumsikan bahwa pengguna mempunyai pilihan alternatif
untuk memuaskan kebutuhanya ( Nurudin, 2003 : 181).
Bradley S. Geenberg (dalam Liliweri, 1991) dalam tulisannya
merumuskan tujuan penggunaan media massa, terutama televisi adalah:
a. For Learning. Televisi dipergunakan untuk proses pemahaman terhadap pengetahuan.
b. As Habit. Orang menonton dikarenakan kebiasaan yang berhubungan (correlation) dengan ketertarikan dan kesenangan.
c. For Arousel. Melampiaskan ketiadakenakan hati. d. For Companionship. Untuk membunuh rasa sepi. e. To Relax. Sekedar untuk santai. f. To Forget. Untuk melupakan problem atau masalah. g. To Pass Time. Karena jenuh, tidak ada perbuatan yang
lebih baik.
Selanjutnya Jalaludin Rahmat (2000 : 207) menyatakan bahwa
penggunaan media massa itu sebenarnya didorong oleh motif-motif tertentu.
20
Ada berbagai macam kebutuhan yang dapat dipuaskan oleh media massa. Kita
ingin mencari kesenangan, media memberi hiburan, kita kesepian, media
massa dapat berfungsi sebagai sahabat.
Menurut Winarso (2005 : 44-50) ada beberapa peneliti telah
mengkalsifikasikan bermacam-macam teori Uses&Gratifications media
kedalam empat sistem kategori diantaranya adalah :
1. Pengetahuan (cognition), bahwa tindakan yang diambil oleh
khalayak adalah untuk memperoleh informasi mengenai sesuatu
sesuai dengan kebutuhannya.
2. Pelepasan (diversion), kebutuhan dasar manusia yang lain adalah
hiburan yang meliputi usaha pembebasan dari rasa kebosanan,
relaksasi, pelepasan emosional dari emosi dan energi yang
terpendam.
3. Kegunaan sosial (social utility), media dapat dijadikan sebagai
seperangkat kebutuhan sosial yang bersifat menyeluruh antar
individu.
4. Penarikan diri (withdrawal), bahwa manusia kadang-kadang perlu
untuk melarikan diri dari aktivitas-aktivitas tertentu dengan
menggunakan media bukan hanya untuk relaksasi melainkan juga
untuk tujuan-tujuan yang digambarkan sebagi penggunaan untuk
menarik diri.
Setiap orang menggunakan media secara sadar, dilakukan dengan
berbagai alasan, motivasi, tujuan, sebab media berfungsi menghibur, memberi
21
informasi, menjual, mendidik, membekali aktualisasi diri dalam pergaulan,
membentuk sikap dan perilaku individu itu sendiri.
Menurut Katz dan Blumler&Gurevitch (1974) (dalam Winarni, 2003 :
92-93) mengasumsikan teori Uses&Gratifications kedalam lima asumsi dasar
yaitu :
a. khalayak dianggap aktif, artinya sebagian besar dari penggunaan
media diasumsikan mempunyai tujuan.
b. Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan
pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota
khalayak.
c. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk
memuaskan kebutuhannya.
d. Banyak tujuan pemilih media massa disimpulkan dari satu yang
diberikan anggota khalayak, artinya orang dianggap cukup mengerti
untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi
tertentu.
e. Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan
sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayak.
Dengan kata lain, asumsi teori ini mengatakan bahwa audience/penonton
itu sebenarnya aktif dalam menentukan pilihan sesuai dengan apa yang
menjadi kebutuhan dan keinginan. Sebab itu teori ini digunakan oleh peneliti
untuk mengetahui motif apa yang dilakukan audience terhadap media dan
bukan sebaliknya yang mengatakan bahwa audience itu pasif.
22
E. Motif
Motif pada hakekatnya merupakan terminologi umum yang memberikan
makna, daya dorong, keinginan, kebutuhan, dan kemauan (Muslimin, 2004 :
290). Sedangkan menurut Giddens (dalam James Lull, 1998 : 121), motif
adalah implus atau dorongan yang memberi energi pada tindakan manusia
sepanjang lintasan kognitif atau prilaku ke arah pemuasan kebutuhan. Motif
tidak harus dipersepsikan secara sadar. Ia lebih merupakan “keadaan
perasaan”.
Dan motif tidak hanya merupakan dorongan fisik tetapi juga orientasi
kognitif elementer yang diarahkan pada pemuasan kebutuhan. Sebab motif
Seseorang dari waktu ke waktu mengalami perubahan sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan dari khalayak. Semakin sesuai pesan komunikasi
dengan motif seseorang maka semakin besar kemungkinan pesan yang bisa
diterima oleh khalayak.
Semua tingkah laku manusia pada hakekatnya mempunyai motif karena
tingkah laku dan perbuatan manusia yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan
dan keinginannya. Tingkah laku yang disebut tingkah laku secara refleks dan
yang berlangsung secara otomatis, mempunyai maksud tertentu walaupun
maksud tersebut tidak senantiasa sadar bagi manusia. Motif-motif manusia
dapat bekerja secara tidak sadar bagi manusia (Gerungan, 1991 : 140).
23
Berbagai aktifitas kita sehari-hari sering terkait oleh adanya motif, untuk
itu E. Koswara dalam bukunya, mengklasifikasikan motif menjadi beberapa
macam yaitu:
1. Motif bawaan, tingkah laku manusia yang timbul dari hal-hal bersifat naluriah (instingatif) seperti dorongan untuk makan, minum dan biologis.
2. Motif yang timbul karena dipelajari (learning), bersumber dari hasil pengamatan inderawi.
3. Motif interaksi sosial, situasi sosial atau kelompok memiliki pengaruh besar terhadap corak, arah dan intensitas tingkah laku individu.
4. Motif hedonisme, tingkah laku manusia selalu digerakkan ke arah pencapaian rasa senang.
5. Motif pertumbuhan, manusia terutama dimotivasi oleh keinginan atau kebutuhan untuk mencapai pertumbuhan diri yang optimal melalui potensi yang dimiliki.
Sedangkan dari segi asalnya, W. A. Gerungan (1991 : 142-143)
menyebutkan:
a. Motif biogenetis, motif yang berkembang pada diri orang dan berasal
dari organismenya sebagai mahkluk biologis.
a. Motif sosiogenetis adalah motif-motif yang dipelajari orang dan
berasal dari lingkungan kebudayaan tempat orang itu berada dan
berkembang.
b. Motif teogenetis, yaitu motif-motif yang berasal dari interaksi antara
manusia dengan tuhan seperti yang nyata dalam ibadahnya dan
dalam kehidupannya sehari-hari dimana ia berusaha merealisasi
norma-norma agama tertentu.
Bahwa motif sebenarnya memunculkan adanya suatu perubahan
terhadap suatu perbuatan yang sifatnya disadari oleh individu yang
24
bersangkutan. Berbagai aktifitas kita sehari-hari sering terkait oleh adanya
motif. Motif merupakan suatu pengertian yang melingkupi suatu penggerak,
alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan
manusia berbuat sesuatu (Gerungan, 1983 : 142).
Motivasi
Motivasi yang ada pada seseorang merupakan kekuatan pendorong yang
mewujudkan suatu perilaku guna mencapai tujuan kepuasan dirinya. Motivasi
dapat dipandang sebagai suatu istilah umum yang mengarah pada pengaturan
tingkah laku individu, dimana kebutuhan-kebutuhan atau dorongan-dorongan
dari dalam dan insentif (semacam hadiah) dari lingkungan mendorong
individu untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhannya dan atau untuk berusaha
menuju tercapainya tujuan yang diharapkan (Ardhana, 1963 : 165). Motif dan
motivasi merupakan dua komponen yang sangat penting yang membuat
manusia mengerjakan suatu aktivitas.
Menurut Mc Cleland (1987 : 95), ada perbedaan antara motif dan
motivasi. Motif adalah potensi yang dimiliki seseorang sedangkan motivasi
adalah aktualisasi dari motif yang potensial dalam perbuatan nyata. Secara
alami manusia memiliki motif untuk ingin mengetahui dan mengerti tentang
keadaan di sekitarnya. Motif ini merangsang rasa ingin tahu, memotivasi diri
individu untuk malakukan eksplorasi dengan lingkungan. Motif dan motivasi
merupakan dua komponen yang sangat penting yang membuat manusia
mengerjakan suatu aktivitas.
25
Sedangkan menurut Thournburg (dalam Prayitno, 1989 : 12), jenis atau
bentuk motivasi adalah :
1. Motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang berasal dari dalam individu
atau keinginan bertindak yang disebabkan faktor pendorong dari
dalam diri individu. Ini berarti bahwa tingkah laku dari individu
terjadi tanpa faktor dari lingkungan atau dengan kata lain individu
terdorong untuk bertingkah laku ke arah tujuan tertentu tanpa ada
faktor dari luar.
2. Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang berasal dari luar individu,
dimana tingkah laku yang ditunjukkan oleh individu disebabkan oleh
dorongan dari luar. Motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang
aktif berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Dinamakan
ekstrinsik karena tujuan individu melakukan kegiatan adalah untuk
mencapai tujuan yang terletak di luar aktivitas.
.Jadi, motivasi merupakan suatu proses psikologi yang mencerminkan
interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi pada
diri seseorang. Dan motivasi sebagai proses psikologi timbul diakibatkan oleh
faktor didalam diri seseorang itu sendiri yang disebut intrinsik atau faktor
diluar diri yang disebut ekstrinsik (Muslimin, 2004 : 287).
Karena itu, ketika khalayak mempunyai keinginan menyaksikan
tayangan di media massa televisi, sebenarnya keinginan tersebut muncul dari
adanya suatu motif tertentu terhadap tayangan tersebut. Khalayak
menggunakan media televisi karena didorong oleh motif-motif tertentu, hal ini
26
dikarenakan ada berbagai kebutuhan yang bisa dipuaskan oleh media. Motif-
motif di sini yang di maksud adalah motif ekstrinsik maupun motif intrinsik
yang dimiliki oleh khalayak. Adapun motif khalayak untuk menyaksikan suatu
tayangan di televisi adalah karena ingin mengetahui serta memperoleh
informasi yang sedang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhannya.
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif
dengan pendekatan kuantitatif yang berarti bahwa penelitian yang dilakukan
menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data atau mengukur status
variabel yang diteliti yaitu tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan
dengan variabel yang lain (Sugiyono, 2002 : 6). Karenanya dalam penelitian
deskriptif tidak menggunakan dan tidak melakukan pengujian hipotesis.
Karena peneliti hanya ingin mendiskripsikan bagaimana data yang
diperoleh oleh peneliti yang berupa konsep jawaban detail dari responden itu
akan menjelaskan obyek yang diteliti melalui data yang terkumpul tanpa
melakukan perbandingan dengan data yang lain.
B. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan dari obyek penelitian dan menurut
Sugiyono (2002 : 57) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa/mahasiswi FAI
angkatan 2005 dari Jurusan Tarbiyah maupun Syari’ah yang berada di
lingkungan UMM dengan jumlah mahasiswa 52 orang. Jumlah mahasiswa
sebanyak 52 responden tersebut diperoleh setelah dilakukannya pra penelitian.
Dari 57 mahasiswa FAI yang dijadikan sebagai responden dalam penelitian ini
28
hanya 52 mahasiswa sebab hanya 52 mahasiswa tersebut yang telah
memenuhi kriteria penelitian yaitu mereka yang pernah menyaksikan tayangan
infotainment Silet di RCTI.
Peneliti memeilih menggunakan responden dari mahasiswa FAI
angkatan 2005 karena jumlah dari keseluruhan mahasiwa FAI 2005 telah
cukup mewakili jika dibandingkan dengan angkatan sebelumnya. Mahasiswa
angkatan 2005 merupakan jumlah yang terbanyak apabila dibandingkan
dengan angkatan sebelumnya yaitu mencapai 57 mahasiswa.
C. Sampel
Sampel adalah sebagian atau keseluruhan wakil dari populasi yang akan
diteliti. Dalam menentukan jumlah sampel peneliti menggunakan responden
yang pernah menyaksikan tayangan infotainment Silet di RCTI sebagai
sampel. Jadi teknik yang digunakan adalah total sampling yaitu peneliti dalam
hal ini menjadikan seluruh populasi sebagai subyek pengumpulan data.
Sehingga jumlah sampel yang ditetapkan peneliti sebesar 52 responden dari
jumlah populasi yaitu sebanyak 52 responden.
Sebab setelah melakukan pra penelitian peneliti mengetahui dari 57
responden terdapat 5 responden yang menjawab tidak pernah menyaksikan
tayangan infotainmnet Silet. Sedangkan sisanya sebanyak 52 responden
menyatakan pernah menyaksikan tayangan infotainment Silet. Karena itu
peneliti hanya meneliti dan menggunakan data dari 52 responden yang pernah
menyaksikan tayangan infotainment Silet, 52 responden tersebut terdiri atas 25
responden dari Tarbiyah dan 27 responden dari Syari’ah. Penetapan tersebut
29
dilakukan pada mahasiswa yang pernah menyaksikan tayangan infotainment
Silet saja.
D. Responden Penelitian dan Lokasi Penelitian
D. 1. Responden penelitian
Dalam penelitian ini peneliti memilih responden penelitiannya adalah
para mahasisiwa/mahasiswi Fakultas Agama Islam (FAI) angkatan 2005 yang
kuliah di UMM dengan memiliki kriteria sebagai berikut:
Mahasiswa/mahasiswi FAI angkatan 2005 yang pernah menyaksikan
tayangan infotainment Silet..
Untuk mendapatkan responden penelitian dengan kriteria yang tersebut
di atas, maka peneliti melakukan pra penelitian terlebih dahulu. Dan pada saat
peneliti menyebarkan kuesioner pada responden sudah di ketahui berapa
jumlah responden yang pernah menyaksikan tayangan infotainment Silet. Dan
jumlah responden tersebut yang akan dijadikan sebagai sampel.
D. 2. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Agama Islam, Universitas
Muhammadiyah Malang pada saat mahasiswa/mahasiswi angkatan 2005 ada
jadwal mengikuti perkuliahan.
E. Teknik Pengumpulan Data
E. 1. Kuesioner
Teknik pengumpulan data yang dipakai bertujuan untuk menemukan
motif ekstrinsik dan intrinsik pada mahasiswa FAI UMM dalam menyaksikan
tayangan Silet di RCTI. Data yang diperoleh adalah dengan menyebarkan
30
kuesioner kepada responden. Adapun kuesioner menurut Arikunto (1992: 124)
adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal
yang ia ketahui.
Adapun penelitian ini akan menggunakan jenis kuesioner daftar
pertanyaan kombinasi tertutup dan terbuka, yaitu kuesioner yang jawabannya
sudah ditentukan tetapi kemudian disusul dengan pertanyaan terbuka
(Singarimbun dan Handayani dalam Singarimbun dan Effendi, 1995: 177-178)
Sehingga nantinya akan diketahui pula apa alasan responden memilih jawaban
dari pilihan jawaban yang sudah ditentukan. Sehingga hasil dari kuesioner
yang berupa penilaian, pendapat, dan tanggapan responden merupakan data
utama atau jawaban mengenai motif menyaksikan tayangan Silet yang
disampaikan secara tertulis oleh responden.
Berikut contoh bentuk pertanyaan jenis kombinasi tertutup dan terbuka:
1. ……………………………………………………….. a. ………….. b. …………. c. ………….