-
i
MANAJEMEN KURIKULUM PENDIDIKAN SATU ATAP
DI MTs SALAFIYAH WONOYOSO DESA BUMIREJO
KECAMATAN KEBUMEN KABUPATEN KEBUMEN
TAHUN 2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi
Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Muh. ‘Azim Asror
NIM : 111 11 077
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2016
-
ii
-
iii
-
iv
-
v
MOTTO
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan”
(Al- Insyiroh : 5-6) (Al-Qur’an dan terjemahnya. Khadim Al
Haramain Asy
Syarifain. Abdullah bin Abdul Aziz Ali Sa’ud, Raja Kerajaan Arab
Saudi.
Hal. 1073)
-
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan dengan ketulusan hati
kepada:
1. Ibuku (Nur Hikmah) dan Bapakku (Fatkhurrohman) engkau yang
ku
kasihi dan ku sayangi, yang telah banyak berkorban tanpa letih
maupun
pamrih, meskipun banyak cobaan dan rintangan yang menghadang,
namun
engkau tetap tersenyum dan bersabar, semoga Allah SWT.
Melimpahkan
segala kerohmatan-Nya di dunia dan akhirat.
2. Istriku (Pradika Mustafidah Sari) tercinta yang telah setia
dalam menemani
segala kehidupanku baik diwaktu bahagia maupun dikala sedih,
serta
selalu memberikan motivasi dan do’a demi terselesainya skripsi
ini,
semoga dalam setiap langkahmu Allah SWT. Selalu Memberikan
kemudahan.
3. Anakku (Muhammad Naufal Afkar) yang selalu menghiburku
baik
diwaktu sedih maupun senang, semoga Allah SWT. Menjadikanmu
anak
yang Sholeh.
4. Guru spiritual dan teladanku Bapak KH. Mahfudz Ridwan, Lc.
Yang
selalu memberikan semangat dan ketenangan hati, serta
membimbingku
agar menjadi insan yang lebih baik, semoga Allah SWT. Selalu
memberikan kesehatan kepada beliau.
5. Sahabatku di rumah KH. Abdul Aziz Bakrie (Alm) yang telah
memberikan
motivasi dan bantuan dalam bentuk apapun, serta selalu
membuatku
tersenyum baik diwaktu sedih maupun senang.
-
vii
6. Sahabat-sahabat PP. Edi Mancoro yang telah setia menemaniku
dari awal
perjalanan di bangku perkuliahan hingga saat ini, semoga Allah
SWT.
Menjadikan kalian sebagai generasi penerus Bangsa yang
sholeh-sholehah.
7. Sahabat PAI-B angkatan 2011. Semoga dimanapun kalian berada,
selalu
mengamalkan ilmunya dengan tulus dan ikhlas.
-
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin penulis ucapkan sebagai rasa
syukur
kehadirat Allah SWT atas segala nikmat yang tak terhitung dan
rahmat-Nya
yang tiada henti, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beliaulah suri tauladan bagi
seluruh
umat manusia, penyempurna akhlak yang mulia, dan pemimpin
yang
bijaksana bagi seluruh alam semesta.
Penulisan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan dengan
baik
tanpa ada bantuan, dorongan, serta bimbingan dari pihak-pihak
tertentu yang
terkait, yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan
informasi-
informasi yang dibutuhkan.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M. Pd. Selaku Rektor IAIN
Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu
Keguruan IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag. Selaku Ketua Progdi Pendidikan
Agama Islam
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
4. Ibu Dra. Hj. Siti Farikhah, M. Pd. Selaku pembimbing skripsi
yang
senantiasa sabar memberikan bimbingan dan pengarahan kepada
penulis.
5. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan
bekal
keilmuan kepada penulis.
-
ix
6. Kepala MTs Salafiyah Bapak Diego Faizzata, S. Pd.I. yang
telah
memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian
skripsi
ini, sehingga dapat terlaksana dengan baik.
7. Keluarga tercinta yang telah membesarkan penulis dengan penuh
kasih
sayang dan memberikan bantuan moril dan materil maupun
spiritual.
8. Sahabat-sahabatku seperjuangan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan
angkatan 2011.
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan, semoga segala
bantuan yang diberikan mendapat balasan dan Ridho Allah SWT
serta
tercatat dalam bentuk amalan ibadah. Amin.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi penulis
pada
khusunya dan pembaca pada umumnya.
Salatiga, 6 Juni 2016
Penulis
-
x
ABSTRAK
Azim Asror, Muhammad. 2016. Manajemen Kurikulum Pendidikan Satu
Atap di
MTs Salafiyah Wonoyoso Desa/ Kelurahan Bumirejo, Kecamatan
Kebumen, Kabupaten Kebumen Tahun 2016. Skripsi. Fakultas
Tarbiyah
dan ILmu Keguruan. Program Studi Pendidikan Agama Islam.
Institut
Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Farikhah, M.
Pd.
Kata Kunci: Manajemen Kurikulum Pendidikan Satu Atap.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manajemen
kurikulum
pendidikan satu atap di MTs Salafiyah Wonoyoso desa/ Kelurahan
Bumirejo,
Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen pertanyaan utama yang
ingin
dijawab melalui penelitian ini adalah (a) Bagaimana penerapan
kurikulum di
MTs Salafiyah Wonoyoso, (b) Bagaimana hambatan dalam
pelaksanaan
kurikulum di MTs Salafiyah Wonoyoso, (c) Sejauhmana
keberhasilan
manajemen kurikulum di MTs Salafiyah Wonoyoso, untuk
menjawab
pertanyaan tersebut peneliti menggunakan jenis penelitian
deskriptif
kualitatif.
Dalam melaksanakan penelitian penulis menggunakan metode
penelitian deskriptif kualitatif, yang dari penelitian tersebut
menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan lisan dari
orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati. Adapun subjek dan objek penelitian
yaitu
Kepala Madrasah, Wakil Kepala 1, dan pengasuh Pondok
Pesantren.
Sedangkan objeknya yaitu MTs Salafiyah Wonoyoso. Dalam
proses
pengumpulan data, penulis menggunakan cara wawancara, observasi
dan
dokumentasi. Adapun dalam proses pengecekan dan keabsahan data,
peneliti
menggunakan metode triangulasi yaitu dengan membandingkan
dan
mengecek balik drajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh
melalui
waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.
Berdasarkan analisa data yang didapatkan bahwa kurikulum
yang
diterapkan di MTs Salafiyah Wonoyoso, yaitu menggunakan tiga
kurikulum,
pertama, kurikulum Kemendikbud, kedua, kurikulum Kemenag, dan
ketiga,
kurikulum Pondok Pesantren. Adapun hambatan dalam penerapan
kurikulum
di MTs Salafiyah Wonoyoso ialah adanya tenaga pengajar yang
mengajar
mata pelajaran tidak sesuai denga jurusannya ketika berkuliah,
kurang
berkompetennya tenaga pengajar karena hanya sebatas
mengenyam
pendidikan setara dengan SMA dan masih kurangnya pengetahuan
tentang
teknologi informasi. Sedangkan keberhasilan penerapan kurikulum
ditandai
dengan banyaknya lulusan dari lembaga tersebut mahir dalam
bidang ilmu
agama dan ilmu umum serta terpenuhinya sarana dan prasarana
yang
memadai. Serta semakin meningkatnya kepercayaan masyarakat
terhadap
lembaga, ditandai dengan banyaknya siswa yang mendaftar dari
daerah
tersebut.
-
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING........................ ii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………... iii
HALAMAN DEKLARASI……………………………………... iv
HALAMAN MOTTO…………………………………………... v
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………… vi
KATA PENGANTAR…………………………………………... viii
ABSTRAK………………………………………………………. x
DAFTAR ISI…………………………………………………….. xi
DAFTAR TABEL……………………………………………….. xiv
DAFTAR GAMBAR……………………………………………. xv
BAB. I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………. 1
B. Pembatasan Masalah………………………………… 5
C. Fokus Penelitian……………………………………... 7
D. Tujuan Penelitian…………………………………...... 8
E. Manfaat penelitian…………………………………… 8
F. Metode Penelitian……………………………………. 9
G. Sistematika Penulisan………………………………... 14
BAB. II. KAJIAN TEORI
A. Manajemen Kurikulum………………………………. 15
-
xii
1. Pengertian Manajemen…………………………… 15
2. Fungsi Manajemen……………………………….. 18
3. Pengertian Kurikulum…………………………… 20
4. Fungsi Kurikulum……………………………….. 20
5. Komponen Kurikulum…………………………... 22
6. Pengertian Manajemen Kurikulum…………….... 26
B. Perencanaan Kurikulum di Sekolah
1. Pengertian Perencanaan Kurikulum……………... 27
2. Fungsi Perencanaan Kurikulum…………………. 28
3. Model Perencanaan Kurikulum…………………. 29
4. Sifat Perencanaan Kurikulum…………………… 31
5. Asas-Asas Perencanaan Kurikulum……………... 32
C. Pengorganisasian Kurikulum………………………... 34
D. Pelaksanaan Kurikulum……………………………... 41
E. Macam-Macam Kurikulum………………………….. 50
F. Pendidikan Satu Atap………………………………... 53
1. Pengertian Pendidikan Satu Atap………………... 53
2. Pola Pendidikan Satu Atap………………………. 56
3. Model-Model Pengembangan SD-SMP Satu Atap. 57
4. Tujuan Kurikulum Pendidikan Satu Atap………... 63
5. Kriteria Calon SD-SMP Satu Atap………………. 64
G. Kurikulum Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Kurikulum Kementerian Agama, dan Kurikulum
-
xiii
Pondok Pesantren…………………………………….. 66
BAB. III. LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum MTs Salafiyah Wonoyoso
Desa Bumirejo Kecamatan Kebumen
Kabupaten Kebumen.
1. Letak Geografis………………………………….. 75
2. Sejarah Berdirinya……………………………….. 76
3. Visi Misi…………………………………………. 78
4. Tujuan Madrasah……………………………….. 79
5. Sasaran………………………………………….. 85
6. Struktur Organisasi……………………………... 86
7. Keadaan Guru dan Siswa……………………….. 87
8. Fasilitas dan Prestasi……………………………. 69
B. Manajemen Kurikulum MTs Salafiyah Wonoyoso
Desa Bumirejo Kecamatan Kebumen
Kabupaten Kebumen………………………………... 96
BAB. IV. PEMBAHASAN………………………………. 117
BAB. V. PENUTUP……………………………………… 129
A. Kesimpulan ………………………………………… 129
B. Saran………………………………………………... 131
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
-
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel I Skema Pendidikan Satu Atap……………………………. 59
Tabel II Struktur Muatan Kurikulum SMP/ MTs………………… 67
Tabel III Struktur Muatan Mata Pelajaran Kementerian Agama…..
70
Tabel IV Data Daftar Guru dan Karyawan……………………….. 87
Tabel V Data Jumlah Siswa Tahun Pelajaran 2016/2017………… 91
Tabel VI Data Sarana dan Prasarana………………………………. 92
Tabel VII Data Alokasi Waktu Masing-Masing Mata Pelajaran…….
99
Tabel VIII Alokasi Waktu Tiga
Kurikulum......................................... 121
-
xv
DAFTAR GAMBAR
Bagan I SD-SMP Satu Atap dengan Satu Pengelola……………. 61
Bagan II SD-SMP dengan Satu SD atau SMP
Satu Pengelola…………………………………………... 62
Bagan III Lebih dari Satu SD dengan Satu SMP…………………. 63
Bagan IV Struktur Organisasi MTs Salafiyah Wonoyoso…………. 86
-
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kurikulum merupakan rencana tertulis tentang kemampuan yang
harus dimiliki berdasarkan standar nasional, materi yang perlu
dipelajari dan
pengalaman belajar yang harus dijalani untuk mencapai kemampuan
tersebut,
dan evaluasi yang perlu dilakukan untuk menentukan tingkat
pencapaian
kemampuan peserta didik, serta seperangkat peraturan yang
berkenaan
dengan pengalaman belajar peserta didik dalam mengembangkan
potensi
dirinya pada satuan pendidikan tertentu. Dalam sistem pendidikan
nasional,
dinyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan
mengenai isi dan lahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar (Hamalik, 2008:
92).
Salah satu aspek yang berpengaruh terhadap keberhasilan
pendidikan
nasional adalah aspek kurikulum, kurikulum merupakan salah satu
komponen
yang memiliki peran strategis dalam sistem pendidikan.
Kurikulum
merupakan suatu sistem program pembelajaran untuk mencapai
tujuan
institusional pada lembaga pendidikan, sehingga kurikulum
memegang peran
penting dalam mewujudkan sekolah yang bermutu/ berkualitas.
Salah satu
aspek yang dapat mempengaruhi keberhasilan kurikulum adalah
pemberdayaan bidang manajemen atau pengelolaan kurikulum di
lembaga
pendidikan yang bersangkutan (Rusman, 2009:1). Kurikulum
merupakan
-
2
program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan dalam
mencapai
tujuan pendidikan yang memerlukan inovasi dan pengembangan.
Melihat hal
ini kurikulum selalu bersifat dinamis selalu berubah dan
menyesuaikan diri
dengan kebutuhan peserta didik.
Kurikulum mempunyai pengaruh yang besar dalam segala bentuk
aktifitas pendidikan disebuah lembaga pendidikan. Karena
kurikulum
memberikan rancangan pendidikan yang berfungsi sebagai pedoman
dalam
proses pembelajaran. Sebuah kurikulum lembaga pendidikan
yang
direncanakan, diatur dan dilaksanakan dengan baik maka akan
menghasilkan
peserta didik yang berwawasan luas dan berfikir kedepan sesuai
dengan
tujuan pendidikan nasional.
Selain kurikulum sebagai tolak ukur suatu keberhasilan
lembaga
pendidikan dalam melaksanakan seluruh proses pendidikan, juga
ditentukan
oleh manajemen dari lembaga pendidikan tersebut. Manajemen
merupakan
alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Manajemen yang baik
akan
memudahkan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan
masyarakat.
Dengan manajemen, daya guna dan hasil guna unsur-unsur manajemen
akan
ditingkatkan (Hamalik, 2008:27). Sehingga manajemen yang baik
akan
meningkatkan kualitas suatu lembaga. Manajemen berlangsung dalam
suatu
proses berkesinambungan secara sistematik, yang meliputi
pelaksanaan
fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, staffing,
pengarahan, dan
control (Hamalik, 2008: 32). Kegiatan manajemen menjadi tanggung
jawab
utama pimpinan lembaga pendidikan tersebut. Manajemen
pendidikan
-
3
sebagai proses atau sistem pengelolaan. Kegiatan pengelolaan
suatu sistem
pendidikan ini mempunyai tujuan terlaksananya kegiatan belajar
mengajar
dengan baik. Dalam proses pendidikan perlu dilaksanakan
manajemen
kurikulum agar perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum
berjalan
lebih efektif, efisien, dan optimal dalam memberdayakan berbagai
sumber
belajar, pengalaman belajar, maupun komponen kurikulum (Rusman,
2009:5)
Manajemen kurikulum adalah sebagai suatu sistem pengelolaan
kurikulum yang kooperatif, komprehensif, sistemik, dan
sistematik dalam
rangka mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum (Rusman,
2009:3).
Sehingga dapat dipahami bahwa kurikulum berperan sangat
penting
dalam pendidikan, tanpa kurikulum maka pendidikan di Negeri ini
akan
menjadi pincang, serta kurikulum tanpa adanya manajemen yang
baik
menjadikan lembaga pendidikan tersebut kesulitan dalam
pelaksanaan segala
aktifitas pendidikan, karena tidak adanya perencanaan,
pelaksanaan,
pengontrolan, dan evaluasi yang baik, sehingga kurikulum tidak
dapat
berjalan dengan semestinya.
Dari paparan yang telah disampaikan di atas, penulis
bermaksud
meneliti sebuah lembaga pendidikan berupa madrasah sebagai
pendidikan
formal yang satu atap dengan pondok pesantren sebagai sebuah
acuan dalam
setiap pelaksanaan program pendidikannya. Dengan diterapkannya
tiga model
kurikulum, MTs Salafiyyah mampu bersaing dengan sekolah umum
yang
dipandang sebagai lembaga pendidikan unggulan namun hanya
pada
pendidikan umumnya saja, sedangkan pendidikan satu atap
memiliki
-
4
keunggulan dan nilai plus, disamping pendidikan umum lembaga
pendidikan
ini juga menggunakan materi tambahan terutama dalam bidang
agama, seperti
Bahasa Arab, dan pendidikan akhlak dengan mengkaji kitab kuning
atau
materi-materi pondok pesantren. Objek penelitian ini adalah
Madrasah
Tsanawiyah Salafiyah Wonoyoso, Desa Bumirejo Kecamatan
Kebumen,
Kabupaten Kebumen. Pendidikan satu atap yang berbasis pondok
pesantren.
Beberapa hal yang menarik penulis untuk mengadakan penelitian
di
tempat ini, antara lain diterapkannya tiga macam kurikulum,
yaitu kurikulum
Kementerian pendidikan dan kebudayaan, kurikulum Kementerian
agama,
dan kurikulum lokal berbasis pondok pesantren, serta eksistensi
madrasah
tersebut tetap terjaga hingga sekarang. Karena secara geografis
lokasi
madrasah berada di tengah kota Kebumen, yang sangat bermacam
lembaga
pendidikan disekitarnya, dan penuh dengan modernisasi perkotaan,
namun
MTs Salafiyah tetap mendapat tempat dihati para orang tua
untuk
mempercayakan anaknya pada madrasah tersebut. Hal tersebut
menjadi
sesuatu yang menarik bagi penulis untuk mengetahui lebih jauh
bagaimana
eksistensi tersebut terjaga hingga saat ini dari sudut pandang
manajemen
kurikulumnya.
Berangkat dari hal di atas, maka penulis mengajukan judul
dalam
penelitian ini adalah: “MANAJEMEN KURIKULUM PENDIDIKAN
SATU ATAP DI MTs SALAFIYAH WONOYOSO DESA BUMIREJO
KECAMATAN KEBUMEN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2016
-
5
B. Pembatasan Masalah
Sebelum penulis membahas lebih lanjut yang menjadi inti
permasalahan dan untuk menghindari kesalahan penafsiran, maka
perlu
penulis jelaskan istilah-istilah yang berkaitan dengan judul
diatas yaitu antara
lain :
1. Manajemen :
Manajemen berasal dari kata “to manage” yang berarti
mengatur(Hamalik, 2008:27).
Manajemen adalah suatu proses sosial yang berkenaan dengan
keseluruhan usaha manusia dengan bantuan manusia serta
sumber-
sumber lainnya menggunakan metode yang efisien dan efektif
untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Fungsi manajemen meliputi beberapa poin yang harus di
pahami, diantaranya Perencanaan (Planning), pengorganisasian
(Organizing), penerapan (Actuating), dan pegontrolan
(Controlling).
Sehingga manajemen berisikan keempat hal tersebut, namun
yang
penulis bahas disini mengenai penerapan (Actuating).
Bertitik pada rumusan tersebut, maka ada beberapa hal yang
perlu dijelaskan lebih lanjut.
a. Manajemen merupakan suatu proses sosial yang merupakan
proses kerjasama antar dua orang atau lebih secara formal.
-
6
b. Manajemen dilaksanakan dengan bantuan sumber-sumber,
yakni sumber manusia, sumber material, sumber biaya, dan
sumber informasi.
c. Manajemen dilaksanakan dengan metode kerja tertentu yang
efisien dan efektif, dari segi tenaga, dana, waktu dan
sebagainya.
d. Manajemen mengacu ke pencapaian tujuan tertentu yang
telah
di tentukan sebelumnya (Hamalik, 2008:28).
2. Kurikulum :
Kurikulum adalah program pendidikan yang disediakan oleh
lembaga pendidikan (sekolah) bagi siswa. Berdasarkan program
pendidikan tersebut siswa melakukan berbagai kegiatan
belajar,
sehingga mendorong perkembangan dan pertumbuhannya sesuai
dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan (Hamalik,
2008:10).
Menurut Dr. E. Mulyasa, M. Pd. (2009: 22), kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan
kompetensi
dasar, materi standar, dan hasil belajar, serta cara yang
digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai kompetensi dasar dan tujuan pendidikan. Adapun yang
dimaksud dengan manajemen kurikulum adalah suatu proses
pengelolaan kurikulum yang meliputi: perencanaan,
pengorganisasian,
pelaksanaan serta pengawasan.
3. Pendidikan satu atap
-
7
Pendidikan dasar yang mencangkup SD dan SMP yang sederajat
atau lembaga pendidikan lain seperti pondok pesantren yang
diselenggarakan secara terpadu, baik terpadu secara fisik
maupun
secara pengelolaan
(http://www.slideshare.net/NASuprawoto/konsep-
sdsmp-satu-atap).
4. MTs Salafiyah
Madrasah satu atap yang berbasis pondok pesantren dengan
menggunakan perpaduan kurikulum Kemendikbud, kurikulum
Kemenag, dan Kurikulum pondok pesantren dibawah naungan
Yayasan Pesantren Salafiyah Wonoyoso desa Bumirejo,
Kecamatan
Kebumen, Kabupaten Kebumen.
C. Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian diatas, maka ada beberapa hal yang
menjadi
permasalahan dan akan dikaji melalui penelitian ini.
Beberapa permasalahan itu adalah :
1. Bagaimana penerapan kurikulum di MTs Salafiyah Wonoyoso
desa
Bumirejo, Kebumen?
2. Bagaimana hambatan dalam pelaksanaan kurikulum di MTs
Salafiyah
Wonoyoso desa Bumirejo Kebumen?
3. Sejauhmana keberhasilan manajemen kurikulum di MTs
Salafiyah
Wonoyoso desa Bumirejo Kebumen?
http://www.slideshare.net/NASuprawoto/konsep-sdsmp-satu-ataphttp://www.slideshare.net/NASuprawoto/konsep-sdsmp-satu-atap
-
8
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang dikaji, maka peneliti ini
memiliki tujuan antara lain untuk mengetahui:
1. Penerapan kurikulum di MTs Salafiyah Wonoyoso Desa
Bumirejo
Kebumen.
2. Hambatan dalam pelaksanaan kurikulum di MTs Salafiyah
Wonoyoso
desa Bumirejo Kebumen.
3. Keberhasilan manajemen kurikulum di MTs Salafiyah
Wonoyoso
desa Bumirejo Kebumen.
E. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan adanya manfaat yang bisa
diambil,
yaitu:
1. Manfaat teoritis
a. Untuk memperkaya perbendaharaan pengetahuan serta teori
tentang manajemen kurikulum lembaga pendidikan islam
khususnya Madrasah Tsanawiyah dan Pondok Pesantren.
b. Pengembangan khasanah keilmuan di dunia pendidikan.
2. Manfaat praktis
a. Penelitian ini di harapkan dapat berguna bagi seluruh
masyarakat,
sebagai bahan pertimbangan untuk memilih madrasah.
-
9
b. Penelitian ini diharapkan berguna bagi pelaksana dan
pengelola
lembaga pendidikan MTs Salafiyah Wonoyoso Desa Bumirejo
Kebumen.
c. Penelitian ini dianggap penting untuk memberikan
sumbangan
pemikiran untuk manajemen kurikulum pendidikan satu atap di
MTs Salafiyah Wonoyoso Desa Bumirejo Kebumen.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah jenis
penelitian
deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Kirk dan
Miller adalah
tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara
fundamental
bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam
kawasannya
maupun dalam peristilahannya. Taylor mendefinisikan
metodologi
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif
berupa kata-kata tertulis dan lisan dari orang-orang dan
perilaku yang
dapat diamati (moleong, 2009:4).
Menurut S. Nasution, penelitian kualitatif disebut juga
penelitian
naturalistik. Disebut penelitian kualitatif karena sifat data
yang
dikumpulkan bersifat kualitatif bukan kuantitatif karena
tidak
menggunakan alat-alat pengukur. Disebut naturalistik karena
situasi
lapangan penelitian bersifat “natural” atau wajar, sebagaimana
adanya
tanpa manipulasi, diatur dengan eksperimen atau tes. Penelitian
kualitatif
-
10
hasilnya bersifat objektif berlaku sesaat dan setempat kemudian
pada
penelitian pada umumnya dilakukan pada penelitian sosial,
sedangkan
data yang dikumpulkan dinyatakan dalam bentuk nilai relatif
(Nasution,
2003:18-19).
2. Subjek dan objek penelitian
Subjek penelitian meliputi : Kepala madrasah, Wakil Kepala1
(Waka Kurikulum), Pengasuh Pondok Pesantren.
Untuk menentukan subjek penelitian yang dijadikan informan
menurut moleong ada beberapa kriteria yaitu : ia harus jujur,
taat pada
janji, patuh pada peraturan , tidak termasuk salah satu kelompok
yang
bertentangan dengan latar penelitian dan mempunyai pandangan
tertentu
tentang suatu hal atau peristiwa yang terjadi (Moleong,
2003:90).
Objek penelitian adalah MTs Salafiyah Wonoyoso Kebumen yang
terletak di Gg. Walikonang dusun Wonoyoso desa Bumirejo kec.
Kebumen Kab. Kebumen Provinsi Jawa Tengah.
3. Pengumpulan data
a. Wawancara tak berstruktur
Wawancara menurut Lexy J. Moleong adalah percakapan
dengan maksud tertentu (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan
dan yang diwawancarai (interviewe) yang memberikan jawaban
atas
pertanyaan itu. Wawancara tak berstruktur adalah wawancara
yang
pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan
yang
-
11
akan diajukan (Moleong, 2003:130). Wawancara dalam
penelitian
kualitatif biasanya merupakan jenis wawancara tak
berstruktur.
Tujuannya ialah memperoleh keterangan yang terinci dan
mendalam
mengenai pandangan responden. Sehingga dengan wawancara tak
berstruktur pewawancara dapat menanyakan permasalahan yang
akan di kaji dengan leluasa tanpa terpaku pada batas-batas
teks
pertanyaan.
b.Observasi
Dilakukan oleh peneliti dengan cara mengamati secara
langsung terhadap sumber data. Dalam observasi kita tidak
hanya
mencatat suatu kejadian atau peristiwa, akan tetapi juga
segala
sesuatu atau sebanyak mungkin hal-hal yang mungkin ada
kaitannya.
Karena dalam tiap pengamatan harus selalu dikaitkan dua hal
yakni
informasi (apa yang terjadi) dan konteks (hal-hal yang
berkaitan
disekitarnya) sehingga tidak kehilangan makna (Nasution,
2003:58).
Dengan melakukan pengamatan, maka akan jelas informasi yang
peneliti dapatkan sebagai bahan penelitian.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah memperoleh data dengan meneliti dan
mempelajari serta menganalisa dokumen-dokumen yang berupa
data
umum yang berhubungan dengan pengelolaan dan manajemen
madrasah. Dokumentasi terdiri atas tulisan pribadi seperti
buku
harian, surat-surat dan dokumen resmi (Nasution, 2003:85).
Dengan
-
12
dokumentasi akan memeberikan data-data yang ada dilapangan
yang
sangat penting untuk membantu kelengkapan penelitian.
4. Analisis data
Menurut Milles dan Huberman ada tiga macam kegiatan dalam
analisis data kualitatif, yaitu:
a. Reduksi data
Reduksi data merujuk pada proses pemilihan, pemokusan,
penyederhanaan, abstraksi, dan pentransformasian “data
mentah”
yang terjadi dalam catatan-catatan lapangan tertulis.
Sebagaimana
pengumpulan data berproses, terdapat beberapa tahapan dari
Reduksi
data (membuat rangkuman, pengodean, membuat tema-tema,
membuat gugus-gugus, membuat pemisahan-pemisahan, menulis
memo-memo). Dan reduksi data/ pentransformasian proses terus
menerus, setelah kerja lapangan, hingga laporan akhir
lengkap.
Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang mempertajam,
memilih, memokuskan, membuang, dan menyusun data dalam suatu
cara dimana kesimpulan akhir dapat digambarkan dan
diverifikasikan.
b. Model data (Data Display)
Langkah utama kedua dari kegiatan analisis data adalah model
data. kita mendefinisikan “model”sebagai suatu kumpulan
informasi
yang tersusun yang membolehkan pendeskripsian kesimpulan dan
pengambilan tindakan.
-
13
c. Penarikan/verifikasi kesimpulan.
Langkah ketiga dari aktifitas analisis adalah penarikan dan
verifikasi kesimpulan. Dari permulaan pengumpulan data,
peneliti
kualitatif mulai memutuskan apakah ”makna” sesuatu mencatat
keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi yang mungkin
alur
kausal, dan proposisi proposisi. Peneliti yang kompeten
dapat
menangani kesimpulan-kesimpulan ini secara jelas, memelihara
kejujuran dan kecurigaan (skeptisme), tetapi kesimpulan masih
jauh,
baru mulai dan pertama masih samar, kemudian meningkat
menjadi
eksplisit dan mendasar menggunakan istilah klasik Glasser
dan
Strauss.
Dalam pengertian ini analisis data kualitatif merupakan
suatu
inisiatif berulang-ulang secara terus-menerus. Masalah reduksi
data,
model, dan penarikan/verifikasi kesimpulan masuk ke dalam
gambar
secara berurutan sebagai episode-episode analisis mengikuti
masin-
masing yang lain. Tetapi dua masalah yang lain selalu
menjadi
bagian dari dasar (Emzir, 2011:129-135).
5. Pengecekan keabsahan data
Penelitian ini menggunakan triangulasi untuk pengecekan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Teknik
trianggulasi yang digunakan adalah triangulasi dengan
sumber.
Menurut patton, triangulasi dengan sumber berarti
membandingkan
dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang
-
14
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam
penelitian
kualitatif. Hal ini dicapai dengan jalan:
a) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara.
b) Membandingkan apa yang dikatakan key informan dengan
informan.
c) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen
yang terkait (Moleong, 2009:330-331).
G. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan
Merupakan gambaran keseluruhan skripsi yang meliputi: latar
belakang masalah, pembatasan masalah, fokus penelitian,
tujuan
penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian,
sistematika
penulisan.
BAB II : Kajian Pustaka
Pada bab ini akan dijelaskan tentang manajemen kurikulum
yang
meliputi: pengertian manajemen kurikulum, fungsi kurikulum,
komponen kurikulum, perencanaan kurikulum di sekolah,
pengorganisasian kurikulum di sekolah, dan pelaksanaan
kurikulum di sekolah, kurikulum pendidikan satu atap.
BAB III : Paparan Data dan Temuan Penelitian
BAB IV : Pembahasan
BAB V : Penutup
-
15
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Manajemen Kurikulum
1. Pengertian Manajemen
Istilah manajemen pada dasarnya merupakan istilah yang tidak
asing lagi ditelinga. Seringkali orang menyebut sebuah
pengelolaan,
kegiatan atau pengelolaan usaha dengan istilah manajemen.
Manajemen
berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan
melalui
proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi
manajemen itu.
Jadi, manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan
tujuan
yang diinginkan(Hasibuan, 2005:1).manajemen juga berkenaan
dengan
cara-cara pengelolaan suatu lembaga agar lembaga tersebut
efisien dan
efektif (Tilaar, 2002: 10). Manajemen dapat diartikan sebagai
suatu proses
social yang berkenaan keseluruhan usaha manusia dengan
bantuan
manusia lain serta sumber-sumber lainnya, menggunakan metode
yang
efisien dan efektif untuk mencapai tujuan yang ditentukan
sebelumnya
(Hamalik, 2008: 16).
Selain pendapat dari pakar pendidikan, Allah SWT. Berfirman
tentang manajemen yang berbuyi:
-
16
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang
dijalan-Nya
dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu
bangunan yang tersusun kokoh. (Ash shoff ayat 4).”
Dari ayat Al-Qur’an di atas maka dapat disimpulkan bahwa
Allah
SWT. Juga menyukai orang yang me-manaj sesuatu dengan baik, agar
apa
yang direncanakan dapat tercapai dengan baik dan mendapatkan
hasil yang
baik pula.
Disamping pengertian manajemen di atas, sebagai bahan
perbandingan setidaknya perlu disimak beberapa definisi
manajemen yang
dikemukakan para tokoh/pakar manajemen diantaranya :
a. Malayu S.P Hasibuan, (2005: 2) manajemen adalah ilmu dan
seni
mengatur proses pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumber-
sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu
tujuan
tertentu.
b. Andrew F. Sikula mendefinisikan manajemen sebagai berikut
:
“Management in general refers ro planning, organizing,
controlling,
staffing, leading, motivating, and decision making activities
performed
by any organization, in order to coordinate the varied resources
of the
enterprise so as to bring and efficient creation of same product
or
service”.
-
17
(manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktifitas-aktifitas
perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan,
pengarahan, pemotivasian, komunikasi, dan pengambilan
keputusan
yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk
mengkoordinasikan berbagai sumberdaya yang dimiliki oleh
perusahaan sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa
secara
efisien (Hasibuan, 2005: 2)
c. G.R.Terry mendefinisikan manajemen sebagai berikut:
“Management is a distinct process consisting of planning,
organizing, actuating, and controlling, performed, to determine
an
accomplish stated objectives by the use of human being and
other
resources”
(manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari
tindakan-
tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai
sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan
sumber
daya manusia dan sumber-sumber lainnya) (Hasibuan, 2005:
2-3).
Sehingga dapat disimpulkan dari beberapa pendapat diatas
bahwa pengertian manajemen dapat diartikan sebagai suatu
proses/kegiatan atau usaha pencapaian tujuan tertentu
melalui
kerjasama dengan orang lain, demi tercapainya suatu tujuan
dengan
memanfaatkan dan mengembangkan sumberdaya manusia dan sumber
-
18
daya lainnya, melalui proses perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, dan pengontrolan.
2. Fungsi Manajemen
Fungsi-fungsi yang berurutan dalam proses manajemen terdiri dari
:
a. Perencanaan
Perencanaan adalah mengembangkan suatu rencana, seseorang
harus
mengacu ke masa depan atau menentukan pengaruh pengeluaran
biaya, atau keuntungan, menetapkan perangkat tujuan atau hasil
akhir,
mengembangkan strategi untuk mencapai tujuan akhir, menyusun
program yakni menetapkan prioritas dan urutan strategi,
anggaran
biaya atau alokasi sumber-sumber, menetapkan prosedur kerja
dengan
metode yang baru dan mengembangkan kebijakan-kebijakan
berupa
aturan dan ketentuan.
b. Pengorganisasian
Pengorganisasian meliputi kegiatan-kegiatan
membentuk/mengadakan
struktur organisasi baru untuk menghasilkan produk baru, dan
menetapkan garis hubungan kerja antar struktur yang ada
dengan
struktur yang baru, merumuskan komunikasi dan
hubungan-hubungan,
menciptakan deskripsi kedudukan yang menunjuk apakah rencana
dapat dilaksanakan oleh organisasi yang ada atau diperlukan
orang
lain yang memiliki ketrampilan khusus.
-
19
c. Staffing
Meliputi kegiatan seleksi calon tenaga staf, memberikan
orientasi
pada tenaga staf kearah pekerjaan dan tugas, memberikan
latihan-
latihan ketrampilan sesuai dengan bidang tugas serta
melakukan
pembinaan ketenagaan.
d. Pengarahan
Meliputi langkah-langkah pendelegasian atau pelimpahan
tanggung
jawab dan akuntabilitas, memotivasi dan mengkoordinasi agar
usaha-
usaha kelompok serasi dengan usaha-usaha lainnya, merangsang
perubahan bila terjadi perbedaan/pertentangan untuk mencari
pemecahan/penyelesaian sebelum mengerjakan tugas-tugas
berikutnya.
e. Control
Meliputi kegiatan pengadaan sistem pelaporan yang serasi
dengan
struktur pelaporan keseluruhan, mengembangkan standar
perilaku,
mengukur hasil berdasarkan kualitas yang diinginkan dalam
kaitannya
dengan tujuan, melakukan tindakan koreksi dan memberikan
ganjaran
(Hamalik, 2008:33-34).
Memahami dari penjelasan diatas tentang fungsi
manajemen, harus mengandung setidaknya ada lima fungsi yang
berurutan, yaitu, planning, organizing, actuating, staffing,
dan
controlling, sehingga semua fungsi diatas merupakan suatu
kesatuan
-
20
untuk memanaj suatu lembaga ataupun instansi sesuai dengan
kebutuhan dan tujuan lembaga tersebut.
3. Pengertian Kurikulum
Menurut E. Mulyasa (2006: 24-25), kurikulum merupakan
kumpulan perangkat perencanaan dan pengaturan tentang
tujuan,
kompetensi dasar, materi dasar, hasil belajar, serta penerapan
pedoman
pelaksanaan aktifitas belajar guna meraih kompetensi dasar dan
tujuan
pendidikan.
Mencermati apa yang dimaksud Mulyasa tersebut, kurikulum
sangat menentukan awal, proses, dan akhir pembelajaran.
Kurikulum
menjadi pengawal dinamika pendidikan yang ditujukan untuk
mencerdaskan anak-anak bangsa(Yamin, 2010:40).
Sehingga berdasarkan pengertian yang diungkapkan oleh
mulyasa
dapat disimpulkan bahwa kurikulum sangat penting demi
menunjang
kesuksesan segala proses pendidikan dalam suatu lembaga/
instansi
pendidikan terkait, sesuai dengan tujuan pendidikan sekolah
dan
pendidikan nasional.
4. Fungsi Kurikulum
Kurikulum berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan
pendidikan. Apabila salah satu komponen dalam kurikulum
tidak
-
21
berfungsi maka akan mengakibatkan komponen yang lain
terganggu.
Fungsi kurikulum difokuskan pada enam aspek berikut :
a. Fungsi penyesuaian
Individu hidup dalam lingkungan. Setiap individu harus
mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungannya secara
menyeluruh. Karena lingkungan sendiri senantiasa bersifat
dinamis
maka masing-masing individupun harus memiliki kemampuan
menyesuaikan diri secara dinamis pula.
b. Fungsi integrasi
Kurikulum berfungsi mendidik pribadi-pribadi yang
terintegrasi. Oleh karena individu sendiri merupakan bagian
dari
masyarakat, maka pribadi yang terintegrasi itu akan
memberikan
sumbangsih dalam pembentukan atau pengintegrasian
masyarakat.
c. Fungsi differensiasi
Kurikulum perlu memberikan pelayanan terhadap
perbedaan diantara setiap orang dimasyarakat. Pada dasarnya,
differensiasi akan mendorong orang berfikir kritis dan
kreatif,
sehingga akan mendorong kemajuan social dalam masyarakat.
d. Fungsi persiapan
Kurikulum berfungsi mempersiapkan siswa agar mampu
melanjutkan studi lebih jauh, misal melanjutkan studi
kesekolah
yang lebih tinggi atau persiapan belajar di dalam
masyarakat.
e. Fungsi pemilihan
-
22
Perbedaan atau differensiasi dan pemilihan (seleksi)
adalah dua hal yang saling berkaitan. Pengakuan atas
perbedaan
berarti memberikan kesempatan bagi seseorang untuk memilih
apa
yan diinginkan dan menarik minatnya.
f. Fungsi diagnostic
Salah satu pelayanan pendidikan adalah membantu dan
mengarahkan siswa untuk mampu memahami dan menerima
dirinya, sehingga dapat mengembangkan seluruh potensi yang
dimilikinya. Fungsi ini merupakan fungsi diagnostic kurikulum
dan
akan membimbing siswa untuk dapat berkembang secara optimal.
Berbagai fungsi kurikulum tadi dilaksanakan oleh
kurikulum secara keseluruhan. Fungsi-fungsi tersebut
memberikan
pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan siswa,
sejalan
dengan arah filsafat pendidikan dan tujuan pendidikan yang
diharapkan oleh institusi pendidikan yang bersangkutan
(Hamalik,
2011: 13-14).
Dari definisi diatas, fungsi kurikulum memiliki andil yang
strategis dalam pembentukan kepribadian peserta didik, baik
kaitannya dengan tujuan lulusan yang berkompeten maupun
tujuan
pendidikan secara menyeluruh, untuk memajukan dunia
pendidikan di negeri ini.
5. Komponen Kurikulum
-
23
Kurikulum dalam suatu sekolah memiliki lima komponen yaitu:
a. Komponen tujuan
Tujuan merupakan hal yang ingin dicapai oleh sekolah secara
keseluruhan, meliputi tujuan domain kognitif, domain afektif,
dan
domain psikomotorik. hal ini dicapai dalam rangka mewujudkan
lulusan dalam satuan pendidikan sekolah yang sesuai dengan
tujuan
pendidikan nasional. Secara hirarkis tujuan pendidikan
tersebut
dapat diurutkan sebagai berikut:
1) Tujuan pendidikan nasional yaitu tujuan pendidikan yang
ingin
dicapai pada tataran nasional. Dalam pencapaiannya dapat
berwujud sebagai warga Negara berkepribadian nasional yang
bertanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat bangsa dan
tanah air.
2) Tujuan institusional yaitu yang ingin dicapai pada
tingkat
lembaga pendidikan, dalam penyampaiannya dapat berwujud
sebagai tamatan sekolah yang mampu dididik lebih lanjut
menjadi tenaga professional dalam bidang tertentu dan pada
jenjang tertentu.
3) Tujuan kurikulum yaitu tujuan pendidikan yang ingin
dicapai
pada tingkat tataran mata pelajaran atau bidang studi
tertentu
yang dipelajari.
-
24
4) Tujuan instruksional yaitu tujuan yang ingin dicapai pada
tingkat tataran pengajaran yang dapat berwujud sebagai
bentuk
watak, kemampuan berfikir dan kemampuan berbicara.
b. Komponen isi/ materi
Komponen isi berupa materi yang diprogramkan untuk
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan isi atau
materi
tersebut biasanya berupa materi bidang studi. Bidang-bidang
studi
tersebut disesuaikan dengan jenis, jenjang maupun jalur
pendidikan
yang ada. Bidang-bidang studi tersebut biasanya telah
dicantumkan
dalam struktur program kurikulum sekolah yang bersangkutan.
c. Komponen media (sarana dan prasarana)
Media merupakan sarana perantara dalam pengajaran. Media
merupakan perantara untuk menjabarkan isi kurikulum agar
lebih
mudah untuk dipahami oleh peserta didik. Oleh karena itu
pemanfaatan dan pemakaian media dalam pengajaran secara
tepat
terhadap pokok bahasan yang disajikan kepada peserta didik
akan
mempermudah peserta didik dalam menanggapi, memahami isi
sajian guru dalam pengajaran. Dengan kata lain, ketepatan
pemilihan
media yang digunakan guru akan membantu kelancaran dalam
pencapaian tujuan pengajaran (pendidikan).
d. Komponen strategi
Strategi menunjuk pada pendekatan dan metode serta
peralatan mengajar yang digunakan dalam pengajaran. Tetapi
pada
-
25
hakikatnya strategi pengajaran tidak hanya terbatas pada hal itu
saja.
Pembicaraan strategi pengajaran tergambar dari cara yang
ditempuh
dalam melaksanakan pengajaran, mengadakan penilaian,
pelaksanaan bimbingan dan mengatur kegiatan, baik yang
secara
umum berlaku maupun yang bersifat khusus dalam pengajaran.
Dengan kata lain, strategi pengajaran mengatur seluruh
komponen,
baik pokok maupun penunjang, dalam sistem pengajaran.
e. Komponen proses belajar mengajar
Komponen ini sangat penting dalam sistem pengajaran sebab
diharapkan melalui proses belajar-mengajar akan terjadi
perubahan
tingkah laku pada diri peserta didik. Keberhasilan proses
belajar
mengajar merupakan indikator keberhasilan pelaksanaan
kurikulum.
Oleh karena itu, dalam proses belajar mengajar guru dituntut
untuk
menciptakan suasana pengajaran yang kondusif, sehingga
memungkinkan dan mendorong peserta didik untuk secara
leluasa
mengembangkan kreativitasnya dengan bantuan guru.
Kemampuan guru dalam menciptakan suasana pengajaran
yang kondusif ini merupakan indikator kreativitas dan
efektivitas
guru dalam mengajar. hal tersebut dapat tercapai secara lebih
baik
jika guru dapat: (a) memusatkan pada kepribadiannya dalam
mengajar, (b) menerapkan metode mengajarnya, (c) memusatkan
pada proses dan produknya, dan (d) memusatkan pada
kompetensi
yang relevan (Subandijah, 1993: 4-6).
-
26
Komponen kurikulum dapat dipahami sebagai seluruh
penunjang proses pembentukan dan pelaksanaan kurikulum untuk
menunjang tercapainya tujuan lembaga pendidikan yang
disesuaikan
dengan tujuan pendidikan secara nasional.
6. Pengertian Manajemen Kurikulum
Bertitik tolak kepada pengertian diatas maka manajemen
kurikilum
dapat diartikan sebagai upaya untuk mengurus, mengatur, dan
mengelola
perangkat mata pelajaran yang akan diajarkan pada lembaga
pendidikan,
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai
tujuan pendidikan tertentu.
Manajemen kurikulum sangat penting sebagai suatu sistem
pengelolaan kurikulum yang kooperatif, komprehensif, sistemik,
dan
sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan
kurikulum.
Dalam pelaksanaannya, manajemen kurikulum harus dikembangkan
sesuai
dengan konteks manajemen berbasis sekolah. Oleh karena itu,
otonomi
yang diberikan kepada lembaga pendidikan atau sekolah dalam
mengelola
kurikulum secara mandiri denan memprioritaskan kebutuhan dan
ketercapaian sasaran dalam visi dan misi lembaga pendidikan atau
sekolah
tidak mengabaikan kebijaksanaan nasional yang telah
ditetapkan.
Keterlibatan masyarakat dalam manajemen kurikulum
dimaksudkan agar dapat memahami, membantu, dan mengontrol
implementasi kurikulum, sehinga lembaga pendidikan atau sekolah
selain
dituntut kooperatif juga mampu mandiri dalam
mengidentifikasi
-
27
kebutuhan kurikulum, mendesain kurikulum, menentukan
prioritas
kurikulum, melaksanakan pembelajaran, menilai kurikulum,
mengendalikan serta melaporkan sumber dan hasil kurikulum, baik
kepada
masyarakat maupun pada pemerintah (Rusman, 2011: 3).
Sehinga manajemen kurikulum sangat diperlukan agar terjadi
keharmonisan antara rencana pembelajaran dengan pelaksanaannya
dalam
kegiatan belajar mengajar.
B. Perencanaan Kurikulum di Sekolah
1. Pengertian perencanaan kurikulum
Perancanaan kurikulum adalah suatu proses sosial yang
kompleks
yang menuntut berbagai jenis dan tingkat pembuatan
keputusan.
Ada dua pendekatan perencanaan kurikulum :
a. Pendekatan yang bersifat “administrative approach”
Yaitu kurikulum direncanakan dari pihak atasan kemudian
diturunkan kepada instansi-instansi bawahan sampai kepada
guru-guru.
Jadi from the top down, dari atas ke bawah atas inisiatif
para
administrator. Dalam kondisi ini guru-guru tidak dilibatkan.
Mereka
lebih bersifat pasif yaitu sebagai penerima dan pelaksana. Semua
ide,
gagasan dan inisiatif berasal dari pihak atasan.
b. Pendekatan yang bersifat “grass roots approach”
Yaitu yang dimulai dari bawah, yakni dari pihak guru-guru
atau
sekolah secara individual dengan harapan bisa meluas ke
sekolah-
-
28
sekolah lain. Kepala sekolah serta guru-guru dapat
merencanakan
kurikulum atau perubahan kurikulum karena melihat
kekurangan-
kekurangan dalam kurikulum yang berlaku. Mereka tertarik oleh
ide-ide
baru mengenai kurikulum dan bersedia menerapkannya disekolah
mereka untuk meningkatkan mutu pelajaran (Hamalik, 2008:
149-150)
Selanjutnya, dengan bertindak dari pandangan bahwa guru
adalah
manajer (the teacher as manajer) J.G Owen sangat menekankan
perlunya keterlibatan guru dalam perencanaan kurikulum. Guru
harus
ikut bertanggung jawab dalam perencanaan kurikulum karena
dalam
praktek mereka adalah pelaksana-pelaksana kurikulum yang
sudah
disusun bersama.
2. Fungsi perencanaan kurikulum
Pimpinan perlu menyusun perencanaan kurikulum secara cermat,
teliti, menyeluruh, dan rinci, karena memiliki multi fungsi
sebagai berikut:
a. Perencanaan kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau alat
manajemen, yang berisi petunjuk tentang jenis dan sumber
peserta
yang diperlukan, media penyampaiannya, tindakan yang perlu
dilakukan, sumber biaya, tenaga, sarana yang diperlukan,
sistem
pengontrol dan evaluasi, peran unsur-unsur ketenagaan untuk
mencapai tujuan manajemen organisasi.
b. Perencanaan kurikulum berfungsi sebagai penggerak roda
organisasi
dan tata laksana untuk menciptakan perubahan dalam
masyarakat
-
29
sesuai dengan tujuan organisasi. Perencanaan kurikulum yang
matang
besar sumbangannya terhadap pembuatan keputusan oleh
pemimpin,
dan oleh karenanya perlu membuat informasi kebijakan yang
relevan,
disamping seni kepemimpinan dan pengetahuan yang
dimilikinya.
c. Perencanaan kurikulum berfungsi sebagai motivasi untuk
melaksanakan sistem pendidikan sehingga mencapai hasil
optimal
(Hamalik, 2008: 152).
Sehingga dari poin-poin penjelasan di atas, dapat
disimpulkan,
bahwa perencanaan harus memiliki fungsi yang dapat
memberikan
pengaruh pada tujuan akhir suatu institusi, yaitu sesuai dengan
tujuan
pendidikan nasional.
3. Model perencanaan kurikulum
a. Model perencanaan rasional deduktif atau Tayler, menitik
beratkan
logika dalam merancang program kurikulum dan bertitik tolak
dari
spesifikasi tujuan (goal and objektives) tetapi cenderung
mengabaikan
problematika dalam lingkungan tugas. Model itu dapat
diterapkan
pada semua tingkat pembuatan keputusan, misalnya
rasionalisasi
proyek pengembangan guru atau menentukan kebijakan suatu
planning by-objektives di lingkungan departemen. Model ini
cocok
untuk sistem pendidikan yang sentralistik yang menitik beratkan
pada
sistem perencanaan pusat, dimana kurikulum dianggap sebagai
suatu
-
30
alat untuk mengembangkan/ mencapai maksud-maksud di bidang
social ekonomi.
b. Model interaktif rational (the rational-interaktive model),
memandang
rasionalitas sebagai tuntutan kesepakatan antara
pendapat-pendapat
yang berbeda, yang tidak mengikuti urutan logik. Perencanaan
kurikulum di pandang sebagai suatu masalah lebih
‘perencanaan
dengan’ (planning with) daripada ‘perencanaan bagi’ (planning
for).
Seringkali model ini dinamakan model situasional, asumsi
rasionalitasnya menekankan pada respons fleksibel kurikulum
yang
tidak memuaskan dan inisiatif pada tingkat sekolah atau tingkat
local.
Hal ini mungkin merupakan refleksi suatu keyakinan ideologis
masyarakat demokrasi atau pengembangan kurikulum berbasis
sekolah. Implementasi rencana merupakan fase krusial dalam
pengembangan kurikulum, dimana diperlukan saling beradaptasi
antara perencana dan pengguna kurikulum.
c. ‘The disciplines model’, perencanaan ini menitik beratkan
pada guru-
guru; mereka sendiri yang merencanakan kurikulum berdasarkan
pertimbangan sistematik tentang relevansi pengetahuan filosofis,
(isu-
isu pengetahuan yang bermakna), sosiologi (argument-argumen
kecenderungan sosial), psikologi (untuk memberitahukan
tentang
urutan-urutan materi pelajaran) demikian dikemukakan oleh
Lawton)
d. Model tanpa perencanaan (non planning model) adalah suatu
model
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan intuitif guru-guru
didalam
-
31
ruangan kelas sebagai bentuk pembuatan keputusan, hanya
sedikit
upaya kecuali merumuskan tujuan khusus, formalitas, pendapat,
dan
analisis intelektual (Hamalik, 2008: 153-154).
Sehingga dari empat model perencanaan kurikulum yang telah
dijelaskan diatas, semuanya memiliki karakteristik tersendiri
dalam
merencanakan kurikulum yang tujuannya adalah terlaksananya
kurikulum yang baik, sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
4. Sifat perencanaan kurikulum
Suatu perencanaan kurikulum memiliki sifat-sifat sebagai berikut
:
a. Bersifat strategis, karena merupakan instrument yang sangat
penting
untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
b. Bersifat komprehensif, yang mencakup keseluruhan
aspek-aspek
kehidupan dan penghidupan masyarakat.
c. Bersifat integrative, yang mengintegrasikan rencana yang
luas,
mencakup pengembangan dimensi kualitas dan kuantitas.
d. Bersifat realistis, berdasarkan kebutuhan nyata peserta didik
dan
kebutuhan masyarakat.
e. Bersifat humanistic, menitik beratkan pada pengembangan
sumber
daya manusia baik kuantitatif maupun kualitatif.
f. Bersifat futuralistik, mengacu jauh ke depan dalam
merencanakan
masyarakat yang maju.
-
32
g. Merupakan bagian yang integral yang mendukung manajemen
pendidikan secara sistematik.
h. Perencanaan kurikulum mengacu pada pengembangan
kompetensi
sesuai dengan standar nasional.
i. Berdeverensifikasi untuk melayani keragaman peserta
didik.
j. Bersifat desentralistik, karena dikembangkan oleh daerah
sesuai
dengan kondisi dan potensi daerah (Hamalik, 2008: 150).
5. Asas-asas perencanaan kurikulum
Perencanaan kurikulum disusun berdasarkan asas-asas sebagai
berikut:
a. Objektivitas
Perencanaan kurikulum memiliki tujuan yang jelas, dan
spesifik
berdasrkan tujuan pendidikan nasional, data input yang nyata
sesuai
dengan kebutuhan.
b. Keterpaduan
Perencanaan kurikulum memadukan jenis dan sumber dari semua
disiplin ilmu, keterpaduan sekolah dan masyarakat,
keterpaduan
internal, serta keterpaduan dalam proses penyampaian.
c. Manfaat
Perencanaan kurikulum menyediakan dan menyajikan pengetahuan
dan
ketrampilan sebagai bahan masukan untuk pengambilan keputusan
dan
-
33
tindakan, serta bermanfaat sebagai acuan strategis dalam
penyelenggaraan pendidikan.
d. Efisiensi dan efektifitas
Perencanaan kurikulum disusun berdasarkan prinsip efisiensi
dana,
tenaga, waktu dan efektif dalam mencapai tujuan dan hasil
pendidikan.
e. Kesesuaian
Perencanaan kurikulum disesuaikan dengan sasaran peserta
didik,
kemampuan tenaga pendidikan, kemajuan IPTEK dan perubahan/
perkembangan masyarakat.
f. Keseimbangan
Perencanaan kurikulum memperhatikan keseimbangan antara
jenis
bidang studi, sumber yang tersedia, serta antara kemampuan
dan
program yang akan dilaksanakan.
g. Kemudahan
Perencanaan kurikulum memberikan kemudahan bagi pemakainya
yang
membutuhkan pedoman berupa bahan kajian dan metode untuk
melaksanakan proses pembelajaran.
h. Berkesinambungan
Perencanaan kurikulum ditata secara berkesinambungan sejalan
dengan
tahap-tahap dan jenis dan jenjang satuan pendidikan.
i. Pembakuan
Perencanaan kurikulum dibakukan sesuai dengan jenjang dan
jenis
satuan pendidikan, sejak dari pusat, propinsi, kabupaten/ kota
madya.
-
34
j. Mutu
Perencanaan kurikulum memuat perangkat pembelajaran yang
bermutu,
sehingga turut meningkatkan mutu proses belajar dan kualitas
lulusan
secara keseluruhan (Hamalik, 2008: 149-156).
Sehingga dala perencanaan kurikulum harus memperhatikan
muatan yang akan di ajarkan dalam kurikulum sebagai proses
pembeljaran,
agar nantinya dalam pelaksanaannya dapat tercapai hasil yang
memuaskan.
C. Pengorganisasian Kurikulum
Pengorganisasian dapat dilihat dari dua pendekatan, yakni
secara
struktural dalam konteks manajemen, dan secara fungsional dalam
konteks
akademik atau kurikulum. Pengorganisasian kurikulum seyogyanya
dilihat dari
kedua pendekatan tersebut, yakni dalam konteks akademik
(Hamalik, 2008:
136).
Organisasi kurikulum merupakan pola atau desain bahan
kurikulum
yang tujuan untuk mempermudah siswa dalam mempelajari bahan
pelajaran
serta mempermudah siswa dalam melakukan kegiatan belajar
sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif. Organisasi kurikulum
sangat terkait
dengan pengaturan bahan pelajaran yang ada dalam kurikulum,
sedangkan
yang menjadi sumber bahan pelajaran dalam kurikulum adalah nilai
budaya,
nilai social, aspek siswa dan masyarakat, serta ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Ada beberapa factor yang harus dipertimbangkan dalam organisasi
kurikulum,
-
35
diantaranya berkaitan dengan ruang lingkup (scope), urutan bahan
(squence),
kontinuitas, keseimbangan dan keterpaduan (integrated).
1. Ruang lingkup (scope) dan urutan bahan pelajaran merupakan
salah satu
factor yang harus dipertimbangkan dalam suatu kurikulum.
2. Kontinuitas kurikulum dalam organisasi kurikulum perlu
diperhatikan,
terutama berkaitan dengan substansi bahan yang dipelajari siswa,
jangan
sampai terjadi pengulangan ataupun loncat-loncat yang tidak
jelas tingkat
kesukarannya, pendekatan spiral merupakan salah satu upaya
dalam
menerapkan factor ini. Artinya materi yang dipelajari siswa
semakin lama
semakin mendalam yang dikembangkan berdasarkan keluasan
secara
vertical maupun horisontal.
3. Keseimbangan bahan pelajaran perlu dipertimbngkan dalam
organisasi
kurikulum. Semakin dinamis perubahan dan perkembangan
dalamilmu
pengetahuan, social budaya, maupun ekonomi akan berpengaruh
terhadap
dimensi kurikulum. Ada dua aspek yang harus selalu diperhatikan
dalam
keseimbngan pada organisasi kurikulum: (1) keseimbangan
terhadap
substansi bahan atau isi kurikulum; dan (2) keseimbangan yang
berkaitan
dengan cara atau proses belajar.
4. Alokasi waktu yang dibutuhkan dalam kurikulum harus menjadi
bahan
pertimbangan dalam organisasi kurikulum.
Secara umum ada tiga bentuk pengorganisasian kurikulum,
yaitu
sebagai berikut:
a. Mata pelajaran yang terpisah-pisah (separated subject
curriculum)
-
36
Kurikulum ini menyajikan segala bahan pelajaran dalam
berbagai macam mata pelajaran yang terpisah-pisah, satu sama
lain,
seakan-akan ada batas pemisah antara mata pelajaran yang satu
dengan
yang lain, juga antara suatu kelas dengan kelas yang lain
dengan
demikian sukar terdapat kebulatan pengetahuan pada anak
(Suryosubroto, 2005: 1).
Secara fungsional bentuk kurikulum ini mempunyai kekurangan
maupun kelebihan.
Kekurangan mata pelajaran terpisah-pisah (sparated subject
curriculum) adalah sebagai berikut.
1) Bahan pelajaran diberikan atau dipelajari secara
terpisah-pisah,
yang menggambarkan tidak ada hubungannya antara materi satu
dengan yang lainnya
2) Bahan pelajaran yang diberikan atau yang dipelajari siswa
tidak
bersifat aktual.
3) Proses belajar lebih mengutamakan aktivitas guru, sedangkan
siswa
cenderung pasif.
4) Bahan pelajaran tidak berdasarkan pada aspek permasalahan
social
yang dihadapi siswa maupun kebutuhan masyarakat.
5) Bahan pelajaran merupakan informasi maupun pengetahuan
dari
masa lalu yang terlepas dengan kejadian masa sekarang dan
yang
akan datang.
-
37
6) Proses dan bahan pelajaran sangat kurang memerhatikan
bakat,
minat dan kebutuhan siswa.
Sementara itu, kelebihan mata pelajaran yang terpisah-
pisah (separated subject curriculum) adalah sebagai berikut
:
1) Bahan pelajaran disusun secara sistematis, logis,
sederhana,
dan mudah dipelajari.
2) Kurikulum dapat dilaksanakan untuk mewariskan nilai-nilai
dan budaya terdahulu.
3) Kurikulum ini mudah diubah dan dikembangkan.
4) Bentuk kurikulum ini mudah dipola, dibentuk, didesain,
bahkan mudah untuk diperluas dan dipersempit sehingga
mudah disesuaikan dengan waktu yang ada.
Bahan pelajaran yang sifatnya informasi sebagian besar akan
diperoleh siswa dari buku pelajaran. Siswa akan lebih banyak
menghafal dalam mempelajari pengetahuan yang sifatnya
terlepas-lepas
sehingga kemampuan siswa kurang berkembang dan cenderung
kurang
mengoptimalkan potensi siswa sebagai individu.
b. Mata pelajaran gabungan (Correlated Currriculum)
Kurikulum bentuk ini pun sudah lama digunakan dalam dunia
pendidikan kita. Korelasi kurikulum atau sering disebut broad
field
pada hakikatnya adalah penyatuan mata pelajaran yang sejenis,
seperti
IPA (di dalamnya tergabung fisika, biologi, dan kimia) dan
IPS.
Kurikulum bentuk ini sebagai upaya penggabungan dari mata
-
38
pelajajaran yang terpisah-pisah dengan maksud untuk
mengurangi
kekurangan yang terdapat dalam bentuk mata pelajaran.
Korelasi kurikulum merupakan penggabungan dari mata
pelajaran
yang sejenis secara insidental. Dari bahan-bahan kurikulum
yang
terlepas-lepas diupayakan disatukan dengan bahan kurikulum atau
mata
pelajaran yang sejenis sehingga dapat memperkaya wawasan siswa
dari
berbagai disiplin ilmu. Namun, kenyataan dilapangan atau
dusekolah
terbukti bahwa guru-guru masih berpegang pada latar belakang
pendidikannya. Salah satu penyebabnya karena guru yang
bersangkutan
belum memahami prinsip-prinsip pola penggabungan mata
pelajaran
tersebut.
Ada beberapa kelebihan dan kekurangan dalam pola kurikulum
ini, kekurangannya adalah sebagai berikut:
1) Bahan pelajaran yang diberikan kurang sistematis serta
kurang
begitu mendalam.
2) Kurikulum ini kurang menggunakan bahan pelajaran yang
aktualyang langsung berhubungan dengan kehidupan nyata
siswa.
3) Kurikulum ini kurang memperhatikan bakat, minat dan
kebutuhan
siswa.
4) Apabila prinsip penggabungan belum dipahami, kemungkinan
bahan pelajaran yang disampaikan masih terlampau abstrak.
Sementara itu, kelebihan pola mata pelajaran gabungan
(correlated curriculum) adalah sebagai berikut:
-
39
1) Bahan bersifat korelasi meskipun sebatas beberapa mata
pelajaran.
2) Memberikan wawasan yang lebih luas dalam lingkup satu
bidang
studi.
3) Menambah minat siswa berdasarkan korelasi mata pelajaran
yang
sejenis.
Bahan pelajaran dalam kurikulum ini memungkinkan substansi
pelajarannya, memiliki pengertian-pengertian yang lebih
mendalam
disbanding dengan mata pelajaran yang terpisah-pisah.
c. Kurikulum terpadu (integrated curriculum)
Kurikulum ini cenderung lebih memandang bahwa dalam suatu
pokok bahasan harus integrated atau terpadu secara
menyeluruh.
Keterpaduan ini dapat dicapai melalui pemusatan mata pelajaran
pada
satu masalah tertentu dengan alternatif pemecahan melalui
berbagai
disiplin ilmu atau mata pelajaran yang diperlukan sehingga
batas-batas
antara mata pelajaran dapat ditiadakan. Kurikulum ini
memberikan
kesempatan pada siswa untuk belajar secara kelompok maupun
individu, lebih memberdayakan masyarakat sebagai sumber
belajar,
memungkinkan pembelajaran bersifat individu terpenuhi, serta
dapat
melibatkan siswa dalam mengembangkan program pembelajaran.
Dalam penerapan kurikulum ini guru dituntut untuk memiliki
kemampuan mengimplementasikan berbagai strategi belajar
mengajar
yang sesuai dengan karakteristik kurikulum tersebut.
Pembelajaran
yang mungkin banyak digunakan seperti pemecahan masalah,
metode
-
40
proyek, pengajaran unit (unit teaching), inkuiri, discovery
dan
pendekatan tematik yang dilakukan dalam pembelajaran
kelompok
maupun secara perorangan. Bahan pelajaran yang dipelajari
siswa
dirumuskan dalam pokok bahasan berupatopik atau pernyataan
yang
dapat mendorong siswa untuk memecahkan permasalahan yang
diajukan.
Proses pembelajaran lebih bersifat fleksibel disesuaikan
dengan
kemampuan dan potensi siswa, sehingga tidak mengharapkan
hasil
belajar yang sama dari semua siswa. Jika dilihat dari
prosesnya,
kurikulum ini dalam pengembangannya lebih banyak
dipercayakan
pada guru-guru, orang tua, maupun siswa itu sendiri.
Ada beberapa kekurangan maupun kelebihannya dalam
kurikulum ini. Kekurangan kurikulum ini diantaranya sebagai
berikut:
1) Ditinjuau dari ujian akhir atau tes masuk yang uniform,
maka
kurikulum ini akan banyak menimbulkan keberatan.
2) Kurikulum ini tidak memiliki urutan yang logis dan
sistematis.
3) Diperlukan waktu yang banyak dan bervariasi sesuai dengan
kebutuhan siswa maupun kelompok.
4) Guru belum memiliki kemampuan untuk menerapkan kurikulum
bentuk ini.
5) Masyarakat, orang tua, dan siswa belum terbiasa dengan
kurikulum
ini.
Sementara kelebihan kurikulum ini adalah sebagai berikut:
-
41
1) Mempelajari bahan pelajaran melalui pemecahan masalah
dengan
cara memadukan beberapa mata pelajaran, secara menyeluruh
dalam menyelesaikan suatu topik atau permasalahan.
2) Memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar sesuai
dengan
bakat, minat, dan potensi yang dimilikinya secara individu.
3) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan
permasalahan secara komprehensif dan dapat mengembangkan
belajar secara bekerjasama (cooperative) (Rusman, 2011:
50-66).
Dari definisi tiga pola pengorganisasian kurikulum diatas
masing-
masing memiliki kekurangan dan kelebihan, namun dari beberapa
pola
tersebut sangat penting kaitannya dengan terlaksananya
sebuah
kurikulum yang baik dan sejalan dengan tujuan pendidikan
nasional
demi terbentuknya sistem pendidikan yang memiliki pandangan
kedepan dan perkembngan yang signifikan.
D. Pelaksanaan Kurikulum
Pelaksanaan kurikulum dibagi menjadi dua tingkatan yaitu
pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah, dan kurikulum tingkat
kelas. Dalam
tingkat sekolah yang berperan adalah kepala sekolah, dan pada
tingkatan kelas
yang berperan adalah guru. Walaupun dibedakan dalam tugas antara
kepala
sekolah dan guru, dalam pelaksanaan kurikulum serta diadakan
perbedaan
tingkat dalam pelaksanaan administrasi, yaitu tingkat sekolah
dan tingkat
kelas, namun antara kedua tingkat dalam pelaksanaan administrasi
kurikulum
-
42
tersebut senantiasa bergandengan dan bersama-sama bertanggung
jawab
melaksanakan proses administrasi kurikulum.
1. Pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah
Pada tingkat sekolah, kepala sekolah bertanggung jawab untuk
melaksanakan kurikulum di lingkungan sekolah yang dipimpinnya.
Dia
berkewajiban melakukan kegiatan-kegiatan yakni menyusun
rencana
tahunan, menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan, memimpin rapat
dan
membuat notula rapat, membuat statistic dan membuat laporan.
a. Kepala sekolah sebagai pemimpin
Tanggung jawab kepala sekolah adalah memimpin sekolah
melaksanakan dan membina serta mengembangkan kurikulum.
Pada umumnya seorang pemimpin (termasuk kepala sekolah)
harus
memiliki sifat/ sikap/ tingkah laku tertentu yang justru
merupakan
kelebihan dibandingkan orang lain/ bawahannya yang dipimpin.
Sifat/
sikap/ tingkah laku tersebut diantaranya:
1) Mampu mengelola sekolah (managerial skill) kemampuan ini
ditandai dengan kemampuan dan ketrampilannya dalam
mengelola pelaksanaan kurikulum, misalnya guru bidang studi,
pembentukan regu-regu guru dan koordinator bidang studi,
pemberian tugas pada guru, mendorong, mengawasi dan
menilai kegiatan guru dalam pelaksanaan program sekolah
sesuai dengan tuntutan kurikulum yang ada.
-
43
2) Kemampuan professional atau keahlian dalam jabatannya,
keahlian ini memungkinkan kepala sekolah tersebut untuk
melaksanakan fungsi-fungsi dan tugas-tugas administrasi yang
dibebankan kepadanya.
3) Bersikap rendah hati dan sederhana, sikap rendah hati
berarti
tidak pernah menyombongkan diri tentang kemampuan,
pengetahuan dan kelebihan-kelebihannya dalam bidang
pendidikan.
b. Perilaku seorang administrator
Perilaku seorang administrator penting sekali dalam hubungan
dengan perencanaan program, pengorganisasian staf,
pergerakan
semua pihak yang perlu dilibatkan dalam pelaksanaan kegiatan
supervise, penilaian terhadap personal sekolah.
c. Penyusunan rencana tahunan
Perencanaan berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan
kegiatan-kegiatan kepemimpinannya. Berdasarkan jangka
waktunya,
perencanaan terdiri dari rencana jangka panjang (misalnya
renana
untuk 5 sampai 10 tahun) dan rencana jangka pendek (rencana
tahunan, bulanan).
d. Pembinaan organisasi sekolah
-
44
e. Pelaksanaan kurikulum membutuhkan dukungan organisasi
sekolah
yang kuat. Sekolah-sekolah yang tergolong mapan, umumnya
ditunjang oleh:
1) Guru bidang studi yang memadai baik jumlah maupun
kualitasnya.
2) Staf karyawan tata usaha yang cakap dan terampil.
3) Bagian pengadaan alat bantu mengajar.
4) Bagian perpustakaan dimana sumber bacaan disediakan dan
dioprasikan sesuai dengan tuntutan kurikulum.
5) Pengelolaan laboratorium tempat diadakannya percobaan dan
praktek.
6) Usaha kesehatan sekolah (UKS), yang dibina oleh dokter,
perawat, tenaga psikiater.
7) Bagian bimbingan dan penyuluhan (BP) yang dibina oleh
tenaga
konselor yang ahli.
8) Bagian yang bertugas membina kegiatan-kegiatan ekstra
kurikuler, kepramukaan, latihan ketrampilan.
9) Organisasi siswa (osis)
10) Organisasi orang tua murid
11) Bagian kerohanian dan pembinaan masjid sekolah.
Organisasi yang lengkap seperti di atas menuntut
kemampuan organisasi yang memadai dari seorang kepala
sekolah agar mampu melaksanakan tanggung jawabnya. Semua
-
45
organisasi harus bekerja secara terpadu dibawah koordinasi
yang
baik, senantiasa terarak kepencapaian tujuan instruksional
dan
kurikuler sekolah bersangkutan.
f. Koordinasi dalam pelaksanaan kurikulum
Koordinasi bertujuan agar terdapat kesatuan sikap, pikiran
dan tindakan para personal dan staf pada sub organisasi
dalam
organisasi sekolah untuk melaksanakan kurikulumnya.
Koordinasi dalam pengorganisasian diperlukan agar setiap
suborganisasi sekolah bersangkutan bergerak bersama-sama
sesuai dengan tujuan, fungsi dan ruang lingkup tugas,
tanggung
jawab dan wewenang masing-masing sub organisasi untuk
mencapai tujuan bersama.
g. Kegiatan memimpin rapat kurikuler
Rapat guru adalah media yang paling tepat untuk
memusyawarahkan penyelenggaraan, hasil-hasil dan berbagai
masalah kurikuler disekolah. Rapat dapat diselenggarakan
pada
awal tahun akademik, pertengahan tahun/ semester, akhir
tahun
akademik, atau dilaksanakan secara incidental, menurut
kebutuhan yang ada disekolah bersangkutan.
h. Sistem komunikasi dan pembinaan kurikulum
Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang mampu
berkomunikasi dengan baik dengan semua pihak yang terlibat
dalam proses administrasi, baik dalam organisasi maupun luar
-
46
organisasi. Melalui komunikasi akan terjadi hubungan yang
interaktif dari semua pihak yang pada akhirnya mengembangkan
proses kerjasama yang baik dalam upaya mencapai
tujuan-tujuan
administrasi kurikulum. (Hamalik, 2008:174)
Sistem komunikasi penting untuk melaksanakan kurikulum,
dalam pelaksanaan kurikulum, kepala sekolah perlu
mengembangkan sistem informasi secara efektif agar semua
pihak/ personal yang terlibat dalam pelaksanaan kurikulum
bertindak satu arah, satu pemikiran, satu sikap dan satu
pemikiran, satu sikap dan satu keinginan, mencapai
tujuan-tujuan
sekolah secara tepat guna dan berdaya guna.
2. Pelaksanaan kurikulum tingkat kelas.
Pembagian tugas guru harus diatur secara administrasi untuk
menjamin kelancaran pelaksanaan kurikulum lingkungan kelas,
pembagian
tugas-tugas tersebut mliputi tiga jenis kegiatan administrasi,
(a) pembagian
tugas mengajar (b) pembagian tugas pembinaan ekstra kurikuler,
(c)
pembagian tugas bimbingan belajar. Pembagian tugas ini
dilakukan
melalui musyawarah guru yang dipimpin kepala sekolah. Keputusan
tugas
tersebut selanjutnya dituangkan dalam jadwal pelajaran untuk
satu
semester atau satu tahun akademik.
Pembagian tugas-tugas bagi guru pada hakikatnya harus
mempertimbangkan hal-hal berikut.
-
47
a. Tugas-tugas yang ditetapkan guru hendaknya disesuaikan
dengan
kemampuan individual, spesialisasi pengalaman serta minat
yang
bersangkutan.
b. Pada sekolah-sekolah yang melaksanakan guru kelas,
mengadakan
pembagian tugas pada guru untuk memegang kelas tertentu,
yang
berarti jika ada 6 kelas maka berarti oada sekolah tersebut
paling
tidak terdapat 6guru dan kepala sekolah. Tiap guru
bertanggung
jawab mengajar sejumlah bidang pengajaran bagi kelas yang
bersangkutan.
c. Sekolah yang telah melaksanakan sistem bidang studi,
pembagian
tugas guru berdasarkan keahlian/ spesialisasi dalam salah
satu
bidang studi dengan ketentuan jumlah jam pelajaran yang
telah
ditetapkan. Guru bersangkutan bertugas mengajar satu bidang
studi
saja bagi semua kelas.
d. Guru-guru yang memiliki keahlian khusus ditugaskan untuk
melaksanakan kegiatan kurikuler lainnya dan atau program
ekstra
kurikuler, seperti; guru seni, music, olahraga, ketrampilan
dsb.
e. Ada sejumlah sekolah didaerah atau pedesaan yang masih
kekurangan guru atau yang ada tidak sesuai dengan jumlah
bidang
studi. Masalah ini ditanggulangi dengan memberikan
tugas-tugas
tambahan kepada beberapa orang guru, mengajar beberapa
bidang
studi atau mengajar beberapa kelas.
-
48
Sehingga dalam penugasan guru melaksanakan pembelajaran
harus
sesuai dengan kemampuan dan kompetensi yang dimiliki oleh
guru
tersebut, agar kurikulum yang telah disusun berjalan dengan
semestinya.
Pemberian tugas guru dapat dibagi menjadi tiga dalam
pelaksanaannya, yaitu:
1. Kegiatan dalam proses belajar mengajar
Kegiatan ini erat sekali kaitannya dengan tugas seorang guru
sebagai
mana yang telah diuraikan. Kegiatan-kegiatan tersebut antara
lain:
a. Menyusun rencana pelaksanaan program/ unit.
b. Menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan dan jadwal
pelajaran.
c. Pengisian daftar penilaian kemajuan belajar dan
perkembangan
siswa.
d. Pengisian buku laporan pribadi siswa.
2. Pembinaan kegiatan ekstrakurikuler
Kegiatan ekstra kurikuler adalah kegiatan pendidikan diluar
ketentuan kurikulum yang berlaku, akan tetapi bersifat
paedagogis dan
menunjang pendidikan dalam menunjang ketercapaian tujuan
sekolah.
Kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler ini sesungguhnya merupakan
bagian integral dari kurikulum sekolah yang bersangkutan,
dimana
semua guru terlibat di dalamnya.
Kendati kegiatan ekstrakurikuler bukan menjadi program
instruksional yang dilaksanakan secara regular, dan tidak diberi
kredit
-
49
tertentu, tetapi mengundang varitas kegiatan secara luas,
misalnya
kepramukaan, usaha kegiatan sekolah, palang merah remaja,
olahraga
prestasi, koperasi dan tabungan sekolah, dll. Kegiatan-kegiatan
ekstra
ini mengandung nilai tertentu antara lain:
a. Memenuhi kebutuhan kelompok,
b. Menyalurkan minat dan bakat,
c. Memberikan pengalaman eksplotorik.
d. Mengembangkan dan mendorong motivasi terhadap mata
pelajaran.
e. Mengikat para siswa disekolah.
f. Mengembangkan loyalitas terhadap sekolah.
g. Mengintegrasikan kelompo-kelompok social.
h. Mengembangkan sifat-sifat tertentu.
i. Menyediakan kesempatan pemberian bimbingan secara
informal.
j. Mengembangkan citra masyarakat terhadap sekolah.
3. Kegiatan bimbingan belajar
Guru memegang peran utama dan bertanggung jawab
membimbing para siswa untuk mengembangkan potensi yang
dimilikinya, dan membantu memecahkan masalah dan kesulitan
para
siswa yang dibimbingnya, dengan maksud agar siswa tersebut
mampu
secara mandiri membimbing dirinya sendiri. Tujuan utama
bimbingan
-
50
yang diberikan guru adalah untuk mengembangkan semua
kemampuan siswa agar mereka berhasil mengembangkan hidupnya
pada tingkat atau keadaan yang lebih layak dibandingkan
dengan
sebelumnya. Secara umum prosedur bimbingan perlu
dilaksanakan
sebagai berikut:
a. Analitis; guru menganalisis semua permasalahan dan
kesulitan
yang hendak dihadapi para siswanya.
b. Informasi; mencari informasi tentang semua sebab yang
mungkin
menyebabkan masalah, atau kesulitan yang sedang dihadapi
oleh
siswa.
c. Orientasi, guru melakukan berbagai pendekatan kearah
pemecahan
masalah atau kesulitan serta bantuan apa yang sekiranya
diperluakan. Bagi siswa yang bersangkutan.
d. Penyuluhan, guru memberikan bantuan dan nasihat kepada
siswa
yang bersangkutan, (individual ataupun kelompok) sesuai
dengan
jetis, bentuk dan penyebabnya.
e. Penempatan: menempatkan kembali siswa yang sudah mendapat
penyuluhan kedalam kelompok atau kelasnya sendiri (Hamalik,
2006:173-189).
E. Macam-Macam Kurikulum
Macam-macam kurikulum menurut beberapa sudut pandang ada
tiga
yaitu, ditinjau dari konsep dan pelaksanaannya, berdasarkan
struktur dan mata
-
51
pelajaran, serta berdasarkan proses pengembangannya dan ruang
lingkup
penggunaannya. Masing-masing sudut pandang memiliki
macam-macam
kurikulum, yaitu:
1. Ditinjau dari konsep dan pelaksanaanya, ada tiga macam
kurikulum,
diantaranya yaitu:
a. Kurikulum ideal, yaitu kurikulum yang berisi sesuatu yang
ideal,
sesuatu yang dicita-citakan sebagaimana yang tertuang
didalam
dokumen kurikulum.
b. Kurikulum actual atau factual, yaitu kurikulum yang
dilaksanakan
dalam proses pengajaran dan pembelajaran.
c. Kurikulum tersembunyi, (hidden curriculum), yaitu segala
sesuatu
yang terjadi pada saat pelaksanaan kurikulum ideal menjadi
kurikulum
faktual.
2. Berdasarkan struktur dan mata pelajaran, ada tiga macam
kurikulum yaitu:
a. Kurikulum terpisah-pisah (separated curriculum), kurikulum
yang
mata pelajarannya dirancang untuk diberikan secara terpisah.
Misalnya
mata pelajaran sejarah diberikan terpisah dengan mata
pelajaran
geografi, dan seterusnya.
b. Kurikulum terpadu (integrated curriculum), kurikulum yang
bahan
ajarnya diberikan secara terpadu. Misalnya ilmu pengetahuan
social
merupakan fusi dari beberapa mata pelajaran sejarah,
geografi,
ekonomi, sosiologi, dan sebagainya. Dalam proses
pembelajaran
-
52
dikenal dengan pembelajaran tematik yang diberikan di kelas
rendah
sekolah dasar.
c. Kurikulum terkorelasi (correlated curriculum) kurikulum yang
bahan
ajarnya dirancang dan disajikan secara terkorelasi dengan bahan
ajar
yang lain.
3. Berdasarkan proses pengembangannya dan ruang lingkup
penggunaanya,
kurikulum dapat dibedakan menjadi berikut:
a. Kurikulum nasional (national curriculum), yakni kurikulum
yang
disusun oleh tim pengembang tingkat nasional dan digunakan
secara
nasional.
b. Kurikulum Negara bagian (state curriculum), yakni kurikulum
yang
disusun oleh masing-masing Negara bagian, misalnya di
masing-
masing Negara bagian Amerika Serikat, dan digunakan oleh
masing-
masing Negara bagian itu.
c. Kuikulum sekolah (school curriculum), yakni kurikulum yang
disusun
oleh satuan pendidikan sekolah. Kurikulum tingkat satuan
pendidikan
(KTSP) merupakan kurikulum sekolah. Kurikulum sekolah lahir
dari
keinginan untuk melakukan differensiasi dalam kurikulum
(Suparlan,
2011: 56-58).
Sehingga dari beberapa pemaparan diatas tentang macam-macam
kurikulum dapat disimpulkan bahwa ada beberapa macam
kurikulum
tergantung dari sudut pandang penyusunan dan pelaksanaanya,
yang
masing-masing juga memiliki macam kurikulum.
-
53
F. PENDIDIKAN SATU ATAP
1. Pengertian pendidikan satu atap
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud) sedang menyiapkan peta jalan atau
road
map wajib belajar 12 tahun. Mendikbud Anies Baswedan
mengatakan
beberapa perangkat yang disiapkan menuju wajar 12 tahun itu
antara lain
perangkat hukum dan sisi penyediaan sarana dan prasarana berupa
guru,
unit sekolah baru (USB) dan ruang kelas baru (RKB).
“(Dulu) wajib belajar enam tahun itu ditetapkan pada tahun
1984
setelah pemerintah menyiapkan suplay side- nya. Sekolah-sekolah
SD itu
dibangunnya tahun 70an, lalu tahun 1984 baru diberlakukan ajar 6
tahun.
Yang kita harus lakukan juga adalah menyiapkan supply side-nya
yaitu
gurunya, sekolahnya, sehingga begitu nanti ketok palu, untuk
wajib belajar
12tahun, kita sudah siap”. Ujarnya usai berbicara pada Seminar
Nasional
Wajib Belajar 12 Tahun di kantor Kemendikbud. Jakarta
(15/12/2015).
Mendikbud mengatakan, mengelola wajar 12 tahun dari sisi
penyediaan, artinya pemerintah harus menambah kemampuan untuk
dapat
menampung semua lulusan SMP yang akan melanjutkan ke
pendidikan
menengah baik SMA atau SMK. Namun ia menegaskan, usaha
memperluas sisi penyediaan sarana dan prsarana tersebut tidak
boleh
mengesampingkan Kualitas sarana dan prasarana serta kualitas
tenaga
-
54
didik dan tenaga kependidikan. Pendidikan katanya merupakan
suatu
proses yang dilakukan secara bertahap.
“kita melihatnya bertahap, membangun sekolah itu cepat. Tapi
mengisi anaknya tidak cepat. Anak-anak itu lulus SMP dan SMA
juga
tahunan. Kita membayangkan pertumbuhan sekolah seimbang
dengan
pertumbuhan lulusan”. Tutur Mendikbud.
Ia juga mengatakan hasil dari proses pendidikan tidak dapat
dilihat
dengan instan, melainkan akan dilihat dalam waktu yang
panjang.
Pendidikan diharapkan bisa menjadi escalator social ekonomi, dan
bisa
mengalahkan ketertinggalan dan kemiskinan di berbagai daerah
di
Indonesia. “karena itu road map (peta jalan) yang disusun
menceminkan
kondisi tiap daerah karena setiap daerah berbeda-beda.”
Ujarnya.
Sementara terkait perangkat hukum, Mendikbud mengatakan akan
ada
pembahasan dengan DPR mengenai payung hukum untuk wajib belajar
12
tahun. (Desiana Maulipaksi).
http://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2015/12/pemerintah-siapkan-
perangkat-untuk-wajib-belajar-12-tahun-4930-4930-4930
Pada daerah terpencil, terpencar dan terisolir umumnya SMP
belum didirikan atau SMP yang sudah ada berada diluar jangkauan
lulusan
SD setempat. Dikarenakan jumlah lulusan SD didaerah tersebut
pada
umumnya relatif sedikit, maka pembangunan Unit Sekolah Baru
SMP
dipandang tidak efisien. Dilain pihak daerah tersebut merupakan
daerah-
daerah dimana APK SMP masih rendah dan merupakan lokasi
tempat
http://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2015/12/pemerintah-siapkan-perangkat-untuk-wajib-belajar-12-tahun-4930-4930-4930http://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2015/12/pemerintah-siapkan-perangkat-untuk-wajib-belajar-12-tahun-4930-4930-4930
-
55
anak-anak yang belum memperoleh layanan pendidikan SMP atau
yang
sederajat. Salah satu cara yang bisa dilakukan pada daerah
dengan ciri
seperti tersebut diatas adalah dengan mendekatkan SMP ke
lokasi
konsentrasi anak-anak yang belum mendapatkan layanan pendidikan
SMP
tersebut dengan mengembangkan pendidikan dasar terpadu di SD
yang
sudah ada atau bisa disebut sebagai SD- SMP Satu Atap.
Pengembangan
pendidikan dasar terpadu ini menyatukan lokasi SMP dan Lokasi
SD
dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya dan sarana prasarana
yang
ada pada SD yang telah ada tersebut (http:
//www.diknas.or.id).
SD- SMP Satu atap, atau biar pendek sebutannya : SMP satu
atap,
adalah SMP ‘biasa’ yang tempat belajarnya di gedung SD dimana
siswa
itu tadinya menyelesaikan menyelesaikan tingkat pembelajaran
SD-nya.
Mereka tetap belajar digedung SD itu dikarenakan SMP biasa
berada
dilokasi yang relative jauh. Sementara untuk dibangunkan gedung
SMP
baru di daerah terjangkau belum memungkinkan karena jumlah
murid
yang akan ditampung (tamatan SD) terlalu kecil. Jadi, mereka
belajar
pelajaran SMP di gedung tempat mereka belajar pelajaran SD.
SMP satu atap adalah salah satu usaha pemerintah untuk m