Page 1
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING (PETA PIKIRAN)
DENGAN METODE PARTISIPATORI UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR MATEMATIKA SUB POKOK BAHASAN BARISAN
DAN DERET ARITMATIKA PADA SISWA KELAS XI AP2
SEMESTER I SMK TEUKU UMAR SEMARANG
TAHUN AJARAN 2010/2011
SKRIPSI
OLEH:
MUJAHIDIN
06310263
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
IKIP PGRI SEMARANG
2011
Page 2
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING (PETA PIKIRAN)
DENGAN METODE PARTISIPATORI UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR MATEMATIKA SUB POKOK BAHASAN BARISAN
DAN DERET ARITMATIKA PADA SISWA KELAS XI AP2
SEMESTER I SMK TEUKU UMAR SEMARANG
TAHUN AJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
IKIP PGRI Semarang untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat
Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pendidikan
OLEH:
MUJAHIDIN
06310263
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
IKIP PGRI SEMARANG
2011
i
Page 3
LEMBAR PERSETUJUAN
Kami selaku pembimbing I dan II dari mahasiswa IKIP PGRI Semarang.
Nama : Mujahidin
NPM : 06310263
Jurusan : Pendidikan Matematika
Judul Skripsi : Penerapan Model Pembelajaran Mind Mapping (Peta pikiran)
dengan Metode Partisipatori untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Sub Pokok Bahasan Barisan dan Deret Aritmatika
Pada Siswa Kelas XI AP2 Semester I SMK Teuku Umar
Semarang Tahun Ajaran 2010/2011.
Dengan ini menunjukkan bahwa skripsi yang dibuat oleh mahasiswa tersebut di
atas telah selesai dan siap untuk diujikan.
Semarang, Januari 2011
Pembimbing I, Pembimbing II,
Drs. Sutrisno, S.E, M.M Dra. Intan Indiati, M.Pd
NIP. 19601121 198703 1 001 NIP. 19610429 198603 2 002
ii
Page 4
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi yang disusun oleh :
Nama : Mujahidin
NPM : 06310263
Jurusan : Pendidikan Matematika
Judul Skripsi : Penerapan Model Pembelajaran Mind Mapping (Pete pikiran)
dengan Metode Partisipatori untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Sub Pokok Bahasan Barisan dan Deret Aritmatika
Pada Siswa Kelas XI AP2 Semester I SMK Teuku Umar
Semarang Tahun Ajaran 2010/2011.
Telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IKIP PGRI Semarang.
Pada Hari :
Tanggal :
Panitia,
Ketua Sekretaris
Ari Susatyo Nugroho, S.Si, M.Si Drs. Rasiman, M.Pd
NIP. 19690826 199403 1 003 NIP.19560218 198603 1 001
Anggota Penguji,
1. Drs. Sutrisno, S.E, M.M (.............................)
NIP. 19601121 198703 1 001
2. Dra. Intan Indiati, M.Pd (.............................)
NIP. 19610429 198603 2 002
3. ....................................... (.............................)
iii
Page 5
MOTTOMOTTOMOTTOMOTTO
� Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka kerjakanlah suatu urusan
dengan sungguh-sungguh dan hanya kepada Allah hendaknya kamu berharap (QS. An-
Nasr: 6-8)
� Kebaikan dunia dan akhirat adalah dengan ilmu, sedangkan keburukan dunia dan
akhirat adalah dengan kebodohan. (Hadist)
� Manusia tidak dituntut kesempurnaanya dalam kehidupan ini tetapi dituntut agar
kehidupannya hari ini lebih baik dari pada kemarin. (Ulama)
� Saya tidak pernah takut hari esok, karena saya sudah melihat hari kemarin dan saya
mencintai hari ini. (William Allen White)
� Sesungguhnya Allah tidak melihat atau menilai parasmu dan hartamu, tetapi Allah
melihat hati dan karyamu. (H.R. Muslim)
� Janganlah kamu bersedih hati kecuali karena sesuatu yang akan mencelakakanmu esok di
akhirat, dan janganlah kamu bersenang hati kecuali karena sesuatu yang akan
menyenangkannya dialam keabadian nanti. (Abdullah bin Khubaiq)
� Menjadi guru memulainya mengajar dirinya sendiri sebelum mengajar orang lain, dan
mengajar dengan keteladanan sebelum mengajar dengan kata-kata. (Kahlil Gibran)
� Coba menyanyi seakan anda tidak memerlukan uang. Coba mencinta seakan Anda tak
akan disakiti. Coba menari seakan tak ada yang melihat. Jika anda ingin sukses,
semuanya harus berasal dari hati. (Susana Clark)
� Kebahagiaan adalah jika apa yang Anda pikirkan, apa yang Anda katakan, dan apa
yang Anda lakukan berada dalam keharmonisan. (Mahatma Gandhi)
iv
Page 6
PERSEMBAHANPERSEMBAHANPERSEMBAHANPERSEMBAHAN
Alhamdulillah segala puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT yang telah
menciptakan alam semesta beserta isinya yang mempesona. Dengan penuh rasa syukur atas
kenikmatan yang telah diberikan-Nya, kupersembahkan karya skripsi ini sebagai:
� Wujud bakti dan sayangku kepada Ayah dan Ibunda tercinta (Tamrin dan Maroh)
Yang selalu mendo’akan dengan tulus, memberi kasih sayang yang tiada henti,
memberikan keteladanan hidup dan memberikan segalanya yang tak mungkin mampu
terbalas olehku. Terima kasih yang teramat dalam terlantun syahdu dari hati kecilku yang
paling dalam.
� Wujud rasa sayangku kepada seseorang yang sangat kucintai (Ria Budi Ashari S.Pd)
Yang selalu memberikan do’a dan kasih sayang, serta memberikan dukungan baik moril
maupun spirituil , semoga Tuhan memberikan jalan yang terbaik buat kita.
� Wujud sayangku kepada seluruh anggota keluarga besarku.
Yang selalu memberikan do’a dan kasih sayang, serta memberikan dukungan baik moril
maupun spirituil.
� Wujud sayangku kepada sahabat-sahabatku.
Bait demi bait catatan kebersamaan kita adalah cerita indah yang tak akan mungkin
terlupakan. Terima kasih atas kasih sayang, dukungan dan kebersamaan yang telah
kalian berikan selama ini.
� Wujud sayangku kepada teman-teman : kelas G angkatan 2006, BEM I 2008-2009,
UKM Raga Jari, PPL 2010(SMK Teuku Umar Semarang) dan KKN 2009(Lebosari
Kangkung kendal). Terima kasih atas semuanya, kalian telah melukiskan warna dalam
hidupku yang menjadikan semuanya menjadi lebih indah.
v
Page 7
ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas ini berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Mind Mapping (Peta pikiran) dengan Metode Partisipatori untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Sub Pokok Bahasan Barisan dan Deret Aritmatika Pada Siswa Kelas XI AP2 Semester I SMK Teuku Umar Semarang Tahun Ajaran 2010/2011” Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah pembelajaran menggunakan model pembelajaran Mind Mapping (Peta pikiran) dengan metode Partisipatori dapat meningkatkan hasil belajar matematika sub pokok bahasan barisan dan deret aritmatika pada siswa kelas XI AP2 semester I SMK Teuku Umar Semarang tahun ajaran 2010/2011, dan bagaimana keaktifan serta kerjasama siswa kelas XI AP2 semester I SMK Teuku Umar Semarang tahun ajaran 2010/2011 selama proses belajar menggunakan model pembelajaran Mind Mapping (Peta pikiran) dengan metode Partisipatori. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pembelajaran menggunakan model pembelajaran Mind Mapping (Peta pikiran) dengan metode Partisipatori dapat meningkatan hasil belajar matematika sub pokok bahasan barisan dan deret aritmatika serta keaktifan dan kerjasama siswa kelas XI AP2 semester I SMK Teuku Umar tahun ajaran 2009/2010.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI AP2 semester I SMK Teuku Umar Semarang tahun ajaran 2010/2011 yang berjumlah 34 siswa terdiri dari delapan siswa putra dan 26 siswa putri.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran Mind Mapping (Peta pikiran) dengan metode Partisipatori dapat meningkatkan hasil belajar matematika sub pokok bahasan barisan dan deret aritmatika pada siswa kelas XI AP2 semester I SMK Teuku Umar Semarang tahun ajaran 2010/2011 yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I prosentase ketuntasan belajar mencapai 64,706% dengan nilai rata-rata kelas 71,91, sedangkan pada siklus II prosentase ketuntasan belajarnya mencapai 88,235% dengan nilai rata-rata kelas 79,09. Keaktivan siswa pada siklus I adalah 72,79%, sedangkan pada siklus II adalah 80,88%. Kerjasama siswa pada siklus I adalah 70,59%, sedangkan pada siklus II adalah 83,09%.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Mind Mapping (Peta pikiran) dengan metode Partisipatori dapat meningkatkan hasil belajar matematika sub pokok bahasan barisan dan deret aritmatika pada siswa kelas XI AP2 semester I SMK Teuku Umar Semarang tahun ajaran 2010/2011.
Saran dalam penelitian ini adalah pembelajaran menggunakan model pembelajaran Mind Mapping (Peta pikiran) dengan metode Partisipatori dapat digunakan sebagai alternatif untuk meningkatkan keaktivan dan hasil belajar siswa khususnya pada materi barisan dan deret aritmatika.
vi
Page 8
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Penerapan
Model Pembelajaran Mind Mapping (Peta pikiran) dengan Metode Partisipatori
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Sub Pokok Bahasan Barisan dan
Deret Aritmatika Pada Siswa Kelas XI AP2 Semester I SMK Teuku Umar
Semarang Tahun Ajaran 2010/2011.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan kerendahan hati
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Muhdi, S.H, M.Hum, selaku rektor IKIP PGRI Semarang.
2. Ary Susatyo Nugroho, S.Si, M.Si, selaku Dekan FPMIPA IKIP PGRI
Semarang.
3. Drs. Rasiman M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA
IKIP PGRI Semarang.
4. Drs. Sutrisno, S.E, M.M, selaku pembimbing I yang telah memberikan ide-ide,
arahan dan bimbingan kepada penulis.
5. Dra. Intan Indiati, M.Pd, selaku pembimbing II yang telah memberikan ide-
ide, arahan dan bimbingan kepada penulis.
6. Dra. Sulasih selaku kepala sekolah SMK Teuku Umar Semarang yang telah
memberikan ijin penelitian.
vii
Page 9
7. Dra. Fatkhul Khoiriyah selaku guru bidang studi matematika SMK Teuku
Umar Semarang.
8. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah membantu
penulis dalam menyusun skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat memperluas wawasan
pembaca terutama dalam dunia pendidikan. Apabila dalam skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
menuju kesempurnaan akan penulis terima dengan senang hati.
Semarang, 2011
Penulis
viii
Page 10
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii
MOTTO ........................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN ............................................................................................ v
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ ..1
A. Alasan Pemilihan Judul .................................................................. 1
B. Penegasan Istilah ............................................................................. 7
C. Rumusan Masalah ........................................................................... 9
D. Cara Pemecahan Masalah ............................................................... 10
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 11
F. Sistematika Skripsi .......................................................................... 13
BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................... 15
A. Belajar ............................................................................................. 15
B. Hasil Balajar .................................................................................... 22
C. Hakikat Matematika ........................................................................ 25
D. Model Mind Mapping (Peta pikiran) .............................................. 27
E. Metode Partisipatori......................................................................... 32
F. Uraian Materi Barisan dan Deret Aritmatika .................................. 34
G. Kerangka Berfikir ............................................................................ 42
H. Hipotesis Tindakan .......................................................................... 43
BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 44
A. Subyek Penelitian ............................................................................ 44
B. Tempat Penelitian ............................................................................ 44
ix
Page 11
C. Faktor Penelitian .............................................................................. 44
D. Rancangan Penelitian ...................................................................... 45
E. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 49
F. Uji Instrumen .................................................................................. 50
G. Metode Analisis Data ...................................................................... 55
H. Indikator Keberhasilan .................................................................... 59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 60
A. Persiapan Penelitian ........................................................................ 60
B. Hasil Uji Instrumen ......................................................................... 61
C. Hasil Penelitian ................................................................................ 73
D. Pembahasan Hasil Penelitian ......................................................... 86
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 92
A. Simpulan ......................................................................................... 92
B. Saran ............................................................................................... 93
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
x
Page 12
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Daftar nama siswa kelas uji coba
Lampiran 2 : Daftar nama siswa kelas XI AP2
Lampiran 3 : Daftar kelompok diskusi kelas XI AP2
Lampiran 4 : Soal uji coba instrumen siklus I
Lampiran 5 : Jawaban soal uji coba instrumen siklus I
Lampiran 6 : Soal uji coba instrumen siklus II
Lampiran 7 : Jawaban soal uji coba instrumen siklus II
Lampiran 8 : Rencana pelaksanaan pembelajaran siklus I (pertemuan pertama)
Lampiran 9 : Rencana pelaksanaan pembelajaran siklus I (pertemuan kedua)
Lampiran 10 : Lembar diskusi siswa siklus I
Lampiran 11 : Jawaban lembar diskusi siswa siklus I
Lampiran 12 : Kisi-kisi soal uji kompetensi siklus I
Lampiran 13 : Soal uji kompetensi siklus I
Lampiran 14 : Jawaban soal uji kompetensi siklus I
Lampiran 15 : Rencana pelaksanaan pembelajaran siklus II (pertemuan pertama)
Lampiran 16 : Rencana pelaksanaan pembelajara siklus II (pertemuan kedua)
Lampiran 17 : Lembar diskusi siswa siklus II
Lampiran 18 : Jawaban lembar diskusi siswa siklus II
Lampiran 19 : Kisi-kisi soal uji kompetensi siklus II
Lampiran 20 : Soal uji kompetensi siklus II
Lampiran 21 : Jawaban soal uji kompetensi siklus II
Lampiran 22 : Lembar observasi kinerja guru
Lampiran 23 : Analisis hasil observasi kinerja guru siklus I
Lampiran 24 : Analisis hasil observasi kinerja guru siklus II
Lampiran 25 : Lembar observasi keaktifan siswa
Lampiran 26 : Analisis hasil observasi keaktifan siswa siklus I
Lampiran 27 : Analisis hasil observasi keaktifan siswa siklus II
Lampiran 28 : Lembar observasi kerjasama siswa
Lampiran 29 : Analisis hasil observasi kerjasama siswa siklus I xi
Page 13
Lampiran 30 : Analisis hasil observasi kerjasama siswa siklus II
Lampiran 31 : Hasil uji coba instrumen siklus I
Lampiran 32 : Penghitungan validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya
beda uji coba instrumen siklus I
Lampiran 33 : Tabel validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya beda uji
coba instrumen siklus I
Lampiran 34 : Hasil uji coba instrumen siklus II
Lampiran 35 : Penghitungan validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya
beda uji coba instrumen siklus II
Lampiran 36 : Tabel validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya beda uji
coba instrumen siklus II
Lampiran 37 : Hasil uji kompetensi siklus I
Lampiran 38 : Hasil uji kompetensi siklus II
Lampiran 39 : Lembar angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran
matematika dengan menggunakan model Mind mapping dengan
metode partisipatori
Lampiran 40 : Analisis hasil angket tanggapan siswa tehadap pembelajaran
matematika dengan menggunakan model Mind mapping dengan
metode partisipatori
Lampiran 41 : Tabel harga kritik product moment
xii
Page 14
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Penilaian lembar observasi kinerja guru
Tabel 2 : Penilaian lembar observasi keaktifan siswa
Tabel 3 : Penilaian lembar observasi kerjasama siswa
Tabel 4 : Hasil uji kompetensi
Tabel 5 : Hasil pelaksanaan siklus I dan siklus II
xiii
Page 15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan sangat penting dalam kegiatan komunikasi antara
manusia, sehingga manusia itu dapat tumbuh dan berkembang sebagai pribadi
yang mandiri. Manusia tumbuh dan berkembang melalui belajar, Oleh karena
itu sebagai pengajar yang profesional kalau berbicara tentang belajar tidak
dapat melepaskan diri dari mengajar. Belajar dan mengajar merupaka satu
proses kegiatan yang tidak dapat dipisahkan. Dalam rangka meningkatkan
mutu pendidikan yang ada saat ini, banyak sekali cara yang dapat kita
lakukan. Salah satu cara yang dapat kita lakukan ialah dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran,
untuk itu kita harus bisa memahami kondisi siswa dengan berusaha
mengetahui apa yang terjadi pada siswa, kesulitan-kesulitan apa saja yang
dialami serta berupaya mencari solusi yang terbaik.
Hampir semua cabang ilmu menggunakan ilmu matematika baik
sains maupun ilmu sosial, sehingga matematika menjadi ilmu yang sangat
penting dan tidak dapat ditinggalkan. Lebih dari itu dalam kehidupan sehari-
hari tidak ada orang yang terlepas dari hubungannya dengan matematika.
Hampir setiap hari kita berjumpa dengan situasi yang memerlukan
penggunaan angka dan bilangan. Hal ini sesuai dengan julukan matematika,
bahwa matematika sebagai ratunya ilmu.
Page 16
Sebagian pendidik beranggapan bahwa tugas utamanya adalah
mengajar, bukan mendidik dan membimbing. Dengan metode mengajar yang
masih tradisional, peran guru lebih untuk menyampaikan informasi. Proses
pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered) belum berpusat
kepada siswa (student centered). Proses pembelajaran di kelas hanya
diarahkan pada kemampuan siswa untuk menghafal informasi, dan otak anak
dipaksa untuk mengingat dan menyimpan barbagai informasi tanpa dituntut
untuk memahami informasi yang diingatnya tersebut. Hal ini menyebabkan
kerja otak tidak maksimal, sehingga menyebabkan siswa merasa bosan dalam
mengikuti proses pembelajaran yang ada. pada akhirnya mereka mengalami
kesusahan dalam memahami pelajaran matematika.
Perkembangan proses belajar mengajar dipandang dari segi
penggunaan berbagai macam model dan metode mengajar di sekolah masih
sangat terbatas. Ini dimungkinkan karena guru kurang berpengalaman dalam
mengetahui bermacam – macam model dan metode mengajar. Tingkat latar
belakang pendidikan guru yang tidak sesuai dengan tuntutan zaman ini juga
merupakan salah satu faktor ketidakmampuan guru dalam menyajikan materi
dengan menggunakan model dan metode belajar tentu mengakibatkan siswa
bingung oleh alur belajar mengajar yang ada di kelas. Padahal diharapkan
dengan menerapkan model dan metode mengajar, guru dapat membantu
siswa dalam hal bagaimana cara belajar yang baik, seperti cara memperoleh
informasi, ide dan ketrampilan.
Page 17
Setelah penulis melakukan studi pendahuluan di SMK TEUKU
UMAR Semarang, Penulis bertemu dengan kepala sekolah Ibu Dra. Sulasih,
dalam wawancara ini penulis mendapatkan informasi secara umum tentang
kondisi siswa di SMK TEUKU UMAR. Diketahui masih banyak sekali siswa
yang masih kesulitan dalam memahami pelajaran, khususnya dalam
memahami pelajaran matematika. Padahal dari guru yang mengajar pelajaran
matematika sudah berusaha semaksimal mungkin dalam mengajar. Keadaan
dan suasana kelas turut mempengaruhi, kelas dengan jumlah siswa yang tidak
terlalu banyak, dirasakan lebih kondusif menerima materi, kurang aktifnya
siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar juga berpengaruh.
Selanjutnya kepala sekolah memberikan kesempatan untuk bertemu langsung
dengan guru yang mengajar mata pelajaran matematika disekolah tersebut,
dari situ diketahui bahwa siswa masih kurang aktif dan cenderung guru yang
lebih aktif, sehingga masih banyak siswa yang kurang dapat mengetahui
konsep-konsep materi pelajaran matematika. Motivasi siswa yang masih
rendah juga perlu mendapatkan perhatian, sehingga siswa tidak merasa malas.
Saat ini Ibu Dra. Fatkhul Khoiriyah mengajar dikelas X, XI, dan XII. Dari
ketiga jenjang kelas tersebut, kelas X AP2 yang pada tahun ajaran baru naik
di kelas XI AP2 kurang dapat memahami konsep-konsep materi pelajaran
matematika, hal itu diketahui dari hasil semesteran tahun ini, untuk itu perlu
adanya perhatian dan tindak lanjut yang lebih serius. Salah satu materi yang
sulit dipahami oleh siswa pada kelas XI adalah materi Sub Pokok Bahasan
Barisan dan deret Aritmatika,
Page 18
Kalau saat ini kita semua menginginkan adanya perubahan
pendidikan lebih baik, sudah saatnya permasalahan yang ada harus segera
diatasi, agar proses belajar mengajar lebih menarik dan tidak membosankan.
Salah satunya yaitu dengan adanya perubahan sikap guru dalam
menyampikan materi pelajaran. Guru sudah selayaknya menggunakan
berbagai inovasi baru dengan model pembelajaran dan metode yang inovatif,
sehingga pembelajaran tidak lagi monoton dan membosankan.
Dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep matematika,
penulis mencoba menggunakan model pembelajaran dan metode yang lebih
mengutamakan partisipasi aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga
aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran lebih dominan dari pada
kegiatan guru dalam mengajar. Peran guru hanya sebagai fasilitator dalam
rangka mengaktifkan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Salah satu model dan metode pembelajaran yang efektif, efisien dan
menyenangkan adalah model Mind Mapping (peta pikiran). Sedangkan salah
satu metode yang dapat dikombinasikan adalah metode partisipatori. Dalam
peta pikiran, kita dapat melihat hubungan antara satu ide dengan ide lainnya,
dengan tetap memahami konteksnya. Ini sangat memudahkan otak untuk
memahami dan menyerap suatu informasi. Karena cara kerjanya mirip
dengan cara kerja koneksi didalam otak. Disamping itu peta pikiran juga
memudahkan kita untuk mengembangkan ide, karena kita bisa memulai
dengan suatu ide utama kemudian menggunakan koneksi-koneksi diotak kita
untuk memecahnya menjadi ide-ide yang lebih rinci. Sedangkan dalam
Page 19
metode partisipatori siswa aktif, dinamis dan berlaku sebagai subjek. Namun
bukan berarti guru harus pasif, tetapi guru harus lebih aktif dalam
memfasilitasi belajar siswa dengan suara, gambar, tulisan dinding, dan
sebagainya. Guru berperan sebagai pemandu yang penuh dengan motivasi,
pandai berperan sebagai mediator, dan kreatif. Konteks siswa menjadi
tumpuan utama.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian dengan
judul “Penerapan Model Pembelajaran Mind Mapping (Peta Pikiran), dengan
Metode Partisipatori untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Sub
Pokok Bahasan Barisan Dan Deret Aritmatika Pada Siswa Kelas XI AP2
Semester I SMK TEUKU UMAR Semarang Tahun Ajaran 2010/2011”.
B. Penegasan Istilah
Penegasan istilah dalam penelitian ini untuk menghindari kekeliruan
dalam menafsirkan, menelaah dan memahami judul, serta untuk menjadikan
satuan pandangan dan pengertian sehubungan dengan penelitian ini. Adapun
istilah – istilah yang perlu ditegaskan adalah :
1. Penerapan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Penerapan adalah
Pemasangan perihal mempraktikan. Hal ini berarti bahwa penerapan
merupakan suatu kegiatan yang berupa mempraktikan suatu hal
(Purwadarminta, 2005: 1258).
2. Model Pembelajaran Mind Mapping
Page 20
Model Pembelajaran Mind Mapping adalah model pembelajaran
yang digunakan untuk dapat melihat hubungan antara satu ide dengan ide
lainnya dengan tetap memahami konteksnya. Ini sangat memudahkan otak
untuk memahami dan menyerap suatu informasi. disamping itu peta
pikiran juga memudahkan kita untuk mengembangkan ide karna kita bisa
memulai dengan suatu ide utama dan kemudian menggunakan koneksi-
koneksi di otak kita untuk memecahnya menjadi ide-ide yang lebih rinci (
Suyatno, 2009: 93 ).
3. Metode Partisipatori
Metode partisipatori adalah metode pembelajaran yang akan
menjadikan siswa aktif, dinamis dan berlaku sebagai subjek, namun bukan
berarti guru harus pasif, tetapi guru harus aktif dalam memfasilitasi
belajar siswa dengan suara, gambar, tulisan dinding, dan sebagainya. Guru
berperan sebagai pemandu yang penuh dengan motivasi, pandai berperan
sebagai mediator, dan kreatif. Konteks siswa menjadi tumpuan utama (
Suyatno, 2009: 44 ).
4. Meningkatkan
Menaikkan taraf, derajat, dan sebagainya (Purwadarminta, 2005:
1198).
5. Hasil Balajar Matematika
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh
pembelajar setelah melakukan aktifitas belajar (Anni C. T, 2004: 4).
Page 21
Matematika adalah ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan ide atau
konsep abstrak yang tersusun dan penalarannya bersifat deduktif.
(Herman Hudoyo, 1990: 4).
Jadi hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil
yang dicapai setelah melakukan kegiatan belajar khusunya dalam materi
volume kubus dan balok yang dapat berupa pengetahuan, ketrampilan dan
sikap.
6. Sub Pokok Bahasan Barisan dan Deret aritmatika
Barisan dan Deret aritmatika adalah sub pokok bahasan dalam
pokok bahasan Konsep Barisan dan Deret dan merupakan salah satu
materi pokok siswa SMK kelas XI semester I tahun ajaran 2010/2011.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dikemukakan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apakah setelah menggunakan model pembelajaran Mind Mapping (peta
pikiran) dengan metode partisipatori terdapat peningkatkan hasil belajar
matematika siswa berupa kemampuan kognitif siswa dalam memecahkan
masalah pada sub pokok bahasan Barisan dan Deret Aritmatika pada siswa
kelas XI AP2 SMK TEUKU UMAR Semarang tahun ajaran 2010 / 2011 ?
2. Apakah terdapat peningkatan keaktifan dan kerjasama siswa kelas XI AP2
SMK TEUKU UMAR Semarang tahun ajaran 2010/2011 setelah
mendapatkan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Mind
Page 22
Mapping (peta pikiran) dengan metode partisipatori pada sub pokok
bahasan Barisan dan Deret Aritmatika ?
D. Pemecahan Masalah
Agar hasil belajar siswa dapat meningkat, maka pemecahan masalah
dalam penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas dengan menerapkan
pembelajaran matematika melalui model Mind Mapping (peta pikiran)
dengan metode Partisipatori pada sub pokok bahasan Barisan dan Deret
Aritmatika siswa kelas XI AP2 SMK TEUKU UMAR Semarang tahun ajaran
2010/2011. Penelitian ini dirancang dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus
II. Untuk melaksanakan pembalajaran di atas dibuat perangkat pembelajaran
yang dibutuhkan, yaitu rencana pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran Mind Mapping (peta pikiran) dengan metode partisipatori.
Lembar observasi yaitu untuk mengetahui keaktifan dan kerjasama siswa
dalam proses pelaksanaan proses pembelajaran, tes hasil belajar yaitu untuk
mengetahui peningkatan kemampuan kognitif siswa.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui apakah melalui model pembelajaran Mind Mapping
(Peta pikran) dengan metode Partisipatori dapat meningkatkan hasil
belajar matematika siswa berupa kemampuan kognitif siswa dalam
memecahkan masalah pada sub pokok bahasan Barisan dan Deret
Page 23
Aritmatika siswa kelas XI AP2 SMK TEUKU UMAR Semarang tahun
ajaran 2010/2011.
b. Untuk mengetahui apakah melalui model pembelajaran Mind Mapping
(peta pikiran) dengan metode partisipatori dapat meningkatkan
keaktifan dan kerjasama siswa kelas XI AP2 SMK TEUKU UMAR
Semarang tahun ajaran 2010/2011.
2. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, manfaatnya
adalah sebagai berikut :
a. Bagi Peneliti
1). Memberi tambahan wawasan dan ilmu terhadap peneliti sehingga
lebih mantap dalam menjalankan tugas sebagai seorang pengajar.
2). Untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam melakukan
penelitian dan juga mendapatkan tambahan pengalaman baru dalam
proses pembelajaran.
b. Bagi Guru
1). Memberikan masukan bagi guru dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar.
2). Membantu guru dalam memilih model pembelajaran dan metode
yang sesuai sehingga dapat meningkatkan minat dan prestasi siswa
dalam belajar matematika.
c. Bagi Siswa
Page 24
1). Untuk menciptakan suatu pembelajaran yang benar-benar dapat
memacu siswa lebih aktif dalam pembelajaran.
2). Dengan menggunakan model pembelajaran Mind Mapping (peta
pikiran) dengan metode Partisipatori dalam proses pembelajaran
akan menjadi lebih efektif, efisien, dan menyenangkan sehingga
siswa akan lebih aktif. dengan demikian pembelajaranpun dapat
lebih optimal dan siswa akan lebih mudah dan cepat dalam
memahami materi.
3). Menciptaan suasana lingkungan belajar yang akrab, menarik, dan
menyenangkan serta sesuai bagi siswa.
d. Bagi Sekolah
1). Proses belajar mengajar akan lebih efisien, efektif, dan
menyenangkan.
2). Proses belajar mengajar disekolah lebih bervariasi.
3). Dengan adanya penelitian ini maka pihak sekolah lebih mudah
mendorong para guru untuk meningkatkan dan menggunakan
model dan metode pembelajaran yang sesuai. sehingga hasil belajar
siswa menjadi lebih baik.
F. Sistematika Penulisan Skripsi
Untuk mempermudah memahami isi laporan penelitian ini, maka
secara keseluruhan sistematika penulisan laporan penelitian ini penulis
menyusun menjadi tiga bagian sebagai berikut:
Page 25
1. Bagian Awal
Pada bagian ini meliputi halaman judul, halaman persetujuan,
motto dan persembahan, kata pengantar, abstraksi, daftar isi, daftar tabel,
daftar lampiran.
2. Bagian Isi
Pada bagian isi terdiri dari 5 bab yaitu:
BAB I Pendahuluan: berisi latar belakang pemilihan judul, penegasan
istilah, perumusan masalah, pemecahan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika skripsi.
BAB II Landasan Teori: berisi tinjauan belajar, hasil belajar, hakikat
matematika, model Mind Mapping, metode partisipatori, uraian
materi barisan dan deret aritmatika, kerangka berfikir, dan
hipotesis tindakan.
BAB III Metode Penelitian: berisi tentang subyek penelitian, tempat
penelitian, faktor penelitian, rancangan penelitian, metode
pengumpulan data, uji instrument, metode analisis data, dan
indikator keberhasilan.
BAB IV Hasi Penelitian dan Pembahasan: berisi tentang persiapan
penelitian, uji coba instrument, pelaksanaan penelitian, hasil
pengamatan, dan pembahasan.
BAB V Penutup: berisi kesimpulan dan saran.
3. Bagian Akhir
Pada bagian akhir berisi tentang daftar pustaka dan lampiran-lampir
Page 26
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Belajar
1. Pengertian Belajar
Dalam mengartikan istilah belajar Para ahli pendidikan memiliki
pandangan yang berbeda – beda. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, belajar adalah perubahan tingkah laku atau tanggapan yang
disebabkan oleh pengalaman (Purwadarminta, 2005:1122) Sedangkan
menurut Herman Hodoyo (1990: 1) belajar adalah suatu perubahan
tingkah laku yang dapat diamati dan berlaku dalam waktu yang relatif
lama. Perubahan tingkah laku seseorang tersebut diiringi dengan kegiatan
dan usaha orang itu dari yang tidak tahu menjadi tahu. Kegiatan dan
usaha orang itu dinamakan proses belajar. Gagne dan Berliner (Anni C.
T, 2004: 2) menyatakan bahwa belajar merupakan proses dimana suatu
organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman.
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu
proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingungannya (Slameto, 2003: 2)
Page 27
Akan dikemukakan beberapa dari sekian banyak ahli yang
mendefinisikan belajar sebagai perubahan. Menurut Aaron Quinn sartain
dkk belajar dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan perilaku sebagai
hasil pengamatan. Menurut mereka, yang termasuk dalam perubahan ini
antara lain ialah cara merespon suatu sinyal cara menguasai suatu
ketrampilan, dan mengembangkan sikap terhadap suatu obyek.
Menurut James O. Whittaker belajar dapat didefinisikan sebagai
proses yang menimbulkan atau merubah perilak melalui latihan atau
pengalaman. Lebih jauh Whittaker mengatakan bahwa perubahan fisik
(pertumbuhan) dan perubahan karena kematangan (maturitas) tidak
termasuk belajar. Juga perubahan perilaku karena kelelahan, sakit, dan
akibat obat, tidak termasuk belajar.
Menurut Marle J. Moskowitz dan Arthur R. OrgelPada belajar
adalah perubahan perilaku sebagai hasil langsung dari pengalaman dan
bukan akibat hubungan-hubungan dalam sistem syaraf yang dibawa sejak
lahir. Menurut Morris dan Orgel perilaku yang dipelajari dapat
diramalkan bukan dari apa yang kita ketahui tentang sifat-sifat umum
dari sistem syaraf seseorang melainkan dari apa yang kita ketahui tentang
pengalaman-pengalaman yang khusus dan unik dari orang tersebut.
Menuru Morris L. Bigge belajar adalah perubahan yang menetap
dalam kehidupan seseorang yang tidak diwariskan secara genetis.
Selanjutnya Morris menyatakan bahwa perubahan itu terjadi pada
pemahaman (insight), perilaku persepsi, motivasi, atau campuran dari
Page 28
semuanya secara sistematis sebagai akibat pengalaman dalam situasi-
situasi tertentu.
Menurut W.S. Winkel belajar adalah suatu aktifitas mental atau
psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang
menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan,
dan sikap-sikap (Max Darsono, 2001: 3-4).
Dari pendapat beberapa ahli tentang pegertian belajar, dapat
dipahami bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman
individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut ranah
kognitif, afektif dan psikomotor.
2. Ciri-Ciri Belajar
Yang dimaksud dengan ciri-ciri belajar adalah sifat atau keadaan
yang khas yang dimiliki oleh pembuat belajar.
Beberapa ciri-ciri belajar antara lain sebagai berikut:
a. Belajar dilakukan dengan sadar dan mempunyai tujuan. Tujuan
dipakai sebagai arah kegiatan dan sekaligus sebagai tolak ukur
keberhasilan belajar.
b. Belajar merupakan pengalaman sendiri, tidak dapat diwakilkan pada
orang lain. Jadi belajar bersifat individual.
c. Belajar merupakan proses interaksi antara individu dan lingkungan.
Berarti individu harus aktif bila dihadapkan pada lingkungan.
Page 29
d. Belajar menyebabkan perubahan pada diri seseorang yang belajar.
Perubahan tersebut bersifat integral, artinya perubahan dalam aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor yang terpisahkan satu dengan yang
lain. (Max Darsono, 2001: 30-31).
3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi belajar
Menurut Slameto (2003: 54-72) faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu
faktor intern dan ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri
individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor
yang ada di luar individu.
a. Faktor-Faktor Intern (individual)
1). Faktor Jasmaniah
a). Faktor Kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta
bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan
seseorang berpengaruh terhadap belajarnya.
Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah
mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan
cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang
bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi
dan ibadah.
b). Cacat Tubuh
Page 30
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik
atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. Keadaan
cacat tubuh juga akan mempengaruhi kegiatan belajar,
siswa yang cacat belajarnnya juga terganggu. Jika hal ini
terjadi, hendaknnya ia belajar pada lembaga pendidikan
khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari
atau mengurangi pengaruh kecacatanya itu.
2). Faktor Psikologis
a). Intelegensi
Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari bebarapa
jenis, yaitu kecakapan untuk menghadapi dan
menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan dengan
cepat dan efektif, mengetahui menggunakan konsep-konsep
yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan
mempelajarinnya dengan cepat.
b). Perhatian
Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang
dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju pada
suatuobjek atau sekumpulan objek. Untuk dapat mencapai
hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai
perhatian terhadap bahan yang dipelajarinnya, jika bahan
pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbulah
kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar.
Page 31
c). Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat
besar pengaruhnnya terhadap belajar, karena bila bahan
pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa,
siswa tidak akan belajar dengan baik.
d). Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Jika bahan
pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya,
maka hasil belajarnnya lebih baik karena ia senang belajar.
e). Motif
Motif erat sekali hubungnnya dengan tujuan yang akan
dicapai. Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa
yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan
baik atau mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan
perhatian merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang
berhubungan menunjang belajar.
f). Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam
pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnnya sudah
siap untuk melakukan kecakapan baru. Belajar akan lebih
barhasil jika anak sudah siap (matang). Jadi kemajuan baru
Page 32
untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan
dan belajarnnya.
g). Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberikan respon atau
bereaksi. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses
belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada
kesiapan, maka hasil belajarnnya akan lebih baik.
3). Faktor Kelelahan
Kelelahan dapat mempengaruhi belajar. Agar siswa dapat
belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi
kelelahan dalam belajarnya. Sehingga perlu diusahakan kondisi
bebas dari kelelahan.
b. Faktor-Faktor Ekstern
1) Faktor Keadaan Keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga
berupa cara orangtua mendidik, relasi antara anggota keluarga
suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.
2) Faktor Sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup
metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi
siswa degan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu
sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan
tugas rumah.
Page 33
3) Faktor Masyarakat (lingkungan)
Faktor Masyarakat merupakan faktor yang juga berpengaruh
terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena
keberadaannya siswa dalam masyarakat yang mencakup:
kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul,
bentuk kehidupan masyarakat.
B. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang diperoleh
pembelajar setelah melakukan proses atau aktifitas belajar. Perolehan aspek-
aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh
pembelajar. Dalam pembelajaran, perubahan perilaku yang harus dicapai oleh
pembelajar setelah melakukan aktifitas belajar dirumuskan dalam tujuan
pembelajaran. (Anni C. T, 2004: 4).
Benyamin S. Bloom dalam Anni C. T. (2004: 6-10) mengusulkan tiga
taksonomi yang disebut dengan ranah belajar, yaitu: ranah kognitif, ranah
afektif, dan ranah psikomotorik. Namun bloom hanya merinci kategori jenis
perilaku pada ranah kognitif, sedangkan ranah afektif dan ranah psikomotorik
dirinci oleh pengikutnya
1. Ranah Kognitif
Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan,
dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup kategori sebagai
berikut:
a. Pengetahuan (knowledge)
Page 34
Pengetahuan ini didefinisikan sebagai perilaku mengingat atau
mengenali informasi (materi pembelajaran) yang telah dipelajari
sebelumnya.
b. Pemahaman (comprehention)
Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan memperoleh makna
dari materi pembelajaran.
c. Penerapan (application)
Penerapan mengacu pada kemampuan menggunakan materi
pembelajaran yang telah dipelajari kedalam situasi baru dan konkrit.
d. Analisis (analysis)
Analisis mengacu pada kemampuan memecahkan material kedalam
bagian-bagian sehingga dapat dipahami struktur organisasinya.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis mengacu pada kemampuan menggabungkan bagian-bagian
dalam rangka membentuk struktur yang baru.
f. Penilaian (evaluation)
Penilaian mengacu pada kemampuan membuat keputusan tentang
nilai materi pembelajaran untuk tujuan tertentu.
2. Ranah afektif
Taksonomi tujuan pembelajaran afektif, dikembangkan oleh Kathwohl
dan kawan-kawan. Tujuan pembelajaran ini berhubungan dengan
perasaan, sikap, minat, dan nilai.
Page 35
Kategori tujuan pembelajaan afektif adalah sebagai berikut:
a. Penerimaan (receiving)
Penerimaan mengacu pada keinginan siswa untuk menghadirkan
rangsangan atau fenomena tertentu.
b. Penanggapan (responding)
Penanggapan mengacu pada partisipasi aktif pada diri siswa.
c. Penilaian (valuting)
Penilaian berkaitan dengan harga atau nilai yang melekat pada
obyek, fenomena, atau perilaku pada diri siswa.
d. Pengorganisasian (organization)
Hasil belajar ini dapat berkaitan dengan konseptualisasi nilai
(mengenali tanggung jawab setiap individu untuk memperbaiki
hubungan antar manusia.
e. Pembentukan pola hidup (organization by a value complex)
Pada tingkat ranah afektif ini, individu siswa memiliki sistem nilai
yang telah mengendalikan perilakunya dalam waktu cukup lama
sehingga mampu mengembangkannya menjadi karakteristik gaya
hidupnya.
3. Ranah psikomotorik
Tujuan dari pembelajaran ranah psikomotorik menunjukkan adanya
kemampuan fisik seperti ketrampilan motorik dan syaraf, manipulasi
Page 36
obyek dan koordinasi syaraf. Kategori jenis perilaku untuk ranah
psikomotorik adalah sebagai berikut:
a. Persepsi (perception)
Persepsi ini berkaitan dengan organ penginderaan untuk memperoleh
petunjuk yang memandu kegiatan motorik.
b. Kesiapan (set)
Kategori ini mencakup kesiapan mental untuk bertindak, kesiapan
jasmani untuk bertindak, dan keinginan untuk bertindak.
c. Gerakan terbimbing (guided response)
Gerakan terbimbing berkaitan dengan tahap-tahap awal didalam
belajar ketrampilan kompleks.
d. Gerakan terbiasa (mechanism)
Gerakan terbiasa berkaitan dengan tindak unjuk kerja dimana
gerakan yang telah dipelajari itu telah menjadi biasa dan mahir.
e. Gerakan kompleks (complex overt response)
Hasil belajar pada tingkat ini mencakup kegiatan motorik yang
sangat terkoordinasi.
f. Penyesuaian (adaptation)
Penyesuaian berkaitan dengan ketrampilan yang dikembangkan
sangat baik sehingga individu siswa dapat memodifikasi gerakan
sesuai dengan situasi baru.
g. Kreatifitas (originality)
Page 37
Kreatifitas mengacu pada penciptaan pola-pola gerakan baru untuk
disesuaikan pada situasi tertentu atau masalah-masalah tertentu.
C. Hakekat Matematika
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Matematika adalah: ilmu
tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur
operasional dengan yang digunakan dalam menyelesaikan masalah mengenai
bilangan (Purwadarminta1989:566). Terlepas belum adanya definisi yang
dapat diterima oleh semua ahli matematika, berikut beberapa definisi yang
diberikan oleh beberapa ahli matematika. Menurut Anton M. Moeliono dalam
Amin Suyitno (2004: 1) matematika diartikan sebagai ilmu tentang bilangan-
bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional
yang digunakan dalam penyelesaian maslah mengenai bilangan. Fowler
dalam Amin suyitno (2004: 1) mengatakan bahwa “Mathematic is the
abstract science of space and number” (Matematika adalah ilmu pengetahuan
abstrak dari ruang dan angka”. Matematika dapat pula didefinisikan sebagai
“ the study of abstract structure and their interrelations” yakni studi tentang
struktur abstrak dan relasi-relasi antar unsur yang ada.
Pola tingkah laku manusia yang tersusun menjadi suatu model sebagai
prinsip-prinsip belajar diaplikasikan ke dalam matematika. Prinsip belajar ini
haruslah dipilih sehingga cocok untuk mempelajari matematika. Matematika
yang berkenaan dengan ide-ide abstrak yang diberi simbul-simbul itu
tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif, sehingga belajar
Page 38
matematika itu merupakan kegiatan mental yang tinggi. Mempelajari
matematika haruslah bertahap dan berurutan serta mendasarkan kepada
pengalaman belajar yang lalu (Herman Hudoyo, 1990: 4).
Dari penjelasan beberapa definisi diatas, berarti matematika
mempelajari tentang keluasan-keluasan, bilangan-bilangan, ruang dan bagian-
bagiannya, besaran dan hubungan-hubungannya, bersifat abstrak, deduktif,
aksiomatris, serta terstruktur. (Amin Suyitno, 2004: 2)
Menurut R. Soedjadi dan Masriah dalam Amin Suyitno (2004: 2)
meskipun terdapat berbagai pendapat yang berlainan tentang matematika, dari
berbagai pendapat yang berlainan itu terdapat ciri-ciri yang sama, yaitu:
1. Matematika memiliki objek kajian yang abstrak
2. Matematika mendasarkan diri pada kesepakatan-kesepakatan.
3. Matematika sepenuhnya menggunakan pola pikir deduktif.
4. Matematika dijiwai dengan kebenaran konsistentsi.
D. Model Mind Mapping (Peta Pikiran)
Banyak guru menyebut bahwa mereka berhasil dalam pembelajaran
penguatan konsep melalui teknik peta pikiran. Mind mapping atau peta
pikiran adalah sebuah metode mempelajarai konsep yang ditemukan oleh
tony Buzan. Konsep ini didasarkan pada cara kerja otak kita menyimpan
informasi. ( Suyatno, 2009: 93 )
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa otak manusia tidak
menyimpan informasi dalam kotak – kotak sel saraf yang terjejer rapi
Page 39
melainkan dikumpulkan pada sel – sel saraf yang bercabang – cabang yang
apa bila dilihat sekilas akan tampak seperti cabang – cabang pohon. Dari
fakta tersebut diatas maka disimpulkan apabila kita juga menyimpan
informasi seperti cara kerja otak, maka akan semakin baik informasi
tersimpan dalam otak dan hasil akhirnya tentu saja proses belajar kita akan
semakin mudah. ( Suyatno, 2009: 93 )
Dalam peta pikiran, dapat melihat hubungan antara satu ide dengan
ide lainnya dengan tetap memahami konteksnya. Ini memudahkan otak untuk
memahami dan menyerap suatu informasi, peta pikiran juga memudahkan
kita untuk mengembangkan ide karena kita bisa mulai dengan suatu ide
utama dan kemudian menggunakan koneksi-koneksi diotak kita untuk
memecahnya menjadi ide-ide yang lebih rinci.
Dari penjelasan diatas, cara kerja peta pikiran adalah menuliskan tema
utama sebagai titik sentral/tengah dan memikirkan cabang-cabang atau tema
turunan yang keluar dari titik tengan tersebut dan mencari hubungan antara
tema turunan.itu berarti setiap kali kita memepelajari sesuatu hal maka focus
kita diarahkan pada tema utamanya, poin-poin penting dari tema yang utama
yang sedang kita pelajari, pengembangan dari setiap poin penting tersebut
dan mencari hubungan antara setiap poin. Dengan cara ini maka kita bisa
mendapatkan gambaran hal-hal apa saja yang telah kita ketahui dan area
mana saja yang masih belum dikuasai dengan baik.
Kegiatan membuat peta pikiran dapat dimulai dengan pertanyaan,
biarkan anak menggambar atau menuliskan apa yang menjadi
Page 40
imajinasinya. Tidak ada jawaban atau pendapat anak yang salah, karena
semua pendapat adalah benar. Ini akan terlihat dari cabang yang akan mereka
buat yang memperinci pendapat sebelumnya
Peta pikiran merupakan cara termudah untuk menempatkan informasi
ke dalam otak dan mengambil informasi keluar dari otak, yang merupakan
cara mencatat yang kreatif dan efektif. Peta pikiran merupakan alat yang
membantu otak berpikir teratur. Semua peta pikiran mempunyai kesamaan.
Sekmua menggunakan warna. Semuanya memiliki struktur alami yang
memancar dari pusat. Semua menggunakan garis lengkung, symbol, kata dan
gambar yang sesuai dengan satu rangkaian yang sederhana, mendasar, alami,
dan sesuai dengan cara kerja otak. Secara harfiah peta pikiran akan
“memetakan” pikiran-pikiran.
Manfaat peta pikiran memberikan banyak manfaat. Manfaat yang
diberikan peta pikiran adalah :
1. Merencana
2. Berkomunikasi
3. Menjadi kreatif
4. Menghemat waktu
5. Menyelesaikan masalah
6. Memusatkan perhatian
7. Menyusun dan menjelaskan fikiran-fikiran
8. Mengingat dengan lebih baik
9. Belajar lebih cepat dan efisien
Page 41
10. Melihat gambar keseluruhan
Beberapa kelebihan menggunakan model pembelajaran Mind Mapping
adalah:
1. Cara ini cepat
2. Teknik dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang ada
dikepala kita
3. Proses menggambar diagram dapat memunculkan ide-ide yang lain
4. Diagram yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk menulis.
E. Metode Partisipatori
Metode pembelajaran partisipatori lebih menekankan keterlibatan
siswa secara penuh. Siswa dianggap sebagai penentu keberhasilan belajar.
Dengan berpartisi pasi aktif, siswa dapat menemukan hasil belajar. Guru
hanya bersifat sebagai pemandu atau fasilitator.
Menurut Suyatno (2009:44) berkaitan dengan penyikapan guru
kepada siswa partisipatori beranggapan bahwa :
1. Setiap siswa adalah unik, setiap siswa mempunyai kelebihan dan
kelemahan. Oleh karena itu, proses penyeragaman dan penyamarataan
akan membunuh keunikan tersebut. Keunikan harus diberi tempat dan
dicarikan peluang agar dapat lebih berkembang.
2. Anak bukan orang dewasa dalam bentuk kecil.jalan pikiran anak tidak
selalu sama dengan jalan piker orang dewasa. Orang dewasa harus dapat
menyelami cara merasa dan berfikir anak-anak.
Page 42
3. Dunia anak adalah dunia bermain.
4. Usia anak merupakan usia yang paling kreatif dalam hidup manusia.
Dalam metode partisipatori, siswa aktif, dinamis dan berlaku sebagai
subjek. Namun, bukan berarti guru harus pasif, tetapi guru juga aktif dalam
memfasilitasi belajar siswa dengan suara, gambar, tulisan dinding, dan
sebagainya. Guru berperan sebagai pemandu yang penuh dengan motivasi,
pandai berperan sebagai mediator, dan ktreatif. Konteks siswa menjadi
tumpuan utama.
Metode pembelajaran partisipatori mempunyai ciri-ciri pokok sebagai
berikut :
1. belajar dari realitas atau pengalaman.
2. tidak menggurui.
3. dialogis
Kemudian, panduan prosesnya disusun dengan system daur belajar
dari pengalaman yang distrukturkan saat itu(structural experiences learning
cycle). Proses tersebut sudah teruji sebagai suatu proses yang memenuhi
tuntutan pendidikan partisipatori. berikut rincian proses berdasarkan
tahapannya.
1. Rangkai-Ulang
2. Ungkapan
3. Kaji-Urai
4. Kesimpulan
5. Tindakan
Page 43
Hal diatas sebagai metode pertama, kemudian metode berikutnya
adalah siswa sebagai subjek. Tahapannya sebagai berikut :
1. Persepsi
2. Identifikasi diri
3. Aplikasi diri
4. Penguatan diri
5. Pengukuhan diri
6. Refleksi diri
Metode tersebut tentunya memperhatikan tujuan yang akan dicapai,
bentuk pendidikannya, proses yang akan dilakukan, materi yang akan
disajian, media atau sarana yang perlu disiapkan, dan peran fasilitator.
F. Uraian Materi Tentang Barisan dan Deret Aritmatika
1. Barisan Aritmatika
Barisan aritmatika adalah suatu barisan bilangan yang memiliki
selisih dua suku yang berurutan selalu tetap. Bilangan tetap itu disebut
beda (selisih) yang dilambangkan b
Perhatikan barisan aritmatika berikut:
a. 2, 5, 8, 11, ...Nilai b = 3
b. 5, 3, 1, -1, ...Nilai b = -2
c. u1, u2, u3, u4, … un. Nilai b = u2 - u1 = u3 – u2 = u4 – u3 = … = un – un-1
bila: u1, u2, u3, u4, … un dimana un – un-1 = b untuk setiap n bilangan asli,
maka barisan tersebut adalah barisan aritmatika.
Page 44
Sekarang mencoba mencari rumus un barisan aritmatika.
Apabila suku pertama u1 dilambangkan dengan a, kita peroleh:
U1 = a
U2 = U1 + b = a + b
U3 = U2 + b = (a + b) + b = a + 2b
U4 = U3 + b = (a + 2b)+ b = a + 3b
U5 = U4 + b = (a + 3b)+ b = a + 4b
.
.
.
un = a + (n -1)b
jadi, suku ke-n barisan aritmatika ditentukan dengan rumus sebagai
berikut:
keterangan:
a = suku pertama
b = beda (un – un-1)
Contoh
a. Tentukan suku pertama, beda, dan suku ke - 100 dari barisan 5, 8, 11,
14, ...
Jawaban:
5, 8, 11, 14, ...
A = 5; b = 11 -8 = 8 – 5 = 3; n = 100
un = a + (n – 1)b
Page 45
Un = a + (n - 1) b
U100 = 5 + (100 - 1) (3)
= 5 + (99) . 3
= 5 + 297
= 302
Jadi, suku ke-100 adalah 302
b. Tentukan suku pertama, beda, dan rumus suku ke – n dari barisan 15,
19, 23, 27, ...
Jawaban:
15, 19, 23, 27, ...
a = 15; b = 23 -19 = 19 – 15 = 4
Un = a + (n - 1) b
Un = 15 + (n - 1) (4)
= 15 + 4n - 4
= 4n + 11
Jadi, rumus suku ke-n adalah 4n + 11
c. Diketahui suku ke-4 barisan aritmatika adalah 21 dan suku ke-10
adalah 33. Tentukan
1). Beda dan suku pertama
2). Suku ke-20
3). Suku yang nilainya 73
Jawaban
1). Beda dan suku pertama
Page 46
Un = a + (n-1) b; U4 = 21; U10 = 33
U10 = a + 9b = 33
U4 = a + 3b = 21 –
6b = 12 ⇒b = 2
a + 3b = 21 ⇒a + 3(2) = 21
a = 15
Jadi, beda barisan aritmatika tersebut adalah 2 dan suku pertama
adalah 15
2). Suku ke-20
Un = a + (n - 1) b
U20 = 15 + (20 - 1) (2)
= 15 + 38 = 53
Jadi, suku ke-20 adalah 53
3). Suku yang bernilai 73
a = 15; b = 2; = Un = 73
Un = a + (n-1)b
73= 15 + (n-1)(2)
73= 15 + 2n - 2
2n = 73 – 13
n = 30
Jadi, suku yang bernilai 73 adalah suku ke-30
Page 47
2. Deret Aritmatika
Deret aritmatika adalah penjumlahan dari suku-suku pada barisan
aritmatika, jumlah n suku dari suatu deret aritmatika dilambangkan
dengan Sn.
Demikian diperoleh:
Sn = u1, u2, u3, u4 + … + un
Sn = 1)b) -(n (2a2
n +
atau
Sn = )u (a2
nn+ dengan Un suku terakhir
Sedangkan:
Contoh :
a. Diketahui deret aritmetika: 6 + 12 + 18 + 24 + …
Tentukan:
1). suku pertama dan beda
2). besar suku ke 16
3). jumlah 16 suku pertama
Jawaban:
1). suku pertama a = 6;
beda nya b = 12-6 = 6
Un = Sn – Sn-
1
Page 48
2). Un = a + (n – 1)b
U16 = 6 + (16 -1)6 = 96
Jadi besar suku ke 16 adalah 96
3). Sn = 1)b) -(n (2a2
n +
S16 = 2
16(2.6 + (16 -1)6)
= 8 (12+90) = 816
Jadi jumlah 16 suku pertama adalah 816.
b. Diketahui deret aritmatika: 1 + 3 + 5 + 7 + 9 + ... Tentukan
1). Rumus suku ke-n
2). Rumus Jumlah n suku pertama
3). Jumlah 50 suku pertama
Jawaban:
1). 1 + 3 + 5 + 7 + 9 + ...
a = 1; b = 3 – 1 = 2
Un = a + (n – 1)b
Un = 1 + (n – 1) (2)
= 1 + 2n – 2
= 2n - 1
Jadi, rumus suku ke-n = 2n - 1
Page 49
2). Sn = )u (a2
nn+
= )1-2n (12
n +
= =)(2n
2
n
2n
Jadi, rumus jumlah n suku pertama = 2n
3). Sn = 2n
S50= 500.2(50) 2 =
Jadi, jumlah 50 suku pertama = 2.500
3. Menyelesaikan soal yang melibatkan barisan dan deret aritmatika
a. Jika rumus suku ke-n suatu barisan adalah un = (2n – 3), maka:
Tentukan:
1). Tiga suku yang pertama.
2). Suku keberapakah yang besarnya 43.
Jawaban:
1). un = (2n – 3) u1 = (2.1 – 3) = -1
u2 = (2.2 – 3) = 1
u3 = (2.3 – 3) = 3
Page 50
tiga suku pertamanya: -1, 1, 3
2). un = 43 un = (2.n -3)
43 = 2.n – 3
43 + 3 = 2.n
2n = 46
n = 23
Jadi 43 adalah suku ke-23
b. Sebuah perusahaan kaligrafi “Mata Art” menghasilkan 2500 buah
kaligrafi di tahun pertama produksinya. Karena kaligrafi yang
dibuat kualitasnya baik dengan harga yang terjangkau sehingga
permintaan konsumen setiap tahunnya meningkat, maka perusahaan
kaligrafi tersebut meningkatkan jumlah produksinya dengan
menambahkan produksi kaligrafi sebanyak 500 buah tiap tahun.
`Tentukanlah:
1). Jumlah kaligrafi yang diproduksi pada tahun ke sembilan.
2). Jumlah kaligrafi yang sudah dihasilkan sampai dengan tahun ke
sembilan.
Jawaban:
Suku pertama a = 2500
Page 51
Beda b = 500 dan n = 9
U7 = a + (n – 1)b
= 2500 + (9 - 1)500
= 2500 + 4000 = 6500
S9 = 6500) (2500 2
9 )u (a
2
n7 +=+
= 40.500 (9000)2
9 =
Jadi kaligrafi yang diproduksi pada tahun ke 9 sebanyak 6500 buah
dan perusahaan tersebut sampai dengan tahun ke-9 sudah
memproduksi sebanyak 40.500 buah kaligrafi.
G. Kerangka Berfikir
Setiap kegiatan belajar, seseorang pasti mempunyai tujuan yang ingin
dicapai atau ada hasilnya. Sama halnya jika belajar matematika pasti akan
mendapatkan hasil belajar matematika. Hasil belajar matematika ini dapat
meliputi aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif.
Untuk meningkatkan keaktifan dan kemampuan dalam memecahkan
masalah pada materi barisan dan deret aritmatika di SMK, perlu adanya
strategi baru untuk mengajarkan matematika, sehingga guru harus dapat
memilih model dan metode yang tepat. Pemilihan model dan metode dalam
mengajar tersebut dapat menambah ketertarikan, minat dan motivasi, dan
Page 52
yang paling sangat penting sekali adalah mudah dimengerti siswa serta
menyenangkan dalam pembelajaran volume kubus dan balok.
Penerapan teknik pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan hasil
belajar. Dengan menerapkan teknik yang tepat diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran. Untuk
mendapatkan hasil belajar yang maksimal, diperlukan adanya pembelajaran
yang menerapkan model pembalajaran inovatif dengan metode yang tepat
sehingga mampu mendorong siswa untuk aktif . sehingga pembelajaran tidak
lagi berpusat pada guru tetapi berpusat pada siswa.
Pendekatan inovatif yang diterapkan guru dapat meningkatkan
penguasan konsep matematika dan sekaligus dapat meningkatkan keaktifan
siswa. Dalam hal ini model pembelajaran yang sesuai adalah mind mapping
(peta konsep). karena melalui peta konsep, siswa tidak hanya diajak menalar
hal-hal yang abstrak saja, tetapi juga mempelajari hal yang kongkrit dengan
melihat langsung objek yang akan dipelajari. Dengan metode partisi patori
siswa akan lebih aktif, karna dalam metode partisipatori ini lebih menekankan
keterlibatan siswa secara penuh. Siswa dianggap sebagai penentu
keberhasilan belajar. Disisni siswa didudukkan sebagai subjek belajar. Guru
hanya sebagai pemandu atau fasilitator. Dengan demikian, siswa akan lebih
mudah dikondisikan untuk mampu belajar dengan baik sehingga akan
meningkatkan pula hasil belajar mereka.
H. Hipotesis
Page 53
Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis pada penelitian ini adalah:
1. Setelah diterapkan pembelajaran model pembelajaran Mind Mapping (peta
pikiran) dengan metode partisipatori pada sub pokok bahasan Barisan
dan Deret Aritmatika terjadi peningkatan kemampuan kognitif dalam
memecahkan masalah siswa kelas XI AP2 semester I SMK TEUKU
UMAR Semarang tahun ajaran 2010/2011.
2. Setelah diterapkan model pembelajaran Mind Mapping (peta pikiran)
dengan metode partisipatori pada sub pokok bahasan Barisan dan Deret
Aritmatika terjadi peningkatan keaktifan dan kerjasama siswa kelas XI
AP2 semester I SMK TEUKU UMAR Semarang tahun ajaran
2010/2011.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah semua siswa kelas XI AP2 semester I
SMK TEUKU UMAR Semarang tahun ajaran 2010/2011.
B. Tempat Penelitian
Page 54
Penelitian ini dilaksanakan di SMK TEUKU UMAR Jalan Karangrejo
Tengah IX / 99 A Semarang, Jawa tengah.
C. Faktor Penelitian
Faktor yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah:
1. Faktor siswa
Dengan melihat hasil belajar siswa berupa kemampuan kognitif
dalam memecahkan masalah serta keaktifan dan kerjasama siswa dalam
proses pembelajaran setelah mendapatkan pembelajaran dengan model
pembelajaran Mind Mapping (peta pikiran) dengan metode partisipatori
pada sub pokok bahasan volume kubus dan balok.
2. Faktor guru
Dengan melihat kinerja guru dalam merencanakan
pembelajaran dan bagaimana pelaksanaannya didalam kelas apakah
sudah menerapakan Model Pembelajaran Mind Mapping (peta pikiran)
dengan metode partisipatori dalam pembelajaran matematika.
D. Rancangan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dirancang dalam dua sklus. Dalam masing-
masing siklus terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
1. Tahap perencanaan.
2. Pelaksanaan tindakan.
3. Pengamatan.
4. Refleksi
Page 55
Siklus I
Siklus II
Pelaksanaan tindakan I
Altrnatif pemecahan
Refleksi I Analisis data Observasi I
permasalahan
Terselesaikan
Pelaksanaan tindakan II
Refleksi II Terselesaikan Analisis data II
Observasi II
Belum terselesaikan
Alternative pemecahan (rencana tindakan II)
Page 56
Siklus I
1. Perencanaan
a. Bersama pembelajaran Mind Mapping (peta pikiran) dengan metode
partisipatori pada materi yang akan diajarkan yaitu barisan dan deret
aritmatika.guru merencanakan pembelajaran dengan model
b. Membuat alat evaluasi yang berupa tes, dan lembar observasi.
c. Membentuk kelompok-kelompok dengan memperhatikan
keseimbangan antar kelompok. Masing-masing kelompok terdiri 4
atau 5 orang.
2. Pelaksanaan
a. Guru menyiapkan materi, sekaligus menyampaikan
kompetensikompetensi yang ingin dicapai oleh siswa.
b. Guru mengemukakan konsep atau permasalahan yang mempunyai
alternatif jawaban yang akan ditanggapi oleh siswa.
c. Guru membentuk kelompok yang anggotanya 4-5 0rang.
d. Tiap kelompok menginventarisasi atau mencatat alternatif jawaban
hasil didkusi dan membaca hasil diskusi.
e. Guru mencatat hasil diskusi dipapan dan mengelompokkan sesuai
dengan kebutuhannya.
f. Dari data-data dipapan siswa diminta membuat kesimpulan dan guru
memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan.
g. Guru mengadakan tes secara individu pada siklus I.
Page 57
3. Pengamatan (observasi)
a. Pengamatan yang dilakukan selama pembelajaran adalah
1). Pengamatan tingkat pemahaman konsep, khususnya penguasaan
materi siswa.
2). Keaktifan dalam pembelajaran.
3). Kerjasama siswa dalam diskusi.
b. Pengamatan kinerja guru
1). Kemampuan guru dalam memberikan motivasi, menguasai
materi, serta memfasilitasi siswa selama pembelajaran
berlangsung.
2). Kemampuan guru dalam menciptakan suasana belajar aktif dan
menyenangkan.
4. Refleksi
Refleksi merupakan analisis dari hasil pengamatan, hasil lembar kerja
siswa dan penilaian soal-soal evaluasi yang dikerjakan oleh siswa pada
siklus I. Hasil analisis data pada refleksi siklus I akan dijadikan patokan
dalam merancanga siklus II.
Siklus II
1. Perencanaan
a. Bersama guru merencanakan pembelajaran dengan model Mind
Mapping dengan metode Partisipatori pada materi yang akan
diajarkan yaitu barian dan deret baritmatika.
Page 58
b. Membuat alat bantu mengajar, alat evaluasi yang berupa tes, dan
lembar observasi.
c. Membentuk kelompok-kelompok dengan memperhatikan
keseimbangan antar kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari
4 atau 5 orang.
2. Pelaksanaan
a. Guru menyiapkan materi, sekaligus menyampaikan
kompetensikompetensi yang ingin dicapai oleh siswa.
b. Guru mengemukakan konsep atau permasalahan yang mempunyai
alternatif jawaban yang akan ditanggapi oleh siswa.
c. Guru membentuk kelompok yang anggotanya 4-5 0rang.
d. Tiap kelompok menginventarisasi atau mencatat alternatif jawaban
hasil didkusi dan membaca hasil diskusi.
e. Guru mencatat hasil diskusi dipapan dan mengelompokkan sesuai
dengan kebutuhannya.
f. Dari data-data dipapan siswa diminta membuat kesimpulan dan guru
memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan.
g. Guru mengadakan tes secara individu pada siklus II.
3. Pengamatan
a. Pengamatan yang dilakukan selama pembelajaran adalah
1). Pengamatan tingkat pemahaman konsep, khususnya penguasaan
materi siswa.
2). Keaktifan dalam pembelajaran.
Page 59
3). Kerjasama siswa dalam diskusi.
b. Pengamatan kinerja guru berdasarkan atas:
1). Kemampuan guru dalam memberikan motivasi, menguasi
materi, serta memfasilitasi siswa selama pembelajaran
berlangsung.
2). Kemampuan guru dalam menciptakan suasana belajar yang aktif
dan menyenangkan.
4. Refleksi
Jika pada siklus II menunjukkan terjadinya peningkatan hasil belajar,
keaktifan dan kerjasam siswa kelas XI AP2 semester I SMK TEUKU
UMAR Semarang tahun ajaran 2010/2011 dibanding siklus I maka
penelitian tindakan kelas ini dianggap berhasil.
E. Metode Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Dalam penelitian tindakan kelas ini sumber data berasal dari siswa, guru,
dan peniliti.
2. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu data
kuantitatif dan data kualitatif yang terdiri dari:
Page 60
a. Data kuantitatif: berupa hasil tes untuk melihat kemampuan kognitif
siswa dalam memecahkan masalah.
b. Data kualitatif: berupa hasil observasi terhadap akitfitas dan
kerjasama siswa selama kegiatan belajar mengajar.
3. Cara Pengambilan Data
Pada pengambilan data untuk penelieian ini dilakukan dengan dua cara,
dengan metode metode observasi dan metode tes
1). Metode Observasi
Data tentang hasil observasi terhadap pelaksanaan penelitian
digunakan untuk mengetahui aktivitas dan keterampilan siswa dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar yang diperoleh dari hasil
observasi.
2). Metode Tes
Tes adalah seperangkat soal yang digunakan untuk mendapatkan
data tentang kemampuan siswa. Tes yang digunakan adalah ulangan
dengan bentuk soal uraian yang diberikan pada akhir siklus. Tes ini
digunakan untuk mengetahui prestasi belajar siswa dengan
menggunakan model pembelajaran Problem Solving.
F. Uji Instrumen Tes
Instrumen dalam penelitian ini berupa soal tes berbentuk uraian.
Soal tes tersebut adalah tes yang diberikan setelah materi pokok bahasan
tersebut selesai. Prosedur yang akan ditempuh dalam penyusunan instrument
adalah:
Page 61
1. Perencanaan
Pembuatan kisi-kisi soal.
2. Penulisan butir soal
3. Penyulingan, yaitu melengkapi instrument dengan petunjuk dan kunci
jawaban.
4. Uji coba alat ukur
Sebelum penelitian dilakukan, instrumen berupa tes akan diujicobakan
kesejumlah subyek diluar sampel penelitian. Tujuan diadakan uji coba
soal ini adalah untuk mendapatkan soal yang baik dan memenuhi
validitas, reliabilitas, taraf kesukaran soal dan daya pembeda soal yang
menjadi syarat itu baik atau tidak.
Adapun penilaian syarat-syarat alat tes yang baik sebagai berikut
:
a. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-
tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Sebuah tes
dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak
diukur (Suharsimi Arikunto, 2002:65).
Untuk Mengetahui validitas instrumen, peneliti
menggunakan rumus rumus yang dikemukakan pearson, yang
dikenal dengan rumus korelasi product moment dengan angka kasar,
yaitu:
Page 62
( )( ) ( )( ){ }2222
))((
YYNXXN
YXXYNrxy
∑−∑∑−∑
∑∑−∑=
Keterangan :
xyr = koofesien korelasi antara hubungan x dan y
N = banyaknya siswa
ΣXY = jumlah perkalian X dan Y
ΣX = jumlah skor item
ΣY = jumlah skor total
Kriteria : Harga xyr kemudian dikonsultasikan dengan r kritik
product moment dengan ketentuan apabila xyr > tabelr , maka soal
dikatakan valid dengan taraf signifikan 5%.
(Suharsimi Arikunto, 2002 : 65)
b. Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik. Instrumen
yang baik adalah instrument yang hasil evaluasinya konsisten atau
dapat berubah tetapi tidak mengalami perubahan yang signifikan
(Suharsimi Arikunto, 2002:86).
Untuk mencari reliabilitas pada soal uraian digunakan rumus
alpha sebagai berikut.
∑−
−=
2
2
11 11
i
i
n
nr
σσ
Page 63
Keterangan :
11r = reliabilitas yang dicari
n = banyaknya butir soal
2iσ∑ = jumlah varians skor tiap-tiap item
2iσ = varians total
Dengan rumus varians dapat dicari 2
iσ , yaitu:
NN
XX∑
∑−=
22
2
)(
σ
Kriteria pengujian reliabilitas tes yaitu setelah didapatkan harga 11r
kemudian harga 11r tersebut dikonsultasikan dengan harga r product
moment pada tabel. Jika )()( tabelhit rr > maka item tes diujicobakan
reliabel.
Klasifikasi reliabilitas:
0,80 -1,00 = kategori sangat tinggi
0,60 – 0,80 = kategori tinggi
0,40 – 0,60 = kategori cukup
0,20 – 0,40 = kategori rendah
0,00 – 0,20 = kategori sangat rendah
Page 64
(Suharsimi Arikunto, 2002:75)
c. Tingkat Kesukaran
Suatu soal dikatakan baik apabila soal tersebut tidak terlalu
mudah dan tidak terlalu sulit. Rumus yang digunakan dalam
menentukan indeks kesukaran adalah sebagai berikut :
%100xN
FP =
Keterangan :
P = tingkat kesukaran soal
F = jumlah siswa yang menjawab benar
N = jumlah peserta tes
Tingkat kesukaran soal diklasifikasikan sebagai berikut :
1). jika jumlah siswa yang menjawab salah mencapai 27% soal
tersebut termasuk mudah
2). jika jumlah siswa yang menjawab salah antara 27% sampai
dengan 72%, maka soal tersebut termasuk sedang.
3). jika jumlah siswa menjawab salah mencapai 72% keatas, maka
soal tersebut termasuk sukar. (Zainal Arifin, 1991:135)
d. Daya Pembeda Butir Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara siswa yang mempunyai kemampuan tinggi
dengan siswa yang kemampuannya rendah. (Suharsimi Arikunto.
2002 : 211)
Page 65
Langkah-langkah menghitung daya pembeda soal adalah
sebagai berikut :
1). menurut hasil uji coba dari skor tertinggi sampai skor paling
rendah
2). menentukan kelompok atas dengan kelompok bawah
3). menghitung daya pembeda soal
rumus yang digunakan adalah sebagai berikut ;
( )1
22
21
−∑+∑
−=
ii
LH
nn
xx
MMt
keterangan :
t = daya pembeda soal
MH = rata-rata dari kelompok atas
ML = rata-rata dari kelompok bawah
21x∑ = Jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok atas
22x∑ = Jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok bawah
in = 27% dari n (jumlah peserta)
Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan tabelt dengan taraf
signifikan 005 dan )1n)(1(ndk 21 −−= . Jika hitungt > tabelt , daya
pembeda signifikan. (Zainal Arifin. 1991:141).
G. Metode Analisis Data
Page 66
Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini diperoleh :
1. Data keaktifan dan kerjasama siswa
Untuk mengetahi seberapa besar keaktifan dan kerjasama siswa dalam
mengikuti proses belajar mengajar, analisis data dilakukan pada
instrumen lembar observasi dengan menggunakan teknik deskriptif
melalui prosentase. Adapun perhitungan prosentase keaktifan siswa
dalam mengikuti proses belajar sebagai berikut:
Prosentase (%) = 100×N
n%
Keterangan:
n = skor yang diperoleh tiap siswa yang diteliti
N = jumlah seluruh skor
Kriteria penafsiran variabel penelitian ini ditentukan:
>75% : keaktifan dan kerjasama siswa tinggi
60%-75% : keaktifan dan kerjasama siswa sedang
<60% : keaktifan dan kerjasama siswa rendah
(Muhammad Ali, 1984:184)
2. Data mengenai hasil belajar
Data mengenai hasil belajar diambil dari kemampuan kognitif siswa
dalam memecahkan masalah dianalisis dengan cara menghitung rata-rata
nilai ketuntasan belajar secara klasikal. Adapun rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut:
a. Menghitung rata-rata nilai
Page 67
Untuk rata-rata klasikal digunakan rumus rata-rata nilai.
N
xx
Σ=
Keterangan:
x = rata-rata nilai
xΣ = jumlah seluruh nilai
N = jumlah siswa
b. Menghitung ketuntasan belajar
1). Menghitung ketuntasan belajar individu
Data yang diperoleh dari hasil belajar siswa dapat ditentukan
ketuntasan belajar individu menggunakan analisis deskriptif
prosentase dengan perhitungan:
Ketuntasan belajar individu =
%100maksimum nilaijumlah
siswa tiapdiperoleh yang nilaijumlah ×
Kriteria:
Apabila tingkat ketercapaian <65% maka siswa tidak belajar
tuntas.
Page 68
Apabila tingkat ketercapaian %65≥ maka siswa tuntas belajar.
2). Menghitung ketuntasan belajar klasikal
Untuk menghitung keetuntasan belajar klasikal menggunakan
analisis deskriptif prosentase dengan perhitungan:
Ketuntasan belajar klasikal =
%100siswaseluruh Jumlah
belajar tuntasyang siswaJumlah ×
Keberhasilan kelas dilihat dari jumlah peserta didik yang
mampu menyelesaikan atau mencapai 65 dengan ketuntasan
klasikal sekurang-kurangnya 75% dari jumlah peserta didik
yang ada dikelas tersebut.
3. Kinerja guru
Selain terhadap siswa pengamatan juga diilakukan terhadap kinerja guru.
Data tentang pelaksanaan pembelajaran oleh guru dianalisis dengan
menggunakan teknik deskripsi melalui prosentase. Adapun rumus yang
digunakan adalah :
Prosentase (%) = %100N
n ×
Keterangan:
n : skor yang diperoleh siswa yangb diteliti
N : jumlah skor maksimum
Page 69
Misalkan kriteria penilaian lembar observasi aktifitas guru dalam (%)
adalah x, maka:
x <60% : kinerja guru kurang baik
60% 70%x <≤ : kinerja guru cukup baik
70% 80%x <≤ : kinerja guru baik
x ≥80% : kinerja guru sangat baik
4. Angket
Untuk mengetahui seberapa besar tanggapan siswa dalam
pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran Mind
Mapping dengan metode partisipatori lembar angket dengan kriteria
penilaian sebagai berikut :
Jawaban SS ( sangat setuju ) : skor 4
Jawaban S ( setuju ) : skor 3
Jawaban TS ( tidak setuju ) : skor 2
Jawaban STS ( sangat tidak setuju ) :skor 1
Kriteria penilaian tanggapan siswa dalam model pembelajaran
Mind Mapping dengan metode partisipatori adalah :
81% - 100% : tanggapan belajar siswa tinggi
71% - 80% : tanggapan belajar siswa sedang
61% - 70% : tanggapan belajar siswa cukup
< 60% : tanggapan belajar siswa rendah
H. Indikator Keberhasilan
Page 70
1. Kinerja guru dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
mencapai prosentase minimal 70% dengan kategori baik.
2. Keaktifan dan kerjasama siswa dalam proses pembelajaran mencapai
prosesntase minimal 76% dengan kategori tinggi.
3. Kemampuan kognitif siswa dalam memecahkan masalah mencapai
ketuntasan belajar individu dengan nilai minimal 65, sedangkan
ketuntasan klasikal mencapai minimal 75% dari seluruh jumlah siswa
dikelas tersebut.
Page 71
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan Penelitian
Sebelum penelitian dilakukan terlebih dahulu peneliti melakukan
persiapan yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian, yaitu:
1. Melakukan observasi awal untuk mengidentifikasi masalah melalui
wawancara dengan guru bidang studi matematika yang dilaksanakan pada
bulan Juni 2010.
2. Peneliti meminta persetujuan kepada kepala SMK Teuku Umar Semarang
untuk mengadakan penelitian.
3. Menentukan kelas XI AP2 yang dipilih sebagai subyek penelitian.
4. Mencatat daftar nama siswa kelas XI AP2 semester I SMK Teuku Umar
Semarang tahun ajaran 2010/ 2011 (lampiran 2).
5. Menentukan materi pelajaran yaitu barisan dan deret aritmatika serta
menyusun perangkat tes yang diperlukan dalam pembelajaran materi
tersebut.
6. Mengkomunikasikan model pembelajaran yang digunakan yaitu model
pembelajaran Mind Mapping dengan metode partisipatori.
7. Melakukan pengujian instrumen penelitian untuk menghasilkan soal tes
yang baik.
Page 72
B. Hasil Uji Instrumen
Pelaksanaan uji coba instrumen dilaksanakan di kelas XI AP1 SMK
Teuku Umar Semarang tahun ajaran 2010/ 2011 yang berjumlah 34 siswa dari
jumlah seluruh siswal 35 yaitu 1 siswa tidak masuk karena sakit. Daftar nama
siswa uji coba dapat dilihat pada lampiran 1. Adapun nilai uji coba
dilampirkan pada lampiran 31 dan 34. Data hasil uji coba dianalisis untuk
mengetahui validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya beda soal tersebut
(lampiran 32 dan lampiran 35).
1. Hasil Uji Instrumen Siklus I
a. Analisis Validitas
Analisis validitas dilakukan untuk mengetahui apakah soal
yang disusun termasuk kategori soal yang valid atau termasuk soal
yang tidak valid. Penghitungan untuk uji validitas adalah sebagai
berikut:
( )( ) ( )( ){ }2222 YYNXXN
Y)X)((XYN
∑−∑∑−∑
∑∑−∑=xyr
Contoh penghitungan untuk butir soal nomor 1:
N = 34 Y∑ = 510
X∑ = 113 2Y∑ = 8208
2X∑ = 419 ( )2Y∑ = 313600
( )2X∑ = 12769 XY∑ = 260100
Page 73
( )( ) ( )( )( ) ( ){ }( ) ( ){ }
{ }{ }
( )( )
103,028021644
544
189721477
544
261002790721276914246
5763058174
510)8208(34113)419(34
51011317113422
=
=
=
−−−=
−−
−=xyr
Koefisien validitas untuk item nomor 1 adalah 0,103. Dari tabel
product moment untuk N = 34 diperoleh =tabelr 0,339 sehingga harga
rhitung<rtabel yaitu 0,103<0,339, maka dikatakan bahwa item nomor 1
invalid. Berdasarkan perhitungan pada lampiran 32 dapat dikatakan
bahwa:
1). Item nomor 2 valid dengan =hitungr 0,527.
2). Item nomor 3 valid dengan =hitungr 0,816.
3). Item nomor 4 valid dengan =hitungr 0,884.
4). Item nomor 5 valid dengan =hitungr 0,509.
b. Analisis Reliabilitas
Analisis reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah soal
yang disusun dapat memberikan hasil yang tetap. Artinya apabila soal
tersebut dikenakan pada sejumlah subyek yang sama tetapi lain waktu
maka hasil yang diperoleh akan relatif tetap atau sama.
Untuk mencari reliabilitas butir soal tes uraian, maka rumus
yang digunakan adalah rumus alpha yaitu sebagai berikut:
Page 74
∑−
−=
2
2
11 11
t
i
n
nr
σσ
1). Varians skor tiap item
( )
NN
XX
22
2
∑−∑=iσ
Dari lampiran diperoleh:
N = 34 ( )21X∑ = 12769
21X∑ = 419 ( )2
2X∑ = 8100
22X∑ = 286 ( )2
3X∑ = 10404
23X∑ = 374 ( )2
4X∑ = 10609
24X∑ = 415 ( )2
5X∑ = 10404
25X∑ = 356
Contoh perhitungannya:
316,134
744,44
34
559,375419
3434
12769419
21 ==−=
−=σ
447,134
198,49
34
235,238286
3434
8100286
22 ==−=
−=σ
061,234
074,70
34
306374
3434
10404374
23 ==−=
−=σ
120,334
08,106
34
029,312415
3434
10609415
24 ==−=
−=σ
Page 75
515,134
51,51
34
306356
3434
10404356
25 ==−=
−=σ
Nilai varians gabungan:
25
24
23
22
21
2 σσσσσσ ++++=∑ i
= 1,316+1,447+2,061+3,120+1,515
= 9,460
2). Varians total
( )
( )
906,61 34
574,906
34
7650-8208
3434
260100-8208
3434
5108208
NN
YY
2
22
2
=
=
=
=
−=
∑−∑=tσ
Maka reliabilitas soal tersebut adalah:
( )
( )( )641,0
429,01,25
571,014
5
909,16
660,91
1-5
5
11 2
2
11
==
−
=
−
=
−
−= ∑
t
i
n
nr
σσ
Page 76
Dari perhitungan diperoleh harga hitungr = 0,641. Karena hitungr
terletak dalam interval 0,60 – 0,80 maka berdasarkan kriteria
penafsiran reliabilitas dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut
reliabel dengan kategori tinggi.
c. Analisis tingkat kesukaran
Analisis tingkat kesukaran dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui keseimbangan soal yang disusun. Rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut:
%100N
FP ×=
Contoh perhitungan untuk butir soal nomor 1:
%470,62
%10034
9
%100N
FP1
=
×=
×=
Untuk butir nomor 1 diperoleh P = 26,470%, sehingga butir
nomor 1 masuk dalam kriteria mudah. Setelah dilakukan perhitungan
dapat dikategorikan bahwa butir soal nomor 2 - 5 masuk dalam kriteria
sedang.
d. Analisis daya pembeda
Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui
kemampuan soal dalam membedakan siswa yang memiliki
kemampuan tinggi dan siswa yang mempunyai kemampuan rendah.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Page 77
( )1nn
XX
MLMH
ii
22
21
−∑+∑
−=t
Contoh perhitungan untuk butir soal nomor 1:
MH = 4,100 2
1X∑ = 8,900
ML = 3,600 2
2X∑ = 5,160
in = 10
( )
265,1
0,1562
0,5
90
06,14
5,0
11010
160,5900,8
600,3100,4
=
=
=
−+
−=t
Dengan taraf signifikan 5% dan )1n()1(ndk 21 −+−= = (17-
1)+(17-1) = 32, diperoleh tabelt = 1,70. Hasil perhitungan thitung< ttabel
yaitu 1,265<1,70 maka dapat disimpulkan bahwa soal nomor 1
tersebut memiliki daya pembeda yang tidak signifikan. Berdasarkan
perhitungan pada lampiran 32 dapat disimpulkan bahwa:
1). Item nomor 2 signifikan dengan hitungt = 1,855
2). Item nomor 3 signifikan dengan hitungt = 8,491
3). Item nomor 4 signifikan dengan hitungt = 15,571
4). Item nomor 5 signifikan dengan hitungt = 4,204
Page 78
Hasil analisis validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya
pembeda yang diperoleh digunakan untuk menyeleksi item tes uji coba.
Hasil seleksi merupakan item tes yang baik. Setelah diadakan pemilihan
item maka soal nomor 2-5 dapat digunakan dalam pengujian penelitian
siklus I yang memuat butir soal 2, 3, 4 dan 5.
2. Hasil Uji Instrumen Siklus II
a. Analisis Validitas
Analisis validitas dilakukan untuk mengetahui apakah soal
yang disusun termasuk kategori soal yang valid atau termasuk soal
yang tidak valid. Penghitungan untuk uji validitas adalah sebagai
berikut:
( )( ) ( )( ){ }2222 YYNXXN
Y)X)((XYN
∑−∑∑−∑
∑∑−∑=xyr
Contoh penghitungan untuk butir soal nomor 1:
N = 34 Y∑ = 487
X∑ = 126 2Y∑ = 7477
2X∑ = 498 ( )2Y∑ = 237169
( )2X∑ = 1587 XY∑ = 1835
Page 79
( )( ) ( )( )( ) ( ){ }( ) ( ){ }
{ }{ }
( )( )
242,018003744
1028
170491056
1028
2371692542181587616932
6136262390
487)7477(34126)498(34
48712618353422
=
=
=
−−−=
−−
−=xyr
Koefisien validitas item nomor 1 adalah 0,242. Dari tabel
product moment untuk N = 34 diperoleh =tabelr 0,339 sehingga harga
rhitung < rtabel yaitu 0,242<0,339 maka dikatakan bahwa item nomor 1
invalid. Berdasarkan perhitungan pada lampiran 35 dapat dikatakan
bahwa:
1). Item nomor 2 valid dengan =hitungr 0,750.
2). Item nomor 3 valid dengan =hitungr 0,640.
3). Item nomor 4 valid dengan =hitungr 0,848.
4). Item nomor 5 valid dengan =hitungr 0,464.
b. Analisis Reliabilitas
Analisis reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah soal
yang disusun dapat memberikan hasil yang tetap. Artinya apabila soal
tersebut dikenakan pada sejumlah subyek yang sama tetapi lain waktu
maka hasil yang diperoleh akan relatif tetap atau sama.
Page 80
Untuk mencari reliabilitas butir soal tes uraian, maka rumus
yang digunakan adalah rumus alpha yaitu sebagai berikut:
−
−= ∑
2
2
11 11
t
i
n
nr
σσ
1). Varians skor tiap item
( )
NN
XX
2
2
2∑
∑−=iσ
Dari lampiran diperoleh:
N = 34 ( )21X∑ = 15876
21X∑ = 498 ( )2
2X∑ = 8936
22X∑ = 326 ( )2
3X∑ = 9216
23X∑ = 314 ( )2
4X∑ = 10609
24X∑ = 391 ( )2
5X∑ = 4624
25X∑ = 184
Contoh perhitungannya:
941,034
994,31
34
941,466498
3434
15876498
21 ==−=
−=σ
004,234
136,68
34
882,259326
3434
8936326
22 ==−=
−=σ
301,134
234,44
34
059,271314
3434
9216314
23 ==−=
−=σ
Page 81
393,234
362,81
34
029,312391
3434
10609391
24 ==−=
−=σ
455,134
47,49
34
53,134184
3434
4624184
25 ==−=
−=σ
Nilai varians gabungan:
25
24
23
22
21
2 σσσσσσ ++++=∑ i
= 550,941+2,004+1,301+2,393+1,4
= 11,7178
2). Varians total
( )
( )
15,95 34
516,63
34
6975,559-7477
3434
237169-7477
3434
4877477
NN
YY
2
2
2
2
=
=
=
=
−=
−=∑
∑
tσ
Maka reliabilitas sosal tersebut adalah:
Page 82
( )
( )( )680,0
467,01,25
533,014
5
195,15
094,81
1-5
5
11 2
2
11
==
−
=
−
=
−
−= ∑
t
i
n
nr
σσ
Dari perhitungan diperoleh harga hitungr = 0,680. Karena
Setelah hitungr terletak dalam interval 0,60 – 0,80 maka berdasarkan
kriteria penafsiran reliabilitas dapat disimpulkan bahwa instrumen
tersebut reliabel dengan kategori tinggi.
c. Analisis tingkat kesukaran
Analisis tingkat kesukaran dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui keseimbangan soal yang disusun. Rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut:
%100N
FP ×=
Contoh perhitungan untuk butir soal nomor 1:
%823,8
%10034
3
%100N
FP1
=
×=
×=
Untuk butir nomor 1 diperoleh P = 8,823%, sehingga butir
nomor satu masuk dalam kriteria mudah. Setelah dilakukan
Page 83
perhitungan dapat dikategorikan bahwa nomor butir soal 2-5 masuk
dalam kriteria sedang.
d. Analisis daya pembeda
Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui
kemampuan soal dalam membedakan siswa yang memiliki
kemampuan tinggi dan siswa yang mempunyai kemampuan rendah.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
( )1nn
XX
MLMH
ii
22
21
−∑+∑
−=t
Contoh perhitungan untuk soal nomor 1:
MH = 4,200 2
1X∑ = 7,600
ML = 3,900 2
1X∑ = 4,060
in = 10
( )
833,0
129,0
3,0
90
66,11
3,0
11010
060.4600.7
900,3200,4
=
=
=
−+−=t
Dengan taraf signifikan 5% dan )1n()1(ndk 21 −+−= = (17-
1)+(17-1) = 32, diperoleh tabelt = 1,70. Hasil perhitungan thitung < ttabel
Page 84
yaitu 0,833< 1,70 maka dapat disimpulkan bahwa soal tersebut
memiliki daya pembeda yang tidak signifikan. Berdasarkan
perhitungan pada lampiran 35 dapat disimpulkan bahwa:
1). Item nomor 2 signifikan dengan hitungt = 6,563
2). Item nomor 3 signifikan dengan hitungt = 6,166
3). Item nomor 4 signifikan dengan hitungt = 12,677
4). Item nomor 5 signifikan dengan hitungt = 2,014
Hasil analisis validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya
pembeda yang diperoleh digunakan untuk menyeleksi item tes uji coba.
Hasil seleksi merupakan item tes yang baik. Setelah diadakan pemilihan
item maka soal nomor 2-5 dapat digunakan dalam pengujian penelitian
yang memuat butir soal 2, 3, 4 dan 5.
C. Hasil Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas XI AP2 SMK
Teuku Umar tahun ajaran 2010/2011 pada tanggal 23 sampai dengan 28
Agustus 2010. Setelah segala persiapan dilakukan maka langkah selanjutnya
adalah melaksanakan penelitian. Penelitian ini dirancang dalam dua siklus dan
tiap siklus terdiri atas tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan,
pengamatan, dan refleksi.
Adapan tahapan tiap siklus adalah sebagai berikut:
1. Siklus I
Page 85
Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan tanggal 23-24 Agustus
2010. Tahapan pada siklus I diuraikan sebagai berikut:
a. Perencanaan
1). Menyiapkan pembelajaran Mind Mapping dengan metode
Partisipatori pada materi barisan aritmatika dengan membuat rencana
pembelajaran siklus I (lampiran 8 dan lampiran 9), uji kompetensi
siklus I (lampiran 13)
2). Menyusun lembar diskusi siswa (lampiran 10), lembar observasi
kinerja guru (lampiran 22), lembar observasi keaktifan siswa
(lampiran 25) dan lembar observasi kerjasama siswa (lampiran 28).
3). Membentuk kelompok-kelompok dengan memperhatikan
keseimbangan antar kelompok. Masing-masing kelompok terdiri
dari 4-5 siswa (lampiran 3).
b. Pelaksanaan
1). Pertemuan pertama
a). Guru menyiapkan materi, sekaligus menyampaikan
kompetensikompetensi yang ingin dicapai oleh siswa.
b). Guru mengemukakan konsep atau permasalahan yang
mempunyai alternatif jawaban yang akan ditanggapi oleh
siswa.
c). Guru membentuk kelompok yang anggotanya 4-5 0rang.
Page 86
d). Tiap kelompok menginventarisasi atau mencatat alternatif
jawaban hasil didkusi dan membaca hasil diskusi.
e). Guru mencatat hasil diskusi dipapan dan mengelompokkan
sesuai dengan kebutuhannya.
f). Dari data-data dipapan siswa diminta membuat kesimpulan dan
guru memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan
g). Memberikan tugas rumah kepada siswa untuk dibahas pada
pertemuan selanjutnya.
2). Pertemuan kedua
a). Meminta beberapa siswa untuk mempresentasikan hasil tugas
dan siswa yang lain menanggapi.
b). Memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami
kesulitan.
c). Memberikan bimbingan kepada siswa untuk membuat
kesimpulan dari materi baru saja dipelajari.
d). Memberikan soal uji kompetensi I (tanggal 25 Agustus 2010).
e). Memberikan tugas rumah kepada siswa.
c. Pengamatan
Hasil pengamatan pada siklus I adalah sebagai berikut:
1). Hasil pengamatan kinerja guru
Hasil pengamatan kinerja guru pada siklus I menunjukkan
bahwa dari 14 indikator penilaian kinerja guru diperoleh skor total
41 dengan prosentase ketercapaian mencapai 73,214%. Sesuai
Page 87
dengan kriteria penilaian guru, hasil yang diperoleh sudah baik.
Analisis hasil pengamatan kinerja guru pada pelaksanaan tindakan
siklus I dapat dilihat pada lampiran 23.
2). Hasil pengamatan keaktifan siswa.
Keaktifan siswa dalam bertanya, menjawab dan
berpendapat memperoleh skor total 297 dengan prosentase
72,79%, sehingga keaktifan siswa pada siklus I dikategorikan
sedang. Perhitungan selengkapnya bisa dilihat pada lampiran 26.
3). Hasil pengamatan kerjasama siswa
Kerjasama siswa dalam berpartisipasi saat diskusi
kelompok, saling membantu dalam kelompok dan mengemukakan
pendapat saat diskusi kelompok memperoleh skor total 288 dengan
prosentase 70,59%, maka kerjasama siswa dalam siklus I
dikategorikan sedang. Perhitungan selengkapnya bisa dilihat pada
lampiran 29.
4). Hasil penilaian uji kompetensi I
Analisis hasil uji kompetensi I dapat dilihat pada lampiran
37. Pada hasil analisis siklus I dari 34 siswa yang mengikuti tes
siklus I, diperoleh hasil bahwa jumlah siswa yang tuntas belajar
sebanyak 22 siswa dan yang tidak tuntas belajar sebanyak 12
siswa. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh adalah 71,91 dengan
prosentase ketuntasan belajar klasikal 64,706%. Karena prosentase
Page 88
ketuntasan belajar klasikal kurang dari 75% yang merupakan
indikator keberhasilan maka dikatakan belum tuntas belajar.
d. Refleksi
Dari seluruh rangkaian pembelajaran siklus I dengan hasil yang
telah disebutkan diatas, selanjutnya dilakukan refleksi terhadap
keseluruhan aktifitas pada siklus I.
Page 89
1). Pengamatan kinerja guru
Pada siklus I kinerja guru dalam kegiatan pembelajaran
matematika dikelas menggunakan model pembelajaran Mind
Mapping dengan metode partisipatori belum maksimal. Hal ini
dapat dilihat pada lampiran 23 masih ada beberapa aspek penilaian
kinerja guru yang masih masuk dalam kriteria cukup misalnya
pada penguasaan dan pelaksanaan pembelajaran dengan model
pembelajaran Mind Mapping dengan metode partisipatori serta
dalam menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa. karena itu
masih perlu diadakan peningkatan pada saat pelaksanaan siklus II
dengan cara meningkatkan kinerja guru pada aspek-aspek yang
masih kurang serta lebih memaksimalkan lagi aspek-aspek yang
sudah baik. Diantaranya guru dianjurkan untuk lebih meningkatkan
lagi terhadap penguasaan model pembelajaran Mind Mapping
dengan metode partisipatori dalam melaksanakan pembelajaran
dikelas, serta berusaha menciptakan kegiatan pembelajaran yang
menarik dan menyenangkan sehingga mampu meningkatkan
antusiasme siswa.
2). Pengamatan keaktifan siswa
Dari hasil pengamatan terhadap keaktifan siswa mengajukan
pertanyaan, menjawab, dan mengemukakan pendapat secara
keseluruhan masih dalam kategori sedang(lampiran 26). Pada
siklus I masih banyak siswa malu dan canggung dalam bertanya
Page 90
maupun dalam mengemukakan pendapat sehingga pada siklus II
masih perlu diperbaiki lagi, yaitu dengan cara guru harus
meningkatkan kinerjanya. Diantaranya memberikan kesempatan
kepada siswa dalam mengungkapkan gagasannya sendiri dan
memotifasi siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Selain itu juga harus dibangun hubungan yang lebih dekat antara
guru dengan siswa sehingga siswa tidak malu dan lebih percaya
diri dalam mengeluarkan pandapatnya.
3). Pengamatan kerjasama siswa
Dari hasil pengamatan terhadap kerjasama siswa dalam
berpartisipasi saat diskusi kelompok, saling membantu dalam
kelompok serta berpendapat saat diskusi kelompok secara
keseluruhan belum maksimal karena masih dalam kategori sedang
(lampiran 29). Hal ini dikarenakan masih banyak siswa
mengganggu teman yang lain dalam berdiskusi. Pada siklus II guru
harus mendorong siswa untuk lebih kompak lagi dalam berdiskusi.
Dengan demikian diharapkan kerjasama siswa menjadi lebih
maksimal sehingga kegiatan diskusi bisa berjalan lebih efektif.
4). Hasil penilaian uji kompetensi I
Pada siklus I analisis hasil uji kompetensi terhadap
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah belum dinyatakan
Page 91
tuntas atau berhasil. Hal ini dapat dilihat pada lampiran 37. Pada hasil
analisis uji kompetensi siklus I, diperoleh hasil bahwa jumlah
siswa yang tuntas belajar sebanyak 22 siswa dan yang tidak tuntas
belajar sebanyak 12 siswa. Rata-rata nilai kelas yang diperoleh adalah
71,91 dengan prosentase ketuntasan belajar klasikal 64,704%. Karena
ketuntasan belajar klasikal 65,625% maka belum dikatakan tuntas,
karena kurang dari 75% yang merupakan tolak ukur keberhasilan.
Guru harus memperbaiki kinerjanya agar siswa yang tidak
tuntas belajar dapat meningkatkan prestasinnya dengan lebih
memperhatikan penjelasan guru di kelas. Selain itu siswa tersebut juga
harus mendapat perhatian lebih dari guru agar guru dapat mengatasi
kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa.
Secara garis besar, pelaksanaan pada siklus I belum berhasil.
Hal ini dapat dilihat dari data-data diatas yang menunjukkan bahwa
kriterianya belum menunjukkan indikator keberhasilan. Peneliti dan
guru saling bertukar pendapat, supaya pada siklus II nantinya dapat
lebih baik dalam proses dan hasil belajar dibanding dengan siklus I.
Selain itu, agar tercapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan ,
hasil analisis dari siklus I akan menjadi patokan dasar dalam
merancang siklus II.
2. Siklus II
Page 92
Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan tanggal 26-
27 Agustus 2010. Tahapan pada siklus II diuraikan sebagai berikut.
a. Perencanaan
1). Menyiapkan pembelajaran Mind Mapping dengan metode
Partisipatori pada materi deret aritmatika dengan membuat rancana
pembelajaran siklus I (lampiran 8 dan lampiran 9), uji kompetensi
siklus I (lampiran 13)
2). Menyusun lembar diskusi siswa (lampiran 10), lembar observasi
kinerja guru (lampiran 22), lembar observasi keaktifan siswa
(lampiran 25) dan lembar observasi kerjasama siswa (lampiran 28).
3). Membentuk kelompok-kelompok dengan memperhatikan
keseimbangan antar kelompok. Masing-masing kelompok terdiri
dari 4-5 siswa (lampiran 3).
b. Pelaksanaan
1). Pertemuan pertama
a). Guru dan siswa meninjau ulang pelajaran pada pertemuan
sebelumnya.
b). Guru menyiapkan materi, sekaligus menyampaikan
kompetensikompetensi yang ingin dicapai oleh siswa.
c). Guru mengemukakan konsep atau permasalahan yang
mempunyai alternatif jawaban yang akan ditanggapi oleh
siswa.
Page 93
d). Guru membentuk kelompok yang anggotanya 4-5 0rang.
e). Tiap kelompok menginventarisasi atau mencatat alternatif
jawaban hasil didkusi dan membaca hasil diskusi.
f). Guru mencatat hasil diskusi dipapan dan mengelompokkan
sesuai dengan kebutuhannya.
g). Dari data-data dipapan siswa diminta membuat kesimpulan dan
guru memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan.
h). Memberikan tugas rumah kepada siswa untuk dibahas pada
pertemuan berikutnya.
2). Pertemuan kedua
a). Meminta beberapa siswa untuk mempresentasikan hasil tugas
dan siswa yang lain menanggapi.
b). Memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami
kesulitan.
c). memberikan bimbingan kepada siswa untuk membuat
kesimpulan dari materi yang baru saja dipelajari.
d). Memberikan soal tes siklus II (tanggal 28 Agustus 2010).
e). Memberikan angket tanggapan siswa (tanggal 28 Agustus
2010).
f). Memberikan tugas rumah kepada siswa.
c. Pengamatan
Hasil pengamatan pada siklus II adalah sebagai berikut:
1). Pengamatan kinerja guru
Page 94
pada lampiran 24, dari 14 indikator penilaian kinerja guru
diperoleh skor 52 dengan prosentase ketercapaian 92,86%, maka
kinerja guru pada siklus II dalam kategori sangat baik.
2). Pengamatan keaktifan siswa
Keaktifan siswa dalam bertanya, menjawab dan
berpendapat memperoleh skor total 330 dengan prosentase rata-
rata sebesar 80,88%, maka keaktifan siswa dalam kategori tinggi.
Perhitungan selengkapnya bisa dilihat pada lampiran 27.
3). Pengamatan kerjasama siswa
Kerjasama siswa dalam berpartisipasi saat diskusi
kelompok, saling membantu dalam kelompok, dan mengemukakan
pendapat dalam kelompok memperoleh skor total 339 dengan
prosentase rata-rata 83,09%, maka kerjasama siswa dalam kategori
tinggi. Perhitungan selengkapnya bisa dilihat pada lampiran 30.
4). Hasil penilaian uji kompetensi II
Analisis hasil penilaian uji kompetensi II dapat dilihat pada
lampiran 38. Pada hasil analisis uji kompetensi siklus II, diperoleh
bahwa jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 30 siswa dan
yang tidak tuntas belajar 4 siswa. Rata-rata nilai kelas yang
diperoleh adalah 78,09 dengan prosentase ketuntasan belajar
klasikal 88,235%. Dengan demikian telah dinyatakan tuntas
belajar, karena telah lebih dari 75% yang merupakan indikator
keberhasilan.
Page 95
5). Dari analisis angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran
matematika yang menggunakan model pembelajaran Mind
Mapping dengan metode Partisipatori, 2 siswa mempunyai
minat cukup, 5 siswa mempunyai minat sedang dan 27 siswa
mempunyai minat tinggi. Hasil selengkapnya bisa dilihat pada
lampiran 40.
d. Refleksi
Sebagaimana pada siklus I, maka setelah melaksanakan
pengamatan atas pembelajaran dikelas, selanjutnya akan dilakukan
refleksi terhadap segala tindakan yang telah dilakukan pada siklus II.
Dalam kegiatan siklus II, didapat hasil refleksi sebagai berikut:
1). Pengamatan kinerja guru
Pada siklus II kinerja guru dalam kegiatan pembelajaran
matematika dikelas dengan menggunakan model pembelajaran
Mind Mapping dengan metode Partisipatori telah berjalan dengan
baik. Hal ini dapat dilihat pada lampiran 24. Pada siklus II
prosentase kinerja guru dalam pembelajaran matematika dengan
menggunakan model pembelajaran Mind Mapping dengan metode
Partisipatori mengalami peningkatan yang semula hanya 73,214%
menjadi 92,86%. Hal ini disebabkan karena pada siklus II guru
mampu meningkatkan kinerjanya pada aspek-aspek yang pada
siklus I masih belum dikuasai secara maksimal. Hal ini berarti
Page 96
kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran Mind Mapping dengan metode
Partisipatori telah sesuai dengan kriteria yang diharapkan.
2). Pengamatan keaktifan siswa
Pengamatan keaktifan siswa dalam bertanya, menjawab,
dan berpendapat mengalami peningkatan pada siklus II. Pada
siklus I prosentasenya 72,79% dan pada siklus II prosentasenya
menjadi 80,88%. Jadi prosentase keaktifan siswa dalam bertanya,
menjawab, dan berpendapat pada siklus II telah mencapai kriteria
yang diharapkan (lampiran 27). Pada siklus II siswa sudah tidak
canggung dan malu lagi dalam bertanya, menjawab, maupun
mengeluarkan pendapat sehingga yang aktif bartanya, menjawab,
maupun berpendapat lebih banyak dibandingan dengan siklus I.
Kualitas jawaban siswa dalam menjawab pertanyaan juga lebih
baik.
3). Pengamatan kerjasama siswa
Pengamatan kerjasama siswa dalam bertanya, menjawab,
dan berpendapat mengalami peningkatan pada siklus II. Kerjasama
siswa dalam berpartisipasi saat diskusi kelompok, saling
membantu dalam kelompok, dan mengemukakan pendapat saat
diskusi kelompok pada siklus I prosentasenya 70,59%, pada siklus
II menjadi 83,09%. Jadi prosentase kerjasama siswa pada siklus II
Page 97
telah mencapai kriteria yang diharapkan (lampiran 30). Pada siklus
II siswa lebih kompak dalam berdiskusi bila dibandingkan dengan
siklus I.
Page 98
4). Hasil uji kompetensi siklus II
Pada siklus II analisis hasil uji kompetensi II telah
dinyatakan tuntas atau berhasil. Hal ini dapat dilihat pada lampiran
38. Pada hasil analisis siklus II mengalami peningkatan meskipun
masih terdapat siswa yang belum tuntas belajar. Pada siklus I dari
34 siswa diperoleh hasil bahwa siswa yang tuntas belajar sebanyak
22 siswa dan yang tidak tuntas belajar sebanyak 12 siswa,
sedangkan pada siklus II jumlah siswa yang tuntas belajar
sebanyak 30 siswa dan yang tidak tuntas belajar 4 siswa. Rata-rata
nilai yang diperoleh pada siklus I adalah 71,91 dengan prosentase
ketuntasan belajar klasikal 64,706% pada siklus II meningkat
menjadi 78,09 dengan prosentase ketuntasan belajar klasikal
88,235%. Karena hasil prosentase ketuntasan belajar klasikal pada
siklus II mencapai 88,23% maka telah dinyatakan tuntas, karena
lebih dari 75% yang merupakan indikator keberhasilan.
5). Hasil angket tanggapan siswa
Berdasarkan hasil angket dapat dikategorikan bahwa siswa
sangat berminat terhadap pembelajaran matematika dikelas
menggunakan model pembelajaran Mind Mapping dengan metode
partisipatori, hal ini terlihat dari sebagian besar siswa mempunyai
minat tinggi. Dari hasil analisis tanggapan siswa terhadap
pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran Mind
Mapping dengan metode partisipatori, 2 siswa mempunyai minat
Page 99
cukup, 5 siswa mempunyai minat sedang dan 27 siswa mempunyai
minat tinggi. Analisis hasil angket dapat dilihat pada lampiran 40.
Secara keseluruhan, pelaksanaan pembelajaran pada siklus II
telah berhasil. Hal ini dapat dilihat dari data-data yang telah diperoleh
diatas yang juga sudah mencapai indikator keberhasilan.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh ”penerapan model
pembelajaran Mind Mapping dengan metode partisipatori dapat meningkatkan
hasil belajar matematika sub pokok bahasan barisan dan deret aritmatika pada
siswa kelas XI AP2 semester I SMK Teuku Umar Semarang tahun ajaran
2010/ 2011”. Hasilnya ditunjukkan sebagai berikut:
1. Kinerja guru selama pembelajaran
Berdasarkan pengamatan kinerja guru siklus I dan siklus II, maka
diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 1. Penilaian lembar observasi kinerja guru (lampiran 23&24)
Kinerja guru Siklus I Siklus II
Skor total
Prosentase (%)
Kriteria
41
73,214
Baik
52
92,86
Sangat baik
Kinerja guru dalam pembelajaran pada materi pokok barisan dan
deret aritmatika mengalami peningkatan. Peningkatan yang terjadi sebesar
19,646%, yaitu dari 73,214% menjadi 92,86%. Dilihat kriterianya juga
Page 100
meningkat dari baik pada siklus I menjadi berkriteria sangat baik pada
siklus II. Dalam kegitatan pembelajaran guru sudah sangat baik
kinerjanya, karena materi yang disampaikan dapat dipahami siswa.
Ketrampilan guru dalam mengajar mendorong siswa untuk aktif dan
kreatif, menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan juga
sudah baik, sehingga kualitas belajar mengajar menjadi lebih baik.
2. Keaktifan siswa selama pembelajaran
Tabel 2. Penilaian lembar observasi keaktifan siswa (lampiran 26&27)
Keaktifan siswa Prosentase Siklus I Prosentase Siklus II
1. Bertanya
2. Menjawab
3. Berpendapat
70,59%
75,74%
72,06%
78,68%
84,56%
79,41%
Jumlah skor total 297 330
Prosentase rata-rata 72,79% 80,88%
Kriteria Sedang Tinggi
Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar mengalami
peningkatan dari siklus I yang hanya 72,79% menjadi 80,88% pada siklus
II. Dilihat kriteria juga mengalami kenaikan dari berkriteria sedang pada
siklus I menjadi berkriteria tinggi pada siklus II. Peningkatan ini
merupakan hal yang seharusnya terjadi, karena guru sudah berusaha
semaksimal mungkin memperbaiki pola mengajarnya berdasarkan
kekurangan yang terlihat pada siklus I. Perencanaan pembelajaran pada
Page 101
siklus II dilakukan secara lebih matang dan melalui tahap perbaikan
tindakan yang dapat diikuti oleh siswa.
3. Kerjasama siswa
Tabel 3. Penilaian lembar observasi kerjasama siswa (lampiran 29dan 30)
Kerjasama siswa Prosentase
Siklus I
Prosentase
Siklus II
1. Bertisipasi dalam diskusi kelompok
2. Saling membantu dalam kelompok
3. Berpendapat saat diskusi kelompok
73,53%
69,85%
68,38%
83,82%
80,88%
84,56%
Jumlah skor total 288 339
Prosentase rata-rata 70,59% 83,09%
Kriteria Sedang Tinggi
Kerjasama siswa selama proses belajar mengajar mengalami
peningkatan dari siklus I yang hanya 70,59% menjadi 83,09% pada siklus
II. Dilihat dari kriterianya juga meningkat dari berkriteria sedang pada
siklus I menjadi berkriteria tinggi pada siklus II. Peningkatan ini terjadi
karena sebagian besar siswa sudah ambil bagian dalam kegiatan diskusi,
sehingga kegiatan diskusi siswa menjadi lebih kompak.
4. Uji kompetensi
Tabel 4. Hasil Uji kompetensi (lampiran 37 dan 38)
Uji kompetensi Siklus I Siklus II
1. Siswa yang tuntas 22 30
Page 102
2. Siswa yang tidak tuntas
3. Nilai rata-rata kelas
4. Ketuntasan klasikal
12
71,91
64,706%
4
78,09
88,235%
Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah mengalami
peningkatan. Hal ini bisa dilihat dari tabel diatas bahwa nilai rata-rata total
mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Begitu juga untuk
ketuntasan belajar klasikal terjadi peningkatan, dari sebelumnya pada
siklus I ada 22 siswa atau 64,706% yang tuntas belajar menjadi 30 siswa
atau 88,235% pada siklus II.
Secara keseluruhan, hasil pelaksanaan siklus I, siklus II dan indikator
keberhasilannya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 5. Pelaksanaan siklus I dan siklus II
No Variabel Siklus I Siklus II Indikator
Keberhasilan Keterangan
1.
2.
3.
4.
Kinerja guru (lampiran
23&24)
Keaktifan Siswa
(lampiran 26&27)
Kerjasama siswa
(lampiran 29&30)
Tes uji kompetensi:
a. Nilai rata-rata kelas
73,214%
72,79%
70,59%
71,91
92,86%
80,88%
83,09%
78,09
≥ 70%
> 75%
> 75%
≥ 65
Tercapai
(sangat baik)
Tercapai
(Tinggi)
Tercapai
(Tinggi)
Tercapai
Page 103
b. Ketuntasan klasikal
(lampiran 37&38)
64,706% 88,235% ≥ 75% Tercapai
Berdasarkan hasil tes uji kompetensi siklus II diperoleh nilai rata-rata
78,09 dengan ketuntasan klasikal 88,235%. Hal ini berarti telah memenuhi
indikator keberhasilan. Keberhasilan ini didukung oleh kinerja guru sangat
baik (92,86%), keaktifan siswa tinggi (80,88%) dan kerjasama siswa tinggi
(83,09%). Oleh karena itu penelitian ini dianggap telah berhasil.
Berdasarkan pembahasan di atas penelitian tindakan kelas yang
menerapkan model pembelajaran Mind Mapping dengan metode partisipatori
dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang berupa kemampuan kognitif
siswa dalam memecahkan masalah dan kemampuan guru dalam mengajar,
sehingga aktifitas dan kerjasama siswa juga meningkat. Kemungkinaan hal ini
disebabkan karena siswa beranggapan bahwa model pembelajaran Mind
Mapping dengan metode partisipatori mampu mengaktifkan siswa, lebih
menyenangkan dari pada model pembelajaran yang lain dan lebih
mengembangkan kreatifitas serta pola pikir siswa, hal ini tampak dari analisis
angket siswa terhadap penerapan model pembelajaran Mind Mapping dengan
metode partisipatori.
Hasil penelitian ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh,
Budi Norma Setiawan yang menyimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran Mind Map dengan memasukkan unsur pembelajaran kooperatif
yang terletak pada sistem pembentukan kelompok yang heterogen dapat
Page 104
menjadikan pembelajaran lebih bermakna bagi siswa, karena siswa di beri
kebebasan untuk berpendapat, berfikir, mengemukakan gagasan, dan
mengembangkan materi yang dipelajari
(http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/manajemen/article/view/2576)
Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
M Dwiana yang menyimpulkan bahwa pemilihan model pembelajaran yang
cocok dengan materi pembelajaran, maka akan diperoleh suatu pembelajaran
yang efektif, sehingga tujuan pembelajaran yang direncanakan akan tercapai
dengan baik. Model merupakan suatu upaya, ataupun langkah-langkah
pendekatan untuk mencapai sesuatu tujuan secara optimal. Strategi
pembelajaran merupakan cara-cara yang dilakukan untuk menghasilkan
pembelajaran tersebut tercapai sesuai dengan pendekatan tujuan yang
direncanakan. Sehingga hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi
anak untuk memecahkan persoalan, berpikir kritis, dan melaksanakan
observasi serta menarik kesimpulan. Strategi pembelajaran yang dimaksud
adalah model pembelajaran mind mapping.
(http://www.linkpdf.com/download/dl/penggunaan-mind-map-untuk-
meningkatkan-prestasi-belajar-matematika-.pdf)
Page 105
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa melalui
penerapan model pembelajaran Mind Mapping dengan metode partisipatori
dapat meningkatkan hasil belajar matematika sub pokok bahasan barisan dan
deret aritmatika pada siswa kelas XI AP2 SMK Teuku Umar Semarang tahun
ajaran 2010/2011. Hal ini dapat ditunjukkan oleh:
1. Peningkatan kualitas mengajar guru yang semula mencapai 73,214%
menjadi 92,86%.
2. Peningkatan keaktifan siswa yang semula mencapai 72,79% menjadi
80,88%.
3. Peningkatan kerjasama siswa yang semula mencapai 70,59% menjadi
83,09%.
4. Peningkatan ketuntasan belajar siswa yang semula 22 siswa menjadi 30
siswa, nilai rata-rata 71,91 dengan prosentase ketuntasan belajar klasikal
64,706% menjadi nilai rata-rata 78,09 dengan prosentase ketuntasan
belajar klasikal 88,235%.
Page 106
B. Saran
Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan, saran
yang dapat dikemukakan peneliti adalah sebagai berikut:
1. Guru sebaiknya menerapkan model pembelajaran Mind Mapping dalam
pembelajaran matematika karena dapat digunakan sebagai alternatif dalam
meningkatkan percaya diri, keaktifan dan hasil belajar siswa.
2. Guru sebaiknya dalam mengajar berperan sebagai mediator yang penuh
dengan motivasi, lebih menekankan keterlibatan siswa secara penuh.
dengan berpartisipasi aktif, sehingga siswa dapat menemukan hasil
belajar.
3. Perlu adanya penelitian dan kajian lebih banyak tentang pembelajaran
dengan model pembelajaran Mind Mapping dengan metode partisipatori
sehingga dapat bermanfaat bagi peningkatan keaktifan dan hasil belajar
siswa.
Page 107
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1984. Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Angkasa.
Anni, Catharina tri. dkk. 2004. Psikologi Belajar. UPT UNNES Press. Arifin, Zaenal. 1991. Evaluasi Instruksiaonal Prinsip-Teknik-Prosedur.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta. Darsono, Max. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang
Press. Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Dwiana, M., 2009. Penerapan Model Pembelajaran Mind Mapping Sebagai
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika. http://www.linkpdf.com/download/dl/penggunaan-mind-map-untuk-meningkatkan-prestasi-belajar-matematika-.pdf diakses tanggal 17 desember 2010).
Heryadi,Dedi. 2007. Modul Matematika untuk SMK Kelas XI. Jakarta:
Yudhistira. Hudoyo, Herman. 1991. Strategi Belajar Matematika. Malang: IKIP Malang
Press.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Setiawan, Budi Norma. 2009. Implementasi Model Pembelajaran Mind Map
untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa. (http://karya -ilmiah.um.ac.id/index. php/manajemen/article/view/2576 diakses tanggal 17 desember 2010).
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Page 108
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Masmedia Buana Pustaka.
Suyitno, Amin. 2004. Dasar-Dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I.
Semarang: UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG Press