Top Banner
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO A BLOK 19 Disusun Oleh : Kelompok 10 Tutor : dr. Anita Anggota 1. Imam Hakiki 0410 1401007 2. Tri Hasnita 0410 1401019 3. Endy Prima Syaputra 0410 1401052 4. Ardianto 0410 1401032 5. Nurul Ramadhani Umareta 0410 1401057 6. Hadi Nugraha Mustafa 0410 1401033 7. Hasan Tindar Abdullah 0410 1401093
78

Skenario a Blok 19 Kelompok 10

Dec 21, 2015

Download

Documents

Skenario Blok Kegawatdaruratan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Skenario a Blok 19 Kelompok 10

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO A

BLOK 19

Disusun Oleh : Kelompok 10

Tutor : dr. Anita

Anggota

1. Imam Hakiki 0410 1401007

2. Tri Hasnita 0410 1401019

3. Endy Prima Syaputra 0410 1401052

4. Ardianto 0410 1401032

5. Nurul Ramadhani Umareta 0410 1401057

6. Hadi Nugraha Mustafa 0410 1401033

7. Hasan Tindar Abdullah 0410 1401093

8. Trissa Wulanda Putri 0410 1401058

9. Ayu Ratnasari 0410 1401097

10. Cinthya Faradiba 0410 1401099

11. Krypton Rakehalu K. 0410 1401122

12. Preetibah Ratenavelu 0410 1401136

13. Tetha Deliana Putri 04101401020

14. Gieza Ferrani 04101401034

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2013

Page 2: Skenario a Blok 19 Kelompok 10

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas ridho dan karunia-Nya laporan

tutorial skenario A ini dapat diselesaikan dengan baik.

Laporan ini betujuan untuk menjadi pemacu untuk lebih mendalami materi, serta

untuk memenuhi tugas tutorial yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di

Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.

Tak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyusunan laporan tugas tutorial ini.

Laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik pembaca

akan sangat bermanfaat bagi revisi yang senantiasa akan penyusun lakukan di kemudian

hari.

Penyusun

Page 3: Skenario a Blok 19 Kelompok 10

DAFTAR ISI

Kata Penghantar...................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang……………………………………….……………………………………4

Maksud dan Tujuan……………………………………………………………………….4

BAB II PEMBAHASAN

Skenario ...............................................................................................................................4

Klarifikasi Istilah .................................................................................................................4

Identifikasi Masalah.............................................................................................................6

Analisis Masalah .................................................................................................................7

Hipotesis .............................................................................................................................8

Kerangka Konsep ................................................................................................................9

BAB III SINTESIS

Sintesis ...............................................................................................................................10

Daftar Pustaka....................................................................................................................54

Page 4: Skenario a Blok 19 Kelompok 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Blok Kegawatdaruratan dan Emergensi adalah blok Kesembilan belas dari

Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas

Sriwijaya.

Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario A yang

memaparkan kasus mengenai Trauma Multiple disertai dengan Tension Pneumothoraks.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari materi tutorial ini, yaitu :

1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari system

pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.

2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario mengenai kasus

Multiple trauma dan tension pneumothorax dengan metode analisis dan

diskusi kelompok.

3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran

Page 5: Skenario a Blok 19 Kelompok 10

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial

Tutor : dr. Anita

Waktu : 3 dan 5 Juni 2013

Moderator : Trissa Wulanda P.

Sekretaris Meja : Nurul Ramadhani Umareta

Notulen : Tri Hasnita

Tata Tertib : 1. Alat komunikasi dinonaktifkan

2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat

3. Berbicara yang sopan dan penuh tatakrama.

Skenario

Dr.Madun dokter di puskesmas rawat inap yang terletak dipinggir jalan lintas Sumatera sekitar 40

km dari Palembang. Puskesmas dilengkapi pelayanan UGD dengan fasilitas yang lengkap.

Sekitar 100 meter dari puskesmas, terjadi kecelakaan lalu lintas,. Mobil kijang pick-up yang

melaju dengan kecepatan tinggi menabrak tiang listrik. Tiang listrik terlihat bengkok dan bagian

depan mobil hancur, kaca depan pecah. Sang sopir, satu-satunya penumpang mobil terlempar

keluar melalui kaca depan.

Dr.Madun yang mendengar tabrakan langsung pergi ke tempat kejadian dengan membawa

peralatan tatalaksana trauma seadanya. Di tempat kejadian, terlihat sang sopir, laki-laki 28 tahun,

tergeletak dan merintih, mengeluh dadanya sesak, nyeri di dada dan paha kanannya.

Melalui pemeriksaan sekilas, didapatkan gambaran :

- Pasien sadar tetapi terlihat bingung cemas, dan kesulitas bernafas.

- Tanda vital : laju respirasi 40 x/menit, Nadi 110 x/menit; lemah TD 90/50 mmHg

- Wajah dan bibir terlihat kebiruan

- Kulit pucat, dingin, berkeringat dingin

- GCS : 13 (E:3, M:6, V:4)

Setelah melakukan penanganan seadanya, Dr.Madun langsung membawa sang sopir ke

UGD.

Page 6: Skenario a Blok 19 Kelompok 10

Tambahan :

- Luka lecet di dahi dan pelipis kanan sebesar 2cm dan yang lainnya dalam batas normal.

- Thorax

1. Inspeksi : gerakan dinding dada asimetris; kanan tertinggal; frekuensi nafas 40

x/menit, tampak memar di dinding dada kanan.

Trakhea geser ke kiri, dan vena jugularis mengalami distensi

2. Auskultasi : bunyi nafas kanan melemah, bising nafas kiri terdengar jelas, bunyi

jantung terdengar jelas dan cepat

3. Palpasi : Nyeri tekan di dada kanan sampai ke samping, krepitasi pada iga kanan

depan 9,10,11

4. Perkusi : kiri sonor, kanan hipersonor

- Abdomen

1. Inspeksi : dinding perut datar

2. Auskultasi : normal

3. Palpasi : tidak ada nyeri tekan

- Ekstremitas

1. Inspeksi : tampak deformitas, ada memar, hematom pada paha kanan

2. Palpasi : nyeri tekan; ROM pasif : limitasi gerakan, aktif :limitasi gerakan

I. Klarifikasi Istilah

1. Puskesmas : Tempat pelayanan kesehatan masyarakat di tingkat kecamatan.

2. Fasilitas di UGD : :Fasilitas di tempat pelayanan pertama kali pada pasien gawat

darurat. Fasilitas lengkap biasanya terdapat peralalatan medis berupa: peralatan

operasi terbatas, peralatan obstetri patologis, peralatan resusitasi, peralatan

vasektomi dan tubektomi. Dan layanan laboratorium: pemeriksaan darah, urin,

dan fases, serta pemeriksaan gula darah, trombosit, widal test, dan sekret(TB)

3. Trauma : Luka atau cedera baik fisik maupun psikis.

4. Dada sesak : pernafasan yang sukar atau berat.

Page 7: Skenario a Blok 19 Kelompok 10

5. Nyeri di dada dan paha kanan : sensasi yang tidak menyenangkan akibat suatu

stimulus baik datang dari dalam atau luar pada dada dan paha kanan.

6. Bingung dan cemas : Gangguan orientasi terhadap waktu, tempat dan orang

kadang disertai ggguan kesadaran.

7. Pucat : Terjadi penurunan aliran darah dan oksigen.

8. Keringat dingin :

9. GCS : (Glasgow Coma Scale) : Skala yang digunakan untuk penilaian kesadaran,

dilihat dari respon mata, motorik dan verbal

II. Identifikasi Masalah

1. Kecelakaan lalu lintas mobil menabrak tiang listrik dengan benturan yang keras

sampai supir terlempar keluar kaca.

2. Di tempat kejadian, telrihat sang sopir, laki-laki 28 tahun, tergeletak dan merintih,

mengeluh dadanya sesak, nyeri di dada dan paha kanannya.

3. Hasil pemeriksaan sekilas :

- Pasien sadar.

- Tanda vital : laju respirasi 40 x/menit, Nadi 110 x/menit; lemah, TD 90/50

mmHg

- Wajah dan bibir terlihat kebiruan

- Kulit pucat, dingin, berkeringat dingin

- GCS : 13 (E:3, M:6, V:4)

III. Analisis Masalah

1. Kecelakaan lalu lintas mobil menabrak tiang listrik dengan benturan yang keras

sampai supir terlempar keluar kaca.

a. Apa saja jenis trauma dan trauma jenis apa yang mungkin terjadi pada supir

ini ?

Macam macam mekanisme trauma:

Tumpul (kulit, otot, tulang, visera)

Tajam (menembus jaringanà bocor)

Bakar ( mukosa luar dan dalam)

Ledakan (rongga udara pecah)

Page 8: Skenario a Blok 19 Kelompok 10

Pada Kasus ini terjadi trauma tumpul yaitu dengan mekanisme trauma

kompresi atau crush injury karena terjadi benturan pada dashboard/ aspal /

setir yang mengakibatkan kerusakan organ padat maupun organ berongga dan

terjadinya fraktur. Pada kasus ini terjadi fraktur kosta 9,10,11 serta femur,

adanya lecet di dahi dan pelipis dan tension pneumothorax.

b. Bagaimana mekanisme terjadinya trauma dan dampak nya?

• Mekanisme

trauma:

– Posisi saat kecelakaan: kursi pengemudi

– Posisi setelah kecelakaan: terlempar keluar, tergeletak di jalan

– Kerusakan bag. luar kendaraan: bag depan hancur, kaca depan pecah

– Kerusakan bag. dalam mobil: tidak di jelaskan

– Sabuk pengaman, jarak jatuh, ledakan dll: tidak di jelaskan

• Mobil kijang pick-up melaju kencangàmenabrak tiang listrik sampai

bengkokàbagian depan mobil hancur dan kaca depan pecahà sopir

terlempar keluarà multipel trauma(kemungkinan cedera seluruh tubuh)

2. Di tempat kejadian, terlihat sang sopir, laki-laki 28 tahun, tergeletak dan merintih,

mengeluh dadanya sesak, nyeri di dada dan paha kanannya.

a. Bagaimana etiologi dan mekanisme dada sesak ?

Trauma toraks → fraktur iga 9-11 → ujung iga yang fraktur masuk ke rongga

pleura → cedera intratorakal → cedera pleura visceral → udara masuk ke

Cedera Kepala

Thorax dan Abdomen

Ekstremitas bawah

Page 9: Skenario a Blok 19 Kelompok 10

rongga pleura → Tension pneumothorax → peningkatan tekanan intrapleural

→ inefektivitas ekspansi paru dan ventilasi → sesak napas

b. Bagaimana etiologi dan mekanisme nyeri di dada

Kecelakaan à fraktur costa IX, X, XI (costae dipersarafi n. intercostalis) à

merangsang nosiseptor à nyeri dada

Fraktur yang menyebabkan robeknya pleura parietalis yang sangat peka

terhadap rangsangan nyeri karena merupakan tempat dari ujung ujung saraf.

c. Bagaimana etiologi dan mekanisme nyeri paha kanan ?

Ketika patah tulang à kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum tulang

dan jaringan lunakà perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan sekitarnya

à hematom pada kanal medulla antara tepi tulang dibawah periosteum dan

jaringan tulang yang mengitari fraktur à respon inflamasi akibat sirkulasi

jaringan nekrotik ditandai dengan vasodilatasi dari plasma dan

leukositàHematom yang terbentuk bisa menyebabkan peningkatan tekanan

dalam sumsum tulang à merangsang pembebasan lemak dan gumpalan

lemak tersebut masuk kedalam pembuluh darah yang mensuplai organ-organ

yang lainàHematom menyebabkan dilatasi kapiler di otot, sehingga

meningkatkan tekanan kapilerà menstimulasi histamin pada otot yang

iskemik à protein plasma hilang dan masuk ke interstitialà edemaà

menekan ujung syaraf (n. femoralis)

d. Bagaimana tatalaksana awal di tempat kejadian ?

1. Cek kesadaran: Sapa,bila tidak respon beri rangsangan (menyubit)à

bingung, cemas. GCS: 13

2. Pemasangan cervical collar neck, imobilisasi bagian femur agar

mengurangi nyeri Sebelum penderita diangkut, pasang bidai untuk

mengurangi nyeri, mencegah bertambahnya, mencegah bertambahnya

kerusakan jaringan lunak dan makin buruknya kedudukan fraktur. Jika

tidak ada bidai, anggota gerak yang sakit dibebatkan ke anggota gerak

yang sehat. Pindahkan korban / pasien ke tempat yang aman.

Page 10: Skenario a Blok 19 Kelompok 10

3. Airway:

A. Gurgling: Buka mulut dengan cross finger, lihat orofaring, apakah

ada darah/ lendir yang menyumbat jalan nafas jika ada bersihkan/

suction à pada kasus bagusà merintih.

4. Breathing à Pada pemeriksaan ditemukan jejas, pergerakan paru

tertinggal / asimetris. Suara nafas hilang. Perkusi hipersonor.

Pergeseran mediastium.

A. Needle thorakosintesis:

Tentukan tempat masuknya di ICS 2 (angulus ludovici + linea

midklavikularis diatas iga3).

Hasil/ patokan: keluar udara, jarum mendesis, mediastinum

kembali ke garis tengah,bendungan vena hilang, RR kembali

normal <30/ mnt, dan tekanan darah menuju normal.

5. Sirkulasi

Lihat, apakah ada tanda tanda gangguan sirkulasi dari: akral, nadi, dan

tekanan darah.

6. Disability

Tentukan tingkat kesadaran memakai skor GCS/PTS

Nilai pupil : besarnya, isokor atau tidak, reflek cahaya dan awasi tanda-

tanda lateralisasi

Selanjutnya bisa langsung dibawa ke IGD di Puskesmas terdekat untuk

dilakukan pemberian cairan, chest tube, dan survey sekunder.

3. Hasil pemeriksaan sekilas :

- Pasien sadar.

- Tanda vital : laju respirasi 40 x/menit, Nadi 110 x/menit; lemah, TD 90/50

mmHg

- Wajah dan bibir terlihat kebiruan

- Kulit pucat, dingin, berkeringat dingin

Page 11: Skenario a Blok 19 Kelompok 10

- GCS : 13 (E:3, M:6, V:4)

a. Apa interpretasi dan bagaimana mekanisme dari hasil pemeriksaan sekilas

yang abnormal?

Keadaan korban Keadaan normal Interpretasi Mekanisme

sadar tapi terlihat

bingung, cemas

Sadar sepenuhnya Penurunan

kesadaran

(delirium)

Hipoksia à suplai O2 ke otak

berkurang à gangguan fungsi otak à

penurunan kesadaran à delirium

Kesulitan bernafas Gangguan

pernapasan

Kecelakaan lalu lintas à dada

menumbur setir à trauma tumpul

pada thorax udara dari dalam paru-

paru bocor ke rongga pleura à udara

tidak dapat keluar lagi dari rongga

pleura (one-way valve) à tekanan

intrapleural meningkat à paru-paru

kolaps à pertukaran udara tidak

adekuat à hipoksia à kesulitan

bernafas

RR: 40x/menit 16 – 24 x / menit Takipneu Hipoksia à meningkatkan usaha

pernafasan à laju respirasi meningkat

TD: 90/50 mmHg 120/80 mmHg Hipotensi Kecelakaan lalu lintas à dada

menumbur setir à trauma tumpul

pada thorax à udara dari dalam paru-

paru bocor ke rongga pleura à udara

tidak dapat keluar lagi dari rongga

pleura (one-way valve) à tekanan

intrapleural meningkat à mediastinum

terdorong ke arah yang berlawanan à

menekan aliran balik vena à output

jantung menurun à syok non

hemoragik à hipotensi

Nadi 110x/menit 60-100 x / menit Takikardia Cardiac output menurun à

kompensasi jantung à peningkatan

Page 12: Skenario a Blok 19 Kelompok 10

denyut jantung à takikardia

Wajah dan bibir

terlihat kebiruan

Tidak biru Sianosis Hipoksia à penurunan suplai O2 à

peningkatan kadar hemoglobin yang

tidak terikat dengan O2 à hemoglobin

tereduksi à diskolorisasi yang tampak

pada wajah dan bibir sebagai kebiruan

Kulit pucat, dingin,

dan berkeringat

dingin

Tidak pucat &

dingin

Kurang

perfusi O2 di

perifer

Hipoksia à penurunan perfusi O2 ke

jaringan perifer à kulit pucat, dingin,

berkeringat dingin.

4. Bagaimana interpretasi dan mekanisme dari luka lecet di dahi dan pelipis

kanan sebesar 2 cm ?

Keadaan korban Keadaan normal Interpretasi Mekanisme

Luka lecet di

dahi dan pelipis

kanan 2-4 cm

Tidak ada luka Terjadi perlukaan

pada bagian dahi

dan pelipis

Kecelakaanà

benturan (trauma)

kapitisà jaringan

kulit tergores à

luka lecet pelipis

dan dahi

5. Bagaimana anatomi thorax ? analisis

6. Bagaimana anatomi femur ?analisis

7. Bagaimana fisiologi pernafasan dan sirkulasi ?

Gas selalu mengalir dari tekanan yang lebih tinggi ke tekanan yang lebih rendah.

Udara luar atau atmosfer kita anggap tekanannya 0 (nol) cmH20. Pada akhir

ekspirasi tekanan di alveoli 0 cmH20. Pada inspirasi, dada mengembang,

menyebabkan tekanan di alveoli menjadi negatif, menyebabkan gas mengalir

dari udara luar ke alveoli.

Page 13: Skenario a Blok 19 Kelompok 10

Setelah udara masuk, maka akan terjadi difusi di alveoli, O2 mengalir dari

alveoli yang mempunyai tekanan bagian yang lebih tinggi dari tekanan bagian

O2 plasma darah kapiler paru sampai dicapai keseimbangan baru, dan demikian

sebaliknya dengan CO2.

Setelah berdifusi gas yang ada di darah diangkut oleh hemoglobin dalam sel

darah merah dan yang melarut di plasma ke seluruh tubuh untuk dipergunakan

oleh jaringan perifer.

8. Bagaimana interpretasi dan mekanisme hasil pemeriksaan pada thorax ?

Keadaan korban Keadaan normal Interpretasi Mekanisme

Inspeksi:

- Gerakan

dinding dada

asimetris,

kanan

tertinggal

- Tampak

memar

disekitar dada

kanan bawah

sampai ke

samping

Simetris

Tidak ada

memar

Ada gangguan

pertukaran O2 di

paru-paru

Adanya dilatasi

pembuluh darah,

karena benturan

Trauma dadaà fraktur

costae 9, 10, 11 à memar

disekitar dada kanan

bawah sampai samping

Dan tulang costae

menusuk pleura dan

parenkim paru à

fenomena “ one way

valve” à gangguan

ekspansi paru kananà

gerakan dinding dada

tidak simetris

Auskultasi

- Bunyi nafas

kanan

melemah,

bising nafas

kiri terdengar

Bunyi nafas kiri

dan kanan sama

Terjadi gangguan

ventilasi (penurunan

bunyi nafas pada

daerah trauma)

Fenomena “one way

valve” à↑ tekanan

intrapleuraà paru-paru

kanan kolepsàbising

kanan<kiri

Page 14: Skenario a Blok 19 Kelompok 10

jelas

- Bunyi jantung

terdengar jelas,

cepat,

frekuensi

110x/menit

Bunyi jantung

terdengar jelas,

sedang,

frekuensi 60-

100x/menit

Jantung berusaha

memompa keras,

takhikardia

Aliran darah ke jantung

tidak adekuatà jantung

berusaha memompa lebih

kuat dan cepat

Palpasi

- Nyeri tekan

pada dada

kanan bawah,

sampai ke

samping(lokasi

memar)

- Krepitasi pada

kosta 9,10,11

kanan depan

Tidak nyeri

tekan

Tidak ada

krepitasi

Frakture costae,

tanda trauma dada

Fraktur costae

Kecelakaan lalu lintas à

trauma tumpul pada toraks

à fraktur iga 9, 10, 11 à

krepitasi iga 9,10,11 Dan

tulang iga tersebut

menusuk pleura dan

parenkim paru à menekan

saraf-saraf parietal à

nyeri.

Perkusi

- Kanan

hipersonor, kiri

sonor

Keduanya sonor Kanan lebih banyak

udara dari kiri

Fenomena “one way

valve” à udara masuk

ketika inspirasi tapi tidak

dapat keluar dan

terperangkat di parietal

saat ekspirasià udara

menumpuk menekan

paruà jika diperkusi

hipersonor

Kesimpulan pemeriksaan toraks:

Terdapat tanda- tanda tension pneumotoraks, yaitu: nyeri dada, distres pernafasan, takikardi,

hipotensi deviasi trakea, hilangnya suara paru pada satu sisi yng terkena trauma, perkusi

Page 15: Skenario a Blok 19 Kelompok 10

hipersonor dan distensi vena jugularis.

9. Bagaimana interpretasi dan mekanisme hasil pemeriksaan pada trachea dan

vena jugularis ?

10.

Bagaim

11. B

.

12. Bagaim

10. Bagaiamana interpretasi dan mekanisme hasil pemeriksaan ektremitas ?

Kecelakaan lalu lintas à trauma tumpul à multiple trauma à fraktur tertutup

femur kananà terputusnya kontuinitas korteks tulang à deformitas dan

kerusakan pada jaringan lunak à perdarahan à memar dan hematoma à bisa

memperberat syok

Keadaan korban Keadaan normal interpretasi Mekanisme

Trakea bergeser ke

kiri

Trakea di tengah Ada sesuatu

yang

mendorong

trakea

Trauma tumpul à mengenai

thoraks à fraktur iga à

tension pneumothoraks

kanan à udara dirongga

pleural à peningkatan

tekanan intra pleural à

trakea bergeser kekiri

JVP ↑ (Distensi

vena jugularis)

JVP 5-2 Ada yang

menghalangi

venous retrun

Trauma tumpul à mengenai

thoraks à fraktur iga à

tension pneumothoraks

kanan à udara dirongga

pleural à peningkatan

tekanan intra pleural à

menghambat venous retrun

à distensi vena jugularis

Page 16: Skenario a Blok 19 Kelompok 10

11. Bagaimana cara penegakkan diagnosis pada kasus ini ?

1. Dari anamnesis: bisa diketahui bahwa pasien mengalami kecelakaan dengan

mobil kijang dan terlempar keluar dengan kaca depan mobil pecahà multiple

trauma.

2. Melalui pemeriksaan sekilas, didapatkan gambaran :

- Pasien sadar tetapi terlihat bingung cemas, dan kesulitas bernafas.

- Tanda vital : laju respirasi 40 x/menit, Nadi 110 x/menit; lemah TD 90/50

mmHg

- Wajah dan bibir terlihat kebiruan

- Kulit pucat, dingin, berkeringat dingin

- GCS : 13 (E:3, M:6, V:4)

Dari pemeriksaan diatas, dari tanda vital nya bisa didaptkan pasien

mengarah kearah syok hipovolemik kelas III.

3. Pemeriksaan Lanjutan

- Luka lecet di dahi dan pelipis kanan sebesar 2cm dan yang lainnya dalam

batas normal.

- Thorax

Inspeksi : gerakan dinding dada asimetris; kanan tertinggal; frekuensi

nafas 40 x/menit, tampak memar di dinding dada kanan.

Trakhea geser ke kiri, dan vena jugularis mengalami distensi

Auskultasi : bunyi nafas kanan melemah, bising nafas kiri terdengar jelas,

bunyi jantung terdengar jelas dan cepat

Palpasi : Nyeri tekan di dada kanan sampai ke samping, krepitasi pada iga

kanan depan 9,10,11

Perkusi : kiri sonor, kanan hipersonor

- Abdomen

Inspeksi : dinding perut datar

Auskultasi : normal

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

- Ekstremitas

Inspeksi : tampak deformitas, ada memar, hematom pada paha kanan

Page 17: Skenario a Blok 19 Kelompok 10

Palpasi : nyeri tekan; ROM pasif : limitasi gerakan, aktif :limitasi gerakan

Dari seluruh pemeriksaan diatas bisa didapatkan, pasien mengalami multiple

trauma yang menimbulkan gangguan tension pneumothorax disertai fraktur iga

9,10,11 dan fraktur femur kanan tertutup.

12. Bagaimana patofisiologi kasus ini ?

Tabrakan

Mobil-tiang listrik

Benturan keras

Dada kanan

Paha kanan

Gerakan dinding dada terbatas dan asimetris

Fraktur tertutup os. Femur kanan

Memar paha kanan

Gerakan terbatas

Deformitas

Syok bertambah berat Menembus pleura visceralis dan paru-paru

Fraktur costae IX, X dan XI

Nyeri tekan paha kanan

Perdarahan tertutup Nyeri

Memar dinding dada kanan

Perdarahan tertutup

Udara keluar dari paru-paru dan masuk ke

rongga pleura

Kegagalan/ gangguan ventilasi dan respirasi

Paru-paru kolaps

Tekanan intrapleura meningkat

Hipersonor

O2 masuk tapi CO2 tidak bias keluar dari paru-

paru

Paru-paru tidak bisa mengembang saat inspirasi maupun

ekspirasi

Penekanan vena cava inferior dan superior

Kompensasi tubuh

Pergeseran trakea dan mediastinum

Kompresi paru kontalateral

Bising napas melemah

Sesak napas

Aliran balik ke jantung menurun

<< preload dan afterload

Distensi vena jugularis

Mekanisme kompensasi tubuh

Wajah dan bibir

<< aliran darah ke perifer

Hipotensi

Heart rate

Page 18: Skenario a Blok 19 Kelompok 10

13. Bagaimana tatalaksana kasus ini ?

1. Cek kesadaran: Sapa,bila tidak respon beri rangsangan (menyubit)à

bingung, cemas.

2. Pemasangan cervical collar neck, imobilisasi bagian femur agar

mengura ngi nyeri Sebelum penderita diangkut, pasang bidai untuk

mengurangi nyeri, mencegah bertambahnya, mencegah bertambahnya

kerusakan jaringan lunak dan makin buruknya kedudukan fraktur. Jika

tidak ada bidai, anggota gerak yang sakit dibebatkan ke anggota gerak

yang sehat. Pindahkan korban / pasien ke tempat yang aman.

3. Airway:

a. Gurgling: Buka mulut dengan cross finger, lihat orofaring,

apakah ada darah/ lendir yang menyumbat jalan nafas jika ada

bersihkan/ suction à pada kasus bagusà merintih.

b. Jika pasien mendengkur (snoring) lakukan jaw thrust (angkat

dagu) .

c. jika masih terhambat jalan nafasnya pasang orofaring airway

dengan ukuran yang sesuaià pusat mulut ke angulus

mandibula/ sudut mulut ke tragus.

d. jika airway masih tidak bebas lakukan airway definitive : ETT

4. Breathing à Pada pemeriksaan ditemukan jejas, pergerakan paru

tertinggal / asimetris. Suara nafas hilang. Perkusi hipersonor. Pergeseran

mediastium.

Kompensasi tubuhWajah dan bibir Heart rate

Page 19: Skenario a Blok 19 Kelompok 10

A. Pemberian oksigen konsentrasi tinggi ( nonrebreather face mask

90% )11-12 liter/menit untuk menghilangkan tension pneumothorax

B. Needle thorakosintesis:

Tentukan tempat masuknya di ICS 2 (angulus ludovici + linea

midklavikularis diatas iga3).

Hasil/ patokan: keluar udara, jarum mendesis, mediastinum

kembali ke garis tengah,bendungan vena hilang, RR kembali

normal <30/ mnt, dan tekanan darah menuju normal.

B. Pasang Chest Tube: Saat sudah di IGD

Untuk mengeluarkan udara dari rongga torak

Cabut jarum needle torakosintesis, lalu hubungkan dengan WSD

Antiseptik daerah insersi chest tube

Penyuntikan anastesi pada dinding dada intercostals 5

(intramuscular, pleura parietal, permukaan periosteal iga 5)

Incisi dengan skapel

Pemasukan chest tube (ukuran 24 -26 french)

Fiksasi chest tube

Lihat udara keluar disusul undulasi

Lihat saturasi melalui pulse oksimeter. SpO2 diharapkan 95%,

usaha bernafas atau bantuan ventilasi.

5. Sirkulasi

Lihat, apakah ada tanda tanda gangguan sirkulasi dari: akral, nadi, dan

tekanan darah. Pikirkan banyak darah yang hilang à syok kelas III

Ambil sampel darah untuk lab rutin: pilih vena perifer lengan baru kakià

2 X vena sentral dan 2 X vena cutdown.

Pasang IV 2 line dengan jarum 14 (0,5-1 cc/kgbb/per jam) Beri cairan

kristaloid yang sudah dihangatkan dengan tetesan cepat.

Curiga fraktur femur → imobilisasi dengan bidai untuk kontrol

perdarahan

Pasang kateter urine à pantau pengeluaran urin

Page 20: Skenario a Blok 19 Kelompok 10

6. Disability

Tentukan tingkat kesadaran memakai skor GCS/PTS

Jenis pemeriksaan Nilai

Respon buka mata (eye opening / E) :

Spontan

Terhadap suara

Terhadap nyeri

Tidak ada

4

3

2

1

Respon motorik terbaik (M) :

Ikut perintah

Melokalisir nyeri

Fleksi normal (menarik anggota yang dirangsang)

Fleksi abnormal (dekortikasi)

Ekstensi abnormal (deserebrasi)

Tidak ada (flasid)

6

5

4

3

2

1

Respon verbal (V) :

Berorientasi baik

Berbicara mengacau (bingung)

Kata-kata tidak teratur

Suara tidak jelas

Tidak ada

5

4

3

2

1

GCS: 13 (E:3 M:6, V:4)

Interpretasi

E = 3à respon membuka mata

M=6àbisa menggerakkan anggota badannya sendiri berdasarkan

perintah kita

V=4àpasien tampak bingung, disorientasi

Klasifikasi brain injury berdasarkan GCS:

Severe, with GCS ≤ 8

Moderate, GCS 9 - 12

Minor, GCS ≥ 13.

Page 21: Skenario a Blok 19 Kelompok 10

Nilai pupil : besarnya, isokor atau tidak, reflek cahaya dan awasi tanda-

tanda lateralisasi

Evaluasi dan Re-evaluasi aiway, oksigenasi, ventilasi dan circulation.

7. Exposure/Environment

Buka pakaian penderita

Cegah hipotermia : beri selimut hangat dan tempatkan pada ruangan yang

cukup hangat.

Survey Sekunder:

Periksa kerusakan anatomi mulai dari kulit, otot, tulang, dan viscera dari

organ head to toe.

Merencanakan pemeriksaan penunjang: EKG, radiologi

Periksa semua lubang.

Pemeriksaan neurologis lengkap (GCS, pupil, lateralisasi)

Operasi definitive

Monitoring.

Sebagai dokter umum, kita wajib mengetahui survey primer dan juga survey sekunder

beserta pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan ketika sudah dirujuk di Rumah

Sakit, tetapi yang wajib kita lakukan adalah sebatas penanganan awal dari tindakan

ABCDE nya kemudian langsung dirujuk kerumah sakit yang fasilitas nya lebih

lengkap.

14. Apa pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk pasien ini ?

Rontgen kepala, thoraks, dan femur untuk memeriksa fraktur

CT scan kepala bila dicurigai ada lesi otak akibat trauma kapitis

Pemeriksaan elektrolit, bila terjadi asidosis respiratorik/metabolik

Pemeriksaan laboratorium darah rutin : Hb, RBC, WBC, gol. darah

Analisis gas darah

Pemeriksaan Radiologi à radiologi Thorax dan femur-pelvis

EKGà memastikan jantung tidak terganggu

Page 22: Skenario a Blok 19 Kelompok 10

15. Apa komplikasi yang dapat terjadi pada kasus ini ?

Tension Pneumothorak:

1. Hemothorax akibat luka pada parenkim paru atau arteri pembuluh darah

intercostal

2. Empyema juga dapat terjadi jika bekuan darah yang terbentuk dalam cavum

toraks mengalami infeksi sekuunder.

3. Fibrothorax terjadi jika deposisi fibrin di dalam bekuan hemothorax. Hal ini

akan menyebabkan persistent atelectasis dan pengurangan fungsi pulmonal.

4. Koagulopati, sepsis, kegagalan multiorgan.

5. Kehilangan darah, kegagalan pernapasan, pneumomediastinum, emfisema

subkutan, gagal napas, penebalan pleura, edema paru reekspansi, dan infeksi.

Komplikasi Fraktur :

1. Perdarahan

2. Infeksi (jika luka terkontaminasi dan debridemen tidak memadai)

3. Non-Union

4. Malunion (kecacatan)

16. Bagaimana prognosis pada kasus ini ?

Apabila kita cepat dan tepat menangani pasien saat pertama kali, prognosis

dubia ad bonam.

17. Apa KDU kasus ini ?

3B, yaitu mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan

pem. tambahan (mis: labor sederhana dan x-ray). Dokter dapat memutuskan dan

memberikan terapi awal, serta merujuk kespesialis yang relevan (kasus gawat

darurat).

IV. Hipotesis

Seorang supir, laki-laki 28 tahun, mengalami trauma multiple yang menimbulkan

gangguan tension pneumothorax disertai fraktur iga 9,10,11 dan fraktur femur kanan

tertutup.

Page 23: Skenario a Blok 19 Kelompok 10

V. Kerangka Konsep

VI. Keterbatasan Ilmu dan Learning Issues

I. Anatomi Organ yang Terkait

a. Kepala

Tulang-tulang tengkorak à os. frontal, os. parietal, os. temporal, os.

ethmoidal, os. sphenoidal, os. occipital.

Pada kasus anatomi yang terlibat à dahi (frontal) dan pelipis (temporal).

b. Leher

Trakea dan vena jugularis.

c. Thorax

Page 24: Skenario a Blok 19 Kelompok 10

Rongga thoraks dibatasi oleh iga-iga yang bersatu dibagian belakang

pada vertebra thorakalis dan di depan pada sternum.

Dibentuk oleh dinding dada, dasar torak dan isi rongga torak.

Dinding dada à tulang (tulang iga, sternum, kolumna vertebralis)

dan jaringan lunak (cartilago costa, otot-otot, pembuluh darah).

Dasar toraks à dibentuk oleh otot diafragma yang dipersyarafi

nervus frenikus. Diafragma mempunyai lubang untuk jalan Aorta,

Vena Cava Inferior serta esofagus

Isi Rongga Torak :

Trakea

Paru-paru

Paru-paru dilapisi oleh pleura, dimana pleura terdiri atas:

- Pleura parietal

- Pleura viseral

Antara pleura viseral dan parietal terdapat suatu cavitas/rongga

pleura. Rongga pleura normalnya mengandung sedikit cairan

jaringan, cairan pleura yang berfungsi memungkinkan kedua

lapisan pleura bergesekan minimal waktu bergerak.

Jantung

Pembuluh darah besar à aorta (aorta ascenden, arkus aorta, aorta

descenden), vena (v. cava superior, v. bronchocephalica, v. Azigos,

v. Pulmonalis)

Page 25: Skenario a Blok 19 Kelompok 10

d. Abdomen

Organ-organ viseral abdomen ditinjau berdasarkan region abdomen:

Abdomen kanan atasà kandung empedu, hati, duodenum, pankreas,

epigastrium lambung, pankreas, paru, kolon.

Abdomen kiri atasà Limpa, kolon, ginjal, pankreas, paru.

Abdomen kanan bawah àApendiks, adneksa, sekum, ileum, ureter.

Abdomen kiri bawahà kolon, adneksa, ureter, suprapubik Buli-buli,

uterus, usus halus, periumbilikal usus halus, pinggang/punggung

pankreas, aorta, ginjal.

e. Ekstremitas – tungkai atas (paha kanan)

Terdiri atas à tulang (os. coxae, os femur), otot-otot (m. Sartorius, m. Iliacus,

m. Psoas, m. Pectineus, m. Quadriceps femoris, m. Rectus femoris, m. Vastus

lateralis, medialis, intermedius, m. Gracillis, m. Adductor longus, m. Adductor

brevis, m. Adductor magnus, m. Obturatorius eksternus, , m. Biceps femoralis)

II. Trauma

Page 26: Skenario a Blok 19 Kelompok 10

A. TRAUMA TORAKS

Trauma toraks dibagi dalam dua katagori :

Trauma terbuka :

disebabkan oleh benda yang menembus dinding dada, seperti pisau atau peluru, dan juga dapat

disebabkan oleh patah tulang iga, dimana ujung tulang iga merobek dinding dan kulit dada.

Trauma tertutup :

dimana kulit dada tidak mengalami kerusakan, biasanya disebabkan oleh trauma tumpul,

seperti kena stir, atau kena benda tumpul.

Tanda yang penting dari trauma toraks terbuka dan tertutup :

Sakit pada daerah yang luka

Perubahan pola dan frekuensi nafas (Dyspnea : Kesukaran bernafas dan nafas pendek, cepaat

dan lambat )

Kegagalan satu sisi atau ke dua sisi dari dada untuk berkembang pada saat inspirasi.

Hemoptisis

Nadi cepat dan lemah dan Tekanan darah rendah

Beberapa tahapan untuk penanganan pasien dengan trauma dada :

Pastikan jalan nafas bebas dan pelihara dengan melakukan manuver chin-lift atau jaw-thrust

dengan melindungi servical spine

Berikan oksigen dan lakukan tindakan support pernafasan dengan alat mekanik bila perlu

Kontrol seluruh daerah yang mengalami perdarahan luar

Tutup luka tembus dengan

Observasi, catat dan monitoring Vital Sign

Hati-hati monitor vital sign dan efek dari tindakan dan siapkan untuk dikirim

Kirim pasien ke Rumah Sakit

PRIMARY SURVEY :

Page 27: Skenario a Blok 19 Kelompok 10

Trauma yang mengancam hidup, dimulai dari penilaian jalan nafas (Airway) dan ventilasi

(Breathing) :

1. AIRWAY

Trauma pada jalan nafas harus dikenali dan diketahui selama fase Primary Survey

dengan :

Mendengarkan gerakan udara pada hidung, mulut dan daerah dada

meneliti daerah orofaring karena sumbatan oleh benda asing

mengawasi retraksi otot-otot interkostal dan supraklavikular

Ada trauma pada jalan nafas, ditandai dengan :

Stridor (Sumbatan jalan nafas atas)

Perubahan kualitas suara (Bila pasien masih bisa bicara)

Terabanya defek pada regio sendi sternoklavikular ( Trauma luas pada dasar leher)

Penanganan jalan nafas :

Bersihkan jalan nafas bagian atas

Lakukan pemeliharaan jalan nafas dengan manuver jaw-trust atau chin-lift , dimana

posisi cervical spine pada posisi alami pada satu garis.

Yang terbaik menstabilkan jalan nafas dengan Intubasi endotracheal.

2. BREATHING

Penilaian kualitas pernafasan dengan cara :

Inspeksi : Ada luka, Perhatikan keseragaman gerak kedua sisi dada saat akhir inspirasi

atau ekspirasi

Palpasi : Ada kripitasi, Nyeri tekan

Perkusi : Bunyi sonor, hipersonor, pekak, timpani

Auscultasi : bising nafas, bising abnormal

Tanda gangguan pernafasan :

Pernafasan : < 12 atau > 20 kali/menit : berikan oksigen

Pernafasan : < 10 atau > 30 kali /menit : Bantu pernafasan bila perlu

Page 28: Skenario a Blok 19 Kelompok 10

3. CIRCULATION

Denyut nadi harus dinilai :

Kualitas

Frekuensi

Regular/iregular

Denyut nadi radialis dan arteri dorsalis pedis tidak teraba : Hipovolemia ?

Lakukan inspeksi dan palpasi :

Tekanan darah

Tekanan nadi

Sirkulasi perifer, warna dan temperatur

Pasang monitor jantung : Disritmia / PVC ? – Trauma Miocard

Pasang pulse oximeter : hipoksia / asidosis ?

JENIS TRAUMA THORAK YANG HARUS DIKETAHUI PADA SAAT PRIMARY

SURVEY :

( Consider Immediately Life-Threatening Conditions )

1. TENSION PNEUMOTHORAX

Merupakan suatu pneumothotax yang progresif dan cepat sehingga membayakan jiwa

pasien dalam waktu yang singkat. Udara yang keluar dari paru atau melalui dinding

dada masuk ke rongga pleura dan tidak dapat ke luar lagi (one-way-valve), maka

tekanan di intrapleura akan meninggi , paru-paru menjadi kolap

Penyebab :

Komplikasi penggunaan ventilasi mekanik

Komplikasi dari penumotorak sederhana

Fraktur tulang berlakang toraks

Page 29: Skenario a Blok 19 Kelompok 10

Tanda:

Nyeri dada Sesak Distres pernafasan Takikardi Hypotensi, Defiasi trahea Hilangnnya suara nafas pada suatu sisi Distensi vena leher Sianosis

Tindakan :

Berikan oksigen 15 liter

Lakukan dekompresi dengan insersi jarum (Needle thoracocentesis)

Pemasangan chest tube untuk :

Perjalanan jauh ke RS.

Perjalanan menggunakan pesawat udara

2. PNEUMOTHORAX TERBUKA

Gangguan pada dinding dada berupa hubungan langsung antar ruang pleura dan lingkungan

sehingga tekanan di dalam rongga pleura akan segera menjadi sama dengan tekanan atmosfir,

akibat kondisi itu menyebabkan terganggunya ventilasi sehingga menyebabkan hipoksia dan

hiperkapnea

Tanda :

Respirasi distres

Sianosis

Tampak adanya kerusakan pada dinding dada

Penurunan dari suara pernafasan dan gerakan

Adanya peningkatan suara

Tindakan :

Page 30: Skenario a Blok 19 Kelompok 10

Pasang penutup luka dengan kasa steril (plastic wrap/petrolatum gauze) yang diplester

pada 3 sisi. Hati-hati akan menjadi tension pneumothorax

Pasang selang dada yang berjauhan dengan luka

3. FLAIL CHEST

Trauma hancur pada sternum atau truama multiple pada dua atau lebih tulang iga dengan dua

tau lebih garis fractur, sehingga menyebabkan gangguan pergerakan pada dinding dada,

dimana segmen dinding dada tidak lagi mempunyai kontinuitas dengan keseluruhan dinding

dada, mengakibatkan pertukaran gas respiratorik yang efektif sangat terbatas mengakibatkan

terjadi hipoksia yang serius.

Tanda :

Palpasi akan membantu menemukan diagnosa dengan ditemukannya kripitasi iga

atau frictur tulang rawan.

Foto toraks akan lebih jelas adanya fractur yang multiple

Pemeriksaan analisa gas darah, dapt ditemukan adanya hipoksia akibat kegagalan

pernafasan

Pada perkusi adanya suara yang tertinggal

Tindakan :

Pemberian ventilasi yang adekuat dengan oksigen 15 liter/menit yang dilembabkan

Lakukan intubasi Bila diperlukan untuk mencegah terjadinya hipoksia dengan memperhatikan

frekuensi pernafasan dan PaO2

Resusitasi cairan, hati-hati kelebihan cairan

Pemberian analgetik

4. HEMOTORAKS MASIF

Page 31: Skenario a Blok 19 Kelompok 10

Pengumpulan darah dalam ruang antara pleura viseral dan perietal yang cepat dan

banyak.

Tanda :

Respirasi distres

Penurunan pernafasan dan gerakan

Pada perkusi adanya suara teringgal

Adanya tanda syok hipovolemik

Tindakan :

Berikan oksigen 15 liter/mt.

Pasang IV line dengan dua line dengan canule besar dan berikan caiarn untuk

suport sirkulasi

Pasang chest drain untuk untuk menurunkan respirasi distres yang berkelalanjutan

Jangan gunakan PASG

Hipovolemik dapat memperburuk kondisi

,Segera kirim ke RS. Untuk tindakan lebih lanjut

B. Trauma Kepala

Trauma kepala atau trauma kapitis adalah suatu ruda paksa (trauma) yang menimpa struktur

kepala sehingga dapat menimbulkan kelainan struktural dan atau gangguan fungsional jaringan

otak (Sastrodiningrat, 2009). Menurut Brain Injury Association of America, cedera kepala adalah

suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan

oleh serangan atau benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran

yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik (Langlois, Rutland-

Brown, Thomas, 2006).

1. Jenis Trauma

Page 32: Skenario a Blok 19 Kelompok 10

Luka pada kulit dan tulang dapat menunjukkan lokasi (area) dimana terjadi trauma

(Sastrodiningrat, 2009). Cedera yang tampak pada kepala bagian luar terdiri dari dua, yaitu secara

garis besar adalah trauma kepala tertutup dan terbuka. Trauma kepala tertutup merupakan

fragmen-fragmen tengkorak yang masih intak atau utuh pada kepala setelah luka. The Brain and

Spinal Cord Organization 2009, mengatakan trauma kepala tertutup adalah apabila suatu pukulan

yang kuat pada kepala secara tiba-tiba sehingga menyebabkan jaringan otak menekan tengkorak.

Trauma kepala terbuka adalah yaitu luka tampak luka telah menembus sampai kepada dura mater.

(Anderson, Heitger, and Macleod, 2006). Kemungkinan kecederaan atau trauma adalah seperti

berikut;

a) Fraktur

Menurut American Accreditation Health Care Commission, terdapat 4 jenis fraktur yaitu simple

fracture, linear or hairline fracture, depressed fracture, compound fracture. Pengertian dari setiap

fraktur adalah sebagai berikut:

Simple : retak pada tengkorak tanpa kecederaan pada kulit

Linear or hairline: retak pada kranial yang berbentuk garis halus tanpa depresi, distorsi

dan ‘splintering’.

Depressed: retak pada kranial dengan depresi ke arah otak.

Compound : retak atau kehilangan kulit dan splintering pada tengkorak. Selain retak

terdapat juga hematoma subdural (Duldner, 2008).

Terdapat jenis fraktur berdasarkan lokasi anatomis yaitu terjadinya retak atau kelainan pada

bagian kranium. Fraktur basis kranii retak pada basis kranium. Hal ini memerlukan gaya yang

lebih kuat dari fraktur linear pada kranium. Insidensi kasus ini sangat sedikit dan hanya pada 4%

pasien yang mengalami trauma kepala berat (Graham and Gennareli, 2000; Orlando Regional

Healthcare, 2004). Terdapat tanda-tanda yang menunjukkan fraktur basis kranii yaitu rhinorrhea

(cairan serobrospinal keluar dari rongga hidung) dan gejala raccoon’s eye (penumpukan darah

pada orbital mata). Tulang pada foramen magnum bisa retak sehingga menyebabkan kerusakan

saraf dan pembuluh darah. Fraktur basis kranii bisa terjadi pada fossa anterior, media dan

posterior (Garg, 2004).

Page 33: Skenario a Blok 19 Kelompok 10

Fraktur maxsilofasial adalah retak atau kelainan pada tulang maxilofasial yang merupakan tulang

yang kedua terbesar setelah tulang mandibula. Fraktur pada bagian ini boleh menyebabkan

kelainan pada sinus maxilari (Garg, 2004).

b) Luka memar (kontosio)

Luka memar adalah apabila terjadi kerusakan jaringan subkutan dimana pembuluh darah (kapiler)

pecah sehingga darah meresap ke jaringan sekitarnya, kulit tidak rusak, menjadi bengkak dan

berwarna merah kebiruan. Luka memar pada otak terjadi apabila otak menekan tengkorak.

Biasanya terjadi pada ujung otak seperti pada frontal, temporal dan oksipital. Kontusio yang besar

dapat terlihat di CT-Scan atau MRI (Magnetic Resonance Imaging) seperti luka besar. Pada

kontusio dapat terlihat suatu daerah yang mengalami pembengkakan yang di sebut edema. Jika

pembengkakan cukup besar dapat mengubah tingkat kesadaran (Corrigan, 2004).

c) Laserasi (luka robek atau koyak)

Luka laserasi adalah luka robek tetapi disebabkan oleh benda tumpul atau runcing. Dengan kata

lain, pada luka yang disebabkan oleh benda bermata tajam dimana lukanya akan tampak rata dan

teratur. Luka robek adalah apabila terjadi kerusakan seluruh tebal kulit dan jaringan bawah kulit.

Luka ini biasanya terjadi pada kulit yang ada tulang dibawahnya pada proses penyembuhan dan

biasanya pada penyembuhan dapat menimbulkan jaringan parut.

d) Abrasi

Luka abrasi yaitu luka yang tidak begitu dalam, hanya superfisial. Luka ini bisa mengenai

sebagian atau seluruh kulit. Luka ini tidak sampai pada jaringan subkutis tetapi akan terasa sangat

nyeri karena banyak ujung-ujung saraf yang rusak.

e) Avulsi

Luka avulsi yaitu apabila kulit dan jaringan bawah kulit terkelupas,tetapi sebagian masih

berhubungan dengan tulang kranial. Dengan kata lain intak kulit pada kranial terlepas setelah

kecederaan (Mansjoer, 2000).

2. Perdarahan Intrakranial

a. Perdarahan Epidural

Page 34: Skenario a Blok 19 Kelompok 10

• Perdarahan epidural adalah antara tulang kranial dan dura mater. Gejala perdarahan epidural

yang klasik atau temporal berupa kesadaran yang semakin menurun, disertai oleh anisokoria pada

mata ke sisi dan mungkin terjadi hemiparese kontralateral.

• Perdarahan epidural di daerah frontal dan parietal atas tidak memberikan gejala khas selain

penurunan kesadaran (biasanya somnolen) yang membaik setelah beberapa hari.

b. Perdarahan Subdural

Perdarahan subdural adalah perdarahan antara dura mater dan araknoid, yang biasanya meliputi

perdarahan vena. Terbagi atas 3 bagian yaitu:

a. Perdarahan subdural akut

• Gejala klinis berupa sakit kepala, perasaan mengantuk, dan kebingungan, respon yang

lambat, serta gelisah.

• Keadaan kritis terlihat dengan adanya perlambatan reaksi ipsilateral pupil.

• Perdarahan subdural akut sering dihubungkan dengan cedera otak besar dan cedera batang

otak.

b. Perdarahan subdural subakut

• Perdarahan subdural subakut, biasanya terjadi 7 sampai 10 hari setelah cedera dan

dihubungkan dengan kontusio serebri yang agak berat.

• Tekanan serebral yang terus-menerus menyebabkan penurunan tingkat kesadaran.

c. Perdarahan subdural kronis

- Terjadi karena luka ringan.

- Mulanya perdarahan kecil memasuki ruang subdural.

- Beberapa minggu kemudian menumpuk di sekitar membran vaskuler dan secara pelan-

pelan ia meluas.

- Gejala mungkin tidak terjadi dalam beberapa minggu atau beberapa bulan.

- Pada proses yang lama akan terjadi penurunan reaksi pupil dan motorik.

d. Perdarahan Subaraknoid

Perdarahan subaraknoid adalah perdarahan antara rongga otak dan lapisan otak yaitu yang dikenal

sebagai ruang subaraknoid (Ausiello, 2007).

Page 35: Skenario a Blok 19 Kelompok 10

e. Perdarahan Intraventrikular

Perdarahan intraventrikular merupakan penumpukan darah pada ventrikel otak. Perdarahan

intraventrikular selalu timbul apabila terjadi perdarahan intraserebral.

f. Perdarahan Intraserebral

Perdarahan intraserebral merupakan penumpukan darah pada jaringan otak. Di mana terjadi

penumpukan darah pada sebelah otak yang sejajar dengan hentaman, ini dikenali sebagai counter

coup phenomenon. (Hallevi, Albright, Aronowski, Barreto, 2008).

Gejala Klinis Trauma Kepala

Menurut Reissner (2009), gejala klinis trauma kepala adalah seperti berikut:

Tanda-tanda klinis yang dapat membantu mendiagnosa adalah:

a. Battle sign (warna biru atau ekhimosis dibelakang telinga di atas os mastoid)

b. Hemotipanum (perdarahan di daerah menbran timpani telinga)

c. Periorbital ecchymosis (mata warna hitam tanpa trauma langsung)

d. Rhinorrhoe (cairan serobrospinal keluar dari hidung)

e. Otorrhoe (cairan serobrospinal keluar dari telinga)

Tanda-tanda atau gejala klinis untuk yang trauma kepala ringan;

a. Pasien tertidur atau kesadaran yang menurun selama beberapa saat kemudian sembuh.

b. Sakit kepala yang menetap atau berkepanjangan.

c. Mual atau dan muntah.

d. Gangguan tidur dan nafsu makan yang menurun.

e. Perubahan keperibadian diri.

f. Letargik.

Tanda-tanda atau gejala klinis untuk yang trauma kepala berat;

Page 36: Skenario a Blok 19 Kelompok 10

a. Simptom atau tanda-tanda cardinal yang menunjukkan peningkatan di otak menurun atau

meningkat.

b. Perubahan ukuran pupil (anisokoria).

c. Triad Cushing (denyut jantung menurun, hipertensi, depresi pernafasan).

d. Apabila meningkatnya tekanan intrakranial, terdapat pergerakan atau posisi abnormal

ekstrimitas.

Penyebab Trauma Kepala

Mekanisme Terjadinya Kecederaan

Beberapa mekanisme yang timbul terjadi trauma kepala adalah seperti translasi yang terdiri dari

akselerasi dan deselerasi. Akselerasi apabila kepala bergerak ke suatu arah atau tidak bergerak

dengan tiba-tiba suatu gaya yang kuat searah dengan gerakan kepala, maka kepala akan mendapat

percepatan (akselerasi) pada arah tersebut.

Deselerasi apabila kepala bergerak dengan cepat ke suatu arah secara tiba-tiba dan dihentikan

oleh suatu benda misalnya kepala menabrak tembok maka kepala tiba-tiba terhenti gerakannya.

Rotasi adalah apabila tengkorak tiba-tiba mendapat gaya mendadak sehingga membentuk sudut

terhadap gerak kepala. Kecederaan di bagian muka dikatakan fraktur maksilofasial

(Sastrodiningrat, 2009).

Penyebab Trauma Kepala

Menurut Brain Injury Association of America, penyebab utama trauma kepala adalah karena

terjatuh sebanyak 28%, kecelakaan lalu lintas sebanyak 20%, karena disebabkan kecelakaan

secara umum sebanyak 19% dan kekerasan sebanyak 11% dan akibat ledakan di medan perang

merupakan penyebab utama trauma kepala (Langlois, Rutland-Brown, Thomas, 2006).

Kecelakaan lalu lintas dan terjatuh merupakan penyebab rawat inap pasien trauma kepala yaitu

sebanyak 32,1 dan 29,8 per100.000 populasi. Kekerasan adalah penyebab ketiga rawat inap

pasien trauma kepala mencatat sebanyak 7,1 per100.000 populasi di Amerika Serikat (

a) Kecelakaan Lalu Lintas

Page 37: Skenario a Blok 19 Kelompok 10

Kecelakaan lalu lintas adalah dimana sebuah kenderan bermotor bertabrakan dengan kenderaan

yang lain atau benda lain sehingga menyebabkan kerusakan atau kecederaan kepada pengguna

jalan raya (IRTAD, 1995).

b) Jatuh

Menurut KBBI, jatuh didefinisikan sebagai (terlepas) turun atau meluncur ke bawah dengan cepat

karena gravitasi bumi, baik ketika masih di gerakan turun maupun sesudah sampai ke tanah.

c) Kekerasan

Menurut KBBI, kekerasan didefinisikan sebagai suatu perihal atau perbuatan seseorang atau

kelompok yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain, atau menyebabkan kerusakan fisik

pada barang atau orang lain (secara paksaan).

Indikasi CT –Scan pada Trauma Kepala

CT-Scan adalah suatu alat foto yang membuat foto suatu objek dalam sudut 360 derajat melalui

bidang datar dalam jumlah yang tidak terbatas. Bayangan foto akan direkonstruksi oleh komputer

sehingga objek foto akan tampak secara menyeluruh (luar dan dalam). Foto CT-Scan akan tampak

sebagai penampang-penampang melintang dari objeknya.

Dengan CT-Scan isi kepala secara anatomis akan tampak dengan jelas. Pada trauma kapitis,

fraktur, perdarahan dan edema akan tampak dengan jelas baik bentuk maupun ukurannya

(Sastrodiningrat, 2009). Indikasi pemeriksaan CT-scan pada kasus trauma kepala adalah seperti

berikut:

1. Bila secara klinis (penilaian GCS) didapatkan klasifikasi trauma kepala sedang dan berat.

2. Trauma kepala ringan yang disertai fraktur tengkorak.

3. Adanya kecurigaan dan tanda terjadinya fraktur basis kranii.

4. Adanya defisit neurologi, seperti kejang dan penurunan gangguan kesadaran.

5. Sakit kepala yang hebat.

6. Adanya tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial atau herniasi jaringan otak.

Page 38: Skenario a Blok 19 Kelompok 10

7. Kesulitan dalam mengeliminasi kemungkinan perdarahan intraserebral (Irwan, 2009).

Perdarahan subaraknoid terbukti sebanyak 98% yang mengalami trauma kepala jika dilakukan

CT-Scan dalam waktu 48 jam paska trauma. Indikasi untuk melakukan CT-Scan adalah jika

pasien mengeluh sakit kepala akut yang diikuti dengan kelainan neurologis seperti mual, muntah

atau dengan SKG (Skor Koma Glasgow) <14 (Haydel, Preston, Mills, et al., 2000).

III. Initial Assesment

I. PRIMARY SURVEY

A. Airway dengan kontrol servikal

1. Penilaian

a. Mengenal patensi airway ( inspeksi, auskultasi, palpasi)

b. Penilaian secara cepat dan tepat akan adanya obstruksi

2. Pengelolaan airway

a. Lakukan chin lift dan atau jaw thrust dengan kontrol servikal in-line

immobilisasi

b. Bersihkan airway dari benda asing bila perlu suctioning dengan alat

yang rigid

c. - Pasang pipa nasofaringeal atau orofaringeal

- Pasang airway definitif sesuai indikasi ( lihat tabel 1 )

3. Fiksasi leher

4. Anggaplah bahwa terdapat kemungkinan fraktur servikal pada setiap

penderita multi trauma, terlebih bila ada gangguan kesadaran atau

perlukaan diatas klavikula.

5. Evaluasi

Tabel 1- Indikasi Airway Definitif

Kebutuhan untuk perlindungan

airway

Kebutuhan untuk ventilasi

Tidak sadar Apnea

Page 39: Skenario a Blok 19 Kelompok 10

• Paralisis neuromuskuler

• Tidak sadar

Fraktur maksilofasial Usaha nafas yang tidak adekuat

• Takipnea

• Hipoksia

• Hiperkarbia

• Sianosis

Bahaya aspirasi

• Perdarahan

• Muntah - muntah

Cedera kepala tertutup berat yang

membutuhkan hiperventilasi singkat,

bila terjadi penurunan keadaan neurologis

Bahaya sumbatan

• Hematoma leher

• Cedera laring, trakea

• Stridor

Gambar 2

Algoritme Airway

Keperluan Segera Airway Definitif

Kecurigaan cedera servikal

Oksigenasi/Ventilasi

Page 40: Skenario a Blok 19 Kelompok 10

Apneic Bernafas

Intubasi orotrakeal Intubasi Nasotrakeal

dengan imobilisasi atau orotrakeal

servikal segaris dengan imobilisasi

servikal segaris*

Cederamaksilofasial berat

Tidak dapat intubasi Tidak dapat intubasi Tidak dapat intubasi

Tambahan farmakologik

Intubasi orotrakeal

Tidak dapat intubasi

Airway Surgical

* Kerjakan sesuai pertimbangan klinis dan tingkat ketrampilan/pengalaman

Page 41: Skenario a Blok 19 Kelompok 10

B. Breathing dan Ventilasi-Oksigenasi

1. Penilaian

a. Buka leher dan dada penderita, dengan tetap memperhatikan kontrol

servikal in-line immobilisasi

b. Tentukan laju dan dalamnya pernapasan

c. Inspeksi dan palpasi leher dan thoraks untuk mengenali kemungkinan

terdapat deviasi trakhea, ekspansi thoraks simetris atau tidak,

pemakaian otot-otot tambahan dan tanda-tanda cedera lainnya.

d. Perkusi thoraks untuk menentukan redup atau hipersonor

e. Auskultasi thoraks bilateral

2. Pengelolaan

a. Pemberian oksigen konsentrasi tinggi ( nonrebreather mask 11-12

liter/menit)

b. Ventilasi dengan Bag Valve Mask

c. Menghilangkan tension pneumothorax

d. Menutup open pneumothorax

e. Memasang pulse oxymeter

3. Evaluasi

C. Circulation dengan kontrol perdarahan

1. Penilaian

a. Mengetahui sumber perdarahan eksternal yang fatal

b. Mengetahui sumber perdarahan internal

c. Periksa nadi : kecepatan, kualitas, keteraturan, pulsus paradoksus.

Tidak diketemukannya pulsasi dari arteri besar merupakan pertanda

diperlukannya resusitasi masif segera.

d. Periksa warna kulit, kenali tanda-tanda sianosis.

e. Periksa tekanan darah

2. Pengelolaan

a. Penekanan langsung pada sumber perdarahan eksternal

Page 42: Skenario a Blok 19 Kelompok 10

b. Kenali perdarahan internal, kebutuhan untuk intervensi bedah serta

konsultasi pada ahli bedah.

c. Pasang kateter IV 2 jalur ukuran besar sekaligus mengambil sampel

darah untuk pemeriksaan rutin, kimia darah, tes kehamilan (pada

wanita usia subur), golongan darah dan cross-match serta Analisis Gas

Darah (BGA).

d. Beri cairan kristaloid yang sudah dihangatkan dengan tetesan cepat.

e. Pasang PSAG/bidai pneumatik untuk kontrol perdarahan pada pasien-

pasien fraktur pelvis yang mengancam nyawa.

f. Cegah hipotermia

3. Evaluasi

D. Disability

1. Tentukan tingkat kesadaran memakai skor GCS/PTS

2. Nilai pupil : besarnya, isokor atau tidak, reflek cahaya dan awasi tanda-

tanda lateralisasi

3. Evaluasi dan Re-evaluasi aiway, oksigenasi, ventilasi dan circulation.

E. Exposure/Environment

1. Buka pakaian penderita

2. Cegah hipotermia : beri selimut hangat dan tempatkan pada ruangan yang

cukup hangat.

II. RESUSITASI

A. Re-evaluasi ABCDE

B. Dosis awal pemberian cairan kristaloid adalah 1000-2000 ml pada dewasa dan

20 mL/kg pada anak dengan tetesan cepat ( lihat tabel 2 )

C. Evaluasi resusitasi cairan

1. Nilailah respon penderita terhadap pemberian cairan awal ( lihat gambar 3,

tabel 3 dan tabel 4 )

2. Nilai perfusi organ ( nadi, warna kulit, kesadaran dan produksi urin ) serta

awasi tanda-tanda syok

D. Pemberian cairan selanjutnya berdasarkan respon terhadap pemberian cairan

Page 43: Skenario a Blok 19 Kelompok 10

awal.

1. Respon cepat

- Pemberian cairan diperlambat sampai kecepatan maintenance

- Tidak ada indikasi bolus cairan tambahan yang lain atau pemberian

darah

- Pemeriksaan darah dan cross-match tetap dikerjakan

- Konsultasikan pada ahli bedah karena intervensi operatif mungkin

masih diperlukan

2. Respon Sementara

- Pemberian cairan tetap dilanjutkan, ditambah dengan pemberian

darah

- Respon terhadap pemberian darah menentukan tindakan operatif

- Konsultasikan pada ahli bedah ( lihat tabel 5 ).

3. Tanpa respon

- Konsultasikan pada ahli bedah

- Perlu tindakan operatif sangat segera

- Waspadai kemungkinan syok non hemoragik seperti tamponade

jantung atau kontusio miokard

- Pemasangan CVP dapat membedakan keduanya ( lihat tabel 6 )

Tabel 2- Perkiraan Kehilangan Cairan dan Darah,

Berdasarkan Presentasi Penderita Semula

KELAS I Kelas II Kelas III Kelas IV

Kehilangan Darah

(mL)

Sampai 750 750-1500 1500-2000 >2000

Page 44: Skenario a Blok 19 Kelompok 10

Kehilangan Darah

(% volume darah)

Sampai 15% 15%-30% 30%-40% >40%

Denyut Nadi <100 >100 >120 >140

Tekanan Darah Normal Normal Menurun Menurun

Tekanan nadi

(mm Hg)

Normal atau

Naik

Menurun Menurun Menurun

Frekuensi

Pernafasan

14-20 20-30 30-40 >35

Produksi Urin

(mL/jam)

>30 20-30 5-15 Tidak berarti

CNS/ Status

Mental

Sedikit cemas Agak cemas Cemas,

bingung

Bingung,lesu

(lethargic)

Penggantian Cairan

(Hukum 3:1)

Kristaloid Kristaloid Kristaloid dan

darah

Kristaloid dan

darah

Page 45: Skenario a Blok 19 Kelompok 10

Table 3-Penilaian Awal dan Pengelolaan Syok

KONDISI PENILAIAN

(Pemeriksaan Fisik)

PENGELOLAAN

Tension

Pneumothorax

• Deviasi Tracheal

• Distensi vena leher

• Hipersonor

• Bising nafas (-)

• Needle decompression

• Tube thoracostomy

Massive hemothorax • ± Deviasi Tracheal

• Vena leher kolaps

• Perkusi : dullness

• Bising nafas (-)

• Venous access

• Perbaikan Volume

• Konsultasi bedah

• Tube thoracostomy

Cardiac tamponade • Distensi vena leher

• Bunyi jantung jauh

• Ultrasound

Pericardiocentesis

• Venous access

• Perbaikan Volume

• Pericardiotomy

• Thoracotomy

Perdarahan Intraabdominal • Distensi abdomen

• Uterine lift, bila hamil

• DPL/ultrasonography

• Pemeriksaan Vaginal

• Venous access

• Perbaikan Volume

• Konsultasi bedah

• Jauhkan uterus dari vena

cava

Page 46: Skenario a Blok 19 Kelompok 10

Perdarahan Luar • Kenali sumber perdarahan Kontrol Perdarahan

• Direct pressure

• Bidai / Splints

• Luka Kulit kepala yang

berdarah : Jahit

Tabel 4-Penilaian Awal dan Pengelolaan Syok

KONDISI IMAGE FINDINGS SIGNIFICANCE INTERVENSI

Fraktur Pelvis Pelvic x-ray

• Fraktur Ramus

Pubic

• Kehilangan darah

kurang

dibanding jenis lain

• Mekanisme

Kompresi Lateral

• Perbaikan Volume

• Mungkin Transfuse

• Hindari manipulasi

Berlebih

• Open book • Pelvic volume ↑ • Perbaikan Volume

• Mungkin Transfusi

• Pelvic volume

• Rotasi Internal

Panggul

• PASG

• Vertical shear • Sumber perdarahan

banyak

• External fixator

• Angiography

Page 47: Skenario a Blok 19 Kelompok 10

• Traksi Skeletal

• Konsultasi Ortopedi

Cedera Organ

Dalam

CT scan

• Perdarahan

intraabdomimal

• Potensial kehilangan

darah

• Hanya dilakukan bila

hemodinamik stabil

• Perbaikan Volume

• Mungkin Transfusi

• Konsultasi Bedah

TAMBAHAN PADA PRIMARY SURVEY DAN RESUSITASI

A. Pasang EKG

1. Bila ditemukan bradikardi, konduksi aberan atau ekstrasistole harus

dicurigai adanya hipoksia dan hipoperfusi

2. Hipotermia dapat menampakkan gambaran disritmia

B. Pasang kateter uretra

1. Kecurigaan adanya ruptur uretra merupakan kontra indikasi

pemasangan kateter urine

2. Bila terdapat kesulitan pemasangan kateter karena striktur uretra atau

BPH, jangan dilakukan manipulasi atau instrumentasi, segera

konsultasikan pada bagian bedah

3. Ambil sampel urine untuk pemeriksaan urine rutine

4. Produksi urine merupakan indikator yang peka untuk menilai perfusi ginjal

dan hemodinamik penderita

5. Output urine normal sekitar 0,5 ml/kgBB/jam pada orang dewasa, 1

ml/kgBB/jam pada anak-anak dan 2 ml/kgBB/jam pada bayi

C. Pasang kateter lambung

1. Bila terdapat kecurigaan fraktur basis kranii atau trauma maksilofacial

yang merupakan kontraindikasi pemasangan nasogastric tube, gunakan

orogastric tube.

2. Selalu tersedia alat suction selama pemasangan kateter lambung, karena

Page 48: Skenario a Blok 19 Kelompok 10

bahaya aspirasi bila pasien muntah.

D. Monitoring hasil resusitasi dan laboratorium

Monitoring didasarkan atas penemuan klinis; nadi, laju nafas, tekanan darah,

Analisis Gas Darah (BGA), suhu tubuh dan output urine dan pemeriksaan

laboratorium darah.

E. Pemeriksaan foto rotgen dan atau FAST

1. Segera lakukan foto thoraks, pelvis dan servikal lateral, menggunakan

mesin x-ray portabel dan atau FAST bila terdapat kecurigaan trauma

abdomen.

2. Pemeriksaan foto rotgen harus selektif dan jangan sampai menghambat proses

resusitasi. Bila belum memungkinkan, dapat dilakukan pada saat secondary

survey.

3. Pada wanita hamil, foto rotgen yang mutlak diperlukan, tetap harus dilakukan.

II. SECONDARY SURVEY

A. Anamnesis

Anamnesis yang harus diingat :

A : Alergi

M : Mekanisme dan sebab trauma

M : Medikasi ( obat yang sedang diminum saat ini)

P : Past illness

L : Last meal (makan minum terakhir)

E : Event/Environtment yang berhubungan dengan kejadian perlukaan.

B. Pemeriksaan Fisik ( lihat tabel 7 )

Tabel 7- Pemeriksaan Fisik pada Secondary Survey

Hal yang

dinilai

Identifikasi/

tentukanPenilaian Penemuan Klinis

Konfirmasi

dengan

Tingkat • Beratnya trauma • Skor GCS • 8, cedera • CT Scan

Page 49: Skenario a Blok 19 Kelompok 10

Kesadaran kapitis kepala berat

• 9 -12, cedera

kepala sedang

• 13-15, cedera

kepala ringan

• Ulangi tanpa

relaksasi Otot

Pupil • Jenis cedera

kepala

• Luka pada mata

• Ukuran

• Bentuk

• Reaksi

• "mass effect"

• Diffuse axional

injury

• Perlukaan mata

• CT Scan

Kepala • Luka pada kulit

kepala

• Fraktur tulang

tengkorak

• Inspeksi adanya

luka dan fraktur

• Palpasi adanya

fraktur

• Luka kulit kepala

• Fraktur impresi

• Fraktur basis

• CT Scan

Maksilofasial • Luka jaringan

lunak

• Fraktur

• Kerusakan syaraf

• Luka dalam

mulut/gigi

• Inspeksi :

deformitas

• Maloklusi

• Palpasi : krepitus

• Fraktur tulang

wajah

• Cedera jaringan

lunak

• Foto tulang

wajah

• CT Scan tulang

wajah

Leher • Cedera pada

faring

• Fraktur servikal

• Kerusakan

vaskular

• Inspeksi

• Palpasi

• Auskultasi

• Deformitas

faring

• Emfisema

subkutan

• Hematoma

• Foto servikal

• Angiografi/

Doppler

• Esofagoskopi

• Laringoskopi

Page 50: Skenario a Blok 19 Kelompok 10

• Cedera esofagus

• Gangguan

neurologis

• Murmur

• Tembusnya

platisma

• Nyeri, nyeri

tekan C spine

Toraks • Perlukaan

dinding toraks

• Emfisema

subkutan

• Pneumo/

hematotoraks

• Cedera bronchus

• Kontusio paru

• Kerusakan aorta

torakalis

• Inspeksi

• Palpasi

• Auskultasi

• Jejas, deformitas,

gerakan

• Paradoksal

• Nyeri tekan

dada, krepitus

• Bising nafas

berkurang

• Bunyi jantung

jauh

• Krepitasi

mediastinum

• Nyeri punggung

hebat

• Foto toraks

• CT Scan

• Angiografi

• Bronchoskopi

• Tube

torakostomi

• Perikardio

sintesis

• USG Trans-

Esofagus

Tabel 7- Pemeriksaan Fisik pada Secondary Survey ( lanjutan )

Hal yang

Dinilai

Identifikasi/

tentukan

Penilaian Penemuan klinis Konfirmasi

dengan

Abdomen/

pinggang

• Perlukaan dd.

Abdomen

• Inspeksi • Nyeri, nyeri

tekan abd.

• DPL

Page 51: Skenario a Blok 19 Kelompok 10

• Cedera intra-

peritoneal

• Cedera

retroperitoneal

• Palpasi

• Auskultasi

• Tentukan arah

penetrasi

• Iritasi peritoneal

• Cedera organ

viseral

• Cedera

retroperitoneal

• FAST

• CT Scan

• Laparotomi

• Foto dengan

kontras

• Angiografi

Pelvis • Cedera Genito-

urinarius

• Fraktur pelvis

• Palpasi simfisis

pubis untuk

pelebaran

• Nyeri tekan

tulang elvis

• Tentukan

instabilitas

pelvis (hanya

satu kali)

• Inspeksi

perineum

• Pem.

Rektum/vagina

• Cedera Genito-

rinarius

(hematuria)

• Fraktur pelvis

• Perlukaan

perineum,

rektum, vagina

• Foto pelvis

• Urogram

• Uretrogram

• Sistogram

• IVP

• CT Scan dengan

kontras

Medula

spinalis

• Trauma kapitis

• Trauma medulla

spinalis

• Trauma syaraf

perifer

• Pemeriksaan

motorik

• Pemeriksaan

sensorik

• "mass effect"

unilateral

• Tetraparesis

Paraparesis

• Cedera radiks

syaraf

• Foto polos

• MRI

Page 52: Skenario a Blok 19 Kelompok 10

Kolumna

vertebralis

• Fraktur

• lnstabilitas

kolumna

Vertebralis

• Kerusakan syaraf

• Respon verbal

terhadap nyeri,

tanda lateralisasi

• Nyeri tekan

• Deformitas

• Fraktur atau

dislokasi

• Foto polos

• CT Scan

Ekstremitas • Cedera jaringan

lunak

• Fraktur

• Kerusakan sendi

• Defisit neuro-

vascular

• Inspeksi

• Palpasi

• Jejas,

pembengkakan,

pucat

• Mal-alignment

• Nyeri, nyeri

tekan, Krepitasi

• Pulsasi hilang/

berkurang

• Kompartemen

• Defisit

neurologis

• Foto ronsen

• Doppler

• Pengukuran

tekanan

kompartemen

• Angiografi

III. TAMBAHAN PADA SECONDARY SURVEY

A. Sebelum dilakukan pemeriksaan tambahan, periksa keadaan penderita

dengan teliti dan pastikan hemodinamik stabil

B. Selalu siapkan perlengkapan resusitasi di dekat penderita karena

pemeriksaan tambahan biasanya dilakukan di ruangan lain

C. Pemeriksaan tambahan yang biasanya diperlukan :

1. CT scan kepala, abdomen

2. USG abdomen, transoesofagus

3. Foto ekstremitas

Page 53: Skenario a Blok 19 Kelompok 10

4. Foto vertebra tambahan

5. Urografi dengan kontras

IV. RE-EVALUASI PENDERITA

A. Penilaian ulang terhadap penderita, dengan mencatat dan melaporkan

setiap perubahan pada kondisi penderita dan respon terhadap resusitasi.

B. Monitoring tanda-tanda vital dan jumlah urin

C. Pemakaian analgetik yang tepat diperbolehkan

IX. TRANSFER KE PUSAT RUJUKAN YANG LEBIH BAIK

A. Pasien dirujuk apabila rumah sakit tidak mampu menangani pasien karena

keterbatasan SDM maupun fasilitas serta keadaan pasien yang masih

memungkinkan untuk dirujuk.

B. Tentukan indikasi rujukan, prosedur rujukan dan kebutuhan penderita selama

perjalanan serta komunikasikan dengan dokter pada pusat rujukan yang dituju.

Page 54: Skenario a Blok 19 Kelompok 10

DAFTAR PUSTAKA

Purwadianto, Sampurna. 2000. Kedaruratan Medik. Jakarta : Binarupa Aksara

American College of Surgeon, 2004. ADVANCED TRAUMA LIFE SUPPORT. United States

of America : First Impression

Manjoer, Arief dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculaplus FKUI.

Snell, Richard. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran, Edisi 6. Jakarta : EGC