Page 1
SKENARIO 5
MASALAH KESEHATAN AGROINDUSTRI
Pendahuluan
Masalah-masalah kesehatan di berbagai lingkungan memiliki masalah yang hampir
sama, walaupun pada bagian tertentu mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Bisa
jadi masalah-masalah kesehatan tersebut mempunyai jenis/ macam yang sama akan tetapi
mepunyai frekuensi kejadian kejadian yang berbeda atau mempunyai faktor-faktor lain
yang berbeda pula. Misalnya masalah sanitasi pada masyarakat industri terutama dampak
yang ditimbulkan oleh limbah pabrik pabrik baik di tanah, air (sungai, laut) dan udara
berupa asap pabrik sedangkan pada lingkungan pertanian tentu saja masalah kesehatan
berkisar pada penggunaan penggunaan pestisida yang tidak terkendali atau banyaknya
vektor penyakit seperti nyamuk, cacing dan lainnya walaupun di lingkungan industri juga
ada vektor-vektor tersebut. Penyakit jantung koroner pada kedua lingkungan tersebut
juga akan didapati namun frekuensi kejadiannya antara keduanya mungkin berbeda.
Demikian seterusnya untuk masalah-masalah lainnya akan mengalami perkembangan
sesuai dinamika di lingkungan masing-masing. Suatu kejadian penyakit yang pada tahun
ini mungkin menjadi masalah besar, bisa jadi di tahun berikutnya bukan merupakan
penyakit. Pada bab ini hanya akan dibacarakan masalah-masalah kesehatan yang secara
umum dijumpai pada lingkungan agroindustri dan masalah-masalah lainnya mengikuti
perkembangan yang ada. Ada kemungkinan yang sebelumnya menjadi masalah
lingkungan industri (misalnya polusi udara) akan “menular” pada lingkungan pertanian
yaitu pada waktu kegiatan bertani / berkebun tidak lagi menerapkan sistem yang
tradisional tetapi sistem mekanik dengan didirikannya pabrik-pabrik pengolah hasil
pertanian.
Pada bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai proses terjadinya penyakit bahwa
penyakit terjadi akibat interaksi yang terjadi antara faktor inang (host), agent, dan
lingkungan (model ekologi). Ilmu kedokteran klinik sebagian besar bertumpu pada faktor
inang (imunitas, penyakit sebelumnya) dan agent (bakteri, virus, parasit) sedangkan
faktor lingkungan diperlajari pada ilmu kesehatan dengan objek komunitas. Mengubah
133
Page 2
SKENARIO 5
keadaan / kualitas lingkungan tidak dapat dikerjakan secara sendiri-sendiri namun harus
melibatkan orang banyak.Tidak mungkin untuk memberantas vektor penyakit demam
Dengue hanya dikerjakan oleh satu orang atau satu keluarga saja. Misalnya di suatu
kampung terdapat lima rumah yang positif mengandung jentik nyamuk Aedes sp, dan
yang menguras bak mandinya hanya satu rumah A saja, maka tindakan kesehatan satu
rumah A yang mempunyai sedikit “kesadaran” tersebut akan sia-sia. Mengapa? Bisa jadi
nyamuk yang membawa virus Dengue berasal dari dari empat rumah lainnya, sehingga
kegiatan pemberantasan jentik nyamuk harus dilakukan secara bersama-sama dan satu
waktu oleh masyarakat. Itulah uniknya kesehatan lingkungan. Lain halnya jika seseorang
mengidap hiperkolesterolemia. Kadar kolesterolnya hanya ditentukan oleh perilaku
makan orang itu. Tidak mungkin orang lain makan makanan tinggi kolesterol dan orang
yang hiperkolesterolemia tadi jadi naik kolesterolnya.
Lingkungan pun mempunyai beberapa komponen yang tidak hanya terdiri dari
lingkungan fisik saja tetapi bisa berupa lingkungan sosial ekonomi, lingkungan biologis
seperti yang diterangkan sebagai model roda pada bab sebelumnya. Pada tulisan yang
singkat ini hanya akan dipaparkan masalah kesehatan fisik.
MASALAH PENGGUNAAN PESTISIDA
Masyarakat agroindustri tidak akan terlepas dari suatu zat yang disebut sebagai
pestisida. Pestisida digunakan untuk membunuh atau mengendalikan hama. Ada berbagai
jenis hama. Hama yang paling sering ditemukan adalah serangga.
Efek buruk pestisida dapat menyangkut kesehatan manusia dan lingkungan. Efek
yang paling dramatis pada manusia adalah keracunan akut akibat kecelakaan. Beberapa
peristiwa keracunan oleh senyawa metilmerkuri dan etil merkuri, heksaklorobenzen
sebagai fungisid serta parathion, suatu insektisida organofosfat telah terjadi di berbagai
bagian dunia, mengakibatkan jatuhnya korban ribuan orang dan beberapa ratus
diantaranya mati. Kasus keracunan akut individual biasanya terjadi akibat memakan
sejumlah besar pestisida secara tidak sengaja atau untuk bunuh diri.
Pajanan pestisida di tempat kerja dapat mengenai para pekerja yang terlibat dalam
pembuatan, formulasi dan penggunaan pestisida. Biasanya pestisida masuk ke dalam
134
Page 3
SKENARIO 5
tubuh melalui saluran nafas dan absorbsi kulit, tetapi sejumlah kecil dapat memasuki
saluran gastrointestinal (GI) karena menggunakan tangan atau peralatan yang tercemar.
Jenis keracunan ini akan lebih mungkin terjadi bila dipakai pestisida yang menyebabkan
keracunan akut. Tetapi masalah utama bagi kesehatan masyarakat adalah adanya residu
pestisida dalam makanan, karena ini dapat melibatkan sejumlah besar orang selama
jangka waktu yang panjang.
Selain berbahaya bagi kesehatan manusia, pestisida dapat mempunyai dampak
berbahaya bagi lingkungan. Terlepas dari pelepasan pestisida ke lingkungan secara besar-
besaran akibat kecelakaan, pestisida yang ditemukan dalam berbagai medium
lingkungan hanya sedikit sekali. Tetapi, kadar ini mungkin akan lebih tinggi bila pestisida
itu terus bertahan di lingkungan atau mempunyai kecenderungan untuk biomagnifikasi.
Dalam kasus yang terakhir ini, konsentrasi suatu pestisida terus meningkat sementara zat
ini bergerak melalui rantai trofik. Bila konsentrasinya dalam suatu organisme telah tinggi,
pengaruh buruk dapat terjadi. Contohnya, elang botak hampir punah karena kulit telurnya
mudah pecah akibat efek toksik DDT yang terkumpul secara biologis melalui rantai
makanan yang tercemar. Pencemaran lingkungan semacam itu, dapat juga mempengaruhi
kesehatan manusia lewat tanah dan air yang tercemar yang kemudian mencemari produk
makanan manusia dan air minum.
Penggolongan pestisida
Pestisida biasanya dikelompokkan berdasarkan penggunaannya dan sifat kimianya.
Kelompok utama pestisida adalah sebagai berikut.
1. Insektisida
Insektisida merupakan kelompok pestisida yang terbesar dan terdiri atas beberapa
subkelompok kimia yang berbeda.
a. Insektisida organofosfat
Insektisida ini adalah ester asam fosfat atau asam tiofosfat, masing-masing diwakili
oleh diklorvos dan parathion. Mereka bekerja menghambat asetil kolin esterase
(AChE), mengakibatkan akumulasi asetilkiolin (Ach). Ach yang berlebihan
menyebabkan berbagai gejala dan tanda seperti tremor, inkoordinasi, kejang-kejang,
diare, urinasi tanpa sadar, bronkokonstriksi, miosis, kontraksi otot yang diikuti
dengan kelemahan, hilangnya refleks dan paralisis. Beratnya gejala kurang lebih
135
Page 4
SKENARIO 5
berkorelasi dengan tingkat penghambatan kolinesterase dalam darah, tetapi hubungan
ynag tepat tergantung pada senyawanya
Selain parathion dan diklorvos, pestisida lain dalam kelompok ini antara lain
parathion-methil, azinvos-methil (Guthion), klorfenvinfos, diazinon, dimetoat,
disulfoyhon (Di-siston), malathion, mevinfos, dan triklorfon (Dipterex). Toksisitas
berbagai zat ini amat bervariasi.
b. Insektisida karbamat
Kelompok ini merupakan ester asam N-methyl carbamat. Zat ini juga bekerja
menghambat AChE. Tetapi, pengaruhnya terhadap enzim tersebut jauh lebih
reversibel daripada efek insektisida organofosfat. Insektisida dari kelas ini antara lain
adalah karbaril (Sevin), aldikarb (Temik), karbofuran, metomil, dan propoksur
(Baygon). Selain itu, tanda-tanda toksisitas karbamat muncul lebih cepat; juga,
rentang dosis yang menyebabkan efek toksik minor dan efek lethal cukup besar.
Dengan alas an ini, berdasarkan tosisitas akut, karbamat lebih aman daripada
insektisida organofosfat.
c. Insektisida organoklorin
Insektisida ini meliputi turunan etana berklor, siklodien, dan
heksaklorosikloheksan. Beberapa bahan kimia ini, misalnya DDT diperkenalkan
mulai tahun 1940-an dan dipergunakan secara luas dalam pertanian dan program
kesehatan. DDT dipergunakan karena toksisitas akutnya relatif rendah dan mempu
bertahan lama dalam lingkungan sehingga tidak perlu disemprotkan berulang kali.
Tetapi, kemampuannya bertahan dalam lingkungan belakangan ini dianggap sebagai
suatu kekurangan, bukan suatu kelebihan.
DDT maupun metoksiklor adalah derivat etana berklor tetapi metoksiklor jauh
kurang toksik dan tidak begitu bertahan di lingkungan dibandingkan DDT. Insektisida
siklodien-Endrin sangat toksik, eldrin dan dieldrin agak kurang toksik, dan klordan,
heptaklor, serta mirex makin kurang toksik. Lindan masih sering digunakan dan zat
ini sangat toksik tetapi tidak begitu banyak ditimbun, akibatnya penggunaan Lindan
jauh lebih luas daripada heksaklorosikloheksan.
d. Insektisida tanaman dan insektisida lain
136
Page 5
SKENARIO 5
Insektisida ini antara lain adalah nikotin dari tembakau. Zat ini sangat toksik
secara akut dan bekerja pada susunan saraf. Piretrum diperoleh dari bunga tumbuhan
Chrysanthemum cinerariaefolium. Piretrum mempunyai toksisitas yang rendah pada
mamalia tetapi dapat menimbulkan alergi pada orang yang peka, menyebabkan
dermatitis kontak. Zat ini juga suatu neurotoksikan. Rotenon diekstraksi dari
tumbuhan Derris elliptica. Toksisitas zat ini terhadap mamalia juga rendah tetapi
lebih toksik bagi serangga dan ikan. Banyak mikroorganisme diketahui bersifat
pathogen bagi serangga. Mikroorganisme yang sering digunakan adalah Bacillus
thuringensis dan Bacullovirus pada serangga tertentu. Mikroorganisme ini diketahui
tidak pathogen bagi manusia.
2. Herbisida
Ada beberapa jenis herbisida yang toksisitasnya pada manusia belum diketahui
secara pasti. Senyawa klorofenoksi bekerja pada tumbuhan sebagai hormon
pertumbuhan. Toksisitasnya pada manusia relatif rendah. Herbisida bipiridil misalnya
parakuat dan bikuat telah digunakan secara luas. Toksisitas zat ini dengan mekanisme
pembentukan radikal bebas. Toksisitas parakuat ditandai oleh efek paru-parunya,
bukan saja setelah pajanan lewat inhalasi tetapi juga melalui jalur oral.
3. Fungisida
Senyawa merkuri, misalnya etil dan etilmerkuri merupakan fungisid yang sangat
efektif dan telah dipergunakan secara luas untuk mengawetkan butir padi-padian.
Tetapi beberapa kecelakaan tragis yang menyebabkan banyak kematian dan
kerusakan neurologi menetap terjadi akibat penggunaannya sehingga bahan kimia
tersebut tidak digunakan.
Fungisid lain adalah senyawa N-heterosiklik tertentu misalnya benomil dan
tiabendazol. Toksisitas bahan kimia ini sangat rendah sehingga dipergunakan secara
luas dalam pertanian. Heksaklorobenzen digunakan sebagai zat pengolah benih, tetapi
zat ini pernah menyebabkan keracunan massal.
4. Rodentisida
Warfarin adalah suatu antikoagulan yang bekerja sebagai antimetabolit vitamin K,
dengan demikian menghambat pembentukan protrombin. Bahan kimia ini telah
digunakan secara luas karena toksisitasnya hanya terlihat setelah termakan berulang
137
Page 6
SKENARIO 5
kali dan hal ini tidak akan terjadi pada anak-anak dan hewan piaraan. Tiourea sangat
toksik pada tikus tetapi tidak begitu toksik bagi manusia. Toksisitasnya terutama
berupa edema paru-paru dan efusi pleura. Rodentisida lain yang mencakup produk
tumbuhan misalnya alkaloid striknin, perangsang SP kuat, squill merah yang
menghandung glikosida skillaren A dan B. Glikosida ini mempunyai efek kardiotonik
dan emesis sentral mirip dengan digitalis. Karena efek yang belakangan ini, zat
tersebut sangat beracun bagi tikus yang tidak dapat memuntahkannya dan relatif tidak
beracun bagi manusia.
5. Fumigan
Sesuai dengan namanya, kelompok pestisida ini mencakup beberapa gas, cairan
yang mudah menguap, dan zat padat yang melepaskan berbagai gas lewat reaksi
kimia. Dalam bentuk gas, zat-zat ini menembus daerah penyimpanan dan tanah untuk
mengendalikan serangga-serangga, hewan pengerat, dan nematoda tanah. Karena sifat
karsinogenesitasnya, etilendipromid tidak digunakan lagi. Yang sering dipakai adalah
akrilonitril dan kloropikrin.
Karsinogenesitas
Karsinogen adalah zat yang dapat menyebabkan kanker. Insektisida organofosfat
umumnya tidak bersifat karsinogenik kecuali senyawa yang mengandung halogen
misalnya tetraklorvinfos. Insektisida karbamat sendiri juga tidak bersifat karsinogenik,
tetapi bila ada asam nitrit maka karbaril dapat membentuk nitrosokarbaril yang bersifat
karsinogenik.
Insektisida organoklorin yang telah diuji semuanya terbukti menginduksi hepatoma
pada mencit. Pestisida yang telah menimbulkan banyak perdebatan adalah DDT. Zat ini
tidak bersifat karsinogenik pada tikus, hamster, maupun spesies hewan lain. Selain itu,
penemuan epidemiologi pada dasarnya negatif dan demikian juga pada uji mutagenesis
jangka pendek. Karena alasan itu, WHO menegaskan batas asupan harian yang dapat
diterima untuk DDT dan beberapa insektisida organoklorin lain. Namun penggunaan
DDT telah dibatasi pada beberapa negara, sebagian didasarkan pada bahaya kesehatan
potensialnya dan sebagian pada dampak ekologinya. Satu-satunya pestisida yang
mempunyai beberapa bukti epidemiologi mengenai karsinogenesitasnya adalah
heksaklorosikloheksan. Tetapi hasil-hasilnya membutuhkan penegasan.
138
Page 7
SKENARIO 5
Fumigen EDB (etilen dibromid) dan DBCP (1,2-dibromo-3-kloropropan) terbuki
menimbulkan karsinoma sel skuamosa yang sangat ganas pada tikus dan mencit. Sejak
itu penggunaannya telah dibatasi dan dihentikan.
Amitrol (aminotriazol), suatu herbisid, menyebabkan tumor tiroid tampaknya melalui
mekanisme tak langsung. Tiroid peroksidase biasanya mengoksidasi yodium menjadi
bentuk teroksidasi yang kemudian berkonjugasi dangan tirosin membentuk tiroksin.
Amitrol menghambat enzim ini, dengan demikian menurunkan kadar tiroksin. Penurunan
kadar ini melalui suatu mekanisme biofeedback, merangsang kelenjar pituitari untuk
melepaskan hormon tirotropik yang lebih banyak. Hormon pituitari ini merangsang
kelenjar tiroid sehingga menjadi hiperplastik dan akhirnya berbentuk tumor. Karena itu
amitrol merupakan “karsinogen sekunder”. Tetapi untuk berhati-hati, zat ini hanya
diijinkan digunakan untuk tanaman bukan pangan.
Dengan cara yang sama, etilenbisditiokar (Manukozeb, Maneb, Nabam, dan Zineb)
juga telah dilaporkan menyebabkan tumor tiroid. Pertemuan bersama FAO dan WHO
yang membahas residu pestisida, menganjurkan agar penggunaan fungisida ini dibatasi
untuk memastikan agar tidak ditemukan etilentiourea dalam makanan.
Teratogenesitas dan Efek Fungsi Reproduksi
Penelitian menyeluruh pada tikus yang diberi karbaril dalam diet pada dosis besar
100 mg/kg dan 200 mg/kg tidak membuktikan adanya efek pada berbagai fungsi
reproduksi dan tidak ada efek teratogenik. Beberapa efek terlihat pada tikus yang diberi
karbaril dengan sonde.
Pestisida lain yang dilaporkan mempunyai efek teratogen adalah fungisid
ditiokarbamat. Efek-efek tersebut disebabkan paling tidak oleh produk-produk
pecahannya.
Efek Buruk Lainnya
Efek khusus karbaril pada ginjal dilaporkan terjadi pada sukarelawan manusia yang
diberi karbaril dengan dosis 0,12 mg/kg setiap hari selama 6 minggu. Terjadi peningkatan
perbandingan antara nitrogen asam amino dan kreatinin dibandingkan dengan kelompok
plasebo. Temuan ini dianggap merupakan petunjuk berkurangnya kemampuan tubulus
proksimal menyerap kembali asam amino. Efek ini tidak terlihat pada inidividu yang
diberi karbaril 0,6 mg/kg tiap hari.
139
Page 8
SKENARIO 5
Parakuat menyebabkan edema paru-paru, perdarahan, dan fibrosis setalah
penghirupan atau termakan. Tetapi, herbisida lain yaitu dikuat tidak menimbulkan efek
tersebut. Namun kedua zat kimia tersebut toksik pada biakan sel paru-paru. Reaksi
hipersensitivitas terhadap piretrum juga telah dilaporkan dan bentuk yang paling adalah
dermatitis kontak. Asma juga sering dilaporkan terjadi tetapi reaksi anafilaksik jarang
ditemukan.
Insektisida organokklorin misalnya DDT, klorodekon, dan mireks, bersifat
hepatotoksik, menginduksi pembesaran hati dan nekrosis sentrolobuler. Zat-zat itu juga
merupakan penginduksi monooksigenase mikrosom, sehingga dapat mempengaruhi
toksisitas zat kimia lain.
Beberapa organofosfat, karbamat, insektisida organoklorin, fungisid ditokarbamat,
dan herbisida mengubah berbagai fungsi imun. Contohnya malathion, metal parathion,
karbaril, DDT, parakuat dan dikuat telah terbukti dapat menekan pembentukan antibodi,
mengganggu fagositois leukosit, dan mengurangi pusat germinal pada limpa, timus, dan
kelenjar limfe.
PENYAKIT-PENYAKIT AKIBAT KERJA DI LINGKUNGAN AGROINDUSTRI
Tabakosis adalah nama penyakit sebagai akibat pengaruh debu tembakau. Debu
tersebut dihirup oleh pekerja-pekerja, ketika daun tembakau dikeringkan. Terutama daun
tembakau yang telah disimpan lama dan lapuk menghasilkan banyak debu. Gangguan
kesehatan pada tabakosis mungkin disebabkan jamur yang tumbuh di daun tembakau,
tapi mungkin pula sebagai akibat nikotin yang dikandungnya. Pengalaman menunjukkan,
bahwa menghirup udara yang mengandung debu tembakau yang cukup banyak
memudahkan terjadinya radang paru-paru. Sampai saat ini tidaklah banyak tentang
tabakosis dikemukakan dalam kepustakaan, maka dari itu persoalan penyakit tersebut
belum begitu jalas betul. Namun sebagai pegangan sebaiknya segala kelainan paru-paru
pada pekerja-pekerja yang mengolah daun tembakau diobeti seperlunya antara lain
dengan antibiotika dan memindahkannya ke tempat kerja yang kurang atau tidak berdebu.
Byssinosis selain terdapat di perusahaan pemintalan dan pertenunan ternyata
menghinggapi pula pekerja-pekerja di perkebunan kapas, yang memisahkan biji kapas
dari serat-seratnya. Kadang-kadang pada pekerja yang disebut ”ginning” tersebut
140
Page 9
SKENARIO 5
prevalensi sakit oleh debu kapas juga tinggi. Tapi pada umumnya para ahli sependapat
bahwa bahaya penyakit byssinosis pada ginning tidak begitu berbahaya mengingat sifat
pekerjaan yang biasanya sementara, musiman, dikerjakan di tempat kerja terbuka di luar
rumah, dan udara pada pekerjaan demikian relatif tidak berdebu. Di negara Mesirlah
mula-mula dilaporkan tentang adanya byssinosis pada pekerjaan-pekerjaan ginning.
Bagassosis adalah penyakit paru-paru oleh karena bagasse yaitu ampas tebu
sesudah tebu diperas diambil gulanya. Bagasse yang lama disimpan, kering, rapuh, dan
berjamur yang menyebabkan penyakit tersebut. Tanda-tandanya adalah penyakit radang
alat pernafasan akut, sebabnya diduga jamur yang tumbuh pada bagasse. Gejala-gejala
seperti eneg, muntah, demam tinggi, menggigil, batuk, sianosis, dan lain-lain terlihat
pada bagassosis. Pengobatan ditujukan kepada radang paru-paru dan penderita diberi
istirahat secukupnya. Pencegahan dilakukan dengan usaha-usaha agar bagasse tidak
menimbulkan debu di udara misalnya dibasahi dan diusahakan jangan sampai terlalu
lama disimpan sebelum dipakai atau dibuang.
Penyakit radang alat pernafasan akut juga terjadi pada pekerja-pekerja yang
membuat kasur dari bahan-bahan kapas yang jelek atau kualitas rendah. Radang ini
disebabkan oleh Aerobacter cloacae yang hidup di kapas lembab pada musim penghujan.
Bakteri tersebut biasa terdapat banyak di tanah, mungkin berasal dari kotoran manusia
atau hewan. Terapi adalah dengan antibiotika.
Asma terdapat pada pekerja-pekerja yang mengerjakan biji-bijian atau hasil
lainnya. ”Grain asthma” adalah penyakit asma terhadap butir-butir beras dan gandum.
”Tamarind asthma” adalah akibat alergi alat pernafasan kepada buah tamarind. Asma
juga terjadi terhadap bahan-bahan halus, seperti tepung, misalnya ”fluor asthma”, yang
disebabkan alergi kepada kutu-kutu tepung atau kepada tepungnya sendiri. Umum
diketahui bahwa banyak peristiwa asma disebabkan oleh karena kepekaan kepada tepung
sari dari berbagai pohon-pohonan yang dibawa angin dan dihirup penderita. Tanda-tanda
asma adalah sesak nafas, terutama sulit pada waktu mengeluarkan nafas. Terdengar
khusus suara-suara pernafasan yang tanpa stetoskop pun bisa terdengar. Pengobatan
adalah dengan obat-obat bronkodilator atau steroid lokal, tetapi yang terpenting adalah
memindahkan pekerja dari pekerjaan yang menyebabkan ia menghirup alergennya.
141
Page 10
SKENARIO 5
Jamur seperti Sporotrichosis hidup di rumpun pepohonan, sehingga pekerja yang
bersentuhan atau luka oleh duri rumpun tersebut mungkin dihinggapi penyakit tersebut.
Dermatosis oleh karena jamur adalah khas sifatnya menahun, ditengah menyembuh
sedangkan dipinggir justru proses aktif, disertai perasaan-perasaan gatal dan panas.
Obatnya baik dalam ataupun luar adalah antijamur. Jamur selain itu sering tumbuh pada
bahan-bahan organik yang membusuk, apabila bahan-bahan tersebut diangkat atau
diangkut, debu yang mengandung jamur terhirup oleh pekerja-pekerja dan
mengakibatkan penyakit jamur pada paru-paru seperti misalnya pernah dilaporkan
tentang peristiwa Aspergillosis paru-paru pekerja yang mengolah gandum. Dalam hal
terakhir ini, masker sangat membantu usaha pencegahan.
Kecelakaan akibat kerja terjadi pada pengambilan hasil-hasil dari pohon tinggi,
seperti pemetikan pala, kelapa, kenari, dan lain-lain. Terutama harus mendapatkan cukup
perhatian ialah kecelakaan-kecelakaan pada pengambilan kayu dari penebangan hingga
pengangkutannya di kehutanan. Cara penebangan harus disertai usaha-usaha pencegahan
kecelakaan. Penimbunan kayu harus dilaksanakan memenuhi cara-cara yang benar,
demikian pula pengangkutannya. Sedangkan pekerja-pekerja diwajibkan memakai
pakaian-pakaian pelindung yang cukup, antara lain topi keselamatan, sepatu bot, baju
kerja, dan lain-lain. Perkakas-perkakas kerja harus aman juga.
Seperti halnya di pertambangan, Ancylostomiasis merupakan penyakit yang sering
dialami pekerja-pekerja pertanian, perkebunan, dan kehutanan. Untuk itu harus
diusahakan higiene lingkungan dan perorangan yang baik.
Pekerjaan-pekerjaan di pertanian, perkebunan, dan kehutanan di beberapa daerah
menghadapi bahaya-bahaya gigitan kalajengking atau ular. Racun-racun dari hewan
berbisa ini dapat digolongkan menjadi dua :
1. Hemotoksik, yang meracuni darah dengan menghancurkan butir darah merah dan
pembuluh darah;
2. Neurotoksik, yang merusak saraf
3. Bila terjadi gigitan ular atau kalajengking biasanya susah dibedakan oleh jenis
ular atau kalajengking apa, kecuali jika hewannya tertangkap. Umumnya harus
segera diusahakan agar racun tidak menjalar ke seluruh tubuh dengan mengikat
bagian atas tubuh yang luka, mengeluarkan darah dari luka dengan
142
Page 11
SKENARIO 5
melebarkannya memakai pisau bersih atau steril. Ikatan paling lama 30 menit dan
selalu dibuka untuk jangka waktu itu selama 1 menit, bila tidak jaringan bagian
bawah ikatan akan rusak oleh karena terganggu peredaran darahnya. Di kota-kota
besar atau di klinik-klinik khusus sering tersedia antivenom, ialah bahan untuk
menetralisir bisa hewan tersebut. Pakaian pelindung sangat berguna untuk
pencegahan antara lain celana panjang dan sepatu bot.
Kecelakaan Akibat Jenis Pekerjaan
Jenis-jenis pekerjaan mempunyai peranan besar dalam menentukan jumlah dan
macam kecelakaan. Kecelakaan-kecelakaan di perusahaan berlainan dengan kecelakaan-
kecelakaan di perkebunan, kehutanan, pertambangan atau perkapalan. Demikian pula
jumlah dan macam kecelakaan di berbagai kesatuan operasi dalam suatu proses.
Demikian juga pada berbagai pekerjaan yang tergolong kapada suatu kesatuan operasi.
Kecelakaan-kecelakaan di pertambangan merupakan akibat-akibat ledakan, rubuh
dinding dan atap tambang, jatuh ketika menaiki atau menuruni tangga, selipnya lori, dan
lain-lain. Kecelakaan-kecelakaan dalam hubungan industri maritim misalnya tenggelam,
ditelan ikan, luka oleh barang-barang atau binatang-binatang laut berbisa, dan lain-lain.
Kecelakaan di perkebunan atau kehutanan antara lain kejatuhan kayu, jatuh, luka-luka
oleh perkakas tangan, dan lain-lain. Kecelakaan di dek kapal selain kecelakaan-
kecelakaan biasa, juga bahaya jatuh ke laut atau tenggelam. Kecelakaan yang
berhubungan dengan pembangunan rumah-rumah ialah jatuh, kejatuhan bahan bangunan,
luka-luka oleh perkakas, dan lain-lain. Selain itu pada penggunaan perkakas, karena
tangan yang terutama digunakan, umumnya luka-luka terjadi di tangan. Mesin-mesin
yang berputar dapat mengadakan tarikan-tarikan sehingga baju yang longgar atau rambut
yang terurai ditarik oleh bagian-bagian yang bergerak tersebut dan berbahaya, misalnya
menyebabkan lepasnya kulit kepala atau bahkan kematian. ”Punch machine” yaitu suatu
mesin yang membuat lubang dan lain-lain tidak jarang menyebabkan putusnya tangan.
Atau gergaji listrik untuk pemotongan kayu atau lempeng aluminium sering pula
menyebabkan kecelakaan besar pada tangan. Pekerjaan yang berhubungan dengan arus
listrik terutama bervoltase tinggi kadang-kadang mendatangkan bahaya terutama bagi
mereka yang tidak tahu seluk beluk listrik. Kawat-kawat listrik harus tertutup oleh
143
Page 12
SKENARIO 5
isolasinya, bila tidak akan menimbulkan hubungan pendek, kebakaran, dan berbahaya
bagi para pekerja. Arus listrik bertekanan tinggi hanya boleh diperiksa oleh ahlinya.
Lemari sakelar juga hanya boleh dimasuki oleh ahlinya dan selalu tertutup dan terkunci.
Perbaikan-perbaikan arus listrik hanya dikerjakan apabila arusnya dimatikan. Kecelakaan
oleh arus listrik umumnya sangat tergantung dari lintasan arus dalam tubuh; umumnya
arus yang melalui jantung sangat berbahaya. Memberikan pertolongan kepada korban
hanya dilakukan dengan menggunakan isolator atau sesudah arus dimatikan. Untuk
beberapa perusahaan, petir dapat menimbulkan kebakaran, hal ini terjadi misalnya pada
perusahaan tekstil. Industri-industri kimia yang menggunakan bahan-bahan terbakar
menghadapi bahaya kebakaran. Untuk perusahaan apapun sebaiknya tersedia alat-alat
pemadam kebakaran terutama untuk menyelamatkan dari bahaya api. Jarak pemadam
kebakaran harus dekat, karena dalam peristiwa kebakaran, manusia dan api seolah
berlomba-lomba. Sebagai jalan keluar, untuk tujuan penyelamatan harus ada pintu-pintu
darurat yang cukup banyaknya dan tetap penempatannya.
Alat-alat Pelindung Diri
Perlindungan tenaga kerja melalui usaha-usaha teknis pengamanan tempat,
peralatan dan lingkungan kerja sangat perlu diutamakan. Namun kadang-kadang keadaan
bahaya masih belum dapat dikendalikan sepenuhnya, sehingga digunakan alat-alat
pelindung diri (personal protective devices) dengan syarat-syarat sebagai berikut :
1. Enak dipakai;
2. Tidak mengganggu kerja; dan
3. Memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya.
Pakaian kerja harus dianggap suatu alat perlindungan terhadap bahaya-bahaya
kecelakaan. Pakaian tenaga kerja pria yang bekerja melayani mesin seharusnya berlengan
pendek, pas (tidak longgar) pada dada atau punggung, tidak berdasi dan tidak ada lipatan-
lipatan yang mungkin mendatangkan bahaya. Wanita sebaiknya memakai celana panjang,
jala rambut, baju yang pas, dan tidak memakai perhiasan-perhiasan. Pakaian kerja sintetis
hanya baik terhadap bahan-bahan kimia korosif, tetapi justru berbahaya pada lingkungan
kerja dengan bahan-bahan dapat meledak oleh aliran listrik statis.
144
Page 13
SKENARIO 5
Alat-alat proteksi diri beraneka ragam macamnya. Jika digolong-golongkan
menurut bagian-bagian tubuh yang dilindunginya, maka jenis alat-alat proteksi diri dapat
dilihat pada daftar sebagai berikut :
1. Kepala : pengikat rambut, penutup rambut, topi dari berbagai
2. Mata : kacamata dari berbagai gelas
3. Muka : perisai muka
4. Tangan dan jari-jari : sarung tangan
5. Kaki : sepatu
6. Alat pernafasan : respirator/masker khusus
7. Telinga : sumbat telinga, tutup telinga
8. Tubuh : pakaian kerja dari berbagai bahan
Untuk memilih alat-alat pelindung diri menurut keperluannya, dapat dilihat pada daftar
berikut :
ALAT-ALAT PELINDUNG DIRI MENURUT KEPERLUANNYA
Faktor Bahaya Bagian Tubuh yang Perlu Dilindungi Alat-alat Proteksi Diri
Benda berat atau
kekerasan
Kepala, betis, tungkai
Pergelangan kaki, kaki dan jari kaki
Topi logam atau plastik, lapisan
pelindung (deckker) dari kain,
kulit, logam, dsb
Sepatu steelbox toe
Benda sedang
tidak terlalu berat
Kepala Topi aluminium atau plastik
Benda-benda
besar beterbangan
Kepala
Mata
Muka
Jari, tangan, lengan
Tubuh
Topi plastik atau logam
Goggles (kacamata yang
menutupi seluruh samping mata),
kacamata yang sampingnya
tertutup
Tameng plastik
Sarung tangan kulit berlengan
panjang
Jaket atau jas kulit
145
Page 14
SKENARIO 5
Betis, tungkai, mata kaki Pelindung dari kulit, berlapis
logam, dan tahan api
Benda-benda
kecil beterbangan
Kepala
Mata
Tubuh
Lengan, tangan, jari
Tungkai kaki
Topi, kap khusus
Kacamata
Jaket kulit atau zeildoek
Sarung tangan, pakaian berlengan
panjang
Pelindung-pelindung betis,
tungkai, dan mata kaki
Debu Mata
Muka
Alat pernafasan
Goggles, kacamata sisi kanan kiri
tertutup
Penutup muka dari plastik
Respirator/masker khusus
Percikan api atau
logam
Kepala
Mata
Muka
Jari, tangan, lengan
Betis, tungkai
Matakaki, kaki
Tubuh
Topi plastik berlapis asbes
Goggles, kacamata
Penutup muka dari plastik
Sarung tangan asbes berlengan
panjang
Pelindung dari asbes
Sepatu kulit
Jaket asbes atau kulit
Gas, asap, atau
fumes
Mata
Muka
Alat pernafasan
Tubuh
Goggles
Penutup muka khusus
Membahayakan jiwa secara
langsung : gas masker khusus
dengan filter, Tidak
membahayakan jiwa secara
langsung : gas masker bermacam-
macam
Pakaian karet, plastik, atau bahan
lain yang tahan kimiawi
146
Page 15
SKENARIO 5
Jari, tangan, lengan
Betis, tungkai
Matakaki, kaki
Sarung tangan plastik, karet,
berlengan panjang dan anggota-
anggota badan itu diolesi dengan
barrier cream
Pelindung dari plastik atau karet
Sepatu yang konduktif (yang
menyalurkan aliran listrik) karena
mungkin sekali gas itu eksplosif
Cairan dan bahan-
bahan kimiawi
Kepala
Mata
Muka
Alat pernafasan
Jari, tangan, lengan
Tubuh
Betis, tungkai
Matakaki, kaki
Topi plastik/karet
Goggles
Penutup dari plastik
Respirator khusus tahan kimiawi
Sarung plastik/karet
Pakaian plastik/karet
Pelindung khusus dari
plastik/karet
Sepatu karet, plastik, atau kayu
Panas Kepala
Lain-lain bagian
Kaki
Mata
Topi asbes
Sarung, pakaian, pelindung dari
asbes atau bahan lain yang tahan
panas/api
Sepatu dengan zool kayu atau
bahan lain tahan panas
Goggles dengan lensa tahan sinar
infrared
Basah dan air Kepala
Tangan, lengan, jari
Tubuh
Kaki, tungkai
Topi plastik
Sarung tangan plastik, karet
berlengan panjang
Pakaian khusus
Sepatu bot karet
Terpeleset, jatuh Kaki Sepatu anti slip, kayu (gabus)
147
Page 16
SKENARIO 5
Terpotong,
tergosok
Kepala
Jari, tangan, lengan
Tubuh
Betis, tungkai
Matakaki, kaki
Topi plastik, logam
Sarung tangan kulit, dilapisi
logam, berlengan panjang
Jaket kulit
Celana kulit dengan knie atau
engkel dekker
Sepatu dilapisi baja, zool kayu
Dermatitis atau
radang kulit
Kepala
Muka
Jari, tangan, lengan
Tubuh
Betis, tungkai, matakaki, kaki
Topi plastik, karet, pici (kap)
kapas atau wol
Barrier cream, pelindung plastik
Barrier cream, sarung tangan
karet, plastik
Penutup karet, plastik
Sepatu karet, zool kayu, sandal
kayu (bakiak)
Listrik Kepala
Jari, tangan, lengan
Tubuh, betis, tungkai, matakaki, kaki
Topi plastik, karet
Sarung tangan karet tahan sampai
10.000 volt selama 3 menit
Pelindung yang bahannya dari
karet
Bahan peledak Kaki Sepatu kayu, percikan api
Mesin-mesin Kepala
Jari, tangan , lengan
Tubuh
Betis, matakaki
Pici, terutama wanita berambut
panjang
Sarung tangan tahan api
Jaket dari karet, plastik, zeildoek
Celana tahan api atau dekker
Sinar silau Mata Goggles, kacamata dengan filter
khusus atau lensa polaroid
Percikan api dan
sinar silau pada
pengelasan
Mata
Muka
Goggles, penutup muka, kacamata
dengan filter khusus
Penutup muka dengan kacamata
148
Page 17
SKENARIO 5
Tubuh
Kaki
filter khusus
Jaket tahan api (asbes) atau kulit
Sepatu dilapisi baja
Penyinaran
sedang
Kepala
Mata
Muka
Topi khusus
Goggles, kacamata dengan filter
lensa
Pelindung muka khusus
Penyinaran kuat Kepala
Mata, muka
Topi khusus
Goggles dengan filter khusus, dari
logam atau plastik
Penyinaran
radioaktif
Jari, tangan, lengan
Tubuh
Sarung tangan karet dilapisi timah
hitam
Jaket karet atau kulit, dilapisi
timah hitam
Gas atau aerosol
radioaktif
Alat pernafasan
Seluruh badan
Respirator khusus
Pakaian khusus
Gaduh suara Telinga Pelindung khusus : dimasukkan ke
lubang telinga atau penutup
lubang telinga
MASALAH AIR
Syarat Air Minum
Mengingat bahwa pada dasarnya tidak ada air yang seratus persen murni dalam arti
sesuai benar dengan syarat air yang patut untuk kesehatan, maka biar bagaimanapun
harus diusahakan air yang ada sehingga syarat yang dibutuhkan tersebut harus terpenuhi,
atau paling tidak mendekati syarat-syarat yang dikehendaki. Dengan demikian bagaimana
syarat-syarat air yang baik, haruslah diketahui oleh setiap petugas kesehatan termasuk
dokter. Pada saat ini telah tersusun syarat-syarat air yang dipandang baik, yang secara
umum dibedakan atas tiga hal, yaitu :
1. Syarat fisika
149
Page 18
SKENARIO 5
Air yang sebaiknya dipergunakan untuk minum ialah air yang tidak berwarna, tidak
berasa, tidak berbau, jernih dengan suhu sebaiknya dibawah suhu udara sehingga
menimbulkan rasa nyaman.
Syarat fisik ini adalah syarat yang sederhana sekali, karena dalam praktek sehari-hari
sering ditemui air yang memenuhi semua syarat di atas, tetapi jika ditinjau dari segi
kesehatan tidak memenuhi syarat karena mengandung bibit penyakit misalnya.
Dari sudut ini dimengerti bahwa jika salah satu dari syarat fisik ini tidak terpenuhi,
maka besar kemungkinan air itu tidak sehat (karena beberapa zat kimia, mineral, ataupun
zat organis / biologis yang terdapat dalam air dapat mengubah warna, bau, rasa, dan
kejernihan). Tetapi jika semua syarat di atas terpenuhi, belum tentu air tersebut baik
untuk diminum, karena mungkin mengandung zat ataupun bibit penyakit yang
membahayakan kesehatan.
2. Syarat bakteriologis
Secara teoritis semua air minum hendaknya dapat terhindar dari kemungkinan
terkontaminasi dengan bakteri, terutama yang bersifat patogen. Namun dalam kehidupan
sehari-hari, amat sukar untuk menentukan apakah air tersebut benar-benar sucihama atau
tidak. Karena itulah, untuk mengukur apakah air minum bebas dari bakteri atau tidak,
pegangan yang dipakai adalah E. coli. Tergantung dari cara pemeriksaan yang dilakukan,
maka jumlah E. coli yang masih dibenarkan terdapat dalam sumber air minum
bermacam-macam. Pada pemeriksaan air minum dengan memakai prosedur Membrane
Filter Technique, maka 90% dari contoh air yang diperiksa selama 1 bulan, harus bebas
dari E. coli. Selanjutnya dari yang mengandung E. coli, jumlah kuman ini tidak boleh
lebih dari 3 untuk setiap 50 cc air, tidak boleh lebih dari 4 untuk setiap 100 cc air, tidak
boleh lebih dari 7 untuk setiap 200 cc air, serta tidak boleh lebih dari 13 untuk setiap 500
cc air.
Bila terjadi penyimpangan dari ketentuan-ketentuan di atas, maka air tesebut
dianggap tidak memenuhi syarat dan oleh karena itu perlu diselidiki lebih lanjut.
Dipakainya E. coli sebagai patokan utama untuk menentukan apakah air minum
memenuhi syarat bakteriologis atau tidak ialah karena pada umumnya bibit penyakit ini
ditemui pada kotoran manusia serta secara relatif lebih sukar dimatikan dengan
pemanasan air.
150
Page 19
SKENARIO 5
3. Syarat kimia
Air minum yang baik ialah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat
kimia ataupun mineral, terutama yang berbahaya bagi kesehatan. Selanjutnya diharapkan
pula zat ataupun bahan kimia yang terdapat didalam air minum , tidak sampai
menimbulkan kerusakan pada tempat penyimpanan air; sebaliknya zat ataupun bahan
kimia dan atau mineral yang dibutuhkan oleh tubuh, hendaknya harus terdapat dalam
kadar yang sewajarnya dalam sumber air minum tersebut.
Pengelolaan Air untuk Minum
Air yang tidak memenuhi syarat untuk langsung diminum perlu diolah terlebih
dahulu sehingga memenuhi syarat kesehatan. Pekerjaan ini disebut “treatment of water”
yang dengan kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi banyak cara melakukannya.
Ditinjau dari perlu atau tidaknya pengelolaan, dapat dibedakan beberapa macam air,
yaitu:
1. Air yang sama sekali tidak membutuhkan pengelolaan; jadi air tersebut dapat
langsung diminum, biasanya berupa air tanah yang tidak terkontaminasi.
2. Air yang hanya membutuhkan pekerjaan desinfeksi saja; umumnya berupa air dalam
tanah ataupun air permukaan yang diperkirakan hampir tidak terkontaminasi,
mempunyai warna yang jernih dan mengandung E. coli pada pemeriksaan bulanan
tidak lebih dari 50 untuk setiap 100 ml air.
3. Air yang membutuhkan penyaringan pasir cepat yang lengkap atau alat pengolahan
air lainnya yang sejenis dengan ini, yang dilanjutkan dengan chlorination secara
tetap. Biasanya dilakukan pada air yang telah tercemar atau yang mengandung E. coli
lebih dari 5000 pada setiap 100 ml air yang berasal dari 20% sampel yang diperiksa
setiap bulan.
4. Air yang membutuhkan pengolahan tambahan setelah sebelumnya dilakukan proses
pengolahan dengan saringan pasir cepat dan chlorination. Pengolahan tambahan yang
dilakukan misalnya pre-sedimentation ataupun penyimpanannya selama 30 hari atau
lebih yang sebelumnya telah ditambahkan pula zat chlor. Biasanya dilakukan pada air
yang mengandung E. coli pada 20% sampel air yang diperiksa setiap 2 bulan sekali
lebih dari 5000 MPN pada setiap 100 ml, tapi jumlah ini tidak lebih dari 20.000 pada
setiap 100 ml air pada 5% dari sampel yang diperiksa.
151
Page 20
SKENARIO 5
5. Air yang membutuhkan pengolahan air secara istimewa yang biasanya dilakukan
pada air yang sama sekali tidak sehat, tetapi karena keadaan memaksa terpaksa
diipergunakan. Air macam ini ditandai dengan ditemukannya E. coli sebanyak lebih
dari 250.000 MPN pada setiap 100 ml air pada tiap kali pemeriksaan
Untuk mengelola lima macam air yang terdapat di alam ini, kini berbagai cara telah
dikenal, yang secara umum dapat dibedakan atas :
1. Pengelolaan secara alamiah
Biasanya dilakukan dalam bentuk penyimpanan (storage) ataupun pengendapan
(sedimentation). Proses ini dapat berlangsung di alam (kali, danau) ataupun sumber
air yang terdapat di rumah tangga ataupun sumber air untuk penduduk kota. Air
dibiarkan pada tempatnya, dan kemudian terjadilah koagulasi dari zat-zat yang
terdapat di dalam air. Adanya koagulasi yang membentuk endapan ini akan
menjernihkan air, karena partikel-partikel yang ada dalam air akan ikut mengendap.
2. Pengelolaan air dengan menyaring
Dikenal 2 macam saringan yaitu saringan pasir lambat (slow sand filter) yang
diperkenalkan di London pada tahun 1829, serta saringan pasir cepat (rapid sand
filter) yang diperkenalkan di Amerika Serikat pada tahun 1893. Pada saringan pasir
lambat aliran air berdasarkan gaya gravitasi, sedangkan pada saringan pasir cepat
dipergunakan tekanan. Untuk saringan pasir cepat perlu dilakukan pengolahan air
sebelumnya, misalnya dengan menambahkan zat koagulan ataupun dengan
melakukan proses sedimentasi.
3. Pengelolaan air dengan menambahkan zat kimia
Zat kimia yang ditambahkan ada 2 macam, yaitu :
a. yang bertujuan untuk mempercepat terjadinya proses koagulasi, jadi zat yang
ditambahkan adalah zat koagulan;
b. yang bertujuan untuk mensucihamakan atau membunuh bibit penyakit yang ada di
dalam air.
Zat kimia yang biasa ditambahkan adalah chlor dan ini disebut chlorination
4. Pengelolaan air dengan mengalirkan udara
Proses ini disebut aeration yang tujuannya ialah untuk menghilangkan rasa serta bau
yang tidak enak,menghilangkan gas-gas yang tidak dibutuhkan (CO2, metan,
152
Page 21
SKENARIO 5
hydrogen sulfide), menaikkan derajat keasaman air (karena kadar CO2 dihilangkan),
menambah gas-gas yang diperlukan ataupun untuk mendinginkan air.
5. Pengelolaan air dengan memanaskannya hingga mendidih
Pengelolaan air jenis ini ditujukan terutama untuk membunuh kuman-kuman yang
terdapat di dalam air.
Chlorination atau pemberian zat chlor dalam rangka membersihkan air minum
dari kuman-kuman penyakit adalah hal yang paling sering dilakukan. Jumlah chlor yang
diperlukan untuk membunuh kuman , amat dipengaruhi oleh keadaan air itu sendiri; jika
air lebih keruh tentu saja dibutuhkan chlor yang lebih banyak. Namun demikian kadar
chlor dalam air tidak boleh berlebihan, karena meskipun bibit penyakit dapat dibunuh,
tetapi jika kadar chlor sisa dalam air minum tinggi, tentu saja tidak baik untuk kesehatan.
Untuk air minum, kadar chlor yang dipandang sesuai dengan kesehatan ialah antara 0,1-
0,2 ppm.
Hasil chlorination yaitu kemampuan membunuh kuman yang terdapat di dalam
air, kecuali dipengaruhi oleh jumlah chlor yang dipakai , juga dipengaruhi oleh berbagai
faktor lainnya, yaitu lamanya air bereaksi dengan chlor, suhu air (makin tinggi suhu
makin baik hasilnya), keasaman air (makin rendah pH, makin baik hasilnya) serta jumlah
aktif chlor yang terdapat (makin tinggi prosentasenya, maka makin sedikit pemakaiannya.
Sebenarnya daya membunuh yang dimiliki oleh chlor tergantung dari chlor aktif
yang terdapat. Makin rendah zat persenyawaan chlor mengandung aktif chlor, maka
makin banyak zat tersebut dibutuhkan. Kekuatan chlor larut dalam air disebut chlor aktif.
Sedangkan aktif chlor yang terdapat pada berbagai senyawaan chlor berbeda-beda. Gas
chlor (Cl2) misalnya, mengandung 100% chlor aktif, kaporit (CaOCl) mempunyai 60%-
70% chlor aktif, sedangkan hipoklorit (Ca (OCl)2) mengandung 15%-30% chlor aktif.
Pengolahan Air Minum untuk Umum
Pada umumnya air minum untuk kepentingan umum (ledeng misalnya) diperoleh
dari air permukaan tanah yang telah terkontaminasi (misalnya air kali). Oleh karena
itulah pengolahan air minum untuk kepentingan umum ini dilakukan lebih kompleks.
Pada suatu instalasi air minum, biasanya tersedia beberapa fasilitas yang terdiri atas :
153
Page 22
SKENARIO 5
1. Pipa yang mengalirkan air ke instalasi air minum (supply line)
2. Bak penampung untuk pengendapan pertama (pre-sedimantation-tank)
3. Bak pemberi obat-obat kimia (chemical feeder)
4. Bak pencampur (mixing device)
5. Bak penampung untuk pengendapan kedua (Dortmund tank/accelerator)
6. Saringan pasir cepat (rapid sand filter)
7. Bak pemberi chlor (chlorinator)
8. Bak penampung air bersih yang siap dialirkan ke konsumen (clear wastage storage
kelder)
Proses pengolahan air untuk kepentingan umum adalah sebagai berikut :
1. Air sungai dialirkan atau dipompa. Tempat pengambilan air disebut intake. Air
diendapkan pada parit-parit lebar dan panjang
2. Setelah diendapkan beberapa waktu, kemudian air dialirkan ke instalasi penyaringan
(melalui pengukuran debit air)
3. Air diendapkan di bak pertama
4. Kemudian air dialirkan melalui tempat pembubuhan obat kimia berupa zat koagulan,
biasanya merupakan aluminium sulfat (tawas) Al2(SO4)3 dan larutan kapur CaCO3
yang tujuannya untuk membentuk endapan
5. Agar zat koagulan ini dapat bercampur dengan sempurna, maka ada dua cara yang
ditempuh, yaitu :
a. menerjunkan air;
b. mengalirkan air melalui parit yang berbelok-belok, yang disebut mixing device
6. Bila air telah bercampur dengan baik, maka timbul kepingan yang lebih besar.
Selanjutnya untuk memberikan kesempatan pengendapan, air dialirkan ke dalam bak
pengendapan kedua yang disebut Dortmund tank atau accelerator. Dalam bak ini
terjadi pemisahan antara kotoran dengan air yang sudah bersih
7. Air yang sudah nampak bersih ini dialirkan melalui saringan pasir yang disebut rapid
sand filter. Meskipun air ini sudah tampak bersih tetapi masih terdapat kemungkinan
mengandung bakteri
8. Untuk membunuh bakteri tersebut, air kemudian dialirkan ke sebuah chlorinator;
disini dibubuhi zat chlor dengan syarat sisa chlor ialah 0,1-0,2 ppm
154
Page 23
SKENARIO 5
9. Air yang sudah bersih ini, selanjutnya ditampung dalam bak penampung air bersih
untuk kemudian siap didstribusikan kepada para konsumen
MASALAH SAMPAH
Sampah dalam ilmu kesehatan lingkungan (refuse) sebenarnya hanya sebagian
dari benda atau hal-hal yang dipandang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi,
atau harus dibuang, sehingga tidak sampai mengganggu kelangsungan hidup. Dalam ilmu
kesehatan, keseluruhan dari benda atau hal-hal yang dipandang tidak digunakan, tidak
dipakai, tidak disenangi, atau harus dibuang tersebut, disebut benda-benda sisa atau
benda-benda bekas (waste). Kecuali sampah (refuse), kotoran manusia (human waste), air
limbah dan atau air bekas (sewage), serta sisa-sisa industri (industrial waste) termasuk
pula ke dalamnya.
Sumber dan Macam Sampah
Tergantung dari tingkat kemajuan hidup masyarakat, sumber dan macam sampah
berbeda-beda. Secara umum dapat disimpulkan bahwa makin maju tingkat kebudayaan
masyarakat, makin kompleks pula sumber dan macam sampah yang ditemui.
Dalam kehidupan sehari-hari, dikenal beberapa sumber sampah misalnya :
1. dari rumah tangga;
2. dari daerah pemukiman;
3. dari daerah perdagangan;
4. dari daerah industri;
5. dari daerah peternakan;
6. dari daerah pertanian;
7. dari daerah pertambangan;
8. dari jalan dan lain sebagainya.
Tergantung dari sumber ini, maka macam dan komposisi sampah beraneka ragam.
Demikian pula jumlah yang dihasilkan, karena jumlah sampah pada umumnya ditentukan
oleh :
1. kebiasaan hidup masyarakat;
2. musim atau waktu;
155
Page 24
SKENARIO 5
3. standart hidup;
4. macam masyarakat; dan
5. cara pengelolaan sampah.
Sedangkan macam sampah, dikenal beberapa cara pembagian. Ada yang
membaginya atas dasar zat pembentuk, yaitu :
1. sampah organik; dan
2. sampah in organik.
Ada pula yang membaginya atas dasar sifat, yaitu :
1. sampah yang mudah membusuk;
2. sampah yang tidak mudah membusuk;
3. sampah yang mudah terbakar;
4. sampah yang tidak mudah terbakar.
Pengelolaan Sampah
Sebagai sesuatu yang tidak dipergunakan lagi, yang tidak dapat dipakai lagi, yang
tidak disenangi dan yang harus dibuang, maka sampah tentu saja harus dikelola dengan
sebaik-baiknya, sehingga hal-hal yang negatif bagi kehidupan tidak sampai terjadi.
Dalam ilmu kesehatan lingkungan, suatu pengelolaan sampah dianggap baik jika sampah
tersebut tidak menjadi tempat berkembangbiaknya bibit penyakit serta tidak menjadi
medium perantara menyebarluasnya suatu penyakit. Syarat lainnya yang harus terpenuhi
dalam pengelolaan sampah ialah tidak mencemari udara, air atau tanah, tidak
menimbulkan bau (segi estetis), tidak menimbulkan kebakaran dan lain sebagainya.
Pengelolaan sampah meliputi 3 hal pokok, yaitu :
1. Penyimpanan sampah (refuse storage)
Yang dimaksud adalah tempat sampah sementara sebelum sampah tersebut
dikumpulkan, diangkut, kemudian dibuang / dimusnahkan. Sampah basah
dikumpulkan bersama sampah basah. Demikian juga sampah kering, sampah yang
mudah terbakar dan yang tidak mudah terbakar hendaknya ditempatkan secara
terpisah. Maksud dari pemisahan ini adalah untuk memudahkan pemusnahannya.
2. Pengumpulan sampah (refuse collection)
Sampah yang telah disimpan sementara kemudian dikumpulkan untuk kemudian
dibuang atau dimusnahkan. Karena jumlah sampah yang dikumpulkan cukup besar,
156
Page 25
SKENARIO 5
maka perlu dibangun rumah sampah. Lazimnya penanganan masalah ini dilaksanakan
oleh pemerintah atau oleh masyarakat secara gotong-royong. Jika sampah tidak
terlalu banyak, dapat dibangun suatu kontainer yang ditempatkan di daerah yang
mudah dicapai penduduk serta mudah juga dicapai kendaraan pengangkut sampah.
Sama halnya dengan penyimpanan sampah, maka dalam pengumpulan sampah ini
sebaiknya juga dilakukan pemisahan. Dikenal 2 macam cara :
a. Sistem duet, artinya disediakan 2 tempat sampah, masing-masing untuk sampah
basah dan sampah kering.
b. Sistem trio, yaitu disediakan 3 bak sampah, masing-masing untuk sampah
basah, sampah kering yang mudah dibakar, dan sampah kering yang mudak
terbakar (sepeti kaca, kaleng, dan sebagainya)
3. Pembuangan sampah (refuse dispossal), termasuk pengangkutan
dan pemusnahan sampah
Pembuangan atau pemusnahan ini adalah tahap terakhir yang harus dilakukan dalam
pengelolaan sampah. Pembuangan sampah biasanya dilakukan di daerah tertentu
sehingga tidak mengganggu kesehatan manusia. Syarat-syarat yang harus dipenuhi
dalam membangun tempat pembuangan sampah adalah :
a. dibangun tidak dekat dengan sumber air minum atau sumber air lainnya yang
dipergunakan oleh manusia (mencuci, mandi, dan sebagainya)
b. tidak pada tempat yang sering terkena banjir
c. ditempat-tempat yang jauh dari tempat tinggal manusia
Jarak yang sering dipakai sebagai pedoman adalah sekitar 2 km dari perumahan
penduduk, sekitar 15 km dari laut, dan sekitar 200 m dari sumber air. Sebelum sampai
ke tempat ini, sampah perlu diangkut dari tempat-tempat pengumpulan dengan
menggunakan armada pengangkut sampah; berupa kendaraan yang mempunyai tutup
untuk mencegah berseraknya sampah dan melindungi dari bau.
MASALAH AIR LIMBAH
Yang dimaksudkan dengan air limbah atau air kotor atau air bekas adalah air yang
tidak bersih dan mengandung berbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan
157
Page 26
SKENARIO 5
manusia dan atau hewan, dan lazimnya muncul karena hasil perbuatan manusia (termasuk
industrialisasi).
Sumber dan Macam Air Limbah
Sama halnya dengan sampah, maka sumber serta macam air limbah sangat
dipengaruhi oleh tingkat kehidupan masyarakat. Makin tinggi tingkat kebudayaan
masyarakat, makin kompleks pula sumber serta macam air limbah yang ditemui.
Dalam kehidupan sehari-hari, sumber air limbah yang lazim dikenal ialah :
1. yang berasal dari rumah tangga (domestic sewage), misalnya air dari kamar mandi
dan dapur;
2. yang berasal dari perusahaan (commercial wastes), misalnya dari hotel, restoran, dan
kolam renang;
3. yang berasal dari industri (industrial wastes), seperti dari pabrik baja, pabrik tinta,
dan pabrik cat;
4. yang berasal dari sumber lainnya, seperti air hujan yang bercampur dengan air
comberan, dan lain sebagainya.
Tergantung dari sumbernya ini, maka macam serta komposisi air limbah beraneka ragam.
Pada umumnya susunan air kotor terdiri dari 3 komponen yang utama, yaitu :
1. bahan padat;
2. bahan cair; dan
3. bahan gas.
Kesemua bahan-bahan ini berada dalam air limbah dalam bentuk :
a. bahan yang mengapung (floating material);
b. bahan yang larut (dissolved solids);
c. bahan koloidal (colloids);
d. bahan mengendap (sediment); serta
e. bahan melayang (dispersed solids).
Pengotoran Air
158
Page 27
SKENARIO 5
Pengotoran air timbul karena berbagai macam sebab, tergantung sumber serta macam air
limbah itu sendiri. Untuk menentukan derajat pengotoran air limbah ada beberapa cara,
yaitu :
1. mengukur adanya E. coli dalam air. Ukuran yang dipakai biasanya jumlah E. coli
untuk setiap ml air limbah.
2. mengukur suspended solid yang biasanya dinyatakan dalam ppm
3. mengukur zat-zat yang mengendap dalam air limbah, dinyatakan dalam ppm
4. mengukur kadar oksigen yang larut, dinyatakan dalam ppm. Pengukuran kadar
oksigen yang larut ini sangat penting, karena dengan diketahuinya kadar oksigen,
dapat ditentukan apakah air tersebut dapat dipakai untuk kehidupan. Ada beberapa
cara yang dikenal untuk mengukur kadar oksigen dalam air limbah, yaitu :
a. Chemical Oxygen Demand (COD), ialah jumlah oksigen yang dibutuhkan
untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air secara
sempurna.
b. Biochemical Oxygen Demand (BOD), yaitu jumlah oksigen yang dibutuhkan
untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air secara
sempurna dengan memakai ukuran proses biokimia yang terjadi di dalam
larutan air limbah tersebut.
c. Demand of Oxygen (DO)
Untuk mendapatkan gambaran selengkapnya tentang keadaan air limbah ini, maka
berikut ini adalah perbandingan dengan air minum :
Hal yang diukur Air limbah (rata-rata) Air minum (rata-rata)
1. E. Coli 10-10 Kurang dari 2
2. Suspended solids (benda
melayang)
300-400 ppm 0-3 ppm
3. Zat yang mengendap 3-12 ppm 0 ppm
4. Oksigen yang larut 0-2 ppm 5-9 ppm
5. BOD (oksigen yang
dibentuk proses biokimia)
300 ppm 0-3 ppm
159
Page 28
SKENARIO 5
Pengolahan Air Limbah
Pengolahan air limbah pada dasarnya bertujuan untuk :
1. melindungi kesehatan anggota masyarakat dari ancaman terjangkitnya penyakit. Hal
ini mudah dipahami karena air limbah sering dipakai sebagai tempat
berkembangbiaknya berbagai macam bibit penyakit;
2. melindungi timbulnya kerusakan tanaman, terutama jika air limbah tersebut
mengandung zat organis yang mengganggu kelangsungan hidup;
3. menyediakan air bersih yang dapat dipakai untuk keperluan hidup sehari-hari,
terutama jika sulit ditemukan air yang bersih.
Dalam kehidupan sehari-hari , pengolahan air limbah dilakukan dalam 2 bentuk, yaitu
1. menyalurkan air limbah tersebut jauh dari daerah tempat tinggal, tanpa diolah
sebelumnya
2. menyalurkan air limbah tersebut setelah diolah sebelumnya, dan kemudian dibuang
ke alam
Jika air limbah tersebut dibuang begitu saja tanpa diolah sebelumnya, maka ada beberapa
syarat yang harus dipenuhi, yaitu :
1. tidak sampai mengotori sumber air minum
2. tidak menjadi tempat berkembangbiaknya berbagai bibit penyakit dan vektor
3. tidak mengganggu kesenangan hidup, misalnya dari segi pemandangan dan bau
4. tidak mencemarkan alam sekitarnya, misalnya merusak tempat rekreasi, berenang,
dan sebagainya.
Air yang dibuang tanpa diolah sebelumnya ini biasanya dilakukan oleh rumah tangga.
Ada 2 cara yang sering ditempuh :
1. Sistem riol
Yaitu suatu jaringan pembuangan air limbah yang dimulai dari daerah perumahan,
masuk ke daerah pemukiman, dan kemudian dialirkan ke tempat pembuangan air air
limbah yang biasanya merupakan sungai atau laut.
2. Septic tank
Adalah suatu unit penampungan dan penyaluran air limbah (dan juga kotoran
manusia) di dalam tanah yang dibuat permanen. Prinsip septic tank :
160
Page 29
SKENARIO 5
a. tersedianya bak penampung untuk memisahkan bahan padat dari air limbah,
dimana bahan padat ini akan mengalami proses pembusukan oleh bakteri
anaerobik.
b. ruang rembesan, ialah lubang atau sumur yang diisi lapisan pasir kasar atau
kerikil, pasir halus, tanah liat campur pasir, ijuk, dan ditengahnya dialirkan
saluran pipa. Disini terjadi penguraian bahan yang tersisa oleh bakteri aerobik.
Air yang tidak diolah, jika didiamkan dalam suatu tempat yang terbuka (misalnya
danau) , ternyata dapat menjernihkan diri sendiri (self purification) yang terdiri dari
beberapa proses, yaitu :
1. Degradation, ialah wujud awal dari air limbah dimana tampak air kotor
2. Decomposition, ialah proses penguraian zat-zat yang terdapat dalam air limbah atas
bantuan sinar matahari dan udara, terbentuklah gas serta bahan-bahan endapan
3. Recovery, ialah lanjutan tahap kedua dimana air telah tampak jernih dan telah tampak
tanda kehidupan, misalnya tumbuhnya plankton
4. Cleaner water, ialah air sudah tampak bersih dan jernih, air bisa hidup didalamnya.
Setelah tahap ini, air telah stabil namun belum cukup baik untuk diminum
Untuk berhasilnya suatu proses self purification, diperlukan beberapa syarat,yaitu :
1. Faktor fisis, berupa cahaya matahari yang membunuh bakteri, gelombang air yang
menambah pengudaraan dan pengenceran, sedimentasi berupa pengendapan bahan-
bahan berat serta suhu.
2. Faktor kimia, seperti adanya bahan-bahan racun dalam air limbah yang akan
mempersulit penjernihan, adanya zat koagulan yang akan mempercepat pengendapan,
adanya oksigen yang akan mempermudah proses oksidasi.
3. Faktor biologi, berupa bakteri yang ada dalam air limbah yang dapat saling memakan,
ataupun plankton yang memetabolisme zat-zat yang mengapung atau melayang dalam
air
Air limbah yang langsung dibuang tanpa diolah sebelumnya selalu menimbulkan
masalah bagi kesehatan, karena itu perlu diolah terlebih dahulu. Tujuan pengolahan air
limbah hanya memisahkan benda-benda padat dari air limbah, atau untuk sekedar
menetralkan air tesebut dan kemudian disalurkan ke alam sehingga tidak sampai
161
Page 30
SKENARIO 5
membahayakan kehidupan. Pengolahan air kotor pada dasarnya mengenal beberapa cara,
yaitu :
1. pemisahan secara mekanis;
2. pemisahan secara hidrolis;
3. pemisahan secara koagulasi kimiawi;
4. pemisahan secara reaksi fisik dan kimia;
5. pemisahan secara reaksi biologik; dan
6. desinfeksi.
MASALAH PENGAWASAN ARTHROPODA DAN RODENTIA
Telah sejak lama diketahui bahwa beberapa macam arthropoda (binatang dengan
tubuh bersegmen, mempunyai rangka luar serta anggota gerak yang berbuku-buku) serta
rodentia (binatang menyusui yang mengerat) dapat mendatangkan gangguan kesehatan
bagi manusia. Karena itu diusahakan berbagai cara untuk membunuh atau paling tidak
menjauhkan arthropoda dan rodentia dari lingkungan hidup manusia, sehingga gangguan
kesehatan yang ditimbulkannya dapat dihindarkan.
Pada saat ini dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, banyak cara
untuk mengawasi arthropoda dan rodentia. Hal ini perlu diketahui oleh petugas
kesehatan. Beberapa jenis arthropoda perlu diawasi karena binatang ini dapat terkena
infeksi. Jika kebetulan binatang tersebut menggigit manusia, maka bibt penyakit yang
dikandungnya akan masuk ke tubuh manusia sehingga timbullah penyakit. Sedangkan
pengawasan terhadap rodentia perlu diadakan kecuali karena mungkin kena penyakit
akibat gigitan binatang tersebut yang kebetulan terinfeksi, juga karena pada tubuh
rodentia dapat hidup beberapa jenis arthropoda, yang jika sempat menggigit manusia
dapat pula menimbulkan penyakit. Pengawasan terhadap arthropoda makin bertambah
penting, jika diketahui pula bahwa beberapa jenis binatang ini senang hidup di tempat
kotor. Jika arthropoda tersebut telah hinggap pada kotoran manusia kemudian hinggap
pula pada makanan, maka kuman penyakit yang menempel pada tubuh, kaki, atau bulu-
bulu kaki binatang ini akan mencemari makanan, sehingga menimbulkan penyakit bagi
yang memakannya.
162
Page 31
SKENARIO 5
Kesemua kelas arthropoda perlu diawasi, hanya saja karena sifatnya yang khusus,
maka pengawasan terhadap insekta lebih diprioritaskan, yang dikenal dengan sebutan
pengawasan serangga atau insect control. Sebagaimana arthropoda, pengawasan rodent
juga mengenal prioritas terutama pada tunneling rodent (hidup terutama di terowongan
serta mempunyai cakar yang tajam pada kaki depan), karena jenis ini senang hidup di
sekitar tempat tinggal manusia.
Pada saat ini, berkat penemuan-penemuan baru yang berhasil dicapai, diketahui
bahwa serangga dapat menimbulkan penyakit tidak hanya melalui gigitan atau isapan
darah saja, tetapi dapat juga secara mekanis, yaitu dengan menempelnya bibit penyakit
pada tubuh serangga tersebut. Selain itu, golongan lain dari arthropoda yang bukan
serangga serta binatang tidak bertulang belakang lainnya dapat pula mendatangkan
penyakit bagi manusia. Dengan penemuan-penemuan baru ini, pengertian vektor menjadi
lebih luas. Saat ini yang disebut vektor adalah arthropoda atau invertebrata lainnya yang
menimbulkan penyakit infeksi pada manusia dengan jalan memindahkan bibit panyakit
yang dibawanya pada manusia melalui gigitan pada kulit atau selaput lendir, ataupun
meninggalkan bibit penyakit yang dibawa pada bahan makanan atau bahan-bahan
lainnya, sehingga mendatangkan penyakit bagi manusia yang memakan atau
mempergunakan bahan-bahan tersebut.
Dengan demikian, penularan penyakit yang disebabkan oleh vektor tersebut kepada
manusia dapat dibedakan menjadi 2 cara, yaitu :
1. Penyebaran secara mekanik, disebut pula penyebaran pasif, yakni pindahnya bibit
penyakit yang dibawa vektor kepada bahan-bahan yang dipergunakan manusia
(umumnya makanan) dan jika bahan (makanan) tersebut dipergunakan (dimakan)
timbullah penyakit. Contohnya penyakit disentri yang disebabkan tercemarnya
makanan atau minuman oleh kuman disentri yang dibawa lalat., gosokan tangan yang
baru saja dipakai untuk meremuk vektor pinjal pada mata, sehingga bibit penyakit
yang ada di dalam tubuh vektor tersebut masuk melalui selaput lendir ke dalam tubuh.
2. Penyebaran secara biologi, disebut juga penyebaran aktif. Disini bibit penyakit hidup
serta berkembang biak di dalam tubuh vektor dan jika kebetulan vektor tersebut
menggigit manusia (nyamuk misalnya), maka bibit penyakit masuk ke dalam tubuh
sehingga timbullah penyakit.
163
Page 32
SKENARIO 5
Pengawasan
Pengertian luas dari pengawasan vektor ialah melakukan berbagai hal yang dipandang
bermanfaat, sehingga kehidupan arthropoda dan atau rodentia menjadi sulit, tidak dapat
berkembang biak atau dimatikan sehingga tidak menimbulkan penyakit bagi manusia.
Untuk itu jelas diperlukan pengetahuan lengkap tentang segala hal yang menyangkut
vektor tersebut, setidaknya meliputi :
1. Siklus kehidupan vektor
2. Ekologi vektor, misalnya rodent hidup di air, padang rumput, terowongan ataupun
pohon-pohon. Sedangkan arthropoda tergantung stadiumnya, misalnya telur nyamuk
diletakkan di air.
3. Tingkah laku vektor. Beberapa serangga senang berpindah-pindah tempat, sedangkan
yang lain keluar dari sarangnya terutama pada malam hari.
4. Cara berpindahnya bibit penyakit. Jika berpindah melalui gigitan, usahakan jangan
sampai menggigit manusia, misalnya nyamuk dengan cara memasang kelambu atau
kawat nyamuk.
5. Cara transmisi vektor. Ada vektor yang mempunyai kemampuan terbang beratus-
ratus kilometer dan ada juga yang pindah dengan bantuan pihak ketiga, misalnya
dengan menempel pada kendaraan atau tubuh manusia.
Banyak cara yang dilakukan untuk mpengawasan arthropoda dan rodentia yang secara
umum dibedakan menjadi :
1. Pengawasan mekanik atau fisik
Cara ini adalah yang cara paling tua dan masih dijumpai sampai saat ini, yaitu dengan
pemukulan, menggunakan kawat kassa, kelambu, alat pendingin (ruangan), alat
pemanas (ruangan) ataupun memakai pelindung yang dialiri arus listrik
2. Pengawasan kimiawi
Digunakan zat kimia yang sifatnya dapat untuk mematikan, mengusir ataupun
menimbulkan daya tarik. Zat kimia yang menimbulkan daya tarik, dimaksudkan
untuk mengumpulkan binatang tersebut pada suatu tempat untuk kemudian
dimusnahkan. Zat kimia yang tujuannya mematikan sesuatu yang dapat merusak atau
mengganggu kesehatan disebut pestisida. Jika ditinjau dari sudut ilmu kesehatan
164
Page 33
SKENARIO 5
lingkungan, suatu zat kimia hanya dapat dipakai sebagai pestisida jika memenuhi
syarat sebagai berikut :
a. tdak membahayakan kesehatan manusia, baik secara langsung yaitu meracuni
tubuh karena masuk melalui pernafasan atau pun kulit (biological concentration),
ataupun secara tidak langsung seperti misalnya memakan bahan makanan yang
mengandung pestisida (tropic concentration),
b. hanya membunuh binatang yang ingin dibunuh, jadi tidak sampai mematikan
hewan ataupun tumbuhan lainnya,
c. mempunyai daya bunuh yang tinggi (efektif dengan dosis rendah),
d. mudah dipergunakan. Cara mempergunakan pestisida bermacam-macam, ada
yang menaburkan bubuknya langsung, ada yang dilarutkan dalam air kemudian
disebar dengan semprotan, dan sebagainya, dan
e. harganya murah.
Saat ini sebagai akibat penggunaan pestisida yang kurang bertanggung jawab,
timbul masalah baru dalam hal pengawasan arthropoda dan rodentia yaitu terjadinya
resistensi pada kedua jenis binatang tersebut. Selain itu terganggunya kelestarian
lingkungan juga timbul sebagai akibat sampingan yaitu ikut matinya binatang atau
tumbuhan lain yang terkena.
3. Pengawasan biophysical
Pengawasan cara ini pada dasarnya perpaduan dari dua macam cara, yakni fisik dan
cara biologi. Prinsip yang dipakai disini adalah pertama menangkap binatang tersebut
(biasanya jenis jantan, jadi secara fisik), dan kemudian disterilkan dengan
mempergunakan sinar gamma (jadi secara biologi), untuk kemudian dilepas kembali
ke alam. Karena sterilisasi ini, maka tidak akan terjadi pembuahan sehingga jumlah
binatang dapat dikontrol. Jika cara ini akan dipergunakan, harus diperhatikan
beberapa hal, misalnya harus diketahui bahwa jumlah jenis jantan tidak begitu
banyak, sehingga upaya sterilisasi yang dilakukan tidak sia-sia, tidak sukar
menangkap binatang tersebut. Yang terpenting ialah memperhatikan biaya yang
dibutuhkan; jika biayanya tinggi, tentu saja tidak baik dilakukan.
4. Pengawasan Biologis
165
Page 34
SKENARIO 5
Prinsipnya ialah dengan memanfaatkan binatang lainnya yang menjadi musuh dari
arthropoda atau rodentia. Ada dua cara pendekatan yang sering dilakukan yakni :
a. membawa binatang yang menjadi musuh dari daerah lain ke daerah yang ingin
diawasi. Prinsip ini dilakukan, jika diketahui bahwa di daerah yang ingin diawasi
tidak ditemukan binatang yang akan dibawa tersebut.
b. menciptakan keadaan lingkungan sedemikian rupa, sehingga binatang yang
menjadi musuh dan telah berada di daerah tersebut dapat lebih berkembang biak,
dan dengan demikian dapat membunuh atau memusnahkan arthropoda atau
rodentia yang ingin diawasi.
Macam dari hewan yang diharapkan dapat membunuh arthropoda dan rodentia
tersebut beraneka ragam. Dapat disebut misalnya : laba-laba, burung atau ikan untuk
mengawasi serangga, serta kucing atau anjing untuk mengawasi rodentia.
5. Pengawasan Kultural
Prinsipnya ialah menciptakan keadaan lingkungan sehingga tidak menguntungkan
arthropoda atau rodentia dengan jalan mengubah kebiasaan atau sikap hidup yang
tidak menguntungkan. Misalnya tidak membiarkan tergenangnya air di pekarangan,
membersihkan daerah tempat tinggal dan lain sebagainya. Membiasakan mengganti
jenis tanaman, memilih waktu tanam yang tepat, dan sebagainya, juga termasuk
pengawasan kultural, karena dengan mengganti jenis tanaman serta memilih waktu
tanam yang tepat, dapat dihindari terjangkit hama tanaman. Sebab seperti yang sudah
diketahui kebanyakan serangga memakan satu jenis tanaman saja.; jadi jika jenis
tanaman diganti-ganti, maka serangga tersebut tidak sempat berkembang biak, karena
bahan makanan yang dibutuhkan tidak tersedia. Dengan perkataan lain, jika dapat
ditumbuhkan kebiasaan mengganti-ganti jenis tanaman tersebut artinya memutus
rantai makanan dari serangga yang hendak dikontrol.
6. Pengawasan Terintegrasi
Karena pada dasarnya amat sulit mengharapkan hasil yang maksimal jika hanya satu
macam cara pengawasan saja yang dilakukan, maka pada saat ini di banyak negara di
dunia diterapkan pengawasan secara terintegrasi, artinya dipergunakan kombinasi
166
Page 35
SKENARIO 5
dari berbagai cara yang telah disebutkan diatas. Dengan cara integrasi ini maka
kelemahan-kelemahan yang mungkin dimiliki oleh setiap cara dapat saling dikurangi.
Dalam menerapkan cara terintegrasi ini, biasanya dilakukan studi yang mendalam
tentang macam arthropoda dan rodentia yang akan diawasi yang umumnya
dibedakan menjadi empat macam, yakni :
a. Key pest, ialah arthropoda atau rodentia yang diduga menjadi penyebab utama
munculnya gangguan terhadap kesehatan, jadi yang sebenarnya harus diawasi.
b. Occasional pest, ialah arthropoda atau rodentia yang kadang-kadang terdapat di
tampat yang akan diawasi, dan diduga bukan penyebab utama timbulnya
penyakit.
c. Potential pest, ialah golongan arthropoda atau rodentia lainnya yang ditemukan
di daerah yang akan diawasi dan diduga pada suatu saat mempunyai potensi
sebagai penyebab munculnya penyakit.
d. Migrant pest, ialah arthropoda atau rodentia yang berasal dari daerah lain, jadi
sebelumnya tidak ditemukan di daerah yang akan diawasi.
Dengan dilakukannya pembagian seperti di atas, maka cara pengawasan yang
dilakukan dapat lebih terarah. Dengan demikian tidak sampai membunuh arthropoda
atau rodentia yang tidak berbahaya atau yang sebenarnya dibutuhkan oleh manusia.
Pembagian seperti ini adalah mutlak jika cara integrasi akan dilakukan, karena jika
sampai arthropoda atau rodentia yang dibutuhkan manusia ikut terbunuh, maka apa yang
disebut pengawasan biologis yakni salah satu yang diintegrasikan tersebut pasti tidak
akan berlangsung.
Agar pengawasan terhadap arthropoda dan rodentia ini berjalan dengan baik dan
memberikan hasil yang diharapkan, maka dibanyak negara di dunia telah dikeluarkan
suatu peraturan khusus yang mengatur pelaksanaannya. WHO sendiri memberikan
perhatian yang cukup serius tentang peraturan tersebut. Oleh WHO telah dikeluarkan
suatu pedoman yang mengatur pemakaian pestisida dalam program kesehatan
masyarakat, yang menetapkan tidak saja pengawasan mutu dari produk yang
dipergunakan (quality control), tetapi juga tata cara penggunaannya di lapangan.
Untuk Indonesia, pengawasan arthropoda dan rodentia memang masih bersifat
sangat sederhana, karena dana dan tenaga yang tersedia belum memadai. Karena itu
167
Page 36
SKENARIO 5
harapan sebenarnya lebih banyak dipulangkan kepada usaha masyarakat sendiri.
Sayangnya harapan ini masih sulit terpenuhi karena pengertian masyarakat terhadap
masalah ini masih sangat kurang.
Pada saat ini di beberapa kota besar di Indonesia telah mulai dikenal adanya
perusahaan yang bergerak khusus dalam pest control. Ditanganinya pekerjaan ini oleh
mereka yang lebih profesional memang menggembirakan. Hanya saja dalam
pelaksanaannya masih diperlukan pengaturan yang lebih terarah, karena sebagai suatu
perusahaan mereka tentu lebih memperhitungkan keuntungan. Disinilah nantinya akan
muncul masalah, karena penyemprotan yang dilakukan tidak dengan dosis yang tepat
akan menimbulkan resistensi, suatu masalah yang tidak mudah dicarikan jalan keluarnya
kelak.
Pengawasan Nyamuk
Nyamuk adalah serangga yang termasuk ordo diptera. Macamnya banyak dan
tersebar hampir merata di seluruh pelosok bumi kecuali di lautan, di kutub ataupun di
padang pasir yang amat kering. Diperkirakan tidak kurang dari 2.500 spesies ditemui di
permukaan bumi. Sekalipun tidak semua spesies mendatangkan penyakit bagi manusia,
namun diantara berbagai jenis serangga maka nyamuk adalah yang paling ditakuti.
Karena babarapa diantaranya dapat mendatangkan penyakit yang membahayakan
kehidupan seperti misalnya Anopheles yang mendatangkan penyakit malaria, Aedes
aegypti yang menimbulkan penyakit demam berdarah, Culex mansonia dan Anopheles
gambiae yang mendatangkan penyakit filariasis serta Culex tarsalis yang mendatangkan
penyakit encephalitis.
Sebagaimana telah diuraikan, maka untuk mendapatkan hasil pengawasan
nyamuk yang sempurna, diperlukan pengetahuan yang cukup tentang siklus kehidupan
nyamuk, etiologinya, sifat-sifat nyamuk, dan cara penularan penyakit yang ditimbulkan
oleh nyamuk. Tentang siklus kehidupan nyamuk telah diketahui bahwa nyamuk salah
satu jenis serangga yang mengalami metamorfosis sempurna. Nyamuk betina yang
dewasa meninggalkan telurnya di dalam atau di dekat air. Sekali bertelur menghasilkan
telur sekitar 50 sampai 200 buah, dan selama masa hidupnya dapat bertelur beberapa kali.
Tergantung dari jenis nyamuk, maka telurnya ada yang sendiri-sendiri mengapung-apung
di atas permukaan air (bentuk float), atau ada yang mengelompok satu dengan lainnya,
168
Page 37
SKENARIO 5
dan kelompok ini mengapung-apung di atas permukaan air (bentuk raft). Jika keadaan
tempat sesuai dengan kebutuhannya, maka masa telur ini antara 2 sampai 3 hari. Tetapi
jika keadaan tempat bertelur tersebut dingin atau terlalu panas, maka telur ini dapat
dipertahankan lebih lama.
Telur yang telah matang akan menetas membentuk tempayak (larva), yang
tergantung dari jenis nyamuknya mempunyai bentuk serta sifat tersendiri. Pada nyamuk
Anopheles, larvanya rata dengan permukaan air, sedangkan pada nyamuk Culex membuat
sudut dengan permukaan air. Stadium larva ini berlangsung antara 4 sampai 10 hari.
Banyak jenis larva dapat berenang aktif di dalam air. Mereka membutuhkan bahan
makanan disamping udara yang didapatnya dari permukaan air.
Bentuk kepompong (pupa) yang kemudian menyusul, berlangsung selama kira-
kira 2 hari. Pupa juga membutuhkan udara segar, tetapi tidak membutuhkan bahan
makanan. Selanjutnya setelah bentuk pupa dilalui, maka muncullah bentuk dewasa, yang
sebelum pergi meninggalkan tempat “kelahiran” tersebut, mengering dahulu di atas
permukaan air, menunggu sayapnya kering.
Adapun sifat nyamuk dewasa berbeda-beda, karena semuanya tergantung dari jenis
nyamuk tersebut. Sifat umum yang dipunyai adalah :
1. nyamuk betina membutuhkan darah untuk pembentukan telur, sedangkan nyamuk
jantan tidak. Sebab itu nyamuk betina menggigit manusia atau hewan, sedangkan
nyamuk jantan lebih senang tetap tinggal di daerah dimana ia “dilahirkan”.
2. dengan sayap yang dimilikinya, maka nyamuk dapat terbang dari satu tempat ke
tempat lain. Hanya saja jarak yang dapat dicapainya biasanya tidak jauh, kecuali
Anopheles yang dapat terbang antara 1½ sampai 30 km.
3. dalam mencari mangsanya ia memilih waktu-waktu tertentu; ada yang menyenangi
malam hari, tetapi ada pula yang justru menggigit mangsanya pada siang hari.
Jika ditinjau dari tempat hidupnya, nyamuk dibedakan atas beberapa macam, yakni :
1. nyamuk yang senang hidup di air payau (salt marsh type)
2. nyamuk yang memilih tempat hidupnya berupa genangan air yang bersifat sementara,
dibedakan atas :
a. Temporary pool type, ialah nyamuk yang senang mengeram di genangan air yang
sifatnya sementara seperti bekas injakan kerbau, manusia, dan lain sebagainya.
169
Page 38
SKENARIO 5
b. Artificial container type, ialah nyamuk yang senang mengeram pada genangan air
yang terdapat dalam kaleng-kaleng bekas yang dibuang sembarangan oleh
manusia.
c. Treehole type, ialah nyamuk yang senang mengeram pada genangan air yang
bersifat sementara yang terdapat pada lubang-lubang pohon. Ditemukan terutama
pada daerah yang sering hujan.
d. Rock pool type, ialah sama halnya dengan treehole type, hanya saja disini yang
dipilih genangan air yang terdapat di lubang-lubang batu karang.
Jika ditinjau dari tempat persembunyiannya, maka nyamuk dapat pula dibedakan atas dua
jenis, yakni :
1. Natural resting stations type, ialah nyamuk yang memilih tempat bersembunyi dalam
lubang-lubang yang ditemui secara alamiah, misalnya pada pohon-pohon, batu
karang, dan lain sebagainya.
2. Artificial resting stations type, ialah nyamuk yang memilih tempat bersembunyi
dalam tempat-tempat yang berbentuk karena hasil pekerjaan manusia, baik yang
sifatnya sengaja ataupun yang tidak sengaja (karena kecerobohan). Misalnya dalam
rumah, dalam kaleng kosong, dan lain sebagainya.
Dengan mengetahui berbagai sifat nyamuk di atas, maka akan dapat dipilih cara
pengawasan nyamuk yang tepat, artinya yang benar-benar efektif untuk membunuh atau
paling tidak menghindarkan nyamuk dari lingkungan kehidupan manusia. Hanya saja
sebelum usaha ini dilakukan, haruslah ada data yang lengkap terlebih dahulu tentang
segala hal yang menyangkut nyamuk tersebut terutama yang berhubungan dengan daerah
yang dipakai sebagai tempat berkembang biak, jenis dari nyamuk tersebut, dan lain
sebagainya. Karena itulah upaya pengawsan biasanya sering didahului dengan suatu
penelitian atau survey. Dalam melakukan survey nyamuk ada dua prinsip dasar yang
dikerjakan, yakni :
1. melakukan pemetaan daerah, yakni menentukan daerah-daerah yang dicurigai
menjadi tempat bersarangnya nyamuk, misalnya rawa-rawa, seluruh air yang
tergenang, dan lain sebagainya. Pemetaan ini dianggap pokok karena dengan
diketahuinya daerah tersebut dapat dilakukan pengawasan secara intensif, serta hasil
170
Page 39
SKENARIO 5
yang diperoleh akan lebih memuaskan. Terutama jika ditinjau dari sudut ekonomi,
karena tidak perlu mengawasi daerah yang terlalu luas.
2. melakukan kunjungan lapangan ke daerah yang dicurigai. Tujuan kunjungan lapangan
ini, kecuali untuk memastikan lokasi daerah yang dicurigai, juga untuk
mengidentifikasi jenis nyamuk apa yang terdapat di daerah tersebut. Pekerjaan
identifikasi ini dianggap penting, karena dengan demikian dapat diketahui apakah
nyamuk yang ditemukan berbahaya atau tidak. Tentu saja pengawasan selanjutnya
hanya ditujukan kepada jenis nyamuk yang berbahaya saja; dengan demikian
penghematan dana dapat pula dilakukan.
3. identifikasi nyamuk ini biasanya dilakukan dengan mengambil contoh air dari tempat
yang diduga sarang nyamuk. Dalam mengambil contoh air ini, dipergunakan tangguk
bertangkai panjang yang dipasang dengan jaring halus. Pengambilan contoh air harus
dilakukan dengan gerakan yang cepat, karena larva nyamuk peka sekali terhadap
gangguan dan segera akan menyelam sehingga tidak dapat diambil. Dari bentuk larva,
pupa serta ciri-ciri yang ditemukan pada nyamuk dapat dibedakan jenis nyamuk
tersebut. Misalnya larva Anopheles mengapung datar di permukaan air, sedangkan
Culex mengapung dengan membentuk sudut dengan permukaan air. Membedakan
nyamuk dapat pula dilakukan dengan melihat sifat-sifat nyamuk dewasa, misalnya
dari bentuk sayap atau posisi tubuh ketika menggigit mangsanya. Nyamuk Anopheles
berbintik-bintik pada sayap serta posisinya menungging ketika menggigit mangsanya,
sedangkan jenis Culex sayapnya umumnya polos, serta posisi ketika menggigit sejajar
dengan permukaan kulit.
Setelah diketahui jenis nyamuk yang harus diawasi, pekerjaan dilakukan dengan
pengawasan itu sendiri. Secara umum dapat dibedakan atas dua macam, yakni :
1. Pengawasan yang ditujukan pada bentuk muda dari nyamuk (stadium telur, larva, dan
pupa). Ada beberapa cara pengawasan yang dilakukan pada bentuk muda dari
nyamuk ini, yang dibedakan atas :
a. secara fisik atau mekanis, misalnya dengan mengeringkan rawa-rawa, menimbun
air yang tergenang, membuat air selokan mengalir dengan lancer.
171
Page 40
SKENARIO 5
b. secara kimia, yakni menyiram permukaan air dengan zat kimia tertentu (minyak),
dengan demikian larva dan pupa tidak dapat mengambil udara segar yang
dibutuhkannya.
c. secara biologis misalnya memelihara beberapa jenis ikan di rawa-rawa, yang
memakan telur, larva, serta pupa nyamuk.
d. secara kultural, misalnya mengubah sikap masyarakat yang tidak baik dan
merugikan kesehatan lingkungan.
2. Pengawasan yang ditujukan pada nyamuk dewasa
Sama halnya dengan pengawasan nyamuk pada usia muda, maka disini cara
pengawasan yang dapat dilakukan dibedakan pula atas beberapa macam, yakni :
a. secara fisik atau mekanis, yakni dengan memasang kawat kassa, mempergunakan
kelambu, atau memukul nyamuk dengan alat pemukul.
b. secara kimia, yakni mempergunakan berbagai macam insektisida dengan sifat-
sifatnya yang ada untuk mematikan nyamuk, mengatur pertumbuhan, membuat
steril, menarik perhatian nyamuk ataupun mengusirnya. Zat kimia yang dipakai
untuk insektisida banyak macamnya, satu dengan lainnya mempunyai kebaikan
ataupun kerugian-kerugian.
c. secara biologis, misalnya dengan membiarkan hidup binatang seperti cecak di
rumah yang akan menangkap nyamuk sebagai mangsanya. Binatang lain yang
merupakan musuh nyamuk, dan karena itu dapat dimanfaatkan sebagai salah satu
cara pengawasan biologis ialah kelelawar, berbagai jenis reptil, serta unggas.
d. secara kultural, yakni dengan mengubah kebiasaan manusia yang buruk yang
dipandang menguntungkan kehidupan nyamuk. Misalnya mengeringkan rawa-
rawa, memotong dedaunan yang terlalu lebat, tidak membuang kaleng-kaleng
bekas sembarangan, membuat saluran air yang memenuhi syarat kesehatan, dan
lain sebagainya.
Tentunya cara terbaik yang dilakukan dalam pengawasan nyamuk ini ialah jika dapat
ditujukan terutama ketika nyamuk masih berada dalam stadium muda. Karena dengan
dapat dibunuhnya nyamuk dalam stadium muda ini, dapat dicegah bertambah banyaknya
nyamuk yang mungkin sempat dihasilkan oleh nyamuk betina dewasa. Lebih dari itu,
nyamuk pada stadium muda dipandang lebih menguntungkan kesehatan manusia. Sarang
172
Page 41
SKENARIO 5
nyamuk tersebut umumnya tidak berada dalam lingkungan daerah tempat tinggal,
sehingga jika digunakan zat kimia pada sarang tersebut tidak akan menimbulkan problem
keracunan pada manusia. Tidak demikian halnya jika nyamuk telah dewasa, sebab
penggunaan zat insektisida di daerah perumahan, memberikan kemungkinan yang besar
ikut teracuninya manusia, misalnya melalui residu insektisida yang menempel pada
bahan makanan, sebagaimana banyak ditemui di negara-negara yang sudah berkembang.
MASALAH MAKANAN
Pendahuluan
Makanan diperlukan untuk kehidupan, karena dari makanan didapatkan energi
(tenaga) yang diperlukan untuk melangsungkan berbagai faal tubuh. Ilmu kedokteran
atau kesehatan telah lama mengetahui bahwa antara makanan dan kesehatan terdapat
hubungan yang erat. Seseorang yang memakan makanan yang tidak mengandung cukup
gizi mudah terserang penyakit kekuarangan gizi. Selanjutnya telah diketahui pula bahwa
bagi orang-orang tertentu ada jenis makanan yang tidak dapat dikonsumsinya, karena
penyakit tersebut akan menyebabkan alergi. Selanjutnya ilmu kedokteran atau kesehatn
memperhaikan pula cara mengelola bahan makanan, karena jika cara mengelola tersebut
salah, misalnya dimasak berlebihan, akan rusaklah beberapa zat yang terdapat dalam
bahan makanan.
Kesemua hal yang menyangkut makanan ini, memang menjadi perhatian ilmu
kedokteran dan kesehatan. Namun jika ditinjau dari ilmu kesehatan lingkungan, ternyata
tidak termasuk bidang perhatiannya. Dari sudut ilmu kesehatan lingkungan perhatian
terutama ditujukan pada higiene dan sanitasi makanan tersebut, yakni bagaimana
mengusahakan agar makanan tidak sampai tercemar atau tidak mengandung zat-zat yang
dapat membahayakan kehidupan.
Demikianlah dalam membicarakan tentang higiene dan sanitasi makanan (food
sanitation), maka permasalahan yang menyangkut nilai gizi kurang diperhatikan,
demikian pula halnya yang menyangkut komposisi bahan makanan yang sesuai dengan
kebutuhan tubuh. Pembicaraan dalam sanitasi makanan lebih ditekankan pada upaya
membebaskan makanan dari zat-zat yang membahayakan kehidupan, atau mencegah agar
173
Page 42
SKENARIO 5
bahan makanan yang mengandung zat-zat yang membahayakan kehidupan tidak sampai
dikonsumsi.
Penyebab
Secara umum jika membicarakan apa yang menyebabkan makanan menjadi
berbahaya bagi kehidupan, maka penyebab tersebut dapat dibedakan menjadi dua macam,
yakni :
1. Makanan tersebut dicemari oleh zat-zat yang membahayakan kehidupan. Jadi
dalam kategori ini, makanan tersebut semula tidak mengandung zat-zat yang
membahayakan tubuh. Tetapi karena satu dan lain hal, akhirnya mengandung zat
yang membahayakan kesehatan.
2. Dalam makanan itu sendiri telah terdapat zat-zat yang membahayakan kesehatan;
karena itu makanan tersebut sebenarnya tidak boleh dimakan. Namun karena
tidak tahu atau karena lalai, atau karena dalam keadaan darurat, makanan yang
mengandung zat yang membahayakan kesehatan ini dikonsumsi oleh seseorang.
Berbagai hal yang dapat menjadi penyebab (baik yang berasal dari luar ataupun
yang berasal dari makanan itu sendiri), jika ditinjau dari sanitasi makanan, dapat
dibedakan menjadi beberapa macam, yakni :
1. Golongan parasit
Golongan parasit yang mencemari makanan ialah amoeba dan berbagai jenis
cacing. Amoeba dapat menimbulkan penyakit disentri amoeba, sedangkan cacing
dapat menimbulkan penyakit cacingan. Dalam kehidupan sehari-hari sering
ditemukan penyakit cacing yang disebabkan karena memakan daging atau ikan
yang mengandung telur cacing atau cacing, yang kurang atau tidak dimasak
sebelumnya. Penyakit cacing yang sering ditemukan ialah yang disebabkan oleh
Taenia saginata, Taenia solium, Trichinosis, dan Diphyllobotrium.
2. Golongan mikroorganisme
Berbagai jenis bakteri yang dapat menimbulkan penyakit melalui makanan ialah
Shigella yang menimbulkan penyakit disentri basiler, Salmonella yang
menimbulkan penyakit tifoid, paratifoid, dan bentuk-bentuk lainnya,
Streptococcus menimbulkan penyakit scarlet fever atau septic sore throat, serta
174
Page 43
SKENARIO 5
berbagai macam virus yang menimbulkan penyakit seperti hepatitis, dan lain
sebagainya.
3. Golongan kimia
Pencemaran makanan karena zat kimia, biasanya terjadi karena kecelakaan,
misalnya meletakkan insektisida berdekatan dengan bumbu dapur. Pembungkus
makanan yang terbuat dari logam dapat menyebabkan keracunan makanan karena
zat kimia dalam logam itu. Adapun zat kimia yang sering mencemari makanan
ialah antimoni, arsen, cadmium, tembaga, sianida, fluor, timah hitam, dan seng.
4. Golongan fisik
Pencemaran makanan yang disebabkan golongan fisik misalnya bahan radioaktif.
5. Golongan racun (toxin)
Adanya racun dalam makanan dapat dibedakan atas dua macam, yakni :
a. yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang hidup atau berada dalam makanan
tersebut. Jadi disini yang mendatangkan penyakit bukan mikroorganismenya,
tetapi toksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme tersebut. Misalnya toksin
yang dihasilkan oleh Botulisme, Staphylococcus, dan Clostridium welchii.
b. Bahan makanan itu sendiri telah mengandung racun, yang karena tidak tahu,
lalai, atau dalam keadaan darurat, terpaksa dimakan. Contoh tumbuh-
tumbuhan yang mengandung racun ialah kacang castor, Ergotism, cendawan,
rhubarb (sejenis bayam), solanine (sejenis kentang). Contoh hewan ialah
kerang-kerangan.
Cara Mengelola Bahan Makanan
Tujuan mengelola bahan makanan ialah agar tercipta makanan yang memenuhi
syarat kesehatan, mempunyai citarasa yang “sesuai”, serta mempunyai bentuk yang
merangsang selera makan. Jika tujuan kesehatan yang dibicarakan, khususnya yang ada
hubungannya dengan kesehatan lingkungan, maka dalam mengelola bahan makanan ini
ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, ialah :
a. masaklah bahan makanan tersebut dengan cukup, sehingga mikroorganisme atau
parasit yang terdapat didalamnya dan merugikan kesehatan musnah, tetapi dalam
memanaskan bahan makanan ini harus dijaga tidak sampai berlebihan karena
175
Page 44
SKENARIO 5
mungkin ada zat makanan yang bisa rusak. Telah diketahui adanya hubungan antara
suhu, kuman yang terdapat dalam bahan makanan, dengan waktu memanaskan yang
diperlukan untuk membunuh kuman. Hubungan ini disebut “time-temperature
relationship”. Suhu yang dipakai ialah panas, sedangkan waktu yang dibutuhkan
untuk membunuh kuman tersebut tergantung dari suhu optimum yang dimiliki oleh
masing-masing mikroorganisme yang memang berbeda-beda. Berdasarkan derajat
suhu optimum dalam pertumbuhannya, maka mikroorganisme dibedakan menjadi :
thermophylic (suhu optimum 450-600C), mesophylic (200-450C), dan psychrophylic
(tumbuh cepat dibawah 00C atau lebih rendah dan beberapa jenis mikroorganisme
juga tumbuh dengan baik pada 00-200C).
Jika suhu dinaikkan, maka makin cepat mikroorganisme dimatikan, jadi makin
pendek waktu yang diperlukan. Daya tahan mikroorganisme terhadap suhu panas
dinyatakan dalam jangka waktu kematian terhadap termis (thermal death time) yaitu
jangka waktu yang diperlukan untuk mematikan sejumlah mikroorganisme tertentu
(dalam semua bentuk tingkat kehidupannya) yang berada dalam keadaan tertentu
dengan derajat suhu tertentu pula. Kematian karena termis (thermal death)
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni :
1) konsentrasi mikroorganisme; makin tinggi jumlahnya per ml, makin lama waktu
yang dibutuhkan untuk mematikannya;
2) riwayat hidup mikroorganisme sebelumnya, yang menyangkut suhu ketika
pembiakan, umurnya, fase pertumbuhan, serta komposisi substrat dimana
mikroorganisme tersebut tumbuh, yang ditentukan oleh kandungan air, pH, dan
zat-zat lain.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bigelow dan Esty terhadap 115.000 spora
dari flat sour bacteria per ml corn juice dengan pH 6,1 mendapatkan hubungan antara
suhu dan waktu yang dibutuhkan untuk mematikan spora tersebut sebagai berikut :
Suhu (dalam 0C) Waktu membunuh semua spora (dalam detik)
100 1.200
105 600
110 190
115 70
176
Page 45
SKENARIO 5
120 19
125 7
130 3
135 1
Untuk tiap macam mikroorganisme, waktu dan suhu yang dibutuhkan berbeda-
beda. Demikianlah hasil dari berbagai percobaan memberikan angka sebagai berikut :
Nama bakteri Suhu (C0) Waktu (detik)
Gonococcus 2-3 50
Salmonella thyphosa 4,3 60
Staphylococcus aureus 18,8 60
Eschericia coli 20-30 57,3
Streptococcus
thermophillus
15 70-75
Lactobacillus bulgaricus 30 71
Pengetahuan tentang adanya hubungan suhu dan waktu yang dibutuhkan untuk
membunuh semua jenis mikroorganisme ini, banyak dimanfaatkan dalam sanitasi
makanan, misalnya dalam proses pasteurisasi. Tergantung dari cara melakukannya,
aka pasteurisasi dibedakan menjadi dua macam yakni:
- dengan suhu tinggi waktu pendek (high temperaturere short time), misalnya pada
susu yang dilakukan dengan suhu 71,70 C selama 16 detik;
- dengan suhu rendah waktu panjang (low temperature long time) misalnya pada
susu yang dilakukan dengan suhu 62,80C selama 30 menit
b. Pada waktu pengelolaan makan tersebut, buanglah bagian dari bahan makanan yang
mengandung zat yang membahayakan tubuh atau telah tidak bermanfaat lagi,
sebaliknya bagian yang mengandung zat yang dibutuhkan tubuh tidak boleh sampai
terbuang.
c. Olahlah bahan makanan tersebut dengan mempergunakan alat yang selalu terpelihara
kebersihannya, demikian pula kebersihan orang yang akan mengelola bahan
makanan, harus pula dijaga.
177
Page 46
SKENARIO 5
d. Hindarkan mengelola bahan makanan yang mengandung racun, atau berdekatan
dengan zat racun.
Pengawasan higiene dan sanitasi makanan di Indonesia dilaksanakan dalam rangka:
1. melaksanakan pendidikan kesehatan
2. pengamatan dan pengawasan terhadap perusahaan-perusahaan makanan
3. pemeriksaan perusahaan-perusahaan makanan
Tanggung jawab pemeriksaan perusahaan dilimpahkan kepada Puskesmas yang harus
melakukan pemeriksaan sekurang-kurangnya sekali dalam 6 bulan.
Pemeriksaan dilakukan dengan mempergunakan formulir yang telah disediakan.
Dalam formulir tersebut terdapat 4 hal yang harus diperiksa, terdiri dari pemeriksaan
terhadap:
a. kebersihan umum dan fasilitas;
b. tempat pengelolaan makanan dan minuman
c. kamar kecil dan tempat suci
d. karyawan
Pada pemeriksaan kebersihan umum dan fasilitas, hal-hal yang harus diperhatikan
meliputi;
a. keadaan dinding, langit-langit, lantai dan ruangan
b. sistem penghawaan
c. perlindungan terhadap lalat, tikus, dan lain-lain serangga
d. sumber persediaan air
e. pembuangan kotoran dan air selokan
Pada pemeriksaan tempat pengelolaan makanan dan minuman, hal-hal yang harus
diperhatikan meliputi:
a. fasilitas pencucuian
b. cara-cara mendesinfeksi;
c. pengawasan mutu
d. pembuangan kotoran cair
e. pengumpulan dan pembuangan sampah
f. penyimpanan bahan mentah
g. penyimpanan makanan jadi
178
Page 47
SKENARIO 5
h. perlindungan terhadap debu, uap, dan gas
Pada pemeriksaan kamar kecil dan tempat cuci, hal-hal yang harus diperhatikan
meliputi:
a. tempat buang air besar dan buang air kecil
b. tempat mencuci dan mandi yang harus dilengkapi dengan sabun
c. prasarana sanitasi
Sedangkan pada pemeriksaan karyawan, hal-hal yang harus diperhatikan meliputi:
a. surat keterangan kesehatan yang masih berlaku
b. kebersihan dan kerapian umum
c. kebiasaan menangani makanan / minuman
d. kesehatan mereka pada waktu pemeriksaan
Jika terdapat hal-hal yang mencurigakan, maka Puskesmas harus membuat
laporan tertulis kepada kantor kesehatan tingkat Kabupaten (Dinkes), jika perlu
disertai contoh makanan dan minuman, guna dilakukan pemeriksaan laboratorium.
Suatu perusahaan makanan yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan dapat
diusulkan pencabutan ijin usahanya.
MODEL PELAYANAN KESEHATAN AGROINDUSTRI
Untuk dapat menerapkan model pelayanan kesehatan agroindustri yang tepat, harus
diketahui berbagai masalah kesehatan yang terdapat di masyarakat agroindustri. Oleh
karena itu, pengetahuan dan keterampilan untuk menentukan masalah kesehatan sangat
diperlukan. Setelah masalah-masalah tersebut teridentifikasi dengan tepat dan actual,
barulah disusun program-program “unggulan” sesuai dengan prioritas masalah kesehatan
yang telah dibuat. Contoh kasus, sebuah Puskesmas di wilayah agroindustri mengalami
masalah kesehatan yang diakibatkan oleh penggunaan pestisida sebagai masalah
kesehatan dengan skor nilai tertinggi. Puskesmas tersebut harus menyiapkan program-
program untuk menanggulangi masalah penggunaan pestisida. Ambil contoh Puskesmas
harus menyiapkan sarana dan prasarana untuk menangani kegawatdaruratan, langkah-
langkah yang harus diambil, dan juga penyuluhan untuk menggunakan masker lebih
ditonjolkan daripada penyuluhan tentang nyamuk demam berdarah. Demikian seterusnya
179
Page 48
SKENARIO 5
model pelayanan tersebut harus mengikuti perkembangan penyakit yang terdapat dalam
lingkungan masyarakat agroindustri.
Tetapi beberapa program telah biasa terdapat dalam model pelayanan kesehatan
agroindustri. Sebuah pelayanan kesehatan (Puskesmas atau rumah sakit) yang terdapat di
lingkungan agroindustri minimal mempunyai beberapa program sebagai berikut:
- kedokteran keluarga
- kesehatan lingkungan dan kesehatan kerja
- kesehatan komunitas
- kegawatdaruratan
- kesehatan kulit
- kesehatan jiwa
(North American Agromedicine Consortium)
180