BLOK NEUROMUSCULOSKELETAL
BLOK NEUROMUSCULOSKELETAL
Kecelakaan yang berujung maut …
Seorang pria 27tahun dibawa ke RS setelah mengalami
kecelakaan lalulintas. Penderita naik sepeda motor
bertabrakan dengan sepeda motor. Korban segera ditolong
oleh masyarakat sekitar dan dibawa ke UGD RS Sehat
Sejahtera. Di RS dokter melakukan anamnesis dan
menanyakan mechanism of injury. Pemeriksaan fisik, GCS 4
5 6, korban mengeluhkan kaki kanan yang tak bisa
digerakkan karena nyeri. TD : 110 / 70, nadi 100x/menit, RR
20x/menit. Capillary refill kurang dari 1menit.
Pada pemeriksaan regio lokalis femur dekstra didapatkan :
Look : hematom, deformitas, tidak ada luka, edema, discrepancy.
Feel : krepitasi (+), nyeri tekan, pulsasi a. Dorsalis pedis dan a.
Tibialis posterior (+).
Dilakukan pemeriksaan x-ray femur dekstra AP dan lateral.
Didapatkan Fr. Femur 1/3 tengah.
KEY WORD Laki – laki 27tahun
Kecelakaan
Pemeriksaan fisik : GCS 456, nyeri kaki kanan
TD 110/70 , Nadi 100x/menit, RR 20x/menit, Capillary refill <1menit
Pemeriksaan region lokalis femur :
look : hematom, deformitas, tidak ada luka, edema, discrepancy
feel :; krepitasi (+), nyeri tekan, pulsasi a. dorsalis pedis & a tibialis
posterior (+)
Pemeriksaan x-ray femur dekstra AP & lateral fraktur femur 1/3
tengah
KLARIFIKASI ISTILAH Mechanism of injury : pelayanan kesehatan yang menggunakan
prinsip-prinsip cedera untuk membantu menentukan seberapa
besar kemungkinan cedera serius terjadi.
Capillary refill : nilai dari pengosongan darah pada kapiler
Hematom : penggumpalan darah setempat, umumnya
menggumpal dalam organ, rongga, atau jaringan akibat
pecahnya dinding pembuluh darah.
Deformitas : perubahan bentuk tubuh sebagian/ umum,
malformasi.
Edema : pengumpulan cairan secara abnormal dalam ruang
jaringan interselular tubuh.
Krepitasi : suara berdetak, gemeretak, seperti saat kita
menggerakkan ujung tulang-tulang patah.
Pulsasi : denyutan pada pembuluh nadi / darah yang berirama
dan dapat diraba dengan jari tangan pada a.tibialis posterior
dan a dorsalis pedis
Fraktur : pecahan / ruptur pada tulang
X-ray : jenis pemeriksaan menggunakan gelombang
elektromagnetik dan sinarnya dapat menembus berbagai
substansi sampai kedalaman tertentu.
RUMUSAN MASALAH
Apa yang terjadi pada pasien tersebut ?
Mengapa pasien mengeluhkan kaki kanan tidak bisa
digerakkan karena nyeri ?
Mengapa pasien mengalami hematom ?
Mengapa pasien mengalami deformitas, discrepancy dan
krepitasi ?
Mengapa pada pasien tidak didapatkan luka ?
Mengapa pasien mengalami edema ?
HIPOTESIS
Pasien tersebut mengalami fraktur
Karena adanya kerusakan saraf dan jaringan dalam tertentu, misalnya
periosteum, dinding arteri , perm. Sendi.
Pecahnya pembuluh darah pada femur mengakibatkan pengumpulan
darah/ penggumpalan yang terlokalisasi di jaringan femur.
Karena adanya fraktur femur, dislokasi sendi panggul/ ada robeknya
ligamen dari daerah lutut
Karena pasien mengalami fraktur tertutup
Terjadi karena benturan yang keras, sehingga cairan dalam sel keluar
ke inteselular.
PETA KONSEP
Laki-laki 27th
Kecelakaan
UGD
Mechanism of injuryAnamnesis•
•GCS 456, TD 110/mnt, Nadi 100x/mnt, RR
20x/mnt, capilary refill <1mnt .
•Look : hematom, deformitas tidak ada
luka, edema , discrepancy
•Feel : krepitasi (+) , nyeri tekan, pulsasi a.
dorsalis pedis & tibialis posterior.
Pemeriksaan fisik
Lab : darah rutin, faktor pembekuan, gol. Darah , urinalisa,
cross test
Radiologi : x-ray femur dextra AP & lateral
Pemeriksaan penunjang
Fraktur terbuka
Diagnosa :Fraktur femur 1/3 tengah
Prognosis
Kompilkasi
•Recognition•Reduction•Retention
•Rehabilitation
Penatalaksanaan
Fraktur tertutup
LEARNING OBJECTIVE
Mahasiswa mengetahui dan memahami tentang fraktur dan jenis-
jenisnya
Mahasiswa mengetahui dan memahami tentang dislokasi
Mahasiswa mengetahui dan memahami mekanisme bone remodelling
Mahasiswa mengetahui dan memahami tentang definisi, etiologi, dan
pathofisiologi dari osteoporosis
Mahasiswa mengetahui dan memaha,I tentang definisi, etiologi dan
pathofisiologi dari osteomilitys
Anatomi osteo
Definisi Terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan bisa komplet atau inkomplet ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
Secara umum fraktur dibagi 2:
1. Terbuka=Bila terdapat luka yang menghubungkan tulang yang fraktur dengan udara luar atau permukaan kulit)
2. Tertutup=Bilamana tidak ada luka yang menghubungkan fraktur dengan udara luar atau permukaan kulit.
Derajat Luka Fraktur
I Laserasi <2 cm Sederhana, dislokasi, fragmen, minimal
II Laserasi >2 cm, kontusio otot disekitarnya
Dislokasi, Fragmen jelas
III Luka lebar, rusak hebat atau hilangnya jaringan disekitarnya
Kominutif, segmental, Fragmen tulang ada yang hilang
Etiologi
2 faktor yang mempengaruhi terjadiny fraktur:1. Ekstrinsik meliputi kecepatan dan durasi trauma yang mengenai tulang, arah dan kekuatan trauma. 2. Intrinsik meliputi kapasitas tulang mengabsorbsi energi utama, kelenturan, kekuatan dan densitas tulang.
Macam-macam fraktur
Klasifikasi Fraktur
Komplit-Tidak komplit
- Fraktur komplit: Garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang.
- Fraktur tidak komplit: Garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang
a) Hairline fracture (patah retak rambut)
b) Buckle Fracture atau torus fracture (terjadi lipatan dari satu korteks dengan kompresi tulang spongiosa dibawahnya). Fraktur ini umumnya terjadi pada distal radius anak-anak
c) Greenstick fracture (frakture tungkai dahan muda. Mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya yang terjadi pada tulang panjang anak-anak.
Bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma
- Garis patah melintang: Trauma angulasi atau langsung
- Garis patah oblique: Trauma angulasi
- Garis patah spiral: Trauma rotasi
- Fraktur kompresi: Trauma axial-flexi pada tulang spongiosa
- Fraktur avulsi: Trauma tarikan/traksi otot pada tulang, misalnya: fraktur patella
Jumlah garis patah:
1. Fraktur kominutif. Garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.
2. Fraktur segmental. Garis fraktur lebih dari satu tetapi tidak saling berhubungan. Bila dua garis fraktur disebut pula fraktur bifokal.
3. Fraktur multipel. Garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan tempatnya. Misalnya: fraktur cruris, fraktur femur, dan fraktur tulang belakang
Jumlah garis patah: 1. Fraktur kominutif. Garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.2. Fraktur segmental. Garis fraktur lebih dari satu tetapi tidak saling berhubungan. Bila dua garis fraktur disebut pula fraktur bifokal.3. Fraktur multipel. Garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan tempatnya. Misalnya: fraktur cruris, fraktur femur, dan fraktur tulang belakang
Bergeser- tidak bergeser
- Fraktur undisplaced
Garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser. Periosteumnya masih utuh.
-Fraktur displaced
Terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur yang juga disebut dislokasi fragmen.
1. Dislokasi ad longitudinam cum contractionum ( pergeseran kearah sumbu dan overlapping)
2. Dislokasi ad axim( pergeseran yang membentuk sudut)
3. Dislokasi ad latus( Pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauhi)
Fraktur juga dibagi atas dasar usia pasien yaitu:1. Patah tulang pada anak2. Patah tulang pada dewasa3. Patah tulang pada orang tua
Tipe Fraktur epifisis: Tipe 1: Epifisis dan cakram epifisis lepas dari metafisis tetapi periosteumnya masih utuhTipe 2: Periost robek di satu sisi sehingga epifisis dan cakram epifisis lepas sama sekali dari metafisisTipe 3: Patah tulang cakram epifisis yang melalui sendiTipe 4: Terdapat fragmen patahan tulang yang garis patahnya tegak lurus cakram epifisisTipe 5: Kematian dari sebagian cakram epifisis
Komplikasi Fraktur Shock. Perdarahan selalu terjadi pada tempat fraktur dan
perdarahan ini dapat hebat sekali. Misalnya pada fraktur pelvis atau femur.
Infeksi. Paling sering menyertai fraktur terbuka. Nekrosis avaskuler. Fraktur dapat mengganggu aliran darah
kesalah satu fragmen sehingga fragmen tersebut kemudian mati. Misalnya fraktur caput femoris.
Cedera vaskuler dan saraf. Kedua organ ini dapat cedera akibat ujung patahan tulang yang tajam.
Malunion. Gerakan ujung patahan akibat imobilisasi yang jelek dapat menyebabkan malunion. Sebab-sebab lainnya adalah infeksi dan jaringan lunak yang terjepit diantara fragmen tulang. Akhirnya ujung patahan dapat saling teradaptasi dan membentuk sendi palsu dengan sedikit gerakan (non-union).
Borok akibat tekanan, akibat gips atau bidai yang memberikan tekanan setempat sehingga terjadi nekrosis pada jaringan superfisial.
DEFINISI
Suatu fraktur dimana terjadi hubungan dengan lingkungan luar melalui kulit
→ terjadi kontaminasi bakteri → timbul komplikasi berupa infeksi
Patofis…
MANIFESTASI KLINIS
Nyeri terus menerus hilangnya fungsi Deformitas pemendekan ekstremitas Krepitus pembengkakan lokal dan perubahan
warna.
KLASIFIKASI menurut Gustilo, Merkow dan Templeman (1990)
TIPE 1 : luka kecil (< 1cm), biasanya karena luka
tusukan dari fragmen tulang yang menembus kulit
terdapat sedikit kerusakan jaringan dan tidak terdapat tanda2 trauma yang hebat pada jaringan lunak
fraktur yang terjadi biasanya bersifat simple, transversal, oblik pendek atau sedikit komunitif.
TIPE 2 laserasi kulit > 1cm tetapi tidak ada
kerusakan jaringan yang hebat atau avulsi kulit
terdapat kerusakan yang sedang dari jaringan dengan sedikit kontaminasi fraktur
TIPE 3 terdapat kerusakan yang hebat dari
jaringan lunak termasuk otot, kulit dan struktur neurovaskuler dengan kontaminasi yang hebat
biasanya di sebabkan oleh karena trauma dengan kecepatan tinggi
o Tipe 3a jaringan lunak cukup menutup tulang yang
patah walaupun terdapat laserasi yang hebat ataupun adanya flap
fraktur bersifat segmental atau komunitif yang hebat
o Tipe 3bdisertai dengan trauma yang hebat dengan
kerusakan dan kehilangan jaringan terdapat pendorongan periost, tulang
terbuka, kontaminasi yang hebat serta fraktur komunitif yang hebat
o Tipe 3c fraktur terbuka yang disertai dengan
kerusakan arteri yang memerlukan perbaikan tanpa memperhatikan tingkat kerusakan jaringan lunak
Fraktur Tertutup
>< terbuka tidak terdapat hubungan dengan dunia luar kulit diatas tulang utuh
Dislokasi
Bergesernya atau keluarnya permukaan sendi dari kapsul sendi
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan radiologis (rontgen), pada daerah yang dicurigai fraktur, harus mengikuti aturan role of two, yang terdiri dari :
- Mencakup dua gambaran yaitu anteroposterior (AP) dan lateral.
- dilakukan pada dua sendi antara fraktur yaitu bagian proximal dan distal.
- dilakukan dua extremitas (terutama pada anak-anak) baik yang cidera maupun yang tidak terkena cidera (untuk membandingkan dengan yang normal)
- Dilakukan dua kali, yaitu sebelum tindakan dan sesudah tindakan.
2. Pemeriksaan laboratorium, meliputi: Darah rutin, Faktor pembekuan darah, Golongan darah (terutama jika akan
dilakukan tindakan operasi), Urinalisa, Kreatinin (trauma otot dapat
meningkatkan beban kreatinin untuk kliren ginjal).
3. Pemeriksaan arteriografi dilakukan jika dicurigai telah terjadi kerusakan vaskuler akibat fraktur tersebut.
Penyembuhan fraktur
Tulang sembuh tanpa scar Fase penyembuhan tulang :
Inflamasi Soft callus Hard callus Remodelling
Tulang cancelous sembuh lebih cepat dibandingkan tulang kortikal
Stages in the Healing of a Bone Fracture
Faktor yang mempengaruhi penyembuhan tulang
Usia Lokasi dan konfigurasi fraktur
Fraktur pada tulang kanselous, lebih cepat sembuh
Fraktur spiral lebih cepat sembuh Displacement dari fraktur Suplai darah pada fragmen fraktur
Penyembuhan abnormal
MalunionTulang menyambung dalam posisi yang salah
Delayed unionTulang menyambung dalam waktu yang lebih lama
Non unionTidak/gagal menyambung
Penatalaksanaan fraktur
Tindakan awal : pasang bidai (splint) Tujuan pembidaian :
Imobilisasi· Pembidaian : benda keras yang ditempatkan di
daerah sekeliling tulang. · Pemasangan gips : merupakan bahan kuat
yang dibungkuskan di sekitar tulang yang patah · Penarikan (traksi) : menggunakan beban untuk
menahan sebuah anggota gerak pada tempatnya. Sekarang sudah jarang digunakan, tetapi dulu pernah menjadi pengobatan utama untuk patah tulang pinggul.
· Fiksasi internal : dilakukan pembedahan untuk menempatkan piringan atau batang logam pada pecahan-pecahan tulang. Merupakan pengobatan terbaik untuk patah tulang pinggul dan patah tulang disertai komplikasi.Imobilisasi lengan atau tungkai menyebabkan otot menjadi lemah dan menciut. Karena itu sebagian besar penderita perlu menjalani Fisioterapi. Mengurangi nyeri Mencegah komplikasi lebih lanjut
Definisi:
Keadaan dimana tulang2 yg membentuk sendi tdk lg berhubungan secara anatomis atau keluarnya (bercerainya ) kepala sendi dr mangkoknya, dislokasi merup suatu kedaruratan yg membutuhkan pertolongan segera.
Etiologi
Dislokasi tjd saat ligarnen memberikan jalan seemikian rupa sehingga tulang berpindah dr posisinya yg normal di dalam sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma krn dapatan (aquired) atau karena sejak lahir (konginetal). Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang di sertai luksasi sendi yang disebut fraktur dis lokasi. ( Buku Ajar Ilmu Bedah, hal 1138).
Dislokasi congenital: Terjadi sejak lahir akibat
kesalahan pertumbuhan.
Dislokasi patologik : Akibat penyakit sendi dan atau
jaringan sekitar sendi. misal-nva tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang.
Dislokasi traumatic:
Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan sistem vaskular.
Dislokasi sendi bahu Klasifikasi : Dislokasi anterior, posterior, inferior dan
dislokasi disertai dengan fraktur
Dislokasi anterior (preglenoid, subkorakoid, subklavikuler)
Mekanisme trauma Paling sering, Jatuh dalam posisi out strechted
atau trauma pada skapula sendiri dan anggota gerak dalam posisi rotasi lateral sehingga kaput humerus menembus kapsul anterior sendi. Pada dislokasi anterior kaput humerus berada dibawah glenoid, subkorakoid dan subklavikuler.
Gambaran Klinis
Gambaran klinis Nyeri hebat, gangguan gerakan sendi bahu,
kontur sendi bahu rata karena kaput humerus bergeser kedepan.
Pengobatan a. Dengan pembiusan umum Metode hipocrates. Metode kocherb. Tanpa pembiusan umum Teknik menggantung lengan
Komplikasi Kerusakan nervus aksilaris, kerusakan
pembuluh darah, tidak dapat direposisi, kaku sendi, dislokasi rekuren.
Dislokasi posterior Biasanya akibat trauma langsung pada sendi
bahu dalam keadaan rotasi interna. Ditemukan adanya nyeri tekan serta benjolan dibagian belakang sendi. Pengobatan dilakukan dengan cara menarik lengan kedepan secara hati-hati dan rotasi eksterna serta imobilisasi selam 3-6 minggu.
Dislokasi inferior Akibat kaput humerus mengalami jepitan dibawah
glenoid dimana lengan mengarah keatas sehingga terjadi dislokasi inferior. Ditangani dengan reposisi tertutup seperti pada dislokasi anterior, bila tidak berhasil dengan reposisi terbuka secara operasi.
Dislokasi sendi siku Biasanya penderita jatuh dengan posisi tangan out
strechted dimana bagian distal humerus terdorong kedepan melalui kapsul anterior sedangkan radius dan ulna mengalami dislokasi ke posterior. Dislokasi umumnya posterior atau posterolateral. Terdapat nyeri disertai pembengkakan yang hebat disekitar sendi siku ketika siku dalam posisi semi fleksi, olecranon dapat teraba pada bagian belakang. Pengobatan dengan reposisi, pada jam-jam pertama dapat tanpa pembiusan umum, setelah reposisi lengan difleksikan >900 dan dipertahankan dengan gips selama 3 minggu.
Komplikasi : kekakuan sendi, trauma nervus medianus, trauma a.brakhialis.
Dislokasi sendi lutut Dislokasi ini sangat jarang terjadi, biasanya terjadi
apabila penderita mendapat trauma dari depan dengan lutut dalam keadaan fleksi. Dislokasi dapat bersifat anterior, posterior, lateral, medial atau rotasi. Dislokasi anterior lebih sering ditemukan dimana tibia bergerak kedepan terhadap femur, trauma ini menimbulkan kerusakan pada kapsul, ligamen, yang besar dan sendi. Trauma juga dapat menyebabkan dislokasi yang terjadi disertai dengan kerusakan pada nervus peroneus dan arteri poplitea. Gambaran klinis dijumpai adanya trauma pada daerah lutut disertai pembengkakan, nyeri dan hamartrosis serta deformitas.
Dislokasi sendi panggul Klasifikasi meliputi : dislokasi
posterior,anterior dan sentral
Dislokasi posterior Trauma biasanya terjadi akibat
kecelakaan laulintas dimana lutut dalam keadaan fleksi dan menabrak dengan keras yang berada dibagian depan lutut, dapat juga terjadi pada saat mengendarai sepeda motor.
Dislokasi anterior Lebih jarang dibanding anterior dapat akibat kecelakaan lalulintas, jatuh dari ketinggian atau trauma dari belakang saat berjongkok dan posisi penderita dalam keadaan abduksi yang dipaksakan, leher femur atau throkanter menabrak acetabulum dan terjungkir keluar melalui robekan kapsul anterior.
Dislokasi sentral Tejadi apabila kaput femur terdorong ke dinding medial acetabulum pada rongga panggul, kapsul tetap utuh. Terdapat perdarahan dan pembengkakan didaerah tungkai proximal tetapi posisi tetap normal, nyeri tekan pada daerah throchanter, dan gerakan sendi panggul terbatas.
Fraktur dan fraktur dislokasi sendi pergelanan kaki
Pergelangan kaki merupakan sendi yang kompleks dan penopang badan dimana talus duduk dan dilindungi oleh malleolus lateralis dan malleolus medialis yang diikat oleh ligament, dahulu disebut fraktur pott. Terjadi akibat adanya fraktur malleolus dengan atau tanpa subluksasi dari talus. Klasifikasi Danis-weber,
berdasarkan lokasi fraktur tehadap sindesmosis tibiofibuler :
Fraktur malleolus dibawah sindesmosis Fraktur malleolus lateral, avulsi malleolus medial
disertai robekan ligamen tibiofibular bagian depan Fraktur fibula diatas sindesmosis avulsi tibia disertai
robekan malleolus medial (fraktur dupuytren).
Terapi dengan konservatif yaitu pada fraktur yang tak bergeser dengan pemasangan gips secara sirkuler dibawah lutut. Sedangkan tindakan operatif dilakukan bila dijumpai adanya robekan ligament dan dislokasi talus.
Definition
An infection of bone, is caused most commonly by pyogenic bacteria and mycobacteria
Pathogenesis
Microorganism enter bone by hematogenous by a penetrating wound
Histologic Finding
Acute Osteomyelitis Microorganism Infiltrates of neutrophil Trombosed blood vessel
Chronic Osteomyelitis Necrotic bone ( absence of living
osteocytes) Mononuclear cells Granulation Fibrous tissue
Hematogenous Osteomyelitis
~ 20 % of cases of osteomyelitis Primarily affects children
Acute hematogenous osteomyelitis Infection usually involves a single bone
Vertebral osteomyelitis The vertebrae are the most common sites of
hematogenous osteomyelitis in adult Sources of bacteremia
Urinary tract Dental abcess Soft tissue infection Contamined IV lines
Osteomyelitis secondary to a contiguous focus of infection Infection introduced
by penetrating injuries (bites, open fractures)
by surgical procedures
become Chronic Osteomyelitis
Microbiology
Staphylococcus Aureus Streptococci
Therapy
Antibiotic therapy
Definisi...
Penyakit tulang sistemik Adanya penurunan densitas massa
tulang Perburukan mikroarsitektur tulang
Siklus Hidup Tulang Terbagi dalam 4 tahap:
Resting : stem cells from bone marrow attracted to bone surface and differentiate into osteoclasts
Resorption : osteoclasts remove bone with acid pH and proteolytic proteins
Reversal : osteoclasts stop above process, mesenchymal stem cells attracted to surface and differentiate into osteoblasts
Formation : osteoblasts make new bone by laying down protein matrix (osteoid) which is then mineralized
Faktor Resiko...
Usia Faktor genetik Defisiensi kalsium & vit.D Faktor hormonal Aktivitas fisik << Obat-obatan (kortikosteroid,anti
konvulsan, heparin, siklosporin) Merokok & konsumsi alkohol berlebih Sifat fisik tulang
Tipe Osteoporosis...
Tipe I Disebut juga osteoporosis pasca
menopause Tipe II
Disebut juga osteoporosis senilis
Karakteristik tipe I dan II...
Tipe I Tipe II
Umur (tahun) 50-75 >70
Perempuan : laki-laki
6:1 2:1
Tipe kerusakan tulang
Terutama trabekular
Trabekular & kortikal
Bone turnover Tinggi Rendah
Lokasi fraktur Vertebra, radius distal
Vertebra, kolum femoris
Fungsi paratiroid Menurun Meningkat
Etiologi utama Defisiensi estrogen
penuaan, defisiensi estrogen
Pendekatan klinis... Anamnesis Pemeriksaan fisik
Tinggi badan,BB Gaya berjalan, deformitas tulang, leg-length
inequality Pemeriksaan lab
Kalsium total dlm serum, ion kalsium, kalsiun urin Kadar fosfor serum Fosfat urin Osteokalsin serum Piridinolin urin PTH & vit.D
Pemeriksaan radiologi Biopsi tulang Pemeriksaan densitas massa tulang
SPA & SPX lengan bawah,tumit DPA & DPX lumbal, proksimal femur QCT
Penatalaksanaan...Edukasi & pencegahanLatihan & rehabilitasiTerapi
Bisfosfonat SERMskalsiumKalsitoninPTHEstrogenVit.D
Pembedahan
Pembahasan
Seorang pria 27tahun mengalami kecelakaan Pemeriksaan fisik, GCS 4 5 6, korban mengeluhkan kaki kanan yang tak bisa digerakkan karena nyeri. TD : 110 / 70, nadi 100x/menit, RR 20x/menit. Capillary refill kurang dari 1menit.
Pada pemeriksaan regio lokalis femur dekstra didapatkan :Look : hematom, deformitas, tidak ada luka, edema, discrepancy.Feel : krepitasi (+), nyeri tekan, pulsasi a. Dorsalis pedis dan a. Tibialis posterior (+).Dilakukan pemeriksaan x-ray femur dekstra AP dan lateral. Didapatkan Fr. Femur 1/3 tengah.pasien di diagnose dari hasil pemeriksaan X-Ray fraktur femur dekstra 1/3 tengah, dengan luka tertutup.prognosanya baik ditinjau dari segi usia dan jenis luka.
kegawatdaruratan harus ditangani dengan cepat. Pemberian anti analgesik guna menurunkan rasa nyeri yang di alami oleh pasien. Penatalaksanaanya berupa :
• Recognition• Reduction• Retention
• Rehabilitation