Skenario 2 GONDOK Nn. B, 36 tahun, mengeluh terdapat benjolan di leher sebelah kanan yang semakin membesar sejak 6 bulan yang lalu. Tidak ada keluhan nyeri menelan, perubahan suara, ataupun gangguan pernapasan. Pasien juga tidak mengeluh berdebar-debar, banyak berkeringat dan perubahan berat badan. Pada leher sisi sebelah kanan teraba nodul berukuran 5x4 cm, berbatas tegas, tidak nyeri tekan dan turut bergerak saat menelan, Dokter menyarankan untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium fungsi tiroid, USG tiroid, sidik tiroid (thyroid scintigraphy) dan pemeriksaan aspirasi jarum halus. Hasil sitology yang diperoleh menunjukkan tidak didapatkannya sel ganas, sehingga pasien diberikan terapi hormon tiroksin sambil dimonitor fungsi tiroidnya. Pasien juga diingatkan bahwa bila nodulnya makin membesar maka perlu dilakukan operasi tiroidektomi. Mendengar penjelasan dokter, pasien yang merupakan seorang muslimah merasa cemas menghadapi kemungkinan akan dilakukannya tindakkan operasi.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Skenario 2
GONDOK
Nn. B, 36 tahun, mengeluh terdapat benjolan di leher sebelah kanan yang semakin membesar
sejak 6 bulan yang lalu. Tidak ada keluhan nyeri menelan, perubahan suara, ataupun gangguan
pernapasan. Pasien juga tidak mengeluh berdebar-debar, banyak berkeringat dan perubahan berat
badan. Pada leher sisi sebelah kanan teraba nodul berukuran 5x4 cm, berbatas tegas, tidak nyeri
tekan dan turut bergerak saat menelan, Dokter menyarankan untuk dilakukan pemeriksaan
laboratorium fungsi tiroid, USG tiroid, sidik tiroid (thyroid scintigraphy) dan pemeriksaan
aspirasi jarum halus.
Hasil sitology yang diperoleh menunjukkan tidak didapatkannya sel ganas, sehingga pasien
diberikan terapi hormon tiroksin sambil dimonitor fungsi tiroidnya. Pasien juga diingatkan
bahwa bila nodulnya makin membesar maka perlu dilakukan operasi tiroidektomi. Mendengar
penjelasan dokter, pasien yang merupakan seorang muslimah merasa cemas menghadapi
kemungkinan akan dilakukannya tindakkan operasi.
Kata-Kata Sulit
1. Tiroidektomi : Operasi pengambilan atau pengangkatan tiroid2. Sidik tiroid : Pemeriksaan untuk menilai gambaran morfologi `
fungsional tiroid dengan menggunakan zat iodine3. Aspirasi jarum halus : Pemeriksaan nodul tiroid dengan menggunakan jarum
untuk mengetahui jinak atau ganas pada nodul4. Pemeriksaan fungsi tiroid : Pemeriksaan untuk mengetahui nilai FT4, FT3 dan
TSH.5. Hormon tiroksin : Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid yang
berfungsi untuk metabolisme tubuh6. Sitologi : Studi tentang fungsi dan struktur suatu sel7. Gondok : Perbesaran kelenjar tiroid8. USG tiroid : Pemeriksaan untuk menilai bentuk ukuran, gerakkan
dan hubungan dengan jaringan sekitar.
9. Pemeriksaan Aspirasi Jarum halus : Pemeriksaan yang dapat membedakan nodul jinak dan ganas, pada nodul tyroid yang soliter maupun multinodular
10. Nodul : Benjolan Padat atau cairan pada tyroid
Pertanyaan
1. Mengapa benjolan ikut bergerak saat menelan?2. Mengapa pasien tidak mengalami nyeri, padahal terdapat benjolan ?3. Mengapa bisa ada benjolan makin membesar?4. Mengapa terjadi perubahan Berat badan dan banyak berkeringat?5. Mengapa dilakukan operasi padahal sel tidak ganas?6. Mengapa dokter memberikan terapi hormone tiroksin?7. Adakah factor risiko terjadinya pembesaran tyroid?8. Apakah perlu pemeriksaan sitology?9. Apa Gold Standard untuk penyakit Gondok?10. Bagaimana sikap seorang muslim/muslimah untuk menghilangkan kecemasan?11. Kenapa tidak terdapat nyeri tekan, padahal nodulnya membesar?12. Apa diagnosis ?
Jawaban
1. Karena letaknya di Os.Crycoidea2. Karena benjolan yang ada di pasien tidak menekan saraf3. Karena ada rangsangan TSH lalu
merangsang tyroid tetapi tidak ada persediaan iodium, TSH menjadi meningkat dan terjadi benjolan
4. Perubahan berat badan terjadi, karena metabolism glucose meningkat sedangkan banyak berkeringat karena metabolism meningkat
5. Karena dapat mengganggu saluran pernafasan dan pencernaan, kaluahyperthyroid, hormonnya makin banyak
6. Untuk menstabilkan T3 dan T47. Ada, factor genetic, pola makan
(kekurangan yodium) dan umur8. Karena buat melihat keganasan atau tidak9. Test fungsi tyroid10. Tawakal dan ikhtiar11. Karena tidak menekan saraf12. Gondok/Kelaianan fungsi tyroid
Hipotesis
Tatalaksana dengan prinsip mengembalikan fungsi tiroid dalam kondisi normal, dengan salah satu tindakkannya adalah pemberian hormon tiroksin.
Sikap sabar, tawakkal, ikhlas dan ikhtiar diperlukan agar operasi dapat berjalan dengan baik.
Diagnosis : Gondok
Pada pemeriksaan didapati :Pemeriksaan Fisik : (+) benjolan yang tidak terasa nyeri dan tidak menyebabkan gangguan pernapasan (+)Perubahan berat badan (+)banyak berkeringatPemeriksaan Laboratorium :Tes Fungsi TiroidPemeriksaan sitology
Pasien memiliki benjolan di leher karena kekurangan yodium ,faktor genetic dan umur
Sasaran Belajar
LI 1. Memahami dan Menjelaskan Makroskopik dan Mikroskopik Glandula Thyroidea
LO 1.1 Memahami dan Menjelaskan Makroskopik Glandula Thyroidea
LO 1.2 Memahami dan Menjelaskan Mikroskopik Glandula Thyroidea
LI 2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi dan Biokimia Glandula Thyroidea
LI 3. Memahami dan Menjelaskan Kelainan Glandula Thyroidea
LO 3.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Kelainan Glandula Thyroidea
LO 3.2 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Kelainan Glandula Thyroidea
LO 3.3 Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi Kelainan Glandula Thyroidea
LO 3.4 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Kelainan Glandula Thyroidea
LO 3.5 Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Kelainan Glandula Thyroidea
LO 3.6 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Kelainan Glandula Thyroidea
LO 3.7 Memahami dan Menjelaskan Diganosis dan Diagnosis Banding Kelainan
Glandula Thyroidea
LO 3.8 Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana Kelainan Glandula Thyroidea
LO 3.9 Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Kelainan Glandula Thyroidea
LO 3.10 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Kelainan Glandula Thyroidea
LO 3.11 Memahami dan Menjelaskan Prognosis Kelainan Glandula Thyroidea
LI 4. Memahami dan Menjelaskan Tiroidektomi
LI 5. Memahami dan Menjelaskan Ajaran Islam dalam Menghadapi Sikap Cemas
LI 1. Memahami dan Menjelaskan Makroskopik dan Mikroskopik Glandula Thyroidea
LO 1.1 Memahami dan Menjelaskan Makroskopik Glandula Thyroidea
Kata “thyroid” berarti organ berbentuk perisai segi empat. Kelenjar ini merupakan kelenjar
endokrin yang paling banyak vaskularisasinya, dibungkus oleh capsula yang berasal dari lamina
pretracheal fascia profunda. Capsula ini melekatkan thyroid ke larynx dan trachea. Kelenjar
thyroid terletak di leher depan setentang vertebra cervicalis 5 sampai thoracalis 1, terdiri dari
lobus kiri dan kanan yang dihubungkan oleh isthmus. Setiap lobus berbentuk seperti buah pear,
dengan apex di atas sejauh linea oblique lamina cartilage thyroidea, dengan basis di bawah pada
cincin trachea 5 atau 6.
Tiroid terdiri dari nodula-nodula yang tersusun dari folikel-folikel kecil yang dipisahkan satu
dengan lainnya oleh suatu jaringan ikat. Setiap folikel dibatasi oleh epitel kubus dan diisi oleh
bahan proteinaseosa berwarna merah muda yang disebut koloid. Isthmus adalah bagian kelenjar
yang terletak di garis tengah dan menghubungkan bagian bawah lobus dextra dan sinistra
(isthmus mungkin juga tidak ditemukan). Diameter transversa dan vertical ± 1,25 cm.
Pada permukaan anterior isthmus dijumpai (dari superficial ke profunda) :
- Kulit dan fascia superficialis
- V. Jugularis anterior
- Lamina superficialis fascia cervicalis profunda
- Otot-otot : M. Sternohyoideus danM. Sternothyroideus.
Permukaan posterior berhubungan dengan cincin trachea ke 3 dan 4. Pada margo superiornya
dijumpai anastomose kedua A. Thyroidea superior, lobus pyramidalis dan Levator glandulae. Di
margo inferior didapati V. Thyroidea inferior dan A. Thyroidea ima.
VASCULARISASI
1. Sistem Arteri
a. A. Thyroidea superior, adalah cabang A. Carotis externa yang masuk ke jaringan
superficial kelenjar, mendarahi jaringan connective dan capsule.
b. A. Thyroidea inferior adalah cabang trunchus thyreocervicalis dan masuk ke lapisan
dalam kelenjar, mendarahi jaringan parenkim dan propia kelenjar.
c. A. Thyroidea ima, Arteri ini kadang-kadang dijumpai merupakan cabang arcus aorta atau
A. Brachiocephalica dan mendarahi istmus.
d. A. Thyroidea acessorius, adalah cabang-cabang A. Oesophageal dan Tracheal yang
masuk ke facies posteromedial.
2. Sistem Vena
a. V. Thyroidea superior; muncul dari polus superior dan berakhir pada vena jugularis
interna (kadang-kadang V. Facialis)
b. V. Thyroidea inf.; muncul dari margo bawah istmus dan berakhir pada V.
Brachiocephalica sin.
c. V. Thyroidea media; muncul dari pertengahan lobus lateralis dan berakhir di V. Jugularis
int.
3. Aliran Lymphatic
a. Ascending Lymphatic
Media, mengalir ke prelaryngeal lymph node yang terletak pada membrane
cricothyroidea
Lateral, mengalir ke Jugulo-digastric grup dari deep cervical lymph node.
b. Descending Lymphatic
Medial, mengalir ke pretracheal grup di trachea
Lateral, mengalir ke Gl. Recurrent chain pada N. Laryngeus recurrent.
LO 1.2 Memahami dan Menjelaskan Mikroskopik Glandula Thyroidea
Unit struktural daripada tiroid adalah folikel, yang tersusun rapat, berupa ruangan bentuk bulat
yang dilapisi oleh selapis sel epitel bentuk gepeng, kubus sampai kolumnar. Konfigurasi dan
besarnya sel-sel folikel tiroid ini dipengaruhi oleh aktivitas fungsional daripada kelenjar tiroid itu
sendiri. Bila kelenjar dalam keadaan inaktif, sel-sel folikel menjadi gepeng dan akan menjadi
kubus atau kolumnar bila kelenjar dalam keadaan aktif.
Pada keadaan hipertiroidism, sel-sel folikel menjadi kolumnar dan sitoplasmanya terdiri dari
vakuol-vakuol yang mengandung koloid. Folikel-folikel tersebut mengandung koloid, suatu
bahan homogen eosinofilik. Variasi densiti dan warna daripada koloid ini juga memberikan
gambaran fungsional yang signifikan; koloid eosinofilik yang tipis berhubungan dengan aktivitas
fungsional, sedangkan koloid eosinofilik yang tebal dan banyak dijumpai pada folikel dalam
keadaan inaktif dan beberapa kasus keganasan. Pada keadaan yang belum jelas diketahui
penyebabnya, sel-sel folikel ini akan berubah menjadi sel-sel yang besar dengan sitoplasma
banyak dan eosinofilik, kadang-kadang dengan inti hiperkromatik, yang dikenal sebagai
oncocytes (bulky cells) atau Hürthle cells.
Ada 2 jenis sel pada kelenjer tiroid :
1. Sel folikular : berdiri diatas membrane basalis, inti besar di tengah dan banyak
mitokondria. Fungsinya untuk mensintesis iodinasi, absorbsi dan digesti thyroglobulin.
2. Sel parafolikulaer : terletak diantara sel folikular dengan inti eksentris. Berfungsi
untuk mensekresikan calcitonin.
LI 2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi dan Biokimia Glandula Thyroidea
Mekanisme sintesis, sekresi, dan faktor yang mempengaruhi hormon tiroid
Ada 7 tahap, yaitu:
1. Trapping
Proses ini terjadi melalui aktivitas pompa iodida yang terdapat pada bagian basal sel folikel.
Dimana dalam keadaan basal, sel tetap berhubungan dengan pompa Na/K tetapi belum
dalam keadaan aktif. Pompa iodida ini bersifat energy dependent dan membutuhkan ATP.
Daya pemekatan konsentrasi iodida oleh pompa ini dapat mencapai 20-100 kali kadar dalam
serum darah. Pompa Na/K yang menjadi perantara dalam transport aktif iodida ini
dirangsang oleh TSH.
2. Oksidasi
Sebelum iodida dapat digunakan dalam sintesis hormon, iodida tersebut harus dioksidasi
terlebih dahulu menjadi bentuk aktif oleh suatu enzim peroksidase. Bentuk aktif ini adalah
iodium. Iodium ini kemudian akan bergabung dengan residu tirosin membentuk
monoiodotirosin yang telah ada dan terikat pada molekul tiroglobulin (proses iodinasi).
Iodinasi tiroglobulin ini dipengaruhi oleh kadar iodium dalam plasma. Sehingga makin
tinggi kadar iodium intrasel maka akan makin banyak pula iodium yang terikat sebaliknya
makin sedikit iodium di intra sel, iodium yang terikat akan berkurang sehingga
pembentukan T3 akan lebih banyak daripada T4.
3. Coupling
Dalam molekul tiroglobulin, monoiodotirosin (MIT) dan diiodotirosin (DIT) yang terbentuk
dari proses iodinasi akan saling bergandengan (coupling) sehingga akan membentuk
triiodotironin (T3) dan tiroksin (T4). Komponen tiroglobulin beserta tirosin dan iodium ini
disintesis dalam koloid melalui iodinasi dan kondensasi molekul tirosin yang terikat pada
ikatan di dalam tiroglobulin. Tiroglobulin dibentuk oleh sel-sel tiroid dan dikeluarkan ke
dalam koloid melalui proses eksositosis granula.
4. Penimbunan (storage)
Produk yang telah terbentuk melalui proses coupling tersebut kemudian akan disimpan di
dalam koloid. Tiroglobulin (dimana di dalamnya mengandung T3 dan T4), baru akan
dikeluarkan apabila ada stimulasi TSH.
5. Deiodinasi
Proses coupling yang terjadi juga menyisakan ikatan iodotirosin. Residu ini kemudian akan
mengalami deiodinasi menjadi tiroglobulin dan residu tirosin serta iodida. Deiodinasi ini
dimaksudkan untuk lebih menghemat pemakaian iodium.
6. Proteolisis
TSH yang diproduksi oleh hipofisis anterior akan merangsang pembentukan vesikel yang di
dalamnya mengandung tiroglobulin. Atas pengaruh TSH, lisosom akan mendekati tetes
koloid dan mengaktifkan enzim protease yang menyebabkan pelepasan T3 dan T4 serta
deiodinasi MIT dan DIT.
7. Pengeluaran hormon dari kelenjar tiroid (releasing)
Proses ini dipengaruhi TSH. Hormon tiroid ini melewati membran basal dan kemudian
ditangkap oleh protein pembawa yang telah tersedia di sirkulasi darah yaitu Thyroid
Binding Protein (TBP) dan Thyroid Binding Pre Albumin (TBPA). Hanya 0,35% dari T4
total dan 0,25% dari T3 total yang berada dalam keadaan bebas. Ikatan T3 dengan TBP
kurang kuat daripada ikatan T4 dengan TBP. Pada keadaan normal kadar T3 dan T4 total
menggambarkan kadar hormon bebas. Namun dalam keadaan tertentu jumlah protein
pengikat bisa berubah. Pada seorang lansia yang mendapatkan kortikosteroid untuk terapi
suatu penyakit kronik cenderung mengalami penurunan kadar T3 dan T4 bebas karena
jumlah protein pembawa yang meningkat. Sebaliknya pada seorang lansia yang menderita
pemyakit ginjal dan hati yang kronik maka kadar protein binding akan berkurang sehingga
kadar T3 dan T4 bebas akan meningkat.
Metabolisme Iodium
Iodium adalah bahan mentah yang penting untuk sintesis hormone tiroid. Iodium yang terdapat
dalam makanan diubah menjadi iodide dan diabsorpsi. Asupan iodium harian minuman untuk
mempertahankan fungsi tiroid normal adalah 150µg pada orang dewasa. Kadar I plasma normal
adalah sekitar 0,3µg/dL, dan I disebarkan dalam suatu “ruang” sekitar 25L (35% berat badan).
Organ utama yang mengambil I adalah tiroid, yang menggunakannya untuk membuat hormone
tiroid. Dan ginjal yang mengekskresikannya ke dalam urin. Sekitar 120µg/h masuk ke dalam
tiroid pada tingkat sintesis dan sekresi hormone tiroid yang normal. Tiroid menyekresi 80µg/h
Iodium dalam bentuk T3 dan T4. 40µg/h berdifusi dalam CES. T3 dan T4 yang disekresikan
dimetabolisme dalam hati dan jaringan lain, yang akan melepaskan 60µg I per hari ke dalam
CES. Beberapa turunan hormone tiroid diekskresikan melalu empedu, dan sebagian iodium di
dalamnya diserap ulang (sirkulasi enterohepatik), tetapi berat bersih kehilangan I dalam tinja
sekitar 20µg/h. jadi jumlah total I yang masuk ke dalam CES adalah 500+40+60, atau 600µg/h;
20% dari I ini masuk ke dalam kelenjar tiroid, sementara 80% dieksresikan melalui urin.
Sintesis Hormon Tiroid
Kelenjar tyroid menghasilkan hormon tyroid utama yaitu Tiroksin (T4). Bentuk aktif hormon ini
adalah Triodotironin (T3), yang sebagian besar berasal dari konversi hormon T4 di perifer, dan
sebagian kecil langsung dibentuk oleh kelenjar tyroid. Iodida inorganik yang diserap dari saluran
cerna merupakan bahan baku hormon tyroid. Iodida inorganik mengalami oksidasi menjadi
bentuk organik dan selanjutnya menjadi bagian dari tyrosin yang terdapat dalam tyroglobulin
sebagai monoiodotirosin (MIT) atau diiodotyrosin (DIT). Senyawa DIT yang terbentuk dari MIT
menghasilkan T3 atau T4 yang disimpan di dalam koloid kelenjar tyroid. Iodida inorganik
mengalami oksidasi menjadi organik murah, selanjutnya menjadi bagian dari tyrosin yang
terdapat dalam tyroglobulin sebagai monoiodotirosin (MIT) atau diiodotyrosin (Dit). Senyawa
DIT yang terbentuk MIT menghasilkan T3 Dari T4 atau disimpan di dalam kelenjar tyroid.
Sebagian besar T4 dilepaskan ke sirkulasi, sedangkan sisanya tetap didalam kelenjar
yang kemudian mengalami diiodinasi untuk selanjutnya menjalani daur ulang. Dalam sirkulasi,
ophthalmophaty sangatlah sulit dibadakan dengan penyakit hipertiroid, apalagi pada pasien
dengan pembesaran kelenjar tiroid yang minimal, pasien dapat merasakan nyeri pada saat
tiroid melepaskan hormon tiroid. Pada kondisi ini dapat sembuh dengan sendirinya atau dengan
obat anti tiroid, pengobatan dengan tindakan bedah dan radio aktif iodine tidaklah diperlukan.
- Ansietas neurosis merupakan gejala yang sulit dibedakan dengan hipertiroid. Pada ansietas
biasanya fatique tidak hilang pada istirahat, telapak tangan berkeringat, denyut jantung pada
waktu tidur normal, dan tes lab fungsi tiroid normal.
- Jika pada pendeita hipertiroid fatique dapat hilang pada saat istirahat, telapak tangan hangat
dan berkeringat, takikardia pada waktu tidur, dan tes fungsi tiroid abnormal.
- Penyakit organic nontiroid juga sulit dibedakan dengan hipertiroidism, harus dibedakan secara
garis besar dari kejadian-kejadian yang spesifik pada system organ yang terlibat, dan juga
dengan tes fungsi tiroid.
- Gejala-gejala seperti exophthalmus atau ophthalmoplegia harus diperiksa oleh ophthalmologic,
USG, CT scan, MRI scan, dan pemeriksaan neurologis.
EUTIROID
- Tioiditis Hashimoto
- Hipertiroidisme
- Hipotiroidisme
- Hipopituitarisme
- Gangguan fungsi tiroid yang diinduksi oleh terapi amiodaron
(Medscape)
LO 3.8 Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana Kelainan Glandula Thyroidea
Prinsip terapi hipotiroidisme adalah meningkatkan kadar hormon tiroid serum dengan
ekstrak hormon tiroksin (Levotiroksin) sehingga kadar TSH akan turun dan goiter mengecil.
Prinsip terapi hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormon tiroid yang berlebihan
dengan cara menekan produksi (obat antitiroid) atau merusak jaringan tiroid (yodium radioaktif,
tiroidektomi subtotal).
homon tiroid yang berlebihan dengan cara menekan produksi (obat antitiroid) atau merusak
jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi subtotal).
Terapi eutiroid (Non-thyroidal illness)
Penggunaan hormon tiroid namun masih menjadi hal yang kontroversial. Namun pemberian
hormon tiroid tidak menguntungkan ataupun merugikan.
(Medscape)
Terapi Farmakologis
1. Obat anti tiroid
Digunakan dengan indikasi :
a) Terapi untuk memperpanjang remisi atau medapatkan remisi yg menetap, pada
pasien muda dengan struma ringan-sedang dan tirotoksikosis.
b) Obat untuk mengontrol tirotoksikosis pada fase sebelum pengobatan, atau sesudah
pengobatan pada pasien yang mendapat yodium radioaktif.
c) Persiapan tirodektomi
d) Pengobatan pasien hamil dan orang lanjut usia
e) Pasien dengan krisis tiroid
Obat diberi dalam dosis besar pada permulaan sampai eutiroidisme lalu diberikan dosis rendah
untuk mempertahankan eutiroidisme.
Obat antitiroid yg sering digunakan
Obat Dosis awal (mg/hari) Pemeliharaan (mg/hari)
Karbimazol 30-60 5-20
Metimazol 30-60 5-20
Propiltiourasil 300-600 50-200
Ketiga obat ini mempunyai kerja imunosupresif dan dapat menurunkan konsentrasi thyroid
stimulating antibody (TSAb) yg bekerja pada sel tiroid. Obat-obatan ini umumnya diberikan
sekitar 18-24 bulan. Pemakaian obat-obatan ini dapat menimbulkan efek samping berupa
hipersensitivitas dan agranulositosis. Apabila timbul hipersensitivitas maka obat diganti, tetapi
bila timbul agranulositosis maka obat dihentikan.
Pada pasien hamil biasanya diberikan propiltiourasil dengan dosis rendah mungkin yaitu 200
mg/hari atau lebih lagi. Hipertiroidisme kerap kali sembuh spontan pada kehamilan tua sehingga
propiltiourasil dihentikan. Obat-obatan tambahan sebaiknya tidak diberikan karena T₄ yg dapat
melewati plasenta hanya sedikit sekali dan tidak dapat mencegah hipotiroidisme pada bayi yg
baru lahir. Pada masa laktasi juga diberikan propiltiourasil karena hanya sedikit sekali yang
keluar dari air susu ibu. Dosis yg dipakai 100-150 mg tiap 8 jam. Setelah pasien eutiroid, secara
klinis dan laboratorium, dosis diturunkan dan dipertahankan menjadi 2x50 mg/hari. Kadar T₄ dipertahankan pada batas normal dengan dosis propiltiourasil <100 mg/hari. Apabila
tirotiksikosis timbul lagi, biasanya pasca persalinan, propiltiourasil dinaikkan sampai 300
mg/hari.
2. Pengobatan dengan yodium radioaktif
Indikasi pengobatan dengan yodium radioaktif diberikan pada :
a) Pasien umur 35 tahun atau lebih
b) Hipertiroidisme yg kambuh sesudah operasi
c) Gagal mencapai remisi sesudah pemberian obat antitiroid
d) Tidak mampu atau tidak mau pengobatan dengan antitiroid
e) Adenoma toksik, goiter multinodular toksik
Digunakan Y₁₃₁ dengan dosis 5-12 mCi peroral. Dosis ini dapat mengendalikan tirotoksikosis
dalam 3 bulan, namun ⅓ pasien menjadi hipotiroid pada tahun pertama. Efek samping
pengobatan dengan yodium radioaktif adalah hipotiroidisme, eksaserbasi hipertirodisme, dan
tiroiditis.
3. Operasi
Tiroidektomi subtotal efektif untuk mengatasi hipertiroidisme. Indikasi operasi adalah:
a) Pasien umur muda dengan struma besar serta tidak berespons terhadap obat antitiroid.
b) Pada wanita hamil (trimester kedua) yg memerlukan obat antitiroid dosis besar
c) Alergi terhadap obat antitiroid, pasien tidak dapat menerima yodium radioaktif
d) Adenoma toksik atau struma multinodular toksik
e) Pada penyakit Graves yang berhubungan dengan satu atau lebih nodul
Sebelum operasi, biasanya pasien diberi obat antitiroid sampai eutiroid kemudian diberi cairan
kalium yodida 100-200 mg/hari atau cairal lugol 10-15 tetes/hari selama 10 hari sebelum
dioperasi untuk mengurangi vaskularisasi pada kelenjar tiroid.
4. Pengobatan tambahan
a) Sekat β adrenergic
Obat ini diberikan untuk mengurangi gejala dan tanda hipertiroidisme. Dosis diberikan 40-
200 mg/hari yang dibagi atas 4 dosis. Pada orang lanjut usia diberi 10 mg/6jam.
b) Yodium
Yodium terutama digunakan untuk persiapan operasi, sesudah pengobatan dengan yodium
radioaktif, dan pada krisis tiroid. Biasanya diberikan dalam dosis 100-300 mg/hari.
c) Ipodat
Ipodat kerjanya lebih cepat dibanding propiltiourasil dan sangat baik digunakan pada
keadaan akut seperti krisis tiroid. Kerja ipodat adalah menurunkan konversi T₄ menjadi T₃ diperifer, mengurangi sintesis hormon tiroid, serta mengurangi pengeluaran hormon dari
tiroid.
d) Litium
Litium mempunyai daya kerja seperti yodium, namun tidak jelas keuntungannya
dibandingkan dengan yodium. Litium dapat digunakan pada pasien dengan krisis tiroid yg
alergi terhadap yodium.
HIPOTIROID
1. Levothyroxine disarankan untuk pengobatan. Telah direkomendasikan aman, efektif, murah,
mudah dikelola, dan mudah dipantau. Beberapa penulis menyarankan bahwa bentuk generik
mungkin sama efektifnya dengan obat bermerek
2. Sediaan hormon dalam bentuk pil dapat diberikan dengan tepat. Pil dapat hancur dalam
sendok, dilarutkan dengan sedikit ASI, air, atau cairan lainnya segera sebelum pemberian,
dan diberikan kepada anak dengan jarum suntik atau pipet. Pil tidak boleh dicampur dalam
botol penuh susu formula. Balita mudah mengunyah tablet tanpa masalah atau keluhan.
3. Rejimen dosis optimum dan pemantauan laboratorium tindak lanjut belum ditentukan. dosis
awal 10-15 mcg / kg / d, setara dengan dosis awal 50 mcg di banyak bayi baru lahir, telah
direkomendasikan. Sama-sama baik hasilnya, tetapi dengan thyroid-stimulating hormone
yang lebih tinggi (TSH) tingkat, telah dilaporkan dengan setengah dosis awal ini (25 mcg
/d).
Obat pilihan adalah Sodium L-Thyroxine, diberikan sedini mungkin.
Bila fasilitas untuk mengukur faal tiroid ada, diberikan dosis seperti tabel berikut :
Umur Dosis µg/kg BB/hari
0-3 bulan
3-6 bulan
6-12 bulan
1-5 tahun
2-12 tahun
> 12 tahun
10-15
8-10
6-8
5-6
4-5
2-3
Kadar T4 dipertahankan di atas pertengahan nilai normal.
Bila fasilitas untuk mengukur faal tiroid tidak ada, dapat dilakukan therapeutic trial sampai usia
3 tahun dimulai dengan dosis rendah dalam 2-3 minggu; bila ada perbaikan klinis, dosis dapat
ditingkatkan bertahap atau dengan dosis pemberian + 100 μg/m2/hari.Penyesuaian dosis tiroksin
berdasarkan respon klinik dari uji fungsi tiroid T3, T4, dan TSH yang dapat berbeda tergantung
dari etiologi hipotiroid.
Hormon Tiroid
Obat ini diberikan untuk melengkapi hormon tiroid pada pasien dengan hypothyroidism.
Levothyroxine adalah bentuk yang diinginkan dari penggantian hormon tiroid pada semua pasien
dengan hypothyroidism. [69] tiroid Diparut dan dikeringkan adalah obat usang yang terbuat dari
jaringan hewan dikumpulkan. Tiroid kering sebaiknya tidak digunakan.
Contoh : Levothyroxine (levothroid, levoxyl, Synthroid) Dikenal sebagai L-tiroksin, T4, dan
tiroksin. Sebuah hormon tiroid dengan catatan terbukti keamanan, kemanjuran, dan kemudahan
penggunaan. Dalam bentuk aktif, mempengaruhi pertumbuhan dan pematangan jaringan.
Terlibat dalam pertumbuhan normal, metabolisme, dan pengembangan.
NODUL TIROID
1. Suntikan ethanol perkutan
a. Mek kerja : dehidrasi selular,denaturasi protein dan nekrosis koagulatif pada jaringan
tiroid dan infark hemoragik akibat trombosis vaskuler. Jaringan tiroid diganti jar.parut
granulomatosa
b. Indikasi :nodul jinak atau kistik
c. ES: nyeri hebat,rembesan alkohon ke jar.ekstratiroid ,reiko tirotoksikosis dan paralisis
pita suara
2. Terapi laser dengan tuntunan USG
a. Masih dalam tahap eksperimental
b. Menyebabkan nekrosis nodul tanpa atau sedikit kerusakan jaringan sekitarnya
c. Tidak ada ES yang berarti
3. Observasi, bila yakin nodul tidak ganas
LO 3.9 Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Kelainan Glandula Thyroidea
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah langkah yang harus dilakukan untuk menghindari diri dari berbagai
faktor resiko. Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya struma
adalah :
a. Memberikan edukasi kepada masyarakat dalam hal merubah pola perilaku makan dan
memasyarakatkan pemakaian garam yodium
b. Mengkonsumsi makanan yang merupakan sumber yodium seperti ikan laut
c. Mengkonsumsi yodium dengan cara memberikan garam beryodium setelah dimasak, tidak
dianjurkan memberikan garam sebelum memasak untuk menghindari hilangnya yodium dari
makanan
d. Iodisai air minum untuk wilayah tertentu dengan resiko tinggi. Cara ini memberikan
keuntungan yang lebih dibandingkan dengan garam karena dapat terjangkau daerah luas dan
terpencil.Iodisasi dilakukan dengan yodida diberikan dalam saluran air dalam pipa, yodida
yang diberikan dalam air yang mengalir, dan penambahan yodida dalam sediaan air minum.
e. Memberikan kapsul minyak beryodium (lipiodol) pada penduduk di daerah endemik berat
dan endemik sedang. Sasaran pemberiannya adalah semua pria berusia 0-20 tahun dan
wanita 0-35 tahun, termasuk wanita hamil dan menyusui yang tinggal di daerah endemis
berat dan endemis sedang.Dosis pemberiannya bervariasi sesuai umur dan kelamin.
f. Memberikan suntikan yodium dalam minyak (lipiodol 40%) diberikan 3 tahun sekali dengan
dosis untuk dewasa dan anak-anak di atas 6 tahun 1 cc dan untuk anak kurang dari 6 tahun
0,2-0,8 cc.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya mendeteksi secara dini suatu penyakit, mengupayakan
orang yang telah sakit agar sembuh, menghambat progresifitas penyakit
3. Pencegahan tersier
Bertujuan untuk mengembalikan fungsi mental, fisik dan sosial penderita setelah proses
penyakitnya dihentikan. Upaya yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Setelah pengobatan diperlukan kontrol teratur/berkala untuk memastikan dan mendeteksi
adanya kekambuhan atau penyebaran.
b. Menekan munculnya komplikasi dan kecacatan
c. Melakukan rehabilitasi dengan membuat penderita lebih percaya diri, fisik segar dan bugar
serta keluarga dan masyarakat dapat menerima kehadirannya melalui melakukan fisioterapi
yaitu dengan rehabilitasi fisik, psikoterapi yaitu dengan rehabilitasi kejiwaan, sosial terapi
yaitu dengan rehabilitasi sosial dan rehabilitasi aesthesis yaitu yang berhubungan dengan
kecantikan.
LO 3.10 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Kelainan Glandula Thyroidea
HIPERTIROID
Komplikasi tiroid adalah suatu aktivitas yang sangat berlebihan dari kelenjar tiroid, yang terjadi
secara tiba-tiba. Badai tiroid bisa menyebabkan :
1. Demam, kegelisahan, perubahan suasana hati, kebingungan
2. Kelemahan dan pengisutan otot yang luar biasa
3. Perubahan kesadaran (bahkan sampai terjadi koma)
4. Pembesaran hati disertai penyakit kuning yang ringan
Badal tiroid merupakan suatu keadaan darurat yang sangat berbahaya dan memerlukan tindakan
segera. Tekanan yang berat pada jantung bisa menyebabkan ketidakteraturan irama jantung yang
bisa berakibat fatal (aritmia) dan syok. Badal tiroid biasanya terjadi karena hipertiroid tidak
diobati atau karena pengobatan yang tidak adekuat dan bisa dipicu oleh : infeksi,pembedahan,
stress, diabetes yang kurang terkendali, ketakutan, kehamilan atau persalinan, Grave’s disease :
Kebanyakan pada pasien dengan tirotoksikosis terdapat peningkatan kadar T3 danT4, dan
panurunan kadar TSH. Tirotoksikosis dapat juga dijumpai kadar T4 yang normal sedangkan
kadar T3 yang meningkat (T3 toksikosis). Pada T4 pseudotoksikosis ditemukan kadar T4 yang
tinggi sedangkan kadar T3 yang rendah, hal ini disebabkan gangguan perubahan T4 menjadi T3.
tirotoksikosis dapat menyebabkan gangguan katabolisme yang progesif, kerusakan jantung,
sehingga dapat menyebabkan kematian karena gagal jantung.
HIPOTIROID
1. Gondok
Stimulasi terus menerus agar tiroid mengeluarkan hormon, dapat menyebabkan kelenjar
membesar. Gondok dapat mengganggu pernapasan dan saat menelan makanan.
2. Gangguan jantung
Hipertiroid dapat meningkatkan kadar kolestrol, mengganggu fungsi jantung, pembesaran
jantung dan gagal jantung.
3. Gangguan mental
Misalnya depresi.
4. Peripheral neuropathy
Merusak saraf perifer, yaitu saraf yang membawa informasi dari otak dan saraf tulang
belakang ke seluruh tubuh.
5. Myxedema
Gejalanya adalah sensitiv terhadap suhu dingin, mengantuk, sangat lesu dan pingsan.
Pemicu myxedema coma adalah sedativ, infeksi dan stress.
6. Infertilitas
Kadar hormon tiroid yang terlalu rendah dapat menyebabkan gangguan pada ovulasi.
7. Cacat lahir
Mengalami gangguan mental maupun fisik.
NODUL TIROID
1. Masalah menelan atau bernapas.
Nodul besar atau goiter multinodular - pembesaran kelenjar tiroid yang mengandung nodul
yang berbeda beberapa - dapat mengganggu menelan atau bernapas.
2. Hyperthryoidism.
Masalah dapat terjadi jika nodul atau gondok menghasilkan hormon tiroid, menyebabkan
hipertiroidisme. Hipertiroidisme pada gilirannya dapat mengakibatkan penurunan berat
badan yang tidak diinginkan, kelemahan otot, intoleransi panas, dan kecemasan atau lekas
marah. Potensi komplikasi hipertiroidisme termasuk jantung terkait komplikasi, tulang
lemah (osteoporosis), dan krisis tirotoksik, intensifikasi tiba-tiba dan berpotensi
mengancam nyawa tanda-tanda dan gejala yang memerlukan perawatan medis segera.
3. Masalah yang terkait dengan kanker tiroid.
Jika nodul tiroid adalah kanker, operasi biasanya diperlukan. Umumnya, sebagian besar
atau seluruh kelenjar tiroid Anda akan dihapus, setelah itu Anda akan perlu untuk
mengambil terapi hormon tiroid pengganti untuk sisa hidup Anda. Kebanyakan kanker
tiroid ditemukan lebih awal, meskipun, dan memiliki prognosis yang baik.
LO 3.11 Memahami dan Menjelaskan Prognosis Kelainan Glandula Thyroidea
HIPERTIROID
Secara umum, perjalanan penyakit Graves ditandai oleh remisi dan eksaserbasi jangka
lama kecuali bila kelenjar dirusak melalui pembedahan atau iodin radioaktif. Walaupun beberapa
pasien bisa tetap eutiroid untuk jangka waktu lama setelah terapi, banyak yang akhirnya menjadi
hipotiroidisme. Jadi, follow-up seumur hidup merupakan indikasi untuk semua pasien dengan
penyakit Graves.
HIPOTIROID
Perjalanan miksedema yang tidak diobati menyebabkan penurunan keadaan secara
lambat yang akhirnya menjadi koma miksedema dan kematian.Namun, denganterapi sesuai,
prognosis jangka panjang sangat menggembirakan.Karena waktuparuh tiroksin yang panjang (7
hari), diperlukan waktu untuk mencapai keseimbangan pada suatu dosis yang tetap. Jadi, perlu
untuk memantau FT4 atauFT4I dan kadar TSH setiap 4-6 minggu sampai suatu keseimbangan
normaltercapai. Setelah itu, FT4 dan TSH dapat dipantau sekali
setahun.Dosis T4 harus ditingkatkan kira-kira 25% selama
kehamilan dan laktasi. Pasien lebih tua memetabolisir T4 lebih
lambat, dan dosis akan diturunkan sesuai dengan umur.
Pada suatu waktu angka mortalitas koma miksedema
mencapai kira-kira80%.Prognosis telah sangat membaik dengan
diketahuinya pentingnya respirasiyang dibantu secara mekanis dan
penggunaan levotiroksin intravena. Pada saat ini, hasilnya mungkin tergantung pada seberapa
baiknya masalah penyakit dasar dapat dikelola.
LI 4. Memahami dan Menjelaskan Tiroidektomi
Definisi
Tiroidektomi adalah prosedur pembedahan di mana semua atau sebagian dari kelenjar tiroid akan
dihapus.
Klasifikasi
Tiroidektomi terbagi atas :
1.Tiroidektomi total
Tiroidektomi total, yaitu mengangkat seluruh kelenjar tiroid. Klien yang menjalani tindakan ini
harus mendapat terapi hormone pengganti yang besar dosisnya beragam pada setiap individu dan
dapat dipengaruhi oleh usia, pekerjaan dan aktifitas.
2.Tiroidektomi subtotal
Tiroidektomi subtotal, yaitu mengangkat sebagian kelenjar tiroid. Lobus kiri atau kanan yang
mengalami pembesaran diangkat dan diharapkan kelenjar yang masih tersisa masih dapat
memenuhi kebutuhan tubuh akan hormon-hormon tiroid sehingga tidak diperlukan terapi
penggantian hormon.
Indikasi :
1. Suspek malignancy atau keganasan
2. Gejala kompresi atau penekanan ke organ sekitar
3. Hipertiroid
4. Kosmetik
Kontraindikasi :
Inoperable tumor (sudah ekstensi ke struktur organ lain: trachea,
esofagus, dll).
TEKNIK OPERASI
1. Posisi penderita telentang, leher ekstensi dg ganjal bantal dibawah pundak penderita,
posisi meja sedikit “head up”, dg sudut 20 derajat (reverse Trendelenburg).
2. Kepala diletakkan diatas donut baloon, yakinkan posisi dagu sejajar dg long axis
tubuh pada garis median.
3. Desinfeksi lapangan operasi dg batas lateral: tepi depan m.trapezius, batas atas: bibir
bawah, batas bawah: kosta 3.
4. Dibuat marker untuk insisi dg menggunakan silk 2-0 pada lipatan kulit leher ± 2 jari
diatas sternal notch (atau 1 cm dibawah kartilago krikoid), memanjang sampai ke tepi
anterior sternokleidomastoid.
5. Insisi kulit, subkutis dan platysma, sekaligus menjadi satu flap, untuk mencegah
perdarahan, edema, dan perlengketan pasca operasi.
6. Klem lurus (5 bh) pada dermis untuk traksi. Pertama kali flap atas. Diseksi dapat
dikerjakan secara tumpul, atau secara tajam menggunakan kauter atau skalpel.
7. Diseksi tumpul dengan jari atau kassa pada batas platysma dengan loose areolar tissue
dibawahnya, tepat superfisial dari vena jugularis anterior. Diseksi dilakukan ke arah
kaudal (sampai sternal notch) dan kranial (sampai terlihat cartilago tiroidea) dan
dibuat flap yang difiksasi ke kain drapping.
8. Insisi fascia coli superficialis secara vertikal pada garis tengah strap muscle hingga
batas bawah sampai level sternal notch, batas atasnya sampai cartilago tiroid.
9. Diseksi tumpul pertengahan strap muscles sampai fascia colli profunda.
10. Strap muscle (m.sternohyoid dan m.sternotiroid) diretraksi ke kiri dan ke kanan.
11. Dilakukan pemisahan kelenjar tiroid pada cleavage plane (antara kel.tiroid dengan
m.sternokleidomastoideus).
12. Pada tumor yang besar dapat dilakukan pemotongan strap muscle secara horizontal di
1/3 proksimalnya (seproksimal mungkin) setelah sebelumnya v.jugularis anterior
diligasi.
13. Dilakukan diseksi tumpul dan tajam mulai dari tiroid di bagian tengah dengan
mengidentifikasi v.tiroid media.
14. Vena tiroid media diligasi dan dipotong.
15. Profunda dari vena ini, kelj. Paratiroid & RLN dapat diidentifikasi.
16. Diseksi dilanjutkan ke pool bawah dg mengidentifikasi arteri dan vena tiroidea
inferior, juga harus diidentifikasi dan preservasi n.rekuren laringeus yang terletak di
daerah sulkus trakeo-esofageal, umumnya berjalan di antara bifurcatio arteri tiroidalis
inferior.
17. Ligasi a. tiroidea inferior distal dari suplai ke paratiroid.
18. Vena tiroidea inferior pada pool bawah tiroid diligasi dg silk 2/0 pada 2 tempat dan
dipotong diantaranya.
19. Untuk melakukan subtotal lobektomi maka dengan menggunakan klem lurus dibuat
‘markering’ pada jar tiroid diatas n.rekuren dan kel.paratiroid atas bawah dan jaringan
tiroid disisakan sebesar satu ruas jari kelingking penderita (± 6-8 gram).
20. Identifikasi arteri dan vena tiroidea superior pada pool atas tiroid, kemudian dibuat 2
(3) ligasi pada pembuluh darah tadi dan dipotong diantaranya, yang diligasi betul-
betul hanya pembuluh darah saja.
21. Untuk hindari cedera n. laringeus superior : hindari kauter & diseksi dari medial ke
lateral.
22. Kelenjar paratiroid dilepaskan dari kel.tiroid, sambil dipreservasi arteri yang