BAB II PEMBAHASAN2.1 Data TutorialTutor: dr. Desti
MaryaniModerator: M. Bagus Hadi KesumaNotulen : Utin
KarmilaSekretaris papan: Alfajri Ridho Pratama Waktu: 1. Senin, 12
Januari 2015Pukul:08.00 10.30 WIB2.Rabu, 14 Januari 2015Pukul:
13.00 14.30 WIBPeraturan tutorial1. Alat komunikasi dinonaktifkan
atau dalam keadaan silent.2. Semua anggota tutorial harus
mengeluarkan pendapat dengan cara mengangkat tangan terlebih
dahulu.3. Meminta izin ketika hendak keluar ruangan.4. Dilarang
makan dan minum saat diskusi berlangsung.
2.2 Skenario A Blok XVINy. Wati berusia 35 tahun datang ke
puskesmas dengan keluhan jantung berdebar-debar, kedua telapak
tangan dan kaki berkeringat dingin, rasa takut, kepala pusing,
mual, nyeri pada ulu hati, sesak napas, dan tidur terganggu sejak 1
bulan yang lalu. Suami Ny. Wati meninggal dunia 6 bulan yang lalu
dan punya anak 3 orang dan semuanya sedang bersekolah, sedangkan
Ny. Wati seorang ibu rumah tangga.Pada pemeriksaan fisik dokter
tidak menemukan penyakit yang bermakna seperti tekanan darahnya
dalam batas normal, jantung dalam batas normal, dan paru-paru tidak
ditemukan tanda-tanda infeksi ataupun tanda-tanda alergi saluran
napas atas atau saluran napas bawah dan pemeriksaan darah tepi
dalam batas normal. Dokter memberikan obat analgetik dan
antacid.Satu minggu kemudian Ny. Wati kembali dengan keluhan yang
sama dengan permintaan minta dirujuk ke Rumah Sakit. Selama
pemeriksaan lengkap di RS tidak ditemukan alasan fisik yang memadai
dalam menunjang keluhan-keluhan tersebut. Ny. Wati dirujuk ke RS
jiwa.2.3 Data Seven Jumps2.3.1 Klarifikasi Istilah1. Jantung
berdebar-debar (palpitasi)Perasaan berdebar-debar atau denyut
jantung tidak teratur yang bersifat subjektif.2. Rasa takutKeadaan
emosional yang tidak nyaman yang terdiri dari respon psikologi dan
psikofisiologi yang meliputi agitasi, kewaspadaan, ketegangan, dan
mobilisasi reaksi peringatan.3. Mual Sensasi tidak menyenangkan
yang samar diepigastrium dengan kecenderungan ingin muntah.4. Sesak
napasSuatu persepsi subjektif mengenai ketidaknyamanan bernafas
yang terdiri dari berbagai sensasi tidak bebas intensitasnya
merupakan bisa faktor psikologi, sikologi, sosial dan lingkungan.5.
Analgetik Obat yang meredakan nyeri tanpa menyebabkan kehilangan
kesadaran.6. Antasid Zat atau sifat untuk menetralkan asam didalam
lambung.
2.3.2 Identifikasi Masalah1. Ny. Wati berusia 35 tahun datang ke
puskesmas dengan keluhan jantung berdebar-debar, kedua telapak
tangan dan kaki berkeringat dingin, rasa takut, kepala pusing,
mual, nyeri pada ulu hati, sesak napas, dan tidur terganggu sejak 1
bulan yang lalu.2. Suami Ny. Wati meninggal dunia 6 bulan yang lalu
dan punya anak 3 orang dan semuanya sedang bersekolah, sedangkan
Ny. Wati seorang ibu rumah tangga.3. Pada pemeriksaan fisik dokter
tidak menemukan penyakit yang bermakna seperti tekanan darahnya
dalam batas normal, jantung dalam batas normal, dan paru-paru tidak
ditemukan tanda-tanda infeksi ataupun tanda-tanda alergi saluran
napas atas atau saluran napas bawah dan pemeriksaan darah tepi
dalam batas normal. Dokter memberikan obat analgetik dan antacid.4.
Satu minggu kemudian Ny. Wati kembali dengan keluhan yang sama
dengan permintaan minta dirujuk ke Rumah Sakit. Selama pemeriksaan
lengkap di RS tidak ditemukan alasan fisik yang memadai dalam
menunjang keluhan-keluhan tersebut. Ny. Wati dirujuk ke RS
jiwa.
2.3.3 Analisis Masalah1. Ny. Wati berusia 35 tahun datang ke
puskesmas dengan keluhan jantung berdebar-debar, kedua telapak
tangan dan kaki berkeringat dingin, rasa takut, kepala pusing,
mual, nyeri pada ulu hati, sesak napas, dan tidur terganggu sejak 1
bulan yang lalu.a. Sistem apa yang terlibat pada kasus?
(shindi,utin, ridho)b. Apa saja penyebab dari keluhan utama? (gaya,
bunga, nabila)Jawab : Faktor organo biologis karena
ketidakseimbangan neurotransmiter di otak terutama serotonin Faktor
psikoedukasi karena tekanan beban psikis, dampak pembelajaran
perilaku terhadap suatu situasi sosial Faktor sosio-lingkungan
misalnya karena kehilangan pasangan hidup, kehilangan pekerjaan,
paska bencana, dampak situasi kehidupan sehari-hari lainnyaPada Ny.
Wati penyebab utama adalah kematian suaminya dan juga diperberat
oleh faktor ekonominya.
c. Bagaimana mekanisme dari keluhan utama tersebut? (mira,
monda, bagus)JAWAB :
d. Apa saja kemungkinan panyakit dari keluhan tersebut? (nadya,
shindi, nabila)e. Bagaimana hubungan usia dan jenis kelamin pada
kasus? (utin, bunga, mira)JAWAB : Gangguan cemas menyeluruh
merupakan gangguan anxietas yang paling sering dijumpai, diklinik,
diperkirakan 12 % dari seluruh gangguan anxietas. Prevalensinya di
masyarakat diperkirakan 3 %, dan prevelansi seumur hidup (life
time) rata-rata 5 %. Di Indonesia prevalensinya secara pasti belum
diketahui, namun diperkirakan 2% -5%. Gangguan ini lebih sering
dijumpai pada wanita dengan ratio 2 : 1, namun yang datang meminta
pengobatan rationya kurang lebih sama atau 1 :1 antara laki-laki
dan wanita.f. Apa makna dari keluhan-keluhan sejak 1 bulan yang
lalu? (bagus,gaya,monda)
2. Suami Ny. Wati meninggal dunia 6 bulan yang lalu dan punya
anak 3 orang dan semuanya sedang bersekolah, sedangkan Ny. Wati
seorang ibu rumah tangga.a. Apa hubungan suami Ny. Wati meninggal
dunia dengan keluhan utama? ( bunga, nadya, ridho )JAWAB :Ada.
Kematian suaminya 6 bulan yang lalu merupakan stressor yang
menyebabkan perasaan sedih dan gelisah sehingga membuat Ny. Wati
depresi dan mengakibatkan timbulnya gejala-gejala pada Ny.Wati
sekarang.b. Apa saja jenis-jenis stressor? (nabila, utin,
bagus)Jawab :1. Eustress2. Distress3. Optimal stress atau
neustress
3. Pada pemeriksaan fisik dokter tidak menemukan penyakit yang
bermakna seperti tekanan darahnya dalam batas normal, jantung dalam
batas normal, dan paru-paru tidak ditemukan tanda-tanda infeksi
ataupun tanda-tanda alergi saluran napas atas atau saluran napas
bawah dan pemeriksaan darah tepi dalam batas normal. Dokter
memberikan obat analgetik dan antacid.a. Apa hubungan dari
pemeriksaan fisik dokter tidak menemukan penyakit yang bermakna
dengan keluhan utama? (monda, shindi, gaya)JAWAB :Karena dokter
yang memeriksa Ny. Wati hanya memberikan obat-obatan simptomatik
tanpa mengobati causanya (depresi).Hal ini menunjukkan bahwa
ny.Tuse mengalami suatu gangguan somatoform, yaitu suatu kelompok
gangguan yang memiliki gejala fisik (sebagai contohnya, nyeri,
mual, dan pusing), dimana gangguan somatoform ini mencerminkan
penilaian klinisi bahwa faktor psikologis adalah suatu penyumbang
besar untuk onset, keparahan, dan durasi gejala. yang mengakibatkan
ny.wati merasakan gejala-gejala tersebut padahal sebetulnya secara
fisik ia tidak mengalami gangguan.Berdasarkan hasil pemeriksaan
fisik, semuanya dalam batas normal. Oleh karena itu, disimpulkan
bahwa keluhan-keluhan yang timbul seperti sesak, jantung berdebar,
dan lain-lain tersebut, disebabkan karena kecemasan yang dirasakan
pasien. Jadi kemungkinan penyebabnya adalah adanya penyakit yang
mendasari, tidaklah benar.b. Apa makna dokter memberikan obat
analgetik dan antasid? (mira, utin, nabila)c. Apa saja farmakologi
dari obat analgesik dan antasid? (ridho, bagus, nadya)d. Bagaimana
patofisiologi timbulnya cemas pada keluhan ny. Wati? ( gaya,
nabila, mira)
Suami meninggalAnak 3, ibu RTstressResponse terhadap
stressRespon emosi
Respon psikologisTakut
cemas
Berlebihan menjadi anxietas (stressor)
Gejala somatic berupa keterjagaan autonomik
Aktivasi Saraf-saraf autonom vegetative Respon
psikologisSimpatisparasimpatisHiperaktivitasn.vagus Hipersekresi
hcl Motilitas & tinus otot meningkatiritasi pada lambungNyeri
ulu hatiKorteks serebrihipotalamus Pusing Palpitasi Berkeringat
Sudah ke beberapa dokter dan hasil pemeriksaan normal tapi
keluhan ny.tuse tidak hilangTapi ia sangat meyakini ia memiliki
penyakit [hipokondriasis (-)]anxietas (stressor) terutama apabila
ada recall memory
Berfungsi untuk mengurangi dampak pengulangan traumatic
(represi)Terjadi kegagalan :DepresiGejala berupa sedih, gelisah,
dan pusing
Terjadi kegagalan :DepresiGejala berupa sedih, gelisah, dan
pusing
4. Satu minggu kemudian Ny. Wati kembali dengan keluhan yang
sama dengan permintaan minta dirujuk ke Rumah Sakit. Selama
pemeriksaan lengkap di RS tidak ditemukan alasan fisik yang memadai
dalam menunjang keluhan-keluhan tersebut. Ny. Wati dirujuk ke RS
jiwa.a. Apa makna Ny. Wati kembali mengalami keluhan yang sama
walaupun telah diberi obat oleh dokter? (shindi, ridho, utin)JAWAB
:Sebelumnya, pasien sudah diberikan obat namun tidak membaik.
Kemungkinan obat yang diberikan tidaklah mengobat kausa sebenarnya,
yaitu kecemasannya. Jadi dalam terapi diperlukan obat-obatan anti
cemas, dan terapi non farmakologis.b. Apa saja indikasi pasien yang
dirujuk ke RS jiwa? (bagus, nadya, monda)c. Apa saja jenis-jenis
somatoform? (mira, gaya, nabila)d. Apa saja macam-macam gangguan
anxiety? (bunga, utin, monda)Jawab :0. Gangguan NeurotikGangguan
neurotik adalah gangguan di mana gejalanya membuat distres yang
tidak dapat diterima oleh penderitanya. Hubungan sosial mungkin
akan sangat terpengaruh tetapi biasanya tetap dalam batas yang
dapat diterima. Gangguan ini relatif bertahan lama atau berulang
tanpa pengobatan.Neurotik merupakan suatu penyakit mental yang
lunak, dicirikan dengan tanda-tanda:a) wawasan yang tidak lengkap
mengenai sifat-sifat kesukarannyab) konflik-konflik batin c)
reaksi-reaksi kecemasand) kerusakan parsial atau sebagian pada
struktur kepribadiannyae) seringkali, tetapi tidak selalu ada,
disertai pobia, gangguan pencernaan, dan tingkah laku obsesif
kompulsif.Gejala-gejala neurotik :a) Anxiety, sebagai simbol rasa
takut, gelisah, rasa tidak aman, tidak mampu, mudah lelah, dan
kurang sehat.b) Depressive Fluctuations, tanda mudah tertekan,
susah, suasana hati muram, mudah kecewa.c) Emosional Sensitivity,
sangat perasa, tidak mampu menyesuaikan secara baik emosi dan
sosialnya, labil. Mudah tersinggung dan banyak melakukan mekanisme
pertahanan diri.Gejala Utama:a) Afek depresifb) Kehilangan minat
dan kegembiraanc) Berkurangnya energi, mudah lelah dan menurunnya
aktivitasGejala Tambahan:a) Konsentrasi dan perhatian berkurangb)
Harga diri dan kepercayaan diri berkurangc) Gagasan tentang rasa
bersalah dan tidak bergunad) Pandangan masa depan yang suram dan
pesimistise) Gagasan/perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh
dirif) Tidur terganggug) Nafsu makan tergangguPenyebab neurotik :a)
Tekanan-tekanan menyebabkan ketakutan yang disertai dengan
kecemasan dan ketegangan-ketegangan dalam batin sendiri yang kronis
berat sifatnya. Sehingga orang yang bersangkutan mengalami mental
breakdown.b) Individu mengalami banyak frustrasi, konflik-konflik
emosionil dan konflik internal yang serius, yang sudah dimulai
sejak kanak-kanak.c) Individu sering tidak rasionil sebab sering
memakai defence mechanism yang negatif dan lemahnya pertahanan diri
secara fisik dan mental.d) Pribadinya sangat labil tidak imbang dan
kemauannya sangat lemah sosial dan tekanan.Penatalaksanaan neurotik
:a) Menurunkan atau menghilangkan gejala gangguan neurotikb)
Mengambalikan fungsi utama tubuhc) Meminimalkan resiko relaps atau
rekurensTerapi farmakologi :Jenis GangguanObat lini pertamaObat
Lini KeduaAlternatif
Gangguan kecemasan
umumVenlafaxinParoksetinEscitalopramBenzodiazepinImipraminBuspironHidroksizin
Gangguan kepanikanFluoksaminFluoksetin
ImipraminKlomipraminAlprazolamKlonazepamFenelzin
Gangguan kecemasan socialParoksetinSertralinVenlafaxin
XRCitalopramEscitalopramFluvoxaminKlonazepamBusipronGabapentinFenelzin
0. Gangguan Somatoform atau PsikosomatisGangguan psikosomatik
dapat diartikan sebagai reaksi jiwa pada fisik (soma). Menurut
American Psychosomatic Society (2005), gangguan psikosomatik
berasal dari bahasa Yunani (Psyche= jiwa dan Soma= fisik), sehingga
psikosomatik dapat diartikan sebagai hubungan fisik dan jiwa.
Penggunaan kata "psikosomatik" baru digunakan pada awal tahun
1980-an. Istilah tersebut dapat ditemukan pada abad ke-19 pada
penulisan oleh seorang psikiater Jerman Johann Christian Heinroth
dan psikiater lnggris John Charles Bucknill.Ada hubungan yang
sangat erat antara faktor fisik, faktor psikologis, dan sosial
terhadap perjalanan suatu penyakit (BKKBN NAD, 2010).Gangguan
psikosomatis atau somatoform ini mencakup pasien-pasien yang
terutama menunjukkan keluhan somatis yang tidak dapat dijelaskan
dengan adanya gangguan depresif, ansietas, atau penyakit medis. Ada
dua gangguan yang termasuk dalam kelompok gangguan somatoform:
Pertama, yang gambaran utamanya adalah kekhawatiran bahwa gejala
yang ada merupakan bukti adanya penyakit (hipokondriasis) atau
deformitas (dismorfofobia), dan kedua, yang gambaran utamanya
adalah kekhawatiran tentang gejala somatik itu sendiri (antara lain
gangguan somatisasi, disfungsi autonomik persisten, dan gangguan
nyeri somatoform persisten) (Maramis, 2009).0. Gangguan Disosiatif
Gangguan disosiatif adalah gangguan yang ditandai dengan adanya
perubahan individu tentang identitas, memori, atau kesadarannya.
Individu yang mengalami gangguan ini memperoleh kesulitan untuk
mengingat peristiwa-peristiwa penting yang pernah terjadi pada
dirinya, melupakan identitas dirinya bahkan membentuk identitas
baru. Ganggguan ini muncul akibat peristiwa traumatik dalam
kehidupan dan digunakan sebagai pertahan diri menghadapi peristiwa
tersebut.Gangguan disosiatif mencakup 4 gangguan yakni;a) Amnesia
Psikogenik/disosiatif b) Fugue Disosiatif c) Kepribadian Ganda d)
Gangguan DepersonalisasiGangguan Disosiatif belum dapat diketahui
penyebab pastinya, namun biasanya terjadi akibat trauma masa lalu
yang berat, namun tidak ada gangguan organik yang dialami. Gangguan
ini terjadi pertama pada saat anak-anak namun tidak khas dan belum
bisa teridentifikasikan, dalam perjalanan penyakitnya gangguan
disosiatif ini bisa terjadi sewaktu-waktu dan trauma masa lalu
pernah terjadi kembali, dan berulang-ulang sehingga terjadinya
gejala gangguan disosiatif.Dalam beberapa referensi menyebutkan
bahwa trauma yang terjadi berupa :a) Kepribadian yang labilb)
Pelecehan seksualc) Pelecehan fisikd) Kekerasan dalam rumah tangga
(ayah dan ibu cerai)e) Lingkungan social yang sering memperlihatkan
kekerasanIdentitas personal terbentuk selama masa kecil, dan selama
itupun, anak-anak lebih mudah melangkah keluar dari dirinya dan
mengobservasi trauma walaupun itu terjadi pada orang lain.Pada
Gangguan disosiatif, kemampuan kendali dibawah kesadaran dan
kendali selektif tersebut terganggu sampai taraf yang dapat
berlangsung dari hari kehari atau bahkan jam ke jam.Gejala umum
untuk seluruh tipe gangguan disosiatif, meliputi :a) Hilang ingatan
(amnesia) terhadap periode waktu tertentu, kejadian dan orangb)
Masalah gangguan mental, meliputi depresi dan kecemasanc) Persepsi
terhadap orang dan benda di sekitarnya tidak nyata (derealisasi)d)
Identitas yang burame) DepersonalisasiGangguan disosiatif selalu
dihubungkan dengan penyulit yang signifikan. Orang-orang dengan
kondisi seperti ini sering tidak dapat mengelola emosi dan stress
dengan baik. Dan reaksi disosiatifnya dapat menyebabkan
teman-temannya mengaggap dirinya aneh.Orang-orang dengan pengalaman
gangguan psikis kronik, seksual ataupun emosional semasa kecil
sangat berisko besar mengalami gangguan disosiatif. Anak-ana dan
dewasa yang juga memiliki pengalaman kejadian yang traumatic,
semisalnya perang, bencana, penculikan, dan prosedur medis yang
invasif juga dapat menjadi faktor resiko terjadinya gangguan
disosiatif ini.Psikoterapi adalah penanganan primer terhadap
gangguan disosiatif ini. Bentuk terapinya berupa terapi bicara,
konseling atau terapi psikososial, meliputi berbicara tentang
gangguan yang diderita oleh pasien jiwa. Terapinya akan membantu
anda mengerti penyebab dari kondisi yang dialami. Psikoterapi untuk
gangguan disosiasi sering mengikutsertakan teknik seperti hipnotis
yang membantu kita mengingat trauma yang menimbulkan gejala
disosiatif. Penanganan gangguan disosiatif yang lain meliputi :a)
Terapi kesenian kreatif. Dalam beberapa referensi dikatakan bahwa
tipe terapi ini menggunakan proses kreatif untuk membantu pasien
yang sulit mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka. Seni
kreatif dapat membantu meningkatkan kesadaran diri. Terapi seni
kreatif meliputi kesenian, tari, drama dan puisi.b) Terapi
kognitif. Terapi kognitif ini bisa membantu untuk
mengidentifikasikan kelakuan yang negative dan tidak sehat dan
menggantikannya dengan yang positif dan sehat, dan semua tergantung
dari ide dalam pikiran untuk mendeterminasikan apa yang menjadi
perilaku pemeriksa.c) Terapi obat. Terapi ini sangat baik untuk
dijadikan penangan awal, walaupun tidak ada obat yang spesifik
dalam menangani gangguan disosiatif ini. Biasanya pasien diberikan
resep berupa anti-depresan dan obat anti-cemas untuk membantu
mengontrol gejala mental pada gangguan disosiatif ini.0. Gangguan
yang Berhubungan dengan Stress
5. Bagaimana cara mendiagnosis pada kasus ini? (ridho,
gaya)JAWAB:Evaluasi multiaksial:Multiaksial diagnosis Aksis I :
Gangguan klinis Aksis II: Gangguan kepribadian Aksis III: Kondisi
medik umum Aksis IV: Masalah psikososial dan lingkungan Aksis V:
Penilaian fungsi secara global
Aksis I: F 40 F 48 Gangguan somatoform; F 45 Aksis II: Z 03.2
Tidak ada diagnosis Aksis III : Tidak ada diagnosis Aksis IV :
Masalah psikososial dengan lingkungan lain Aksis V : 70 61 beberapa
gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara
umum masih baik
Status PsikiatriAnamnesaKeluhan Utama : Pasien sering merasa
cemas dan takut.Riwayat perjalanan penyakit sekarangAutoanamnesis
oleh pasien yang bersangkutan dan Alloanamnesis diberikan oleh
istri/suami/anak.
Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat mengalami kejang demam (-),
kejang tanpa demam (-), penyakit malaria (-), thypoid (-), trauma
kepala (-) Riwayat mengkonsumsi minuman alkohol (-), narkoba (-),
merokok (-) Riwayat rawat inap (-) Riwayat rawat jalan di RSJ
(+)
Gambaran Kepribadian Pasien merupakan pribadi yang supel,
terbuka dan suka bercerita atau orang yang tertutup dan peduli
dengan kondisi keluarga.
Riwayat perkawinan Riwayat sosial ekonomi Pasien berasal dari
keluarga ekonomi menengah ke bawah.Riwayat penyakit keluargaRiwayat
religiusPasien rajin beribadah.Hubungan dengan keluarga dan
lingkunganPasien memiliki hubungan yang baik dengan anggota
keluarga. Pasien juga selalu menjaga komunikasi dengan tetangga dan
orang di sekitar rumah lainnya. a. Status PraesensKeadaan umum:
baik Kesadaran: Compos mentisTanda vitalTekanan darah: Frekuensi
nadi: Frekuensi nafas: Sistem kardiovaskular: Sistem respiratorik:
Sistem gastrointestinal: Sistem urogenital: Kelainan khusus:
b. Status NeurologikusPanca indera: Tidak didapatkan
kelainanTanda meningeal: Tidak didapatkan kelainanTekanan
intrakranial: tidak didapatkan kelainanMata:Gerakan: Pupil:
Diplopia: Visus
c. Status Psikiatrikus Kesan umum: penampilan rapi, tenang,
kooperatif Kontak: verbal (+/-) , visual (+/-) Kesadaran: orientasi
orang (+/-), waktu (+/-),tempat (+/-); atensi (+/-); Emosi / afek :
stabil/ afek sesuai Proses berpikir : Bentuk pikiran : cepat Arus
pikiran: koheren Isi pikiran: waham (+/-), Intelegensi: baik/tidak
Persepsi : halusinasi visual (+/-), auditori (+/-); ilusi (+/-)
Psikomotor: dbn Kemauan: ADL (+) mandiri Insight: baikIKHTISAR
& KESIMPULAN PEMERIKSAAN PSIKIATRIA. Keadaan Umum Kesadaran
Sikap Tingkah laku Perhatian Inisiatif Ekspresi wajah
Verbalisasi
B. Keadaan SpesifikKeadaan Afek Afek Arus EmosiKeadaan dan
fungsi Intelek Daya Ingat Konsentrasi Orientasi InsightKeadaan
Proses berpikir Bentuk fikiran Arus fikiran IsiKeadaan sensasi dan
persepsi Halusinasi Ilusi Keadaan intelektual dan perbuatan
Kegaduhan umum Deviasi seksual PsikomotorKemauan
Kriteria diagnostik untuk gangguan kecemasan umum:A. Kecemasan
atau kekhawatiran yang berlebihan (harapan yang mengkhawatirkan)
yang lebih banyak dibandingkan tidak terjadi selama 6 bulan,
tentang sejumlah kejadian atau aktifitas (seperti pekerjaan dan
prestasi sekolah ) B. Orang yang merasa sulit mengendalikan
ketakutanC. Kecemasan dan kekhawatiran adalah disertai oleh 3 (
atau lebih) dari gejala berikut ini : 1. Kegelisahan2. Merasa mudah
lelah 3. Sulit berkonsentrasi4. Iritabilitas5. Ketegangan otot6.
Gangguan tidur D. Kecemasan, kekhawatiran atau gejala fisik yang
menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan
pada fungsi sosial Gangguan bukan karena efek psikoilogis langsung
dari suatu zat, kondisi medis umum, dan tidak terjadi semata-mata
gangguan mood, gangguan psikotik atau perkembangan pervasif6. Apa
saja diagnosis banding pada kasus ini? (nabila, mira)JAWAB
:gangguan penyesuaian dengan kecemasan, hipokondriasi, gangguan
hiperaktifitas dan gangguan kepribadian7. Apa saja pemeriksaan
penunjang yang diperlukan pada kasus ini? (monda, bagus)8. Apa
working diagnosis pada kasus? (nadya, shindi)9. Bagaiaman
tatalaksana yang diberikan pada kasus ini (farmako dan nonfarmako)?
( bunga, utin)JAWAB :TERAPIPengobatan yang paling efektif untuk
pasien dengan gangguan kecemasan umum adalah kemungkinan pengobatan
yang mengkombinasikan psikoterapeutik, farmakoterapeutik, dan
pendekatan suportif. Pengobatan mungkin memerlukan cukup banyak
waktu bagi klinisi yang terlibat, terlepas dari apakah klinisi
adalah seorang dokter psikiatrik, seorang dokter keluarga, atau
spesialis lainnya (7).a. FarmakoterapiNeurotransmiter utama
terhadap gangguan kecemasan dengan melihat hasil laboratorium
dengan mencheck peningkatan norepinefrin, serotonin dan gamma
aminobutryc acid (GABA). Dengan positron emission tomography (PET)
juga ditemukan kelainan (disregulasi) pembuluh darah serebral
(8).Biasanya untuk kecemasan dokter menganjurkan penggunaan obat
psikoleptik, yaitu benzodiazepines dalam dosis rendah. Jenis
obat-obat ini adalah Diazepam, Klordiazepoksid, Lorazepam,
Klobazam, Bromazepam, Oksazolam, Klorazepat, Alprazolam atau
Prazepam (9).Penggunaan obat anti kecemasan haruslah melalui
kontrol dari dokter secara ketat, penggunaan obat-obat antiansietas
dapat mengakibatkan beberapa efek samping. Pasien dengan riwayat
penyakit hati kronik, ginjal dan paru haruslah diperhatikan
pemakaian obat-obatan ini. Pada anak dan orangtua dapat juga
memberikan reaksi seperti yang tidak diharapkan (paradoxes
reaction) seperti meningkatkan kegelisahan, ketegangan otot,
disinhibisi atau gangguan tidur.Beberapa efek samping penggunaan
obat antiansietas adalah: Sedative (rasa mengantuk, kewaspadaan
menurun, kerja psikomotorik menurun, dan kemampuan kognitif
melemah) Rasa lemas dan cepat lelah Adiktif walaupun sifatnya lebih
ringan dari narkotika. Ketergantungan obat biasanya terjadi pada
individu peminum alkohol, pengguna narkoba (maksimum pemberian obat
selama 3 bulan). Penghentian obat secara mendadak memberikan gejala
putus obat (rebound phenomenon) seperti kegelisahan, keringat
dingin, bingung, tremor, palpitasi atau insomnia (9; 10).Keputusan
untuk meresepkan suatu ansiolitik pada pasien dengan gangguan
kecemasan umum harus jarang dilakukan pada kunjungan pertama.
Karena sifat gangguan yang berlangsung lama, suatu rencana
pengobatan harus dengan cermat dijelaskan. Dua obat utama yang
harus dipertimbangkan dalam pengobatan gangguan kecemasan umum
adalah buspirone dan benzodiazepine. Obat lain yang mungkin berguna
adalah obat trisklik sebagai contoh imipramine.Walaupun terapi obat
untuk gangguan kecemasan umum sering kali dipandang sebagai
pengobatan selama 6 sampai 12 bulan, beberapa bukti menyatakan bawa
pengobatan harus jangka panjang, kemungkinan seumur hidup. Kira
kira 25 persen pasien menagalami kekambuhan dalam bulan pertama
setelah dihentikan terapi, dan 60 sampai 80 persen kambuih selama
perjalanan tahun selanjutnya. Walaupun beberapa pasien menjadi
tergantung pada benzodiazepine, tidak ada toleransi yang berkembang
untuk efek terapeutik (1; 3; 4).Benzodiazepin. Merupakan obat
pilihan pertama untuk gangguan kecemasan umum. Pada gangguan
benzodiazepine dapat diresepkan atas dasar jika diperlukan,
sehingga pasien menggunakan benzodiazepine kerja cepat jika mereka
merasakan kecemasan tertentu. Pendekatan alternative adalah dengan
meresepkan benzodiazepine untuk suatu periode terbatas, selama mana
pendekatan terapeutik psikososial diterapkan (4).Beberapa masalah
adalah berhubungan dengan pemakaian benzodiazepine dalam gangguan
kecemasan umum. Kira kira 25-30 % dari semua pasien tidak
berespons, dan dapat terjadi toleransi dan ketergantungan. Beberapa
pasien juga mengalami gangguan kesadaran saat menggunakan obat dan
dengan demikian, adalah berada dalam resiko untuk mengalami
kecelakaan kendaraan bermotor (8; 10).Keputusan klinis untuk
memulai terapi dengan benzodiazepine harus dipertimbangkan dan
spesifik. Diagnosis pasien, gejala sasaran spesifik, dan lamanya
pengobatan semuanya harus ditentukan. Dan harus diberikan informasi
kepada pasien. Pengobatan untuk sebagian besar keadaan kecemasan
berlangsung selama dua sampai enam minggu, diikuti oleh satu atau
dua minggu menurunkan obat perlahan-lahan sebelum akhirnya obat
dihentikan (4; 9; 10).Untuk pengobatan kecemasan, biasanya memulai
dengan obat pada rentang rendah terapeutiknya dan meningkatkan
dosis untuk mencapai respons terapeutik. Pemakaian benzodiazepine
dengan waktu paruh sedang ( 8 15 jam ) kemungkinan menghindari
beberapa efek merugikan yang berhubungan dengan penggunaan
benzodiazepin dengan waktu paruh panjang. Pemakaian dosis terbagi
mencegah perkembangan efek merugikan yang berhubungan dengan kadar
plasma puncak yang tinggi. Perbaikan yang didapatkan dengan
benzodiazepine mungkin lebih dari sekedar efek anti kecemasan.
Sebagai contoh, obat dapat menyebabkan pasien memandang beberapa
kejadian dalam pandangan yang positif. Obat juga dapat memiliki
kerja disinhibisi ringan, serupa dengan yang dilihat setelah
sejumlah kecil alkohol (4; 9).Buspirone. Buspirone kemungkinan
besar efektif pada 60 80% pasien dengan gangguan kecemasan umum.
Data menyatakan bahwa buspirone lebih efektif dalam menurunkan
gejala kognitif dari gangguan kecemasan umum dibandingkan dengan
menurunkan gejala somatik. tidak adanya gejala putus obat.
Bukti-bukti juga menyatakan bahwa pasien yang sebelumnya telah
diobati dengan benzodiazepine kemungkinan tidak berespons baik
dengan pengobatan buspirone. Tidak adanya respons tersebut mungkin
disebabkan oleh tidak adanya efek nonansiolitik dari
benzodiazepine, yang terjadi pada terapi buspirone. Kerugian utama
dari buspirone adalah bahwa efeknya memerlukan 2 3 minggu. Dapat
dilakukan penggunaan bersama antara benzodiazepine dengan buspiron
kemudian di lakukan tapering benzodiazepine setelah 2-3 minggu,
disaat efek terapi buspiron sudah mencapai maksimal (4).SSRI
(Selective Serotonin-Reuptake Inhibitors)Sertraline dan paroxetin
merupakan pilihan yang lebih baik daripada fluoksetin. Pemberian
fluoksetin dapat meningkatkan anxietas sesaat. SSRI selektif
terutama terhadap pasien GAD dengan riwayat depresi (4).
b. Psikoterapi Dalam psikoterapi, psikolog, konselor dan ahli
terapis berusaha menyusun terapi psikologis yang beragam untuk
pengobatan yang disesuaikan dengan kepribadian klien. Penerapan
metode dapat secara personal maupun group (perkelompok). Psikiater
berusaha mengkombinasi pengobatan medis dan psikoterapi secara
bersamaan. Perlu untuk diketahui bahwa tidak ada pengobatan jenis
gangguan kecemasan ini hanya menggunakan satu cara saja, dibutuhkan
lebih kombinasi untuk menyembuhkan gangguan kompleks ini.Pendekatan
psikoterapi untuk gangguan kecemasan menyeluruh meliputi:a. Terapi
kognitif perilaku, terapi ini memiliki keunggulan jangka panjang
dan jangka pendek. Pendekatan kognitif secara langsung menjawab
distorsi kognitif pasien dan pendekatan perilaku menjawab keluhan
somatik secara langsung.b. Terapi suportif, terapi yang menawarkan
ketentraman dan kenyamanan bagi pasien.c. Terapi berorientasi
tilikan, memusatkan untuk mengungkapkan konflik bawah sadar dan
mengenali keuatan ego pasien (7).Terapi yang paling sering
digunakan dalam perawatan kecemasan adalah cognitive-behavioural
therapy (CBT). Pada CBT diberikan teknik pelatihan pernafasan atau
meditasi ketika kecemasan muncul, teknik ini diberikan untuk
penderita kecemasan yang disertai dengan serangan panik.Support
group juga diberikan dalam CBT, individu ditempatkan dalam group
support yang mendukung proses treatment. Group support dapat berupa
sekelompok orang yang memang telah dipersiapkan oleh
konselor/terapis untuk mendukung proses terapi atau keluarga juga
dapat diambil sebagai group support ini.NON-FARMAKOLOGIMencegah
Kemunculan Gangguan Kecemasan1) Kontrol pernafasan yang baikRasa
cemas membuat tingkat pernafasan semakin cepat, hal ini disebabkan
otak "bekerja" memutuskan fight or flight ketika respon stres
diterima oleh otak. Akibatnya suplai oksigen untuk jaringan tubuh
semakin meningkat, ketidakseimbangan jumlah oksigen dan
karbondiosida di dalam otak membuat tubuh gemetar, kesulitan
bernafas, tubuh menjadi lemah dan gangguan visual. Ambil
dalam-dalam sampai memenuhi paru-paru, lepaskan dengan
perlahan-lahan akan membuat tubuh jadi nyaman, mengontrol
pernafasan juga dapat menghindari srangan panik.2) Melakukan
RelaksasiKecemasan meningkatkan tension otot, tubuh menjadi pegal
terutama pada leher, kepala dan rasa nyeri pada dada. Cara yang
dapat ditempuh dengan melakukan teknik relaksasi dengan cara duduk
atau berbaring, lakukan teknik pernafasan, usahakanlah menemukan
kenyamanan selama 30 menit.3) Intervensi kognitifKecemasan timbul
akibat ketidakberdayaan dalam menghadapi permasalahan,
pikiran-pikiran negatif secara terus-menerus berkembang dalam
pikiran. caranya adalah dengan melakukan intervensi pikiran negatif
dengan pikiran positif, sugesti diri dengan hal yang positif,
singkirkan pikiran-pikiran yang tidak realistik. Bila tubuh dan
pikiran dapat merasakan kenyamanan maka pikiran-pikiran positif
yang lebih konstruktif dapat meuncul. Ide-ide kreatif dapat
dikembangkan dalam menyelesaikan permasalahan.4) Pendekatan
agamaPendekatan agama akan memberikan rasa nyaman terhadap pikiran,
kedekatan terhadap Tuhan dan doa-doa yang disampaikan akan
memberikan harapan-harapan positif. Dalam Islam, sholat dan metode
zikir ditengah malam akan memberikan rasa nyaman dan rasa percaya
diri lebih dalam menghadapi masalah. Rasa cemas akan turun.
Tindakan bunuh diri dilarang dalam Islam, bila iman semakin kuat
maka dorongan bunuh diri (tentamina Suicidum) pada simtom depresi
akan hilang.5) Pendekatan keluargaDukungan (supportif) keluarga
efektif mengurangi kecemasan. Jangan ragu untuk menceritakan
permasalahan yang dihadapi bersama-sama anggota keluarga. Ceritakan
masalah yang dihadapi secara tenang, katakan bahwa kondisi Anda
saat ini sangat tidak menguntungkan dan membutuhkan dukungan
anggota keluarga lainnya. Mereka akan berusaha bersama-sama Anda
untuk memecahakan masalah Anda yang terbaik.OlahragaOlahraga tidak
hanya baik untuk kesehatan. Olahraga akan menyalurkan tumpukan
stres secara positif. Lakukan olahraga yang tidak memberatkan, dan
memberikan rasa nyaman kepada diri Anda.10. Apa saja komplikasi
pada kasus ini jika tidak ditangani dengan tepat? (monda, mira)11.
Bagaimana prognosis pada kasus ini? (nabila, bagus)Jawab :Pada
kasus ini prognosa pasien adalah dubia, karena gangguan cemas
menyeluruh pada pasien ini bersifat kronis yang mungkin seumur
hidup, dan sering mengalami kekambuhan, namun pada pasien ini
fungsi sosialnya baik.
12. Bagaimana kompetensi dokter umum dalam menangani kasus ini?
(nadya, gaya)13. Bagaiamana menurut pandangan islam pada kasus ini?
(shindi, ridho)Jawab :Pemulihan dengan merujuk pada Q.S An Nas:1 6
secara tegas mengisyaratkan bahwa manusia hendaknya berhati-hati
dengan waswas karena itu adalah bisikan jin atau pengaruh orang
lain terhadapnya.Sikap terbaik yang harus ditunjukkan muslim adalah
dengan berbaik sangka kepada Allah Aku senantiasa berada di samping
hambaKu yang berbaik sangka dan aku tetap bersamanya selama ia
ingat kepadaKu (HR. Bukhari dan Muslim)
2.4Hipotesis Ny. Wati berusia 35 tahun keluhan jantung
berdebar-debar, kedua telapak tangan dan kaki berkeringat dingin,
rasa takut, kepala pusing, mual, nyeri pada ulu hati, sesak napas,
dan tidur terganggu (somatoform) dikarenakan gangguan kecemasan
(anxiety).
2.5 Kerangka KonsepSuami Ny. Wati meninggal (stressor)
keluhan jantung berdebar-debar, kedua telapak tangan dan kaki
berkeringat dingin, rasa takut, kepala pusing, mual, nyeri pada ulu
hati, sesak napas, dan tidur terganggu (somatoform)Gangguan
anxiety
Maslim Rusdi dr,Sp.KJ. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas
PPDGJ III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. Jakarta.
2001. Hal. 70.
Maslim Rusdi dr, Sp.KJ. Panduan Praktis, Penggunaan Klinis Obat
Psikotropik. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.
Jakarta. 2007. Hal. 23.
Saddock Virgina A & Saddock Benjamin J. Kaplan & Saddock
Buku Ajar Psikiatri Klinis, Ed.2. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta. 2004. Hal. 268 273.