Kelenjar Tiroid dan Hipertiroidism
Andre Hasiholan Simarmata
10-2010-284/E6
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
2011
Jl.Arjuna Utara no.6
Jakarta 11510
[email protected]
Pendahuluan
Tiroid merupakan kelenjar kecil, dengan diameter sekitar 5 cm
dan terletak di leher, tepat dibawah jakun. Kedua bagian tiroid
dihubungkan oleh ismus, sehingga bentuknya menyerupai huruf H atau
dasi kupu-kupu. Dalam keadaan normal, kelenjar tiroid tidak
terlihat dan hampir tidak teraba, tetapi bila membesar, dokter
dapat merabanya dengan mudah dan suatu benjolan bisa tampak dibawah
atau di samping jakun.
Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid, yang mengendalikan
kecepatan metabolisme tubuh.
Hormon tiroid mempengaruhi kecepatan metabolisme tubuh melalui 2
cara:
1. Merangsang hampir setiap jaringan tubuh untuk menghasilkan
protein
2. Meningkatkan jumlah oksigen yang digunakan oleh sel.
Jika sel-sel bekerja lebih keras, maka organ tubuh akan bekerja
lebih cepat. Untuk menghasilkan hormon tiroid, kelenjar tiroid
memerlukan yodium, yaitu suatu eleman yang terdapat di dalam
makanan dan air. Kelenjar tiroid menangkap yodium dan mengolahnya
menjadi hormon tiroid. Setelah hormon tiroid digunakan, beberapa
yodium di dalam hormon kembali ke kelenjar tiroid dan didaur-ulang
untuk kembali menghasilkan hormon tiroid.
Tubuh memiliki mekanisme yang runit untuk menyesuaikan kadar
hormon tiroid. Hipotalamus(terletak tepat di atas kelenjar hipofisa
di otak) menghasilkan thyrotropin-releasing hormone, yang
menyebabkan kelenjar hipofisa mengeluarkan thyroid-stimulating
hormone(TSH). Sesuai dengan namanya, TSH ini merangsang kelenjar
tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid.
Jika jumlah hormon tiroid dalam darah mencapai kadar tertentu,
maka kelenjar hipofisa menghasilkan TSH dalam jumlah yang lebih
sedikit; jika kadar hormon tiroid dalam darah berkurang, maka
kelenjar hipofisa mengeluarkan lebih banyak TSH. Hal ini disebut
mekanisme umpan balik.
Hormon tiroid terdapat dalam 2 bentuk:
1. Tiroksin (T4), merupakan bentuk yang dihasilkan oleh kelenjar
tiroid, hanya memiliki efek yang ringan terhadap kecepatan
metabolisme tubuh.
2.Tiroksin dirubah di dalam hati dan organ lainnya ke dalam
bentuk aktif, yaitu tri-iodo-tironin (T3).
Perubahan ini menghasilkan sekitar 80% bentuk hormon aktif,
sedangkan 20% sisanya dihasilkan oleh kelenjar tiroid
sendiri.Genitalia feminina eksterna
Struktur Makroskopik dan Mikroskopik Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid merupakan kelenjar berwarna merah kecoklatan dan
sangat vascular. Terletak di anterior cartilago thyroidea di bawah
laring setinggi vertebra cervicalis 5 sampai vertebra thorakalis 1.
Kelenjar ini terselubungi lapisan pretracheal dari fascia
cervicalis dan terdiri atas 2 lobus, lobus dextra dan sinistra,
yang dihubungkan oleh isthmus.1 Beratnya kira2 25 gr tetapi
bervariasi pada tiap individu. Kelenjar tiroid sedikit lebih berat
pada wanita terutama saat menstruasi dan hamil. Lobus kelenjar
tiroid seperti kerucut. Ujung apikalnya menyimpang ke lateral ke
garis oblique pada lamina cartilago thyroidea dan basisnya setinggi
cartilago trachea 4-5. Setiap lobus berukutan 5x3x2 cm. Isthmus
menghubungkan bagian bawah kedua lobus, walaupun terkadang pada
beberapa orang tidak ada. Panjang dan lebarnya kira2 1,25 cm dan
biasanya anterior dari cartilgo trachea walaupun terkadang lebih
tinggi atau rendah karena kedudukan dan ukurannya berubah.1
Secara embriologi, tahap pembentukan kelenjar tiroid adalah:
Kelenjar tiroid mulanya merupakan dua buah tonjolan dari dinding
depan bagian tengah farings, yang terbentuk pada usia kelahiran 4
minggu. Tonjolan pertama disebut pharyngeal pouch, yaitu antara
arcus brachialis 1 dan 2. Tonjolan kedua pada foramen ceacum, yang
berada ventral di bawah cabang farings I.2
Pada minggu ke-7, tonjolan dari foramen caecum akan menuju
pharyngeal pouch melalui saluran yang disebut ductus
thyroglossus.2
Kelenjar tiroid akan mencapai kematangan pada akhir bulan ke-3,
dan ductus thyroglossus akan menghilang. Posisi akhir kelenjar
tiroid terletak di depan vertebra cervicalis 5, 6, dan 7.2
Namun pada kelainan klinis, sisa kelenjar tiroid ini juga masih
sering ditemukan di pangkal lidah (ductus thyroglossus/lingua
thyroid) dan pada bagian leher yang lain.2
Kelenjar tiroid dialiri oleh beberapa arteri:
1. A. thyroidea superior (arteri utama).3
2. A. thyroidea inferior (arteri utama).3
3. Terkadang masih pula terdapat A. thyroidea ima, cabang
langsung dari aorta atau A. anonyma.
Kelenjar tiroid mempunyai 3 pasang vena utama:
1. V. thyroidea superior (bermuara di V. jugularis
interna).3
2. V. thyroidea medialis (bermuara di V. jugularis
interna).3
3. V. thyroidea inferior (bermuara di V. anonyma kiri).3
Aliran limfe terdiri dari 2 jalinan:
1. Jalinan kelenjar getah bening intraglandularis.
2. Jalinan kelenjar getah bening extraglandularis
Kedua jalinan ini akan mengeluarkan isinya ke limfonoduli
pretracheal lalu menuju ke kelenjar limfe yang dalam sekitar V.
jugularis. Dari sekitar V. jugularis ini diteruskan ke limfonoduli
mediastinum superior.
Persarafan kelenjar tiroid:
1. Ganglion simpatis (dari truncus sympaticus) cervicalis media
dan inferior.3
2. Parasimpatis, yaitu N. laryngea superior dan N. laryngea
recurrens (cabang N.vagus).3
N. laryngea superior dan inferior sering cedera waktu operasi,
akibatnya pita suara terganggu (stridor/serak).3
Vaskularisasi
Kelenjar tiroid disuplai oleh arteri tiroid superior, inferior,
dan terkadang juga arteri tiroidea ima dari a. brachiocephalica
atau cabang aorta. Arterinya banyak dan cabangnya beranastomose
pada permukaan dan dalam kelenjar, baik ipsilateral maupun
kontralateral.
Tiroid superior menembus fascia tiroid dan kemudian bercabang
menjadi cabang anterior dan posterior. Cabang anterior mensuplai
permukaan anterior kelenjar dan cabang posterior mensuplai
permukaan lateral dan medial. tiroid inferior mensuplai basis
kelenjar dan bercabang ke superior (ascenden) dan inferior yang
mensuplai permukaan inferior dan posterior kelenjar.Sistem venanya
berasal dari pleksus perifolikular yang menyatu di permukaan
membentuk vena tiroidea superior, lateral dan inferior. 3
Sistem Limfatik Pembuluh limfe tiroid terhubung dengan plexus
tracheal dan menjalar sampai nodus prelaringeal di atas isthmus
tiroid dan ke nodus pretracheal serta paratracheal. Beberapa bahkan
juga mengalir ke nodus brachiocephal yang terhubung dengan tymus
pada mediastinum superior.Genitalia feminina interna
Sedangkan pada struktur mikroskopik:
Kelenjar ini tersusun dari bentukan-bentukan bulat dengan ukuran
yang bervariasi yang disebut thyroid follicle.4
Setiap thyroid follicle terdiri dari sel-sel selapis kubis pada
tepinya yang disebut Sel folikel dan mengelilingi koloid di
dalamnya. Folikel ini dikelilingi jaringan ikat tipis yang kaya
dengan pembuluh darah.
Sel folikel yang mengelilingi thyroid folikel ini dapat berubah
sesuai dengan aktivitas kelenjar thyroid tersebut.4
Bila ada kelenjar thyroid yang hipoaktif, sel foikel menjadi
kubis rendah, bahkan dapat menjadi pipih. Tetapi bila aktivitas
kelenjar ini tinggi, sel folikel dapat berubah menjadi silindris,
dengan warna koloid yang dapat berbeda pada setiap thyroid folikel
dan sering kali terdapat Vacuola Resorbsi pada koloid tersebut.
Sel Parafolikuler
Diantara thyroid folikel terdapat sel parafolikuler yang bisa
berupa kelompok-kelompok sel ataupun hanya satu sel yang menempel
pada basal membran dari thyroid folikel. Sel ini mempunyai ukuran
lebih besar dan warna lebih pucat dari sel folikel.4
Fungsi sel parafolikuler ini menghasilkan Hormon Thyricacitonin
yang dapat menurunkan kadar kalsium darah.
Sintesis dan Mekanisme Hormon Tiroid
Hormon tiroid dihasilkan oleh kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid
memiliki dua buah lobus, dihubungkan oleh isthmus, terletak di
kartilago krokoidea di leher pada cincin trakea ke dua dan tiga.
Kelenjar tiroid berfungsi untuk pertumbuhan dan mempercepat
metabolisme. Kelenjar tiroid menghasilkan dua hormon yang penting
yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Karakteristik
triioditironin adalah berjumlah lebih sedikit dalam serum karena
reseptornya lebih sedikit dalam protein pengikat plasma di serum
tetapi ia lebih kuat karena memiliki banyak resptor pada jaringan.
Tiroksin memiliki banyak reseptor pada protein pengikat plasma di
serum yang mengakibatkan banyaknya jumlah hormon ini di serum,
tetapi ia kurang kuat berikatan pada jaringan karena jumlah
reseptornya sedikit.6-7
Tahap Sintesis hormon tiroid:
1. Iodide Trapping, yaitu pejeratan iodium oleh pompa Na+/K+
ATPase.
2. Yodium masuk ke dalam koloid dan mengalami oksidasi. Kelenjar
tiroid merupakan satu-satunya jaringan yang dapat mengoksidasi I
hingga mencapai status valensi yang lebih tinggi. Tahap ini
melibatkan enzim peroksidase.
3. Iodinasi tirosin, dimana yodium yang teroksidasi akan
bereaksi dengan residu tirosil dalam tiroglobulin di dalam reaksi
yang mungkin pula melibatkan enzim tiroperoksidase (tipe enzim
peroksidase).
4. Perangkaian iodotironil, yaitu perangkaian dua molekul DIT
(diiodotirosin) menjadi T4 (tiroksin, tetraiodotirosin) atau
perangkaian MIT (monoiodotirosin) dan DIT menjadi T3
(triiodotirosin). reaksi ini diperkirakan juga dipengaruhi oleh
enzim tiroperoksidase.
5. Hidrolisis yang dibantu oleh TSH (Thyroid-Stimulating
Hormone) tetapi dihambat oleh I, sehingga senyawa inaktif (MIT dan
DIT) akan tetap berada dalam sel folikel.
6. Tiroksin dan triiodotirosin keluar dari sel folikel dan masuk
ke dalam darah. Proses ini dibantu oleh TSH.
7. MIT dan DIT yang tertinggal dalam sel folikel akan mengalami
deiodinasi, dimana tirosin akan dipisahkan lagi dari I. Enzim
deiodinase sangat berperan dalam proses ini.
8. Tirosin akan dibentuk menjadi tiroglobulin oleh retikulum
endoplasma dan kompleks golgi.6-7
Bahan Dasar untuk sintesis hormone tiroid adalah iodium dan
tirosin, yang keduanya harus diserap dari darah oleh sel-sel
folikel. Tirosin, suatu asam amino, disintesis dalam jumlah memadai
oleh tubuh, sehingga bukan merupakan kebutuhan esensial dalam
makanan. Di pihak lain, iodium yang diperlukan untuk sintesis
hormone tiroid, harus diperoleh dari makanan. Pembentukan,
penyimpanan, dan sekresi hormone tiroid terdiri dari
langkah-langkah berikut :6-7
1. Semua langkah sintesis hormone tiroid berlangsung di molekul
tiroglobulin di dalam koloid. Tiroglobulin itu sendiri dihasilkan
oleh kompleks golgi/reticulum endoplasma sel folikel tiroid.
Tirosin menyatu ke dalam molekul tiroglobulin sewaktu molekul besar
itu diproduksi. Setelah diproduksi, tiroglobulin yang mengandung
tirosin dikeluarkan dari sel folikel ke dalam koloid melalui
eksositosis.
2. Tiroid menangkap iodium dari dalam darah dan memindahkannya
ke dalam koloid melalui suatu pompa iodium yang sangat aktif atau
iodine-trapping mechanismprotein pembawa yang sangat kuat dan
memerlukan energy yang terletak di membrane luar sel folikel.
Hampir semua iodium di tubuh dipindahkan melawan gradient
konsentrasinya ke kelenjar tiroid untuk mensintesis hormone tiroid.
Selain untuk sintesis hormone tiroid, iodium tidak memiliki manfaat
lain di dalam tubuh.
3. Di dalam koloid, iodium dengan cepat melekat ke sebuah
tirosin di dalam molekul tiroglobulin. Perlekatan iodium ke sebuah
tirosin menghasilkan monoiodotirosin (MIT) dan perlekatan dua
iodium ke sebuah tirosin menghasilkan diiodotirosin (DIT).
4. Kemudian terjadi proses penggabungan antara molekul-molekul
tirosin beriodium untuk membentuk hormon tiroid. Penggabungan dua
DIT (masing-masing mengandung dua atom iodium) menghasilkan
tetraiodotironin (T4 atau tiroksin) yaitu bentuk hormon tiroid
dengan empat iodium. Penggabungan satu MIT dengan satu DIT
menghasilkan menghasilkan triiodotironin atau T3 (dengan tiga
iodium). Penggabungan tidak terjadi antara molekul MIT.6-8
Karena reaksi-reaksi ini berlangsung didalam molekul
tiroglobulin, semua produk tetap melekat ke protein besar tersebut.
Hormone-hormon tiroid tetap disimpan dalam bentuk ini di koloid
sampai mereka dipecah dan di sekresikan. Diperkirakan bahwa jumlah
hormon tiroid yang secara normal disimpan didalam koloid cukup
untuk memasok kebutuhan tubuh untuk beberapa bulan.6-8
Pengeluaran hormon tiroid ke dalam sirkulasi sistemik memerlukan
proses yang agak rumit karena dua alas an. Pertama, sebelum
dikeluarkan, T4 dan T3 tetap melekat ke molekul tirooglobulin.
Kedua, hormone-hormon ini disimpan di tempat ekstrasel di
pedalaman, lumen folikel; sebelum dapat memasuki pembuluh darah
yang berjalan diruang intersitium, mereka harus diangkut menembus
sel folikel. Proses sekresi hormon tiroid, pada dasarnya melibatkan
penggigitan sepotong koloid oleh sel folikel, sehingga molekul
tiroglobulin terpecah menjadi bagian-bagiannya, dan peludahan T4
dan T3 bebas ke dalam darah. Apabila terdapat rangsangan yang
sesuai untuk mengeluarkan hormon tiroid, sel-sel folikel memasukan
sebagian dari kompleks hormon tiroid-tiroglobulin dengan
memfagositosis sekeping koloid. Didalam sel, butir-butir koloid
terbungkus membrane menyatu dengan lisosom, yang enzim-enzimnya
kemudian memisahkan hormon tiroid yang aktif secara biologis, T4
dan T3, serta iodotirosin yang nonaktif, MIT dan DIT. Hormon-hormon
tiroid, karena sangat lipofilik, dengan mudah melewati membran luar
sel folikel dan masuk ke dalam darah. MIT dan DIT tidak memiliki
nilai endokrin. Sel-sel folikel mengandung suatu enzim yang dengan
cepat mengeluarkan iodium dari MIT dan DIT, sehingga iodium yangf
dibebaskan dapat didaur ulang untuk sintesis lebih banyak hormon.
Enzim yang sangat spesifik ini akan mengeluarkan iodium hanya dari
MIT dan DIT yang tidak berguna, bukan dari T4 dan T3.
Pengangkutan Tiroksin dan Triiodotirosin ke Jaringan
Setelah dikeluarkan ke dalam darah, hormon tiroid yang sangat
lipofilik secara cepat berikatan dengan beberapa protein plasma.
Kurang dari 1% T3 dan kurang dari 0,1% T4 tetap berada dalam bentuk
tidak terikat (bebas). Keadaan ini memang luar biasa mengingat
bahwa hanya hormon bebas dari keseluruhan hormon tiroid memiliki
akses ke sel sasaran dan mampu menimbulkan suatu efek.
Terdapat 3 protein plasma yang penting dalam pengikatan hormon
tiroid:8
1. TBG (Thyroxine-Binding Globulin) yang secara selektif
mengikat 55% T4 dan 65% T3 yang ada di dalam darah.
2. Albumin yang secara nonselektif mengikat banyak hormone
lipofilik, termasuk 10% dari T4 dan 35% dari T3.
3. TBPA (Thyroxine-Binding Prealbumin) yang mengikat sisa 35%
T4.
Di dalam darah, sekitar 90% hormon tiroid dalam bentuk T4,
walaupun T3 memiliki aktivitas biologis sekitar empat kali lebih
poten daripada T4. Namun, sebagian besar T4 yang disekresikan
kemudian dirubah menjadi T3, atau diaktifkan, melalui proses
pengeluaran satu yodium di hati dan ginjal. Sekitar 80% T3 dalam
darah berasal dari sekresi T4 yang mengalami proses pengeluaran
yodium di jaringan perifer. Dengan demikian, T3 adalah bentuk
hormon tiroid yang secara biologis aktif di tingkat sel.8
Tiroglobulin
Tiroglobulin merupakan suatu molekul glikoprotein besar yang
mengandung 5496 asam amino; dengan suatu berat molekul sekitar
660.000 dan koefisien endapan sebesar 19S. Mengandung sekitar 140
residu tirosil dan sekitar 10% karbohidrat dalam bentuk manosa,
N-asetilglukosamin, galaktosa, fukosa, asam sialat, dan sulfat
kondroitin.1,5
Gen tiroglobulin manusia (hTg) terletak pada lengan panjang dari
kromosom distal dari onkogen c-myc. TSH merangsang transkripsi dari
gen tiroglobulin, dan hipofisektomi atau terapi T3 menurunkan
transkripsinya. Gen tiroglobulin mengandung sekitar 8500
nukleotida, yang menyandi monomer pretiroglobulin (pre-Tg). Monomer
pretiroglobulin mengandung suatu peptida sinyal 19-asamamino,
diikuti oleh suatu rantai 2750-asam-amino yang membentuk monomer
tiroglobulin. mRNA diterjemahkan dalam retikulum endoplasmik kasar,
dan rantai tiroglobulin diglikosilasi selama tranpor ke aparatus
Golgi .
Dalam aparatus Golgi, dimer tiroglobulin dimasukkan ke dalam
vesikel eksositotik yang berfusi dengan membrana basalis dan
melepaskan tiroglobulin ke dalam lumen folikular. Di sini, pada
batas koloidapikal, tiroglobulin diiodinisasi dan disimpan dalam
koloid
Pertumbuhan dan fungsi dari kelenjar tiroid paling sedikit
dikendalikan
empat mekanisme :
(1) sumbu hipotalamus-hipofisis-tiroid klasik, di mana hormon
pelepas-tirotropin hipotalamus (TRH) merangsang sintesis dan
pelepasan dari hormon perangsang-tiroid hipofisis anterior (TSH),
yang pada gilirannya merangsang sekresi hormon dan pertumbuhan oleh
kelenjar tiroid
(2) deiodininase hipofisis dan perifer, yang memodifikasi efek
dari T4 dan T3
(3) autoregulasi dari sintesis hormon oleh kelenjar tiroid
sendiri dalam hubungannya dengan suplai iodinnya
(4) stimulasi atau inhibisi dari fungsi tiroid oleh autoantibodi
reseptor TSH.1,6
Mekanisme perubahan homon
Ada 3 dasar pengaturan faal tiroid, yaitu: a). Thyrotrohpin
Reeaising Hormone (TRH); b). Thiroid Stimulating Hormone (TSH) dan
c). Autoregulasi.
TRH (Thyrotrohpin Releasing Hormone)
Hormon ini disintesis di paraventrikularis hipotalamus. TRH ini
melewati median eminence, tempat hormon ini disimpan, kemudian
dikeluarkan lewat sistem hipotalamohipofiseal ke sel tirotrop
hipofisis anterior. Akibatnya sekresi TSH oleh anterior hipfisis
meningkat. Peningkatan TSH meregulasi peningkatan eksresi
yodotironin oleh kelenjaar tiroid.
Peningkatan yodotironin memberi efek mekanisme umpan balik
negatif terhadap terhadap sekresi TRH hipotalamus dan TSH
hipofisis.7
TSH (Thiroid Stimulating Hormone)
TSH disintesis oleh sel tirotrop hipofisis anterior. TSH akan
berikatan dengan reseptor TSH (TSHr) di membran folikel sehingga
akan terjadi efek pada tiroid. Sinyal selanjutnya terjadi lewat
protein G (kusus Gsa). Dasi sini akan terjadi stimulus protein
kionase A oleh cAMP untuk ekspresi gen yang penting untuk fungsi
tiroid seperti pompa iodium, tiroglobulin, pertumbu sel tiroid dan
TPO. Efek klinisnya terlihat sebagai perubahan morfologi sel,
naiknya produksi hormon, folikel dan faskularisasi bertmbah oleh
pembentukan gondok dan peningkatan metabolisme.
Pada morbus graves, salah satu penyakit autoimun TSHr ditempati
dan di stimulir oleh imnoglobulin, antibodi-anti-TSH (TSAb =
Thiroid Simulating Antibody, TSI = Thiroid Stimlating
Immunoglobulin), yang secara fungsional tidak dapat dibedakan oleh
TSHr dengan TSH endogen.7
Autoregulasi
Pemberian yodium dalam jumlah banyak dan akut akan menyebabkan
terbentuknya yodolipid dalam jumlah banyak yang berakibat uptake
iodium dan sintesis hormon berkurang, dikenal sebagai efek Wolff
Chaikoff. Efek ini bersifat self limiting.dalam beberapa keadaan
mekanisme escape ini dapat gagal dan terjadilah
hipotiroidisme.1
Pengaturan Sekresi Hormon Tiroid
Mula-mula, hipotalamus sebagai pengatur mensekresikan TRH
(Thyrotropin-Releasing Hormone), yang disekresikan oleh ujung-ujung
saraf di dalam eminansia mediana hipotalamus. Dari mediana
tersebut, TRH kemudian diangkut ke hipofisis anterior lewat darah
porta hipotalamus-hipofisis. TRH langsung mempengaruhi hifofisis
anterior untuk meningkatkan pengeluaran TSH.
TSH merupakan salah satu kelenjar hipofisis anterior yang
mempunyai efek spesifik terhadap kelenjar tiroid: 5,7
1. Meningkatkan proteolisis tiroglobulin yang disimpan dalam
folikel, dengan hasil akhirnya adalah terlepasnya hormon-hormon
tiroid ke dalam sirkulasi darah dan berkurangnya subtansi folikel
tersebut.
2. Meningkatkan aktifitas pompa yodium, yang meningkatkan
kecepatan proses iodide trapping di dalam sel-sel kelenjar,
kadangakala meningkatkan rasio konsentrasi iodida intrasel terhadap
konsentrasi iodida ekstrasel sebanyak delapan kali normal.
3. Meningkatkan iodinasi tirosin untuk membentuk hormon
tiroid.
4. Meningkatkan ukuran dan aktifitas sensorik sel-sel
tiroid.
5. Meningkatkan jumlah sel-sel tiroid, disertai dengan dengan
perubahan sel kuboid menjadi sel kolumner dan menimbulkan banyak
lipatan epitel tiroid ke dalam folikel.
Transpor lodida (The Iodide Trap)
I ditranspor melintasi membrana basalis dari sel tiroid oleh
suatu proses yang memerlukan energi aktif yang tergantung pada
ATPase Na+-K+ . Sistem transpor aktif ini memungkinkan kelenjar
tiroid manusia untuk mempertahankan suatu konsentrasi iodida bebas
30-40 kali dibandingkan plasma. Jebakan tiroiodida dirangsang jelas
oleh TSH dan oleh antibod perangsang reseptor TSH (TSH-R ab [stim])
ditemukan pada penyakit Graves. Jebakan ini dapat dijenuhkan dengan
sejumlah besar I dan diinhibisi oleh ionion seperti CIO4-, SCN, N03
-, dan TcO4 -. Beberapa dari ion ini mempunyai manfaat klinik.
Kalium perklorat secara klinik telah digunakan dengan 123I untuk
memperlihatkan cacat organifikasi dalam kelenjar tiroid; zat ini
akan menggeser dan memungkinkan perabasan (discharge) dari I
nonorganifikasi dari jebakan iodida . Kalium perklorat dan kalium
tiosianat telah digunakan untuk mengobati hipertiroidisme yang
diimt bulkan-iodida; keduanya melepaskan I dari jebakan dan
mencegah ambilan I lebih lanjut. Natrium pertehnetat Tc 99m, yang
mempunyai suatu paruh hidup 6 jam dan suatu emisi 140-keV gamma,
digunakan untuk visualisasi cepat dari tiroid untuk melihat ukuran
dan fungsi dari nodul. Walaupun I terkonsentrasi pada jaringan
kelenjar liur, lambung, dan jaringan payudara, jaringan ini tidak
mengorganifikasi atau menyimpan I dan tidak distimulasi oleh TSH.
Untuk terjadinya proses ini, struktur dimerik dari tiroglobulin
penting. Di dalam molekul tiroglobulin, dua molekul DIT dapat
mengadakan penggabungan membentuk T4, dan suatu molekul MIT dan DIT
dapat mengadakan penggabungan membentuk T3. 7,8
Obat-obatan tiokarbamid-terutama propiltio-urasil, metimazol,
dan karbimazol-merupakan inhibitor poten dari peroksidase tiroidal
dan akan menghambat sintesis hormon tiroid. Obat-obatan ini secara
klinik berguna dalam penatalaksanaan hipertiroidisme.
Efek Fisiologik Hormon Tiroid
Efek transkripsional dari T3 secara karakteristik memperlihatkan
suatu lag time berjam-jam atau berhari-hari untuk mencapai efek
yang penuh. Aksi genomik ini menimbulkan sejumlah efek, termasuk
efek pada pertumbuhan jaringan, pematangan otak, dan peningkatan
produksi panas dan konsumsi oksigen yang sebagian disebabkan oleh
peningkatan aktivitas dari Na+-K+ ATPase, produksi dari reseptor
beta-adrenergik yang meningkat. Sejumlah aksi dari T3 tidak
genomik, seperti penurunan dari deiodinase-5' tipe 2 hipofisis dan
peningkatan dari transpor glukosa dan asam amino. Sejumlah efek
spesifik dari hormon tiroid diringkaskan berikut ini.7
Efek pada Perkembangan Janin
Sistem TSH tiroid dan hipofisis anterior mulai berfungsi pada
janin manusia sekitar 11 minggu. Sebelum saat ini, tiroid janin
tidak mengkonsentrasikan 12 I. Karena kandungan plasenta yang
tinggi dari deiodinase-5 tipe 3, sebagian besar T3 dan T4 maternal
diinaktivasi dalam plasenta, dan sangat sedikit sekali hormon bebas
mencapai sirkulasi janin. Dengan demikian, janin sebagian besar
tergantung pada sekresi tiroidnya sendiri. Walaupun sejumlah
pertumbuhan janin terjadi tanpa adanya sekresi hormon tiroid janin,
perkembangan otak dan pematangan skeletal jelas terganggu,
menimbulkan kretinisme (retardasi mental dan dwarfisme/cebol).
7
Efek pada Konsumsi Oksigen, Produksi panas, dan Pembentukan
Radikal Bebas
T3 meningkatkan konsumsi O2 dan produksi panas sebagian melalui
stimulasi Na+-K+ ATPase dalam semua jaringan kecuali otak, lien,
dan testis. Hal ini berperan pada peningkatan kecepatan metabolisme
basal (keseluruhan konsumsi O2 hewan saat istirahat) dan
peningkatan kepekaan terhadap panas pada hipertiroidisme. Hormon
tiroid juga menurunkan kadar dismutase superoksida, menimbulkan
peningkatan pembentukan radikal bebas anion superoksida. Hal ini
dapat berperan pada timbulnya efek mengganggu dari hipertiroidisme
kronik.8
Efek Kardiovaskular
Melalui efeknya pada peningkatan ketanggapan jantung terhadap
katekolamin dalam darah, hormon tiroid meningkatkan kecepatan
denyut dan kekuatan kontraksi jantung, sehingga curah jantung
meningkat. Selain itu, sebagai respon terhadap beban panas yang
ditimbulkan oleh efek kalorigenik hormon tiroid, terjadi
vasodilatasi perifer untuk menyalurkan kelebihan panas tersebut ke
permukaan tubuh untuk dieliminasi kelingkungan luar.7-8
Efek Simpatik
Seperti dicatat di atas, hormon tiroid meningkatkan jumlah
reseptor adrenergik-beta dalam otot jantung, otot skeletal,
jaringan adiposa, dan limfosit. Mereka juga menurunkan reseptor
adrenergik-alfa miokardial. Di samping itu; mereka juga dapat
memperbesar aksi katekolamin pada tempat pascareseptor. Dengan
demikian, kepekaan terhadap katekolamin meningkat dengan nyata pada
hipertiroidisme, dan terapi dengan obat-obatan penyekat
adrenergik-beta dapat sangat membantu dalam mengendalikan
takikardia dan aritmia.7-8
Efek Pulmonar
Hormon tiroid mempertahankan dorongan hipoksia dan hiperkapne
normal pada pusat pernapasan. Pada hipotiroidisme berat, terjadi
hipoventilasi, kadang kadang memerlukan ventilasi bantuan.6
Efek Hematopoetik
Peningkatan kebutuhan selular akan O2 pada hipertiroidisme
menyebabkan peningkatan produksi eritropoietin dan peningkatan
eritropoiesis. Namun, volume darah biasanya tidak meningkat karena
hemodilusi dan peningkatan penggantian eritrosit. Hormon tiroid
meningkatkan kandungan 2,3-difosfogliserat eritrosit, memungkinkan
peningkatan disosiasi O2 hemoglobin dan meningkatkan penyediaan O2
kepada jaringan. Keadaan yang sebaliknya terjadi pada
hipotiroidisme.7-8
Efek Gastrointestinal
Hormon tiroid merangsang motilitas usus, yang dapat menimbuklan
peningkatan motilitas dan diare pada hipertiroidisme dan
memperlambat transit usus serta konstipasi pada hipotiroidisme. Hal
ini juga menyumbang pada timbulnya penurunan berat badan yang
sedang pada hipotiroidisme dan pertambahan berat pada
hipotiroidisme.7
Efek Skeletal
Hormon tiroid merangsang peningkatan penggantian tulang,
meningkatkan resorpsi tulang, dan hingga tingkat yang lebih kecil,
pembentukan tulang. Dengan demikian, hipertiroidisme dapat
menimbulkan osteopenia yang bermakna, dan pada kasus berat,
hiperkalsemia sedang, hiperkalsiuria, dan peningkatan ekskresi
hidroksiprolin urin dan hubungan-silang pyridinium.7
Efek Neuromuskular
Walaupun hormon tiroid merangsang peningkatan sintesis dari
banyak protein struktural, pada hipertiroidisme terdapat
peningkatan penggantian protein dan kehilangan jaringan otot atau
miopati. Hal ini dapat berkaitan dengan kreatinuria sontan.
Terdapat juga suatu peningkatan kecepatan kontraksi dan relaksasi
otot, secara klinik diamati adanya hiperefleksia atau
hipertiroidisme-atau sebaliknya pada hipotiroidisme. Hormon tiroid
penting untuk perkembangan dan fungsi normal dari susunan saraf
pusat, dan hiperaktivitas pada hipertiroidisme serta kelambanan
pada hipotiroidisme dapat mencolok.8
Efek pada Lipid dan Metabolisme Karbohidrat
Adanya hormon tiroksin mempercepat penyerapan glukosa dan
galaktosa pada usus, akibatnya akan terjadi peningkatan
glikogenolisis. Keadaan ini menyebabkan simpanan glikogen di dalam
hati, jantung, dan otot menjadi berkurang.
Hipertiroidisme meningkatkan glukoneogenesis dan glikogenolisis
hati demikian pula absorpsi glukosa usus. Dengan demikian,
hipertiroidisme akan mengeksaserbasi diabetes melitus primer.
Sintesis dan degradasi kolesterol keduanya meningkat oleh hormon
tiroid. Efek yang terakhir ini sebagian besar disebabkan oleh suatu
peningkatan dari reseptor low-density lipoprotein (LDL) hati,
sehingga kadar kolesterol menurun dengan aktivitas tiroid yang
berlebihan. Lipolisis juga meningkat, melepaskan asam lemak dan
gliserol. Sebaliknya, kadar kolesterol meningkat pada
hipotiroidisme.
Pada metabolisme lemah, hormon tiroid menstimulasi sintesis
kolesterol dan menstimulasi mekanisme hepatik yang melepaskan
kolesterol dan sirkulasi dan hal ini menyebabkan penurunan kadar
kolesterol dalam plasma. Keadaan demikian terjadi sebagai akibat
dari lebih cepatnya pelepasan kolesterol dibandingkan dengan proses
pembentukannya.6-8
Efek pada Metabolisme Mineral / kalsium
Kelebihan hormon tiroid dapat menyebabkan banyak kalsium yang
keluar bersama urine dan hal ini akan menyebabkan demineralisasi
pada tulang. Hormon tiroid juga menstimulasi hilangnya senyawa
fosfat yang berasal dari demineralisasi tulang dan katabolisme
protein. 6
Efek pada metabolisme protein
Pengaruh hormon tiroid terhadap metabolisme protein pada
organisme diduga menyebabkan meningkatnya sintesis protein dan RNA
ribosom, terutama terjadi pada organisme yang sedang tumbuh, dan
pada organisme dewasa pengaruhnya tergantung pada status metabolik
hewan tersebut. Sebagai contoh pada hewan yang kelenjar tiroidnya
diambil, dosis yang cukup meningkatkan sintesis protein dan
menyebabkan turunnya ekskresi nitrogen. Dosis yang tinggi
menghambat sintesis protein, sedang konsentrasi asam amino bebas
dalam plasma, hati, dan otot meningkat.7
Efek Endokrin
Hormon tiroid meningkatkan pergantian metabolik dari banyak
hormon dan obat-obatan farmakologik. Contohnya, waktu-paruh dari
kortisol adalah sekitar 100 menit pada orang normal, sekitar 50
menit pada pasien hipertiroid, sekitar 150 menit pada pasien
hipotiroid. Kecepatan produksi kortisol akan meningkat pada pasien
hipertiroid; dengan fungsi adrenal normal sehingga mempertahankan
suatu kadar hormon sirkulasi yang normal. Namun, pada seorang
pasien dengan insufisiensi adrenal, timbulnya hipertiroidisme atau
terapi hormon tiroid dari hipotiroidisme dapat mengungkapkan adanya
penyakit adrenal. Ovulasi dapat terganggu pada hipertiroidisme
maupun hipotiroidisme, menimbulkan infertilitas, yang dapat
dikoreksi dengan pemulihan keadaan eutiroid. Kadar prolaktin serum
meningkat sekitar 40% pada pasien dengan hipotiroidisme,
kemungkinan suatu manifestasi dari peningkatan pelepasan TRH; hal
ini akan kembali normal dengan terapi T4. 7
Efek Umpan Balik Hormon Tiroid dalam Menurunkan Sekresi TSH oleh
Hipofisis Anterior
Tyroid Stimulating Hormone (TSH), hormone tropik tiroid dari
hipofisis anterior, adalah regulator fisiologis terpenting bagi
sekresi hormone tiroid. Hamper semua langkah dalam pembentukan dan
pengeluaran hormon tiroid dirangsang oleh TSH.
Selain meningkatkan sekresi hormon tiroid, TSH bertanggung jawab
untuk mempertahankan integritas strukturan kelenjar tiroid. Tanpa
adanya TSH, tiroid akan mengalami atrofi dan sekresi hormonnya
berkurang. Sebaliknya, kelenjar ini mengalami hipertrofi dan
hyperplasia sebagai respon terhadap stimulasi TSH yang
berlebihan.
Hormone tiroid, mekanisme umpan balik negaif, mematikan sekresi
TSH, sementara tyrotrpon releasing hormone (TRH) dari hipotalamus
secara tropic menghidupkan sekresi TSH oleh hipofisis anterior.
Pada sumbu hipotalamus-hipofisis-tiroid, inhibisi terutama
berlangsung di tingkat hipofisi anterior.
Meningkatnya hormon tiroid di dalam cairan tubuh akan menurunkan
sekresi TSH oleh hipofisis anterior. Hal ini terutama dikarenakan
efek langsung hormon tiroid terhadap hipofisis anterior.8
Jaringan sasaran
Pengaruh
Mekanisme
Jantung
Kronotropik
Meningkatkan jumlah dan afinitas reseptor B-adrenergik
Inotropik
Meningkatkan respons terhadap katekolamin
Meningkatkan proporsi alfa-miosin rantai berat
Jaringan adipose
Katabolik
Merangsang lipolisis
Otot
Katabolik
Meningkatkan pemecahan protein
Tulang
Perkembangan dan metabolik
Mempromosi pertumbuhan normal dan tulang
Mempercepat pertukaran (turnover) tulang
Sistem saraf
Perkembangan
Mempromosi perkembangan otak normal
Usus
Metabolik
Meningkatkan laju serapaan karbohidrat
Lipoprotein
Metabolik
Merangsang pembentukan reseptor LDL
Lain-lain
Kalorigenik
Merangsang konsumsi oksigen oleh jaringan aktif metabolik
Meningkatkan laju metabolik
HIPERTIROIDISME DAN TIROTOKSIKOSIS
Tirotoksikosis adalah sindroma klinis yang terjadi bila hormon
tiroid beredar dalam kadar tinggi pada jaringan . Pada kebanyakan
kasus, tiroksikosis disebabkan hiperaktivitas kelenjar tiroid atau
hipertiroidisme. Kadang-kadang, tirotoksikosis bisa disebabkan
sebab-sebab lain seperti menelan hormon tiroid berlebihan atau
sekresi hormon tiroid berlebihan dari tempat-tempat ektopik.9
1. GOITER TOKSIK DIFUSA (Penyakit Graves)
Penyakit Graves adalah bentuk tirotoksikosis yang paling umum
dan dapat terjadi pada segala umur, lebih sering pada wanita dengan
pria. Sindroma ini terdiri dari satu atau lebih dari hal-hal ini :
(1) tirotoksikosis (2) goiter (3) oftalmopati (eksoftalmos) dan (4)
dermopati (miksedema pretibial)
Keadaan-keadaan yang Berkaitan dengan Tirotoksikosis
1. Toksik goiter difusa (penyakit Graves)
2. Toksik adenoma (penyakit Plummer)
3. Toksik goiter multinodular
4. Tiroiditis subakut
5. Fase hipertiroid pada tiroiditis Hashimoto
6. Tiroksikosis factitia
7.Bentuk tirotoksikosis yang jarang: struma ovarium, metastasis
karsinoma tiroid (folikular), mola hidatidiformis, tumor hipofisis
yang mensekresi TSH, resistensi hipofisis terhadap T3 dan Ta.9
Penyakit Graves sekarang ini dipandang sebagai penyakit autoimun
yang penyebabnya tidak diketahui. Terdapat predisposisi familial
kuat pada sekitar 15% pasien Graves mempunyai keluarga dekat dengan
kelainan sama dan kira-kira 50% keluarga pasien dengan penyakit
Graves mempunyai autoantibodi tiroid yang beredar di darah. Wanita
terkena kira-kira 5 kali lebih banyak daripada pria.
Penyakit ini dapat terjadi pada segala umur, dengan insiden
puncak pada kelompok umur 20-40 tahun. Pada penyakit Graves,
limfosit T disensitisasi terhadap antigen dalam kelenjar tiroid dan
merangsang limfosit B untuk mensintesis antibodi terhadap
antigen-antigen ini. Satu dari antibodi ini bisa ditunjukkan
terhadap tempat reseptor TSH pada membran sel tiroid dan mempunyai
kemampuan untuk merangsang sel tiroid dalam hal peningkatan
pertumbuhan dan fungsi (TSH-R AB [stim]; . Adanya antibodi dalam
darah berkorelasi positif dengan penyakit aktif dan kekambuhan
penyakit. Ada predisposisi genetik yang mendasari, namun tidak
jelas apa yang mencetuskan episode akut ini. Beberapa faktor yang
mendorong respons imun pada penyakit Graves ialah :9
(1) kehamilan, khususnya masa nifas;
(2) kelebihan iodida, khusus di daerah defisiensi iodida, di
mana kekurangan iodida dapat menutupi penyakit Graves laten pada
saat pemeriksaan;
(3) terapi litium, mungkin melalui perubahan responsivitas
imun;
(4) infeksi bakterial atau viral;
(5) penghentian glukokortikoid.
Diduga "stress" dapat mencetuskan suatu episode penyakit Graves,
tapi tidak ada bukti yang mendukung hipotesis ini. Patogenesis
oftalmopati dapat melibatkan limfosit sitotoksik (sel-sel pembunuh)
dan antibodi sitotoksik tersensititasi oleh antigen yang umum pada
fibroblas orbita, otot orbita, dan jaringan tiroid . Sitokin yang
berasal dari limfosit tersensitasi ini dapat menyebabkan peradangan
fibroblas orbita dan miositis orbita, berakibat pembengkakan
otot-otot orbita, protopsi bola mata, dan diplopia sebagaimana juga
menimbulkan kemerahan, kongesti, dan edema konjungtiva dan
periorbita . Patogenesis dermopati tiroid (miksedema pretibial) dan
inflamasi subperiosteal yang jarang pada jari-jari tangan dan kaki
(osteopati tiroid mungkin juga melibatkan stimulasi sitokin
limfosit dari fibroblas pada tempat-tempat ini. Banyak gejala
tiroksikosis mengarah adanya keadaan kelebihan katekolamin,
termasuk takikardi, tremor, berkeringat, kelopak yang kurang dan
melotot. Namun kadar epinefrin dalam sirkulasi adalah normal; jadi
pada penyakit Graves, tubuh tampak hiperaktif terhadap katekolamin.
Hal ini mungkin berhubungan dengan bagian peningkatan dengan
perantaraan hormon tiroid pada reseptor katekolamin jantung.
Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari kasus ini Gangguan fungsi kelenjar
tiroid dapat menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid, berkeringat,
dan kehilangan berat badan.
Daftar pustaka
1. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC,
2003.h.208-10.
2.Rohen JW, Drecoll EL. Embriologi Fungsional Perkembangan
Sistem Fungsi Organ Manusia.Jakarta:EGC;2008.h.127-8
3.Wibowo DS.Anatomi tubuh manusia..Jakarta:Grasindo 2008.
h.186
4. Fawcett DW. Buku ajar histologi.Ed-12 Jakarta: EGC,
2002.h.437-43.
5. Murray RK. Biokimia harper. Ed.27. Jakarta: EGC, 2009.
6.Ganong WF.Buku ajar fisiologi
kedokteran.Ed-20.Jakarta:EGC,2003.h.305-19
7.Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Ed.6.
Jakarta: EGC, 2011.h.757-61.
8. Guyton AC,Hall JE.Fisiologi
kedokteran.Ed-11.Jakarta:EGC;2008.h.978-88
9.Baradero M,Dayrit MW,Siswadi Y.Seri asuhan keperawatan klien
gangguan endokrin.Jakarta:EGC,2008.h.37-9