i Kata Pengantar Puji syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala limpahan rahmat dan karunia - Nya sehingga penyusunan Profil Kesehatan kabupaten Situbondo Tahun 2006 dapat terselesaikan. Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan untuk melaporkan hasil pemantauan terhadap pencapaian kabupaten/kota sehat dan hasil kinerja dari penyelenggaraan pelayanan minimal adalah profil kesehatan kabupaten/kota. Profil kesehatan kabupaten/kota berisi berbagai data /informasi yang menggambarkan tingkat pencapaian kabupaten/kota sehat dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan sesuai dengan SPM bidang kesehatan. Kami ucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada Tim Penyusun Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo, Puskesmas dan GFK Kabupaten Situbondo, Direktur RSU Kabupaten Situbondo, Direktur RS Elizabeth Situbondo, Kepala BPS Kabupaten Situbondo dan kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Semoga Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun 2006 ini dapat bermanfaat. Kritik dan saran dari semua pihak guna penyempurnaan profil ini dimasa mendatang. Situbondo, Mei 2007 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO drg. H. SOLICHIN NIP. 140 163 513
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
Kata Pengantar
Puji syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala limpahan rahmat dan karunia - Nya sehingga penyusunan Profil Kesehatan kabupaten Situbondo Tahun 2006 dapat terselesaikan.
Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo merupakan salah satu
sarana yang dapat digunakan untuk melaporkan hasil pemantauan terhadap pencapaian kabupaten/kota sehat dan hasil kinerja dari penyelenggaraan pelayanan minimal adalah profil kesehatan kabupaten/kota. Profil kesehatan kabupaten/kota berisi berbagai data /informasi yang menggambarkan tingkat pencapaian kabupaten/kota sehat dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan sesuai dengan SPM bidang kesehatan.
Kami ucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada Tim Penyusun Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo, Puskesmas dan GFK Kabupaten Situbondo, Direktur RSU Kabupaten Situbondo, Direktur RS Elizabeth Situbondo, Kepala BPS Kabupaten Situbondo dan kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo
Semoga Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun 2006 ini
dapat bermanfaat. Kritik dan saran dari semua pihak guna penyempurnaan profil ini dimasa mendatang.
Situbondo, Mei 2007 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO drg. H. SOLICHIN NIP. 140 163 513
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................... i DAFTAR ISI.................................................................................... ii DAFTAR TABEL............................................................................ iii BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................. 1
BAB 2 GAMBARAN UMUM
A. Gambaran Umum……………………………………….. 3 B. Keadaan Lingkungan………………….………………... 12 C. KeadaanPerilaku Masyarakat……………..………….… 15
BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN
A. Mortalitas.......……………………………………….……. 19 B. Morbiditas.............................................………….…….. 20 C. Status Gizi.............................................……………….. 25
BAB 4 SITUASI UPAYA KESEHATAN
A. Pelayanan Kesehatan Dasar......................................... 27 B. Pemanfaatan Obat Generik........................................... 32 C. Pembinaan Kesehatan Lingkungan............................... 32 D. Perbaikan Gizi Masyarakat............................................ 33
BAB 5 SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN A. Sarana Kesehatan......................................................... 35 B. Tenaga Kesehatan......................................................... 37 C. Pembiayaan Kesehatan ................................................ 38
BAB 6 ANALISIS DATA PROFIL.................................................... 39 BAB 7 PENUTUP............................................................................. 60 LAMPIRAN
1. Tabel Indonesia Sehat 2010 2. Tabel Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
iii
LAMPIRAN 1 DAFTAR TABEL INDONESIA SEHAT 2010
Tabel 1 Luas Wilayah, Jumlah Desa, Jumlah Penduduk, Jumlah
Rumah Tangga Dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Kabupaten Situbondo Tahun 2006
Tabel 2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur,
Rasio Beban Tanggungan, Rasio Jenis Kelamin, Dan Kecamatan Kabupaten Situbondo Tahun 2006
Tabel 3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan Kelompok
Umur Kabupaten Situbondo Tahun 2006 Tabel 4 Persentase Penduduk Laki-Laki Dan Perempuan Berusia 5
Tahun Keatas Dirinci Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Dan Kecamatan Kabupaten Situbondo Tahun 2006
Tabel 5 Jumlah Kelahiran Dan Kematian Bayi Dan Balita Menurut
Kecamatan Kabupaten Situbondo Tahun 2006 Tabel 6 Jumlah Kematian Ibu Maternal Menurut Kecamatan
Kabupaten Situbondo Tahun 2006 Tabel 7 Jumlah Kasus Dan Angka Kesakitan Penyakit Menular
Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten Situbondo Tahun 2006
Tabel 8 Jumlah Kecamatan Rawan Gizi Dan Status Gizi Bayi & Balita
Kabupaten Situbondo Tahun 2006 Tabel 9 Persentase Rumah Sehat Menurut Kecamatan Kabupaten
Situbondo Tahun 2006 Tabel 10 Persentase Tempat Umum Dan Pengelolaan Makanan
(TUPM) Sehat Menurut Kecamatan Kabupaten Situbondo Tahun 2006
Tabel 11 Presentase Rumah tangga Berperilaku Hidup Bersih dan
Sehat Menurut Kecamatan Kabupaten Situbondo Tahun 2006 Tabel 12 Jumlah Dan Persentase Posyandu Menurut Strata Dan
Kecamatan Kabupaten Situbondo Tahun 2006 Tabel 13 Jumlah Penduduk Yang Memanfaatkan Sarana Puskesmas
Dan Rumah Sakit Kabupaten Situbondo Tahun 2006
iv
Tabel 14 Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Kemampuan Labkes Dan Memiliki 4 Spesialis Dasar Di Kabupaten Situbondo Tahun 2006
Tabel 15 Jumlah Dan Persentase Jenis Obat Dan Jenis Obat Generik
Tersedia Kabupaten Situbondo Tahun 2006 Tabel 16 Ketersediaan Obat Generik Berlogo Menurut Jenis Obat
Kabupaten Situbondo Tahun 2006 Tabel 17 Persentase Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan
Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten Situbondo Tahun 2006
Tabel 18 Persentase Cakupan Desa/Kelurahan UCI Menurut
Kecamatan Kabupaten Situbondo Tahun 2006 Tabel 19 Jumlah Dan Persentase Desa/Kelurahan Terkena KLB Yang
Ditangani < 24 Jam Menurut Kecamatan Dan Puskesmas, Kabupaten Situbondo Tahun 2006
Tabel 20 Jumlah Penderita Dan Kematian , CFR, KLB Menurut Jenis
KLB, Jumlah Kecamatan, Dan Jumlah Desa Yang Terserang Kabupaten Situbondo Tahun 2006
Tabel 21 Jumlah Ibu Hamil Yang Mendapatkan Pelayanan Fe1, Fe3,
Dan Imunisasi TT1, TT2 dan TT5 Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten Situbondo Tahun 2006
Tabel 22 Jumlah Bayi Yang Diberi ASI Eksklusif Kabupaten Situbondo
Tahun 2006 Tabel 23 Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut Di Puskesmas
Kabupaten Situbondo Tahun 2006 Tabel 24 Persentase Pelayanan Kesehatan Kerja Pada Pekerja Formall
Kabupaten Situbondo Tahun 2006 Tabel 25 Persentase Keluarga Miskin Mendapat Pelayanan Kesehatan
Kabupaten Situbondo Tahun 2006 Tabel 26 Persebaran Tenaga Kesehatan Menurut Unit Kerja Kabupaten
Situbondo Tahun 2006 Tabel 27 Jumlah Tenaga Kesehatan Di Sarana Pelayanan Kesehatan
Kabupaten Situbondo Tahun 2006
v
Tabel 28 Jumlah Tenaga Medis Di Sarana Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun 2006
Tabel 29 Jumlah Tenaga Kefarmasian Dan Gizi Di Sarana Kesehatan
Kabupaten Situbondo Tahun 2006 Tabel 30 Jumlah Tenaga Keperawatan Di Sarana Kesehatan
Kabupaten Situbondo Tahun 2006 Tabel 31 Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat Dan Sanitasi Dii
Sarana Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun 2006 Tabel 32 Jumlah Tenaga Teknisi Medis Di Sarana Kesehatan
Kabupaten Situbondo Tahun 2006 Tabel 33 Penduduk Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Kabupaten Situbondo Tahun 2006 Tabel 34 Anggaran Kesehatan Kabupaten/Kota Situbondo Tahun 2006
Tabel 35 Persentase Keluarga Memiliki Akses Air Bersih Kabupaten
Situbondo Tahun 2006 Tabel 36 Jumlah PUS, Peserta KB, Peserta KB Baru, Dan KB Aktif
Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten Situbondo Tahun 2006
Tabel 37 Jumlah Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsii
Kabupaten Situbondo Tahun 2006 Tabel 38 Pelayanan KB Baru Menurut Kecamatan Kabupaten
Situbondo Tahun 2006 Tabel 39 Jumlah Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas Dan Rasio Korban
Luka Dan Meninggal Terhadap Jumlah Penduduk Kabupaten Situbondo Tahun 2006
Tabel 40 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Ke atas Yg Melek
Huruf Kabupaten Situbondo Tahun 2006
vi
LAMPIRAN 2 TABEL SPM
SPM 1 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4, Ibu Hamil Risti Dan
Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan Kabupaten Situbondo SPM 2 Cakupan Kunjungan Neonatus, Bayi Dan Bayi BBLR Yang
Ditangani Kabupaten Situbondo SPM 3 Cakupan Deteksi Tumbuh Kembang Anak Balita,
Pemeriksaan Siswa SD Dan Pelayanan Kes.Remaja Kabupaten Situbondo Tahun 2006
SPM 4 Cakupan Peserta KB Aktif Menurut Kecamatan Dan
Puskesmas Kabupaten Situbondo SPM 5 Persentase Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child
Imunization (UCI) Menurut Kecamatan Kabupaten Situbondo Tahun 2006 SPM 6 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap, Pelayanan
Gangguan Jiwa Di Sarana Pelayanan Kesehatan, Kabupaten Situbondo Kabupaten Situbondo Tahun 2006
SPM 7 Persentase Balita Yang Naik Berat Badannya Dan Balita
Bawah Garis Merah Kabupaten Situbondo Tahun 2006 SPM 8 Cakupan Bayi, Balita Dan Bumil Yang Mendapat Pelayanan
Kesehatanmenurut Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten Situbondo Tahun 2006
SPM 9 Presentase Akses Ketersediaan Darah Untuk Bumil Dan
Neonatus Yang Dirujuk Kabupaten Situbondo Tahun 2006 SPM 10 Jumlah & Persentase Ibu Hamil Dan Neonatal Risiko
Tinggi/Komplikasi Ditangani Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten Situbondo Tahun 2006
SPM 11 Persentase Sarana Kesehatan Dengan Kemampuan Gawat
Darurat Kabupaten Situbondo Tahun 2006 SPM 12 Persentase Desa/Kel Dengan KLB Ditangani <24 Jam Dan
Kec Bebas Rawan Gizi Kabupaten Situbondo Tahun 2006 SPM 13 AFP Rate, % TB Paru Sembuh, Dan Pneumonia Balita
Ditangani Kabupaten Situbondo Tahun 2006
vii
SPM 14 HIV/AIDS Ditangani, Infeksi Menular Seksual Diobat Dan DBD Ditangani Kabupaten Situbondo Tahun 2006
SPM 15 Persentase Institusi Dibina Kesehatan Lingkungannya Kabupaten Situbondo Tahun 2006
SPM 16 Persentase Rumah/Bangunan Yang Diperiksa Jentik Nyamuk
Aedes Dan Persentase Rumah/Bangunan Bebas Jentik Nyamuk Aedes Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten Situbondo Tahun 2006
SPM 17 Persentase Tempat Umum Sehat Menurut Kecamatan
Kabupaten Situbondo Tahun 2006 SPM 18 Persentase Rumah Tangga Ber - Perilaku Hidup Bersih Sehat
Kabupaten Situbondo Tahun 2006 SPM 19 Jumlah Bayi Yang Diberi ASI Eksklusif Kabupaten Situbondo
Tahun 2006 SPM 20 Persentase Desa/Kelurahan Dengan Garam Beryodium Yang
Baik Menurut Kecamatan Kabupaten Situbondo Tahun 2006 SPM 21 Jumlah Dan Persentase Posyandu Menurut Kecamatan
Kabupaten Situbondo Tahun 2006 SPM 22 Penyuluhan Pencegahan, Penanggulangan Dan
Penyalahgunaan Napza Kabupaten Situbondo Tahun 2006 SPM 23 Kebutuhan, Pengadaan, Ketersediaan Obat Esensial Dan
Obat Generik Kabupaten Situbondo Tahun 2006 SPM 24 Persentase Penulisan Resep Obat Generik Kabupaten
Situbondo Tahun 2006 SPM 25 Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar
Kabupaten Situbondo Tahun 2006 SPM 26 Cakupan Pelayanan Kesehatan Keluarga Miskin Dan JPKM
Gakin Kabupaten Situbondo Tahun 2006 SPM 27 Persentase Pelayanan Kesehatan Kerja Pada Pekerja Formall
Kabupaten Situbondo Tahun 2006 SPM 28 Cakupan Pelayanan Kesehatan Pra Usila Dan Usila
Kabupaten Situbondo Tahun 2006 SPM 29 Cakupan Wanita Usia Subur Mendapat Kapsul Yodium
Kabupaten Situbondo Tahun 2006
viii
SPM 30 Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat Kabupaten Situbondo Tahun 2006
SPM 31 Persentase Penderita Malaria Diobati Kabupaten Situbondo
Tahun 2006 SPM 32 Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat Kabupaten
Situbondo Tahun 2006 SPM 33 Kasus Penyakit Filaria Ditangani Kabupaten Situbondo Tahun 2006 SPM 34 Prosentase Cakupan Imunisasi Bayi Menurut Kecamatan
Kabupaten Situbondo Tahun 2006 SPM 35 Jumlah Kasus Dan Angka Kesakitan Penyakit Menular Yang
Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Kabupaten Situbondo Tahun 2006
SPM 36 Keluarga Dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Menurut
Kecamatan Kabupaten Situbondo Tahun 2006 SPM 37 Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Kabupaten Situbondo
Tahun 2006 SPM 38 Indikator Pelayanan Rumah Sakit Kabupaten Situbondo
Tahun 2006
1
BAB I PENDAHULUAN
Sejak di berlakukannya desentralisasi, beberapa peraturan
perundang-undangan bidang kesehatan sebagai tindak lanjut undang-
undang No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian
diganti dengan undang-undang No.32 Tahun 2004 dan undang-undang
No.25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara pemerintah pusat
dan daerah yang kemudian juga diganti dengan undang-undang No.33
Tahun 2004, telah dan terus disusun. Peraturan perundang-undangan
kesehatan bidang kesehatan antara lain:
1. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.574/Menkes/SK/IV/2000 tentang
Kebijakan Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010.
2. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.120/Menkes/SK/VII/2003 tentang
Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator
Propinsi Sehat dan Kabupaten Sehat.
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1457/SK/X/2003 tentang Standar
Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan di Kabupaten /Kota.
Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu indikator
kesejahteraan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut dituangkan dalam visi
pembangunan kesehatan Kabupaten Situbondo yaitu “ Situbondo Sehat
2010 “.
Untuk mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan di Kabupaten
Situbondo diperlukan indikator antara lain Indikator Indonesia Sehat 2010
dan indikator kinerja dari SPM (Standar Pelayanan Minimal) bidang
kesehatan yang diselenggarakan oleh kabupaten/kota, serta indikator kinerja
lainnya yang pelayanannya ada pada kabupaten/kota tertentu. Indikator
Indonesia Sehat 2010 terdiri dari 29 indikator yang disajikan dalam 40 tabel
2
dan indikator kinerja dari SPM bidang kesehatan sebanyak 54 indikator
dalam 38 tabel.
Salah satu sarana yang dapat digunakan untuk melaporkan hasil
pemantauan terhadap pencapaian kabupaten/kota sehat, data /informasi
serta hasil kinerja dari penyelenggaraan pelayanan minimal adalah Profil
Kesehatan Kabupaten Situbondo. Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo
berisi tentang berbagai data dan informasi yang menggambarkan tingkat
pencapaian Kabupaten Situbondo Sehat dan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan sesuai dengan SPM bidang kesehatan.
Diharapkan Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo dapat
menyediakan data dan informasi kesehatan dari cakupan pelaksanaan
program yang lengkap, akurat dan up to date sebagai dasar perencanaan,
pengambilan keputusan, pelaksanaan program dan acuan kegiatan
monitoring, serta pengendalian dan evaluasi pelaksanaan program
kesehatan dalam rangka mencapai Situbondo Sehat 2010.
3
BAB 2 GAMBARAN UMUM A. GAMBARAN UMUM 1. Kondisi Geografis
Kabupaten Situbondo merupakan salah satu kabupaten di Jawa
Timur yang cukup dikenal dengan sebutan Daerah Wisata Pasir Putih
yang terletak di posisi antara 7° 35’ - 7° 44’ Lintang Selatan dan 113° 30’
– 114° 42’ Bujur Timur. Kabupaten Situbondo berbatasan dengan Selat
Madura di sebelah utara, sebelah timur berbatasan dengan Selat Bali,
sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bondowoso dan
Banyuwangi, serta sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten
Probolinggo.
Luas Kabupaten Situbondo adalah 1.638,50 km² atau 163.850
hektar, dan bentuknya memanjang dari barat ke timur kurang lebih 150
km. Pantai utara umumnya merupakan dataran rendah dan di sebelah
selatan merupakan dataran tinggi dengan rata-rata lebar wilayah kurang
lebih 11 km. Luas wilayah per kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut
ini.
4
Tabel 1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Situbondo
Sumber : BPS Tahun 2006
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kecamatan yang terluas
adalah Kecamatan Banyuputih, yaitu seluas 48.167 km² yang
disebabkan oleh luasnya hutan jati di perbatasan antara Kecamatan
Banyuputih dengan wilayah Banyuwangi Utara. Sedangkan luas
kecamatan yang terkecil adalah Kecamatan Besuki, yaitu seluas 2.641
km². Dari 17 kecamatan yang ada, diantaranya terdiri dari 14
kecamatan memiliki pantai dan 3 kecamatan tidak memiliki pantai, yaitu
Kecamatan Sumbermalang, Jatibanteng dan Panji.
Temperatur tahunan daerah ini adalah 24,7° - 27,9°C dengan rata-
rata curah hujan sebesar 994 mm – 1.503 mm per tahunnya sehingga
daerah ini tergolong daerah kering. Kabupaten Situbondo berada pada
ketinggian 0-1.250 m di atas permukaan air laut, dengan perincian
ketinggian wilayah menurut kecamatan sebagai berikut :
JUMLAH (KAB/KOTA) 636,199 209,881 3 388 Sumber : Data BPS Kab. Situbondo Tahun 2006
Dari jumlah penduduk yang tersebar di 17 kecamatan, dapat
dilihat 5 (lima) urutan terpadat/terbanyak masing-masing adalah
Kecamatan Panji 64.955 jiwa, Besuki 58.275 jiwa, Panarukan 50.894
jiwa, Banyuputih 49.887 jiwa dan Asembagus 49.024 jiwa.
Selain data di atas, jumlah kelahiran yang dilaporkan tahun 2006
sebanyak 8,393 jiwa dengan 87 lahir mati, jumlah kematian bayi dan
balita sebanyak 99 jiwa dan jumlah kematian ibu maternal sebanyak 7
jiwa dari 10,975 ibu hamil.
8
3. Kondisi Ekonomi Angka pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Situbondo tahun
2003 sebesar 4,03 persen sedangkan di tahun 2004 mampu mencapai
4,23 persen. Pertumbuhan pada tahun 2004 ini masih kurang dari 5
persen dan masih relatif rendah, hal ini disebabkan kondisi
perekonomian yang masih belum sepenuhnya normal, yang ditandai
dengan tingginya tingkat harga hampir di semua komoditi.
Tingginya tingkat harga di pasca kritis belakangan ini, berakibat
produksi di beberapa sektor ekonomi mengalami stagnasi dan kenaikan
produksi yang lamban yang disebabkan tingkat harga yang tinggi
terhadap biaya produksi yang dirasakan oleh unit-unit ekonomi untuk
skala menengah ke bawah .
Pertumbuhan ekonomi sebelum krisis terjadi, menunjukkan
pertumbuhan yang positif rata-rata diatas 5 % sedangkan tahun 1998
dampak krisis sangat dirasakan jatuh sampai negative 5,03 persen.
Tahun 1999 dan 2000 pertumbuhan ekonomi mulai tumbuh positif,
hanya masih relatif kecil berkisar 2 persen lebih, kini berada di kisaran 4
persen. Hal tersebut diantaranya disebabkan oleh kondisi perekonomian
yang masih belum normal, yang ditandai dengan masih tingginya tingkat
harga dan tingginya kurs dolar terhadap rupiah.
Bila dilihat dari kontribusi masing-masing sektor ekonomi
terhadap besarnya PDRB, bahwa penyumbang terbesar secara berturut-
turut adalah sektor perdagangan, pertanian, industri pengolahan, jasa-
jasa, angkutan dan telekomunikasi, keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan, kontruksi, listrik, gas dan air bersih, dan penggalian.
Sektor pertanian tidak lagi sangat dominan dalam menyumbang
besarnya PDRB, tahun 2004 sebesar 31,95 persen, sebab sektor
perdagangan dapat memberikan sumbangan lebih besar (33,84 %).
Penyumbang terbesar ketiga adalah sektor ketiga dan keempat adalah
sektor industri pengolahan dan jasa-jasa masing-masing 9,59 persen
dan 8,83 persen.
9
Dominasi sektor perdagangan, hotel dan restoran di dukung oleh
meningkatnya pendapatan di sektor perdagangan karena bertambahnya
jumlah pelaku perdagangan dan harga barang yang semakin tinggi serta
pengelolaan hotel dan restoran yang semakin baik.
Kemudian kontribusi terbesar kedua di sumbang oleh sektor
pertanian. Besarnya kontribusi sektor pertanian sangat ditentukan oleh
peranan sub-sektor tanaman bahan makanan , perkebunan, dan
perikanan laut yang menjadi potensi daerah. Potensi lainnya yang
sangat mendukung diantaranya 155 pengusaha tambak dan hatchery di
sepanjang pantai, 4 buah pabrik gula, 9 buah TPI, penghasil komoditi
mangga andalan.
Struktur ekonomi di Kabupaten Situbondo mengalami
pergeseran yang berarti, artinya dominasi oleh sektor pertanian telah
bergeser ke sektor perdagangan, hotel dan restoran. Hal ini dipengaruhi
oleh kondisi dan potensi ekonomi dalam baik perdagangan.
Sedangkan sektor-sektor lainnya diharapkan bisa mendukung
sector perdagangan, yaitu peranan sektor pertanian, industri dan jasa-
jasa dalam upaya memacu pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Dari angka PDRB setiap tahunnya apabila dibagi dengan
penduduk pertengahan tahun diperoleh PDRB per kapita. Sedangkan
pendapatan per kapita diperoleh dari angka PDRB setelah dikurangi
penyusutan dan pajak tak langsung netto dan dibagi dengan jumlah
penduduk pertengahan tahun.
Konsep pendapatan per kapita suatu wilayah sebenarnya harus
dipisahkan antara pendapatan yang dihasilkan oleh wilayah itu sendiri
dengan pendapatan yang mengalir keluar wilayah, artinya pendapatan
yang dihasilkan oleh unit-unit produksi milik wilayah setempat dikurangi
dengan pendapatan produksi milik penduduk luar yang unit produksinya
berada di wilayah tersebut, sehingga benar-benar dapat mencerminkan
pendapatan per kapita secara riil. Hanya saja pengumpulan datanya
belum tersedia dan sulit diperoleh.
10
Pendapatan per kapita di Kabupaten Situbondo tahun 2004
adalah sebesar 4.962.852,98 rupiah/tahun meningkat sebesar 6,84
persen dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 4.645.232,13. di
samping sangat perlu diupayakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi di
semua sektor ekonomi, yang penyumbang PDRB terbesar adalah dari
sektor perdagangan, kemudian untuk sektor pertanian, industri, dan
jasa-jasa diharapkan terus tumbuh positif, sebab sangat berpengaruh
dalam menentukan besarnya PDRB dan pertumbuhan ekonomi yang
tinggi. Namun, bukanlah berarti mengabaikan sector yang lain, akan
tetapi peranannya lebih diprioritaskan, sebab keempat sektor tersebut
kontribusinya terbesar.
4. Pendidikan Pembangunan di bidang pendidikan dapat ditunjukkan oleh
perkembangan institusi/lembaga, jumlah guru, murid, dan tingkat
partisipasi sekolah dari tahun ke tahun.
Perkembangan lembaga pendidikan menurut tingkatnya dapat
dilihat dari kenaikan dan penurunan, Pra Sekolah atau TK naik menjadi
11,54% dari 182 buah tahun 2004 menjadi 203 buah tahun 2005.
Sekolah dasar terdapar sedikit penurunan dari 460 unit tahun 2004
menjadi 457 unit tahun 2005. Tingkat SLTP mengalami kenaikan dari 49
unit menjadi 54 unit atau naik 10,20%. Sedangkan untuk SMU umum
mengalami kenaikan dari 11 unit menjadi 12 unit. Sedangkan tingkat
kejuruan sebanyak 10 sekolah, terdiri dari 5 Sekolah Kejuruan Negeri
dan 5 Sekolah Kejuruan Swasta.
Demikian pula dengan perkembangan penduduk usia sekolah
umur 7 – 12 tahun pada tahun 2005 mencapai 65.364 jiwa baik tingkat
SD maupun MI. Jumlah penduduk menurut kelompok umur dan
pendidikan yang masih sekolah. Untuk usia 7- 12 tahun sebanyak
67.476 jiwa, sedangkan usia 13 – 15 tahun sebanyak 23.861 dan usia
18 tahun sebanyak 9.008 jiwa.
11
Perkembangan pendidikan di tingkat Perguruan Tinggi terdapat 3
(tiga) Perguruan Tinggi Swasta, yaitu Insitut Agama Islam Ibrahimy di
Sukorejo, Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STIKIP) dan
Universitas Abdurrahman Saleh (UNARS) yang keduanya berada di
pusat kota.
Dari perkembangan jumlah mahasiswa mengalami kenaikan, yaitu
tahun 2004 sebanyak 2.277 orang menjadi 2.321 orang pada tahun
2005 atau naik 4,74% dengan jumlah fakultas sebanyak 7 dan 17
jurusan. Jumlah mahasiswa laki – laki sebanyak 1.336 orang dan
mahasiswa perempuan sebanyak 985 orang yang tersebar di beberapa
perguruan tinggi swasta di Kabupaten Situbondo.
5. Gambaran Penyakit Di Puskesmas Gambar berikut ini menunjukkan 10 (sepuluh) penyakit terbanyak
yang diderita penduduk Kabupaten Situbondo yang tercatat di
Puskesmas. Penyakit terbanyak diderita adalah infeksi akut lain saluran
pernapasan (26%) dan diikuti penyakit pada sistem otot dan jaringan
pengikat (22%). Gambar 1. 10 Penyakit Terbanyak Kabupaten Situbondo Tahun 2006
PENYAKIT DARAH TINGGI 4%
A S M A3%
PENYAKIT MATA LAINNYA5%PENYAKIT KULIT ALERGI
4%
PENYAKIT KULIT INFEKSI6%
PENY.LAIN PD SAL.PERNAFASAN ATAS
7%
DIARE (TMSK TERSANGKA KOLERA)
11%
INFEKSI AKUT LAIN PERNAFASAN ATAS
26%
PENY.PD SISTEM OTOT & JAR.PENGIKAT
22%
PENYAKIT LAINNYA12%
10 PENYAKIT TERBANYAK DALAM 1 TAHUN DI KABUPATEN SITUBONDO
12
6. Sarana dan Prasarana Kesehatan di Kabupaten Situbondo Jumlah sarana dan prasarana kesehatan Tahun 2006 yang ada di
Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo
Tabel 5 Sarana dan Prasarana Kesehatan di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun 2006
NO SARANA /PRASARANA JUMLAH 1 Puskesmas Rawat Inap 4 2 Puskesmas Rawat Jalan 13 3 Puskesmas Pembantu 59 4 Puskesmas Keliling 24 5 Polindes 65 6 Posyandu 875 7 Sepeda Motor 68 8 Rumah Sakit Pemerintah 1 9 Rumah Sakit Swasta 1
10 Poliklinik Umum Swasta - 11 RS/ Poliklinik Bersalin - 12 Praktek Dokter Bersama 56 12 Apotek 17 13 Labkes Pemerintah 1 14 Laboratorium Klinik Swasta 2 14 Gudang Farmasi 1 15 Toko Obat 10
Sumber : Data Dasar Tahun 2006
B. KEADAAAN LINGKUNGAN 1. Rumah Sehat
Rumah Sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi
syarat kesehatan, yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat,
sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan
sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik,
kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah tidak terbuat
dari tanah.
Dari kompilasi data yang dikumpulkan persentase Rumah Sehat
sebesar 35,05% dari 3.452 rumah yang diperiksa, sedangkan rumah
13
yang ada sebanyak 216.089 rumah. Sedangkan target Indonesia Sehat
2010 sebesar 80%. Dari rumah yang diperiksa tidak terdapat
penjelasan, misalnya rumah yang diperiksa berlokasi di pedesaan atau
perkotaan. Perlu upaya program terkait untuk meningkatkan
persentase rumah Sehat (Tabel IIS 9).
2. Tempat – tempat Umum dan Tempat Pengolahan Makanan Tempat – tempat Umum (TTU) dan Tempat Umum Pengolahan
Makanan (TUPM) merupakan suatu sarana yang dikunjungi banyak
orang, dan berpotensi menjadi tempat penyebaran penyakit. TUPM
meliputi hotel, restoran, pasar dan lain-lain. Sedangkan TUPM sehat
adalah tempat umum dan tempat pengolahnan makanan dan minuman
yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu memiliki sarana air bersih,
tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi
yang baik, luas lantai (luas ruangan) yang sesuai dengan banyaknya
kunjungan dan memiliki pencahayaan ruang yang memadai.
Data yang diperoleh dari rekapitulasi profil kabupaten / kota
memperlihatkan bahwa dari jumlah TTU yang ada sebanyak 1331 buah
yang diperiksa 503 buah (72%). Dari TTU yang diperiksa yang masuk
kategori TTU Sehat sebanyak 361 buah (60%) dengan TTU Sehat
terendah adalah di Puskesmas Besuki, Bungatan dan Arjasa. Target
Indonesia Sehat 2010 adalah 80% (Tabel SPM 17).
Untuk TPUM yang ada sebanyak 1267 buah sedang yang diperiksa
sebanyak 536 buah (42.31%) TUPM dan yang sehat 231 buah
(18.23%) dari TPM yang diperiksa. Dari 3 jenis TUPM diluar TUPM
lainnya, (Hotel, Restoran/Rumah Makan dan Pasar) berturut – turut,
jumlah hotel yang diperiksa 12 buah dan yang sehat 12 buah (100%);
Restoran/Rumah Makan 40 buah dan yang sehat 28 buah (42.42%);
sedang pasar buah yang sehat sebanyak 10 buah (34.48%) dari 25
buah pasar yang diperiksa (Tabel IIS 10).
14
3. Akses terhadap Air Minum Sumber air minum yang digunakan rumah tangga dibedakan
menurut air kemasan, ledeng, pompa, sumur terlindung, sumur tidak
terlindung, mata air terlindung, mata air tidak terlindung, air sungai, air
hujan dan lainnya. Dari jumlah Keluarga yang ada sebanyak 209.881
tersebut, yang berhasil diperiksa sebesar 5.571 keluarga. Sedangkan
yang dapat mengakses air bersih sebanyak 62.477 (32,35%) keluarga
dengan rincian berturut – turut yang terbanyak menggunakan SGL
38.631 buah (20%), ledeng 635 buah (0.33%). Sisanya adalah SPT
9.222 buah (4,77%), lain – lain 13.988 (7.24%), PAH 1 buah dan air
kemasan sebanyak 0 buah (0%).
4. Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Kepemilikan sarana sanitasi dasar yang dimiliki oleh keluarga
(Tabel SPM 36) meliputi persediaan air bersih (PAB), jamban, tempat
sampah dan pengelolaan air limbah (PAL). Dari 209.881 KK yang ada,
tidak semuanya bisa diperiksa karena keterbatasan sumber daya yang
ada. Selain itu, jumlah KK yang diperiksa berbeda untuk setiap jenis
pemeriksaan: PAB, Jamban, Tempat Sampah atau PAL. Semestinya,
pemerikasaan dilakukan satu kali untuk semua jenis sarana sanitasi
dasar.
Untuk PAB, Jumlah KK yang diperiksa sebesar 5.571 buah dan
KK yang memiliki sebanyak 72,174 buah (37%). Untuk Jamban,
Jumlah KK yang diperiksa sebesar 5.475 buah dan KK yang memiliki
sebanyak 36.653 buah (19%), Untuk Tempat Sampah, Jumlah KK yang
diperiksa sebesar 123 buah dan KK yang memiliki sebanyak 219 buah
(0,08%). Sedangkan untuk PAL jumlah KK yang diperiksa sebesar
3.464 buah dan KK yang memiliki sebanyak 30.881 buah (18%) (Tabel
SPM 36).
15
C. KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT Untuk menggambarkan keadaan perilaku masyarakat yang
berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat, disajikan dalam
beberapa indikator yaitu persentase penduduk yang mempunyai keluhan
kesehatan menurut cara pengobatan, persentase penduduk yang berobat
jalan menurut tempat berobat, persentase anak 2-4 tahun yang pernah
disusui, kebiasaan merokok, persentase penduduk yang melakukan
aktivitas fisik, dan kebiasaan mengkonsumsi jenis makanan sehat.
Sedangkan indikator komposit rumah tangga sehat terdiri dari 10 indikator
yaitu pertolongan persalinan oleh nakes, balita diberi ASI esklusif,
mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan, tidak merokok, melakukan
aktifitas fisik setiap hari, makan sayur dan buah setiap hari, tersedianya
akses terhadap air bersih, tersedianya jamban, kesesuaian luas lantai
dengan jumlah penghuni dan lantai rumah bukan dari tanah.
1. Rumah Tangga Sehat Dari Tabel SPM 18 menunjukkan bahwa di Kabupaten Situbondo
terdapat Rumah Tangga Sehat (RTS) sebesar 5.65% dari 3.150
Rumah tangga yang diperiksa. Jika dibandingkan dengan target
Indonesia Sehat 2010 sebesar 65%, masih cukup besar
kesenjangannya (59.35%). Dari data tersebut terdapat 2 kecamatan
yang tidak dapat terbaca datanya, yaitu Kecamatan Arjasa dan
Asembagus.
16
Gambar 2. Rumah Tangga Sehat di Kabupaten Situbondo, 2006
1.430.480.00
6.672.863.81
0.002.86
4.76
11.90
1.90
36.19
3.810.000.480.00
7.62
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
%
1PUSKESMAS
RUMAH TANGGA SEHAT SumbermalangJatibantengBanyuglugurBesukiSubohMlandinganBungatanKenditPanarukanSitubondoMangaranPanjiKaponganArjasaJangkarAsembagusBanyuputih
2. ASI Ekslusif Air Susu Ibu (ASI) diyakini dan bahkan terbukti memberi manfaat
bagi bayi baik dari sisi / aspek gizi (kolostrum yang mengandung
immunoglobulin A/IgA, whei-casein, decosahexanoic/DHA dan
arachidonic/AA dengan komposisi sesuai), aspek imunologik (selain
IgA, terdapat laktoferin, lysosim dan 3 jenis leucosit tissue/GALT,
mammary associated lymphocyte tissue/MALT serta factor bifidus),
aspek psikologik (interaksi dan kasih sayang antara anak dan ibu),
aspek kecerdasan, aspek neurologik (aktifitas menyerap ASI
bermanfaat pada koordinasi syaraf bayi), aspek ekonomik serta aspek
penundaan kehamilan (metoda amenorea laktasi/MAL). Selain aspek
– aspek tersebut, dengan ASI juga dapat melindungi bayi sindrom
kematian bayi secara mendadak (sudden infant death
syndrome/SIDS).
Jumlah Bayi yang diberi ASI Eksklusif sebesar 41,85% dari
seluruh jumlah bayi sebesar 9.945 bayi, untuk target tahun 2006
sebesar 60%. Sebanyak 13 Kecamatan masih di bawah target,
sedangkan sebanyak 4 Kecamatan melebihi target. Secara
17
keseluruhan, rentang cakupan adalah terendah sebesar 4,68% di
Kecamatan Banyuglugur, sedangkan yang tertinggi sebesar 120.57%
di Kecamatan Banyuputih (Tabel SPM 19).
3. Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang paling dikenal oleh
masyarakat. Posyandu dikelompokkan menjadi 4 strata. Posyandu
Purnama yaitu Posyandu dengan cakupan 5 program atau lebih
dengan melaksanakan kegiatan 8 kali atau lebih pertahun. Untuk
target Posyandu Purnama & Mandiri (PURI) Nasional adalah 40%,
Sementara itu rata – rata pencapaian Kabupaten Situbondo 11.03%.
Persentase Posyandu Pratama di Kabupaten Situbondo sebesar
49.89%, Posyandu Madya 39,08%, Posyandu Purnama 10.92% dan
Posyandu Mandiri 0,11% (Tabel SPM 21).
Dalam rangka untuk
meningkatkan cakupan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat,
maka berbagai upaya dilakukan
dengan memanfaatkan potensi
dan sumber daya yang ada pada
masyarakat.
18
Gambar 3. Proporsi Posyandu Menurut Stratanya di Kabupaten Situbondo Tahun 2006
POSYANDU
49.89%39.08%
10.92% 0.11%
PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI
4. Pembiayaan Kesehatan oleh Masyarakat Dalam rangka meningkatkan kepesertaan masyarakat dalam
pembiayaan kesehatan, sejak lama dikembangkan berbagai cara
untuk memberikan jaminan kesehatan bagi masyarakat. Pada saat ini
berkembang berbagai cara pembiayaan kesehatan praupaya, yaitu
dana sehat, asuransi kesehatan, asuransi tenaga kerja seperti
ASKES, Jamsostek, JPKM dan asuransi kesehatan lainnya, serta
Kartu Sehat untuk penduduk miskin. Di Kabupaten Situbondo target
cakupan kepesertaan adalah 50% untuk tahun 2006 dan pencapaian
cakupan sebesar 23.27% (147.021 peserta) (Tabel SPM 25).
19
BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN
A. MORTALITAS Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat
dari kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu.
Disamping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator
dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program
pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat
dihitung dengan melakukan berbagai survey dan penelitian.
1. Angka Kematian bayi (AKB) Data kematian yang terdapat pada suatu komunitas dapat
diperoleh melalui survey, karena sebagian besar kematian terjadi di
rumah, sedangkan data kematian pada fasilitas pelayanan kesehatan
hanya memperlihatkan akses rujukan.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat AKB tetapi tidak
mudah untuk menemukan faktor yang paling dominan. Tersedianya
berbagai fasilitas atau faktor aksesibilitas dan pelayanan kesehatan
dari tenaga medis yang terampil, serta kesediaan masyarakat untuk
merubah kehidupan tradisional ke norma kehidupan modern dalam
bidang kesehatan merupakan faktor yang sangat berpengaruh
terhadap tingkat AKB. Jumlah bayi mati di Kabupaten Situbondo pada
tahun 2006 adalah sebanyak 94 bayi dari 8.393 kelahiran (Tabel IIS 5).
2. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI) Angka Kematian Ibu Maternal (AKI) diperoleh berbagai survey
yang dilakukan secara khusus. Dengan dilaksanakannya Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) dan Survei Demografi dan
20
Kesehatan Indonesia (SDKI) maka cakupan wilayah penelitian AKI
menjadi lebih luas dibanding survey sebelumnya. Dari Tabel IIS 6,
jumlah kematian ibu maternal sebanyak 7 orang, terdiri dari kematian
ibu hamil 2 orang, kematian ibu bersalin 4 orang dan kematian ibu nifas
1 orang.
3. Umur Harapan Hidup Waktu Lahir (UHH) Penurunan Angka Kematian Bayi sangat berpengaruh pada kenaikan
umur harapan Hidup (UHH) waktu lahir. Angka kematian Bayi sangat
peka terhadap perubahan dengan kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat, sehingga perbaikan sehingga derajat kesehatan tercermin
pada penurunan AKB dan kenaikan Umur Harapan Hidup (UHH) pada
waktu lahir, meningkatnya umur harapan hidup secara tidak langsung
juga memberi gambaran tentang adanya peningkatan kualitas hidup
dan derajat kesehatan masyarakat. Angka harapan hidup Kabupaten
Situbondo mengalami peningkatan dari tahun 1996 sekitar 59.6 tahun,
sedangkan pada tahun 1999 sebesar 61.3 tahun dan naik menjadi 61.5
tahun pada tahun 2002, dan sedangkan pada tahun 2005-2006 turun
menjadi 54.73 tahun (Sumber Bappekab Situbondo, 2006).
B. MORBIDITAS Angka kesakitan penduduk didapat dari data yang berasal dari
masayarakat (Community Based Data) yang dapat diperoleh dengan
melalui pengumpulan data baik dari Puskesmas maupun sarana
pelayanan kesehatan (facility based data) yang diperoleh melalui sistem
pencatatan dan pelaporan.
1. Penyakit Menular Penyakit menular disajikan dalam profil kesehatan antara lain penyakit
Malaria, TB Paru, HIV/AIDS, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA).
21
1.a. Penyakit Malaria Penyakit malaria telah menjadi masalah yang dapat diatasi di
Kabupaten Situbondo, perkembangan penyakit malaria dipantau
melalui hasil SPM dimana penderita malaria diobati sebesar 100%
dari target yang seharusnya 100% penderita harus diobati. Pada
tahun 2006 tidak ditemukan penderita malaria di Kabupaten
Situbondo (Tabel SPM 31).
1.b. Penyakit TB Paru Dari data SPM (Tabel SPM 13), menunjukkan kasus BTA (+) pada
tahun 2005 sebanyak 551 Orang, diobati 551 orang dan yang
sembuh 496 orang (90.02%).
1.c. Penyakit HIV/AIDS Perkembangan penyakit HIV/AIDS terus menunjukkan
peningkatan, meskipun berbagai upaya pencegahan dan
penanggulangan terus dilakukan. Semakin tingginya mobilitas
penduduk antar wilayah, menyebarnya sentra – sentra
pembangunan ekonomi, meningkatnya perilaku seksual yang tidak
aman dan meningkatnya penyalahgunaan NAPZA melalui
suntikan, secara stimultan telah memperbesar tingkat resiko
penyebaran HIV/AIDS. Upaya yang dilakukan dalam rangka
pemberantasan penyakit HIV/AIDS disamping ditujukan pada
penanganan penderita yang ditemukan diarahkan pada upaya
pencegahan yang dilakukan melalui skrening HIV/AIDS terhadap
darah donor dan upaya pemantauan dan pengobatan penderita
penyakit menular seksual (PMS).
Jumlah kasus HIV yang terdata pada Profil Kabupaten Situbondo
sebanyak 5 kasus dan tertangani semuanya. Sedangkan jumlah
darah donor yang diskrining terhadap HIV-AIDS sebanyak 3708
22
sampel darah dengan jumlah reaktif HIV sebesar 0% (Tabel SPM
30).
1.d. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pnemonia merupakan penyebab kematian pada balita. ISPA
sebagai penyebab utama kematian pada balita dan bayi diduga
karena pneumonia dan merupakan penyakit akut dan kualitas
penata laksananya masih belum memadai.
Upaya dalam rangka pemberantasan penyakit infeksi saluran
pernafasan akut lebih difokuskan pada upaya penemuan dini dan
tatalaksana kasus yang cepat dan tepat terhadap penderita
pneumonia balita yang ditemukan.
Jumlah penderita pneumonia balita pada tahun 2006 sebanyak
1.803, yang dapat ditangani 1.803 (100%), sedangkan jumlah
penderita pneumonia semua umur sebanyak 9.005 orang (Tabel
SPM 13).
1.e. Penyakit Kusta Meskipun Indonesia sudah mencapai eliminasi Kusta, namun
sampai saat ini penyakit Kusta masih menjadi salah satu masalah
kesehatan masyarakat. Penyakit Kusta dapat mengakibatkan
kecacatan pada penderita. Masalah ini diperberat dengan masih
tingginya stigma di kalangan masyarakat dan sebagian petugas.
Akibat dari kondisi ini sebagian penderita dan mantan penderita
dikucilkan sehingga tidak mendapatkan akses pelayanan pada
meningkatnya angka kemiskinan.
Di Kabupaten Situbondo jumlah penderita Kusta yang dilaporkan
388 orang dan yang telah selesai menjalani pengobatan (RFT) 182
orang (46,91%) (Tabel SPM 32).
23
2. Penyakit menular yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I) PD3I merupakan penyakit yang diharapkan dapat diberantas /
ditekan dengan pelaksanaan program imunisasi. Pada Profil
Kesehatan ini akan dibahas penyakit tetaus neonatorum, campak,
difteri, pertusis, dan hepatitis B.
2.a. Tetanus Neonatorum Penanganan tetanus neonatorum tidak mudah, yang terpenting
adalah usaha pecengahan yaiu pertolongan persalinan yang
higienis ditunjang dengan imunisasi TT pada ibu hamil.
Jumlah kasus tetanus neonatorum di Kabupaten Situbondo pada
tahun 2006 hasil dari data di 17 Kecamatan sebanyak 1 kasus di
Kecamatan Jatibanteng (Tabel SPM 35).
2.b. Campak Campak merupakan penyakit menular yang sering menyebabkan
kejadian luar biasa. Untuk jumlah kasus campak di Kabupaten
Situbondo sepanjang tahun 2006 hasil dari data di 17 Kecamatan
sebanyak 367 Kasus (Tabel SPM 35).
hasil data Profil Kabupaten Situbondo sebanyak 0 kasus (Tabel
SPM 35).
2.c. Difteri Difteri termasuk penyakit menular
yang jumlah kasusnya relatif
rendah, rendahnya kasus difteri
sangat dipengaruhi dengan
adanya program imunisasi.
Jumlah kasus Difteri di Kabupaten
Situbondo pada tahun 2006, dari
24
2.d. Pertusis Jumlah kasus pertusis di Kabupaten Situbondo pada tahun 2006,
dari hasil data Profil Kabupaten Situbondo sebanyak 0 kasus
(Tabel SPM 35).
2.e. Hepatitis B Jumlah kasus Hepatitis B di Kabupaten Situbondo pada tahun
2006, dari hasil data Profil Kabupaten Situbondo sebanyak 12
kasus (Tabel SPM 35).
3. Penyakit Potensi KLB/Wabah 3.a. Demam Berdarah Dengue
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) telah menyebar luas
keseluruh wilayah kabupaten. Penyakit ini sering muncul sebagai
KLB dengan angka kesakitan dan kematian relatif tinggi. Angka
insiden DBD secara nasional berfluktuasi dari tahun ke tahun.
Pada awalnya pola endemic terjadi setiap lima tahunan, namun
dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir mengalami
perubahan dengan periode antara 2 – 5 tahunan, sedangkan
angka kematian cenderung menurun.
Upaya pemberantasan DBD dititik beratkan pada penggerakan
potensi masyarakat untuk dapat berperan serta dalam
pemberantasan sarang nyamuk (gerakan 3 M), pemantauan
angka bebas jentik (ABJ) serta pengenalan gejala DBD dan
penanganannya di rumah tangga.
Jumlah Kasus DBD di Kabupaten Situbondo adalah 172 kasus
dan yang ditangani 172 kasus (100%) kasus (Tabel SPM 14).
25
3.b. Diare Jumlah penderita diare pada balita tahun 2006 sebanyak
10.631 kasus. Jumlah balita diare yang ditangani 10.631 kasus
(100%), sedangkan jumlah kasus diare total 28.749 kasus (Tabel
SPM 14).
3.c. Filariasis Tidak ditemukan penderita Filariasis pada tahun 2006. (Tabel
SPM 33).
C. STATUS GIZI Status Gizi masayarakat dapat diukur melalui beberapa indikator,
antara lain bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), status gizi
balita, status gizi wanita usia subur Kurang Energi Kronis (KEK).
1. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Berat badan lahir rendah (kurang dari 2.500 gram) merupakan
salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian
perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan dalam 2 kategori yaitu BBLR
karena prematur atau BBLR karena intrauterine growth retardation
(IURG), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya
kurang. Jumlah BBLR di Kabupaten Situbondo sebanyak 109 bayi
(1,30%) dari 8.393 bayi lahir hidup. Dan bayi dengan BBLR yang
ditangani sebesar 100% (Tabel SPM 2).
2. Status Gizi Balita Status gizi balita merupakan
salah satu indikator yang
menggambarkan keadaan tingkat
kesejahteraan masyarakat. Salah
satu cara penilaian status gizi balita
adalah pengukuran secara
anthropometrik yang menggunakan
indeks berat badan menurut Umur
26
Berdasarkan penimbangan balita yang dilakukan selama tahun
2006, ditemukan balita BGM (bawah garis merah) sebanyak 897 balita
(2.68%) dari 33.475 balita yang ditimbang (Tabel SPM 7). Jumlah
balita gizi buruk di Kabupaten Situbondo adalah 81 balita dan yang
mendapat perawatan sebanyak 81 balita (100%).
3. WUS yang mendapat kapsul Yodium Salah satu masalah gizi yang perlu mendapat perhatian adalah
gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY). GAKY dapat
mengakibatkan gangguan pertumbuhan fisik dan keterbelakangan
mental. Gangguan pertumbuhan fisik meliputi pembesaran kelenjar
tiroid (gondok), bisu, tuli, kretin (kerdil), gangguan motorik dan mata
juling. Pemberian kapsul yodium dimaksudkan untuk mencegah
lahirnya bayi kretin, karena itu sasaran pemberian kapsul yodium
Wanita Usia Subur (WUS) termasuk ibu hamil dan ibu nifas.
Program pemberian kapsul yodium diutamakan di daerah
endemic sedang dan berat (Kecamatan Sumbermalang, Jatibanteng,
Besuki, Kendit dan Arjasa). Jumlah WUS di daerah endemic sedang
dan berat di Kabupaten Situbondo sebanyak 48.046 orang dengan
WUS yang mendapatkan kapsul yodium sebanyak 16.002 orang
(33.31%). Jumlah WUS seluruhnya adalah 171.569 orang. Sementara
itu, desa/kelurahan yang dilaporkan dengan garam beryodium baik
sebanyak 46 desa/kel (33,82%) dari 136 desa/kel yang ada (Tabel
SPM 20, 29).
27
BAB 4 SITUASI UPAYA KESEHATAN A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR
Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang
sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan pada
masyarakat. Dengan pemberian pelayanan kesehatan dasar secara
cepat dan tepat, diharapkan sebagian besar masalah kesehatan
masyarakat sudah dapat diatasi. Berbagai pelayanan kesehatan dasar
yang dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan adalah sebagai
berikut :
1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi
Seorang ibu mempunyai peranan yang sangat besar di dalam
pertumbuhan bayi dan perkembangan anak. Gangguan kesehatan
yang dialami seorang ibu bisa berpengaruh pada kesehatan janin
dalam kandungan hingga kelahiran dan masa pertumbuhan bayi dan
anaknya.
a. Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh
tenaga kesehatan professional (dokter spesialis kandungan dan
kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil
selama masa kehamilannya, yang mengikuti program pedoman
pelayanan antennal yang ada dengan titik berat pada kegiatan
promotif dan preventif. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari
cakupan pelayanan K1 dan K4.
Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil
merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan
28
kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk
mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan K4 adalah
gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan
ibu hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit empat kali
kunjungan, dengan distribusi sekali pada trimester pertama, sekali
pada trimester dua dan dua kali pada trimester ke tiga. Angka ini
dapat dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan
pada ibu hamil.
Gambaran persentase cakupan pelayanan K4 di Kabupaten
Situbondo pada tahun 2006 sebesar 7.665 (69,84%) dari seluruh
ibu hamil sebanyak 10.975 orang. Sedangkan target cakupan
kunjungan ibu hamil K4 untuk target tahun 2010 sebesar 95%
(Tabel SPM 1).
b. Pertolongan Persalinan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi kebidanan
Komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir
sebagian besar terjadi pada masa di sekitar persalinan, hal ini
disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang mempunyai kompetensi kebidanan (professional).
Hasil data / indikator kinerja SPM bidang kesehatan di Kabupaten
Situbondo pada tahun 2006 menunjukkan bahwa persentase
cakupan persalinan dengan pertolongan oleh tenaga kesehatan
sebesar 7.727 (79.98%) dari 9.661 ibu bersalin (Tabel SPM 1).
c. Ibu Hamil Resiko Tinggi yang Dirujuk
Dalam memberikan pelayanan khususnya oleh Bidan di
Desa dan Puskesmas, beberapa ibu hamil diantaranya tergolong
dalam kasus resiko tinggi (risti) dan memerlukan pelayanan
kesehatan rujukan.
29
Jumlah sasaran ibu hamil risti di kabupaten Situbondo tahun 2006
sebesar 2.195 ibu, dengan risti ditemukan 1.106 ibu (50,39%).
d. Kunjungan Neonatus
Bayi hingga usia kurang dari satu bulan merupakan golongan
umur yang paling rentan atau memeiliki resiko gangguan kesehatan
paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi
resiko tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan pada
neonatus (0-28 hari). Dalam melaksanakan pelayanan neonatus,
petugas kesehatan disamping melakukan pemeriksaan kesehatan
bayi juga melakukan konseling perawatan bayi kepada ibu.
Cakupan kunjungan neonatus tertinggi di Kabupaten Situbondo
adalah Kecamatan Mangaran (99.18%) dan kunjungan neonatus
terendah adalah Kecamatan Arjasa (51.69%). Secara keseluruhan,
cakupan KN2 mencapai 80.22% (7.978 bayi) dari seluruh neonatus
sejumlah 9.945 bayi. Artinya, bahwa masih terdapat 19.78% bayi
neonatus yang tidak melakukan kunjungan kedua ke sarana
pelayanan kesehatan setempat (Tabel SPM 2).
e. Kunjungan Bayi
Dari data / indikator SPM bidang kesehatan dari 17
Kecamatan menunjukkan cakupan kunjungan bayi di Kabupaten
Situbondo pada tahun 2006 mencapai 113.18 % atau jumlah
kunjungan sebesar 11.256 dari 9.945 bayi (Tabel SPM 2),
sementara target 2010 sebesar 90%.
f. Ibu hamil dan neonatal risiko tinggi/komplikasi ditangani Dari tabel SPM 10 dapat disimpulkan bahwa jumlah bumil
risti yang ditemukan tahun 2006 sebanyak 1.106 dan yang dirujuk
147 bumil (13,29%), sementara yang dirujuk dan ditangani
30
berjumlah 960 bumil (86,80%). Jumlah neonatal risti yang
ditemukan sebanyak 166, yang dirujuk 40 neonatal (24,10%) dan
yang dirujuk dan ditangani sebanyak 134 neonatal (80,72%).
2. Pelayanan Kesehatan Anak Pra Sekolah, Usia Sekolah, dan Remaja
Pelayanan kesehatan pada kelompok anak pra sekolah, usia
sekolah dan remaja dilakukan dengan pelaksanaan pemantauan dini
terhadap tumbuh kembang dan pematauan kesehatan anak pra
sekolah, pemeriksaan anak sekolah dasar/sederajat, serta pelayanan
kesehatan pada remaja, baik yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
maupun peran serta tenaga terlatih lainnya seperti kader kesehatan,
guru UKS dan dokter kecil.
Dari hasil pengumpulan data di 17 Kecamatan menunjukkan
bahwa cakupan deteksi tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah
sebesar 35.04% (23,829 dideteksi dari 67,988 balita dan apras), siswa
SD/MI yang diperiksa sebesar 86,49% (11,099 diperiksa dari 12,832
siswa SD/MI), dan pelayanan kesehatan remaja sebesar 33.61% atau
31,200 dilayani kesehatan dari 92,843 remaja (Tabel SPM 3).
3. Pelayanan Keluarga Berencana
Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) menurut hasil pengumpulan data
di 17 Kecamatan pada tahun 2006 sebesar 352.641, sedangkan yang
menjadi peserta KB aktif sebesar 220.440 (62,51%), dengan cakupan
tertinggi Kecamatan Suboh (305,16%) dan cakupan terendah di
Kecamatan Besuki sebesar 0% (Tabel SPM 4).
31
4. Pelayanan Imunisasi
Pada tahun 2006, Kabupaten Situbondo telah mencapai
desa/kelurahan UCI sebesar 60,29% (82 desa) dari 136
desa/kelurahan yang ada (Tabel SPM 5), sementara target tahun
2006 adalah 85%.
Pelayanan imunisasi bayi mencakup vaksinasi BCG, DPT (3
kali), Polio (4 kali), Hepatitis B (3 kali) dan imunisasi campak (1 kali),
yang dilakukan melalui pelayanan rutin di Posyandu dan fasilitas
kesehatan lainnya. Cakupan imunisasi BCG sebesar 85,93%, DPT 1
(85,17%), DPT 3 (77,80%), Polio 4 (79,24%), Campak (77,73%) dan
Hepatitis B3 (78,46%). (Tabel SPM 34).
5. Pelayanan Pengobatan / Perawatan dan Kesehatan Jiwa Cakupan rawat jalan di sarana kesehatan Kabupaten
Situbondo mencapai 92,11% (kunjungan lama dan baru) dari total
jumlah penduduk yang ada. Pencapaian tertinggi di Kecamatan
Situbondo karena 2 rumah sakit terletak di daerah tersebut (170,17%)
dan pencapaian terendah di Kecamatan Jatibanteng (38,71%).
Cakupan rawat inap sarana kesehatan Kabupaten Situbondo
mencapai 2,40% dari total jumlah penduduk yang ada (Tabel SPM 6).
Pencapaian universal Child
Immunization pada dasarnya
merupakan suatu gambaran
terhadap cakupan sasaran bayi
yang telah mendapatkan imunisasi
secara lengkap
32
Jumlah kunjungan gangguan jiwa ke sarana kesehatan adalah
25,353 kunjungan atau 4,64% dari total kunjungan ke sarana
kesehatan. Cakupan pelayanan kesehatan jiwa terendah di
Kecamatan Kapongan (0,32%) dan tertinggi di Kecamatan
Sumbermalang (16,78%).
6. Pelayanan Kesehatan Pra Usia Lanjut dan Usia Lanjut Cakupan pelayanan kesehatan pra usila dan usila lanjut pada
tahun 2006 di Kabupaten Situbondo sebesar 7.210 (15,98%) dari
sejumlah pra usila dan usila yang dilaporkan sebanyak 45.115 orang.
Sedangkan jumlah pra usila (45-59 th) yang mendapatkan pelayanan
kesehatan sebesar 3.256 (11,10%) dan jumlah usila (>60 th) yang
mendapatkan pelayanan kesehatan sebesar 3.588 (22,72%) (Tabel
SPM 28).
B. PEMANFAATAN OBAT GENERIK Dari data pelayanan penggunaan obat generic, penulisan resep
obat generik di Apotik wilayah Kabupaten Situbondo, jumlah resep yang
dilaporkan sebesar 159.850 dan penulisan resep obat generic dilaporkan
sebesar 39.346 (24,61%) (Tabel SPM 24).
C. PEMBINAAN KESEHATAN LINGKUNGAN Untuk memperkecil resiko terjadinya penyakit gangguan
kesehatan akibat dari lingkungan yang kurang sehat, dilakukan berbagai
upaya peningkatan kualitas lingkungan, antara lain dengan pembinaan
kesehatan lingkungan pada institusi yang dilakukan secara berkala.
Upaya yang dilakukan mencakup pemantauan dan pemberian
rekomendasi terhadap aspek penyediaan fasilitas sanitasi dasar.
Pada tahun 2006 di kabupaten Situbondo menunjukkan bahwa
terdapat 1.331 institusi yang dilaporkan, yang dibina kesehatan
lingkungannya sebanyak 503 institusi (37.79%) (Tabel SPM 15).
33
Dari jumlah institusi tersebut diatas terdistribusi pada sarana
kesehatan lingkungan 18 dan yang dibina 17 (94.44%), sarana
pendidikan 580 dan yang dibina 166 (30.74%), sarana ibadah 515 dan
yang dibina 239 (46.41%) dan institusi perkantoran 0 dan yang dibina 0
(0%).
D. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT Upaya perbaikan gizi masyarakat pada hakekatnya dimaksudkan
untuk menangani permasalah gizi yang dihadapi masyarakat. Beberapa
permasalahan gizi sering dijumpai pada kelompok masyarakat adalah
kekurangan kalori protein, kekurangan vitamin A, gangguan akibat
kekurangan yodium dan anemia gizi besi.
1. Pemantauan Pertumbuhan Balita Upaya pemantauan terhadap pertumbuhan balita dilakukan
melalui kegiatan penimbangan di Posyandu secara rutin setiap bulan.
Di Kabupaten Situbondo, jumlah balita yang ada sebanyak 49.211,
balita yang ditimbang sebanyak 33.475, dengan hasil penimbangan
jumlah balita dengan berat badan naik sebanyak 21.784 (65.08%).
Sementara itu balita dengan bawah garis merah (BGM) sebesar 897
(2,68%) (Tabel SPM 7).
2. Pemberian Kapsul Vitamin A
Cakupan pemberian kapsul
vitamin A 2 kali pada balita pada
tahun 2006, sebanyak 27.851
(70.93%) dari jumlah balita yang ada
sebanyak 39.267 balita. Target
pencapaian untuk tahun 2010
sebesar 90%.
34
Kecamatan dengan cakupan pemberian kapsul vitamin A
terendah adalah Kecamatan Bungatan (25,76%), sedangkan yang
tertinggi adalah Kecamatan Kendit yaitu 134,63% (Tabel SPM 8).
3. Pemberian Tablet besi Tahun 2006 jumlah ibu hamil yang ada sebesar 10.975 dan yang
mendapatkan pemberian tablet besi 6.971 (63.53%) bumil, adapun
target pencapaian untuk tahun 2010 sebesar 90%. Cakupan pemberian
tablet Fe terendah di Kecamatan Banyuglugur (29,10%) dan yang
terendah di Kecamatan Asembagus sebesar 85,56% (Tabel SPM 8).
35
BAB 5 SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
A. SARANA KESEHATAN Pembangunan kesehatan di Kabupaten Situbondo telah berhasil
menyediakan sarana dan prasarana kesehatan secara merata di seluruh
wilayah Kabupaten Situbondo. Pada saat ini untuk memenuhi pelayanan
kesehatan dasar telah tersedia sarana kesehatan diantaranya
Puskesmas, Rumah Sakit, sarana upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat (UKBM) dan sarana pelayanan kesehatan swasta di
Kabupaten Situbondo dan dapat dilihat pada Tabel SPM 37.
1. Puskesmas Pada tahun 2006 jumlah Puskesmas di Kabupaten Situbondo
sebanyak 17 Puskesmas dengan jumlah Puskesmas Rawat Inap
sebanyak 3 buah yaitu Puskesmas Besuki, Panarukan dan
Puskesmas Asembagus dengan kapasitas tempat tidur sejumlah 60
TT, 59 Puskesmas Pembantu, 20 Puskesmas Keliling. Dengan
demikian setiap kecamatan telah memiliki sebuah Puskesmas dan
hampir 90 % desa telah dilayani oleh sarana pelayanan kesehatan
milik pemerintah. Rasio Puskesmas terhadap penduduk tercatat 1 :
37.424 dan Puskesmas Pembantu terhadap penduduk sebesar 1 :
10.783.
2. Rumah Sakit Pada tahun 2006 jumlah Rumah sakit di Kabupaten Situbondo
sebanyak 2 buah yang terdiri dari 1 buah Rumah Sakit Pemerintah
(RSUD dan 1 buah Rumah Sakit Swasta (Rumah Sakit Elizabeth).
Adapun ratio rumah sakit terhadap penduduk 1: 318.100.
36
3. Gudang Farmasi Guna menjamin kelancaran distribusi obat untuk melayani
Puskesmas telah dibentuk sebuah Gudang Farmasi Kabupaten
(GFK), Sedangkan di sektor swasta telah beroperasi sebanyak 16
Apotik yang tersebar diseluruh Kabupaten Situbondo dengan jumlah
resep obat sebanyak 159.850 dan jumlah resep obat generik
39.346 (24.61%) (Tabel SPM 24)
4. Sarana Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan
potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat. Upaya kesehatan
bersumber daya masyarakat (UKBM) diantaranya Posyandu,
Polindes, Pos Obat Desa (POD).
Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang
menyelenggarakan minimal 5 program prioritas, yaitu kesehatan ibu
dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi dan
penaanggulangan diare. Untuk memantau perkembangannya
Posyandu dikelompokkan menjadi 4 strata, yaitu Posyandu Pratama,
Madya, Purnama, dan Mandiri.
Jumlah Posyandu di Kabupaten Situbondo sebesar 870
posyandu dengan rincian Posyandu Pratama sebesar 434 (49,89%),
Madya sebesar 340 (39,08%), Purnama sebesar 95 (10,92%) dan
Mandiri sebesar 1 (0.11%).
Polindes merupakan salah satu bentuk peran serta
masyarakat dalam rangka mendekatkan pelayanan kebidanan,
melalui penyediaan tempat pertolongan persalinan dan pelayanan
kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana. Pada tahun
2006 jumlah Polindes di Kabupaten Situbondo 65 unit.
37
B. TENAGA KESEHATAN Penyelenggaraan upaya kesehatan tidak hanya dilakukan
pemerintah, tapi juga diselenggarakan oleh swasta. Oleh karena itu
gambaran situasi ketersediaan tenaga kesehatan baik yang bekerja di
sektor pemerintah maupun swasta perlu diketahui. Data ketenagaan pada
Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo terdiri dari data Dinas Kesehatan
Kabupaten Situbondo, Rumah Sakit Umum Daerah dan Rumah Sakit
Swasta (Elizabeth), Puskesmas dan UPTD Dinas Kesehatan Kabupaten
Situbondo.
Jumlah dan jenis tenaga kesehatan di Kabupaten Situbondo
adalah 586 orang yang tersebar di Dinas Kesehatan Kabupaten
Situbondo sebanyak 42 orang, Rumah Sakit Umum Daerah 179 orang,
Rumah Sakit Swasta (Elizabeth) 34 orang, Puskesmas (termasuk Pustu
dan Polindes) 329 orang.
Adapun jumlah tenaga Kesehatan menurut 8 kelompok yaitu
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 5 7 4 2 18DINAS KESEHATAN Kabupaten 1 0 0 0 1SARANA KESEHATAN LAIN 0 0 0 0 0JUMLAH (Kabupaten/KOTA) 12 7 4 2 25RASIO TERHADAP 100.000 PNDDK 0.00012 0.00007 0.00004 0.00002 0.00025 Sumber : UP Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo
NO UNIT KERJA
Tabel IIS 33
PENDUDUK PESERTA JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATANKABUPATEN SITUBONDO
JUMLAH 265,792 115,464 43.44 115,464 100.00 2,907 2,907 100
Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo, 2006Ket: Data balita gakin adalah data baduta gakin Jumlah KK miskin dicakup JPKM berdasarkan Perda tahun 2005
Sumber : Bidang Kesgamas Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo, 2006Ket: pemberian kapsul yodium untuk WUS hanya di daerah endemik sedang dan endemik berat
NO KECAMATAN PUSKESMASJUMLAH
DESA/KEL ENDEMIS
Tabel SPM 30
PERSENTASE DONOR DARAH DI SKRINING TERHADAP HIV-AIDS
KABUPATEN SITUBONDO
TAHUN 2006
JUMLAH PENDONOR
JML SAMPEL DARAH DIPERIKSA
JML POSITIF HIV/AIDS
% POSITIF HIV-AIDS
1 2 3 4 5 6
1 UTD PMI Kab SITUBONDO 3,708 3,708 0 0
JUMLAH 3,708 3,708 - -
Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo
DONOR DARAHNO UNIT TRANSFUSI DARAH
Tabel SPM 31
PERSENTASE PENDERITA MALARIA DIOBATI
KABUPATEN SITUBONDO
TAHUN 2006
MALARIAKLINIS POSITIF % POSTIF DIOBATI % DIOBATI
1 2 3 4 5 6 7 8
JUMLAH
Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo
Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo Ket : DPT.1 adalah imunisasi DPT.1 tanpa HB DPT.3 adalah imunisasi DPT.3 tanpa HB Polio.4 adalah imunisasi polio tanpa PIN
CAMPAK
PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI BAYIMENURUT KECAMATAN
KABUPATEN SITUBONDOTAHUN 2006
J U M L A H
DPT.1 DPT.3 POLIO.4NO KECAMATAN PUSKESMASHASIL IMUNISASI
BCG HEP-B.3
Tabel SPM 35
JUMLAH KASUS DAN ANGKA KESAKITAN PENYAKIT MENULAR YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I)KABUPATEN SITUBONDO
TAHUN 2006
JUMLAH KASUS PD3I
DIFTERI PERTUSIS TETANUS T.NEONA TORUM CAMPAK POLIO HEPATITIS B
Sumber : Bidang Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo, 2006
JAMBAN TEMPAT SAMPAH PENGELOLAAN AIR LIMBAH
J U M L A H
KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH KK
PERSEDIAAN AIR BERSIH
NO
Tabel SPM 37JUMLAH SARANA PELAYANAN KESEHATAN
KABUPATEN SITUBONDOTAHUN 2006
PEMILIKAN/PENGELOLA
PEM.PUSAT PEM.PROP PEM.KAB TNI/POLRI BUMN SWASTA JUMLAH
1 2 3 4 5 6 7 8 91 RUMAH SAKIT UMUM 12 RUMAH SAKIT JIWA -3 RUMAH SAKIT BERSALIN -4 RUMAH SAKIT KHUSUS LAINNYA -5 PUSKESMAS 176 PUSKESMAS PEMBANTU 597 PUSKESMAS KELILING 278 POSYANDU 8759 POLINDES 65
10 RUMAH BERSALIN -11 BALAI PENGOBATAN/KLINIK - 212 APOTIK 1713 TOKO OBAT 1014 GFK 115 INDUSTRI OBAT TRADISIONIL -16 INDUSTRI KECIL OBAT TRADISIONIL -17 PRAKTEK DOKTER BERSAMA -18 PRAKTEK DOKTER PERORANGAN 66
NO FASILITAS KESEHATAN
Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo, 2006
Tabel SPM 38
INDIKATOR PELAYANAN RUMAH SAKIT
KABUPATEN SITUBONDO
TAHUN 2006
NO NAMA RUMAH SAKIT[a] JUMLAH TEMPAT TIDUR BOR LOS TOI GDR NDR
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Rumah Sakit Umum Daerah 125 60.17 3.5 2.36 0.062 0.039
2 Rumah Sakit Elizabeth 69 51.49 4.18 3.18 0.029 0.01
Jumlah 194 111.66 7.68 5.54 0.091 0.049
Keterangan: [a] termasuk rumah sakit swastaSumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo, RSUD, RS Swasta, 2006