A
PAGE
A. Sistem ImunImunitas adalah resistensi terhadap penyakit
terutama infeksi. Sementara sistem imun itu sendiri adalah sel,
molekul dan jaringan yang berperan dalam resistensi terhadap
infeksi. Reaksi yang dikoordinasi sistem imun tersebut terhadap
mikroba disebut respons imun. Sistem imun diperlukan tubuh untuk
mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang ditimbulkan
berbagai bahan dalam lingkungan hidup (Bratawidjaja dan Rengganis,
2009). Sistem imun berdasarkan fungsinya terdiri dari 2 tipe, yaitu
respon imun alamiah atau non-spesifik (innate immunity) dan respon
imun adaptif atau spesifik (acquired immunity). Respon imun
non-spesifik dan spesifik pada kenyataannya tidak terjadi secara
terpisah, tetapi terjadi dengan saling melengkapi dan mempengaruhi
satu sama lain (Darwin, 2005).
Kulit
Biokimia
- Fagosit
Sel B
Sel TSelaput lendir - Lisozim
> Mononuklear
- IgG
- Th1Silia
- Sekresisebaseus > Polimormouklear
- IgA
- Th2Batuk
- Asam lambung- Sel NK
- IgM
- Th3/Ts - Laktoferin- Sel Mast
- IgE
- Tdth - Asam neuraminik - Basofil
- IgD
- CLT/Tc
- Eosinofil
Sitokin
- NKTHumoral
-SD
- Th17- Komplemen
- APP
- Mediator asal lipid
- Sitokin
Gambar 1. Gambaran umum sistem imun (Bratawidjaja dan Rengganis,
2009)B. Sistem Imun Spesifik (Aquired Immunity)
Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal benda
yang dianggap asing bagi dirinya. Benda asing yang pertama kali
terpajan dengan tubuh segera dikenal oleh sistem imun spesifik.
Pajanan tersebut menimbulkan sensitifitatasi, sehingga antigen yang
sama dan masuk tubuh untuk kedua kali akan dikenal lebih cepat dan
kemudian dihancurkan. Oleh karena itu, sistem tersebut disebut
spesifik. Untuk menghancurkan benda asing yang berbahaya bagi
tubuh, sistem imun spesifik dapat bekerja tanpa bantuan sistem imun
nonspesifik. Namun pada umumnya terjalin kerjasama yang baik antara
sistem imun nonspesifik dan spesifik seperti antara
komplemen-fagosit-antibodi dan antara makrofag dengan sel T
(Baratawidjaja dan Rengganis, 2010).
Sistem pertahanan spesifik terutama tergantung pada sel-sel
limfoid. Ada dua populasi utama sel limfoid, yaitu sel T dan sel B.
Rasio sel T terhadap sel B sekitar 3 : 1. Limfosit berkembang pada
organ limfoid primer, sel T berkembang di timus, sedangkan sel B di
hepar janin atau di sumsum tulang. Kedua jenis sel tersebut
kemudian akan bermigrasi ke jaringan limfoid sekunder, tempatnya
merespon antigen (Wahab dan Julia, 2002). Sistem imun spesifik
terdiri atas sistem humoral dan sistem seluler. Pada imunitas
humoral, sel B melepas antibodi untuk menyingkirkan mikroba
ekstraselular. Pada imunitas seluler, sel T mengaktifkan makrofag
sebagai efektor untuk menghancurkan mikroba atau mengaktifkan sel
CTC/Tc sebagai efektor yang menghancurkan sel terinfeksi
(Baratawidjaja dan Rengganis, 2010).C. Tipe Imunitas
Imunitas : alami dan di dapat
Ada dua tipe umum imunitas, yaitu : alami (natural) dan di dapat
( akuisita). Setiap tipe imunitas meaninkan peranann yang berbeda
dalam mempertahankan tubuh terhadap para penyerang yang berbahaya,
namun berbagai komponen biasanya bekerja dengan cara yang saling
tergantung yang satu dengan yang lain.
Imunitas alami
Imunitas alami merupakan kekebalan yang non-spesifik yang di
temukan pada saat lahir dan memberikan respon non-spesifik terhadap
setiap penyerang asing tampa memperhatikan kompossisi penyerang
tersebut. Dasar mekanisme pertahanan aalami semata-mata merupakan
kemampuan untuk membedakan antara sahabat dan musuh atau antara
diri sendiri dan bukan diri sendiri.
Mekanisme alami semacam ini mencakup :
a. Sawar ( barier) fisik
Mencakup kulit serta membrane mukosa yang utuh sehingga mikro
organism pathogen dapat di cegah agar tidak masuk kedalam tubuh,
dan silia pada traktus respiratorius bersama respon batuk serta
bersin yuang bekerja sebagai filter dan membersihkan saluran napas
atas dari mokro organism pathogen sebel;um mikro organism tersebut
menginflasi tubuh lebuh lajut.
b. Sawar (barier) kimia
Mencakup getah lambung yang asam, enzim dalam air mata serta air
liur (saliva) dan substansi dalam secret kelenjar sbasea serta
lakrimalis, bekerja dengan cara non-spesifik untuk menghancurkan
bakteri dan jamur yang menginvasi tubuh. Virus dihadapi dengan cara
interveron yaitu salah satu tipe pengubah (modifier) respon biologi
yang meruakan substansi virisaida non-spesifik yang secara alami
yang diprodukasi oleh tubuh dan dapat mengaktifkan komponen lainya
dari sistem imun.
c. Sel darah putih ( leukosit)
Leukosit granular atau granolosit mencakup neutrofil (leukosit
polimorfonuklear atau PMN karena nukleusnya terdiri atas beberapa
lobus) merupakan sel pertama yang tiba pada tempat terjadinya
inflamasi. Eosinofil dan basofil yaitu tipe leukosit .ain yang
neningkat jumlahnya pada saart terjadi reaksi alergi dan respon
terhadap stress.
d. Respon inflamasi
Merupakan fungsi utama dari sistem imun alami yang dicetuskan
sebagai reaksi terhadap cidera jaringan atau mikro organism
penyerang. Zat-zat mediator komia turut membantu respon inflamasi
untuk mengurangi kehilangan darah, mengisolasi mokro organism
penyerang, mengaktifkan sel-sel fagosit, dan meningkatkan
pembentukan jaringan parut fibrosa serta regenerasi jaringan yang
cedera.
e. Imunitas yang di dapat.
Imunitas yang didapat (acquired imunity) terdiri atas respon
imun yang tidak di jumpai pada saat lahir tetapi diperoleh dalam
kehidupan seseorang. Imunitas didapat biasanya terjadi setelah
seseorng terjangkit penyakit atau mendapatkan imunisasi yang
menghasilkan respon imun yang bersifat protektif. Ada dua tipe
imunitas yang di dapat, yaitu aktif dan pasif. Pada imunitas
didapat yang aktif , pertahanan imunologi akan dibetuk oleh tubuh
orang yang dilindungi oleh imunitas tersebut dan umumnya
berlangsung selama bertahun-tahun bahkan seumur hidup. Imunitas
didapat yang pasif merupakan imunitas temporer yang di transmisikan
dari sumber lain yang sudah memiliki kekebala setelah menderita
sakit atau menjalani imunisasi.
D. Sistem Imun Spesifik Humoral
Limfosit B atau sel B berperan dalam sistem imun spesifik
humoral. Sel B tersebut berasal dari sel asal multipoten. Pada
unggas sel asal tersebut akan berdiferensiasi menjadi sel B di
dalam alat yang disebut Bursa Fabricius yang terletak dekat kloaka.
Bila sel B dirangsang oleh benda asing, maka sel tersebut akan
berproliferasi dan berkembang menjadi sel plasma yang dapat
membentuk zat antibodi. Antibodi yang dilepas dapat ditemukan di
dalam serum. Fungsi utama antibodi ini ialah untuk pertahanan
terhadap infeksi virus, bakteri (ekstraselular), dan dapat
menetralkan toksinnya.Sel B merupakan asal dari sel plasma yang
membentuk imunoglobulin (Ig) yang terdiri atas IgG, IgM, IgA, IgE
dan IgD. IgD berfungsi sebagai opsonin, dapat mengaglutinasikan
kuman/virus, menetralisir toksin dan virus, mengaktifkan komplemen
(jalur klasik) dan berperanan pada Antibody Dependent Cellular
Cytotoxicity (ADCC). ADCC tidak hanya merusak sel tunggal tetapi
juga mikroorganisme multiselular seperti telur skistosoma, kanker,
penolakan transplan, sedang ADCC melalui neutrofil dan eosinofil
berperan pada imunitas parasit. IgM dibentuk terdahulu pada respons
imun primer sehingga kadar IgM yang tinggi menunjukkan adanya
infeksi dini. IgM merupakan aglutinator antigen serta aktivator
komplemen (jalur klasik) yang poten. IgA ditemukan sedikit dalam
sekresi saluran napas, cerna dan kemih, air mata, keringat, ludah
dan air susu ibu dalam bentuk IgA sekretori (sIgA). IgA dan sIgA
dapat menetralisir toksin, virus, mengaglutinasikan kuman dan
mengaktifkan komplemen (jalur alternatif). IgE berperanan pada
alergi, infeksi cacing, skistosomiasis, penyakit hidatid,
trikinosis. Peranan IgD belum banyak diketahui dan diduga mempunyai
efek antibodi pada alergi makanan dan autoantigen (Baratawidjaja,
1993).Sel B mengenali epitop pada permukaan antigen dengan
menggunakan molekul antibodi. Jika dirangsang melalui kontak
langsung, sel B berproliferasi, dan klon yang dihasilkan dapat
mengeluarkan antibodi yang spesifisitas adalah sama dengan reseptor
permukaan sel yang mengikat epitop tersebut. Tanggapan biasanya
melibatkan klon yang berbeda dari limfosit dan oleh karena itu
disebut sebagai poliklonal. Untuk setiap epitop terdapat beberapa
klon limfosit yang berbeda dengan berbagai sel B reseptor, yang
masing-masing mengenali epitop dengan cara yang sedikit berbeda dan
dengan kekuatan mengikat yang berbeda pula (afinitas) (Delves and
Ivan, 2000).
Gambar 5. Pengenalan epitop pada sel B (Delves and Ivan,
2000).E. Sistem Imun Spesifik SelulerImunitas seluler ditengahi
oleh sekelompok limfosit yang berdiferensiasi di bawah pengaruh
timus (Thymus), sehingga diberi nama sel T. Cabang efektor imunitas
spesifik ini dilaksanakan langsung oleh limfosit yang
tersensitisasi spesifik atau oleh produk-produk sel spesifik yang
dibentuk pada interaksi antara imunogen dengan limfosit-limfosit
tersensitisasi spesifik. Produk-produk sel spesifikasi ini ialah
limfokin-limfokin termasuk penghambat migrasi (migration inhibition
factor = MIF), sitotoksin, interferon dan lain sebagainya yang
menjadi efektor molekul-molekul dari imunitas seluler (Delves and
Ivan, 2000).
Sel T merupakan 65-80% dari semua limfosit dalam sirkulasi.
Kebanyakan sel T mempunyai 3 glikoprotein permukaan yang dapat
diketahui dengan antibodi monoklonal T11, T1 dan T3 (singkatan T
berasal dari Ortho yang membuat antibodi tersebut) (Delves and
Ivan, 2000). Fungsi sel T umumnya ialah: 1. Membantu sel B dalam
memproduksi antibodi 2. Mengenal dan menghancurkan sel yang
diinfeksi virus 3. Mengaktifkan makrofag dalam fagositosis 4.
Mengontrol ambang dan kualitas sistem imun (Baratawidjaya dan
Rengganis, 2009).Pada tubuh ditemui beberapa jenis sel T, yaitu
Thelper atau Th; Tinducer, Tdelayed hypersensitivity atau Td,
Tcytotoxic atau Tc dan Tsupressor atau Ts. Thelper atau Th membantu
sel B dalam pembuatan antibodi. Untuk membuat antibodi terhadap
kebanyakan antigen, baik sel B maupun sel T harus mampu mengenali
kembali bagian-bagian tertentu dari antigennya. Th bekerja sama
juga dengan Tc dalam pengenalan kembali sel-sel yang dilanda
infeksi viral dan jaringan cangkokan alogenik. Th membuat dan
melepaskan limfokin yang diperlukan untuk menggalakkan makrofag dan
tipe sel lainnya. Tinducer adalah istilah yang digunakan untuk Th
yang sedang menggalakkan jenis sel T lainnya. Tdelayed
hypersensitivity atau Td adalah sel T yang bertanggungjawab atas
pengarahan makrofag dan sel-sel inflamasi lainnya ke tempat-tempat
dimana terjadi reaksi hipersensitivitas yang terlambat. Mungkin
sekali Td bukan suatu sub jenis sel T melainkan kelompok Th yang
sangat aktif. Tcitotoxic atau Tc adalah sel T yang bertugas
memusnahkan sel atau jaringan cangkokan alogenik dan sel-sel yang
dilanda infeksi viral, yang dikenali kembali dalam interaksi dengan
berbagai antigen dalam MHC molekul pada permukaaan sel tujuannya.
Tsupressor atau Ts mengatur kegiatan sel T lain dan sel B. Sel
tersebut dapat dikelompokkan dalam 2 golongan , yaitu Tc yang dapat
menekan aktivitas sel yang memiliki reseptor antigen spesifik atau
yang non-spesifik (Black, 2002)2.3 Interaksi Sistem Imun
Non-Spesifik dengan Sistem Imun SpesifikImunitas non-spesifik
berperan sebagai pertahanan pertama terhadap agen infeksius, dimana
mikroorganisme patogen akan dihancurkan sebelum berkembang biak dan
sebelum menimbulkan infeksi. Apabila pertahanan pertama tidak dapat
mencegah infeksi sehingga menimbulkan penyakit, maka sistem imun
spesifik akan diaktivasi. Penyembuhan melalui respon imun spesifik
akan meninggalkan memori imunologi yang spesifik sehingga infeksi
selanjutnya dengan agen infeksius yang sama tidak akan menimbulkan
penyakit (Darwin, 2005).Sistem kekebalan tubuh non-spesifik
menyediakan sinyal, yang bersama-sama dengan proliferasi antigen
spesifik dan aktivasi limfosit T dan B, menyebabkan sinyal dari
sistem imun non-spesifik meningkatkan dan memodulasi respon imun
spesifik. Sistem kekebalan tubuh non-spesifik memainkan peran
sebagai adjuvant pada aktivasi sistem kekebalan tubuh spesifik
(Engelhardt, 2009).
Gambar 7. Stimulasi yang terbentuk dari respon imun non-spesifik
kepada respon imun spesifik (Abbas et al., 2000 dalam Engelhardt,
2009).Sistem Imun
Spesifik
Selular
Fisik
Selular
Selular
Larut
Non-spesifik
5