Top Banner
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumor tulang adalah istilah yang dapat digunakan untuk pertumbuhan tulang yang tidak normal, tetapi umumnya lebih digunakan untuk tumor tulang utama, seperti osteosarkoma, chondrosarkoma, sarkoma Ewing dan sarkoma lainnya. Ada tiga macam tumor tulang yaitu yang bersifat lunak, ganas dan yang memiliki lesi di tulang (berlubangnya struktur karena jaringan akibat cedera atau penyakit). Selain itu ada yang bersifat primer dan skunder. Pada tumor tulang sekunder misalnya, seseorang terkena tumor payudara, kemudian menjalar ke tulang dan selanjutnya menggerogoti tulang tersebut. Kanker tulang ini merupakan kelompok tumor tulang yang ganas. (Lukman dalam Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan system musculoskeletal, 2009) Dari berbagai macam jaringan yang menyusun sistem ini, bermacam-macam pula gangguan yang dapat ditimbulkan. Salah satu gangguan itu yaitu Benigna BoneTumor and Maligna Bone Tumor. Tumor ini sering terjadi pada anak-anak, karena sifatnya yang jinak tumor ini tidak berbahaya. Tumor-tumor jaringan lunak merupakan suatu golongan heterogen kelainan-kelainan yang berasal dari jaringan asal mesodermal. Dalam jaringan ini termasuk organ gerak, seperti otot-otot dan tendon, kapsula, sendi dan juga semua struktur lemak dan jaringan ikat penyangga, yang berada diantara komponen-komponen epitelial dan di sekitar 1
55

sisitem muskuloskeletal (Neuplasma tulang)

Jan 05, 2016

Download

Documents

Rochmatul Ummah

neuplasma tulang dibagi atas
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: sisitem muskuloskeletal (Neuplasma tulang)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tumor tulang adalah istilah yang dapat digunakan untuk pertumbuhan tulang

yang tidak normal, tetapi umumnya lebih digunakan untuk tumor tulang utama,

seperti osteosarkoma, chondrosarkoma, sarkoma Ewing dan sarkoma lainnya.

Ada tiga macam tumor tulang yaitu yang bersifat lunak, ganas dan yang

memiliki lesi di tulang (berlubangnya struktur karena jaringan akibat cedera atau

penyakit). Selain itu ada yang bersifat primer dan skunder. Pada tumor tulang

sekunder misalnya, seseorang terkena tumor payudara, kemudian menjalar ke

tulang dan selanjutnya menggerogoti tulang tersebut. Kanker tulang ini

merupakan kelompok tumor tulang yang ganas. (Lukman dalam Asuhan

Keperawatan pada klien dengan gangguan system musculoskeletal, 2009)

Dari berbagai macam jaringan yang menyusun sistem ini, bermacam-macam

pula gangguan yang dapat ditimbulkan. Salah satu gangguan itu yaitu Benigna

BoneTumor and Maligna Bone Tumor. Tumor ini sering terjadi pada anak-anak,

karena sifatnya yang jinak tumor ini tidak berbahaya. Tumor-tumor jaringan

lunak merupakan suatu golongan heterogen kelainan-kelainan yang berasal dari

jaringan asal mesodermal. Dalam jaringan ini termasuk organ gerak, seperti otot-

otot dan tendon, kapsula, sendi dan juga semua struktur lemak dan jaringan ikat

penyangga, yang berada diantara komponen-komponen epitelial dan di sekitar

organ-organ. Sering juga kelainan yang berasal dari struktur mesenkimal, tetapi

yang terletak dalam organ tertentu, dibicarakan dan ditangani sebagai kelainan

organ-organ itu dan tidak dimasukkan dalam golongan tumor jaringan lunak.

(Menurut Errol untung hutagalung,2004) seorang guru besar dalam Ilmu

Bedah Orthopedy Universitas Indonesia, dalam kurun waktu 10 tahun (1995-

2004) tercatat 455 kasus tumor tulang yang terdiri dari 327 kasus tumor tulang

ganas (72%) dan 128 kasus tumor tulang jinak (28%). Di RSCM jenis tumor

tulang osteosarkoma merupakan tumor ganas yang sering didapati yakni 22%

dari seluruh jenis tumor tulang dan 31 % dari seluruh tumor tulang ganas. Dari

jumlah seluruh kasus tumor tulang 90% kasus datang dalam stadium lanjut.

Angka harapan hidup penderita kanker tulang mencapai 60% jika belum terjadi

penyebaran ke paru-paru. Sekitar 75% penderita bertahan hidup sampai 5 tahun

setelah penyakitnya terdiagnosis. Sayangnya penderita kanker tulang kerap

datang dalam keadaan sudah lanjut sehingga penanganannya menjadi lebih sulit.

Jika tidak segera ditangani maka tumor dapat menyebar ke organ lain, sementara

1

Page 2: sisitem muskuloskeletal (Neuplasma tulang)

penyembuhannya sangat menyakitkan karena terkadang memerlukan

pembedahan radikal diikuti kemotherapy.

Tumor tulang Benigna dan Maligna memiliki prevalensi yang jarang (kurang

dari 1% dari seluruh kasus tumor), namun tumor ini mengakibatkan dampak

yang cukup fatal bagi penderitanya. Penderita tumor tulang seringkali merasakan

nyeri yang hebat bahkan pasien tidak mampu menjalankan aktivitasnya. Selain

itu penderita juga dapat berisiko mengalami cidera akibat fraktur patologik.

Peran perawat dalam penyembuhan dan perawatan klien sangat dibutuhkan,

karena umumnya pada pasien tumor tulang ini pasien mengalami kesulitan

bergerak. Bahkan efek dari tindakan medis juga cukup mengganggu, misalnya

pada kemoterapi dan pembedahan. Oleh karena itu perawat juga harus

mengetahui tumor tulang Benigna dan Maligna secara menyeluruh. Hal ini

ditujukan agar perawat mampu bertindak secara profesional dalam asuhan

keperawatan dan memberikan perawatan yang supportif pada penderita tumor

tulang.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Anatomi dan fisiologi Tulang ?

2. Bagaimana epidemiologi Neoplasma tulang ?

3. Apakah definisi Neoplasma tulang?

4. Apa etiologi Neoplasma tulang Benigna dan Maligna?

5. Bagaimana klasifikasi Neoplasma tulang Benigna & Maligna?

6. Bagaimana patofisiologi dan Pathway Neoplasma tulang Benigna dan

Maligna?

7. Apa manifestasi klinis Neoplasma tulang Benigna dan Maligna?

8. Bagaimana penatalaksanaan medis Neoplasma tulang Benigna dan Maligna?

9. Bagaimana pemeriksaan penunjang Neoplasma Tulang Benigna & Maligna?

10. Bagaimana pencegahan Neoplasma Tulang?

11. Bagaimana konsep Asuhan Keperawatan klien dengan Neoplasma tulang

Benigna dan Maligna?

C. Tujuan

1. Menjelaskan Anatomi fisiologi Neoplasma tulang.

2. Menjelaskan epidemiologi Neoplasma tulang.

3. Menjelaskan definisi Neoplasma tulang.

4. Menjelaskan etiologi Neoplasma tulang Benigna dan Maligna.

5. Menjelaskan klasifikasi Neoplasma tulang Benigna & Maligna.

2

Page 3: sisitem muskuloskeletal (Neuplasma tulang)

6. Menjelaskan patofisiologi dan Pathway Neoplasma tulang Benigna dan

Maligna.

7. Menjelaskan manifestasi klinis Neoplasma tulang Benigna dan Maligna.

8. Menjelaskan penatalaksanaan medis Neoplasma tulang Benigna dan

Maligna.

9. Menjelaskan Pemeriksaan penunjang Neoplasma Tulang Benigna &

Maligna.

10. Menjelaskan Pencegahan Neoplasma Tulang

11. Menjelaskan konsep asuhan keperawatan pada klien dengan Neoplasma

tulang Benigna dan Maligna.

3

Page 4: sisitem muskuloskeletal (Neuplasma tulang)

BAB 2

TINJAUAN TEORI

A. Anatomi Dan Fisiologi

1. Pertumbuhan Embriologi Tulang

Pembentukan dan perkembangan tulang merupakan suatu proses

morfologi yang unik serta melibatkan perubahan biokimia. Tulang rawan

(kartilago) lempeng epifisis tidak sama dengan tulang rawan hialin dan

tulang rawan artikuler. Tulang rawan lempeng epifisis mempunyai struktur

pembuluh darah, zona-zona, dan susunan biokimia sehingga memberikan

gambaran matriks yang unik.

Gambar 1.1 perkembangan Embriologi. A.Embrio usia 28 hari yang

mengilustrasikan perkembangan awal dari anggota gerak (limb bud). B.

Skematis induksi ektoderm yang memberikan pertumbuhan mesenkim. C.

Ilustrasi perkembangan pada hari ke-33 pada tulang tangan. D. Ekstremitas

atas pada minggu ke-6 dengan pertumbuhan tulang rawan hialin. E. Minggu

ke-7 dengan model tulang rawan yang sudah lengkap.

Pada fase awal perkembangan, tulang embrio (pada minggu ke 3 dan ke

4) dan tiga lapisan germinal yaitu ektoderm, mesoderm serta endoderm

terbentuk (gambar 1.1). lapisan ini merupakan jaringan multipotensial yang

akan membentuk mesenkim dan kemudian berdiferensiasi membentuk

jaringan tulang rawan. Pada minggu ke 5 perkembagan embrio, terbentuk

tonjolan anggota gerak (limb bud) yang didalamnya terdapat juga sel

mesoderm. Sel mesoderm akan berubah menjadi mesenkim yang merupakan

bakal terbentuknya tulang dan tulang rawan.

4

Page 5: sisitem muskuloskeletal (Neuplasma tulang)

Perkembangan tulang terjadi melalui dua tahap. Tahap pertama terjadi

pada minggu ke lima perkembangan embrio. Pada tahap ini tulang rawan

terbentuk dari prakartilgo, dimana terdiri atas 3 jenis tulang rawan, yaitu

tulang rawan hialin, tulang rawan fibrin, tulang rawan elastis. Tahap kedua

terjadi setalah minggu ke tujuh perkembangan embrio. Pada tahap ini, tulang

akan terbentuk melalui dua cara yaitu secara langsung dan secara tidak

langsung. Pembentukan tulang secara langsung berarti bahwa tulang

terbentuk langsung dari lembaran-lembaran membran tulang, misalnya pada

tulang muka, pelfis, skapula, dan tengkorak. Pada jenis ini dapat ditemukan

satu atau lebih pusat-pusat penulangan membran.

Proses penulangan ini ditandai dengan terbentuknya osteoblas yang

merupakan rangka dari trabekula tulang dan penyebarannya secara radial.

Sementara itu pembentukan tulang secara tidak langsung (gambar 1.2) berarti

bahwa tulang terbentuk dari tulang rawan proses penulangan dari tulang

rawan terjadi melalui dua cara, yaitu pusat osifikasi primer dan osifikasi

sekunder. Pada osifikasi primer, osifikasi dari tulang terjadi melalui osifikasi

endokondral, sedangkan pada osifikasi sekunder terjadi dibawah

perikondrium/perikondrial (osifikasi periosteum atau periosteal). Mesenkim

pada daerah perifer berdiferensiasi dalam bentuk lembaran yang membentuk

periosteum, dimana osteoblas terbentuk di dalamnya.

Gambar 1.2 proses pertumbuhan tulang

Proses osifikasi dapat terjadi apabila sel-sel mesenkim memasuki daerah

osifikasi. Apabila sel mesenkim masuk ke daerah yang banyak emngandung

pembuluh darah, maka akan membentuk osteoblas. Sementara itu, apabila

daerah tersebut tidak mengandung pembuluh darah, sel mesenkim akan

membentuk kondroblas.

Pembentukan tulang terjadi segera setelah terbentuk tulang rawan

(kartilago). Mula-mula darah menembus perikondrium dibagian tengah

batang tulang rawan, kemudian merangsang sel-sel perikondrium berubah

5

Page 6: sisitem muskuloskeletal (Neuplasma tulang)

menjadi osteoblas. Osteoblas ini akan membentuk suatu lapisan tulag

kompakta, sedangkan perikondrium berubah menjadi periosteum.

Bersamaan dengan proses ini, pada bagian dalam tulang rawan di daerah

deafisi yang di sebut juga pusat osifikasi primer, sel-sel tulang rawan

membesar kemudian pecah sehingga terjadi kenaikan Ph (menjadi basah)

akibatnya zat kapur (kalsium) disimpan. Dengan demikian tergangulah

nutrisi semua sel-sel tulang rawan dan menyebabkan kematian pada sel-sel

tulang rawan ini. Kemudian akan terjadi degenerasi (kemunduran bentuk dan

fungsi) dan pelarutan dari zat-zat interseluler (termasuk zat kapur) bersamaan

dengan terbentuknya pembuluh darah ke daerah ini sehigga membentuk

rongga sumsum tulang. Pada tahap selanjutnya pembuuh darah akan

memasuki daerah epifisi sehingga terjadi pusat osifikasi sekunder dan

membentuk tulang spongiosa. Oleh karena itu, masih tersisah tulang rawan di

kedua ujung epifisis yang berperan penting dalam pergerakkan sendi dan satu

tulang rawan diantara epifisis dan diafisis yang di sebut dengan cakram

epifisis.

Selama pertumbuhan, sel-sel tulang rawan pada cakram epifisi terus

menerus membelah kemudian hancur dan tulang rawan diganti dengan tulang

di daerah diafisis. Tulang akan tumbuh memanjang, tetapi tebal cakram

epifisis tetap. Pada pertumbuhan diameter (lebar) tulang, tulang di daerah

rongga sumsum di hancurkan oleh osteoplas sehinnga rongga sumsum

membesar dan pada saat yang bersamaan osteoblas di periosteum

membentuk lapisan-lapisan tulang baru di daerah permukaan. (Zairin, dalam

buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal, 2012)

2. Empat Kategori Tulang

Menurut Smeltzer S.C dan Bare B.G. (2002) tulang manusia saling

berhubungan satu dengan yang lain dalam berbagai bentuk untuk

memperoleh fungsi sistem muskuloskeletal yang optimal. Jumlah tulang

dalam tubuh manusia ada 206 buah, yang terbagi dalam empat kategori :

tulang panjang (misalnya femur, humerus, dan klafikula), tulang pendek

(misalnya tulang tarsalia dan karpalia), tulang pipih (misalnya tulang sternum

dan scapula), dan tulang tidak beraturan (misalnya tulang panggul).

a. Tulang panjang (Femur, humerus, dan Klafikula) yang terdiri dari

batang tebal panjang yang disebut diafisis dan dua ujung yang lain

disebut epifisis. Disebelah proksimal dari epifisis terdapat metafisis.

Diantara epifisis dan metafisis terdapat daerah tulang rawan yang

6

Page 7: sisitem muskuloskeletal (Neuplasma tulang)

tumbuh, yang disebut lempeng epifisis atau lempeng pertumbuhan.

Tulang panjang tumbuh karena akumulasi tulang rawan di lempeng

epifisis. Tulang rawan digantikan oleh sel-sel tulang yang dihasilkan

oleh osteoblast, dan tulang memanjang. Batang dibentuk oleh jaringan

tulang yang padat. Epifisis dibentuk dari spongy bone (cancellous atau

trabecular). Pada akhir tahun-tahun remaja tulang rawan habis, lempeng

epifisis berfungsi, dan tulang berhenti tumbuh. Hormon pertumbuhan,

esterogen, dan testosteron, merangsang fungsi lempeng epifisis. Batang

suatu tulang panjang memiliki rongga yang disebut kanalis medularis.

Kanalis medularis berisi sumsum tulang

b. Tulang pendek (tarsalia dan karpalia) merupakan tulang-tulang yang

lebih kecil dari tulang [anjang an tidak ada perbedaan anatomi

ukurannya, hanya saja bentuknya seperti kubus, kapal atau bulat.

c. Tulang pipih (sternum dan scapula) berbentuk lempengan-lempengan.

Menurut Price, S.A. dan Wilson, L.M. (1995) system tulang terdiri atas

tulang, sendi, otot, rangka, tendon, ligament, bursa, dan jaringan khusus

penghubungnya. Tulang pipih terdiri atas dua lempengan tulang kompak

dan tulang spons, didalamnya terdapat sumsum tulang. Kebanyakan

tulang pipih menyusun diding rongga, sehingga tulang pipih ini sering

berfungsi sebagai pelindung atau memperkuat. Contohnya adalah tulang

rusuk (costa), tulang belikat (scapula), tulang dada (sternum), dan tulang

tengkorak.

d. Tulang tidak beraturan (vertebrata) sama seperti dengan tulang panggul.

Sel-sel yang terutama berperan dalam pembentukan dan resopsi tulang

adalah osteoblas dan osteoklas, keduanya berasal dari sumsum tulang.

Osteoblas adalah sel-sel pembentukan tulang yang berasal dari prekursor sel

stroma di sumsum tulang sel-sel ini mengekresikan sejumlah besar kolagen

tipe 1, protein matriks tulang yang lain dan fosfatase alkali, adenosin trifosfat

dan pirofosfat yang membantu kristalisasi dari garam-garam kalsium serta

mineralisasi tulang. Sel-sel ini berdiferensiasi menjadi osteosit. Osteosit

adalah sel dewasa untuk pemeliharaan fungsi tulang yang terletak dalam

osteon (matriks tulang) dan pertukaran ion kalsium dengan ion lainnya.

Sedangkan osteoklast adalah sel multinukleus yang mengerosi dan menyerap

tulang yang sebelumnya telah terbentuk. Osteoklast berperan dalam

penghancuran, resobrsi, dan remodeling.

7

Page 8: sisitem muskuloskeletal (Neuplasma tulang)

Pembentukan tulang terbentuk lama sebelum kelahiran. Vitamin D

berfungsi meningkatkan penyerapan kalsium dari saluran pencernaan.

Kekurangan vitamin D akan menyebabkan defisiensi mineral, deformitas

tulang, dan patah tulang. Pada anak-anak dikenal dengan rakhitis dan

osteomalasia pada dewasa. Menurut long (1996), fungsi tulang adalah

menahan jaringan tubuh dan memberi bentuk pada rangka, melindungi

organ-organ tubuh seperti cranium melindungi otak, pergerakan (otot

melekat pada tulang untuk kontrksi), gudang menyimpan mineral seperti

kalsium dan hematopoesis.

Kartilago (tulang rawan) terdiri atas serat-serat fleksibel dan tidak

memilliki vascular. Nutrisi kartilago melalui proses difusi dari kapiler yang

berada pada perikondrium melalui cairan sinovial. Kartilago pada telingan

sangat elastic karena sedikit serat. Ligament (simpai) adalah suatu susunan

serabut yang terdiri atas jaringan ikat, kenyal, fleksibel. Ligament

mempertemukan dua ujung tulang dan mempertahankan stabilitas. Tendon

adalah ikatan jaringan fibrosa yang padat dan merupakan ujung dari otot dan

menempel pada tulang.

Sedangkan fasia adalah suatu permukaan jaringan penyambung longgar

yang didapatkan langsung dibawah kulit, sebagai fasia superfisial. Fasia

dalam adalah jaringan penyambung fibrosa yang menyambung otot, saraf,

dan pembuluh darah. Bursae adalah kantong kecil dari karingan ikat di atas

bagian yang bergerak, dibatasi membrane sinovial dan mengandung cairan

sinovial, yang merupakan bantalan. (Lukman, dalam Asuhan pada Klien

dengan Gangguan System Muskuloskeletal, 2009)

3. Klasifikasi Bentuk Tulang (Zairin, dalam buku Ajar Gangguan

Muskuloskeletal, 2012)

Tulang dalam garis besarnya dibagi dalam enam kategori (Gambar 1.3).

Berdasarkan anatomis dan fisiologisnya, klasifikasi dari bentuk tulang

meliputi : tulang panjang, tulang pendek, tulang pipih, tulang tak beraturan,

tulang sesamoid, dan tulang sutura.

8

Page 9: sisitem muskuloskeletal (Neuplasma tulang)

Gambar 1.3 klasifikasi

bentuk tulang (sumber:

sinom,2003).

Bentuk tulang panjang biasanya relatif panjang dan silinder. Tulang

panjang bisa ditemukan di lengan, paha, kaki, jari tangan, dan kaki. Bentuk

tulang pendek menyerupai bentuk kotak yang terdapat seperti tulang-tulang

karpal dan tarsal. Bentuk tulang pipih tipis dan permukaannya paralel. Contoh

tulang pipih adalah pada atap tengkorak, sternum, iga, dan scapula. Tulang-

tulang ini mempunyai fungsi proteksi terhadap jaringan lunak dibawahnya

dengan membuat suatu permukaan luas untuk melekatnya suatu otot. Bentuk

tulang tak beraturan memiliki kompleksitas pendek dan permukaan tidak

beraturan. Contoh tulang ini adalah tulang belakang. Tulang sesamoid

berbentuk kecil, tipis, dan biji-bijian. Contoh tulang ini adalah patella.

Sementara tulang sutura berbentuk kecil, tipis, tidak beraturan, dan tersebar

diantara tulang tengkorak.

4. Histologi Tulang ( Zairin, dalam buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal,

2012)

Secara histologi, pertumbuhan tulang terbagi dalam dua jenis :

a. Tulang imatur (non-lame;ar bone, woven bone, fiber bone).

Terbentuk pada perkembangan embrional dan pada usia satu tahun tidak

terlihat lagi. Tulang imatur mengandung jaringan kolagen.

b. Tulang matur (mature bone, lamellar bone).

Perbedaan tulang matur dan imatur terutama terdapat pada jumlah sel,

jaringan kolagen, dan mukopolisakarida. Diafisis atau batang merupakan

bagian tengah tulang yang berbentuk silinder. Bagian ini tersusun dari tulang

kortikal yang memiliki kekuatan yang besar. Metafisis adalah bagian tulang

bagian tulang yang melebar di dekat ujung atau akhir batang.ah ini disusun

oleh tulang trabekular atau tulang spongiosa yang mengandung sumsum

merah. Sumsum merah juga terdapat dibagian epifisis dan diafisis tulang.

Pada anak-anak, sumsum merah mengisi mengisi sebagian besar bagian

dalam dari tulang panjang. Susmsum merah berubah menjadi sumsum kuning

sejalan dengan pertambahan usia anak tersebut. Pada orang dewasa, aktivitas

hematopoetik menjadi terbatas (hanya pada sternum dan Krista iliaka),

walaupun tulang-tulang yang lain masih berpotensi untuk aktif kembali jika

9

Page 10: sisitem muskuloskeletal (Neuplasma tulang)

diperlukan. Sumsum kuning yang terdapat pada diafisis tulang orang dewasa

terdiri atas sel-sel lemak.

Metafisis juga menopang sendi dan menyediakan daerah yang cukup luas

untuk perlekatan tendon dan ligamen pada epifisis. Lempeng epifisis adalah

daerah pertumbuhan longitudinal pada anak-anak. Bagian ini akan

menghilang pada tulang dewasa. Bagian epifisis yang letaknya dekat sendi

tulang panjang bersatu dengan metafisis sehingga pertumbuhan memanjang

tulang terhenti. Seluruh tulang diliputi oleh lapisan fibrosa yang disebut

periosteum (Gambar 1.4). periosteum mengandung sel-sel yang dapat

berpoliferasi dan berperan dalam proses pertumbuhan transversal tulang

panjang. Kebanyakan tulang panjang mempunyai arteria nutrisi. Lokasi dan

keutuhan dari pembuluh-pembuluh inilah yang menentukan berhasil atau

tidaknya proses penyembuhan suatu tulang yang patah pada saat menglami

kerusakan. Semakin tebal lapisan periosteum, semakin cepat proses

penyembuhan trauma tulang.

Gambar 1.4 periosteum

5. Fisiologi Sel-sel Tulang ( Zairin, dalam buku Ajar Gangguan

Muskuloskeletal, 2012)

Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang terususun dari tiga jenis sel :

osteoblas, osteosit, dan osteoklas (lihat gambar 1.5). Osteoblas membangun

tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan proteoglikan sebagai matriks

tulanmg atau jaringan osteoid melalui proses yang disebut osifikasi. Ketika

10

Page 11: sisitem muskuloskeletal (Neuplasma tulang)

sedang aktif menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas menyekresikan

sejumblah besar fosfatase alkali yang memegang peranan pemnting dalam

mengendapkan kalsium dan fosfat ke dalam matriks tulang. Sebagian besar

fosdatase alkali akan memasuki alirah darah. Oleh karena itu, kadar fosfatase

alkali di dalam darah dapat menjadi indikator yang baik tentang tingkat

pembentukan tulang setelah mengalami patah tulang atau pada kasus

metastasis kanker ke tulang.

Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu

lintasan pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat. Osteoklas adalah sel-

sel besar berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks tulang

diabsorbsi. Osteoklas menjadi sel fagosit yang mempunyai kemampuan

mengikis tulang dengan menghasilkan enzim proteolitik yang memecahkan

matriks dan melarutkan mineral tulang, sehingga kalsium dan fosfat terlepas

ke dalam darah. Dengan fungsi tersebut osteoklas mampu memperbaiki tulang

bersama osteoblas

Gambar 1.5 Endosteum dalam gambaran lapisan selular tidak sempurna,

terdiri atas se-sel epitel, osteoblas, sel-sel osteoprogenerator, osteoid, dan

osteoklas (Sumber: Simon, 2003).

B. Epidemiologi (Arif dalam Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

Sistem Muskuluskeletal,2008)

Angka kejadian tumor tulang baik jinak maupun ganas bergantung pada jenis

tumor. Secara garis besar, tumor tulang lebih banyak dijumpai pada laki-laki

dibanding pada perempuan dengan perbandingan 2:1. Pada beberapa kasus,

tumor tulang jinak seperti osteoid osteoma lebih banyak dijumpai pada laki-laki

remaja atau dewasa muda, sedangkan osteoblastoma lebih banyak dijumpai pada

11

Page 12: sisitem muskuloskeletal (Neuplasma tulang)

laki-laki yang lebih tua. Namun demikian, insidensi dan prevalensi terjadinya

tumor tulang dapat dijumpai pada berbagai tingkatan usia.

C. Definisi

Neoplasma, secara harafiah berarti “pertumbuhan baru”, adalah massa

abnormal dari sel-sel normal yang mengalami proliferasi. Sel-sel neoplasma

berasal dari sel sebelumnya adalah sel normal, namun selama mengalami

perubahan neoplastic mereka memperoleh derajat otonomi tertentu yaitu sel

neoplastic tumbuh dengan kecepatan yang tidak terkordinasi dengan kebutuhan

hospes dan fungsi yang sangat tidak bergantung pada pengawasan homeostatis

sebagian besar sel tubuh lainnya. (Price dalam patofisiologi konsep klinis,

proses-proses penyakit, 2012)

Menurut Zairin, dalam buku Ajar Gangguan Muskuloskeletaltahun 2012,

Neoplasma merupakan masa jaringan yang abnormal, tumbuh berlebihan, tidak

terkoordinasi dengan jaringan normal, dan poliferasi berlangsung terus meskipun

rangsang yang memulainya telah hilang. Pada neoplasma, poliferasi demikian

disebut poliferasi neoplastik, yang mempunyai sifat progresif, tidak bertujuan,

tidak mempedulikan jaringan disekitarnya, tidak ada hubngan dengan kebutuhan

tubuh dan bersifat parasitic.

Sel neoplasma bersifat parasitic dan pesaing sel atau jaringan normal dan

kebutuhan metabolismenya pada penderita yang berada dalam keadaan lemah.

Neoplasma bersifat otonom karena ukurannya meningkat terus. Poliferasi

neoplastik dari sel-sel neoplastik tumor membentuk suatu massa neoplasma,

menimbulkan pembengkakan atau benjolan pada jaringan tubuh yang disebut

tumor.

Sel-sel neoplasma atau tumor pada tulang menghasilkan factor-faktor yang

dapat merangsang fungsi osteoklas sehingga menimbulkan resorpsi tulang yang

dapat terlihat dalam radiogram. Selain itu, juga ada beberapa tumor yang

menyebabkan peningkatan aktivitas osteoblas dengan peningkatan desitas tulang

yang juga dapat terlihat pada radiogram. Pada umunya tumor-tumor tulang

mudah dikenali dengan adanya massa pada jaringan lunak disekitar tulang,

deformitas tulang, nyeri dan nyeri tekan atau fraktur patologis.

D. Etiologi ( Zairin, dalam buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal, 2012)

1. Penyebab Utama

Secara umum penyebab utama neoplasma musculoskeletal tidak diketahui.

2. Faktor Predisposisi

12

Page 13: sisitem muskuloskeletal (Neuplasma tulang)

Beberapa factor yang berhubungan dan memungkikan yang dapat menjadi

factor penyebab terjadnya neoplasma muskuluskeletal, yaitu sebagai berikut:

a. Genetik

Beberapa kelainan genetic dikaitkan dengan terjadinya keganasan tulang

misalnya pada sarcoma jaringan lunak atau Soft Tissue Sarcoma (STS).

Berdasarkan data penelitian, diduga mutasi genetic pada stem sel

mesenkim dapat menimbulkan sarcoma, ada beberapa gen yang sudah

diketahui mempunyai peranan dalam kejadian sarcoma, antara lain gen

RB-1 dan p53. Mutasi p53 mempunyai peranan yang jelas dalam

terjadinya STS. Gen lain yang juga diketahui punya peranan adalah gen

MDM-2 (Murine Double Minute 2), gen p53 yang telah utasi dan

menginaktivasi gen tersebut.

b. Radiasi

Keganasan pada jaringan lunak dapat terjadi pada daerah tubuh yang

terpapar radiasi seperti pada penderita kanker mamma dan limfoma

malignum yang mendapat radioterapi. Halperin dkk, memperkirakan

risiko terjadinya sarcoma pada penderita Hodgkin yang diradiasi adalah

0,9 %. Terjadinya keganasan jaringan lunak dan sarcoma tulang akibat

pemaparan radiasi sudah diketahui sejak 1922, walaupun jarang

ditemukan mmiliki prognosi yang jelek dan umumnya memiliki tingkat

yang tinggi.

Tumor yang sering ditemukan akibat radiasi adalah Malignant Fibrous

Hystiocytoma (MFH) dan angiosarkoma atau lymphagiaosarkoma. Jarak

waktu antara radiasi dan terjadinya sarkoma diperkirakan sekitar 11 tahun.

c. Bahan kimia

Bahan kimia seperti Dioxin dan Phenoxyherbicide diduga dapat

menimbulkan sarcoma, tetapi belum bisa dibuktikan. Pemaparan terhadap

thorium Dioxide (Thorotrast) suatu bahan kontras bisa menimbulkan

angiosarkoma pada hepar. Salain itu, abses juga dapat diduga dapat

menimbulkan Mesothelioma, sedangakan polyvinyl chloride dapat

menyebakan Angiosarkoma hepatik.

d. Trauma

Sekitar 30% kasus keganasan pada jarinagn lunak mempunyai riwayat

trauma. Walaupun sarcoma kadang-kadang timbul pada jaringan sikatriks

lama, luka bakar, dan riwayat trauma, tetapi semua ini tidak pernah bisa

dibuktikan.

e. Limphedema kronik

13

Page 14: sisitem muskuloskeletal (Neuplasma tulang)

Limphedema kronik akibat operasi atau radiasi dapat menimbulkan

limphangiosarkoma dan kasus limphangiosarkoma pada ekskremitas

superior yang ditemukan pada penderita karsinoma mamma yang diberi

radioterapi pascamastektomi.

f. Infeksi

Keganasan pada jaringan lunak dan tulang dapat juga disebabkan oleh

infeksi parasit yaitu filariasis. Pada penderita limphedema kronik akibat

obstruksi filariasis dapat menimbulkan Limphangiosarkoma.

3. Faktor Resiko

Beberapa faktor resiko yang menyebabkan terjadinya tumor tulang yaitu:

a. Kecepatan pertumbuhan tulang yang memacu timbulnya tumor tulang

ganas selama masa kanak-kanak terutama daerah metafise tulang panjang.

b. Beberapa kasus pada tumor tulang ganas disebabkan oleh kelainan DNA

pada tulang faktor genetik contohnya:

1) Retinoblastoma kelainan pada gen 13q14

2) Displasi tulang, penyakit paget, fibrous displasia, enchondromatosis,

eksostosis herediter multiple

3) L1-Fraumenisyndrome (mutasi TP 53)

4) Rothmund-thomson sindrom yaitu kelainan pada resesif autosomal

yang berkaitan dengan kelainan tulang kongenitaaaal, displasia rambut

dan kulit, hipogonadism, dan katarak

5) Gaya hidup yang tak sehat misalnya merokok, makanan dan minuman

yang mengandung karbon.

E. Patofisiologi (Anderson dalam Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit 2005)

Tumor ganas merupakan proses yang biasanya makan waktu lama sekali,

bermula ketika sel abnormal diubah oleh mutasi genetik dari DNA seluler. Sel

abnormal ini membentuk klon dan mulai berfoliferasi secara abnormal,

mengabaikan sinyal mengatur pertumbuhan dalam lingkungan sekitar sel tersebut

kemudian dicapai suatu tahap dimana sel mendapatkan ciri-ciri invasif. Dan

terjadi perubahan pada jaringan sekitarnya sel-sel tersebut menginfiltrasi jaringan

sekitarnya dan memperoleh akses ke limfe dan pembuluh-pembuluh darah,

melalui pembuluih darah tersebut sel-sel dapat terbawa ke area lain dalam tubuh

untuk membentuk metastase.

14

Page 15: sisitem muskuloskeletal (Neuplasma tulang)

Penyebaran limfogen terjadi karena sel kanker menyusup ke saluran limfe

kemudian ikut aliran limfe menyebar dan menimbulkan metastasis di kelenjar

limfe regional. Pada umumnya kanker mula-mula menyebar dengan cara ini baru

kemudian menyebar hematogen, pada permulaan penyebaran hanya terjadi pada

satu kelenjar limfe saja tetapi selanjutnya terjadi pada kelenjar limfe regional

lainnya. Setelah menginfiltrasi kelenjar limfe sel kanker dapat menembus

dinding struktur sekitar menimbulkan perlekatan. Kelenjar limfe satu dengan

yang lain sehingga membentuk paket kelenjar limfe. Penyebaran hematogen

terjadi akibat sel kanker menyusup ke kapiler darah kemudian masuk ke

pembuluh darah dan menyebar mengikuti aliran darah vena sampai organ lain.

Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel:

osteoblas, osteosit, dan osteoklas. Osteoblas membangun tulang dengan

membentuk kolagen tipe I dan proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan

osteoid melalui suatu proses yang disebut osifikasi. Ketika sedang aktif

menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas, mensekresikan sejumlah besar

fosfatase alkali, yang memegang peranan dalam mengendapkan kalsium dan

fosfat kedalam matriks tulang. Sebagian dari fosfotase alkali akan memasuki

aliran darah, dengan demikian maka keadaan fosfotase alkali di dalam darah

dapat menjadi indikator yang baik tentang pembentukan tulang setelah

mengalami patah tulang atau pada kasus metastasis kanker ke tulang. Osteosit

adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk

pertukaran kimiawi untuk tulang yang padat. Osteoklas adalah sel-sel besar

berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat diabsorbsi.

Tidak seperti osteoblas dan osteosit, osteoklas adalah proses pengikisan tulang.

Metabolisme tulang diatur oleh beberapa hormon yaitu hormon kalsitonin,

hormon paratiroid dan vitamin D. Suatu peningkatan kadar hormone kalsitonin

mempunyai efek terjadinya peningkatan absorbsi ke dalam tulang sehingga

mengakibatkan terjadinya pengapuran tulang yang menjadikan tulang-tulang

rawan menjadi keras. Jika terjadi peningkatan hormon paratiroid (PTH)

mempunyai efek langsung menyebabkan kalsium dan fosfat diabsorbsi dan

bergerak memasuki serum. Di samping itu peningkatan kadar PTH secara

perlahan-lahan menyebabkan peningkatan jumlah dan aktivitas osteoklas,

sehingga terjadi demineralisasi. Peningkatan kadar kalsium serum pada

hiperparatiroidisme dapat pula menimbulkan pembentukan batu ginjal. Vitamin

D mempengaruhi deposisi dan absorbsi tulang seperti yang terlihat pada kadar

PTH yang tinggi.

15

Page 16: sisitem muskuloskeletal (Neuplasma tulang)

16

Page 17: sisitem muskuloskeletal (Neuplasma tulang)

WOC

F. Klasifikasi ( Zairin, dalam buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal, 2012)

1. Berdasarkan Sifat Biologi Tumor

Berdasarkan sifat biologi tumor dapat dibedakan menjadi tumor jinak

(benigna),tumor ganas (maligna), serta tumor yang terletak antara jinak dan

ganas (intermediet).

a. Tumor Jinak (Benigna)

Tumor jinak tumbuhnya lambat dan biasanya mempunyai simpai (kapsul),

tidak tumbuh infiltratif, tidak merusak jaringan sekitarnya dan tidak

menyebar pada tempat yang jauh. Tumor jinak pada umumnya dapat

disembuhkan dengan sempurna kecuali yang menyekresi hormone atau

yang terletak pada tempat yang sangat penting, misalnya di sumsum

tulang belakang yang dapat menimbulkan paraplegia atau pada saraf otak

yang menekan jaringan otak.

b. Tumor Ganas (Maligna)

Pada umumnya tumor ini tumbuh cepat, infiltratif dan merusak jaringan di

sekitarnya. Di samping itu, dapat menyebar keseluruh tubuh melalui aliran

limfe atau aliran darah. Tumor ini sering menyebabkan kematian.

17

Page 18: sisitem muskuloskeletal (Neuplasma tulang)

c. Intermediet

Di antara dua kelompok tumor jinak dan tumor ganas terdapat segolongan

kecil tumor yang mempunyai invasive lokal, tetapi kemampuan

metastasisnya kecil. Tumor ini disebut tumor yang agresif lokal atau

tumor ganas derajat rendah. Sebagai contoh, karsinoma sel basal kulit.

2. Sifat Neoplasma Jinak dan Neoplasma Ganas

a. Diferensiasi dan Anaplasia

Istilah diferensiasi dipergunakan untuk sel parenkim tumor. Diferensiasi

yaitu derajat kemiripan sel tumor (parenkim tumor). Jaringan asalnya yang

terlihat pada gambaran morfologik dan fungsi tumor. Proliferasi

neoplastik menyebabkan penyimpangan bentuk. Tumor yang

berdiferensiasi baik terdiri atas sel-sel yang menyerupai sel dewasa

jaringan normal asalnya, sedangkan tumor berdiferensiasi buruk atau tidak

berdiferensiasi menunjukan gambaran sel primitif dan tidak memiliki sifat

sel dewasa normal jaringan asalnya.

1) Tumor jinak

Semua tumor jinak umumnya berdiferensiasi baik. Sebagai contoh,

lipoma yaitu tumor jinak berasal dari jaringan lemak, sel tumornya

terdiri atas sel lemak matur, menyerupai sel jaringan lemak normal.

2) Tumor ganas

Tumor ganas berkisar dari yang berdiferensiasi baik sampai kepada yang

tidak berdiferensiasi. Tumor ganas yang terdiri atas sel-sel yang tidak

berdiferensiasi disebut anaplastik. Anaplastik berasal tanpa bentuk atau

kemunduran, yaitu kemunduran dari tingkat diferensiasi tinggi ketingkat

diferensiasi rendah.

Anaplasia ditentukan oleh sejumlah perubahan gambaran morfologik dan

perubahan sifat. Pada anaplasia terkadung 2 jenis kelainan organisasi

yaitu kelainan organisasi sitologik dan kelainan organisasi posisi.

Anaplasia sitologik menunjukan pleomorfi yaitu beraneka ragam bentuk

dan ukuran inti sel tumor. Sel tumor berukuran besar dan kecil dengan

bentuk yang bermacam-macam. Anaplasia posisional menunjukan

adanya gangguan hubungan antara sel tumor yang satu dengan yang

lain.

b. Derajat Pertumbuhan

Pertumbuhan tumor jinak biasanya lambat, sedangkan tumor ganas

cepat, tetapi derajat kecepatan tumbuh tumor jinak tidak tetap, kadang-

kadang tumor jinak tumbuh lebih cepat daripada tumor ganas karena

18

Page 19: sisitem muskuloskeletal (Neuplasma tulang)

tergantung pada hormon yang mempengaruhi dan adanya penyediaan darah

yang memadai. Pada dasarnya derajat pertumbuhan tumor berkaitan

dengan tingkat diferensiasi sehingga kebanyakan tumor ganas tumbuh lebih

cepat daripada tumor jinak.

Derajat pertumbuhan tumor ganas tergantung pada 3 hal, yaitu sebagai

berikut.

1) Derajat pembelahan sel tumor.

2) Derajat kehancuran sel tumor.

3) Sifat elemen non-neoplastik pada tumor.

Pada pemeriksaan mikroskopis, jumlah mitosis dan gambaran aktivitas

metabolism inti yaitu inti yang besar, kromatin kasar dan anak inti besar

berkaitan dengan kecepatan tumbuh tumor. Tumor ganas yang tumbuh

cepat sering memperlihatkan pusat-pusat daerah nekrosis/iskemik. Hal ini

disebabkan oleh kegagalanpenyajian daerah dari host kepada sel-sel tumor

ekspansif yang memerlukan oksigen.

c. Invasi lokal

Hampir semua tumor jinak tumbuh sebagai massa sel yang kohesif dan

ekspansif pada tempat asalnya dan tidak mempunyai kemampuan

menginfiltrasi, invasi, atau penyebaran ke tempat yang jauh seperti tumor

ganas. Oleh karena tumbuh dan menekan perlahan-lahan, maka biasanya

dibatasi jaringan ikat yang tertekan disebut kapsul atau simpai, yang

memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat di sekitarnya. Simpai

sebagian besar timbul dari stroma jaringan sehat di luar tumor karena sel

parenkim mengalami atropi akibat tekanan ekspansi tumor. Oleh karena

ada simpai, maka tumor jinak memiliki batas tegas, mudah digerakan pada

oprasi. Akan tetapi, tidak semua tumor jinak berkapsul, ada tumor jinak

yang tidak berkapsul, misalnya hemangioma.

Tumor ganas tumbuh progresif, invasive, dan merusak jaringan

sekitarnya. Pada umumnya berbatas tidak tegas dari jaringan sekitarnya.

Namun demikian, ekspansi lambat dari tumor ganas dan terdorong ke

daerah jaringan sehat sekitarnya. Pada pemeriksaan histoogik, masa yang

tidak berkapsul menunjukan cabang-cabang invasi seperti kaki kepiting

mencengkeram jaringan sehat lainya.

d. Metastasis atau penyebaran

Metastasis adalah penanaman tumor yang tidak berhubungan dengan

tumor primer. Tumor ganas menimbulkan metastasis, sedangkan tumor

jinak tidak. Invasi sel kanker memungkinkan sel kanker menembus

19

Page 20: sisitem muskuloskeletal (Neuplasma tulang)

pembuluh darah, pembuluh limfe, dan rongga tubuh, kemudian terjadi

penyebaran. Dengan beberapa pengecualian semua tumor ganas dapat

bermetastasis.

3. Jenis Neoplasma

Peta konsep neoplasma tulang

Jenis Terbagi atas Keterangan

Osteogenika. Osteoid Osteomab. Osteoblastomac. Osteosarcoma

a. Jinakb. Jinakc. Ganas

Kondrogenik

a. Ekondromab. Kondroblastomac. Fibroma

kondromiksoidd. Kondromatosis synovia

a. Jinakb. Jinakc. Jinakd. Jinak

Fibrogenika. Dysplasia osteofibrosab. Non – osiving fibromac. Fibrosarkoma

a. Jinakb. Jinakc. Ganas

Mielogenik

a. Sarcoma ewingb. Sarcoma sel reticulumc. Myeloma multipled. Limfoma maligna

a. Ganasb. Ganasc. Ganasd. Ganas

Osteoklastoma (Giant Cells Tumor)

Jinak

Hemagiomaa. Hemagiomab. Angiosarkoma

a. Jinakb. Ganas

Neuroblastoma Ganas

Jenis neoplasma yang bersifat osteogenik, kondrogenik, fibrogenik,

angiognik, mielogenik, osteoklastoma, dan hemangioma, yaitu :

a. Osteogenik

1) Osteoid Osteoma

Osteoid osteoma adalah suatu tumor osteoblastik jinak. Tumor ini

memiliki frekuensi sekitar 5% dari seluruh tumor primer tulang. Lokasi

dari tumor ini bisa dimana saja, tetapi paling sering terjadi pada korteks

tulang panjang (80-90%), khususnya terjadi pada ekstemitas bawah

yaitu tibia dan femur sekitar 50-60% kasus pada korteks tulang

panjang. Pada tulang belakan terjadi sekitar 7-20% kasus. Selebihnya

terjadi pada intertrokanterik atau intrakapsular hip, tangan, talus, dan

tulang-tulang kaki.

20

Page 21: sisitem muskuloskeletal (Neuplasma tulang)

Gambar 1.1 gambaran radiografi, lokasi osteoid osteoma pada tibia

dan femur.

2) Osteoblastoma

Osteoblastoma merupakan tumor primer tulang yang jarang terjadi.

Osteoblastoma merupakan tumor jinak, walaupun mempunyai

kemampuan untuk agresif menjadi osteosakoma. Secara umum

osteoblastoma hamper mirip dengan osteoid oesteoma, perbedaannya

hanya pada kemampuan pertumbuhan yang melebihi diameter 2 cm.

secara klinik, osteoblastoma sulit untuk didiagnosis karena tumor ini

melakukan pertumbuhan yang lambat atau bisa dengan karakteristik

keganasan yang mirip seperti osteosarkoma. Frekuensi osteoblastoma

adalah 20 kali lebih jarang dibandingkan dengan osteosarkoma. Lokasi

tumor bisa terjadi pada kolumna vertebra atatu pada tulang panjang.

3) Osteosarkoma

Osteosarkoma disebut juga osteogenik sarkoma adalah tumor

maligna yang berada pada tulang dan merupakan tumor tulang primer

maligna yang paling sering dan paling fatal. Osteosarkoma atau

osteogenik sarcoma ini dipergunakan bukan karena tumor membentuk

tulang, tetapi karena pembentukan tumor ini berasal dari sel

osteoblastik dari sel-sel mesenkim primitif. Tumor ini merupakan

tumor yang sangat ganas, menyebar secara cepat pada periosteum dan

jaringan ikat diluarnya.

Osteosarkoma biasanya terdapat pada metafisis tulang panjang di

mana lempeng pertumbuhannya (epiphyseal growthplate) yang sangat

aktif yaitu pada distal femur, proksimal tibia dan fibula, proksimal

humerus, dan pelvis. Pada orang tua dengan umur di atas 50 tahun,

21

Page 22: sisitem muskuloskeletal (Neuplasma tulang)

osteosarkoma dapat terjadi akibat degenerasi ganas dari penyakit Paget,

dengan prognosis sangat jelek. Osteosarkoma sering terdapat di daerah

lutut pada anak-anak dan dewasa muda, terbanyak pada distal dari

femur.

b. Kondrogenik

1) Ekondroma

Ekondroma adalah tumor jinak pada tulang, terdiri atas sel-sel

kartilago yang timbul pada tulang walau asalnya kartilago epifisis.

Paling sering pada tulang panjang yang berukuran pendek pada tangan

yangan yang cenderung memasuki medulla dan dikenal sebagai

enkhondroma. Kadang-kadang timbul pada tulang yang datar seperti

pada ileum, yang menonjol kea rah luar membentuk suatu ekkondroma.

2) Kondroblastoma

Kondroblastoma adalah tumor jinak pada tulang. Estimasi kejadian

dari kondroblastoma adalah 1% dari kejadian tumor tulang.

3) Fibroma kondromiksoid

Fibroma kondromiksoid adalah suatu tumor jinak dengan

pertumbuhan yang lambat dan merupakan jenik yang jarang terjadi.

Sekitar 39% kasus dari fibroma kondromiksoid terjadi pada ekstremitas

bawah. Bagian proksimal tibia merupakan tempat yang aling sering

terjadi, kemudian distal femur dan pelvis.

4) Kondromatosis sinovia

Kondromatosis sinovia merupakan suatu kondisi yang jarang terjadi

di mana terjadi perkembangan dari kartilago, membrane sinovia, bursa,

dan tendon oleh suatu metaplasia jeringan konektif subsinovia. Kondidi

ektopik pada kartilago ini memberikan menifestasi nyeri, efusi sendi

dan degenerasi.

c. Fibrogenik

1) Displasia Osteofibrosa

Displasia Osteofibrosa merupakan kondisi adanya lesi non

neoplastik pada tulang yang penyebabnya tidak diketahui dan jarang

terjadi. Sebagian besr lesi mempengaruhi korteks tulang panjang

terutama tibia. Kondisi ini sering terjadi pada anak-anak masa

pertumbuhan. Pasien sering didapatkan adanya riwayat fraktur ptologi

pada tibia.

22

Page 23: sisitem muskuloskeletal (Neuplasma tulang)

2) Non-Ossifying Fibroma/Non-Osteogenik Fibroma

Non-Ossifying Fibroma/Non-Osteogenik Fibroma adalah suatu lesi

jinak yang oleh sebagian ahli dianggap sebagai suatu lesi reaktif, bukan

neoplasma sejati. Lesi ini bersifat self limiting didapat pada anak-anak

dan dewasa muda usia anatara 5-20 tahun. Lesi yang besar mencakup

sebagian dari diameter tulang yang ditunjukkan dengan adanya fraktur

patologis. Lokasi pada tumor ini biasanya mengenai tulang panjang,

terutama tulang-tulang ekstemitas bawah. Biasanya pada metafisis atau

metadiafisis dari tulang panjang, terutama pada distal femur, distal

tibia, dan fibula.

3) Fibrosarkoma

Fibrosarkoma adalah tumor dari sel mesenkimal primitif yang

berisikan fibroblast ganas di dalam jaringan kolagen. Kondisi ini sering

terjadi pada massa primer jaringan lunak atau sekunder dari tumor

tulang. Fibroblas merupakan sel-sel yang secara normal menghasilkan

jaringan fibrous di seluruh tubuh. Fibrosarkoma memiliki

kecenderungan untuk bertumbuh secra lambat pada awalnya, di dalam

mulut dapat terlihat sebagai sebagai massa submukosa yang tidak

berbahaya dengan batas tegas, warna normal, dan tidak sakit.

d. Mielogenik

1) Sarkoma Ewing dan Tumor Neuroektodermal Perifer Primitif

Sarkoma ewing dan tumor neuroektodernal perifer primitif

keduanya memiliki kesamaan pada translokasi reprokal antara 11 dan

22, pola biokimia dan ekspresi onkogenik. Tumor bia tumbuh di bagian

tubuh mana pun, lokasi yang paling sering erletak pada tulang panjang

anggota gerak, panggul, atau dada. Tumor juga bisa tumbuh di tulang

tengkorak atau tulang pipih lainnya. Tumor mudah menyebar, sering

kali menyebar ke paru-paru dan tulang lainny. Pada saat terdiagnosis,

penyebarannya telah terjadi hamper pada 30% penderita.

2) Sarkoma Sel Retikulum

Sarkoma sel reticulum adalah suatu tumor ganas yang gambaran

mikroskopisnya mirip sekali dengan sarkoma Ewing, tetapi mempunyi

perangai klinis yang berlainan. Didapat terutam pada usia dewasa,

terutama mengenai tulang-tukang panjang, pelvis, dan iga. Tumbuh

23

Page 24: sisitem muskuloskeletal (Neuplasma tulang)

lebih lambat daripada sarkoma Ewing sehingga mengakibatkan rasa

sakit yng lebih sedikit. Secara lokal, proses destruksinya lebih banyak

dibandingkan sarkoma Ewing, dengan akibat dapat terjadi fraktur

patologis.

3) Mieloma Multipel

Mieloma multipel (MM) adalah suatu keganasan sel plasma

(monoclonal paraprotein) dengan karakteristik selplasma yang

abnormal, dan membentuk tumor di sumsum tulang. Penyakit ini

menyerang pria dan wanita, dan biasanya ditemukan pada usia di atas

40 tahun. Keganasan sel plasma (plasmasitoma) paling banyak

ditemukan di tulang femur, tulang panggul, tulang belakang, tulang

rusuk, dan tulang tengkorak.

4) Limfoma Maligna

Limfoma maligna (LM) adalah poliferasi abnormal system limfoid

dan struktur yang membentuknya, terutama menyerang kelenjar getah

bening. Limfoma merupakan penyakit keganasan yang sering

ditemukan pada anak sepertiga leukemia dan keganasan susunan saraf

pusat.

e. Osteoklastoma (Giant Cells Tumor)

Osteoklasoma merupakan tumor tulang yang berada pada tulang dan

mempunyai sifat dan kecenderungan untuk berubah menjadi ganas dan

agresif sehingga tumor ini dikategorikan sebagai suatu umor ganas.

Biasanya tumor ini terdapat pada lengan bawah.

f. Hemangioma

1) Hemangioma

Hemangioma merupakan tumor jinak yang berasal dari system

vascular dan merupakan neoplasma tulang yang jarang di dapat.

Kelainan ini bersifat soliter atau multipel pada tulang, ditemukan

terutama pada tulang belakang dan tengkorak tanpa disertai gejala-gejala

klinis yang jelas dan harus dibedakan dengan hemangioma pada jaringan

lunak. Lokasi tumor sekitar 50% di dapat pada tulang vertebra dan 20%

pada tulang kalvaria.

2) Angiosarkoma (Hemangioedothelioma)

Angiosarkoma tulang sangat jarang ditemukan. Lesi pada kelainan

ini merupakan lesi multipel pada satu tulang, kemudian dengan sangat

24

Page 25: sisitem muskuloskeletal (Neuplasma tulang)

cepat akan metastatis ke tulang sekitarnya atau menuju ke paru.

Angiosarkoma tulang dapat bersifat multipel, serta dapat terjadi pada

tulang dan jaringan lunak. Lokasi tumor terutama pada tulang panjang

pada diafisis tulang.

g. Neuroblastoma

Neoroblastoma adalah penyakit di mana sel-sel yang berbahaya (kanker)

terbentuk dalam jaringan saraf dari kelenjar adrenal, leher, dada atau

sumsum tulang belakang (spinal cord). Neuroblastoma sering kali mulai

pada jaringan saraf dan kelenjar-kelenjar adrenal. Ada dua kelenjar adrenal,

satu di ujung atas dari setiap ginjal di belakang dari perut bagian atas.

Kelenjar-kelenjar adrenal menghasilkan hormon-hormon penting yang

membantu mengontrol denyut jantung, tekanan darah, gula darah, dan cara

tubuh bereaksi pada stress. Neuroblastoma mungkin juga mulai di dada,

pada jaringan saraf dekat tulang belakang di leher, atau di sumsum

belakang (spinal cord).

G. Manifestasi Klinis ( Zairin, dalam buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal, 2012)

Adanya keluhan pembesaran atau benjolan pada tulang, biasanya pasien juga

mengeluh adanya nyeri (terutama pada malam hari, yaitu sebesar 95%). Beberapa

pasien juga mengeluh adanya hambatan dalam melakukan pergerakkan. Lesi pada

tulang belakang memberikan keluhan nyeri pada punggung atau leher, kadang

nyeri juga bisa bersifat radikular dan bisa menyebar ke lengan dan pundak.

Kondisi nyeri ini terjadi apabila diskus akan mengalami tekanan akibat

pembesaran tumor. Lesi pada spina akan memberikan tekanan diskus dan

memberikan gejala neurologis. Pada beberapa pasien, lesi memberikan dampak

pada perubahan struktural dengan deformitas spina skoliasis, tortikolis atau

keduanya. Pada pengkajian regional biasanya akan didapatkan tanda dan keluhan

seperti berikut ini.

1. Look :

Terlihat adanya nyeri tanda peradangan. Adanya (kesakitan), pembesaran

jaringan dan tanda-tanda peradangan. Adanya nyeri menunjukkan tanda

ekspansi tumor yang cepat dan penekanan ke jaringan sekitarnya, perdarahan,

atau degenerasi.

Pembesaran. Penting untuk diperiksa retak pembesaran, jumlah benjilan atau

pembesaran jaringan, dan seberapa diameter ukuran dari benjolan atau

pembesaran jaringan tersebut.

25

Page 26: sisitem muskuloskeletal (Neuplasma tulang)

Tanda-tanda peradangan seperti kemerahan pada sisi lesi, pembengkakan atau

benjolan dengan sisi lesi yang tidak jelas dan tidak mudah bengkak, palpasi

hangat pada pusat lesi secara lokal, keluhan nyeri dan penurunan fungsi

pergerakakan ekstremitas yang terlibat baik bagian distal maupun proksimal.

Pembentukan neovaskularisasi pada kulit atau lesi tumor dengan tanda

terlihatnya gambaran vena-vena pada permukaan dari massa.

Gambar pemeriksaan look pasien osteosarkoma disapatkan adanya

pembesaran jaringan, neovaskularisasi pada atas kulit lesi

2. Feel :

Keluhan nyeri tekan, jaringan tumor mudah bergerak atau masih bisa

digerakkan dan tumor ganas jaringan biasanya tidak mudah digerakkan atau

bersifat kaku dan tidak bergerak

3. Move :

Keterbatasan pergerakan kelemahan fisik. Keterbatasan pergerakkan

berhubungan dengan penurunan rentan gerak. Gangguan ini biasanya semakin

bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri

dan makin besarnya benjolan atau pembengkakan pada klien.

H. Penatalaksanaan Medis (Julia, dalam Keperawatan Ortopedik dan Trauma,

2002)

1. Pengobatan awal dengan memberikan aspirin Nsaid’s untuk menurunkan

keluhan nyeri

2. Intervensi bedah, intervensi ini dilakukan apabila pemberian Nsaid’s tidak

memberikan keluhan

3. Radioterapi

Radoiterapi local untuk lesi simtomatik sangat efektif karena dapat

membunuh sel tumor lokal dan inflamasi yang mengakibatkan nyeri. Bentuk

radioterapi ini cepat, dengan sedikit efek samping. Meski studi telah

membuktikan bahwa kekambuhan setelah respon awal sering terjadi (Dupuy

26

Page 27: sisitem muskuloskeletal (Neuplasma tulang)

dan Golberg, 2001), sebagian pasien mendapatkan manfaat dari penanganan

ulang (Saarto et al, 2002). Jika metastasis menyebar lebih luas, radio isotope

dapat menjadi pilihan penatalaksanaan nyeri yang lebih efektif. Radioterapi

digunakan secara efektif untuk mencegah fraktur patologis pada spina dan

tulang panjang, dan untuk menangani kompresi medulla spinalis, yang

merupakan komplikasih serius dari penyakit tulang matastasis (Saarto et al,

2002)

Tujuan penanganan, yang biasanya paliatif, adalah meningkatkan

kualitas hidup dengan mengendalikan penyakit mengurangi nyeri dan

menjaga mobilitas. Dukungan tim perawat paliatif harus dilibatkan dalam

rencana ini, untuk memantau pengandalian gejalah dan memberi dukungan

psikososial yang penting bagi pasien dan keluarga yang berjuang mengatasi

masalah praktis dan emosional akibat penyakit terminal yang tidak dapat

dihindari.

4. Kemoterapi diberikan untuk :

a. Mengurangi ukuran tumor dan edema yang berkaitan, memungkinkan

pembedahan yang mempertahankan ekstremitas

b. Menghancurkan sel tumor yang membuat tumor nekrosis

c. Mengeradikasi mikrometastasis (Ross Bell, 1994).

Sebelum pembedahan, pasien onkologi ortopedik harus menghadapi

diagnosis kanker yang tiba-tiba, menjalani kemoterapi yang harus segera

dilakukan beserta efek sampingnya yang mengganggu, mendatangi berbagai

unit onkologi untuk pengobatan, dan menghadapi gangguan besar pada

kehidupan yang sedang mereka jalani. Pasien sering masuk rumah sakit untuk

pembedahan dengan jadwal yang sangat ketat antara dosis kemoterapi, dengan

sedikit waktu pemulihan diantaranya. Perawat ortopedik harus memahami hal

ini, mendengarkan keluhan pasien, dan hindari membandingkannya dengan

pasien ortopedik umum lainnya.

Pendekatan yang komperhensif dan holistic, dengan menggunakan semua

keahlian dan dukungan yang ada, akan menjamin bahwa pasien menerima

penanganan yang optimum untuk kanker tulang, disertai transisi yang mudah

antara penanganan dan hasil akhir fungsi yang maksimal tanpa mangganggu

lintas jangka panjang.

5. Intervensi non-bedah, dilaksanakan sampai maturitas skeletal tercapai

6. Terapi fisik. Penderita harus tetap aktif karena tirah baring yang

berkepanjangan bisa mempercepat terjadinya osteoporosi dan menyebabkan

tulang mudah patah

27

Page 28: sisitem muskuloskeletal (Neuplasma tulang)

7. Terapi obat

a. Analgetik

b. Antibiotic

c. Terapi cairan

d. Management hypercalcemia

8. Transplantasi

I. Pemeriksaan Penunjang (Julia, dalam Keperawatan Ortopedik dan Trauma,

2002)

1. Laboratorium

a. Pemeriksaan darah

b. CRP

2. Radiografi

a. Foto polos

b. CT scan

c. MRI

3. Biopsi

4. Histologis

J. Pencegahan kanker tulang

Penyakit kanker tulang dapat dicegah seperti halnya penyakit

lainnya. Pencegahan kanker tulang ada beberapa cara yang dapat dilakukan sejak

dini, yakni:

1. Melakukan penguatan terhadap tulang dengan cara memanen vitamin D

melalui berjemur sebelum pukul 10 pagi di bawah sinar matahari langsung.

2. Mengembangkan pola hidup sehat dengan mengonsumsi makanan yang

seimbang, empat sehat lima sempurna. Terutama makanan yang mengandung

kalsium alami dengan jumlah yang cukup

3. Olahraga yang teratur dapat menguatkan tulang karena banyak bergerak akan

membuat komposisi tulang menjadi lebih padat. Lari dan senam adalah

olahraga yang direkomendasikan baik untuk tulang

4. Hindari makanan yang mengandung zat karsiogenik atau mengandung zat

yang dapat menyebabkan kanker.

5. Tidak mengonsumsi minuman yang mengandung alkohol.

28

Page 29: sisitem muskuloskeletal (Neuplasma tulang)

K. Konsep Asuhan keperawatan (Lukman dalam Asuhan Keperawatan pada Klien

dengan Gngguan Sistem Muskuloskeletal, 2009)

1. Pengkajian

Konsep teori yang digunakan penulis adalah model konseptual

keperawatan dari Gordon. Menurut Gordon data dapat dikelompokkan

menjadi 11 konsep yang meliputi :

a. Aktivitas/Istirahat

Gejala :

1) Kelemahan dan/atau keletihan.

2) Perubahan pada pola tidur dan waktu tidur pada malam hari; adanya

factor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas, dan

berkeringat malam.

3) Keterbatasan partisipasi dalam hobi dan latihan.

4) Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan kasinogen, tingkat stress

tinggi.

b. Sirkulasi

Gejala :

1) Palpitasi dan nyeri dada pada aktivitas fisik berlebihan.

2) Perubahan pada TD.

c. Integritas Ego

Gejala :

1) Faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran dan cara

mengatasi stress (misalnya merokok, minum alcohol, menunda

mencari pengobatan, keyakinan religious/spiritual).

2) Masalah tentang perubahan dalam penampilan, missal alopesia, lesi,

cacat, pembedahan.

3) Menyangakal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak

mampu, tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan

Tanda :

1) Kontrol depresi.

2) Menyangkal , menarik diri, dan marah.

d. Eliminasi

Gejala :

1) Perubahan pola defekasi, misal darah pada feses, nyeri saat defekasi.

2) Perubahan eliminasi urinearius missal nyeri atau rasa terbakar pada

saat berkemih, hematuria.

Tanda :

29

Page 30: sisitem muskuloskeletal (Neuplasma tulang)

1) Sering berkemih.

2) Perubahan bising usu, distensi abdomen.

e. Makanan/Cairan

Gejala :

1) Kebiasaan diet buruk (misalnya rendah serat, tinggi lemak, aditif,

bahan pengawet).

2) Anoreksia, mual atau muntah.

3) Intoleransi makanan.

Tanda :

1) Perubahan pada berat badan (BB), penurunan BB hebat, kaheksia,

berkurangnya masa otot.

2) Perubahan pada kelembapan/turgor kulit, edema.

f. Neurosensori

Gejala :

1) Pusing; sinkope

g. Nyeri/Kenyamanan

Gejala :

1) Tidak ada nyeri yang bervariasi, missal kenyamanan ringan sampai

nyeri berat (dihubungkan dengan proses penyakit).

h. Pernapasan

Gejala :

1) Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang

merokok), pemajanan asbes.

i. Keamanan

Gejala:

1) Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen.

2) Pemajanan matahari lama/berlebihan.

3) Demam.

Tanda :

1) Ruam kulit, ulserasi.

j. Seksualitas

Gejala :

1) Masalah seksual, misalnya dampak pada hubungan, perubahan pada

tingkat kepuasa.

2) Nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun.

3) Multigravida, pasangan seks multiple, aktivitas seksual dini, dan

herpes genital.

30

Page 31: sisitem muskuloskeletal (Neuplasma tulang)

k. Interaksi Sosial

Gejala :

1) Ketidakadekuatan/kelemahan system pendukung.

2) Riwayat perkawinan (berkenaan dengan kepuasan di rumah, dukungan

atau bantuan).

3) Masalah tentang fungsi/tanggung jawab peran.

2. Diagnosis keperawatan

Diagnosis keperawatan pada klien tumor/kanker tulang umumnya

sama dengan tumor/kanker pada organ yang lain. Ada 14 diagnosis

keperawatan yang dapat ditemukan pada klien tumor/kanker, termasuk

tumor/kanker pada tulang. Di bawah ini akan diuraikan diagnosis

keperawatan dari Doenges (2000).

a. Ansietas berhubungan dengan stres, ancaman/perubahan pada (status

peran, fungsi peran, lingkungan, status kesehatan, status ekonomi, atau

pola interaksi) , ancaman kematian.

b. Nyeri kronis berhubungan dengan ketunadayaan fisik atau psikososial

kronis (kanker metastatis)

c. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan penyakit kronis (neoplasma tulang)

3. Rencana keperawatan

Rencana asuhan keperawatan pada klien tumor musculoskeletal, sama

dengan kanker pada system tubuh lainnya. Berikut diuraikan rencana

keperawatan pada klien neoplasma tulang:

a. Intervensi NIC (dx ansietas)

1) Bimbingan Antisipasi: mempersiapkan pasien menghadai

kemungkinan krisis pengembangan dan atau situasional

2) Penurunan ansietas: meminimalkan kekhawatiran, ketakutan,

prasangka, atau perasaan tidak tenang yang behubungan dengan

sumber bahaya yang di antisipasi dan tidak jelas

3) Teknik menenangkan diri: meredakan kecemasan pada pasien yang

mengalami distress akut

4) Peningkatan Koping: membantu pasien untuk beradaptasi dengan

persepsi stressor, perubahan, atau ancaman yang menghambat

pemenuhan tuntutan dan peran hidup

5) Dukungan Emosi: memberikan penenangan, penerimaan, dan bantuan

dukungan selama masa stres

31

Page 32: sisitem muskuloskeletal (Neuplasma tulang)

b. Intervensi NIC (dx Nyeri)

1) Tingkat Kenyamanan: Tingkat persepsi positif terhadap kemudahan

fisik dan psikologis

2) Tingkat Depresi: Keparahan alam perasaan melankolis dan kehilangan

minat dengan peristiwa hidup

3) Pengendalian-Diri Terhadap Depresi: Tindakan individu untuk

meminimalkan melankolis dan mempertahankan minat dengan

peristiwa hidup

4) Nyeri Respon Simpang Psikologis: Keparahan respons simpang

koknitif dan emosi yang dapat diamati atau dilaporkan terhadap nyeri

fisik

5) Pengendalian Nyeri: Tindakan pribadi untuk mengendalikan nyeri

6) Nyeri: Efek Merusak: Keparahan dampak negative nyeri kronik yang

dapat diobservasi atau dilaporkan pada fungsi sehari-hari

7) Tingkat Nyeri: Keparahan nyeri yang dampak atau dilaporkan

c. Intervensi NIC (dx Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh)

1) Manajemen Gangguan Makan: Mencegah dan menangani pembatasan

diet yang sangat ketat dan aktivitas berlebihan atau memasukan

makanan dan minuman dalam jumlah banyak kemudian berusaha

mengeluarkan semuanya.

2) Manajemen Elektrolit: Meningkatkan keseimbangan elektrolit dan

pencegahan komplikasi akibat dari kadar elektrolit serum yang tidak

normal atau di luar harapan

3) Pemantauan Elektrolit: Mengumpulkan dan menganalisis data pasien

untuk mengatur keseimbanga elektrolit.

4) Pemantauan Cairan: Pengumpulan dan analisis data pasien untuk

mengatur kesimbangan cairan

5) Manajemen Cairan atau Elektrolit: Mengatur dan mencegah

komplikasi akibat perubahan kadar cairan dan elektrolit

6) Manajemen Nutrisi: Menbantu atau menyediakan asupan makanan dan

cairan diet seimbang

7) Terapi Nutrisi: Pemberian makanan dan cairan untuk mendukung

proses metabolik pasien yang malnutrisi atau beresiko tinggi terhadap

malnutrisi

8) Pemantauan Nutrisi: Mengumpulkan dan menganalisis data pasien

untuk mencegah dan meminimalkan kurang gizi

32

Page 33: sisitem muskuloskeletal (Neuplasma tulang)

9) Bantuan Perawatan-Diri Makan: Membantu individu untuk makan

10) Bantuan Menaikan Berat Badan: Memfasilitasi Pencapaian kenaikan

berat badan.

4. Implementasi NOC

Asuhan Keperawatan tumor tulang yang meliputi diagnosis keperawatan,

rencana tindakan NIC, tindakan keperawatan NOC, dan rasionalisasi

berdasarkan masing-masing tindakan.

a. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi (kanker), ancaman/perubahan

pada status kesehatan/sosial ekonomi, fungsi peran, pola interaksi,

ancaman kematian, perpisahan dari keluarga.

No.

Tindakan Rasional

1. Tinjau ulang pengalaman klien/orang terdekat sebelum mengalami kanker.

Membantu dalam identifikasi rasa takut dan kesalahan konsep berdasarkan pada pengalaman dengan kanker.

2. Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya.

Memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut, realisasi serta kesalahan konsep tentang diagnosis.

3. Berikan lingkungan terbuka, di mana klien merasa aman mendiskusikan perasaan atau menolak untuk berbicara.

Membantu klien untuk merasa diterima apa adanya, kondisi tanpa perasaan dihakimi dan meningkatkan rasa terhormat dan kontrol.

4. Pertahankan kontak sering dengan klien. Berbicara dengan menyentuh klien bila memungkinkan.

Memberikan keyakinan bahwa klien tidak sendiri atau ditolak. Berikan respek dan penerimaan individu, menegembangkan kepercayaan.

5. Sadari efek-efek isolasi pada klien bila diperlukan untuk imunosupresi atau implant radiasi. Batasi penggunaan pakaian/masker isolasi bila mungkin.

Penyimpangan sensori dapat terjadi bila nilai stimulasi yang cukup tidak tersedia dan dapat memperberat perasaan ansietas/takut.

b. Nyeri kronis berhubungan dengan ketunadayaan fisik atau psikososial

kronis (kanker metastatis).

No.

Tindakan Rasional

1. MandiriKaji nyeri, misal lokasi nyeri, frekuendi, durasi dan intensitas (skala 1-10), serta tindakan

Informasi memberikan data dasar untuk mengefaluasi kebutuhan atau ke efektifan intervensi.

33

Page 34: sisitem muskuloskeletal (Neuplasma tulang)

penghilang nyeri yang digunakan 2. Evaluasi terapi tertentu, missal

pembedahan, radiasi, kemoterapi, bioterapi. Ajarkan pada klien atau orang terdekat apa yang diharapkan.

Ketidaknyamanan adalah umum (missal nyeri insisi,kulit terbakar, nyeri punggung bawah, sakit kepala) tergantung pada prosedur yang digunakan

3. Tingkatkan kenyamanan dasar (missal teknik relaksasi, fisualisasi, bimbingan imajinasi) dan aktifitas hiburan (missal music dan televisi)

Meningkatkan relaksasi dan membantu fokuskan kembali perhatian

4. Dorong penggunaan keterampilan menegemen nyeri (missal teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi), tertawa, music, dan sentuhan terapeutik.

Memungkinkan klien untuk berpartisipasi secara aktif dan meningkatkan rasa control

5. Evaluasi penghilang nyeri atau control

Tujuannya adalah control nyeri maksimum dengan pengaruh minimum pada aktifitas kegiatan sehari hari (AKS)

6. KolaborasiKembangkan rencana menejemen nyeri bersama klien dan tim medis

Rencana terorganisasi mengembangkan kesempatan untuk control nyeri. Terutama dengan nyeri kronis, klien atau orang terdekat harus aktif menjadi partisipan dalam menejemen nyeri dirumah.

c. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan penyakit kronis (neoplasma tulang)

No.

Tindakan Rasional

1. MandiriPantau intake makanan setiap hari, biarkan klien menyimpan buku harian tentang makanan sesuai indikasi

Mengidentifikasi kekuatan atau defisiensi nutrisi.

2. Ukur tinggi badan (TB), berat badan (BB), dan ketebalan lipatan kulit triseps atau dengan antropometrik lainya. Pastikan jumpah penurunan BB saat ini

Membantu dalam identifikasi malnutrisi protein-kalori, khususnya bila BB dan pengukuran antropometrik kurang dari normal.

3. Dorong klien untuk makan dengan diet tinggi kalori kaya nutrient, dengan intake cairan yang adekuat dorong penggunaan supplement dan makan sedikit tapi sering

Kebutuhan metabolic jaringan ditingkatkan, begitu juga cairan (untuk menghilangkan produk sisa). Suplemen berguna untuk mempertahankan masukan kalori dan protein

4. Nilai diet sebelum dan sesudah pengobatan, missal makan, cairan dingin, bubur saring, roti, krekers,

Efektifitasan penilaian diet sangat individual dalam mengurangi mual pasca terapi.

34

Page 35: sisitem muskuloskeletal (Neuplasma tulang)

minuman berkarbonat. Berikan cairan satu bulan sebelum atau sesudah makan.

Klien harus mencoba untuk menemukan solusi atau kombinasi terbaik

5. Control factor lingkungan, missal bau atau tidak sedap atau bising. Hindari makan terlalu manis, berlemak atau makan pedas.

Dapat meningkatkan respons mual atau muntah

6. KolaborasiTinjau ulang pemeriksaan laporan pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi, misal jumlah limfosit total, trasferin serum, dan albumin.

Membantu mengidentifikasi derajat ketidak seimbangan biokimia atau malnutrisi dan memengaruhi pilihan intervensi diet.

BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Neoplasma merupakan masa jaringan yang abnormal, tumbuh berlebihan,

tidak terkoordinasi dengan jaringan normal, dan poliferasi berlangsung terus

meskipun rangsang yang memulainya telah hilang. Pada neoplasma, poliferasi

demikian disebut poliferasi neoplastik, yang mempunyai sifat progresif, tidak

bertujuan, tidak mempedulikan jaringan disekitarnya, tidak ada hubngan dengan

kebutuhan tubuh dan bersifat parasitic.

Tumor tulang adalah istilah yang dapat digunakan untuk pertumbuhan tulang

yang tidak normal, tetapi umumnya lebih digunakan untuk tumor tulang utama,

seperti osteosarkoma, chondrosarkoma, sarkoma Ewing dan sarkoma lainnya.

Kanker tulang disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : radiasi sinar

radio aktif dosis tinggi, keturunan (adapun contoh faktor keturunan/genetika

yang dapat meningkatkan resiko kanker tulang adalah: multiple exostoses,

rothmund-Thomson sindrom, retinoblastoma genetic, Li-Fraumeni sindrom).

Selain itu juga kanker tulang disebabkan oleh beberapa kondisi tulang yang ada

sebelumnya, seperti : penyakit paget (akibat pajanan radiasi ).

Manifestasi klinis yang muncul pada tumor tulang bisa bervariasi tergantung

pada jenis tumor tulangnya, namun yang paling umum adalah nyeri. Akan tetapi

manifestasi lainny juga yang sering muncul, yaitu : persendian yang bengkak dan

inflamasi, patah tulang yang disebabkan karena tulang yang rapuh.

Tumor tulang di bagi menjadi beberapa jenis, antara lain : Multipel myeloma,

Tumor Raksasa, Osteoma, Kondroblastoma, Enkondroma, Sarkoma Osteogenik

(osteosarkoma), Kondrosarkoma, Sarkoma Ewing.

Ada tiga bentuk standar pengobatan kanker tulang, yaitu : pembedahan, terapi

radiasi dan kemoterapi. Adakalanya dibutuhkan kombinasi terapi dari ketiganya.

35

Page 36: sisitem muskuloskeletal (Neuplasma tulang)

Pengobatan sangat tergantung pada jenis kankernya, tingkat penyebaran atau

bermetastasis dan faktor kesehatan lainnya.

B. Saran

1. Bagi perawat

Diharapkan agar para pembaca dapat mengerti dan memahami tentang

penyakit ini “Neoplasma Tulang”. Juga para perawat bisa menerapkan asuhan

keperawatan tentang Neoplasma Tulang dengan baik.

2. Bagi masyarakat

Diharapkan agar selalu memperhatikan kesehatan diri dan lingkungan apabila

di temukan tanda dan gejala neoplasma tulang, maka segera memeriksakan

diri ke fasilitas kesehatan terdekat sehingga dapat di obati segera.

36

Page 37: sisitem muskuloskeletal (Neuplasma tulang)

DAFTAR PUSTAKA

Arnold G.coran. N, Scott adzick. Thomas M,krummel. Jean Martin L. Anthony

Caldamone, Robert Shamberger. Pediatric Surgery seventh edition. Vol 1; 2012.

Department of Pediatrics Surgery. United States of America.

Levitt MA, Pena A. Anorectal malformations. Orphanet Journal of Rare Diseases.

2007; p.2:33.

Lukman, Ningsih Nurma.2009.Asuhan pada Klien dengan gangguan system

musculoskeletal, Jakarta: Salemba Medika

Peter Davis, Julia Kneale.2011, Keperawatan Ortopedik & Trauma Edisi 2, Jakarta:

EGC

Raffensperger J. Anorectal Anomalies. In : Swenson’s pediatric Surgery. Ed 5th

1990. Norwalk, Connecticut : Appleton & Lange. 587-623.

Sjamsuhidayat R, Jong W. Usus Halus, Appendik, Kolon dan Anorektum. Dalam

Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 2th. Jakarta : EGC. 667-70

Wilkinson, Judith M. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9: diagnosis

NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC

37