BAB IPENDAHULUAN
Sepsis neonatorum sampai saat ini masih merupakan masalah utama
di bidang pelayanan dan perawatan neonatus. Menurut perkiraan World
Health Organization (WHO), terdapat 5 juta kematian neonatus setiap
tahun dengan angka mortalitas neonatus (kematian dalam 28 hari
pertama kehidupan) adalah 34 per 1000 kelahiran hidup, dan 98%
kematian tersebut berasal dari negara berkembang.1Sepsis neonatorum
ini dapat dikategorikan sebagai early (dini) dan late (lambat)
onset, 85% bayi yang baru lahir dengan infeksi awal hadir dalam
waktu 24 jam, 5% hadir pada 24-48 jam, dan yang lebih kecil
persentase pasien hadir dalam 48-72 jam. Sepsis terjadi kurang dari
1% bayi baru lahir tetapi merupakan penyebab dari 30% kematian pada
bayi baru lahir.1Secara khusus angka kematian neonatus di Asia
Tenggara adalah 39 per 1000 kelahiran hidup.2 Dalam laporan WHO
yang dikutip dari State of the Worlds Mother 2007 (data tahun
2000-2003) dikemukakan bahwa 36% dari kematian neonatus disebabkan
oleh penyakit infeksi, diantaranya : sepsis; pneumonia; tetanus;
dan diare. Sedangkan 3% kasus disebabkan oleh asfiksia, 7% kasus
disebabkan oleh kelainan bawaan, 27% kasus disebabkan oleh bayi
kurang bulan dan berat badan lahir rendah, serta 7% kasus oleh
sebab lain.3 Sepsis neonatorum sebagai salah satu bentuk penyakit
infeksi pada bayi baru lahir yang masih merupakan masalah utama
yang belum dapat terpecahkan sampai saat ini. WHO juga melaporkan
case fatality rate pada kasus sepsis neonatorum masih tinggi, yaitu
sebesar 40%. Hal ini terjadi karena banyak faktor risiko infeksi
pada masa perinatal yang belum dapat dicegah dan ditanggulangi.4
Selanjutnya dikemukakan bahwa angka kematian bayi dapat mencapai
50% apabila penatalaksanaan tidak dilakukan dengan baik.5Angka
kejadian/insidens sepsis di negara berkembang cukup tinggi yaitu
1,8-18 per 1000 kelahiran hidup dengan angka kematian sebesar
12-68%, sedangkan di negara maju angka kejadian sepsis berkisar
antara 3 per 1000 kelahiran hidup dengan angka kematian 10,3%.6,7
Di indonesia, angka tersebut belum terdata. Data yang diperoleh
dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta periode
Januari-September 2005, angka kejadian sepsis neonatorum sebesar
13,68% dengan angka kematian sebesar 14,18%.8Seringkali sepsis
merupakan dampak atau akibat dari masalah sebelumnya yang terjadi
pada bayi maupun ibu. Hipoksia atau gangguan sistem imunitas pada
bayi dengan asfiksia dan bayi berat lahir rendah/bayi kurang bulan
dapat mendorong terjadinya infeksi yang berakhir dengan sepsis
neonatorum. Demikian juga masalah pada ibu, misalnya ketuban pecah
dini, panas sebelum melahirkan, dan lain-lain berisiko terjadinya
sepsis. Selain itu, pada bayi sepsis yang dapat bertahan hidup,
akan terjadi morbiditas lain yang juga tinggi. Sepsis neonatorum
dapat menimbulkan kerusakan otak yang disebakan oleh meningitis,
syok septik atau hipoksemia dan juga kerusakan organ-organ lainnya
seperti gangguan fungsi jantung, paru-paru, hati dan
lain-lain.9Masih tingginya angka kematian bayi di Indonesia (50 per
1000 kelahiran hidup) mendorong Health Technology Assesment (HTA)
Indonesia untuk melakukan kajian lebih lanjut mengenai permasalahan
yang ada, sebagai dasar rekomendasi bagi pembuat kebijakan demi
menurunkan angka kematian bayi secara umum dan insidens sepsis
neonatorum secara khusus.9
BAB IILAPORAN KASUS I. IDENTITASNama : By. AUmur: 23 hari Jenis
kelamin: laki-laki Agama: IslamAlamat: Jl. Arif rahman hakim MRS
tanggal: 20 september 2014 Keluar RS: 11 Oktober 2014 Nama Ayah :
Tn. A Umur: 27 tahun Pendidikan: Sarjana Pekerjaan: PNS Nama Ibu:
Ny. AUmur: 25 tahun Pendidikan: SMA Pekerjaan : Ibu Rumah
Tangga
II. ANAMNESISAlloanamnesis dengan ibu pasien pada tanggal 1
oktober 2014 pukul 23.40 WIB di ruang perinatologi 1.
A. Riwayat Penyakit Sekarang1. Keluhan utama : sesak nafas.2.
Keluhan tambahan : pasien merintih, tidak mau menyusu/minum, kurang
bergerak dan lemah serta tubuh berwarna kuning.3. Riwayat
perjalanan penyakitPasien datang ke IGD RSUD Raden Mattaher pada
tangga 20 September 2014, rujukan dari RS.Anissa dengan NCB KMK +
respiratory distres sindrom +infeksi +ikterik lahir 2 hari yang
lalu dengan SC atas indikasi KPD kurang lebih 1 minggu BBL 2000 gr.
Pasien disampaikan sesak nafas sejak 2 hari, sesak nafas semakin
lama semakin bertambah hingga kaki dan tangan pasien tampak
kebiruan. Tidak segera menangis . Pasien juga tidak mau minum susu
sejak lahir karena ASI ibu sedikit sehingga diberikan tambahan susu
formula. Pasien juga tampak lemah dan badannya terlihat kuning
sejak 1 hari SMRS.Bayi kemudian dikirim ke IGD RSUD Raden Mattaher
dengan keadaan umum lemah, tangis (-) merintih, sesak nafas (+),
retraksi (+), demam (+), perut kembung (-), kejang (-), muntah (-),
BAB cair (+), frekuansi 2 kali sehari, warna kuning dan konsistensi
lembek, BAK (+), frekuensi 4-5 kali sehari warna kuning jernih.4.
Riwayat penyakit dahulu Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama
(-). Riwayat batuk pilek sebelumnya (-). Riwayat alergi (-).
Riwayat kejang (-).5. Riwayat penyakit keluarga Riwayat penyakit
diabetes melitus, hipertensi, gangguan jantung, TBC dan asma
(-).
B. Riwayat Sebelum Masuk Rumah Sakit1. Riwayat kehamilan dan
kelahiranPasien lahir dengan Sc atas indikasi ketuban pecah dini
kurang lebih 1 minggu pada tanggal 17 September 2014 dibantu
dr.Suhair.SPOG. Menurut ibu pasien, pasien tidak segera menangis
setelah di lahirkan dan kelihatan biru di ujung-ujung tubuh pasien.
Apgar score tidak diketahui. Berat badan lahir 1,9 kg dan panjang
badan 40 cm pasien.2. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan gigi I: - (normal 5-9 bulan) Gangguan perkembangan
mental: tidak ada Tengkurap: - (normal 6-9 bulan) Duduk: - (normal
6-9 bulan) Berdiri: - (normal 9-12 bulan) Berjalan: - (normal 12-18
bulan) Bicara: - (normal 12-18 bulan).Kesan : riwayat pertumbuhan
dan perkembangan belum dapat dinilai.
Riwayat makananASI: diberikan sejak awal lahir.Susu kaleng:
+Bubur nasi: -Nasi TIM: -Kesan : pasien mendapat ASI dengan
tambahan susu formula.3. Riwayat imunisasiBCG: -Polio: -DPT:
-Campak: -Hepatitis: -Kesan : imunisasi dasar belum lengkap.4.
Riwayat keluargaPasien merupakan anak pertama, ibu pasien sebelum
nya pernah hamil namun keguguran.5. Riwayat sosial ekonomiAyah
pasien bekerja sebagai PNS di dinas perhubungan. Ibu pasien bekerja
sebagai ibu rumah tangga. Sehingga untuk kebutuhan pokok
sehari-hari cukup.6. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Parotitis: -Petusis: -Difteri: -Tetanus: -Campak: -Varicella:
-Tipoid: -Malaria: -DBD: -Demam menahun: -Radang paru: -TBC:
-Kejang: -Lumpuh: -Batuk/pilek: -Muntah berak: -Asma: -Cacingan:
-
III. PEMERIKSAAN FISIKa. Keadaan umum :tampak sakit
beratKesadaran:letargiKeaktifan: gerakan kurang aktif, ekstremitas
dalam keadaan fleksi simetris.BB: 1900 gramPB: 40 cmEdema:
-Sianosis: + ( pada sekitar mulut dan ujung-ujung
ekstremitas)Dipsneu: +Ikterus: +Suhu: 36 0 CRespirasi: 75
x/menitSpo2: 85 % (terpasang O2 5 L/menit head box)GDS:
98mg/dlTurgor: baikNadiFrekuensi: 124x/menitb. KulitWarna:
kuningHipo/hiperpigmentasi: -Ikterik: +Bersisik: -c. Kepala Bentuk
:Normochepal. UUB: normal RambutWarna:HitamTebal / tipis
:tipisJarang / tidak (distribusi):Normal MataPalpebra:Edema (-/-),
cekung (-/-)Konjungtiva:Anemis (-/-)Sklera:Ikterik (-/-)Pupil
Diameter:3 mm / 3 mmSimetris:Isokor (+ / +)Refleks cahaya: (+ /
+)Kornea:JernihAir mata: (+)
TelingaBentuk:SimetrisSekret:(-/-)Nyeri:(-/-)
HidungBentuk:SimetrisPernapasan cuping hidung : (+)Sekret:- /
-Epistaksis :- / - FaringHiperemis:-Edema:- Tonsil
Warna:-Pembesaran:T1/T1 MulutBentuk: SimetrisBibir:Mukosa kering
(-)Gusi:Mudah berdarah (-)Kesulitan menyusu: ( - )
LidahBentuk:SimetrisPucat:( - )Kotor:( - )Warna:Merah muda Gigi:
Belum tumbuhd. Leher Pembesaran kelenjar leher:-Massa:-e.
ThoraksJantung
13
Inspeksi Ictus cordis : tidak tampak. Pulsasi jantung: -Palpasi
Ictus cordis: DBN Thrill: - Aktivitas jantung kanan: DBN Aktivitas
jantung kiri: DBN
Perkusi Batas kiri: DBNBatas kanan: DBN Interkostal:
DBNSubkostal: DBNEpigastrium: DBN
AuskultasiBunyi jantung I: reguler Bunyi jantung II: reguler
Mitral: ( + )Pulmonal : ( + )Trikuspid: ( + )Aorta : ( + )Bising
Jantung: ( - )
Paru INSPEKSI STATISBentuk : seperti dada burung Simetris : +
Clavicula : dbnSternum : dbnBendungan vena : -Tumor : -
INSPEKSI DINAMISGerakan: Dinamis cepatBentuk pernapasan:
TorakoabdominalRetraksi Subkosta: (+) sedang Retraksi Epigastrium :
(+) sedang
PalpasiNyeri tekan : - Tumor: -Fraktur iga: - Stemfremitus:ka/ki
sama meningkatKrepitasi: -
PerkusiBunyi ketuk: sonorNyeri ketuk: -Batas paru - hati:
dbn
AuskultasiBunyi napas pokok: Vesikuler melemah.Bunyi napas
tambahan: Wheezing (+/+), 2 lapangan paru, dan Ronki basah halus
nyaring (+/+) akhir inspirasi, hampir di seluruh lapang paru.
Stridor (+).
AbdomenInspeksiBentuk: Supel.Umbilikus :tidak berbau .Turgor:
Cepat kembali < 2 AuskultasiBising usus (+) normalPalpasiNyeri
tekan : -Nyeri lepas: -Hepar: tidak terabaLien: tidak terabaMassa:
tidak terabaPerkusiBunyi ketuk : timpaniAsites: -Ekstremitas :
Akral ekstremitas atas dan bawah hangat, edema (-), sianosis (+),
CTR < 2.Genitalia : laki laki , tidak ada kelainan. Anus : (+),
tidak ada kelainan.
IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUMPemeriksaan Hematologi
HasilInterpretasi
WBC 24,6 H 103/mm3 (normal: 3,5-10,0)Meningkat
RBC 4,75 L 106/mm3 (normal: 3,80-5,80)Normal
HGB 14,3 g/dl (normal: 11,0-16,5)Normal
HCT 42,8 % (normal: 35,0-50,0)Normal
PLT 46 L103/mm3 (normal: 150-390)Menurun
PCT 0,35 L% (normal: .100-.500)Normal
MCV 90 L fl (normal: 80-97)Normal
MCH 30,0 L pg (normal: 26,5-33,5)Normal
MCHC 33.3 g/dl (normal: 31,5-35,0)Normal
RDW 19,5 H % (10.0-15.0)Meningkat
MPV 7,5 fl (6.5-11.0)Normal
PDW 7,8 % (normal: 10.0-18.0)Normal
LYM 2,9 103/mm3(normal: 1.2-3.2)Normal
MON 0,8 103/mm3 (normal: 0.3-0.8)Normal
GRA 1 20,9 103/mm3 (normal: 1.2-6.8)Normal
GDS98 mg/dlNormal
Pemeriksaan kimia darahBilirubin total: 18,0mg/dl
MeningkatBilirubin direk: 10,6 mg/dl MeningkatBilirubin indirek:
7,4 mg/dl
Pemeriksaan imunologiCPR: + (positif)
V. DIAGNOSIS KERJA
NCB KMK Respiratory Distress sindrom + sepsis neonatorum +
ikterik.
VI. TERAPI CPAP : F1O2 21%, PEEP 7 Pemasangan OGTPuasaIVFD D5-
NS 8 tetes/menitInjeksi Ampicillin 2x150 mg IVInjeksi Gentamisin
15mg/36 jamInjeksi Meropenem 3x120 mgTerapi sinar
VII. PROGNOSAQuo ad vitam : dubia ad malamQuo ad fungsionam :
dubia ad malam
VIII. FOLLOW UPTanggalSOAP
93/10/2014Sesak nafas, lemah. N : 148 x/iRR : 60 x/iT : 36,5
CSpO2 : 85 %K/U : Tampak sakitKes. : lemahKepala : Normocepal Mata
: CA (-/-), SI (-/-)THT : DBN Mulut : DBN Thoraks : Cor : BJ I dan
II reguler, murmur (-), gallop (-). Pulmo : ves/ ves, wheezing
(-/-), ronkhi basah halus nyaring (-/-). Abdomen : BU (+) N,
kembung (-)Ekstremitas : akral hangat.NCB KMK Respiratory Distress
sindrom ec BBLR + HMD + sepsis neonatorum + ikterik.
CPAP :F1O2 21%, PEEP 7 Pemasangan OGT (dower) IVFD D5- NS 8
tetes/menit Injeksi Ampicillin 2x150 mg IV Injeksi ceftatidin 2 x
100 mg Terapi sinar
4/10/2014Sesak napas, lemah, kuning.N : 138 x/iRR : 56 x/iT :
36,5 CSpO2 : 100 %K/U : Tampak sakitKes. : lemahKepala : Normocepal
Mata : CA (-/-), SI (-/-)THT : DBN Mulut : DBN Thoraks : Cor : BJ I
dan II reguler, murmur (-), gallop (-). Pulmo : ves/ ves, wheezing
(-/-), ronkhi basah halus nyaring (-/-). Abdomen : BU (+) N,
kembung (-)Ekstremitas : akral hangat.
NCB KMK Respiratory Distress sindrom ec BBLR + HMD + sepsis
neonatorum + ikterik CPAP :F1O2 21%, PEEP 7 Pemasangan OGT (dower)
IVFD D5- NS 8 tetes/menit Infus aminofusin paed 60cc/24 jam Injeksi
Ampicillin 2x150 mg IV Injeksi Meropenem 3x120 mg Terapi sinar
15/10/2014lemahN : 135 x/iRR : 66 x/iT : 36,5 CSpO2 : 98 %K/U :
Tampak sakitKes. : lemahKepala : Normocepal Mata : CA (-/-), SI
(-/-)THT : DBN Mulut : DBN Thoraks : Cor : BJ I dan II reguler,
murmur (-), gallop (-). Pulmo : ves/ves, wheezing (-/-), ronkhi
basah halus nyaring (+/+). Abdomen : BU (+) N, kembung
(+)Ekstremitas : akral hangat.NCB KMK Respiratory Distress sindrom
ec BBLR + HMD + sepsis neonatorum + ikterik CPAP :F1O2 21%, PEEP 7
Pemasangan OGT (dower) IVFD D5- NS 8 tetes/menit Infus aminofusin
paed 60cc/24 jam Injeksi Ampicillin 2x150 mg IV Injeksi Meropenem
3x120 mg Terapi sinar
BAB IIITINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISISepsis atau septikemia adalah keadaan ditemukannya
gejala klinis terhadap suatu penyakit infeksi yang berat, disertai
dengan ditemukannya respon sistemik yang dapat berupa hipotermia,
hipertermia, takikardia, hiperventilasi dan letargi.Sindrom sepsis
adalah sepsis yang telah disertai dengan gangguan perfusi organ
seperti gangguan akut status mental, oliguria, peninggian kadar
asam laktat di dalam darah dan hipoksemia.Sepsis neonatorum
merupakan gejala klinis dari penyakit sistemik yang disertai dengan
bakteremia yang terjadi pada bulan pertama setelah bayi lahir.
Sepsis pada bayi baru lahir adalah infeksi aliran darah yang
bersifat invasif dan ditandai dengan ditemukannya bakteri dalam
cairan tubuh seperti darah, cairan sumsum tulang atau air kemih.
Sepsis neonatorum adalah suatu infeksi berat yang menyebar
keseluruh tubuh bayi baru lahir sampai 1 bulan atau 4minggu
pertama, ditandai dengan gejala-gejala sistemik dan bakteremia.
Sepsis merupakan respon sistemik terhadap infeksi oleh bakteri,
virus, jamur dan protozoa. Sedangkan bakteremia adalah ditemukannya
bakteri di dalam kultur darah.Sepsis neonatorum ini biasanya dibagi
dalam dua kelompok yaitu sepsis awitan dini dan awitan lambat. Pada
awitan dini, kelainan ditemukan pada hari-hari pertama kehidupan
(umur dibawah 3 hari). Infeksi terjadi secara vertikal karena
penyakit ibu atau infeksi yang diderita ibu selama selama
persalinan atau kelahiran. Sementara pada awitan lambat terjadi
karena kuman yang berasal dari lingkungan di sekitar bayi setalah
hari ke 3 lahir. Proses infeksi ini disebut juga infeksi dengan
transmisi horizontal dan termasuk didalamanya infeksi karena kuman
nosokomial.Sepsis yang baru timbul dalam waktu 4 hari atau lebih
kemungkinan disebabkan oleh infeksi nosokomial (infeksi yang
didapat di Rumah Sakit). Onset lebih cepat pada bayi prematur.
Sepsis neonatorum disebut juga sepsis, atau septikemi
neonatal.Sejak adanya konsesus dari American College of Chest
Physicians/Society of Critical Medicine (ACCP/SCCM) telah timbul
berbagai istilah dan definisi dibidang infeksi yang banyak pula
dibahas pada kelompok BBL dan penyakit anak. Istilah atau definisi
tersebut antara lain: Sepsis merupakan sindrom respon inflamasi
sistemik (Systemic Inflamatory Respons Syndrome-SIRS) yang terjadi
sebagai akibat infeksi bakteri, virus, jamur ataupun parasit.
Sepsis berat adalah keadaan sepsis yang disertai disfungsi organ
kardivaskuler dan gangguan napas dua organ lain (seperti gangguan
neurologi, hematologi, urogenital dan hepatologi). Syok septik
terjadi apabila bayi masih dalam keadaan hipotensi walaupun telah
mendapat cairan adekuat. Sindroma disfungsi multi organ terjadi
apabila bayi tidak mampu lagi mempertahankan homeostasis tubuh
sehingga terjadi perubahan fungsi dua atau lebih organ.
II. EPIDEMIOLOGISepsis merupakan masalah yang belum dapat
teratasi dalam pelayanan dan perawatan bayi baru lahir. Di negara
berkembang, hampir sebagian besar bayi baru lahir yang dirawat
mempunyai kaitan dengan masalah sepsis. Angka kejadian atau
insidens sepsis di negara berkembang masih cukup tinggi yaitu
1,8-18/1000 kelahiran dibanding negara maju 1-5/1000 kelahiran.
Sepsis terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan
penyebab dari 30% kematian pada bayi baru lahir. Infeksi bakteri
lima kali lebih sering terjadi pada bayi baru lahir dengan berat
badan kurang dari 2,75 kg dan dua kali lebih sering menyerang bayi
laki-laki. Infeksi pada neonatal di Indonesia masih merupakan
masalah yang gawat. Di Jakarta terutama di RSCM, infeksi merupakan
10-15% dari morbiditas perinatal. Angka kejadian sepsis neonatorum
adalah 1-10/1000 kelahiran hidup.
III. ETIOLOGISepsis dapat timbul sebagai lanjutan dari infeksi
mikroorganisme termasuk bakteri, virus, jamur dan parasit. Bayi
dapat terkena infeksi selama kehamilan, dari traktus genital ibu
selama kelahiran, atau setalah bayi lahir oleh sebab lain.Faktor
Predisposisia) Prematuritas dan berat badan lahir rendah.
Prematuritas merupakan salah satu faktor signifikan berkaitan
dengan sepsis. Risiko meingkat bila disertai dengan kelahiran berat
badan bayi rendah.b) Ruptur membran. Ruptur membran dini atau
berkepanjangan (>18jam)c) Maternal peripartum fever (>380
C/100.4oF). chorioamniosistis (bau yang tidak enak disertai warna
keruh pada cairan amnion), infeksi saluran kemih, kolonisasi
kelompok B streptococcus (GBS) pada vagina, penyakit GBS sebelumnya
saat melahirkan, kolonisasi perineal akibat E.coli dan komplikasi
obstetric.d) Kehamilan multipel (>1).e) Prosedur invasif.
Pemantauan invasif (fetal scalp electrodes), intravascular
catheterization (percitaneous inserted central catethers/PICC) dan
cateter umbilical dan respirasi ( intubasi endotrakeal) atau
bantuan metabolik (nutrisi total parenteral).f) Bayi dengan
galactosemia (sepsis E.coli) defect imunitas, atau asplenia.g)
Faktor lain. Pria 4x lebih sering terkena dibandingkan wanita, dan
kemungkinan genetik sex-linked pada host bisa diturunkan. Beragam
dari fungsi imunitas memainkan peran. Pemberian makanan melalui
botol (bottle feeding( berlawanana dengan breast feeding dapat
menyebabkan infeksi. Status sosial ekonomi rendah juga dilaoporkan
sebagai penambah faktor risiko namun dapat dijelaskan akibat
terjadinya kelahiran berat badan rendah. Staf NICU dan anggota
keluarga merupakan faktor lain terhadap penyebaran mikroorganisme
biasanya akibat cuci tangan yang tidak benar.
Bayi juga dapat menderita sepsis karena terkena infeksi setelah
kelahiran dari orang atau benda yang terinfeksi. Bayi di neonatus
intensive care unit (NICU) berisiko mendapat infeksi nosokomial,
terutama mereka yang prematur atau memiliki berat lahir rendah
sehingga lebih rentan terkena infeksi. Mikroorganisme yang normal
hidup dikulit dapat menyebabkan infeksi bila memasuki tubuh melalui
kateter dan pipa lain yang menyertai tubuh bayi. Di negara
berkembang macam infeksi yang sering ditemukan adalah infeksi
saluran pernapasan akut, infeksi saluran cerna (diare), tetanus
neonatal, sepsis dan meningitis.27Penyebab utama sepsis neonatorum
onset dini adalah sterptokokus grup B (GBS) dan bakteri enterik
(E.coli) dari traktus genital maternal. Pada onset lambat terutama
GBS, virus herpes simpleks, enterovirus dan E.coli. pada bayi berat
lahir rendah yang rentang infeksi nosokomial kuman penyebabnya
terutama Candida dan Stafilokokus koagulase negatif (CONS).
IV. PATOGENESISInfeksi dapat masuk ke dalam tubuh neonatus
melalui tiga rute, yaitu: in utero (transplasental), intrapartum
(asendens), dan post partum (nosokomial). Neonatus tidak dapat
merespon benda asing infeksius dikarenakan adanya defisit dari
respon fisiologis terhadap agen infeksius. Studi neonatus masih
terbatas, namun ditemukan produksi sitokin berkurang. Ditemukan
peningkatan kadar interleukin-6, tumor necrosis factor (TNF), dan
faktor aktifasi platelet.Sepsis dini, organisme penyebab penyakit
didapat dari intrapartum, atau melalui saluran genital ibu. Pada
keadaan ini kolonisasi patogen terjadi pada periode perinatal.
Beberapa mikroorganisme penyebab bertransmisi ke janin melalui
plasenta secara hematogenik. Cara lain masuknya mikroorganisme,
dapat melalui persalinan. Dengan pecahnya selaput ketuban,
mikroorganisme dalam flora vagina atau bakteri patogen lainnya
secara asenden dapat mencapai cairan amnion dan janin. Hal ini
memungkinkan terjadinya khorioamnionitis atau cairan amnion yang
telah terinfeksi teraspirasi oleh janin atau neonatus, yang
kemudian berperan sebagai penyebab kelainan pernapasan. Adanya
vernix atau mekonium merusak peran alami bakteriostatikcairan
amnion. Akhirnya bayi dapat terpapar flora vagina waktu melalui
jalan lahir. Kolonisasi terutama terjadi pada kulit, nasofaring,
orofaring, konjungtiva, dan tali pusat. Trauma pada permukaan ini
mempercepat proses infeksi. Penyakit dini ditandai dengan kejadian
yang mendadak dan berat, yang berkembang denga cepat menjadi syok
sepsis dengan angka kematian tinggi. Insidens syok septik 0,1-0,4%
dengan mortalitas 15-45% dan morbitas kecacatan saraf.Pada onset
lambat, bakteri penyebab sepsis dan meningitis timbul sesudah
lahir, yang berasal dari saluran genital ibu, kontak antar manusia
atau dari alat-alat yang terkontaminasi. Disini transmisi
horisontal memegang peranan. Insidens sepsis onset lambat sekitar
5-25%, sedangkan mortalitas 10-20% namun padabayi kurang bulan
mempunyai risiko lebih mudah terinfeksi, disebabkan penyakit utama
dan imunitas yang imatur. Jika persalinan berlangsung lama, maka
bakteri di vagina dapat secara vertikal menyebabkan inflamasi
padaketuban, tali pusat dan plasenta. Infeksi fetal dapat juga
disebabkan aspirasi cairan amnion yang terinfeksi. Hal ini dapat
menyebabkan lahir mati, persalinan prematur, atau sepsis neonatus.
Keman yang terisolasi dari cairan amnion yang terinfeksi yaitu
bakteri anaerobik, streptococcus B hemoliticus grup B, Escheria
coli, dan Mycoplasma.Cairan amnion dapat mencegah Escherichia coli
dan bakteri lain berkembang lebih jauh karena mengandung dan
bakteri lain berkembang lebih jauh karena mengandung lyzozyme,
transferin, dan imunoglobulin (IgA dan IgG). Jika terdapat meconium
dan verniks, biasanya akan terjadi peningkatan Escherichia coli dan
streptococcus B hemolitycus grup B.Infeksi pada ibu hamil waktu
melahirkan memiliki peranan penting terhadap infeksi neonatus.
Infeksi secara transplasenta sewaktu atau sebelum melahirkan dapat
terjadi walaupun terlihat seperti infeksi saat melewati jalan
lahir. Mikroorganisme yang didapat neonatus selama kelahiran akan
berkembang dikulit, mukosa nasofaring dan orofaring, konjungtiva
dan tali pusat dan pada neonatus perempuan di genitalia externa.
Kulit pada neonatus yang lahir secara seksio cesarea akan lebih
bebas kuman kuman dibanding yang lahir secara pervaginam diamana
neonatus akan terpapar mikroorganisme yang terdapat dijalan
lahir.Endotrakeal suction juga dapat menyebabkan terpapar terhadap
mikroorganisme. Neonatus juga dapat terinfeksi melalui sirkumsisi
ataupun pemotongan tali pusat. Neonatus dengan satu atau lebih
faktor predisposisi (seperti berat badan lahir rendah/BBLR, ketuban
pecah dini, trauma persalinan, hipoksia fetal, jenis kelamin
laki-laki, atau infeksi ibu selama peripartum) akan meningkatkan
risiko terhadap sepsis. Fungsi fagosit yang belum matur dan
penurunan respon inflamasi dan imunitas yang sering pada neonatus
yang kecil menyebabkan neonatus rentan terhadap sepsis. Hipotermia
pada neonatus (suhu rektal 35 C) berkaitan erat dengan peningkatan
insidens sepsis. Sampai sekarang masih kurang jelas apakah
hipotermia merupakan prdisposisi ataupun akibat dari sepsis.Tali
pusat sering menjadi portal atau saluran masuknya infeksi sistemik
pada neonatus, jaringan yang sudah mati seperti tali pusat sangat
cocok untuk pertumbuhan bakteri dan pembuluh darah umbilikal dapat
sebagai saluran langsung infeksi ke sirkulasi darah
neonatus.Lemahnya pertahanan tubuh bayi kurang bulan atau pada bayi
cukup bulan risiko tinggi disebabkan oleh:1) Sistem imuitas
selulerNetrofil atau sel PMN yang vital untuk membunuh bakteri,
mengalami defek dalam kemotaksis dan kapasitas menghancurkan.
Ikatan endotel pembuluh darah berkurang sehingga menurunkan
kemampuan dalam membatasi, menyebabkan area intravaskular
bermigrasi ke dalam jaringan. Pada jaringan, sel tersebut gagal
berdegregasi sebagai respon terhadap faktor kemotaktik. PMN
neonatal juga sedikit cacat sehingga kemampuannya memasuki matriks
ekstraseluler dari jaringan untuk mencapai daerah yang inflamasi
berkurang. Kemampuan PMN neonatus yang terbatas untuk memfagosit
dan membunuh bakteri akan terganggu ketika bayi sakit secara
klinis. Akhirnya, cadangan netrofil akan habis dengan mudahnya oleh
karena penurunan respon sumsum tulang, terutama bayi prematur.2)
Sistem imunitas humoralKadar IgG pada neonatus tergantung dari
transport aktif melalui plasenta oleh karena semua tipe IgM, IgA
dan IgE tidak melalui plasenta, karena itu pada neonatus jumlahnya
kurang. Antibodi yang ditransfer ke janin, akan menjadi pelindung
terhadap infeksi spesifik yang pernah di derita ibu sebelumnya.
Secara kunatitatif jumlah IgG jelas kurang pada bayi berat badan
lahir rendah/BBLR, karena sebagian besar IgG ditransfer melalui
plasenta sesudah 32 minggu kehamilan; maka jumlah IgG pada bayi
kurang bulan sangat rendah dibanding bayi cukup bulan. Jumlah ini
berkurang pada beberapa bulan pertama sesudah lahir, keadaaan ini
disebut hipoimunoglobulinemia fisiologis pascanatal. Hal ini
merupakan faktor risiko terjadinya infeksi nosokomial pada masa
neonatal.
Faktor risiko pada kehamilan dan persalinan sebagai indikator
kecurigaan terhadap sepsis:Faktor risiko mayorFaktor risiko
minor
Ketuban pecah dini >24jam Ibu demam saat intra-partum >
380 C Koriomnionitis Denyut jantung janin menetap > 160x/menit
ke 537,50C Apgar score menit 1