Top Banner
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional di segala bidang yang selama ini telah dilaksanakan oleh pemerintah, telah mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara umum antara lain dapat dilihat dari menurunnya angka kematian ibu dan bayi serta meningkatnya angka umur harapan hidup. Jumlah usia lanjut pada tahun 2000 adalah 2,28% dan diproyeksikan pada tahun 2020 akan meningkat sebesar 11,34% (BPS, 1992). Dari data USA-Bureau of the Census Indonesia diperkirakan akan mengalami peningkatan warga lansia sebesar 414% antara tahun 1990-2025 yang merupakan sebuah peningkatan tertinggi di dunia (Kinsella,1993). Usia lanjut adalah suatu tahap terakhir dari siklus hidup manusia, merupakan bagian dari proses kehidupan yang tidak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu. Kejadiannya pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun namun kemunduran fungsi pada usia lanjut dapat dihambat. Proses penuaan ( aging process ) merupakan suatu proses yang alami ditandai dengan adanya penurunan atau perubahan kondisi fisik, psikologis maupun sosial dalam berinteraksi dengan orang lain. Proses menua akan terjadi secara terus menerus secara alami mulai dari lahir sampai menjadi tua. Proses
106

senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

Dec 08, 2016

Download

Documents

ngohanh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan nasional di segala bidang yang selama ini telah dilaksanakan

oleh pemerintah, telah mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara

umum antara lain dapat dilihat dari menurunnya angka kematian ibu dan bayi

serta meningkatnya angka umur harapan hidup. Jumlah usia lanjut pada tahun

2000 adalah 2,28% dan diproyeksikan pada tahun 2020 akan meningkat sebesar

11,34% (BPS, 1992). Dari data USA-Bureau of the Census Indonesia

diperkirakan akan mengalami peningkatan warga lansia sebesar 414% antara

tahun 1990-2025 yang merupakan sebuah peningkatan tertinggi di dunia

(Kinsella,1993).

Usia lanjut adalah suatu tahap terakhir dari siklus hidup manusia, merupakan

bagian dari proses kehidupan yang tidak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh

setiap individu. Kejadiannya pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai

usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun namun kemunduran

fungsi pada usia lanjut dapat dihambat.

Proses penuaan ( aging process ) merupakan suatu proses yang alami

ditandai dengan adanya penurunan atau perubahan kondisi fisik, psikologis

maupun sosial dalam berinteraksi dengan orang lain. Proses menua akan terjadi

secara terus menerus secara alami mulai dari lahir sampai menjadi tua. Proses

Page 2: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

2

menua bukan suatu penyakit tetapi merupakan proses menurunnya daya tahan

tubuh dalam menghadapi rangsangan internal dan eksternal tubuh ( Miller, 2004).

Pada umumnya warga lanjut usia dapat digolongkan menjadi kondisi menua

optimal ( optimal aging ) dan menua abnormal atau patologis (pathological

aging). Para pakar otak ( neuroscientist ) cenderung untuk lebih memperhatikan

dan mengkaji mereka yang dalam keadaan menua patologis yaitu dalam keadaan

abnormal, tidak sehat, dan berpenyakit. Padahal jumlahnya hanya 6-15 persen,

sisanya yang berjumlah 85-94 persen dari populasi lanjut usia yang dalam

keadaan sehat tidak cocok apabila dibandingkan dengan kondisi mereka yang

berkelainan, berpenyakit, dan mengalami kemunduran sumber daya otak atau

brain power ( Kusumoputro, 2003 ).

Pada tahun 1989, mantan Presiden Amerika Serikat George Bush

mencanangkan tahun 1990-an sebagai “ Decade of the Brain “, kini setelah tahun

1990-an, penekanan dekade tersebut adalah pada proses informasi yang cepat

sebagai pola hidup dan bisnis. Dalam lingkungan yang penuh data informasi ini

orang membutuhkan peningkatan potensi dan sumber daya otak. Yang diperlukan

adalah kebugaran fisik dan kebugaran otak ( brain fitness ). Orang harus

mengikuti keadaan jaman, harus berpikir lebih cepat, lebih tajam, lebih efisien,

dan lebih kreatif. Orang harus belajar lebih cepat, lebih dalam, dan lebih luas,

orang tidak boleh dengan mudah mengabaikan dan melupakan sesuatu. Orang

yang tidak mengikuti upaya-upaya tersebut akan mengalami kemunduran sumber

daya otaknya dan orang tersebut akan tersisih dari lingkungannya. Keadaan itu

berlaku pula bagi mereka yang berusia setengah baya dan berusia lanjut

Page 3: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

3

( Kusumoputro, 2003 ).

Kini setelah Indonesia mengalami era pembangunan terutama setelah

dilaksanakannya program peningkatan kegiatan dalam bidang kesehatan, keluarga

berencana, kebersihan lingkungan, olahraga dan lain-lainnya maka apa yang

menjadi harapan hidup (life expectancy) bangsa Indonesia menjadi meningkat

sehingga angka kematian sebelum masa usia lanjut dapat diperkecil dan

sebaliknya mereka yang telah melampaui usia di atas 60 tahun jumlahnya semakin

besar. Pematangan jaringan yang biasanya dipakai sebagai indeks umur biologis.

Hal ini dapat menerangkan, mengapa orang-orang berumur kronologis sama

mempunyai penampilan fisik dan mental berbeda. Untuk tampak awet muda,

proses biologis ini yang dicegah. Dalam Geriatri ( Ilmu Kesehatan Lanjut Usia )

yang dianggap penting adalah usia biologik seseorang bukan usia kronologiknya

( Aswin 2003 ) dimana sering kita melihat seorang muda usia yang kelihatan

sudah tua dan sebaliknya orang yang usianya tua terlihat masih segar bugar

jasmaninya.

Pada lansia seiring dengan berjalannya waktu, akan terjadi penurunan

berbagai fungsi organ tubuh. Penurunan fungsi ini disebabkan karena

berkurangnya jumlah sel secara anatomis. Selain itu berkurangnya aktivitas,

asupan nutrisi yang kurang, polusi, serta radikal bebas sangat mempengaruhi

penurunan fungsi organ-organ tubuh pada lansia. Suatu penelitian di Inggris

terhadap 10.255 orang lansia di atas usia 75 tahun, menunjukkan bahwa pada

lansia terdapat gangguan-gangguan fisik yaitu arthritis atau gangguan sendi

(55%), keseimbangan berdiri (50%), fungsi kognitif pada susunan saraf pusat

Page 4: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

4

(45%), penglihatan (35%), pendengaran (35%), kelainan jantung (20%), sesak

napas (20%), serta gangguan miksi/ngompol (10%), dari sekian gangguan yang

mungkin akan terjadi pada lansia dapat mengakibatkan terganggunya atau

menurunnya kualitas hidup pada lansia sehingga usia harapan hidup (life

expectancy) juga akan menurun (Sulianti, 2000). Walaupun terjadi penurunan

fungsi pada lansia secara fisiologis, hal yang perlu diperhatikan kepada para lansia

adalah Quality of Life (kualitas hidup). Quality of life adalah kemampuan

seseorang dalam menjalankan kehidupannya baik di tingkat sosial, mental dan

mencapai kesejahteraan bukan hanya terhindar dari penyakit.

Menurunnya fungsi kognitif, gejala ringan adalah mudah lupa dan jika parah

akan menyebabkan kepikunan, sering kali dianggap sebagai masalah biasa dan

merupakan hal yang wajar terjadi pada mereka yang berusia lanjut. Padahal,

menurunnya kemampuan kognitif yang ditandai dengan banyak lupa merupakan

salah satu gejala awal kepikunan.

Kognitif adalah kemampuan pengenalan dan penafsiran seseorang terhadap

lingkungannya berupa perhatian, bahasa, memori, visuospasial, dan fungsi

memutuskan. Penurunan dari fungsi kognitif biasanya berhubungan dengan

penurunan fungsi belahan kanan otak yang berlangsungnya lebih cepat daripada

yang kiri. Tidak heran bila pada para lansia terjadi penurunan berupa kemunduran

daya ingat visual (misalnya, mudah lupa wajah orang), sulit berkonsentrasi, cepat

beralih perhatian. Juga terjadi kelambanan pada tugas motorik sederhana seperti

berlari, mengetuk jari, kelambanan dalam persepsi sensoris serta dalam reaksi

tugas kompleks. Sifat gangguan ini sangat individual, tidak sama tingkatnya satu

Page 5: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

5

orang dengan orang lain. Kemunduran yang paling dominan ditemui adalah

menurunnya kemampuan memori atau daya ingat ( Sulianti, 2000).

Namun, kebanyakan proses lanjut usia ini masih dalam batas-batas normal

berkat proses plastisitas. Proses ini adalah kemampuan sebuah struktur dan fungsi

otak yang terkait untuk tetap berkembang karena stimulasi. Sebab itu, agar tidak

cepat mundur proses plastisitas ini harus terus dipertahankan ( Kusumoputro,

2003 ).

Stimulasi untuk meningkatkan kemampuan belahan kanan perlu diberikan

porsi yang memadai, berupa latihan atau permainan yang prosedurnya

membutuhkan konsentrasi atau atensi, orientasi (tempat, waktu, dan situasi) dan

memori.

Usia bertambah tingkat kesegaran jasmani akan turun. Penurunan

kemampuan akan semakin terlihat setelah umur 40 tahun, sehingga saat usia lanjut

kemampuan akan turun antara 30-50%,( Kusmana, 1992 ).Oleh karena itu, bila

para usia lanjut ingin berolahraga atau meningkatkan kebugaran fisiknya harus

memilih jenis kegiatan olahraga yang sesuai dengan umurnya, dan kemungkinan

adanya suatu penyakit seperti aterosklerosis, arthritis dan osteoporosis dan

penyakit degeneratif lainnya.

Pemberian latihan olahraga pada usia lanjut dimulai dengan intensitas dan

waktu yang ringan kemudian meningkat secara pelahan-lahan serta tidak bersifat

kompetitif/ bertanding. Latihan olahraga bagi manula mempunyai manfaat besar

karena dapat meningkatkan kemampuan aerobik yaitu akan meningkatkan aliran

dan volume pasokan darah yang membawa oksigen ke organ-organ tubuh

Page 6: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

6

terutama ke organ otak. Hal ini didukung oleh penelitian selama 10 tahun pada

pria usia lanjut berdasarkan data dari Finlandia, Italia dan Belanda oleh B. M. van

Gelder dan kawan-kawan (2004) tentang hubungan aktifitas fisik dengan

penurunan kognitif. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa penurunan

intensitas dan durasi aktifitas akan mempercepat proses penurunan fungsi kognitif.

Potensi kerja otak selain dapat ditingkatkan dengan meningkatkan

kebugaran fisik secara umum juga dapat dilakukan dengan pelatihan otak yang

bermanfaat untuk mempertahankan kekuatan otak agar kemampuannya tidak

menurun dengan merangsang otak setiap harinya sehingga diharapkan dapat

mempertahankan bahkan meningkatkan kemampuan fungsi kognitifnya.

Penelitian selama 1 (satu) tahun tentang kaitan latihan fisik terhadap fungsi

kognitif pada kelompok usia beresiko (70-89 tahun) oleh Williamson dan kawan-

kawan (2008) di Amerika Serikat menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai

kognitif yang berasosiasi dengan peningkatan fungsi fisik. Secara spesifik,

penelitian Matthews dan kawan-kawan (2004) dengan latihan Tai Chi pada usia

68-84 tahun (mean rerata 76,6) menunjukan adanya hubungan yang positif.

Sebagai salah satu profesi kesehatan, fisioterapi mempunyai peranan penting

dalam penanganan peningkatan kualitas hidup pada lansia. Seperti yang

dicantumkan dalam Kepmenkes No.1363/Menkes/SK/XII/2001 pasal 1 ayat 2:

Bahwa Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis), pelatihan fungsi dan komunikasi.

Page 7: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

7

Sedangkan menurut WCPT 2007 Fisioterapi adalah: Phisical Therapy is providing services to people and populations to develop, maintain and restore maximum movement and functional ability throughout the lifespan.Physical therapy includes the provision of services in circumstances where movement and function are threatened by the prosess of ageing or that of injury or disease.

Salah satu upaya untuk menghambat kemunduran kognitif akibat penuaan

yaitu dengan melakukan gerakan olahraga atau latihan fisik. Seseorang bukannya

tidak mau bergerak karena tua, tapi menjadi tua karena tidak mau bergerak.

Latihan yang dapat meningkatkan potensi kerja otak yakni meningkatkan

kebugaran fisik secara umum dalam bentuk melakukan senam otak ( Senam

Vitalisasi Otak ) yaitu kegiatan yang merangsang intelektual yang bertujuan

untuk mempertahankan kesehatan otak dengan melakukan gerak badan ( Markam,

2006). Manfaat senam vitalisasi otak dapat meningkatkan kemampuan

kewaspadaan, pemusatan perhatian, daya ingat serta kemampuan eksekutif lansia.

Efek yang lain dengan senam vitalisasi otak para peserta menyatakan bisa

tidur lebih nyenyak, senam ini juga dapat menjaga pikiran tetap segar sehingga

para peserta dapat mempertahankan ingatan, makanya mereka tidak pikun terlebih

mereka yang setiap hari latihan, otomatis sering menghafal gerakan dan otak

bekerja terus secara beraturan ( Markam, 2006).

Sedangkan senam lansia, keuntungannya adalah melatih fisik, fokus utama

pada kekuatan tulang, melibatkan otot-otot besar dan latihannya ditambah

beberapa bentuk permainan-permainan untuk meningkatkan koordinasi,

keseimbangan dan kelentukan ( Tilarso, 1988 ).

Page 8: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

8

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka penulis tertarik untuk meneliti dan

mengkaji lebih dalam melalui penelitian dan dipaparkan dalam tesis dengan judul

” Senam Vitalisasi Otak Lebih Meningkatkan Fungsi Kognitif Kelompok Lansia

daripada Senam Lansia di Balai Perlindungan Sosial Propinsi Banten ”

1.2 Rumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang seperti di atas, maka peneliti merumuskan

masalah yang diteliti adalah :

1. Apakah senam vitalisasi otak tiga kali seminggu selama dua belas

minggu dapat meningkatkan fungsi kognitif kelompok lansia di balai

perlindungan sosial propinsi Banten ?

2. Apakah senam lansia tiga kali seminggu selama dua belas minggu dapat

meningkatkan fungsi kognitif kelompok lansia di balai perlindungan

sosial propinsi Banten ?

3. Apakah senam vitalisasi otak tiga kali seminggu selama dua belas

minggu lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok lansia daripada

senam lansia di balai perlindungan sosial propinsi Banten ?

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

Tujuan umum:

Mendapatkan tipe pelatihan senam vitalisasi otak yang lebih baik

dalam meningkatkan fungsi kognitif pada kelompok lansia.

Page 9: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

9

Tujuan Khusus

1) Untuk mengetahui peningkatan fungsi kognitif dengan senam

vitalisasi otak tiga kali seminggu selama dua belas minggu pada

kelompok lansia di balai perlindungan sosial propinsi Banten.

2) Untuk mengetahui peningkatan fungsi kognitif dengan senam

lansia tiga kali seminggu selama dua belas minggu pada kelompok

lansia di balai perlindungan sosial propinsi Banten.

3) Untuk mengetahui bahwa pelatihan senam vitalisasi otak tiga kali

seminggu selama dua belas minggu lebih baik daripada pelatihan

senam lansia tiga kali seminggu selama dua belas minggu dalam

meningkatkan fungsi kognitif kelompok lansia di balai

perlindungan sosial propinsi Banten.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat untuk dunia pengetahuan

Temuan-temuan yang dihasilkan dalam penelitian ini dapat dipergunakan

sebagai sumbangan pemikiran bagi penentu kebijakan dalam meningkatkan

pelayanan kesehatan pada para lanjut usia dengan memberikan informasi dan

sosialisasi senam kebugaran fisik ( senam lansia ) dan senam vitalisasi otak pada

lanjut usia.

Manfaat untuk kepentingan masyarakat

Pelatihan ini bermanfaat bagi para lansia untuk menghambat kemunduran

fungsi kognitifnya sehingga berguna bagi aktifitas hidup sehari-hari, terutama

untuk kualitas kehidupan lanjut.

Page 10: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Gerontologi

Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari proses ketuaan dan kaitannya,

berasal dari kata "Geras" dari bahasa yunani berarti umur tua dan "Logos"

pelajaran atau penjelasan tentang sesuatu. Istilah gerontologi mempunyai arti luas

karena menyangkut aspek-aspek psikologi, sosio ekonomi, fisiologi Khusus untuk

gerontologi yang menyangkut aspek kesehatan disebut geriatrik yang mempelajari

aspek-aspek medis dalam kehidupan tua. Geriatrik mendalami sebab-sebab dan

upaya perbaikan dari perubahan patologi faali pada orang-orang yang berumur

lanjut.

Dalam Simposium Geriatri (1978) di Jakarta telah diformulasikan mengenai

tujuan gerontologi/geriatri di Indonesia yaitu “Mengadakan upaya dan tindakan-

tindakan sehingga orang-orang usia lanjut selama mungkin tetap dalam keadaan

sehat, baik fisik, mental dan sosial sehingga masih berguna bagi masyarakat,

setidak-tidaknya sedikit mungkin merupakan beban bagi masyarakat Indonesia “

( Darmojo, 1979 ). Pendapat ini di tunjang oleh Takemi (1977) Healthy aging

artinya menjadi tua dalam keadaan sehat yang pertama kali menyatakan”

Gerontology is concend primarily with problem of healthy aging rather than the

preven tion of aging” disini hanyalah mencegah agar proses menua tadi tidak

disertai dengan patologik sehingga timbullah model pencapaian healthy aging

Page 11: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

11

yang dipengaruhi oleh faktor endogen ( kearah proses menuanya organ tubuh )

dan eksogen ( gaya hidup dan lingkungan ).

Secara pasti seseorang yang memasuki masa umur lanjut akan mengalami

kemunduran kemampuan fisik hal ini mempengaruhi kemampuan bergaul dengan

masyarakat luas dan perhatian masyarakat lingkungan dekatnyapun makin lama

makin turun maka pengaruh terhadap pribadinya makin kompleks.

Adapula golongan masyarakat di negara maju yang masih memperhatikan

penambahan pengetahuan pada golongan orang-orang yang berumur, golongan

orang-orang yang berumur masih mempunyai keinginan untuk mendalami dan

mempelajari sesuatu yang sesuai dengan pengalaman waktu muda. Sehingga

bermanfaat hingga timbul kegairahan mengisi sisa kehidupannya. Bagian dari

gerontologi ini disebut gerontologi pendidikan (educational gerontology) dengan

demikian mental dan sosial telah dipersiapkan menempuh masa pensiun.

2.2 Definisi proses penuaan

Penuaan ( = menjadi tua=aging ) adalah suatu proses menghilangnya secara

perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri

dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat

bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang

diderita (Constantinides, 1994). Definisi lain menyatakan bahwa penuaan adalah

suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan terus-menerus, dan

berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis,

fisiologis, dan biokimia pada tubuh, sehingga akan memengaruhi fungsi dan

kemampuan tubuh secara keseluruhan (Depkes RI, 2002).

Page 12: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

12

2.3 Batasan Usia Lanjut

Mengenai kapankah orang disebut lanjut usia, sulit dijawab secara

memuaskan. Di bawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan

umur.

Batasan usia ini sampai sekarang belum memiliki kepastian referensi,

masih banyak yang berpendapat mengenai hal ini, beberapa pendapat mengenai

batasan usia ini antara lain;

a. WHO (1989) menetapkan batasan usia lansia adalah kelompok usia 45-59

tahun sebagai usia pertengahan ( middle/young elderly ) , orang dengan

usia 60-74 tahun disebut lansia (ederly), umur 75-90 tahun disebut tua

(old), umur di atas 90 tahun disebut sangat tua (very old).

b. Undang-undang RI No.4 tahun 1965 menjelaskan bahwa seseorang

dikatakan sebagai lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55

tahun ke atas, tidak mampu mencari nafkah.

c. Menurut pasal 1 ayat 2,3,4 UU no. 13 tahun 1998 tentang kesehatan

dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia

lebih dari 60 tahun.

d. Menurut Prof Dr. Ny. Sumiati Ahmad Mohamad Guru Besar pada

Fakultas Kedokteran Universitas Gadjahmada membagi perkembangan

manusia sebagai berikut 0-1 tahun masa bayi, 1-6 tahun masa prasekolah,

6-10 tahun masa sekolah, 10-20 tahun masa pubertas, 40-65 tahun masa

setengah umur/prasenium dan 65 tahun ke atas masa lanjut usia/ senium

( Bandiah S, 2009 ).

Page 13: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

13

Dalam penelitian ini batasan usia lanjut yang dipakai sebagai subyek

penelitian adalah usia 60 - 74 tahun yang disebut lansia ( ederly )

2.4 Teori terjadinya proses penuaan

Semua organ pada proses menua akan mengalami perubahan strktural dan

fisiologis, begitu pula organ otak. Dalam hal perubahan fisiologis sampai

patologis telah dikenal tingkatan proses menua yang menggunakan istilah

senescence, senility dan demensia. Senescence menandakan perubahan penuaan

normal dan senility menandakan penuaan yang abnormal, tetapi batasnya masih

tidak jelas. Senility juga dipakai sebagai indikasi gangguan mental yang ringan

pada usia lanjut yang tidak mengalami demensia (Cummings, Benson, 1992).

Proses untuk menjadi tua ini memang sudah dimulai sebelum suatu

kelahiran terjadi, selama manusia hidup, akan terjadi suatu perubahan fungsi dan

struktur sel tubuh manusia. maturitas akan terjadi pada sekitar usia 20 atau 25

tahun. pertumbuhan akan berhenti, dan proses ketuaan akan mulai nampak usia 30

tahun ( Aswin, 2003 ) Proses ketuaan ditandai oleh menurunnya kemampuan

tubuh untuk beradaptasi atau pulih dari suatu rangsangan. Begitu pula orang tua

akan berkurang kemampuannya dalam melaksanakan kegiatan fisik.

Penuaan dapat terjadi secara fisiologis dan patologis. Bila seseorang

mengalami penuaan fisiologis (fisiological aging), maka mereka tua dalam

keadaan sehat (healthy aging). Penuaan dibagi menjadi 2, yaitu (1) penuaan sesuai

kronologis usia (penuaan primer) yang dipengaruhi oleh faktor endogen, dimana

perubahan dimulai dari sel, jaringan, organ dan sistem pada tubuh, (2) penuaan

sekunder yang dipengaruhi oleh faktor eksogen, yaitu lingkungan, sosial budaya/

Page 14: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

14

gaya hidup dan lingkungan. Faktor eksogen dapat juga mempengaruhi faktor

endogen, sehingga dikenal faktor resiko. Faktor resiko tersebut yang

menyebabkan penuaan patologis (pathological aging) (Pudjiastuti, Utomo, 2003).

Healthy aging akan dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu endogenic dan exogenic

factor ( Darmojo , 2009 ). Endogenic factor yang dimulai dengan cellular aging,

lewat tissue dan anatomical aging ke arah proses menuanya organ tubuh. Proses

ini seperti jam yang terus berputar. Sedangkan Exogenic factor, yang dapat dibagi

dalam sebab lingkungan (environment ) dimana seseorang hidup dan faktor

sosiobudaya yang paling tepat disebut gaya hidup ( life style ). Faktor exogenic

aging tadi sekarang lebih dikenal dengan sebutan faktor resiko.

Gambar.2.1. Model Healthy Aging dengan faktor-faktornya Sumber: Darmojo,2009

Page 15: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

15

Menuju healthy aging ( menua sehat ) dapat dengan jalan 4P yaitu

peningkatan mutu ( promotion ), pencegahan penyakt ( prevention ), pengobatan

penyakit ( curative ), dan pemulihan ( rehabilitation ), sehingga keadaan

patologikpun dicoba untuk disembuhkan karena proses patologik akan

mempercepat jalannya jam waktu tadi, endogenic dan exogenic factors ini

seringkali sulit untuk dipisah-pisahkan karena saling mempengaruhi dengan erat

maka bila faktor-faktor tersebut tidak dapat dicegah terjadinya maka orang

tersebut akan lebih cepat meninggal.

Faktor endogenic dan exogenic ini lebih dikenal dengan sebutan faktor

resiko, hubungan antara faktor resiko dengan penyakit degeneratif pada para

lanjut usia dapat lebih jelas dilihat pada gambar menyerupai laba-laba di bawah

ini (Darmojo, 2009).

Gambar 2.2. Hubungan antara faktor resiko dengan penyakit degeneratif pada para lanjut usia

Sumber: Darmojo,2009

Page 16: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

16

Faktor resiko dan penyakit degeneratif seringkali bersamaan sehingga

memungkinkan terjadinya banyak penyakit pada satu penderita ( multi patologi )

maka faktor resiko tadi haruslah dicegah dan dikendalikan.

Dalam kaitan dengan proses penuaan, beberapa teori menjelaskan tentang hal

tersebut, antara lain :

2.4.1 Teori genetik

Teori genetik adalah menua telah terprogram secara genetik untuk spesies

tertentu, menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram

oleh molekul-molekul atau DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami

mutasi suatu jam genetik yang telah diputar menurut suatu replikasi, jam ini akan

menghitung mitosis dan menghentikan replikasi sel bila tidak diputar. Jadi

menurut konsep ini bila jam itu berhenti akan meninggal dunia meskipun tanpa

disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit ( Darmojo, Martono,2000).

2.4.2 Teori mutasi somatic (error catastrophe),

Teori mutasi somatik dikatakan ada faktor-faktor lingkungan yang

menyebabkan terjadinya mutasi somatic, proses menua disebabkan oleh

kesalahan-kesalahan yang beruntun sepanjang kehidupan, setelah berlangsung

dalam waktu yang cukup lama, terjadi kesalahan dalam proses transkripsi maupun

proses translasi, kesalahan tersebut menyebabkan terbentuknya enzim yang salah

dan akan menyebabkan reaksi metabolisme yang salah sehingga akan mengurangi

fungsional sel, maka akan terjadi kesalahan yang makin banyak sehingga

terjadilah catastrop (Suhana, 1994).

Page 17: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

17

Salah satu hipotesis yang yang berhubungan dengan mutasi sel somatik

adalah hipotesis “Error Castastrophe”. Menurut teori tersebut menua diakibatkan

oleh menumpuknya berbagai macam kesalahan sepanjang kehidupan manusia.

Akibat kesalahan tersebut akan berakibat kesalahan metabolisme yang dapat

mengakibatkan kerusakan sel dan fungsi sel secara perlahan (Martono, 2000 ).

2.4.3 Teori rusaknya sistem imun tubuh

Teori rusaknya sistem imun tubuh dimana mutasi yang berulang atau

perubahan protein pascatranslasi dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan

sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri. Jika mutasi somatik menyebabkan

terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel, maka hal ini dapat menyebabkan

sistem imun tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan tersebut sebagai

sel asing dan menghancurkannya.

Adanya kerusakan sistem imun tubuh berbentuk sebagai proses

heteroimunitas maupun auto imunitas. Mutasi yang berulang dapat menyebabkan

berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenai dirinya sendiri (self

recognition). Jika mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen

permukaan sel, maka hal ini dapat menyebabkan sistem imun tubuh menganggap

sel yang mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing dan menghancurkannya.

Peristiwa inilah yang menjadi dasar terjadinya peristiwa autonium

(Darmojo,2000).

2.4.4. Teori metabolisme

Teori metabolisme dikatakan bahwa pengurangan asupan kalori pada

rodentia muda akan menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur.

Page 18: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

18

Pentingnya metabolisme sebagai faktor penghambat umur panjang dikemukakan

pula oleh Ballin dan Allen (1989), (dikutip oleh Suhana 1994). Menurut mereka

ada hubungan antara tingkat metabolism dengan panjang umur. Hewan-hewan di

alam bebas dikatakan lebih panjang umurnya daripada hewan laboratorium

(Suhana, 1994). Peristiwa menua akibat metabolisme badan sendiri, antara lain

karena kalori yang berlebihan, kurang aktivitas dan sebagainya (Darmojo, 2000).

2.4.5 Teori radikal bebas

Teori radikal bebas dikatakan radikal bebas dapat terbentuk dialam

bebas, dan didalam tubuh jika fagosit pecah, dan sebagai produk sampingan

didalam rantai pernapasan mitokondria (Oen, 1993). Radikal bebas bersifat

merusak karena sangat reaktif sehingga dapat bereaksi dengan DNA, protein,

asam lemak tak jenuh, seperti dalam membrane sel dan dengan gugus SH.

Walaupun ada system penangkal namun sebagian radikal bebas tetap lolos,

bahkan makin lanjut usia makin banyak radikal bebas yang terbentuk sehingga

proses pengrusakan terus terjadi, kerusakan organela sel makin lama makin

banyak dan akhirnya sel mati (Oen, 1993).Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak

dapat regenerasi

Dari penyebab–penyebab terjadinya proses menua tersebut ada beberapa

peluang untuk memungkinkan kita dapat mengintervensi, supaya proses menua

dapat diperlambat, pertama yang paling banyak kemungkinannya ialah radikal

bebas, kedua sistem imun tubuh, ketiga melalui metabolisme/ makanan dan

aktifitas fisik.

Page 19: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

19

2.5 Faktor-faktor perubahan proses menua

Seperti diketahui healthy aging dipengaruhi oleh faktor endogenic dan

exogenic ( Darmojo, 2009 ). yang dapat diartikan sebagai faktor internal dan

faktor eksternal pada perubahan proses menua.

2.5.1 Faktor internal;

Pengaruh faktor-faktor internal seperti terjadinya penurunan anatomik,

fisiologik dan perubahan psikososial pada proses menua makin besar, penurunan

ini akan menyebabkan lebih mudah timbulnya penyakit dimana batas antara

penurunan tersebut dengan penyakit seringkali tidak begitu nyata (Darmojo,

Martono, 2000).

Penurunan anatomik dan fisiologik meliputi sistem otak dan syaraf otak,

sistem kardiovaskuler, sistem pernapasan, sistem metabolisme, sistem ekskresi

dan sistem musculoskeletal serta penyakit-penyakit degeneratif, Proses menua

tidak dengan sendirinya menyebabkan terjadinya demensia. Penuaan

menyebabkan terjadinya perubahan anatomi dan biokimiawi disusunan saraf

pusat.

Penurunan anatomik dan fisiologik dapat meliputi;

a. Sistem saraf pusat ( otak ) dan saraf otak

Berat otak akan menurun sebanyak sekitar 10%-12% selama hidup,

perbandingan substansi kelabu : substansi putih pada umur 20 = 1,28 : 1,

pada umur 50 = 1,13 : 1 dan pada umur 100 = 1,55:1 ( Tilarso,1988 ).

Disamping itu meningen menebal, giri dan sulci otak berkurang

kedalamannya, kelainan ini tidak menyebabkan gangguan patologi yang

Page 20: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

20

berarti. Pada pembuluh darah terjadi penebalan intima akibat proses

aterosklerosis dan tunika media berakibat terjadi gangguan vaskularisasi

otak yang dapat menyebabkan stroke dan demensia vaskuler sedangkan

pada daerah hipotalamus menyebabkan terjadinya gangguan saraf otak

akibat pengaruh berkurangnya berbagai neurotransmitter ( Martono,

2009 ).

Penurunan aliran darah pada umur 17-18 = 79,3 cc/menit/100gr jaringan

otak, umur 57-99 = 47,7cc/100gr jaringan otak ( Tilarso, 1988 ).

Pada beberapa penderita tua terjadi penurunan daya ingat dan gangguan

psikomotor yang masih wajar, disebut sebagai sifat pelupa benigna akibat

penuaan keadaan ini tidak menyebabkan gangguan pada aktifitas hidup

sehari-hari, biasanya dikenali oleh keluarga atau teman karena sering

mengulang pertanyaan yang sama atau lupa kejadian yang baru terjadi.

b. Sistem kardiovaskuler

Dinding ventrikel kiri sampai usia 80 tahun menjadi 25% lebih tebal dari

usia 30 tahun, cardiac output turun 40% atau kira-kira kurang dari 1%

per tahun, denyut jantung maksimal pada dewasa muda = 195x/menit,

pada 65 tahun= 170x/menit, tekanan darah rata-rata umur 20-24 tahun

pada wanita 116/70 pria 122/76 dan pada umur 60-64 tahun wanita

142/85 dan pria 140/85 ( Tilarso, 1988 ).

Walaupun tanpa adanya penyakit pada usia lanjut jantung sudah

menunjukkan penurunan kekuatan kontraksi, kecepatan kontraksi dan isi

Page 21: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

21

sekuncup. Terjadi pula penurunan yang signifikan dari cadangan jantung

dan kemampuan untuk meningkatkan kekuatan curah jantung

( Martono, 2009 ).

c. Sistem pernapasan

Sistem respirasi sudah mencapai kematangan pertumbuhan pada usia 20-

25 tahun, setelah itu mulai menurun fungsinya, elastisitas paru menurun,

kekakuan dinding dada meningkat, kekuatan otot dada menurun. Semua

ini berakibat menurunnya rasio ventilasi-perfusi di bagian paru yang tak

bebas dan pelebaran gradient alveolar arteri untuk oksigen, disamping

itu ada penurunan gerak silia di dinding system pernapasan, penurunan

reflek batuk yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi akut pada

saluran pernapasan ( Martono, 2009 ).

Menurut Tilarso ( 1988 ), volume residual akan meningkat pada decade

ke 3 s/d 9, kapasitas vital turun 17-22 cc/tahun, pemakaian O2 max pada

keadaan stress turun 50% pada usia 80 tahun.

d. Sistem metabolisme

Pada sekitar 50% usia lanjut menunjukkan intoleransi glukosa dengan

kadar glukosa darah puasa yang normal, frekwensi hipertiroid tinggi

pada usia lanjut ( 25% ) sekitar 75%-nya mempunyai gejala/tanda klasik

sebagian lainnya disebut sebagai apathetic thyrotoxicosis, sedangkan

hipotiroid merupakan penyakit yang terutama terjadi antara usia 50-70

tahun dengan gejala yang tidak mencolok sehingga sering tidak

terdiagnosis ( Martono, 2009 ).

Page 22: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

22

e. Sistem ekskresi

Berat ginjal pada usia 60 tahun = 250 gr, umur 70 tahun = 230 gr, umur

80 tahun = 190 gr sedangkan jumlah glomeruli per ginjal pada kelahiran

sampai 40 tahun 500.000 – 1.000.000, pada dekade 7 kurang dari 1/3-1/2

( Tilarso, 1988 ).

Pada usia lanjut ginjal mengalami perubahan yaitu terjadi penebalan

kapsula Bouwman dan gangguan permeabilitas terhadap zat yang akan

difiltrasi, nefron secara keseluruhan mengalami penurunan dan mulai

terlihat atropi, aliran darah di ginjal pada usia 75 tahun tinggal sekitar

50% dibanding usia muda tetapi fungsi ginjal dalam keadaan istirahat

tidak terlihat menurun, barulah apabila terjadi stress fisik ginjal tidak

dapat mengatasi peningkatan kebutuhan tersebut dan mudah terjadi

gagal ginjal ( Martono, 2009 ).

f. Sistem musculoskeletal

Menurut Tilarso ( 1988 ), jumlah sel-sel lurik akan turun 50% pada usia

\80 tahun, berat otot lurik pada 21 tahun = 45% dari berat badan dan

pada 70 tahun = 27% dari berat badan sedangkan pada tulang kecepatan

kehilangan massa tulang/decade pria 3% dan wanita 8%, rata-rata

kehilangan tinggi pada umur 65-74 = 1,5 inch ( 3,7 cm ), umur 85-94 = 3

inch ( 7,5 cm ).

Otot-otot mengalami atrofi disamping sebagai akibat berkurangnya

aktifitas juga akibat gangguan metabolic atau denervasi syaraf, hal ini

dapat diatasi dengan memperbaiki pola hidup ( olahraga atau aktifitas

Page 23: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

23

yang terprogram ). Dengan bertambahnya usia proses perusakan dan

pembentukan tulang melambat terutama pembentukkannya hal ini akibat

menurunnya aktifitas tubuh juga akibat menurunnya hormone estrogen

pada wanita, vitamin D dan beberapa hormone lainnya

( parahormon dan kalsitonin ) trabekula tulang menjadi lebih berongga

berakibat sering mudah patah tulang akibat benturan ringan atau spontan

( Martono, 2009 ).

Kondisi psikososial meliputi perubahan kepribadian yang menjadi faktor

predisposisi yaitu, gangguan memori, cemas dan gangguan tidur yang dapat

mempengaruhi depresi pada lansia, Depresi pada lansia merupakan interaksi

faktor biologi, psikologik dan sosial, lansia mengalami kehilangan dan kerusakan

banyak sel-sel saraf pada lobus frontal dan lobus temporal yang berfungsi dalam

intelektual maupun zat neurotransmiter. Lansia menjadi lebih mudah tersinggung,

marah atau pendiam. Gangguan memori pada depresi sangat berhubungan dengan

cognitif impairment yang terjadi pada lansia. Gangguan tidur dapat terjadi sebagai

sebab atau akibat pada depresi Faktor predisposisi dapat diperberat dengan

perasaan kurang percaya diri, merasa diri menjadi beban orang lain, merasa

rendah diri, putus asa dan dukungan sosial yang kurang. Faktor sosial meliputi

perceraian, kematian, berkabung, kemiskinan, berkurangnya interaksi sosial

dalam kelompok lansia mempengaruhi terjadinya depresi. Respon prilaku

seseorang mempunyai hubungan dengan kontrol sosial yang berkaitan dengan

kesehatan (Tucker et al, 2006). Penelitian menyebutkan adanya hubungan

aktifitas interpersonal yang kurang dengan timbulnya stress, Mekanisme stress

Page 24: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

24

dapat mempengaruhi proses neurodegeneratif khususnya di hipokampus dan

memegang peranan penting dalam proses memori diotak. Hipokampus mengatur

respon stress dan bekerja menghambat aksi stress. Kegiatan sosial adalah kegiatan

pendekatan sosial yang dilaksanakan untuk meningkatkan keterampilan

berinteraksi dengan lingkungan. Mengadakan diskusi, tukar pikiran, bercerita,

bermain, atau mengadakan kegiatan-kegiatan kelompok seperti pengajian,

kesenian, kursus, olahraga dan lainnya merupakan implementasi dari pendekatan

ini agar lansia bersangkutan dapat berinteraksi dengan sesama lansia maupun

dengan petugas kesehatan. Semakin berkurangnya kegiatan sosial maka semakin

tidak berkembang dan kecil kesempatan lansia untuk mengaktualisasikan diri

( Hurlock,1996 ).

Umumnya pada lansia akan mengalami penurunan fungsi kognitif dan

psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman,

pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku

lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi

hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan,

koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan ( Psikologi

Lansia, 2009 ).

Frekuensi kontak sosial dan tingginya integrasi sosial dan keterikatan sosial

dapat mengurangi atau memperberat efek stress pada hipotalamus dan sistim saraf

pusat. Hubungan sosial ini dapat mengurangi kerusakan otak dan efek penuaan

(Zunzunegui et al, 2003). Makin banyaknya jumlah jaringan sosial pada usia

Page 25: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

25

lanjut mempunyai hubungan dengan fungsi kognitif/mengurangi rata-rata

penurunan kognitif 39% (Barnes et. 2004 )

2.5.2 Faktor eksternal;

Faktor eksternal yang berpengaruh pada percepatan proses menua antara

lain gaya hidup/life style, faktor lingkungan dan pekerjaan

Budaya gaya hidup yang mempercepat proses penuaan adalah jarang

beraktifitas fisik, perokok, kurang tidur dan nutrisi yang tidak teratur. Hal tersebut

dapat diatasi dengan strategi pencegahan yang diterapkan secara individual pada

usia lanjut yaitu dengan menghentikan merokok, seperti diketahui bahwa merokok

akan menyebabkan berbagai penyakit antara lain PPOM (penyakit paru obstruksi

kronis), kanker dan hipertensi, upaya penghentian merokok tetap bermanfaat

walaupun individu sudah berusia 60 tahun atau lebih.

Penelitian yang dilakukan oleh Harrington et al. (2000) menemukan bahwa

ada hubungan hipertensi dengan penurunan fungsi kognitif selama 4 tahun follow

up, karena diketahui peningkatan prevalensi penyakit asymtomatik serebral

menimbulkan gejala hipertensi dengan banyaknya infark kecil diotak seperti

pencetus timbulnya dimensia.

Faktor lingkungan, dimana lansia manjalani kehidupannya merupakan faktor

yang secara langsung dapat berpengaruh pada proses menua karena penurunan

kemampuan sel, faktor-faktor ini antara lain zat-zat radikal bebas seperti asap

kendaraan, asap rokok meningkatkan resiko penuaan dini, sinar ultraviolet

mengakibatkan perubahan pigmen dan kolagen sehingga kulit tampak lebih tua.

Page 26: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

26

Pengaruh dari zat-zat pengawet makanan, zat-zat ini sifatnya

beracun/karsinogenik yang dalam jangka waktu tertentu dapat memperpendek

usia walaupun ada penangkalnya seperti enzim katalase, vitamin C,A,E, namun

demikian radikal bebas ini tetap lolos dan sangat reaktif serta cepat bereaksi

terhadap protein, DNA, dan lemak tak jenuh menyebabkan kanker , semakin usia

lanjut radikal bebas semakin terbentuk yang mempercepat proses menua.

Radikal bebas diartikan sebagai molekul yang relatif tidak stabil mempunyai

satu elektron atau lebih yang tidak berpasangan diorbit luarnya, molekul ini sangat

reaktif mencari pasangan elektronnya, jika terbentuk dalam tubuh maka akan

terjadi reaksi berantai yang menghasilkan radikal bebas baru dan terus bertambah.

dengan semakin banyaknya sel-sel yang rusak yang pada akhirnya sel tersebut

mati, adanya radikal bebas sel-sel tidak dapat regenerasi.Reaksi antara radikal

bebas dan molekul itu berujung pada timbulnya suat penyakit-penyakit

degeneratif seperti kardiovaskuler parkinson, alzheimer dan penuaan.

( Hardiwinoto dan Setiabudi, 2005 )

Faktor pekerjaan dapat mempercepat proses menua yaitu pada pekerja

keras/over working, seperti pada buruh kasar/petani. Pekerjaan orang dapat

mempengaruhi fungsi kognitifnya, dimana pekerjaan yang teru menerus melatih

kapasitas otak dapat membantu mencegah terjadinya penurunan fungsi kognitif

dan mencegah dimensia ( Sidiarto, 1999 ).

Page 27: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

27

2.6 Kognitif

2.6.1 Definisi kognitif

Kognitif adalah kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang didapatkan

dari proses berfikir. Proses yang dilakukan adalah memperoleh pengetahuan dan

memanipulasi pengetahuan melalui aktivitas mengingat, menganalisa, memahami,

menilai, membayangkan dan berbahasa. Kapasitas atau kemampuan kognisi biasa

diartikan sebagai kecerdasan atau intelegensi ( Ramdhani. 2008 ).

2.6.2 Fungsi kognitif pada usia lanjut

Fungsi kognitif merupakan suatu proses mental manusia yang meliputi

perhatian persepsi, proses berpikir, pengetahuan dan memori. Sebanyak 75% dari

bagian otak besar merupakan area kognitif (Saladin, 2007). Kemampuan kognitif

seseorang berbeda dengan orang lain, dari hasil penelitian diketahuai bahwa

kemunduran sub sistem yang membangun proses memori dan belajar mengalami

tingkat kemunduran yang tidak sama. Memori merupakan proses yang rumit

karena menghubungkan masa lalu dengan masa sekarang (Lumbantobing, 2006).

Prevalensi gangguan kognitif termasuk demensia meningkat sejalan

bertambahnya usia, kurang dari 3% terjadi pada kelompok usia 65-75 tahun dan

lebih dari 25% terjadi pada kelompok usia 85 tahun ke atas (WHO, 1998).

Proses penerimaan informasi diawali dengan diterimanya informasi melalui

penglihatan (visual input) atau pendengarannya (auditory input) kemudian

diteruskan oleh sensory register yang dipengaruhi oleh perhatian (attention), ini

merupakan bagian dari proses input. Setelah itu informasi akan diterima dan

masuk dalam ingatan jangka pendek (short term memory), bila menarik perhatian

Page 28: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

28

dan minat maka akan disimpan dalam ingatan jangka panjang (long term

memory). Bila sewaktu-waktu diperlukan memori ini akan dipanggil kembali

(Ellis, 1993).

Diantara fungsi otak yang menurun secara linier ( seiring ) dengan

bertambahnya usia adalah fungsi memori (daya ingat) berupa kemunduran dalam

kemampuan penamaan (naming) dan kecepatan mencari kembali informasi yang

telah tersimpan dalam pusat memori (speed of information retrieval from

memory). Penurunan fungsi memori secara linier itu terjadi pada kemampuan

kognitif dan tidak mempengaruhi rentang hidup yang normal (Strub,

Black,1992).

Perubahan atau gangguan memori pada penuaan otak hanya terjadi pada

aspek tertentu, sebagai contoh, memori primer (memori jangka pendek/ Short

term memory) relatif tidak mengalami perubahan pada penambahan usia,

sedangkan pada memori sekunder (memori jangka panjang/long term memory)

mengalami perubahan bermakna. Artinya kemampuan untuk mengirimkan

informasi dari memori jangka pendek ke jangka panjang mengalami kemunduran

dengan penambahan usia.

Dari sebuah penelitian pada orang dengan kognisi normal berusia 62-100

tahun, disimpulkan bahwa kemampuan proses belajar (learning) atau perolehan

(acquisition) mengalami penurunan yang sama secara bermakna pada

penambahan usia, tetapi tidak berhubungan dengan pendidikan, sedangkan

kemampuan ingatan tertunda (delayed recall atau forgetting) sedikit menurun

Page 29: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

29

tetapi lazimnya tetap, terutama kalau faktor pembelajaran awal dipertimbangkan

(Petersen et al. 1992).

Petersen juga telah berhasil melakukan penelitian longitudinal

membandingkan kemampuan kognitif pada usia lanjut normal, gangguan kognitif

ringan (mild cognitive impairment/MCI) dan demensia Alzheimer ringan, telah

disimpulkan bahwa MCI merupakan keadaan transisi antara kognitif normal dan

demensia (terutama Alzheimer). Latar belakang penelitian Petersen adalah bahwa

subjek MCI mempunyai gangguan memori sesuai usia dan pendidikan tetapi tidak

ada demensia, sehingga diagnosis MCI dibuat pada pasien dengan kriteria berikut:

(a) ada keluhan memori, (b) aktifitas hidup sehari-hari normal, (c) fungsi kognisi

umum normal, (d) memori abnormal untuk usia, (e) tidak ada demensia.

2.7 Gangguan Fungsi Kognitif

Pengelompokkan tingkat gangguan fungsi kognitif dapat dibagi menjadi

beberapa kategori. Menurut Kurlowiez (1999), berdasarkan tingkat keparahan

(severity), gangguan fungsi dapat dibagi 3 yaitu : a) tidak ada gangguan fungsi

kognitif, b) gangguan kognitif ringan, dan c) gangguan kognitif berat.

2.8 Struktur dan Fungsi Otak

Di dalam otak manusia, diperkirakan terdapat 1 trilyun sel otak.

Sepersepuluh atau sebanyak 100 miliar sel otak tersebut adalah sel otak aktif

sementara sisanya adalah sel pendukung. Di dalam setiap sel otak (neuron)

memiliki cabang-cabang yang disebut dendrit. Setiap cabang besar dan panjang

yang dinamakan akson yang berfungsi sebagai jalan keluar utama dalam

menyebarkan informasi yang diterima oleh neuron. Sebenarnya, selain ditentukan

Page 30: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

30

oleh jumlah sel otak yang dimiliki, kecerdasan seseorang juga ditentukan oleh

seberapa banyak koneksi yang biasanya terjadi diantara masing-masing sel otak

(neuron) kemungkinan koneksi yang dapat terjadi antara setiap sel otak mulai dari

1 hingga 20.000 koneksi inilah yang sebenarnya menentukan kecerdasan

seseorang, bagaimana cara kita untuk menambah jumlah koneksi antar sel otak

dengan cara menggunakan dan melatih otak sesering mungkin. Semakin sering

otak digunakan dan dilatih, semakin banyak koneksi yang terjadi.

Seiring dengan penambahan usia, manusia akan mengalami kemunduran

intelektual secara fisiologis, kemunduran dapat berupa mudah lupa sampai pada

kemunduran berupa kepikunan (demensia). Kenyataan menunjukkan bahwa otak

menua mengalami kemunduran dalam kemampuan daya ingat dan kemunduran

dalam fungsi belahan otak kanan yang terutama memantau kewaspadaan,

konsentrasi dan perhatian.

Otak manusia bukan terdiri dari gumpalan protein utuh, tetapi terdiri dari

berbagai bagian yang masing-masing mempunyai fungsi tertentu, otak terdiri dari

otak besar (serebrum) dengan dua belahan (hemisfer) otak kanan dan kiri yang

masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda bahkan bertentangan satu dengan

yang lain, batang otak (brain stem) dan otak kecil (serebelum). Otak besar diliputi

pada permukaannya oleh kulit otak (kortek serebri) yang dikenal sebagai “

thinking cup “ atau “ kopiah pintar “ karena memang di tempat itulah tersimpan

kemampuan intelektual manusia.

Otak terbagi dalam bagian-bagian yang disebut lobus dan mempunyai

fungsi-fungsi tertentu. Fungsi pancaindra seperti pusat penglihatan terletak di

Page 31: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

31

lobus oksipitalis (belakang otak), pusat pendengaran di lobus temporalis (pelipis

otak ), pusat perabaan di lobus postsentral (atas otak), pusat penghidu di bagian

lobus temporalis, pusat pergerakan berada di lobus presentral (atas otak). Pusat-

pusat pancaindra tersebut dinamakan pusat sensoris dan masing-masing pusat

sensoris mempunyai area asosiasi untuk memahami rangsangan sensoris yang

masuk.

Sumber daya otak akan meningkat atau dengan kata lain kemampuan

kognitif akan bertambah secara optimal apabila bagian-bagian sensoris dan area

asosiasi tersebut bekerja secara integratif. Sebuah aksi (praksis) yang

menggunakan intergrasi antara sensori auditoris (pendengaran), visual

(penglihatan), perabaan, keseimbangan dan gerak akan menghasilkan peningkatan

fungsi kognitif seperti konsentrasi, percaya diri, kontrol diri, kemampuan

organisasi, kemampuan belajar akademis, kemampuan berpikir secara abstrak dan

memberi alasan serta penghayatan tentang kedua sisi otak dan tubuh (Ayres,

1979).

Berbagai kemampuan kognitif juga berada di berbagai lobus secara khusus

seperti perhatian atau konsentrasi berada di lobus frontalis (di bagian dahi)

terutama bagian otak sisi kanan, pusat berbahasa di lobus frontalis dan temporalis

terutama bagian otak sisi kiri, pusat visuospasial (persepsi dan orientasi) di lobus

parietal (di bagian atas otak) terutama bagian otak sisi kanan, pusat daya ingat di

lobus temporalis (di bagian pelipis otak), untuk daya ingat visual (apa yang

dilihat) di belahan otak sisi kanan.

Page 32: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

32

Gambar 2.3 Belahan otak Sumber: Cognitif Psychology, Robert J.Sternberg, hal.64

Edisi5. 2009

Lobus yang paling besar dan paling akhir berkembang adalah lobus frontalis

yang berada di daerah dahi, lobus ini merupakan pusat integrasi dari semua fungsi

lobus yang ada. Bersama dengan bagian lobus yang ada di depannya, lobus

prefrontal dan struktur lain mempunyai peran yang sangat penting dalam

kehidupan manusia yaitu kemampuan memori kerja (working memory) dan

kemampuan seseorang dalam pengorganisasian, perencanaan dan pelaksanaan

(executive function). Bagian-bagian otak tersebut berhubungan dengan struktur

yang berada di dalam otak yang disebut system limbic dan berpengaruh terhadap

kemampuan emosional.

Kedua belahan otak (hemisfer kanan dan kiri) disekat oleh sebuah struktur

yang disebut korpus kalosum dan komisura hipokampus yang merupakan

jembatan lintas yang menghubungkan kedua belahan otak tersebut. Khususnya

sel-sel otak di kulit permukaan kedua belahan otak (korteks serebri) saling

dihubungkan langsung oleh serabut saraf melalui korpus kalosum ini. Struktur ini

merupakan sarana untuk kerjasama kedua belah hemisfer dengan cara peralihan,

pergeseran dan integrasi fungsi kedua belahan otak dan struktur ini begitu

Page 33: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

33

pentingnya sehingga disebut sebagai “jembatan emas“(golden bridge) struktur ini

mempunyai peranan yang amat penting bagi keberhasilan peningkatan sumber

daya otak, fungsinya menyalurkan stimulus dari belahan otak kanan ke kiri dan

sebaliknya.

Sagan ( dalam Springer/Deutsch,1981 ) menyatakan: “ We might say that the

human culture is the function of the corpus callosum “ (bahwa kebudayaan

manusia merupakan fungsi dari korpus kalosum), hal ini dibenarkan karena

korpus kalosum mengintegrasikan pola pikir analitis (belahan otak kiri) dengan

pola pikir intuitif (belahan otak kanan) dan mengintegrasikan setiap struktur

bagian otak sehingga mempunyai peranan dalam perilaku manusia (human

behavior) dan kebudayaan manusia (human culture) yang merupakan fungsi dari

perilaku manusia.

Hemisfer kanan mempunyai makna sangat penting bagi manusia karena

hemisfer ini merupakan pusat kecakapan hidup (life skills) yang berarti

keterampilan sosial, individual, proses berpikir dan akademik disebut sebagai

fluid intelligence, hemisfer ini juga berperan dalam kemampuan komunikasi

pragmatik, imajinasi, sosialisasi, spiritual, kesenian dan emosi.

2.9 Perkembangan Otak Menua Pasca-60-an

Pengkajian dan penelitian otak pada era pasca 1960 membuktikan hal yang

lain, bahkan sebaliknya. Perkembangan otak menjadi tua terbukti dapat berlanjut

terus sampai usia berapapun kalau saja otak memperoleh stimulasi yang terus

menerus, baik secara fisik dan mental ( Kusumoputro, 2003 ). Hal ini disebut

juga kemampuan plastisitas otak yang terjadi juga pada usia lanjut. Walaupun

Page 34: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

34

jumlah sel-sel otak berkurang setiap hari dengan beberapa puluh ribu sehari, tetapi

pengurangan ini tidak bermakna bila dibandingkan jumlah sel yang masih ada

sebagai cadangan. Ditambah lagi bukti-bukti penelitian yang menunjukkan bahwa

pada stimulasi lingkungan yang kaya (enriched environment), jaringan antarsel

dalam permukaan otak (corteks serebri) bertambah terus jumlahnya sehingga

dampaknya sumber daya otak dan kemampuan kognitif usia lanjut dapat terus

berkembang.

Proses menua sehat (normal aging) secara fisiologi juga terjadi kemunduran

beberapa aspek kognitif seperti kemunduran daya ingat (memori) terutama

memori kerja (working memory) yang amat berperan dalam aktifitas hidup sehari-

hari, hal ini menjelaskan mengapa pada sebagian lanjut usia menjadi pelupa.

Selain itu fungsi belahan otak sisi kanan (right brain) sebagai pusat

intelegensi dasar akan mengalami kemunduran lebih cepat daripada belahan otak

sisi kiri (left brain) sebagai pusat inteligensi kristal yang memantau pengetahuan.

Dampak dari kemunduran belahan otak sisi kanan pada lanjut usia antara lain

adalah kemunduran fungsi kewaspadaan dan perhatian (Katzman, 1992).

Page 35: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

35

Tabel 2.1 Kemampuan hemisfer kanan dan kiri (Burns,1985 )

Kemampuan hemisfer kanan Kemampuan hemisfer kiri

- Komunikasi nonverbal, pragmatik

- Visual, imajinatif - Pengenalan wajah - Konfigurasi eksternal - Susunan Spasial - Holistik-intuitif - Paralel - Difus - Persamaan - Tidak bergantung waktu - Spasial, global - Pola piker divergen

- Komunikasi verbal, linguistic

- Simbolik, proporsional - Praksis - Rincian internal - Proses aritmatik - Logis-analitis - Serial - Fokus - Perbedaan - Bergantung waktu - Segmental - Pola piker konvergen

Walaupun kedua belah hemisfer berbeda fungsi, tetapi setiap individu

mempunyai kecenderungan untuk lebih banyak menggunakan salah satu belah

hemisfer dalam menyeleseikan masalah hidup dan pekerjaan, pada perkembangan

otak menjadi tua terjadi kemunduran fungsi hemisfer kanan lebih cepat daripada

hemisfer kiri maka mereka akan mengalami hambatan kemampuan vital seperti

tersebut di atas.

2.10 Pemeriksaan Status Mini Mental Pada Lansia

Pemeriksaan status mini mental (mini mental state examination) merupakan

suatu tes skreening yang valid terhadap gangguan kognitif. Tes tersebut

diperkenalkan oleh Folstein pada tahun 1975 dan telah banyak digunakan di

seluruh dunia termasuk Indonesia serta telah direkomendasikan oleh kelompok

studi fungsi luhur PERDOSSI perhimpunan dokter spesialis saraf Indonesia

(Dahlan, 1999).

Page 36: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

36

Mini-Mental State Exam (MMSE) dibuat khusus untuk pemeriksaan

standar status mental yang berfungsi untuk membedakan gangguan organik dan

fungsional pada pasien kejiwaan. Pengalaman penggunaan uji ini telah meningkat

selama beberapa tahun belakangan ini sehingga fungsi utamanya sekarang

ditetapkan untuk mendeteksi dan melacak progresi gangguan kognitif yang

disebabkan oleh gangguan neurodegenerative, seperti pada demensia Alzheimer.

Uji MMSE meliputi pertanyaan-pertanyaan sederhana dan pemecahan masalah

pada beberapa bidang yaitu waktu dan tempat tes, mengulangi kata, aritmatika,

penggunaan bahasa, dan kemampuan motorik dasar.

Penilaian mini mental status terdiri atas dua bagian, bagian pertama

merupakan respon fokal meliputi pemeriksaan orientasi, daya ingat dan perhatian

dengan jumlah skor 21. Bagian kedua meliputi kemampuan untuk menyebutkan

nama, mengikuti perintah. Verbal dan tulisan, menuliskan kalimat dan

menggambar polygon berupa Bender-Gestalt dengan jumlah skor 9 (sembilan).

Skor maksimal seluruhnya adalah 30 (tiga puluh), Pemeriksaan status mini mental

telah diuji oleh National Institute of Mental Health USA, terdapat korelasi yang

baik dengan nilai IQ pada RAIS ( TVechsler Adult Intelegence Scale) dan CT

Scan otak dan elektro enselografi dengan sensitivitas 87% dan spesifisitas 82%

untuk mendeteksi demensia (Setyopranoto, 1999).

Interpretasi tes adalah jika skor lebih atau sama dengan 25-30 poin berarti

normal (intak), gangguan sedang (20-25 poin), gangguan berat(10-20 poin),

gangguan intelektual total (0-10 poin). Poin yang sangat rendah mengindikasikan

demensia, meskipun gangguan mental lainnya juga dapat menyebabkan

Page 37: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

37

rendahnya skor MMSE terlihat pada tabel 2.2. Terdapatnya masalah fisik murni

jelas dapat mengganggu interpretasi, misalnya ketulian, kebutaan dan

kelumpuhan, pada kondisi ini tes biasanya dikustomisasi.

Nilai skor dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti jenis kelamin, usia, dan

tingkat pendidikan. Berbagai faktor bias lain yang dapat mempengaruhi hasil tes

adalah status pernikahan dan pekerjaan yang pernah dialaminya, sikap kooperatif

dari pasien, masalah bahasa, dan operasional saat melakukan tes. Selain itu

dipengaruhi pula oleh situasi tes saat diselenggarakan (Turana, 2004) .

Faktor usia dapat berhubungan dengan fungsi kognitif sesuai dengan

penelitian Lumbantobing (2006) yang menyatakan bahwa perubahan yang terjadi

pada otak akibat bertambahnya usia antara lain fungsi penyimpanan informasi

(storage) hanya mengalami sedikit perubahan. Sedangkan fungsi yang mengalami

penurunan yang terus menerus adalah kecepatan belajar, kecepatan memproses

informasi baru dan kecepatan beraksi terhadap rangsangan sederhana atau

kompleks, penurunan ini berbeda antar individu.

Pengaruh pendidikan yang telah dicapai seseorang atau lansia dapat

mempengaruhi secara tidak langsung terhadap fungsi kognitif seseorang,

termasuk pelatihan (direct training). Berdasarkan teori reorganisasi anatomis

menyatakan bahwa stimulus eksternal yang berkesinambungan akan

mempermudah reorganisasi internal dari otak (Sidiarto, 1999). Tingkat pendidikan

seseorang mempunyai pengaruh terhadap penurunan fungsi kognitifnya.

Pendidikan mempengaruhi kapasitas otak, dan berdampak pada tes kognitifnya.

Status pernikahan dapat mempengaruhi fungsi kognitif seseorang, Gelder

Page 38: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

38

et al (2006) pada sebuah penelitiannya menemukan bahwa laki-laki usia lanjut

yang mengalami kehilangan pasangan atau belum pernah menikah/hidup sendiri,

dalam waktu lebih dari lima tahun akan mengalami penurunan fungsi kognitif dua

kali lebih sering dibandingkan laki-laki yang telah menikah, atau hidup dengan

seseorang/keluarga pada beberapa tahun. Faktor ini diduga karena dengan

memiliki pasangan, seseorang akan mendapatkan dukungan dari pasangannya

terutama saat mengalami tekanan emosi baik stress maupun gejala depresi yang

muncul karena perubahan pola hidup dan konflik (Hurlock, 1996).

Pekerjaan dapat mempercepat proses menua yaitu pada pekerja keras/over

working, seperti pada buruh kasar/petani. Pekerjaan orang dapat mempengaruhi

fungsi kognitifnya, dimana pekerjaan yang terus menerus melatih kapasitas otak

dapat membantu mencegah terjadinya penurunan fungsi kognitif dan mencegah

dimensia ( Sidiarto, 1999 ).

Pengkajian fungsi mental kognitif merupakan hal yang menyokong dalam

mengevaluasi kesehatan lanjut usia, banyak bukti menunjukkan bahwa gangguan

mental kognitif seringkali tidak dikenali profesional kesehatan karena sering tidak

dilakukan pengujian status mental secara rutin. Diperkirakan 30% sampai 80%

lanjut usia yang mengalami demensia tidak terdiagnosis oleh dokter, melainkan

teridentifikasi melalui pemeriksaan status mini mental (Turana, 2004).

Menurut Dahlan (1999), interpretasi dari tes-tes dalam pemeriksaan status

mental mini antara lain: a) tes orientasi (orientation) untuk menilai kesadaran dan

daya ingat, b) tes registrasi (registration) untuk menilai fungsi memori, c) tes

perhatian dan penghitungan (attention and calculation), d) tes mengingat kembali

Page 39: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

39

(recall) untuk menilai memori mengingat kembali, e) tes bahasa (language)

meliputi tes menyebutkan nama benda (naming) dan tes mengulangi kalimat

(repetition) dan tes penilaian bahasa komprehensif dengan melakukan tiga

perintah bertahap. Tes menulis kalimat spontan dan menyalin gambar pentagon,

untuk menilai fungsi eksekutif.

Interpretasi tes adalah; 1)skor 25-30 poin berarti normal (intak). 2)skor 20-25 poin gangguan sedang. 3) skor 10-20 gangguan berat. 4) skor 0-10 poin gangguan intelektual total.

Pengukuran MMSE dapat dilakukan setiap 6 ( enam ) minggu karena

adaptasi jaringan neuron saraf terjadi setelah 4-6 minggu dimana hubungan antara

latihan fisik dengan fungsi kognitif terjadi melalui kontraksi otot yang akan

memberikan pengaruh pada otak melalui jalur muscle spindle, adanya suatu

rangsangan yang terjadi pada golgi tendon organ akan diteruskan ke central

nervus system melalui jaras-jaras. Jaras-jaras ini yang menerima informasi berupa

sensoris dari perifer, sistem visual, sistem vestibular, muskulo skletal,

proprioseptik, dan lain-lain akan diproses dan diintegrasikan pada semua tingkat

sistem saraf, menurut Suhartono, 2005 dalam waktu singkat kurang lebih 150

mikro detik akan terbentuk suatu respon yang benar dan disimpan di otak.

Informasi yang diterima akan diintegrasikan di dalam sistem sensoris integrasi di

sub cortical dan disimpan oleh bagian memori yaitu corpus amigdale

diintegrasikan ke cortex cerebri centrum kognitif, supaya tidak menjadi memori

yang pendek / short term memory dilakukan secara berulang-ulang sehingga akan

menjadi long term memory.

Page 40: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

40

2.11 Kebugaran fisik Pada Lansia

Kebugaran fisik bagi mereka yang berusia 60 tahun adalah kemampuan

seseorang untuk melaksanakan tugas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang

berarti dan masih memiliki cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya

dengan baik ( Pujiastuti, Utomo, 2003 ).

Beberapa penelitian yang dilakukan di berbagai bagian dunia menunjukkan

bahwa latihan olah raga yang teratur pada populasi usia lanjut masih

memungkinkan perbaikan kapasitas aerobik, sirkulasi darah dan berbagai organ-

organ lain ( Williamson,1985). Hanya saja intensitas dan jenis latihan harus

disesuaikan secara individual.

Karena kemampuan kardiovaskuler orang tua menurun, dosis latihan untuk

orang tua akan berbeda dengan dewasa muda. Beban awal diberikan lebih ringan,

pemanasan (warming up) diberikan lebih lama, peningkatan pemberian beban

harus lebih lambat. Anjuran latihan yang diberikan juga harus disesuaikan dengan

kondisi masing-masing misalnya pada penderita diabetus, penyakit hipertensi,

arterosklerosis dan sebagainya. Whitehead,1995 menganjurkan agar pada setiap

lansia yang akan melakukan program latihan harus dilakukan evaluasi medis.

2.11.1. Tujuan program latihan untuk usia lanjut

Tujuan program latihan untuk usia lanjut diantaranya: (1) Meningkatkan

kemampuan dan kesanggupan untuk mengurus diri sendiri, (2) Meningkatkan

kekuatan otot dan daya tahan otot, (3) Meningkatkan atau mempertahankan

kelenturan, koordinasi dan keseimbangan tubuh, (4) Meningkatkan kontak sosial

Page 41: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

41

dan kegairahan hidup, (5) Meningkatkan kontrol berat badan dan makanan, (6)

Meningkatkan relaksasi, (7) Meningkatkan kegairahan seksual.

Beberapa pertimbangan dalam memberikan latihan untuk usia lanjut

adalah menurunnya kapasitas kardiovaskuler, Menurunnya kemampuan kerja

pada intensitas tinggi dan sedang, Menurunnya kemampuan adaptasi terhadap

rangsangan-rangsangan luar (panas, dingin,latihan fisik ), Otot lemah dan lebih

cepat lelah, tulang dan tendo degenerasi, gangguan koordinasi neuromuskuler dan

keseimbangan, menurunnya penglihatan dan pandangan

Karena pertimbangan-pertimbangan diatas, pemberian dosis latihan untuk

orang tua harus lebih rendah. Program latihan dimulai dengan beban yang rendah

(ringan) misalnya untuk usia 60 tahun, beban dapat dimulai dengan 2-3 METs

(misalnya berjalan kaki 2-3 mph = 3,2- 4,8 Km/jam ) Intensitas dipertahankan

lama baru ditingkatkan misalnya 50-70% VO2 max. Smith dan Giligan

menetapkan 40-70% karena orang tua kurang cepat adaptasi dan menurun

pemulihannya terhadap reaksi luar, maka setiap perubahan harus berangsur-

angsur (meningkat/menurun ) jadi orang tua harus lebih lama pemanasan dan

pemulihan/ pendinginan. Lamanya minimal latihan kira-kira 30 menit. Latihan-

latihan diberikan sebaiknya 3x seminggu.

Macamnya latihan yang diberikan umumnya bersifat lama dan melibatkan

otot besar tubuh dan latihan ditambah beberapa bentuk permainan-permainan

untuk meningkatkan koordinasi, keseimbangan dan kelenturan tubuh .

Page 42: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

42

Orang tua berlatih tidak untuk menjadi atlet yang dipentingkan adalah

peningkatan/perbaikan secara faali dan psikologis. Hal ini dapat dicapai dengan

latihan yang sistimatis,progresif dan mempertimbangkan faktor lain.

Bagi mereka yang berusia lebih dari 60 tahun, selain melatih otak perlu

melaksanakan olahraga secara rutin untuk mempertahankan kebugaran jasmani,

memelihara serta mempertahankan kesehatan di hari tua.

Untuk memperoleh kesegaran jasmani yang baik, harus melatih semua

komponen dasar kesegaran jasmani yang terdiri atas (1) ketahanan jantung,

peredaran darah dan pernapasan, (2) ketahanan otot, (3) kekuatan otot serta

kelenturan tubuh. Manfaat kesegaran jasmani dapat dirasakan secara fisiologis,

psikologis dan sosial.

2.11.2 Manfaat kesehatan jasmani pada lanjut usia

2.11.2.1 Manfaat fisiologi

Dampak langsung dapat membantu Mengatur kadar gula darah,

merangsang adrenalin dan noradrenalin, Peningkatan kualitas dan kuantitas tidur.

Dampak jangka panjang dapat meningkatkan daya tahan aerobik/kardiovaskular,

kekuatan otot rangka dan kelenturan, keseimbangan dan koordinasi gerak serta

kelincahan

2.11.2.2 Manfaat psikologis

Dampak langsung dapat membantu memberi perasaan santai, mengurangi

ketegangan dan kecemasan, meningkatkan perasaan senang. Dampak jangka

panjang dapat meningkatkan kesegaran jasmani dan rohani secara utuh, kesehatan

jiwa, fungsi kognitif, penampilan dan fungsi motorik.

Page 43: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

43

2.11.2.3 Manfaat sosial

Dampak langsung dapat membantu pemberdayaan lansia, peningkatan

integritas sosial dan kultur. Dampak jangka panjang dapat meningkatkan

keterpaduan dan kesetiakawanan.

Dengan olah raga teratur akan berdampak positif terhadap kelancaran

organ tubuh seperti jantung yang akan lancar memompa darah sehingga mampu

menghasilkan oxigen yang optimal menuju otak, paru-paru terlatih untuk

mengeluarkan gas sisa metabolisme tubuh. Mekanisme yang menjelaskan

hubungan antara aktifitas fisik dengan fungsi kognitif yaitu aktifitas fisik menjaga

dan mengatur vaskularisasi ke otak dengan menurunkan tekanan darah,

meningkatkan kadar lipoprotein, meningkatkan produksi endhotelial nitric oxide

dan menjamin perfusi jaringan otak yang kuat, efek langsung terhadap otak yaitu

memelihara sruktur saraf dan meningkatkan perluasan serabut saraf, sinap-sinap

dan kapilaris ( Weuve et al, 2004 ).

2.12 Senam/ Latihan Vitalisasi Otak Untuk Lansia

Definisi senam vitalisasi otak

Senam vitalisasi otak adalah senam yang bertujuan utama untuk

mempertahankan kesehatan otak dengan melakukan gerakan badan.

Pada prinsipnya dasar latihan otak adalah ingin agar otak tetap bugar dan

mencegah kepikunan. Salah satu cara menjaga kebugaran otak adalah dengan

senam otak, salah satunya adalah latihan vitalisasi otak.

Latihan vitalisasi otak yang dimaksud adalah latihan yang dikembangkan

oleh Markam 2006 berdasarkan ide dari Adre Mayza, bekerjasama dengan Herry

Page 44: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

44

Pujiastuti ahli fisioterapi yang gerakan-gerakannya didasari oleh gerakan silat dan

tarian di Indonesia, senam ini disusun terutama untuk para usia lanjut, oleh karena

itu gerakannya lambat disesuaikan dengan irama pernapasan sehingga tidak

meningkatkan frekuensi jantung dan tekanan darah, senam ini juga dapat

dilakukan oleh semua orang yang lebih muda.

Latihan vitalisasi otak merupakan produk latihan kebugaran fisik yang

mengkhususkan diri pada upaya mempertahankan kebugaran otak manusia,

latihan ini merupakan penyelarasan fungsi gerak, pernapasan, dan pusat berpikir

(memori, imajinasi). Rangkaian gerakan yang terangkum dalam latihan vitalisasi

otak tidak hanya melibatkan pusat-pusat gerakan otot-otot tertentu di otak dengan

korpus kalosum tetapi juga melibatkan beberapa pusat yang lebih tinggi di otak.

Gerakan-gerakan yang dilakukan dalam senam/latihan vitalisasi otak

merangsang kerjasama antar belahan otak dan antar bagian-bagian otak yang

diikuti dengan bertambahnya aliran darah ke dalam otak, gerakan yang dilakukan

juga lambat sehingga tidak akan membebani kerja jantung dan dapat disesuaikan

dengan pernapasan dimana dengan napas yang lebih dalam oksigen dari udara

akan terserap lebih banyak dan akan memperbaiki fungsi otak.

Latihan vitalisasi otak memiliki rangkaian gerak yang diolah sedemikian

rupa dengan memperhatikan konsep dan kaidah anatomi dan fisiologi otak

sehingga tampilan latihan ini memiliki beberapa prinsip;

Page 45: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

45

1. Lambat

Gerakan dilakukan dengan perlahan-lahan, penting untuk menyelaraskan pola

gerak otot, gerak pernapasan, dan metabolisme pada bagian-bagian otak yang

terstimulasi, gerakan yang lambat tidak member beban berat pada jantung

2. Dari bawah ke atas

Diupayakan sistematika gerak dari arah tubuh bagian bawah terus ke tubuh

bagian atas dengan tujuan untuk melatih bagian otot-otot yang lebih kecil

sampai otot yang lebih besar, hal ini dilakukan agar gangguan-gangguan

terutama pada gerakan halus dan gerakan kasar yang sering terjadi pada orang

tua dapat diatasi

3. Berulang-ulang

Gerakan dilakukan dengan beberapa kali pengulangan agar stimulasi gerak

dapat terekam dalam otak melalui jaras proprioseptif (melatih

proprioseptif/rasa sendi)

4. Melibatkan pandangan mata

Setiap gerakan yang dilakukan senantiasa melibatkan pandangan mata, hal ini

dibutuhkan guna mengatasi masalah pada lanjut usia yang berhubungan

dengan gangguan konsentrasi visual dan kemampuan visiospasial (mengenal

ruang)

5. Gerak sendi penuh

Gerakan harus dilakukan sampai batas maksimal sendi karena latihan ini juga

untuk mencoba mengatasi permasalahan sendi yang dapat mengakibatkan

keterbatasan gerak, yang biasa terjadi pada para lanjut usia

Page 46: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

46

6. Melibatkan pernapasan

Pernapasan senantiasa dilakukan secara teratur pada setiap gerakan, hal ini

penting guna mencapai upaya oksigenasi yang optimal menuju otak karena

permasalahan pada otak bisa muncul akibat kurangnya oksigen di otak.

Kontrol pernapasan ini juga sangat berguna untuk mencapai relaksasi

7. Diresapi

Peserta diharapkan untuk mencoba meresapi gerakan yang dilakukannya, hal

ini berguna un tuk mencapai harmonisasi antara gerak (otot dan sendi), otak,

dan emosi karena tujuan akhir dari latihan ini adalah tercapainya

keseimbangan antar fungsi otak, kerja otot, dan stabilitas emosi

Tujuan dari senam/latihan vitalisasi otak, adalah;

1. Upaya stimulasi dan pengaktifan otak menuju peningkatan kebugaran otak.

2. Melatih konsentrasi.

3. Maelatih visuo-spasial.

4. Meningkatkan keseimbangan.

5. Meningkatkan koordinasi.

6. Meningkatkan daya tahan.

7. Melatih pernapasan.

8. Mengurangi keluhan fisik sehubungan dengan kondisi degenerasi organ tubuh.

9. Kegiatan rekreatif dan menyenangkan.

10. Melakukan relaksasi dalam gerakan.

11. Merangsang cinta, kasih sayang terhadap sesama manusia.

12. Merasa bersyukur kepada Sang Pencipta Jagat Raya.

Page 47: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

47

Gerakan-Gerakan Senam Vitalisasi Otak terdiri dari: Pemanasan : injit-

injit, kepak kupu-kupu,menabur bunga,rangkaian bunga melati,rangkaian bunga

nusantara Latihan inti 1 : tapak menyusur, menata jejak, langkah pasti, rengkuhan,

menyentuh pelangi, kasih sayang. Latihan inti 2: kemenangan, kombinasi, ayunan,

keceriaan, salam. Latihan inti 3: memandang langit,memandangmu, lentik menari,

menjangkau harapan, menapak jejak, kepak pahlawan. Pendinginan: bersiul,

senyuman manis, mengangkat dan menurunkan alis,membuka dan menutup mata,

tatapan mata, menyentuh pelangi, kasih sayang, we love all of you

Dengan dosis terdiri dari : frekwensi 3x1 minggu, intensitas heart-rate/HR

mencapai 70% x HR max ( 220-umur). Time 20-30menit ( Tilarso, 1988 )

2.13 Latihan senam lanjut usia ( Senam lansia )

Definisi Senam Lansia

Senam lansia serangkaian gerak dengan nada yang teratur dan terarah serta

terencana yang diikuti oleh orang yang berusia diatas 60 tahun. Keuntungan utama

senam ini adalah melatih fisik, fokusnya utama pada kekuatan tulang, melibatkan

otot-otot besar dan latihannya ditambah beberapa bentuk permainan-permainan

untuk meningkatkan koordinasi keseimbangan dan kelenturan. Senam lansia terdiri

dari latihan pemanasan, latihan inti dan diikuti dengan latihan pendinginan.

Dengan dosis terdiri dari : frekwensi 3x I minggu. intensitas HR mencapai 70% x

HR max (220- umur). Time 20-30 ( Tilarso, 1988 )

Page 48: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

48

Untuk latihan inti terdiri dari :

Gerakan 1

Jalan ke samping bergandengan tangan, gerakan perdana ini berfungsi untuk

pemanasan sambil langkahkan kaki menyilang kesamping kanan dan kiri

bergantian masing-masing 4x hitungan.

Gerakan 2

Langkahkan kaki maju ke depan dengan langkah menyilang, kemudian tepuk

tangan di depan, lalu tarik tangan di belakang dan tepukkan tangan diatas pinggang

Gerakan 3

Tumpuan tumit kaki bergantian, langkahkan kaki kanan ke depan dengan bertumpu

pada tumit, angkat telapak kaki. Kaki kiri lurus ke belakang, ayun tangan ke atas

seiring gerakan kaki. Lakukan bergantian untuk kaki kiri dan kanan.

Gerakan 4

Kaki ke belakang diikuti gerakan tangan. Tarik kaki kanan ke belakang secara

ringan. Diikuti gerakan kedua tangan ditarik ke belakang. Gerakan ini juga dapat

dilakukan secara bergantian antara kaki kanan dan kiri

Gerakan 5

Kaki ke depan, tangan tarik keatas. Langkahkan kaki kanan ke depan dengan

ringan, kaki kiri lurus ke belakang. Tarik tangan kanan keatas dengan gerakan

seperti mengambil air dimulai dari bawah, tangan kiri letakkan di belakang

pinggang. Lakukan secara bergantian dengan kaki bagian kiri.

Page 49: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

49

Gerakan 6

Melangkah pelan. Tarik kaki kiri untuk maju dengan posisi jalan pelan-pelan

sambil diikuti kaki kanan. Ayunkan tangan seirama gerakan kaki yang berjalan

ringan.

Gerakan 7

Mundur, buka dan silang. Selanjutnya, lakukan gerakan kaki kiri mundur ke

belakang, lalu buka ke samping dan silangkan. Saat kaki kiri dibuka ke samping,

tarik tangan kanan ke atas dan tangan kiri ke bawah.

Gerakan 8

Jalan ke samping. Langkahkan kaki menyilang ke samping badan kanan atau kiri

dengan posisi kedua tangan direnggangkan ke samping badan sebagai

penyeimbang.

Gerakan 9

Kaki melangkah maju mundur. Kaki kanan melakukan gerakan silang ke depan,

kaki kiri tarik mundur ke belakang dengan posisi agak ditekuk. Kedua tangan tarik

kebawah dengan telapak menghadap dibawah. Langkahkan kaki maju mundur

secara bergantian.

Page 50: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

50

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Berpikir

Disusun berkaitan dengan rumusan masalah dan kajian pustaka sebagai

berikut, bahwa proses menua sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan

faktor-faktor eksternal pada lansia bersangkutan.

Pengaruh faktor-faktor internal seperti terjadinya penurunan anatomik,

fisiologik dan perubahan psikososial pada proses menua makin besar, penurunan

ini akan menyebabkan lebih mudah timbulnya penyakit dimana batas antara

penurunan tersebut dengan penyakit seringkali tidak begitu nyata (Martono,

2009).

Penurunan anatomik dan fisiologik meliputi sistem otak dan saraf otak,

sistem kardiovaskuler, sistem pernapasan, sistem metabolisme, sistem ekskresi

dan sistem musculoskeletal, sistim panca indra, serta penyakit-penyakit

degeneratif.

Pada beberapa penderita tua terjadi penurunan daya ingat dan gangguan

psikomotor yang masih wajar, disebut sebagai sifat pelupa benigna keadaan ini

tidak menyebabkan gangguan pada aktifitas hidup sehari-hari, biasanya dikenali

oleh keluarga atau teman karena sering mengulang pertanyaan yang sama atau

lupa kejadian yang baru terjadi. Perlu observasi beberapa bulan untuk

membedakannya dengan demensia yang sebenarnya. Bila gangguan daya ingat

Page 51: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

51

bertambah progresif disertai gangguan intelektual yang lain maka kemungkinan

besar diagnosis demensia dapat ditegakkan.

Perubahan psikososial meliputi perubahan kepribadian yang menjadi faktor

predisposisi yaitu, gangguan memori, cemas dan gangguan tidur yang dapat

mempengaruhi proses ketuaan dengan adanya depresi pada lansia. Depresi pada

lansia merupakan interaksi faktor biologi, psikologik dan sosial, lansia mengalami

kehilangan dan kerusakan banyak sel-sel saraf pada lobus frontal dan lobus

temporal yang berfungsi dalam intelektual maupun zat neurotransmiter. Lansia

menjadi lebih mudah tersinggung, marah atau pendiam.

Faktor predisposisi ini dapat diperberat dengan perasaan kurang percaya

diri, merasa diri menjadi beban orang lain, merasa rendah diri, putus asa dan

dukungan sosial yang kurang. Faktor sosial meliputi perceraian,

kematian,berkabung, kemiskinan, berkurangnya interaksi sosial dalam kelompok

lansia mempengaruhi terjadinya depresi.

Faktor eksternal yang berpengaruh pada percepatan proses menua antara lain

gaya hidup/life style, faktor lingkungan .dan pekerjaan

Budaya gaya hidup yang mempercepat proses penuaan adalah jarang

beraktifitas fisik, perokok, kurang tidur dan nutrisi yang tidak teratur, hal tersebut

dapat diatasi dengan strategi pencegahan yang diterapkan secara individual pada

usia lanjut yaitu dengan menghentikan merokok, seperti diketahui bahwa merokok

akan menyebabkan berbagai penyakit antara lain PPOM (penyakit paru obstruksi

kronis), kanker dan hipertensi, upaya penghentian merokok tetap bermanfaat

walaupun individu sudah berusia 60 tahun atau lebih.

Page 52: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

52

Faktor lingkungan, dimana lansia menjalani kehidupannya merupakan faktor

yang secara langsung dapat berpengaruh pada proses penuaan karena penurunan

kemampuan sel, faktor-faktor ini antara lain zat-zat radikal bebas seperti asap

kendaraan, asap rokok meningkatkan resiko penuaan dini, sinar ultraviolet

mengakibatkan perubahan pigmen dan kolagen sehingga kulit tampak lebih tua.

Pengaruh zat pengawet makanan, zat-zat ini sifatnya beracun/karsinogenik yang

dalam jangka waktu tertentu dapat memperpendek usia, semakin usia lanjut

radikal bebas semakin terbentuk yang mempercepat proses menua.

Faktor pekerjaan dapat mempercepat proses menua yaitu pada pekerja

keras/over working, seperti pada buruh kasar/petani. Pekerjaan orang dapat

mempengaruhi fungsi kognitifnya, dimana pekerjaan yang terus menerus melatih

kapasitas otak dapat membantu mencegah terjadinya penurunan fungsi kognitif

dan mencegah dimensia ( Sidiarto, 1999 ).

Karena pada proses menua tingkat kesegaran jasmani akan turun, semakin

terlihat setelah usia 40 tahun, sehingga usia lanjut kemampuan akan turun 30-

50%, (Kusmana, 1992 ), maka untuk memperoleh kesegaran jasmani yang baik,

lansia harus melatih semua komponen dasar kesegaran jasmani yang terdiri dari

ketahanan jantung, peredaran darah, pernapasan, ketahanan dan kekuatan otot

serta kelenturan tubuh dengan cara melakukan olahraga yang disesuaikan dengan

kemampuan lansia tersebut, manfaat olahraga ini dapat dirasakan secara

fisiologis, psikologis dan sosial. Salah satu olahraga yang dianjurkan adalah

melakukan senam seperti senam vitalisasi otak dan senam lansia..

Page 53: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

53

Senam atau latihan vitalisasi otak mempunyai perinsip dasar agar otak tetap

bugar dan mencegah kepikunan serta mempunyai tujuan utama untuk

mempertahankan kesehatan otak dengan melakukan gerakan badan. Melakukan

senam vitalisasi otak diharapkan fungsi kognitif pada lansia dapat lebih baik lagi

dengan meningkatnya kerja pada belahan kanan otak. Kelebihan senam ini adalah

gerakan dilakukan dengan beberapa kali pengulangan diharapkan stimulasi gerak

dapat terekam dalam otak melalui jaras proprioseptif ( Markam, 2006 ).

Sedangkan pada senam lansia adalah latihan kebugaran jasmani bagi mereka

yang berusia lebih dari 60 tahun. Keuntungan utama senam ini adalah melatih

fisik, fokusnya utama pada kekuatan tulang, melibatkan otot-otot besar dan

latihannya ditambah beberapa bentuk permainan-permainan untuk meningkatkan

koordinasi keseimbangan dan kelenturan ( Tilarso, 1988 ).

Beberapa mekanisme yang dapat menjelaskan hubungan antara aktifitas

fisik dengan fungsi kognitif yaitu aktifitas fisik menjaga dan mengatur

vaskularisasi keotak dengan menurunkan tekanan darah, meningkatkan kadar

lipoprotein, meningkatkan produksi endhotelial nitric oxide dan menjamin perfusi

jaringan otak, efek langsung terhadap otak yaitu memelihara struktur saraf dan

meningkatkan perluasan serabut saraf, sinap-sinap dan kapilaris ( Weuve et al,

2004 ).

Seperti diketahui pada lansia seiring dengan berjalannya waktu, akan terjadi

penurunan berbagai fungsi organ tubuh termasuk penurunan fungsi kognitif pada

susunan saraf pusat sebesar 45% ( penelitian di Inggris ), penurunan ini dapat

menyebabkan perubahan atau gangguan memori.

Page 54: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

54

Gangguan memori pada penuaan otak hanya terjadi pada aspek tertentu,

sebagai contoh, memori primer (memori jangka pendek/Short term memory)

relatif tidak mengalami perubahan pada penambahan usia, sedangkan pada

memori sekunder (memori jangka panjang/long term memory) mengalami

perubahan bermakna. Artinya kemampuan untuk mengirimkan informasi dari

memori jangka pendek ke jangka panjang mengalami kemunduran dengan

penambahan usia.

Kerangka konsep pada penelitian ini adalah apakah dengan senam vitalisasi

otak akan lebih efektif dalam meningkatkan fungsi kognitif pada lansia.

Gambar 3.1. Bagan Kerangka Konsep Penelitian

3.2 Hipotesis

Berdasarkan pembahasan pada dasar teori, maka hipotesis yang akan diajukan

dalam penelitian ini adalah;

1. Senam vitalisasi otak meningkatkan fungsi kognitif kelompok lansia

2. Senam lansia meningkatkan fungsi kognitif kelompok lansia

3. Senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok

lansia daripada senam lansia

Kemunduran Kognitif

Faktor Internal • Fisiologis • Psikososial

Senam Vitalisasi Otak

Faktor Eksternal • Gaya Hidup/Life style • Faktor Lingkungan • Faktor Pekerjaan

Page 55: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

55

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian:

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian

yang digunakan menurut Bakta (1997), adalah randomise pre and post test

group design.

P1

P2

Gambar 4.1. Rancangan penelitian.

Keterangan;

P = Populasi

S = Sampel

R = Randomisasi

P1 = Perlakuan dengan senam vitalisasi otak

O1 = Pre tes kelompok perlakuan dengan senam vitalisasi otak

O2 = Post tes kelompok perlakuan dengan senam vitalisasi otak

P2 = Perlakuan dengan senam lansia

O3 = Pre tes kelompok perlakuan dengan senam lansia

O4 = Post tes kelompok perlakuan dengan senam lansia

P S

O1

R

O2

O3 O4

Page 56: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

56

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Penelitian dilakukan di Balai Perlindungan Sosial (BPS) Dinas Sosial

Propinsi Banten

2. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai September 2010,

dengan rincian sebagai berikut:

1. Pembuatan proposal dan seminar proposal; Maret – Juni 2010

2. Pelaksanan penelitian; Juli-September 2010

3. Pemrosesan data hasil penelitian; Oktober 2010

4. Pembuatan laporan penelitian dan seminar hasil; Desember 2010

5. Ujian tesis akhir Januari 2011

4.3 Penentuan Sumber Data

4.3.1 Variabilitas Populasi

4.3.1.1 Populasi target

Adalah sekelompok subyek yang menjadi sasaran penelitian, yaitu semua

lansia yang berada di Balai Perlindungan Sosial (BPS) Dinas Sosial Propinsi

Banten.

4.3.1.2 Populasi terjangkau

Populasi terjangkau adalah lansia usia dari 60-74 tahun,WHO (1989)yang berada

di Balai Perlindungan Sosial Propinsi Banten.

4.3.2 Sampel

Adalah jumlah subyek penelitian yang diambil dari populasi terjangkau,

disesuaikan dengan kriteria inklusi yang dibahas dalam kriteria eligibilitas.

Page 57: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

57

4.3.3 Kriteria eligibilitas

Kriteria eligibilitas adalah kriteria pemilihan yang membatasi karakteristik

populasi terjangkau, yaitu:

4.3.3.1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

1. Lansia bertempat tinggal dan terdaftar di Balai Perlindungan Sosial

(BPS) Dinas Sosial Propinsi Banten

2. Berusia lebih dari 60- 74 tahun

3. Laki-laki dan perempuan

4. Dapat mendengar dan melihat

5. Tidak memiliki gangguan jantung dan gangguan neurologi

6. Responden kooperatif

7. Tidak mengalami cacat fisik yang mengganggu aktifitas

8. Responden harus mengikuti program latihan secara teratur

9. Bersedia menjadi sampel dan menandatangani informed consent

4.3.3.2. Kriteria eksklusi

Adalah sampel yang memenuhi kriteria inklusi, karena sesuatu keadaan

dikeluarkan dari sampel, antara lain:

1. Lansia yang memenuhi kriteria inklusi tetapi tidak direkomendasikan

oleh petugas balai

2. Lansia yang sedang menjalani penelitian mengalami sakit atau jatuh

Page 58: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

58

4.3.3.3. Kriteria pengguguran

Lansia yang tidak kooperatif, tidak mengikuti kegiatan secara penuh 2x

berturut-turut atau lebih dari 3x total sehingga tidak dapat mencukupi frekuensi

latihan selama waktu penelitian yang telah ditentukan yaitu 3x per minggu selama

12 minggu.

4.3.4 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008) :

2 σ2

n = ----------------- X ƒ (α,β ) (µ2 - µ1)2

Keterangan :

n = Jumlah Subyek

= Simpang baku

= Tingkat kesalahan I /Significance Level (ditetapkan 0,05)

= Tingkat kesalahan II (ditetapkan 0,20)

),( = 7,9 (pada tabel Pocock)

1 = rerata nilai sebelum perlakuan

2 = rerata nilai harapan setelah perlakuan

Berdasarkan penelitian Kusumoputro (2003), pada setiap kelompok

diperoleh data pada sampel kelompok perlakuan µ1= 16,6 dan σ = 1,411 rerata

kelompok perlakuan µ2= 15,4

Dengan mensubstitusikan data di atas ke persamaan ke rumus Pocock,

maka didapatkan nilai 21,8 yang dibulatkan menjadi 22. Untuk mencegah

Page 59: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

59

kekurangan sampel akibat gugur, maka sampel ditambah menjadi 27. Penelitian

ini menggunakan dua kelompok maka diperlukan N = 54 responden.

4.3.5 Tehnik pengambilan sampel

Sampel penetilian ini adalah para lanjut usia yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian, Yang diambil secara acak sederhana untuk

mendapatkan jumlah sampel. Sampel yang dipilih dibagi menjadi dua kelompok,

secara acak yang masing-masing terdiri dari 27 orang. Masing-masing kelompok

diberikan senam vitalisasi otak dan senam lansia sebagai kelompok perlakuan

4.4. Variabel Penelitian

4.4.1 Identifikasi variabel

Variabel yang akan diukur yaitu kemampuan fungsi kognitif pada lansia

setelah perlakuan.

4.4.2 Klasifikasi variabel

Penelitian ini memiliki beberapa klasifikasi variabel antara lain:

4.4.2.1 Variabel bebas :

adalah Senam vitalisasi otak dan Senam lansia

4.4.2.2 Variabel terikat :

kemampuan kognitif

4.4.2.3 Variabel Kontrol :

yaitu; umur, pendidikan, kegiatan sosial.

Page 60: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

60

Gambar 4.2 Skema Hubungan Variabel

4.4.3 Definisi Operasional Variabel

1. Lansia adalah golongan lanjut usia, adalah suatu tahap terakhir dari siklus

hidup manusia, merupakan bagian dari proses kehidupan yang tidak dapat

dihindarkan oleh setiap individu. Kejadiannya pasti akan dialami oleh semua

orang yang dikaruniai usia panjang.

Pada lansia seiring dengan berjalannya waktu, akan terjadi penurunan

berbagai fungsi organ tubuh termasuk fungsi cognitif Penurunan fungsi ini

disebabkan karena berkurangnya jumlah sel secara anatomis dan juga

berkurangnya aktivita fisik. namun kemunduran fungsi pada usia lanjut dapat

dihambat.

Menurunnya fungsi kognitif, gejala ringan adalah mudah lupa dan jika parah

akan menyebabkan kepikunan, sering kali dianggap sebagai masalah biasa dan

merupakan hal yang wajar terjadi pada mereka yang berusia lanjut(Sulianti,

2000).

2. Umur adalah usia dalam tahun berdasarkan tanggal bulan kelahiran yang

terdata di Balai Perlindungan Sosial Propinsi Banten berkisar 60-74 tahun

mengacu pada batasan usia lanjut menurut WHO (1989) disebut sebagai

Lansia Variabel Bebas

-Senam vitalisasi otak -Senam lansia

Variabel Tergantung Kemampuan kognitif

Variabel kontrol -Umur

-pendidikan -kegiatan sosial

Page 61: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

61

lansia (ederly), Prevalensi gangguan kognitif termasuk demensia meningkat

sejalan bertambahnya usia, kurang dari 3% terjadi pada kelompok usia 65-75

tahun dan lebih dari 25% terjadi pada kelompok usia 85 tahun ke atas (WHO,

1998). Beberapa penelitian yang dilakukan di berbagai bagian dunia

menunjukkan bahwa latihan olah raga yang teratur pada populasi usia lanjut

masih memungkinkan perbaikan kapasitas aerobik, sirkulasi darah dan

berbagai organ-organ lain ( Williamson,1985). Hanya saja intensitas dan jenis

latihan harus disesuaikan secara individual.

Faktor usia dapat berhubungan dengan fungsi kognitif sesuai dengan

penelitian Lumbantobing (2006) yang menyatakan bahwa perubahan yang

terjadi pada otak akibat bertambahnya usia antara lain fungsi penyimpanan

informasi (storage) hanya mengalami sedikit perubahan. Sedangkan fungsi

yang mengalami penurunan yang terus menerus adalah kecepatan belajar,

kecepatan memproses informasi baru dan kecepatan beraksi terhadap

rangsangan sederhana atau kompleks, penurunan ini berbeda antar individu..

3. Pendidikan adalah tingkat pembelajaran yang dialami oleh lansia, golongan

lansia yang tak pernah mengenyam pendidikan formal mencapai 58%, 23%

tidak tamat SD, 13,5% lulus SD, sisanya berpendidikan lebih tinggi dari SLTP,

SLTA ke atas. ( BPS, 1990 ).

Pengaruh pendidikan yang telah dicapai seseorang atau lansia dapat

mempengaruhi secara tidak langsung terhadap fungsi kognitif seseorang,

termasuk pelatihan (direct training). Berdasarkan teori reorganisasi anatomis

menyatakan bahwa stimulus eksternal yang berkesinambungan akan

Page 62: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

62

mempermudah reorganisasi internal dari otak (Sidiarto, 1999). Tingkat

pendidikan seseorang mempunyai pengaruh terhadap penurunan fungsi

kognitifnya. Pendidikan mempengaruhi kapasitas otak, dan berdampak pada

tes kognitifnya.

4. Kegiatan sosial adalah kegiatan pendekatan sosial yang dilaksanakan untuk

meningkatkan keterampilan berinteraksi dengan lingkungan. Mengadakan

diskusi, tukar pikiran, bercerita, bermain, atau mengadakan kegiatan-kegiatan

kelompok seperti pengajian, kesenian, kursus, olahraga dan lainnya merupakan

implementasi dari pendekatan ini agar lansia bersangkutan dapat berinteraksi

dengan sesama lansia maupun dengan petugas kesehatan. Umumnya pada

lansia akan mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi

kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian

dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin

lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang

berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi,

yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan ( Psikologi lansia,2009 ).

Frekuensi kontak sosial dan tingginya integrasi sosial dan keterikatan sosial

dapat mengurangi atau memperberat efek stress pada hipotalamus dan sistim

saraf pusat. Hubungan sosial ini dapat mengurangi kerusakan otak dan efek

penuaan ( Zunzunegui et al, 2003 ). Makin banyaknya jumlah jaringan sosial

pada usia lanjut mempunyai hubungan dengan fungsi kognitif/mengurangi

rata-rata penurunan kognitif 39% (Barnes et al, 2004 )

Page 63: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

63

5. Kemampuan kognitif adalah berpikir dan mengamati, yang mengakibatkan

orang memperoleh pengertian atau yang dibutuhkan untuk menggunakan

pengertian. Peningkatan fungsi kognitif pada lansi adalah meningkatnya

kemampuan kognitif yang diukur melalui uji MMSE yang menghasilkan

nilai ukur. Interpretasi tes adalah jika skor lebih atau sama dengan 25-30 poin

berarti normal (intak), gangguan sedang (20-25 poin), gangguan berat(10-20

poin), gangguan intelektual total (0-10 poin). Poin yang sangat rendah

mengindikasikan demensia, meskipun gangguan mental lainnya juga dapat

menyebabkan rendahnya skor MMSE. (Folsten, 1975).

MMSE adalah serangkaian uji khusus untuk pemeriksaan standar status mental

yang berfungsi untuk membedakan gangguan organik dan fungsional pada

pasien kejiwaan. Meliputi pertanyaan-pertanyaan sederhana dan pemecahan

masalah pada beberapa bidang yaitu waktu dan tempat tes, mengulangi kata,

aritmatika, penggunaan bahasa, dan kemampuan motorik dasar.

Tes status mini mental terdiri atas dua bagian, bagian pertama merupakan

respon fokal meliputi pemeriksaan orientasi, daya ingat dan perhatian dengan

jumlah skor 21. Bagian kedua meliputi kemampuan untuk menyebutkan nama,

mengikuti perintah. Verbal dan tulisan, menuliskan kalimat dan menggambar

polygon berupa Bender-Gestalt dengan jumlah skor 9 (sembilan). Skor

maksimal seluruhnya adalah 30 (tiga puluh), Pemeriksaan status mini mental

telah diuji oleh National Institute of Mental Health USA, terdapat korelasi yang

baik dengan nilai IQ pada RAIS ( TVechsler Adult Intelegence Scale) dan CT

Page 64: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

64

Scan otak dan elektro enselografi dengan sensitivitas 87% dan spesifisitasnya

82% untuk mendeteksi demensia (Setyopranoto, 1999).

6. Senam vitalisasi otak merupakan produk latihan kebugaran fisik yang

mengkhususkan diri pada upaya mempertahankan kebugaran otak manusia,

latihan ini merupakan penyelarasan fungsi gerak, pernapasan, dan pusat

berpikir (memori, imajinasi). Rangkaian gerakan yang terangkum dalam

latihan vitalisasi otak tidak hanya melibatkan pusat-pusat gerakan otot-otot

tertentu di otak dengan korpus kalosum tetapi juga melibatkan beberapa pusat

yang lebih tinggi di otak yang bertujuan untuk upaya stimulasi otak, melatih

konsentrasi, koordinasi daya tahan dan keseimbangan,visual serta stabilisasi

emosi yang diperuntukkan untuk para lanjut usia, dengan gerakan yang lambat

tidak membebani kerja jantung dengan frekuensi pernafasan 16-24x/menit

( Markam, 2005 ) dengan dosis terdiri dari : frekwensi 1minggu 3x. intensitas

Harte-rate/HR mencapai 70% x HR max(220- umur). Time 20-30 menit terdiri

dari :1 Pemanasan dilakukan selama 5-7 menit.2. Latihan inti 10-15 menit. 3

Pendinginan, waktu 5-7 menit. Pelaksanaan selama duabelas minggu/tiga

bulan.

7. Senam lansia adalah latihan kebugaran jasmani bagi mereka yang berusia lebih

dari 60 tahun. Keuntungan utama senam ini adalah melatih fisik, fokusnya

utama pada kekuatan tulang, melibatkan otot-otot besar dan latihannya

ditambah beberapa bentuk permainan-permainan untuk meningkatkan

koordinasi keseimbangan dan kelenturan bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan untuk dapat mengurus diri sendiri serta meningkatkan kekuatan

Page 65: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

65

otot, daya tahan otot, meningkatkan kontak sosial sesama lanjut

usia,pemeliharaan sistem kardiovaskuler, untuk kegairahan sexual serta

mempertahankan kesehatan di hari tua ( Pujiastuti dan utomo, 2003). Dengan

dosis terdiri dari : frekwensi 3x I minggu. Intensitas harte-rate/ HR mencapai

70% x HR max(220- umur). Time 20-30 menit. Terdiri dari Latihan pemanasan

5-7 menit Latihan inti 10-15 menit, latihan pendinginan 5-7 menit. Pelaksanaan

selama duabelas minggu/tiga bulan.

4.5 Instrumen Penelitian

Bahan dan alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain;

1. formulir MMSE untuk mengukur fungsi kognitif lansia pre dan post

perlakuan

2. tensimeter, untuk mengukur tekanan darah merk nova

3. termometer, untuk mengukur suhu tubuh merk Ghea

4. timbangan , untuk mengukur berat badan merk Tanita

5. stetoskop, untuk pemeriksaan fisik; mengukur tekanan darah,

pemeriksaan jantung, paru-paru

6. DVD ,TV,CD untuk senam vitalisasi otak

7. tape recorder untuk senam lansia

4.6 Prosedur Penelitian

4.6.1 Prosedur administrasi penelitian

Menyelesaikan administrasi yang berhubungan dengan pelaksanaan

penelitian;

Page 66: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

66

1) Menghadap pimpinan institusi tempat penelitian ( Balai

Perlindungan Sosial (BPS) Dinas Sosial Propinsi Banten untuk

mendapatkan ijin awal sebagai lokasi penelitian

2) Menyerahkan surat ijin penelitian resmi dari lembaga pendidikan

kepada institusi tempat penelitian

3) Memberikan penjelasan kepada pimpinan insitusi tempat penelitian

dan sampel penelitian tentang jadwal dan jalannya penelitian

4) Mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan untuk pelaksanaan

penelitian

4.6.2. Prosedur persiapan penelitian

4.6.2.1 Persiapan sumber daya manusia;

1) Menghubungi instruktur senam vitalisasi otak dan instruktur senam

lansia untuk bersedia memimpin pelaksanaan senam sesuai jadwal

yang telah ditentukan

2) Menghubungi Psikolog untuk pelaksanaan pengisian MMSE dan

persiapan psikologi sampel dalam penelitian ini

3) Menghubungi dokter umum dan paramedis untuk bersedia melakukan

pemeriksaan fisik sampel penelitian

4) Meminta kesediaan staf pengelola Balai Perlindungan Sosial (BPS)

Dinas Sosial Propinsi Banten untuk ikut membantu mengawasi

pelaksanaan penelitian ini

Page 67: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

67

4.6.2.2 Persiapan sarana dan prasarana;

1) Mempersiapkan ruang/tempat untuk administrasi dan pelaksanaan

kegiatan senam

2) Mempersiapkan alat-alat penunjang kegiatan administrasi ( ATK, dll )

dan senam ( alat-alat keperluan senam )

4.6.2.3 Persiapan konsumsi;

Konsumsi berupa minuman dan makanan kecil diberikan setelah

kegiatan senam

4.6.3. Prosedur pelaksanaan penelitian

1. Mencatat identitas lansia meliputi nama, umur, pendidikan, kegiatan

sosial dan lainnya

2. Populasi lansia akan menjalani serangkaian anamnesis dan tes

skrining/vital sign untuk kriteria inklusi dan esklusi setelah lulus dari

skrening, maka akan ditetapkan sebagai subyek penelitian atau sampel

dengan jumlah 54 sampel

3. Mengisi formulir informed consent sebagai tanda untuk bersedia

mengikuti penelitian

4. Dilakukan penelitian sampel untuk mengalokasikan subyek penelitian

kepada dua kelompok, berdasarkan acak sederhana/ simple random

sampling

5. Sampel yang sudah terpilih dilakukan pengukuran pretest dengan

MMSE untuk mendapatkan data kognitif awal oleh seorang psichologi.

obyek penelitian tidak diberitahu masuk kelompok satu atau dua.

Page 68: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

68

6. Tiap kelompok diberikan perlakuan, Pada kelompok I diberikan

perlakuan senam vitalisasi otak dipimpin seorang instruktur dengan

menggunakan perangkat TV, DVD dan CD selama satu bulan supaya

dapat menghafal gerakan selanjutnya dicoba dengan panduan dari

instruktur senam. Perlakuan dilakukan di Balai Perlindungan sosial

( BPS).

Kelompok II diberikan perlakuan senam lansia dengan dipandu

instruktur dari senam lansia dengan menggunakan perangkat TAPE

RECORDER, Perlakuan dilakukan di Balai Perlindungan Sosial (BPS)

Tiap-tiap kelompok diberikan perlakuan 3 kali seminggu dengan urutan

senam terdiri dari pemanasan 5-7 menit, Latihan inti 10-15 menit dan

pendinginan 5-7 menit dilakukan sesuai jadwal selama 12 minggu

7. Dilakukan pengukuran post test dengan MMSE pada dua kelompok

setiap 6 minggu sekali oleh seorang psichologi selama periode latihan

yaitu 3 bulan karena secara fisiologis proses adaptasi jaringan neuron

terjadi setelah 4-6 minggu tapi post test MMSE dilakukan tiap 2 minggu

sekali yang bertujuan untuk mengetahui perkembangan kemajuan

kognitif

8. Setelah waktu yang ditentukan berakhir maka akan dilakukan

pengambilan data akhir atau post test

9. Dilakukan tabulasi data dan analisis statistik dengan menggunakan

software

Page 69: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

69

10. Dari hasil analisis data dibuat kesimpulan hasil dan dilanjutkan dengan

penyusunan tesis

4.6.4. Kelemahan Penelitian

1. Para lansia peserta penelitian lemah dalam motivasi untuk pelaksanaan

senam yang diselenggarakan setiap 3 kali seminggu sehingga

memerlukan motivator baik dari peneliti maupun dari petugas BPS

2. Jenis senam yang dilakukan relatif baru sehingga memerlukan waktu

untuk penyesuaian gerakan-gerakannya yaitu 3 kali seminggu selama

12 minggu

3. Penelitian ini tidak blinding dan berdampak pada internal validitas

yang perlu dilakukan dengan penelitian lain.

Page 70: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

70

4.7 Alur Penelitian

Gambar 4.3 Alur penelitian

4.8 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Statistik deskriptif untuk menganalisis umur, tingkat pendidikan, kegiatan

sosial.

2. Uji normalitas data dengan Saphiro Wilk Test, bertujuan untuk mengetahui

distribusi data masing-masing kelompok perlakuan. Batas kemaknaan

POPULASI

K. Inklusi K. Eksklusi

Acak Sederhana

SAMPEL

Alokasi Acak Sederhana

TEST AWAL

Kelompok I Kelompok II

Senam Lansia 3xseminggu,selama 12 minggu

Senam Vitalisasi otak 3xseminggu,selama 12 minggu

TES AKHIR

Analisis Data

Penyusunan tesis

Page 71: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

71

yang digunakan adalah α = 0,05. Jika hasilnya p > 0,05 maka dikatakan

bahwa data berdistribusi normal dan apabila p < 0,05 menunjukkan bahwa

data tidak berdistribusi normal.

3. Uji homogenitas data dengan Levene,s Test, bertujuan untuk mengetahui

variasi data. Batas kemaknaan yang digunakan adalah α = 0,05. Apabila

hasilnya p > 0,05 maka data homogen dan apabila p < 0,05 berarti data

tidak homogen.

4. Uji komparasi nilai MMSE sebelum dan setelah perlakuan pada masing-

masing kelompok perlakuan dengan menggunakan uji komparasi Paired t

test apabila data berdistribusi normal. Bila tidak berdistribusi normal

digunakan uji non parametrik (wilcoxont -test). Uji ini bertujuan untuk

mengetahui efek dari perlakuan terhadap nilai MMSE setelah pelatihan

pada masing-masing kelompok perlakuan. Uji ini digunakan untuk

menguji hipotesis I dan II. Batas kemaknaan yang digunakan adalah α =

0,05. Jika hasilnya p > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak (hipotesis

penelitian ditolak atau tidak ada perbedaan yang signifikan).

jika p < 0,05 maka Ho ditolak atau Ha diterima (hipotesis penelitian

diterima atau ada perbedaan yang signifikan).

5. Uji komparasi data nilai MMSE sebelum dan setelah perlakuan antara

kelompok I dan kelompok II dengan menggunakan uji komparasi non

parametrik Independent Samples t-Test. Apabila berdistribusi normal. Bila

tidak normal digunakan uji non parametrik Mann-Whitney U test. Uji ini

bertujuan untuk membandingkan efek dari perlakuan terhadap nilai MMSE

Page 72: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

72

sebelum dan sesudah pelatihan antar kelompok I dan kelompok II. Uji ini

digunakan untuk menguji hipotesis III. Batas kemaknaan yang digunakan

adalah α = 0,05. Jika hasilnya p > 0,05 maka Ho diterima atau Ha ditolak

(hipotesis penelitian ditolak atau tidak ada perbedaan yang signifikan) dan

apabila p < 0,05 maka Ho ditolak atau Ha diterima (hipotesis penelitian

diterima atau ada perbedaan yang signifikan)

Page 73: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

73

BAB V

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui senam vitalisasi otak lebih

meningkatkan kognitif dari pada senam lansia pada kelompok lansia,

menggunakan rancangan penelitian eksperimental randomise pre and post test

group design.

Alat ukur yang digunakan Minimental Status Exam(MMSE) yang

digunakan untuk mengukur kognitif awal dan setiap dua minggu untuk melihat

perkembangan, untuk hasil akhir diambil sebelum dan sesudah pelatihan.

Subyek penelitian berasal dari Balai Perlindungan Sosial ( BPS ) Propinsi

Banten, Pelaksanaan selama 12 minggu, mulai bulan Juli 2010 sampai bulan

September 2010, dengan frekuensi 3x se-minggu.dengan jumlah sampel 54 orang,

terbagi dalam dua kelompok masing-masing 27 orang yang melakukan senam

vitalisasi otak dan 27 orang yang melakukan senam lansia, Usia subyek 60-74

tahun, Kemudian Lansia yang terpilih mendapat pengarahan terlebih dahulu

mengenai tujuan penelitian dan pengaruh dari pelatihan senam viatlisasi otak dan

senam lansia hubungannya dengan fungsi kognitif. Sampel terpilih diberikan form

informed consent untuk ditandatangani atau di cap jari dengan demikian yang

bersangkutan (sampel terpilih) telah mengerti tentang penjelasan yang diberikan

dan bersedia untuk menjadi sampel penelitian. Subyek diberikan program latihan

dengan dua metode senam yang berbeda. Pada Kelompok Perlakuan I diberikan

latihan metode senam vitalisasi otak, dan Kelompok Perlakuan II diberikan

latihan metode senam lansia masing-masing sebanyak 36 kali selama 12 minggu

Page 74: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

74

dan kemudian dilakukan pengukuran test untuk menentukan dan mencatat data

akhir.

Hasil penelitian didapatkan beberapa data sebagai berikut;

5.1 Karakteristik Subjek Penelitian

Karakteristik sampel yang di deskriptifkan dalam penelitian pada

kelompok senam vitalisasi otak dan kelompok senam lansia antara lain: usia,

pendidikan dan kegiatan sosial.

Karakteristik subjek penelitian yang meliputi umur, tingkat pendidikan, kegiatan

sosial, dan gangguan kognitif. dilihat pada Tabel 5.1. berikut:

Tabel 5.1 Karakteristik Lansia yang Melakukan Senam Vitalisasi Otak dan

Senam Lansia Berdasarkan Usia

Karakteristik subjek

Kelompok I

MIN:MAK Kelompok II

MIN:MAK

Umur 65,96 ± 4,80 60 : 74 67,04 ± 4,57 60 : 74

Sumber : Analisis Data Primer,2010

Pada tabel 5.1. di atas diketahui bahwa lansia yang melakukan senam vitalisasi

otak pada kelompok I memiliki rentang umur antara 60 hingga 74 tahun, dengan

rerata umur 65,96 tahun dan standar deviasi 4,80 tahun. Sedangkan Kelompok II

memiliki rentang umur antara 60 hingga 74 tahun, dengan rerata umur 67,04

tahun dan standar deviasi 4,57 tahun. artinya sebagian besar lansia yang

melakukan senam vitalisasi otak dan senam lansia berumur lebih dari 65 tahun.

Hal ini menunjukkan bahwa usia bukan merupakan hambatan lansia untuk tetap

bersemangat dalam beraktivitas fisik. kedua kelompok memiliki karakteristik

umur yang homogen.

Page 75: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

75

Tabel 5.2 Karakteristik Lansia yang Melakukan Senam Vitalisasi Otak dan

Senam Lansia Berdasarkan Pendidikan

Kelompok I Kelompok II

No. Pendidikan Jumlah Persentase Jumlah Persentase

1.

2.

3.

4.

Tidak Sekolah

SD

SMP

SMA

6

8

13

-

22,22% 29,63%

48,15%

-

11

11

3

2

40,74

40,74

11.11

7,41

Jumlah 27 100 27 100

Sumber : Analisis Data Primer,2010

Latar belakang pendidikan responden lansia yang menjadi objek penelitian

adalah responden pada kelompok I (melakukan senam vitalisasi otak) memiliki

pendidikan antara Tidak Sekolah sebanyak 6 orang dengan persentase 22,22%,

pendidikan SD sebanyak 8 orang atau 29,63%, dan pendidikan SMP sebanyak 13

orang atau 48,15%. Juga diketahui bahwa tidak ada lansia yang melanjutkan

pendidikan hingga SMU. Sedangkan Kelompok II Lansia yang tidak bersekolah

sebanyak 11 orang atau 40,74%, pendidikan SD sebanyak 11 orang atau 40,74%,

pendidikan SMP sebanyak 3 orang atau 11,11%, dan pendidikan SMU sebanyak 2

orang atau 7,41%. disimpulkan bahwa secara rata-rata dapat dikatakan bahwa

latar belakang pendidikan responden lansia pada kelompok I dan kelompok II

memiliki karakteristik yang relatif homogen.

Page 76: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

76

Tabel 5.3 Karakteristik Lansia yang Melakukan Senam Vitalisasi Otak dan

Senam Lansia Berdasarkan yang Ikut Kegiatan Sosial

Kelompok I Kelompok II

No. Kegiatan Sosial Jumlah Persentase Jumlah Persentase

1.

2.

3.

4.

Kejar paket A

Wirausaha

Robana

Pengajian

20

10

11

25

74

37.04

40.74

92,59

14

8

8

24

51,85

29,63

29,63

88,89

Sumber : Analisis Data Primer,2010

Pada tabel 5.3 lansia yang mengikuti kegiatan kejar paket A pada kelompok

I sebanyak 20 orang atau 74,07%, wirausaha 10 orang atau 37,04%, Robana 11

orang atau 40,74% dan pengajian 25 orang atau 92,59%. Sedangkan pada

kelompok II kejar paket A sebanyak 14 orang atau 51,85%, wirausaha 8 orang

atau 29,63%, Robana 8 orang atau 29,63% dan pengajian 24 orang atau 88,89%.

Lansia yang tidak mengikuti kegiatan kejar paket A pada kelompok I

sebanyak 7 orang atau 25,93%, wirausaha 17 orang atau 62,96%, Robana 16

orang atau 59,26% dan pengajian 2 orang atau 7,41%. Sedangkan pada kelompok

II kejar paket A sebanyak 13 orang atau 48,15%, wirausaha 19 orang atau

70,37%, Robana 19 orang atau 70,37% dan pengajian 3 orang atau 11,11%.

Dari gambaran data kedua kelompok tersebut tersebut dapat disimpulkan

bahwa keduanya memiliki keaktifan responden yang hampir sama

5.2 Uji Persyaratan Analisis

Sebagai prasyarat untuk menentukan uji statistik yang akan digunakan maka

dilakukan uji normalitas dan homogenitas data hasil test MMSE sebelum dan

Page 77: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

77

sesudah pelatihan. Untuk semua variabel, baik variabel bebas, maupun variabel

tergantung pada kelompok perlakuan I dan II, penguji melakukan uji normalitas

dengan menggunakan uji Saphiro Wilk, sedangkan uji homogenitas menggunakan

Levene Test, dan hasilnya tertera pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4 Keputusan Uji Normalitas Data dan Homogenitas Data Nilai MMSE

Perlakuan Shapiro Wilk Test Levene’s Test KLP I KLP II Nilai p Nilai p Nilai p

MMSE sebelum pelatihan 0,221 0,228 0,971

MMSE sesudah pelatihan 0,000 0,006 0,097

Selisih 0,077 0,240 0,063 Sumber : Analisis Data Primer, 2010

Pada tabel 5.4 diperlihatkan bahwa hasil uji normalitas (Saphiro Wilk-

Test). Dengan mengambil nilai α= 0,05 maka untuk MMSE pada kelompok I

sebelum pelatihan diperoleh nilai p = 0,221 (p>0,05) atau data berdistribusi

normal, sesudah pelatihan p=0,000 ( p<0,05) atau data berdistribusi tidak

normal. Pada kelompok II sebelum pelatihan nilai p= 0,228 (p>0,05) atau data

berdistribusi normal,, sesudah pelatihan nilai p=0,006 ( p<0,05) atau data

berdistribusi tidak normal. Adapun data selisih MMSE sebelum dan sesudah

pelatihan, pada kelompok I diperoleh p = 0,077 (p>0,05) atau data berdistribusi

normal, dan pada kelompok II p = 0,240 (p>0,05) atau data berdistribusi normal.

Untuk uji homogenitas (Levene’s-Test) data hasil MMSE sebelum

pelatihan (0,971) dan sesudah pelatihan (0,097), serta selisih (0,063)

menunjukkan nilai p lebih besar dari α=0,05 (p > 0,05), yang berarti tidak terdapat

Page 78: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

78

perbedaan nilai varians MMSE sebelum dan sesudah Perlakuan serta selisihnya

antara kelompok perlakuan I dengan kelompok perlakuan II.

5.3 Uji Hipotesa

Berdasarkan hasil uji normalitas sesuai tabel 5.4, maka untuk uji hipotesa I

dan uji hipotesa II menggunakan uji non parametrik karena salah satu kelompok

datanya tidak berdistribusi normal, sedangkan untuk uji hipotesis III

menggunakan uji parametrik karena kedua kelompok datanya berdistribusi

normal.

Berdasarkan distribusi kelompok data seperti diuraikan di atas maka uji

signifikansi hipotesis dua sampel berpasangan pada kelompok perlakuan I (uji

hipotesis I ) digunakan uji wilcoxon-test. Demikian pula untuk uji signifikansi

hipotesis dua sampel berpasangan pada kelompok perlakuan II (uji hipotesis II)

juga menggunakan uji wilcoxon-test. Sedangkan uji beda (selisih) antara

kelompok perlakuan I dengan kelompok perlakuan II menggunakan uji

Independent samples t-test.( uji hipotesis III ).

Untuk mengetahui perbedaan rerata senam vitalisasi otak dan senam lansia

sebelum dan sesudah pelatihan pada masing-masing kelompok digunakan

Wilcoxon test yang hasilnya tertera pada Tabel 5.5.

Page 79: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

79

Tabel 5.5 Uji Beda Rerata (skor) Senam Vitalisasi Otak dan Senam Lansia Sebelum

dan Sesudah Pelatihan Pada Lansia di BPS Propinsi Banten

Sebelum pelatihan

Setelah pelatihan Selisih z p

Kelompok I 19,07±3,61 26,22±2,59 7,15±2,4 -4,558 0,000

Kelompok II 21,48±3,8 23,44±3,9 1,96±1,7 -3,886 0,000 Sumber: Analisis data primer, 2010

1. Pada kelompok perlakuan I dengan jumlah sampel 27 dan nilai rerata

sebelum pelatihan 19,07 standar deviasi 3,61 dan setelah pelatihan nilai rerata

26,22 standar deviasi 2,59. Dengan uji wilcoxon test diperoleh nilai p=0,000

(p < 0,05). Sehingga kesimpulannya Ho ditolak dan menerima Ha dengan

demikian hipotesis I Senam vitalisasi otak meningkatkan fungsi kognitif

kelompok lansia

2. Pada kelompok perlakuan II dengan jumlah sampel 27 dan nilai rerata

sebelum pelatihan 21,48 standardeviasi 3,8 dan setelah pelatihan nilai rerata

23,44 standar deviasi 3,9 Dengan uji wilcoxon test diperoleh nilai p=0,000

(p<0,05). Sehingga kesimpulannya Ho ditolak dan menerima Ha dengan

demikian hipotesis II Senam lansia meningkatkan fungsi kognitif kelompok

lansia.

Page 80: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

80

Grafik 5.1

Uji Beda Rerata Senam vitalisasi otak dan senam lansia Sebelum dan Sesudah Pelatihan pada lansia di BPS Propinsi

Banten

5.4 Persentase peningkatan nilai MMSE sebelum dan sesudah pelatihan pada lansia di BPS Propinsi Banten

Data persentase peningkatan nilai MMSE sebelum dan setelah pelatihan 3

x per minggu selama 12 minggu pada kedua kelompok pelatihan dapat disajikan

dalam Tabel 5.6.

Tabel 5.6

Data Peningkatan Nilai MMSE Sebelum dan Sesudah Pelatihan pada Lansia Di BPS Propinsi Banten

Kelompok

Hasil Analisis

Nilai MMSE awal

Nilai MMSE akhir

Selisih nilai MMSE

Persentase Peningkatan (%)

Kelompok 1

19,07

26,22

7,15

37,49

Kelompok 2

21,48

23,44

1,96

9,12

Sumber: Analisis data primer, 2010

Untuk melihat persentase rerata peningkatan nilai MMSE sebelum dan setelah

pelatihan dari kedua kelompok dapat juga disajikan dalam bentuk Grafik 5.2

Page 81: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

81

Grafik 5.2

Persentase peningkatan nilai MMSE sebelum dan sesudah pelatihan pada lansia di BPS Propinsi Banten

Berdasarkan persentase rerata peningkatan MMSE sebelum dan setelah

pelatihan 3 x per minggu selama 12 minggu pada tabel 5.6 dan grafik 5.2

menunjukkan bahwa persentase rerata peningkatan nilai MMSE pada pelatihan

kelompok I ( 37,49% ) lebih besar dari kelompok II ( 9,12% ).

5.5 Uji Beda Rerata dan Selisih nilai MMSE Pada Kedua Kelompok

Uji beda ini bertujuan untuk membandingkan rerata nilai MMSE pada tes

awal (sebelum pelatihan) dan tes akhir (setelah pelatihan) antar kelompok pada

kedua kelompok yang diberikan perlakuan berupa pelatihan senam vitalisasi otak

pada kelompok I dan senam lansia pada kelompok II. Hasil analisis kemaknaan

dengan uji Independent Samples t-test disajikan pada Tabel 5.7

Page 82: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

82

Tabel 5.7 Uji beda rerata dan selisih nilai MMSE Senam Vitalisasi Otak dan Senam

Lansia

Kelompok Subyek n Beda Rerata ± SB

p

Nilai MMSE

Sebelum perlakuan

Kelompok-1 27 19,07 ± 3,61 0,022

Kelompok-2 27 21,48 ± 3,89 Sesudah perlakuan

Kelompok-1 27 26,22 ± 2,59 0,004

Kelompok-2 27 23,44 ± 3,95 Selisih

Kelompok-1 27 7,15 ± 2,46 0,000

Kelompok-2 27 1,96 ± 1,72 Sumber: Analisis data primer, 2010

Uji Hipotesis III

Pada uji beda antara kedua kelompok sebelum perlakuan didapatkan hasil

p=0,022 yang berarti kedua kelompok berangkat dari keadaan yang tidak

homogen, sehingga untuk uji hipotesis III yang dianalisis adalah perbedaan selisih

antara kedua kelompok.

Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai skor setelah perlakuan untuk

Kelompok I skor MMSE mengalami peningkatan sebesar 7,15 dengan standar

deviasi 2,46 dan pada Kelompok II skor meningkat hanya sebesar 1,96 dengan

standar deviasi 1,72. Uji statistik Independents t-test menghasilkan nilai p=0,000

(p<0,05) berarti Ho ditolak dan Ha diterima, atau dapat disimpulkan bahwa

Senam vitalisasi otak memberikan hasil yang lebih baik dari pada senam lansia.

Page 83: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

83

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Kondisi subyek penelitian

Subyek penelitian adalah lanjut usia lanjut 60-74tahun yang berada di balai

perlindungan sosial propinsi banten dengan jumlah responden 54 orang terbagi

dalam dua kelompok masing-masing 27 orang yang melakukan senam vitalisasi

otak dan 27 orang yang melakukan senam lansia.dengan menggunakan alat ukur

MMSE untuk pengukuran kognitif.

Mengingat subyek adalah penghuni di BPS, Maka otomatis subyek sudah biasa

terhadap lingkungan atau dengan kata lain lingkungan yang dipakai pengambilan

data dan pada waktu pelatihan dalam keadaan nyaman. Lingkungan yang nyaman

akan mengurangi pengeluaran keringat berlebihan sehingga subjek dapat

menjalankan metode latihan senam yang maksimal dan dapat menghasilkan hasil

latihan yang maksimal pula.

Pada tabel 5.1, rerata umur subyek penelitian adalah 65,96 tahun pada

kelompok I dan 67,04 tahun pada kelompok II. Kelompok I memiliki umur relatif

lebih muda dibandingkan lansia yang berada pada kelompok II,dan akan

berpengaruh terhadap funfsi kognitifnya. penelitian Lumbatobing (2006) yang

menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada otak akibat bertambahnya usia

antara lain fungsi penyimpanan informasi (storage) hanya mengalami sedikit

perubahan. Sedangkan fungsi yang mengalami penurunan yang terus menerus

adalah kecepatan belajar, kecepatan memproses informasi baru dan kecepatan

Page 84: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

84

beraksi terhadap rangsangan sederhana atau kompleks, penurunan ini berbeda

antar individu

Usia bertambah tingkat kesegaran jasmani akan turun. Penurunan

kemampuan akan semakin terlihat setelah umur 40 tahun, sehingga saat usia lanjut

kemampuan akan turun antara 30-50%,( Kusmana, 1992 ). Oleh karena itu, bila

para usia lanjut ingin berolahraga atau meningkatkan kebugaran fisiknya harus

memilih jenis kegiatan olahraga yang sesuai dengan umurnya Hal ini didukung

oleh penelitian selama 10 tahun pada pria usia lanjut berdasarkan data dari

Finlandia, Italia dan Belanda oleh Gelder dan kawan-kawan (2004) tentang

hubungan aktifitas fisik dengan penurunan kognitif. Penelitian tersebut

menyimpulkan bahwa penurunan intensitas dan durasi aktifitas akan mempercepat

proses penurunan fungsi kognitif.

Dari tabel 5.2, pada kelompok 1 lansia yang tidak bersekolah sebanyak 6

orang dengan presentase 22,22%, Sedangkan Kelompok II Lansia yang tidak

bersekolah sebanyak 11 orang atau 40,74%,Lebih jauh dapat diartikan bahwa

kesadaran lansia dahulu terhadap pendidikan masih rendah, disamping adanya

keterbatasan sarana prasarana pendidikan pada saat itu. Pengaruh pendidikan yang

telah dicapai seseorang atau lansia dapat mempengaruhi secara tidak langsung

terhadap fungsi kognitif seseorang, termasuk pelatihan (direct training).

Berdasarkan teori reorganisasi anatomis menyatakan bahwa stimulus eksternal

yang berkesinambungan akan mempermudah reorganisasi internal dari otak

(Sidiarto, 1999). Tingkat pendidikan mempunyai pengaruh terhadap penurunan

fungsi kognitifnya. Pendidikan mempengaruhi kapasitas otak, dan berdampak

Page 85: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

85

pada tes kognitifnya. (Farmer et al. 1995). Kebanyakan proses lanjut usia ini

masih dalam batas-batas normal berkat proses plastisitas. Proses ini adalah

kemampuan sebuah struktur dan fungsi otak yang terkait untuk tetap berkembang

karena stimulasi. Sebab itu, agar tidak cepat mundur proses plastisitas ini harus

terus dipertahankan ( Kusumoputro, 2003 ).

Dari tabel 5.3, kegiatan sosial adalah kegiatan pendekatan sosial yang

dilaksanakan untuk meningkatkan keterampilan berinteraksi dengan

lingkungan. Mengadakan diskusi, tukar pikiran, bercerita, bermain, atau

mengadakan kegiatan-kegiatan kelompok seperti pengajian, kesenian, kursus,

olahraga dan lainnya merupakan implementasi dari pendekatan ini agar lansia

bersangkutan dapat berinteraksi dengan sesama lansia maupun dengan petugas

kesehatan. data kedua kelompok tersebut dapat disimpulkan bahwa keduanya

memiliki keaktifan responden yang hampir sama, walaupun terlihat bahwa

responden pada kelompok I cenderung sedikit lebih aktif dibanding kelompok II.

Semakin berkurangnya kegiatan sosial maka semakin tidak berkembang dan kecil

kesempatan lansia untuk mengaktualisasikan diri ( Hurlock,1996 ).

Frekuensi kontak sosial dan tingginya integrasi sosial dan keterikatan

sosial dapat mengurangi atau memperberat efek stress pada hipotalamus dan

sistim saraf pusat serta mengurangi kerusakan otak dan efek penuaan.

( Zunzunegui et al, 2003 ). Makin banyaknya jumlah jaringan sosial pada usia

lanjut, mengurangi rata-rata penurunan kognitif 39% dan tingkat keterikatan sosial

mengurangi rata-rata penurunan kognitif sebesar 91% ( Barnes et al. 2004).

Kegiatan Sosial Kejar Paket A banyak diminati lansia karena untuk meningkatkan

Page 86: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

86

kemampuan kognitif lansia terutama pada bidang baca,tulis dan hitung

(calistung). Demikian pula dengan kegiatan wirausaha, berupa kegiatan

pembuatan keset, bunga kertas, menyulam, menjahit dilakukan dengan binaan dari

petugas balai. Selain untuk mengisi waktu luang juga digunakan sebagai sarana

bersosialisasi baik dengan sesama penghuni balai maupun dengan petugas

disamping untuk tetap mengasah kemampuan kognitif lansia. Sedangkan kegiatan

Robana merupakan kegiatan seni dan pengajian merupakan kegiatan kerohanian

atau keagamaan.

Hasil analisis karakteristik subjek penelitian pada kedua kelompok tidak

ada perbedaan bermakna, karena subjek telah dikontrol. Dengan demikian

karakteristik subjek penelitian yang meliputi : umur, pendidikan, kegiatan sosial,

pada kelompok senam vitalisasi otak dan kelompok senam lansia, kedua

kelompok pelatihan tersebut adalah sama. Apabila setelah pelatihan selama 12

minggu ada perbedaan hasil pada senam vitalisasi otak, hal ini diakibatkan dari

perlakuan yang diberikan pada masing-masing kelompok

6.2 Distribusi dan Varians Subyek Penelitian

Untuk menguji hasil nilai MMSE pada dua kelompok responden

penelitian digunakan software. Sebelumnya dilakukan uji kenormalan data dengan

menggunakan analisa Saphiro Wilk Test, dari tabel 5.4 dapat diartikan bahwa

nilai MMSE kelompok data setelah pelatihan berdistribusi tidak normal, baik

dengan senam vitalisasi otak maupun senam lansia, sedangkan kelompok data

sebelum pelatihan dan nilai selisih berdistribusi normal. Ini berarti untuk menguji

hipotesis I dan hipotesis II karena salah satu kelompok yang dibandingkan tidak

Page 87: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

87

berdistribusi normal maka digunakan analisis Statistik Non Parametrik dengan

alat Uji Statistik Wilcoxon-test. Sedangkan untuk menguji hipotesis III karena

kedua kelompok data yang dibandingkan berdistribusi normal, maka

menggunakan Analisis Statistik Parametrik dengan alat Uji Statistik Independent

Samples t-test. Homogenitas varians antara kedua kelompok pelatihan diuji

dengan Levene Test. Variabel yang diuji adalah nilai MMSE sebelum dan

sesudah pelatihan pada masing-masing kelompok dan selisih nilai MMSE

sebelum pelatihan dan sesudah pelatihan pada kedua kelompok. Hasil uji

homogenitas untuk semua variabel tersebut menunjukkan p > 0,05 yang berarti

data memiliki sebaran yang homogen.

6.3 Pengaruh Pelatihan senam vitalisasi otak dan senam lansia terhadap

fungsi kognitif lansia

Setelah pelatihan senam vitalisasi otak dan senam lansia 3 x per minggu

selama 12 minggu, diperoleh data nilai MMSE pada test awal dan test akhir pada

masing-masing kelompok dengan menggunakan uji wilcoxon test (Tabel 5.5),

pada kelompok I sebelum senam vitalisasi otak diperoleh rerata sebesar 19,07

dengan standar deviasi 3,61, sedangkan sesudah senam vitalisasi otak diperoleh

nilai rerata 26,22 dengan standar deviasi 2,59. Dari hasil di atas kemudian

dimasukkan data untuk dilakukan uji hipotesis I dengan menggunakan uji

wilcoxon test didapat hasil nilai z hitung sebesar -4,558 dibandingkan dengan nilai

Z tabel = -1,64 maka nilai z hitung berada di daerah penolakan, demikian pula

nilai p=0.000 < α ( 0,05) berarti Ho ditolak dan menerima Ha bahwa adanya

perlakuan senam vitalisasi otak ternyata dapat meningkatkan kemampuan kognitif

Page 88: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

88

lansia yang berada di Balai Perlindungan Sosial (BPS) Dinas Sosial Propinsi

Banten.

Pada tabel 5.5 untuk kelompok II diperoleh hasil rerata sebelum senam

lansia 21,48 dengan standar deviasi 3,8, sedangkan sesudah senam lansia

menghasilkan rerata 23,44 dengan standar deviasi 3,9. Dari hasil di atas kemudian

dimasukkan data untuk melakukan uji hipotesis II dengan menggunakan uji

Wilcoxon didapatkan hasil nilai z hitung sebesar -3,886 dibandingkan dengan nilai

Z tabel = -1,64 maka nilai z hitung berada di daerah penolakan, demikian pula

nilai p = 0,000 < a (0,05). Ho ditolak dan menerima Ha, Hal ini berarti bahwa

dengan adanya senam lansia ternyata dapat meningkatkan kemampuan kognitif

kelompok lansia yang berada di Balai Perlindungan Sosial (BPS) Dinas Sosial

Propinsi Banten.

Dengan hasil ini dapat dikatakan bahwa kedua tipe pelatihan yang

diterapkan dapat meningkatkan fungsi kognitif secara bermakna. Berarti hipotesis

I yaitu Ho ditolak dan menerima Ha bahwa adanya perlakuan senam vitalisasi

otak ternyata dapat meningkatkan kemampuan kognitif lansia yang berada di Balai

Perlindungan Sosial (BPS) Dinas Sosial Propinsi Banten. dan hipotesis II yaitu

Ho ditolak dan menerima Ha, Hal ini berarti bahwa dengan adanya senam lansia

ternyata dapat meningkatkan kemampuan kognitif lansia yang berada di Balai

Perlindungan Sosial (BPS) Dinas Sosial Propinsi Banten. Peningkatan

kemampuan kognitif tersebut sesuai dengan pendapat Markam, (2006).

Salah satu upaya untuk menghambat kemunduran kognitif akibat penuaan

yaitu dengan melakukan gerakan olahraga atau latihan fisik, bahwa pelatihan yang

Page 89: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

89

dilakukan selama 12 minggu akan memberikan efek yang cukup berarti yaitu

pemberian latihan olahraga pada usia lanjut dimulai dengan intensitas dan waktu

yang ringan kemudian meningkat secara pelahan-lahan serta tidak bersifat

kompetitif/ bertanding serta mempunyai manfaat besar karena dapat

meningkatkan kemampuan aerobik yaitu akan meningkatkan aliran dan volume

pasokan darah yang membawa oksigen ke organ-organ tubuh terutama ke organ

otak, karena berat otak akan menurun sebanyak sekitar 10%-12% selama hidup.

Karena pertimbangan-pertimbangan diatas, pemberian dosis latihan untuk

orang tua harus lebih rendah. Program latihan dimulai dengan beban yang rendah

(ringan) misalnya untuk usia 60 tahun, beban dapat dimulai dengan 2-3 METs

(misalnya berjalan kaki 2-3 mph = 3,2- 4,8 Km/jam ) Intensitas dipertahankan

lama baru ditingkatkan misalnya 50-70% VO2 max. Smith dan Giligan

menetapkan 40-70% karena orang tua kurang cepat adaptasi dan menurun

pemulihannya terhadap reaksi luar, maka setiap perubahan harus berangsur-

angsur (meningkat/menurun ) jadi orang tua harus lebih lama pemanasan dan

pemulihan/ pendinginan. Lamanya minimal latihan kira-kira 30 menit. Latihan-

latihan diberikan sebaiknya 3x seminggu.

Hal ini didukung oleh penelitian selama 10 tahun pada pria usia lanjut

berdasarkan data dari Finlandia, Italia dan Belanda oleh Gelder dan kawan-kawan

(2004) tentang hubungan aktifitas fisik dengan penurunan kognitif. Penelitian

tersebut menyimpulkan bahwa penurunan intensitas dan durasi aktifitas akan

mempercepat proses penurunan fungsi kognitif. Tilarso( 1988 ) menyatakan

pelatihan dengan frekuensi tiga kali seminggu adalah sesuai untuk lanjut usia dan

Page 90: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

90

akan menghasilkan peningkatan yang berarti. mereka yang berusia lebih dari 60

tahun, selain melatih otak perlu melaksanakan olahraga secara rutin untuk

mempertahankan kebugaran jasmani, memelihara serta mempertahankan

kesehatan di hari tua.

Manfaat kesehatan jasmani pada lanjut usia secara fisiologi dampak

langsung dapat membantu Mengatur kadar gula darah, merangsang adrenalin dan

nor-adrenalin, Peningkatan kualitas dan kuantitas tidur. Dampak jangka panjang

dapat meningkatkan daya tahan aerobik/kardiovaskular, kekuatan otot rangka dan

kelenturan, keseimbangan dan koordinasi gerak serta kelincahan. Dampak secara

psikologis dapat membantu memberi perasaan santai, mengurangi ketegangan dan

kecemasan, meningkatkan perasaan senang. dampak jangka panjang dapat

meningkatkan kesegaran jasmani dan rohani secara utuh, kesehatan jiwa, fungsi

kognitif, penampilan dan fungsi motorik manfaat sosial dampak langsung dapat

membantu pemberdayaan lansia, peningkatan integritas sosial dan kultur. Dampak

jangka panjang dapat meningkatkan keterpaduan dan kesetiakawanan.

Selanjutnya ( Kusumoputro, 2003 ).menyatakan peningkatan potensi dan

sumber daya otak. Yang diperlukan adalah kebugaran fisik dan kebugaran otak

( brain fitness ). Orang harus mengikuti keadaan jaman, harus berpikir lebih cepat,

lebih tajam, lebih efisien, dan lebih kreatif. Orang harus belajar lebih cepat, lebih

dalam, dan lebih luas, orang tidak boleh dengan mudah mengabaikan dan

melupakan sesuatu. Orang yang tidak mengikuti upaya-upaya tersebut akan

mengalami kemunduran sumber daya otaknya dan orang tersebut akan tersisih

dari lingkungannya. Keadaan itu berlaku pula bagi mereka yang berusia

Page 91: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

91

setengah baya dan berusia lanjut proses pelatihan yang dilakukan secara

sistematis, progresif, dan berulang-ulang akan memperbaiki sistem organ tubuh

serta daya ingat sehingga penampilan lanjut usia menjadi lebih baik Mekanisme

yang menjelaskan hubungan antara aktifitas fisik dengan fungsi kognitif yaitu

aktifitas fisik menjaga dan mengatur vaskularisasi ke otak dengan menurunkan

tekanan darah, meningkatkan kadar lipoprotein, meningkatkan produksi

endhotelial nitric oxide dan menjamin perfusi jaringan otak yang kuat, efek

langsung terhadap otak yaitu memelihara sruktur saraf dan meningkatkan

perluasan serabut saraf, sinap-sinap dan kapilaris ( Weuve et al. 2004 ).

Pada penelitian ini uji MMSE dilakukan setiap 2 minggu untuk melihat

perkembangan nilai kognitif. Sedangkan untuk tabulasi data pada kelompok I dan

kelompok II dilakukan Pengukuran yang signifikan setiap 6 ( enam ) minggu

karena adaptasi jaringan saraf terjadi setelah 4-6 minggu.Sehingga dari hasil data

tersebut Pada kelompok 1 didapatkan hasil nilai yang termasuk kategori normal /

tidak ada gangguan sebanyak 23 orang atau 85%, gangguan kognitif ringan 3

orang atau 11,1% dan gangguan kognitif berat 1 orang atau 3,7%. Sedangkan

pada kelompok 11 yang tidak ada gangguan 13 orang atau 48,2%, gangguan

kognitif ringan 11 orang atau 40,7% dan gangguan kognitif berat sebesar 3 orang

atau 11,1%. Adapun terjadinya hubungan antara latihan fisik dengan fungsi

kognitif adalah melalui kontraksi otot yang akan memberikan pengaruh pada otak

melalui jalur muscle spindle, adanya suatu rangsangan yang terjadi pada golgi

tendon organ akan diteruskan ke central nervus system melalui jaras-jaras. Jaras-

jaras ini yang menerima informasi berupa sensoris dari perifer, sistem visual,

Page 92: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

92

sistem vestibular, muskulo skletal, proprioseptik, dan lain-lain akan diproses dan

diintegrasikan pada semua tingkat sistem saraf, menurut Suhartono (2005), dalam

waktu singkat kurang lebih 150 mikro detik akan terbentuk suatu respon yang

benar dan disimpan di otak. Informasi yang diterima akan diintegrasikan di dalam

sistem sensoris integrasi di sub cortical dan disimpan oleh bagian memori yaitu

corpus amigdale diintegrasikan ke cortex cerebri centrum kognitif, supaya tidak

menjadi memori yang pendek / short term memory dilakukan secara berulang-

ulang sehingga akan menjadi long term memory. Pada penelitian ini uji MMSE

dilakukan untuk setiap 2 minggu tetapi untuk mendapatkan data yang valid

terhadap perubahan yang terjadi sebelum diberikan perlakuan dan setelah selesei

perlakuan maka analisis data uji MMSE adalah untuk data pre test MMSE dan

post test MMSE setelah perlakuan selesei.

Ganong dikutip oleh Tirtayasa( 2001 ), menyatakan pengolahan informasi

pada sistem saraf pusat adalah memproses informasi yang masuk yang

menimbulkan respon motoris yang sesuai keperluan, kemudian sesudah informasi

yang penting diseleksi dan disalurkan kedaerah motoris yang sesuai otak sehingga

menyebabkan respon yang sesuai dengan kehendak. Sebagian besar dari

penyimpanan ini terjadi di kortex serebri tetapi tidak seluruhnya bisa didaerah

basal otak dan medula spinalis, disini menyimpan sedikit informasi, Penyimpanan

informasi proses yang disebut dengan memori.proses memori termasuk juga

fungsi sinaps (tempat terjadinya hubungan satu neuron dengan neuron lain,

peranannya sangat besar dalam mengontrol transmisi impuls ) Setiap impuls

sensoris melalui suatu rangkaian sinaps, maka masing-masing sinaps akan

Page 93: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

93

menghantar impuls, yang disebut proses fasilitasi. Sesudah impuls melalui sinaps

berulang-ulang maka sinaps akan terfasilitasi, hal ini yang mengakibatkan

seseorang merasakan suatu persepsi.walaupun untuk menimbulkan hanyalah

berdassarkan sensasi dari memori. Sekali memori tersimpan dalam saraf, mereka

akan menjadi bagian dalam mekanisme pengolahan. Proses berfikir dalam otak

membandingkan pengalaman sensoris yang baru dengan memori yang tersimpan.

Memori akan membantu untuk memilih informasi yang baru dan penting dan

menyalurkannya kedaerah penyimpanan yang sesuai atau kehendah motoris yang

menyebabkan respon gerakan atau adanya aktifitas fisik yang dilakukan satu

minggu tiga kali dan ber ulang- ulang dengan tujuan upaya stimulasi dan

pengaktifan otak menuju peningkatan kebugaran otak atau stimulasi gerak dapat

terekam dalam otak melalui jaras proprioseptif(melatih propriosetif / rasa

sendi.Sehingga fungsi cognitif menjadi lebih baik.

Pada kelompok I terdapat peningkatan nilai MMSE yang sangat kecil yaitu

pada seorang wanita usia 60 tahun ( sampel no. 6 lampiran 12 ) hal tersebut di

karenakan responden memiliki riwayat belum pernah menikah, sekolah SR kelas

I, pekerjaan pembantu dan kegiatan sosialnya kurang yaitu lebih pendiam dan

tidak bersosialisasi, akibat hal tersebut fungsi dari kognitifnya sangat sedikit

dalam hal peningkatan. Sebaliknya ada responden yang menghasilkan nilai yang

sangat baik ( sampel no.14 lampiran 12 ) hal tersebut di karenakan responden

tersebut sangat aktif dalam lingkungan sekitar dan memiliki banyak kegiatan yang

akan menambah kemampuan kognitif responden tersebut. Otak merupakan sistem

utama dalam menyimpan memori. Semakin banyak otak digunakan dalam

Page 94: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

94

berpikir maka semakin banyak pula impuls yang akan teraktivasi sehingga daya

ingat dari seseorang akan jauh lebih baik dibandingkan dengan orang yang tidak

terlalu aktif dalam berpikir.

Pada kelompok II, seorang wanita usia 70 tahun ( sampel no.19 lampiran

14 ) hal tersebut karena responden memiliki riwayat pendidikan rendah yaitu SR

kelas I, tidak menikah dan selama di BPS tidak ada kegiatan sehingga responden

sulit memahami dalam menjawab tes yang diberikan terutama dalam hal baca,

tulis, dan hitung, responden lain wanita berusia 70 tahun menunjukkan nilai

MMSE yang menurun ( sampel no.3 lampiran 14 ) ternyata yang bersangkutan

tidak sekolah, kurang termotivasi untuk mengikuti kegiatan senam, cenderung

pasif dan malas sehingga tidak berkonsentrasi sewaktu tes MMSE.

6.4 Perbedaan Pengaruh senam vitalisasi otak dan senam lansia Terhadap

fungsi kognitif

Selanjutnya Pada tabel 5.7 dilakukan uji hipotesis III perbandingan uji

analisis antara nilai MMSE senam vitalisasi otak dengan senam lansia

menggunakan uji statistik Independent Samples t-test. Dengan menggunakan

software diperoleh hasil untuk kondisi sebelum kegiatan senam dilakukan nilai

signifikansi p=0.022 < α (0,05) berarti Ho ditolak dan menerima Ha bahwa

adanya perbedaan peningkatan MMSE antara perlakuan I (senam vitalisasi otak)

dan perlakuan II (senam lansia). Sedangkan untuk kondisi setelah kegiatan senam

dilakukan diperoleh nilai signifikansi p=0.004 < α (0,05) berarti Ho ditolak dan

menerima Ha, atau ada perbedaan signifikan antara peningkatan MMSE akibat

perlakuan I (senam vitalisasi otak) dibandingkan dengan perlakuan II (senam

Page 95: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

95

lansia). Selanjutnya dari nilai selisih rata-rata nilai MMSE sebelum dan sesudah

perlakuan untuk masing-masing kelompok diperoleh nilai signifikansi p=0.000 <

α (0,05) berarti Ho ditolak dan menerima Ha, atau ada perbedaan signifikan antara

selisih peningkatan MMSE akibat perlakuan I (senam vitalisasi otak) dengan

selisih peningkatan MMSE akibat perlakuan II (senam lansia). Dengan melihat

besarnya peningkatan nilai MMSE oleh senam vitalisasi otak sebesar 7,15 jauh

lebih besar dari peningkatan nilai MMSE akibat senam lansia sebesar 1,96, maka

dapat disimpulkan bahwa senam vitalisasi otak lebih baik dibandingkan dengan

senam lansia dalam meningkatkan kemampuan kognitif kelompok lansia.

Peningkatan hasil nilai kognitif pada senam vitalisasi otak tersebut sesuai

dengan pendapat Kusumoputro (2003), bahwa pelatihan yang dilakukan selama

12 minggu akan memberikan efek yang cukup berarti yaitu sebuah kenaikan

performa kognitif berupa meningkatnya kemampuan kewaspadaan, pemusatan

perhatian, daya ingat serta kemampuan eksekutif para lansia, sehingga pelatihan

ini sengaja diarahkan untuk para peserta usia lanjut yang memang pada umumnya

secara fisiologis mengalami kemunduran fungsi kognitifnya.sehingga dalam

praktek sehari-hari tentu kenaikan performa kognitif ini berguna bagi aktifitas

hidup sehari-hari, terutama untuk kualitas kehidupan lanjut. Sedangkan Markam

(2006), menyatakan, Pemeliharaan otak secara struktural memerlukan asupan

darah, oksigen dan energi yang cukup keotak hingga diharapkan struktur otak

akan terpelihara dan fungsi otak pun menjadi lebih optimal. Pemeliharaan

fungsional otak dapat dilakukan dengan proses belajar, diantaranya belajar gerak

/aktifitas fisik, belajar mengingat, belajar merasakan, belajar melihat dan lain-lain,

Page 96: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

96

semua proses belajar akan merangsang pusat-pusat otak karena didalam otak

terdapat pusat-pusat yang mengurus berbagai fungsi tubuh, seperti gerakan, rasa

kulit, rasa sikap, berbahasa, baca, tulis, pusat penglihatan pendengaran dan lain-

lain sehingga makin banyak proses belajar maka makin banyak juluran sel saraf

dan sinap-sinap yang terjadi, ini berarti daya mengingat meningkat. Pada

pelatihan senam vitalisasi otak dan pelatihan senam lansia diperlukan waktu

keseluruhan 30 menit karena orang tua kurang cepat adaptasi dan menurun

pemulihannya terhadap reaksi luar, maka setiap perubahan harus berangsur-

angsur (meningkat/menurun ) jadi orang tua harus lebih lama pemanasan dan

pemulihan/ pendinginan. Lamanya minimal latihan kira-kira 30 menit.

Latihan vitalisasi otak merupakan penyelarasan fungsi gerak, pernapasan,

dan pusat pikir ( memori,imajinasi ), rangkaian gerakan yang terangkum tidak

hanya melibatkan gerakan otot-otot tertentu di otak ( homonculus) dengan corpus

kalosum ( gerakan menyilang ) tetapi juga melibatkan beberapa pusat yang lebih

tinggi di otak ( High cortical function ). Gerakan –gerakan yang dilakukan dalam

senam/latihan vitalisasi otak merangsang kerjasama antar belahan otak dan antar

bagian-bagian otak yang diikuti dengan bertambahnya aliran darah ke dalam otak,

gerakan yang dilakukan juga lambat sehingga tidak akan membebani kerja

jantung dan dapat disesuaikan dengan pernapasan dimana dengan napas yang

lebih dalam oksigen dari udara akan terserap lebih banyak dan akan memperbaiki

fungsi otak. Latihan vitalisasi otak yaitu kegiatan yang merangsang intelektual

yang bertujuan untuk mempertahankan kesehatan otak dengan melakukan gerak

badan memiliki rangkaian gerak yang diolah sedemikian rupa dengan

Page 97: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

97

memperhatikan konsep dan kaidah anatomi dan fisiologi otak sehingga tampilan

latihan ini memiliki beberapa prinsip;lambat dan ber ulang- ulang dengan tujuan

upaya stimulasi dan pengaktifan otak menuju peningkatan kebugaran otak atau

stimulasi gerak dapat terekam dalam otak melalui jaras proprioseptif(melatih

propriosetif / rasa sendi. Markam (2006), perlakuan senam vitalisasi otak

dipimpin seorang instruktur dengan menggunakan perangkat TV, DVD dan CD

selama satu bulan supaya dapat menghafal gerakan selanjutnya dicoba dengan

panduan dari instruktur senam.Perlakuan dilakukan di Balai Perlindungan sosial

( BPS).

Berdasarkan perbedaan rerata nilai fungsi kognitif tersebut, dengan

persentase perbedaan rerata peningkatkan hasil nilai MMSE ( tabel 5.6 )

kelompok I sebesar 37,49 % dan kelompok II sebesar 9,12 %. Pelatihan yang

telah diterapkan selama 12 minggu dengan frekuensi 3 x per minggu pada kedua

kelompok perlakuan menghasilkan persentase peningkatan nilai MMSE yang

bermakna. Tabel 5.7 menunjukkan perbedaan rerata peningkatan nilai MMSE di

antara kedua kelompok diuji Independent Samples t-test menghasilkan nilai

p=0,001 (p<0,05) dengan hasilnya menunjukkan persentase peningkatan nilai

sebelum dan sesudah pelatihan. Peningkatan rerata kelompok I lebih besar

daripada kelompok II. Sehingga dapat dikatakan pelatihan kelompok I lebih baik

daripada kelompok II dalam meningkatkan fungsi kognitif. Dengan demikian

hipotesis III terbukti.

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh kusumoputro

(2003) tentang pelatihan gerak dan latih otak dengan menghasilkan peningkatan

Page 98: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

98

performa kognitif yang lebih baik. Penelitian pada warga usia lanjut di wilayah

DKI yang mengutamakan pada fungsi kewaspadaan, pemusatan perhatian, dan

daya ingat yang diukur dengan test kognitif yaitu nilai MMSE lebih baik

dibandingkan senam lansia yang dalam meningkatkan kognitif. Dimana pada

senam lansia hanya menfokuskan pada kekuatan tulang, melibatkan otot-otot

besar dan latihannya ditambah beberapa bentuk permainan-permainan untuk

meningkatkan koordinasi, keseimbangan dan kelentukan. ( Tilarso, 1988 ).

Page 99: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

99

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

I. Simpulan

Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan

bahwa :

1. Senam vitalisasi otak tiga kali seminggu selama dua belas minggu

meningkatkan kemampuan kognitif kelompok lansia di Balai

Perlindungan Sosial Propinsi Banten secara bermakna (p < 0,05)

sebesar 37,49%.

2. Senam lansia tiga kali seminggu selama dua belas minggu

meningkatkan kemampuan kognitif kelompok lansia di Balai

Perlindungan Sosial Propinsi Banten secara bermakna (p < 0,05)

sebesar 9,12%.

3. Senam vitalisasi otak tiga kali seminggu selama dua belas minggu

lebih baik dibandingkan dengan senam lansia dalam meningkatkan

kemampuan kognitif kelompok lansia di Balai Perlindungan Sosial

Propinsi Banten secara bermakna (p < 0,05) Hal tersebut diketahui dari

selisih rerata nilai MMSE sebelum dan sesudah senam pada kedua

kelompok sebesar 5,19.

Page 100: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

100

II. Saran

1. Kebugaran fisik terutama bagi mereka yang berusia 60 tahun perlu

dijaga dengan melakukan olah raga yang teratur karena akan dapat

berdampak positif terhadap kondisi fisik dan kemampuan kognitif.

2. Senam vitalisasi otak dan senam lansia pada lansia dapat dianjurkan

secara teratur dan terjadwal karena baru pertama kali dilakukan di

Balai Perlindungan Sosial Propinsi Banten

3. Bagi peneliti lain, mudah-mudahan tesis ini bermanfaat sebagai acuan

bila melakukan penelitian tentang senam vitalisasi otak atau senam

lansia

Page 101: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

101

DAFTAR PUSTAKA

Aswin, S. 2003. Pengaruh Proses Menua Terhadap Sistem Muskuloskeletal In W.Rochmah(ed): Naskah Lengkap Simposium Gangguan Muskuloskeletal.Yogyakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada.hal.3-4 Ayres, A.J. 1979. Sensory Integration and the Child: Western Psychological

Services.

Bandiah, S. 2009. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Jakarta: Mulia Medika

Barnes,L.K.,Leon,M.D.,Wilson R.S., Bienias,J.L and Evans,D.A.2004. Social

recourses and cognitive decline in a population of older Africans and whites.Journal of Neurology,63(12):2322-2326

Biro Pusat Statistik. 1990. Statistical Yearbook 1990.

Burns, M. S. 1985. Treatment of Communication Problems in right Hemisphere Damage.Maryland: Aspen System Corporation

Central Bureau of Statistics (Indonesia). 1992. Population Of Indonesia, Result Of The 1990 Population Census. Biro Pusat Statistik. In H. Hadi Martomo dan Kris Pranarka (eds.): Buku Ajar Boedhi-Darmojo GERIATRI Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, pp. 3.

Cumming, J. L., D.F.Benson. 1992. Dementia A Clinical Approach.2nd

Ed.Butterworth-Heinemann. USA. In: Berkala NeuroSains Vol. 1 No. 1. pp. 11-15.

Constantinides P. 1994. In General Pathobiology, Appleton &

Lange.Connecticut.In: H. Hadi Martomo dan Kris Pranarka (eds.): Buku Ajar Boedhi-Darmojo GERIATRI Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, pp. 3.

Dahlan, P. 1999. Definisi dan diagnosis banding sindroma demensia. Berkala Neuro Sains, 1(1):39-43.

Darmojo, B. 1979. Masa Depan Geriatri di Indonesia.Acta Medica Indonesia

X,84-104 ( Simposium Geriatri ke-2,Jakarta).In:H.Hadi Martono dan Kris Pranarka (eds): Buku Ajar Boedhi-Darmojo GERIATRI Edisi 4.jakarta:Balai Penerbit FKUI,pp.14.

Page 102: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

102

Darmojo, B. 2009. Teori Proses Menua.In: H.Hadi Martono dan Kris Pranarka (eds): Buku Ajar Boedhi-Darmojo GERIATRI Edisi 4.Jakarta:Balai Penerbit FKUI,pp.3.

Darmojo, Martono. 2000. Mild Cognitive Impairment (MCI) gangguan kognitif ringan. Berkala Neuro sains, 1(1):11-15

Ellis, H.C, Hunt, R. R. 1993. Fundamental of cognitive psychology. 5th ed.United

States: Wm. C. Brown Communications, Inc. Ganong, W. F. 1999. Fisiologi Kedokteran edisi 17. Dr. M. Djauhari

Widjajakusumah ( Editor bahasa Indonesia ). Penerbit buku kedokteran EGC.

Gelder, B. M. et al .2004. Physical activity in relation to cognitif decline in

elderly men.Neurology;63:2316-2321

Gelder, B. M., Tijhuis, M., Kalmijn, S., Giampaoli, S., Nissinen, A, Kromhout. 2006. Marital status and living situation during a 5-tahun period are associated with a subsequent 10-tahun cognitive decline in older men: The FINE Study. The Journal or Gerontology Series, 61:213-219.

Hardywinoto, Setiabudhi, T. 1999. Panduan Gerontology Tinjauan Dari Berbagai

Aspek. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Harrington, F., Saxby, B., McKeith, I., Wesnes, K, Ford, A . 2000. Cognitive performance in hypertensive and normotensive older subjects. Hypertension, 36:1079-1082.

Hurlock, E. B. 1996 Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang

rentang kehidupan, Edisi kelima. Maxsijabat, R.ed ; Jakarta. Katzman, R., Rowe, J. W. 1992. Principles of Geriatric Neurology. Philadelphia:

FA Davis Company. Kinsella K., Taeuber. 1993. An Aging World II, US Bureau of the Census,

International Population Report. In: H. Hadi Martomo dan Kris Pranarka (eds.): Buku Ajar Boedhi-Darmojo GERIATRI Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, pp. 3.

Kurlowicz L., Wallace M. 1999. The Mini Mental State Examination. Journal

geriatric nursing, 3(1):10-11.

Kusmana, D. 1992. Olahraga pada usia lanjut. Simposium Menuju Hidup Sehat pada Usia Lanjut. Bogor 7 November.

Page 103: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

103

Kusumoputro, S., Sidiarto, L. D., Sarmino, Munir, R., Nugroho, W. 2003. Kiat Panjang Umur dengan Gerak dan Latih Otak, Jakarta: UI Press.

Lumbantobing, S. M. 2006. Kecerdasan pada usia lanjut dan demensia. Edisi 4.

Jakarta: Balai penerbit FKUI. Markam, S., Mayza, A., Pujiastuti, H., Erdat, M. S., Suwardhana, Solichien, A.

2006. Latihan Vitalisasi Otak. Jakarta: Grasindo.

Martono, H., Pranaka, K. 2009. Geriatri ( Ilmu Kesehatan Usia Lanjut ). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Matthews, M., Williams H. 2004. Improvement in physical activity and cognitive

performance after a 10-week program in Tai Chi exercise. The Gerontologist,.44 (1), 507

Miller, C. A. 2004. Nursing for wellness in older adult, Theory & Practice.

Philadelphia: JB.Lippincort.CO. Nala, N. 1992. Kumpulan Tulisan Olahraga. Denpasar: Komite Olahraga

Nasional Indonesia Daerah Bali. Oen L. H. 1993. Dasar Biomolekuler Proses Menua, Pidato Pengukuhan Guru

Besar. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. In: H. Hadi Martomo dan Kris Pranarka (eds.): Buku Ajar Boedhi-Darmojo GERIATRI Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, pp. 9.

Poccok, S.J. 2008. Clinical Trials A Practical Approach. New York: A Willey Medical Publication.

Petersen, R. C., Smith, M. D., Kokmen, E., Ivnik, R. J., Tangalos, E. G., 1992.

Memory Function In Normal Aging. Neurology. 42: 396-401. In: Berkala NeuroSains Vol. 1 No. 1. pp. 11-15.

Psikologi Lansia, 2009. [ Cited 2009 December, 11 ] Available from: URL. http://belajarpsikologi.com/psikologi-lansia Pujiastuti, S. S., Utomo. 2003. Fisioterapi pada Lansia. Jakarta: EGC.

Ramdhani, N. 2008. Sikap dan beberapa definisi untuk memahaminya. [ Cited

2010 Juli, 29 ] Available from: URLhttp:/www.neila.staff.ugm.ac.id/wodrpress/2008/denifisi.

Saladin, K . 2007. Anatomy and physiology the unity of form and function. 4th ed.

New York: McGraw-Hill Companies inc:513-561.

Page 104: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

104

Setyopranoto, I., Lamsudin, R, Dahlan, P. 2000. Peranan stroke iskhemik akut terhadap timbulnya gangguan fungsi kognitif di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Berkala Neuro Sains, 2(1):227-234.

Sidiarto, L. D., Kusumoputro, S. “Mild Cognitive Impairment (MCI) Gangguan

Kognitif Ringan”. Berkala NeuroSains Vol.1.No.1,Oktober 1999. Springer, Deutsch. 1981. Left Brain, Right Brain. San Francisco: W.H Freeman

and Company.

Strub, R. L., Black, W. 1992. Neurobehavioral disorders, A clinical approach. Philadelphia: F.A.Davis Company.

Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian.Bandung: CV Alfabeta

Suhana N. 1994. Teori-Teori Tentang Proses Menua Ditinjau Dari Aspek Biologi Dan Usaha-Usaha Penanggulangannya, Dalam Simposium Nasional Gerontologi-Geriatri. Dewan Riset Nasional, Ed. Boedhi-Darmojo dkk, 16-39. In: H. Hadi Martomo dan Kris Pranarka (eds.): Buku Ajar Boedhi-Darmojo GERIATRI Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, pp. 5.

Suhartono. 2005. Faktor-faktor Keseimbangan Pada Manusia Dan respon Umpan

Balik Sensori Integrasi. Jakarta : Unit Press

Sulianti, A. t.t. Pemanfaatan Momen 17-Agustusan Sebagai Sarana Latihan Olahraga Rekreasi Terapeutik Untuk Lansia.Available from: URL: http:/www.koni.or.id/files/documents/journal/2

Sunarto,2009.Himpunam peraturan perundang-undangan Republik Indonesia : Ikatan fisioterapi Indonesia.

Takemi,T. 1977. Aging of Population in Asia & Oceania and how the Physician is

to cope with this. Asian Med J

Tilarso, H. 1988. Latihan Fisik dan Usia Tua. Majalah Cermin Dunia Kedokteran No.48

Tucker, J. S., Orlando, M., Elliott, M. N and Klein, D. J .2006. Affective and

behavioural responses to health-related social control. Health Psychology, 25(6):715-722.

Turana,Y., Mayza, A., Lumempouw, S. F. 2004. “Pemeriksaan Status Mental

Mini pada Usia Lanjut di Jakarta”, Medika.Vol.XXX, September, hal. 563.

Page 105: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

105

Weuve, J., Kang, J. H., Manson, J. E., Breteler, M. B., Ware, J. H and Grodstein, F.2004. Physical activity, including walking and cognitive function in older women. JAMA, 292(12):1454-1461

Whitehead, J. B. 1995. Exercise in ederly. In Reichel, W (ed) Care of the ederly,

clinical aspects of aging, William and Wilkins.

WHO. 1989. Health of the Ederly. Geneva: WHO.

Williamson, J. 1985. Preventive aspects of Geriatric medicine. In Patty, JS (ed) Principles and Practice of Geriatric Medicine, John Wilwy and Sons, Chichester-New York.

Zunzunegui, M. V., Alvarado, B. E., Del Ser, T, Otero, A . 2003. Social network, special integration and social engagement determine cognitive decline in community-dwellir,;g Spanish older adults. The Journal of Gerontology Series, 58:33-100.

Page 106: senam vitalisasi otak lebih meningkatkan fungsi kognitif kelompok ...

106

LAMPIRAN