Page 1
TESIS
PENAMBAHAN SENAM OTAK PADA AKTIVITAS
FUNGSIONAL DAN REKREASI (AFR) LEBIH BAIK
DARIPADA AKTIVITAS FUNGSIONAL DAN REKREASI
(AFR) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN
MOTORIK HALUS ANAK PRASEKOLAH
NOVA RELIDA SAMOSIR
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
Page 2
ii
TESIS
PENAMBAHAN SENAM OTAK PADA AKTIVITAS
FUNGSIONAL DAN REKREASI (AFR) LEBIH BAIK
DARIPADA AKTIVITAS FUNGSIONAL DAN REKREASI
(AFR) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN
MOTORIK HALUS ANAK PRASEKOLAH
NOVA RELIDA SAMOSIR
NIM : 1390361025.
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
Page 3
iii
PENAMBAHAN SENAM OTAK PADA AKTIVITAS
FUNGSIONAL DAN REKREASI (AFR) LEBIH BAIK
DARIPADA AKTIVITAS FUNGSIONAL DAN REKREASI
(AFR) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN
MOTORIK HALUS ANAK PRASEKOLAH
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister
pada Program Magister, Program Studi Fisiologi Olahraga
Program Pascasarjana Universitas Udayana
NOVA RELIDA SAMOSIR
NIM 1390361025
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
Page 4
iv
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI
TANGGAL 3 JULI 2015
Pembimbing I,
Dr. dr. I Wayan Weta MS
NIP. 195811051987021001
Pembimbing II,
Muh. Ali Imron, M.Fis
NIDN. 0526056801
Mengetahui
Ketua Program Studi Fisiologi Olahraga – Fisioterapi Direktur
Program Pasca Sarjana Program Pasca Sarjana
Universitas Udayana, Universitas Udayana,
DR. dr. Susy Purnawati,M.K.K,AIFO
NIP. 196809291999032001
Prof.Dr.dr.A.A.Raka Sudewi,Sp.S.(K)
NIP. 195902151985102001
Page 5
v
Tesis ini Telah Diuji pada:
Tanggal : 2 Juli 2015
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor
Universitas Udayana, No: 1911/UN.14.4/HK/2015 Tanggal 1 Juli 2015
Ketua : Dr. dr. I Wayan Weta, M. S
Anggota :
1. Muh. Ali Imron, M. Fis
2. Dr. dr. I Made Jawi, M. Kes
3. Dr. dr. Susy Purnawati, M.K.K, AIFO
4. Sugijanto, Dipl. PT, M. Fis
Page 6
vi
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS UDAYANA
Kampus Bukit Jimbaran
Telepon (0361) 701812, 701954, 703139, Fax, (0361)-701907,
702442
Laman: www.unud.ac.id
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Nova Relida Samosir
NIM : 1390361025
Program Studi : Magister Fisiologi Olahraga
Judul Tesis :PENAMBAHAN SENAM OTAK PADA AKTIVITAS
FUNGSIONAL DAN REKREASI (AFR) LEBIH BAIK
DARIPADA AKTIVITAS FUNGSIONAL DAN REKREASI
(AFR) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN
MOTORIK HALUS ANAK PRASEKOLAH
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis* ini bebas plagiat.
Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010 dan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, Juni 2015
Pembuat Pernyataan
( Nova Relida Samosir )
NIM : 1390361025
Page 7
vii
UCAPAN TERIMAKASIH
Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis dengan judul Penambahan Senam
Otak pada Aktifitas Fungsional dan Rekreasi (AFR) Lebih Baik Daripada Aktifitas
Fungsional dan Rekreasi (AFR) dalam Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak
Prasekolah yang ditujukan guna memenuhi persyaratan menyelesaikan program
pendidikan Pascasarjana Program Fisiologi Olahraga Konsentrasi Fisioterapi di
Universitas Udayana.
Atas segala bimbingan, arahan, dorongan, dan fasilitas selama menyelesaikan
Proposal Tesis ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat:
1. Prof.Dr.dr.A.A.Raka Sudewi, Sp.S(K) selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Udayana.
2. DR.dr.Susy Purnawati,M.K.K, AIFO selaku Ketua Program Studi Fisiologi
Olahraga – Fisioterapi Universitas Udayana.
3. Dr. dr. I Wayan Weta, MS selaku Pembimbing I yang telah banyak memberikan
arahan dan bimbingan selama proses penyelesaian Proposal Tesis ini.
4. Muh. Ali Imron, M.Fis selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan
motivasi dan arahan dalam penyelesaian Proposal Tesis ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen serta Staff Program Studi Fisiologi Olahraga Universitas
Udayana yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman kepada penulis
selama mengikuti perkuliahan.
6. Ayahanda (Alm) L. Samosir dan Ibunda B. Pasaribu yang selalu memberikan doa
dalam setiap langkah penulis serta dorongan semangat pada penulis untuk menjadi
pribadi yang lebih ikhlas, sabar dan tegar dalam menghadapi segala keadaan untuk
menjadi lebih bermanfaat bagi agama, keluarga, nusa dan bangsa.
7. Suami penulis Ediawarman, S.Pd dan Anak-anak penulis yaitu Farid Atallah, Zulfi
Zainullah dan Adzkia Fathiyya Saufa yang selalu memercikkan ketulusan
Page 8
viii
kabahagiaan kepada penulis melalui doa, semangat dan tingkah polah yang
menyulut semangat untuk terus berjuang bagi penulis.
8. Seluruh keluarga besar penulis, kakak dan adik yang menjadi inspirasi bagi penulis,
terimakasih untuk semuanya dalam menjalani kehidupan.
9. PAUD Ibu Teladan Rumbai, Pekanbaru yang telah bersedia bekerjasama dengan
penulis untuk memberikan izin menjadikan siswa-siswinya menjadi sampel pada
penelitian ini.
10. Ibu dr. Hj. Susiana Tabrani, M.Pdi selaku Rektor Universitas Abdurrab beserta
seluruh jajaran akademika dan karyawan/wati Universitas Abdurrab yang telah
banyak memberikan motivasi pada penulis.
11. Yohannes Purwanto, SST.FT, S.Psi, S.Ked selaku Ketua IFI Cabang Riau serta
Bapak/Ibu pengurus dan anggota IFI Cabang Riau yang telah banyak memberikan
dorongan semangat dalam proses penyelesaian penelitian ini.
12. Bapak dan Ibu serta Kakak dan Adik rekan-rekan seperjuangan di Universitas
Abdurrab serta seluruh Alumni dan mahasiswa/i Program Studi D-III Fisioterapi
Universitas Abdurrab yang telah banyak memberikan insiprasi dan motivasi bagi
penulis dalam perjuangan menggali, menumbuhkan dan mengembangkan ilmu
bersama-sama.
13. Sahabat-sahabat seperjuangan di Program Studi Fisiologi Olahraga Konsentrasi
Fisioterapi untuk kebersamaan dan persahabatan yang indah. Semoga kesuksesan
untuk kita semua.
Penulis menyadari bahwa proposal tesis ini masih terdapat kelemahan dan
kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.
Semoga proposal penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.
Denpasar, Juni 2015
NOVA RELIDA SAMOSIR
Page 9
ix
ABSTRAK
PENAMBAHAN SENAM OTAK PADA AKTIVITAS FUNGSIONAL DAN
REKREASI (AFR) LEBIH BAIK DARIPADA AKTIVITAS FUNGSIONAL DAN
REKREASI (AFR) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK
HALUS ANAK PRASEKOLAH
Perkembangan motorik halus anak perlu dilatih atau distimulasi agar dapat
berkembang dengan baik. Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang
sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Pada dasarnya,
perkembangan ini berkembang sejalan dengan kematangan saraf dan otot anak.
Sehingga, setiap gerakan sesederhana apapun merupakan hasil pola interaksi yang
kompleks dari berbagai bagian dari sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak.
Sampel dalam penelitian ini adalah Siswa PAUD Ibu Teladan Palas dan PAUD
Nurul Ma‟wa Tenayan Raya dengan rentang usia 5-6 tahun. Penelitian ini adalah
penelitian experiment dengan desain penelitian pre and post test. Jumlah seluruh
responden penelitian ini adalah 60 siswa, yaitu 30 siswa yang mengikuti kegiatan senam
otak dan aktifitas fungsional rekreasi (AFR) dan 30 siswa yang hanya mengikuti
kegiatan aktifitas fungsional rekreasi (AFR). Kelompok I diberikan senam otak dan
aktivitas fungsional rekreasi (AFR), dan kelompok II diberikan aktivitas fungsional
rekreasi (AFR) saja, masing-masing 2 x 15 menit. Latihan dilakukan selama 6 minggu
dengan frekuensi 3 kali seminggu.
Hasil analisis menunjukkan peningkatan motorik halus secara bermakna (p =
0.000) pada kedua kelompok. Pada kelompok I terjadi peningkatan skor rata-rata
motorik halus 75.20 menjadi 86.83 (p = 0.000), demikian pula kelompok II terjadi
peningkatan skor motorik halus dari 75.03 dan menjadi 80.87 (p = 0.000). Skor motorik
halus sebelum perlakuan pada kedua kelompok tidak ada perbedaan (p = 0.549)
kemudian setelah diberikannya perlakuan pada kedua kelompok didapatkan perbedaan
dan (p = 0.000) yang artinya ada perbedaan secara signifikan.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penambahan senam
otak pada anak prasekolah lebih baik dalam meningkatkan motorik halus anak
prasekolah secara signifikan.
Kata kunci : Senam otak, aktivitas fungsional dan rekreasi, motorik halus
Page 10
x
ABSTRACT
ADDITION OF BRAIN GYM ON ACTIVITY FUNCTIONAL AND
RECREATION (AFR) BETTER THAN THE FUNCTIONAL AND
RECREATIONAL ACTIVITIES (AFR) INCREASE IN FINE MOTOR SKILLS
PRESCHOOL CHILDREN
Fine motor development of children need to be trained or stimulated in order to
developed properly. Motor development is one very important factor in the
development of the individual as a whole. Basically, these developments evolve in line
with the maturity of the nerves and muscles of children. Thus, any simple movement of
any kind, is the result of a complex interaction patterns from various parts of the system
in the body that is controlled by the brain. Sample in this research is the students of early childhood education and early childhood
Palas Exemplary Mother Nurul Ma'wa Tenayan Kingdom with an age range of 5-6 years. This
research is experiment with the design of the study pre and post test. Number of all respondents
of this study were 60 students, with 30 students who participated in the brain exercise and
recreation functional activities (AFR) and 30 students who just follow the functional activities
recreational activities (AFR). The first group was given a brain exercise and recreation
functional activities (AFR), and group II are given a functional recreational activities (AFR)
alone, each with 2 x 15 minutes. Exercises performed during 6 weeks with a frequency of three
times a week.
Analysis showed an increase in the fine motor significantly (p = 0.000) in both
groups. In the first group increased an average score of 75.20 into 86.83 fine motor (p =
0.000), as well as group II there was an increase fine motor score of 75.03 and became
80.87 (p = 0.000). Fine motor scores before treatment in both groups there was no
difference (p = 0.549) and then after a given treatment in both groups and the
differences found (p = 0.000), which means there are significant differences.
Based on these results it can be concluded that the addition of brain gymnastics in
preschool children better in improving the fine motor skills of preschool children
significantly.
Keywords: Brain gym, functional and recreational activities, fine motor
Page 11
xi
RINGKASAN
PENAMBAHAN SENAM OTAK PADA AKTIVITAS FUNGSIONAL DAN
REKREASI (AFR) LEBIH BAIK DARIPADA AKTIVITAS FUNGSIONAL DAN
REKREASI (AFR) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK
HALUS ANAK PRASEKOLAH
Perkembangan motorik halus anak perlu dilatih atau distimulasi agar dapat
berkembang dengan baik. Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang
sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Pada dasarnya,
perkembangan ini berkembang sejalan dengan kematangan saraf dan otot anak.
Sehingga, setiap gerakan sesederhana apapun merupakan hasil pola interaksi yang
kompleks dari berbagai bagian dari sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak.
Penelitian ini merupakan penelitian experiment. Responden penelitian adalah
siswa PAUD Ibu Teladan Palas Rumbai dan PAUD Nurul Ma‟wa Tenayan Raya
Pekanbaru. Secara keseluruhan sampel berjumlah 60 orang yang berusia diantara 5-6
tahun. Jumlah seluruh responden penelitian ini adalah 60 siswa, yaitu 30 siswa
merupakan kelompok perlakuan I dan 30 siswa menjadi kelompok perlakuan II.
Sebelum dilakukan senam otak dan AFR, terlebih dahulu dilakukan tes kemampuan
motorik halus yang dalam hal ini dilakukan untuk mengetahui nilai kemampuan motorik
halus awal sampel. Ini dilakukan baik pada kelompok perlakuan I maupun kelompok
perlakuan II, sehingga diperoleh hasil nilai objektif kemampuan motorik halus.
Kemudian kegiatan senam otak dan AFR dilakukan oleh kelompok perlakuan I, dan
AFR saja oleh kelompok perlakuan II. Setelah dilakukan kegiatan senam otak dan AFR
maka tes kemampuan motorik halus di lakukan kembali guna mengukur kemampuan
motorik halus siswa, sehingga diperoleh hasil evaluasi dari intervensi yang diberikan.
Senam otak gerakan meningkatkan energi mengaktifkan kembali hubungan
sistem saraf antara tubuh dan otak sehingga memudahkan aliran energi elektromagnetik
keseluruh tubuh. Gerakan ini menunjang perubahan elektrik dan kimiawi yang
berlangsung selama semua kejadian. Lingkaran energi ditiga dimensi tubuh (kiri-kanan,
atas-bawah, belakang-depan dan sebaliknya), membangun dan mendukung kemampuan
untuk mudah mengetahui arah, sadar akan sisi kiri-kanan, pemusatan dan fokus serta
kesadaran tentang keberadaan kita.
Gerakan yang ada juga sesuai dengan konsep Dual Task (tugas ganda). Bila
tugas dilakukan bersama-sama didapatkan adanya peningkatan aktivasi area otak
dibandingkan bila tugas itu dikerjakan sendiri-sendiri. Selain itu gerakan-gerakan
dilakukan dengan simetris, yaitu dilakukan oleh anggota tubuh kanan-kiri baik
bersamaan ataupun tidak sehingga terdapat aktivasi baik otak kiri maupun kanan.
Senam otak dengan dibarengi pemberian aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR) akan
memperkaya stimulasi yang merupakan suatu pengalaman dimana seseorang aktiv
terlibat didalamnya. Keterlibatan dalam aktivitas akan membutuhkan koordinasi antara
fisik, sistem emosional serta sistem kognitif seseorang. Apabila seseorang terlibat dalam
suatu aktivitas akan mengarah perhatiannya kepada aktivitas itu lebih daripada proses
Page 12
xii
internal yang dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan aktivitas tersebut. Pelaksanaan
aktivitas membutuhkan pengalaman dari praktek maupun proses belajar dalam peran,
serta tugas yang spesifik dalam masa perkembangan serta penggunaan seluruh
komponen pelaksanaannya.
Berdasarkan distribusi penyebaran nilai dari motorik halus sebelum dan setelah
intervensi didapatkan peningkatan dari kelompok perlakuan I dan perlakuan II. Pada
kelompok perlakuan I setelah diberikan penambahan senam otak pada aktivitas
fungsional dan rekreasi (AFR) terdapat peningkatan kemampuan motorik halus
sebanyak 73.33 % menjadi sangat baik yang awalnya hanya berada pada posisi 100% di
kondisi baik. Begitupula pada kelompok perlakuan II, setelah diberikan aktivitas
fungsional dan rekreasi (AFR) didapatkan peningkatan motorik halus sebanyak 13.33%
menjadi sangat baik yang awal datanya berada 100% dikondisi baik. Pada dasarnya
keseluruhan sampel pada penelitian ini terjadi peningkatan skor kemampuan motorik
halus.
Hasil analisis dengan uji statistik sebelum pada kelompok perlakuan I
didapatkan nilai rerata 75.20, kemudian setelah perlakuan didapatkan nilai rerata 86.83.
Dari data tersebut dapat disimpulkan terjadi peningkatan motorik halus pada pada siswa
karena diperoleh nilai p = 0,000. Dari hasil analisis uji pengaruh pada kelompok
perlakuan I dapat disimpulkan bahwa pemberian penambahan senam otak sebelum dan
sesudah perlakuan menunjukkan peningkatan kemampuan motorik halus yang
signifikan. Kemudian pada kelompok perlakuan II dari uji hasil analisa sebelum
perlakuan didapatkan nilai rerata 75.03 setelah perlakuan didapatkan nilai rerata 80.87.
Dari data tersebut dapat disimpulkan terjadi peningkatan motorik halus pada siswa
karena diperoleh p = 0.000.
Berdasarkan hasil uji beda sebelum dan setelah pada kedua kelompok
menunjukkan bahwa kedua latihan dapat meningkatkan motorik halus. Terdapat
peningkatan yang signifikan pada uji beda rata-rata setelah perlakuan pada dua
kelompok dilakukan dengan uji t atau independent sample t menunjukkan nilai
signifikansi yang dihasilkan sebesar 0.000 sehingga hipotesis diterima. Artinya ada
pengaruh penambahan senam otak pada aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR)
terhadap motorik halus anak prasekolah.
Page 13
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DEPAN……………………………………………………………….......... i
SAMPUL DALAM……………………………………………………………….......... ii
PRASYARAT GELAR..………………………………………………………………. iii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................ v
LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI……………………………………... vi
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT……………………………………...... vii
UCAPAN TERIMAKASIH …………………………………………………………... viii
ABSTRAK DAN RINGKASAN…………………………………………………........ x
DAFTAR ISI……………………………………………………………………............ xiv
DAFTAR TABEL........................................................................................................... xvii
DAFTAR SKEMA.......................................................................................................... xviii
BAB I: Pendahuluan.............................................................................................
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 4
1.3 Tujuan ................................................................................................ 4
1.4 Manfaat .............................................................................................. 4
BAB II. Kajian Pustaka
2.1 Kemampuan Motorik Halus Anak Prasekolah .................................. 6
2.2 Prosedur Penilaian ............................................................................. 10
2.3 Senam otak ........................................................................................ 10
Page 14
xiv
2.4 Aktifitas Fungsional dan Rekreasi .................................................... 14
BAB III. Kerangka Berpikir, Konsep, dan Hipotesis Penelitian
3.1 Kerangka Berfikir ............................................................................. 18
3.2 Kerangka Konsep.............................................................................. 20
3.3 Hipotesis ............................................................................................ 20
BAB IV. Metode Penelitian
4.1 Tempat dan Waktu ........................................................................... 21
4.2 Metode Penelitian ............................................................................. 21
4.3 Jenis dan Sumber Data Sampel ......................................................... 22
4.4 Variabel penelitian............................................................................. 23
4.5 Defenisi Operasional.......................................................................... 24
4.6 Instrumen Penelitian.......................................................................... 25
4.7 Alur Penelitian .................................................................................. 26
4.8 Pengolahan dan Analisa Data............................................................ 27
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum sampel….……………........................….…........... 28
5.2 Karakteristik Responden....................….…………….......................... 28
5.3 Uji Normalitas………………..……………..………........................... 30
5.4 Uji Homogenitas…………………...…………..................................... 30
5.5 Uji Hipotesis…………………………………………….…….…….... 31
5.6 Pembahasan……………….………………………….......................... 32
5.7 Keterbatasan Penelitian……………….………………….................... 39
Page 15
xv
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan….…………………............................................................. 40
6.2 Saran……….…………........................................................................ 40
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Page 16
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Responden Menurut Jenis Kelamin….….…………….….…………….…....... 29
Tabel 2 Responden Menurut Usia…………….….…………….….…………….…..... 29
Tabel 3 Responden Menurut Motorik Halus….….…………….….…………….…..... 29
Tabel 4 Uji Normalitas......................................................……………….….…........... 30
Tabel 5 Uji Homogenitas………………..……………..………………………............ 30
Tabel 6 Hasil Uji Hipotesis………….. …………......................…………………....... 31
Page 17
xvii
DAFTAR SKEMA
Halaman
Skema 3.1 Bagan Kerangka Konsep Penelitian…………………………………….… 20
Skema 4.1 Rancangan Metode Penelitian…………………………………….……….. 21
Skema 4.2 Alur Penelitian………………………………………….……………….… 26
Page 18
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap anak akan melewati tahap tumbuh kembang secara fleksibel dan
berkesinambungan. Salah satu tahap tumbuh kembang yang dilalui anak adalah
masa prasekolah (4-5 tahun). Pada anak usia 4-5 tahun perkembangan yang
paling menonjol adalah keterampilan motorik. Masa perkembangan anak,
terdapat masa dimana diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna bagi
potensi perkembangan anak. Oleh karena itu perlu adanya perhatian yang lebih
serius, agar anak dapat berkembang lebih optimal sesuai dengan usianya.
Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat
penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Pada dasarnya,
perkembangan ini berkembang sejalan dengan kematangan saraf dan otot anak.
Sehingga, setiap gerakan sesederhana apapun, adalah merupakan hasil pola
interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dari sistem dalam tubuh yang
dikontrol oleh otak.
Motorik halus (fine motor skill) merupakan suatu gerakan yang
melibatkan gerakan-gerakan yang lebih halus. Menggenggam mainan,
menggunakan sendok, mengancingkan baju, atau segala sesuatu yang menuntut
keterampilan jari mendemonstrasikan keterampilan motorik halus (Santrok,
2012).
Kecerdasan motorik halus anak berbeda-beda dalam hal kekuatan
maupun ketepatannya. Perbedaan ini juga dipengaruhi oleh pembawaan anak
1
Page 19
2
dan stimulasi yang didapatkannya. Lingkungan mempunyai pengaruh yang
lebih besar dalam kecerdasan motorik halus anak.
Salah satu cara mengoptimalkan penggunaan semua dimensi otak
adalah senam otak (Depdiknas, 2004). Gerakan-gerakan yang ada di dalamnya
dibuat untuk merangsang otak. Senam otak adalah serangkaian latihan gerak
sederhana untuk memudahkan kegiatan belajar dan penyesuaian dengan
aktivitas sehari-hari.
Senam otak terkait dengan ilmu gerak tubuh, yaitu gerakan tubuh yang
disatukan dan dipadukan, sehingga dapat membantu mengoptimalkan fungsi
dari otak. Senam otak akan memfasilitasi agar bagian otak kanan dan otak kiri
dapat bekerja secara seimbang. Dimensi lateralis, yang mendapat rangsangan
adalah otak kiri dan kanan, sedangkan dalam dimensi pemfokusan, gerakan
senam otak pun berupaya meringankan atau merileksasi otak belakang dan
bagian otak depan. Dimensi pemusatan, gerakan senam otak juga merangsang
sistem yang terkait dengan perasaan atau emosional, yakni otak tengah (sistem
limbik) dan otak besar. Aplikasi gerakan senam otak terdiri dari gerakan
keseimbangan, koordinasi gerak otot, keterampilan motorik halus (Saichudin,
2009).
Kewajiban hidup seorang individu terdiri atas, kewajiban melaksanakan
aktifitas kehidupan sehari-hari. Aktifitas kehidupan sehari-hari ialah suatu
aktifitas yang meliputi kegiatan perawatan diri, memelihara lingkungan
hidupnya dan prilaku yang bermanfaat bagi dirinya sendiri. Kewajiban
melaksanakan aktivitas produktif, semua bentuk aktivitas baik yang
menghasilkan bentuk jasa ataupun komoditi yang digunakan oleh orang lain
Page 20
3
sehingga dapat memberikan peningkatan kemampuan, ide, pemenuhan
kebutuhan. Kewajiban melaksanakan aktivitas rekreasi, yaitu semua bentuk
aktivitas yang dilakukan pada waktu senggang dan membuat pelakunya
menjadi lebih gembira dan dapat menikmati aktivitas tersebut.
Aktivitas fungsional dan rekreasi adalah aktivitas yang dilakukan pada
waktu senggang yang bertujuan untuk membentuk, meningkatkan kembali
kesegaran fisik, mental, pikiran dan daya rekreasi (baik secara individual
maupun secara kelompok) yang hilang akibat aktivitas rutin sehari-hari dengan
jalan mencari kesenangan, hiburan dan kesibukan yang berbeda dan dapat
memberikan kepuasan dan kegembiraan yang ditujukan bagi kepuasan lahir
dan batin manusia. Aktivitas fungsional dan rekreasi dapat berupa aktivitas
permainan.
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa
mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan
informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak
(Daradjat, 2000).
Berbagai penelitian telah mengatakan pemberian intervensi secara
berkala dengan metode aktifitas fungsional dan rekreasi hasilnya baik, ini
diberikan pada anak usia prasekolah untuk melatih kemampuan koordinasi
motorik halus anak. Menurut Sujiono (2009) menyatakan tujuan melatih
motorik halus pada anak usia prasekolah adalah untuk menggerakkan anggota
tubuh, terjadinya koordinasi antar mata dengan tangan, dan membuat anak
berkreasi serta berekplorasi terhadap jari-jemarinya.
Page 21
4
Menurut Montolalu, (2008) permainan menyusun balok dianggap
sebagai alat bermain yang bermanfaat dan yang paling banyak digunakan di
Taman Kanak-Kanak (TK) maupun lembaga pendidikan prasekolah. Variasi
bentuk, ukuran, warna dan berat balok menunjang penglaman belajar anak usia
dini. Balok memberi banyak kesempatan bagi anak-anak untuk berkembang
dalam berbagai cara.
Berdasarkan hal tersebut diatas yang didukung dengan hasil penelitian
sebelumnya maka peneliti mencoba mengambil topik tentang “Penambahan
Senam Otak pada Aktivitas Fungsional dan Rekreasi (AFR) Lebih Baik dalam
Meningkatkan Motorik Halus Anak Prasekolah”.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah penambahan senam otak pada aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR)
lebih baik dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak prasekolah?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk membuktikan peningkatan kemampuan motorik halus anak prasekolah
dengan penambahan senam otak lebih baik daripada aktivitas fungsional dan
rekreasi (AFR).
1.4 Manfaat
a. Manfaat Ilmiah
Secara ilmiah, penelitian ini dapat memberikan kontribusi akademis
bagi pengembangan IPTEK tentang konsep penegembangan diri dan
kemandirian dengan meningkatkan Motorik Halus khususnya menggunakan
Senam Otak dan Aktivitas Fungsional dan rekreasi (AFR) pada anak
Page 22
5
Prasekolah. Disamping itu penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian untuk
pengembangan penelitian selanjutnya.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini dapat dijadikan referensi atau bahan
pertimbangan bagi fisioterapis didalam memberikan pelayanan fisioterapi
khususnya pada anak-anak Prasekolah.
Page 23
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kemampuan Motorik Halus
2.1.1 Pengertian Kemampuan Motorik Halus
Menurut Susanto (2011) motorik halus adalah gerakan yang
melibatkan gerakan-gerakan yang lebih halus dilakukan oleh otot-otot
kecil. Gerakan halus ini memerlukan koordinasi yang cermat. Semakin
baik gerakan motorik halus sehingga membuat anak dapat berkreasi,
seperti menggunting kertas dengan hasil guntingan yang lurus,
menggambar gambar sederhana dan mewarnai, menggunakan kilp untuk
menyatukan dua lembar kertas, menjahit, menganyam kertas serta
menajamkan pensil dengan rautan pensil. Namun, tidak semua anak
memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan ini pada tahap yang
sama.
Suyanto (2005) mengatakan bahwa karakteristik pengembangan
motorik halus anak lebih ditekankan pada gerakan tubuh yang lebih
spesifik seperti menulis, menggambar, menggunting dan melipat.
Perkembangan motorik halus anak perlu dilatih atau distimulasi agar dapat
berkembang dengan baik. Tindakan pemberian stimulasi dilakukan dengan
prinsip bahwa stimulasi merupakan ungkapan rasa kasih sayang, bermain
dengan anak, dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan.
Menurut Sumantri (2005) tujuan pengembangan motorik halus
anak usia dini adalah untuk melatih kemampuan koordinasi motorik anak.
6
Page 24
7
Pengembangan motorik halus akan berpengaruh terhadap kesiapan anak
dalam menulis, kegiatan melatih koordinasi antara tangan dengan mata
yang dianjurkan dalam jumlah waktu yang cukup meskipun penggunaan
tangan secara utuh belum mungkin tercapai.
2.1.2 Tahapan Perkembangan Motorik Halus
Desni (2010), menyatakan bahwa tahapan perkembangan motorik
halus berdasarkan usia, antara lain adalah ;
a. Usia 1-2
Mengambil benda kecil dengan ibu jari atau telunjuk, membuka 2-3
halaman buku secara bersamaan, menyusun menara dari balok,
memindahkan air dari gelas ke gelas lain, belajar memakai kaus kaki
sendiri, menyalakan TV dan bermain remote, belajar mengupas pisang.
b. Usia 2-3
Mencoret-coret dengan 1 tangan, menggambar garis tak beraturan,
memegang pensil, belajar menggunting, mengancingkan baju, memakai
baju sendiri.
c. Usia 3-4
Menggambar manusia, mencuci tangan sendiri,membentuk benda dari
plastisin, membuat garis lurus dan lingkaran cukup rapi.
d. Usia 4-5
Menggunting dengan cukup baik, melipat amplop, membawa gelas
tanpa menumpahkan isinya, memasukkan benang ke lubang besar.
Page 25
8
2.1.3 Faktor yang mempengaruhi Perkembangan Motorik Halus
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan motorik
halus pada anak adalah :
a. Stimulasi
Pemberian stimulasi pada tiga tahun pertama kehidupan anak
merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan anak karena tiga
tahun pertama otak merupakan organ yang sangat pesat pertumbuhan
dan perkembangan. Stimulasi juga dapat berfungsi sebagai penguat
yang bermanfaat bagi perkembangan anak, termasuk perhatian dan
kasih sayang dari orang tua. Peran orang tua mempengaruhi
perkembangan motorik anak. Anak diberikan stimulasi dini maka
kemampuan motorik akan berkembang dengan baik.
Namun kemampuan anak yang luar biasa ini tidak akan muncul,
bila kita tidak merangsang sel-sel saraf otaknya sejak dini secara terus
menerus. Stimulasi yang terus-menerus memungkinkan sel otak
membangun sambungan antar sinap yang berperan pada kemampuan
proses belajar dan kecerdasan anak. Semakin banyak sinap, semakin
tinggi kecerdasan intelektual anak. Semakin sering pula sinap-sinap ini
digunakan secara berulang-ulang, sambungannya akan semakin kuat.
Saat anak beranjak dewasa, sambungan yang tidak digunakan akan
hancur dengan sendirinya (Bobak, 2005).
b. Nutrisi
Kecukupan zat gizi pada anak merupakan prasyarat yang sangat
penting dalam perkembangan anak termasuk di dalam perkembangan
Page 26
9
otak. Zat gizi yang dibutuhkan untuk perkembangan otak bukan hanya
zat gizi makro tetapi juga zat gizi mikro. Anak yan mengalami kurang
nutrisi terutama selama periode kritis pertumbuhan otak akan
mempunyai nilai yang lebih rendah pada tes perbendaharaan kata,
pemahaman bacaan, aritmatika dan pengetahuan umum serta
mengalami gangguan perkembangan motorik (Arizal, 2002).
Selain itu kekurangan nutrisi dapat dialami baik saat prenatal
maupun pascanatal. Nutrisi yang inadekuat pada ibu hamil dapat
menyebabkan hambatan pertumbuhan otak dalam janin serta akan lahir
bayi dengan berat lahir rendah. Cacat fisik, pengulangan kelas dan
gangguan belajar lebih sering pada anak dengan berat lahir rendah
begitu juga dengan tingkat inteligensi serta nilai matematika dan bahasa
(Gregor, 2005).
Kekurangan gizi selama periode pascanatal dini menghasilkan
perlambatan bermakna dari laju pertumbuhan sistem saraf pusat,
dengan berat otak yanglebih rendah, korteks serebri yang lebih tipis,
jumlah neuron yang lebih sedikit, kurangnya mielinisasi percabangan
dendrit dan yang lainnya. Gangguan gizi pada anak dapat
mempengaruhi perkembangan baik fisik maupun mentalnya. Anak yang
menderita gangguan gizi berat memperlihatkan tanda-tanda apatis,
kurang menunukkan perhatian terhadap sekitar dan lambat bereaksi
terhadap satu rangsangan. Umumnya anak yang mengalami gangguan
gizi membutuhkan lebih banyak waktu untuk belajar dibandingkan anak
Page 27
10
normal. Anak ini juga lebih mudah mendapat infeksi sekunder akut atau
kronik maupun anemia (Widyawati, 2002).
2.2 Prosedur Penilaian
Adapun tehnik pengumpulan data dengan tes yang peneliti gunakan adalah
menggunakan Tes kemampuan motorik halus. Tujuannya adalah untuk
mengetahui kemampuan motorik halus siswa sebelum dan setelah diberi tindakan
(Depdiknas, 2004).
Tiap item soal memiliki nilai 1 sampai dengan 5, adapun penjelasannya
sebagai berikut :
a. Nilai 1 : Belum dapat, hasilnya tidak sesuai kriteria.
b. Nilai 2 : Belum dapat, walaupun telah dibantu dan hasilnya tidak sesuai
kriteria
c. Nilai 3 : Dapat, tetapi hasilnya tidak sesuai kriteria.
d. Nilai 4 : Dapat, hasilnya kurang sesuai dengan kriteria.
e. Nilai 5 : Dapat hasilnya sesuai dengan kriteria.
Pelaksanaan penelitian menggunakan skala nilai sebagai berikut :
a. Sangat Baik : Skor 85 - 100
b. Baik : Skor 70 - 84
c. Sedang : Skor 55 - 69
d. Kurang : Skor 30 – 54
2.3 Senam Otak
2.3.1 Pengertian Senam Otak
Senam otak adalah serangkaian gerak sederhana yang
menyenangkan dan digunakan para murid di Educational Kinesiology
Page 28
11
(Edu-K) untuk meningkatkan kemampuan belajar mereka dengan
menggunakan keseluruhan otak (Dennision, 2002). Gerakan-gerakan ini
membuat segala macam pelajaran menjadi lebih mudah, dan terutama
sangat bermanfaat bagi kemampuan akademik. Kata „education‟ berasal
dari kata latin ‟educare‟ yang artinya „menarik keluar‟. Kinesiology
berasal dari bahasa Yunani „kinesis‟ yang artinya gerakan. Educational
Kinesiology adalah suatu sistem yang dapat mengubah semua pelajar,
umur berapa saja, dengan cara menarik keluar atau menampilkan potensi
yang terkunci di dalam tubuhnya, melalui gerakan-gerakan sederhana yang
memungkinkan orang menguasai bagian otak yang semula terkunci
tersebut.
Senam otak dilakukan dengan prinsip keterampilan gerak, yaitu
sebuah gerakan yang membutuhkan gerak secara volunter yang
mempunyai tujuan. Gerakan ini memang tidak lazim dalam aktivitas
sehari-hari. Pada setiap gerakan diperlukan perhatian (atensi) dan
pemusatan (konsentrasi). Gerakan dilakukan secara lambatdengan penuh
perasaan gembira sambil memperhatikan dan menghayati sikap setiap
anggota tubuh, mengenali di mana posisi tubuh berada dan menyentuh
bagian anggota tubuh dengan lambat (Kusumoputro, 2003).
Gerakan yang ada juga sesuai dengan konsep Dual Task (tugas
ganda). Bila tugas dilakukan bersama-sama didapatkan adanya
peningkatan aktivasi area otak dibandingkan bila tugas itu dikerjakan
sendiri-sendiri. Selain itu gerakan-gerakan dilakukan dengan simetris,
yaitu dilakukan oleh anggota tubuh kanan-kiri baik bersamaan ataupun
Page 29
12
tidak sehingga terdapat aktivasi baik otak kiri maupun kanan (Dennision,
2002).
Senam otak bertujuan untuk membuka channel-channel kerja
fisiologi otak sehingga akan memberi kemudahan otak pada saat
melakukan kegiatan belajar atau bekerja dengan asumsi otak digunakan
secara menyeluruh atau whole brain (Ayinosa, 2009). Menurut riset yang
dilakukan oleh Ayinosa dan Fanny, (2009) olahraga dan latihan senam
otak pada para murid di Educational Kinesiology Foundation, California,
USA bahwa senam otak dapat memberikan pengaruh positif pada
peningkatan konsentrasi, atensi, kewaspadaan dan kemampuan fungsi otak
untuk melakukan perencaaan, respon dan membuat keputusan.
2.3.2 Mekanisme Kerja Senam Otak pada Kemampuan Motorik Halus
Menurut Dennison, (2002) Senam otak gerakan meningkatkan energi
mengaktifkan kembali hubungan sistem saraf antara tubuh dan otak
sehingga memudahkan aliran energi elektromagnetik keseluruh tubuh.
Gerakan ini menunjang perubahan elektrik dan kimiawi yang berlangsung
selama semua kejadian. Lingkaran energi ditiga dimensi tubuh (kiri-kanan,
atas-bawah, belakang-depan dan sebaliknya), membangun dan mendukung
kemampuan untuk mudah mengetahui arah, sadar akan sisi kiri-kanan,
pemusatan dan fokus serta kesadaran tentang keberadaan kita.
Gerakan meningkatkan energi memperkuat informasi dari perabaan
dan kinestetik mengenai sistem dalam tubuh yang biasanya berkembang
selama masa bayi. Ketika kemampuan penglihatan dibentuk pada dasar
propioceptive, terjadi kecocokan antara apa yang dilihat dan apa yang
Page 30
13
dirasakan. Tanpa kecocokan ini kesalahan antara sistem saluran sensorik
akan menyebabkan kesulitan belajar.
Weiss (2001), mengatakan bahwa proses belajar tidak semuanya
merupakan proses di kepala. Fikiran dan tubuh bekerjasama membantu
dalam mempertahanan atensi, memecahkan masalah dan dalam proses
mengingat solusi. Keadaan fisiologis tubuh juga mendukung usaha mental.
Ketika orang berdiri untuk meregangkan kakinya setelah melakukan
pekerjaan yang lama, tubuh telah diminta untuk membantu menyegarkan
fikiran.
Pada saat stres meningkat, tingkat adrenalin naik, terjadi penurunan
tegangan listrik di membran sel saraf. Dalam keadaan ini tubuh bereaksi
untuk bertahan, memusatkan energi elektrik menjauhi neocortex dan
kesistim saraf simpatik. Gerakan meningkatkan energi dan menunjang
sikap positif mengaktifkan neocortex dan demikian memfokuskan kembali
energi elektrik kepusat berfikir. Hal ini mengaktifkan fungsi parasimpatik
dan mengurangi pelepasan adrenalin. Dengan meningkatkan tegangan
elektrik membran saraf, fikiran dan tindakan dikoordinasikan kembali.
Labyrinthus vestibularis pada telinga bagian dalam distimulasi oleh
aktivitas elektrik yang terjadi selama gerakan. Labyrinthus vestibularis ini
kemudian mengaktifkan formatio retikularis di brain stem yang memilih
informasi agar yang relevan saja diangkat dan menciptakan kesiagaan
yang menunjang konsentrasi dan perhatian di pusat otak. Bila labyrinthus
vestibularis rusak atau jika tidak distimulasi dengan gerakan, seseorang
bisa sulit berkonsentrasi. Gerakan-gerakan dalam senam otak menstimulasi
Page 31
14
secara seimbang labyrinthus vestibularis dan mengaktikan serta
memfokuskan pusat otak, seperti keterampilan motorik halus (Dennision,
2002).
2.3.3 Dosis Latihan pada Senam Otak
a. Frekuensi : 2 Kali sehari
b. Intensitas : 3 Kali seminggu
c. Time : 15 Menit
d. Repetisi : 5 – 10 Hitungan
2.4 Aktifitas Fungsional dan Rekreasi
Aktivitas Fungsional dan Rekreasi (AFR) adalah suatu pengalaman
dimana seseorang aktiv terlibat didalamnya. Keterlibatan dalam aktivitas akan
membutuhkan koordinasi antara fisik, sistem emosional serta sistem kognitif
seseorang. Apabila seseorang terlibat dalam suatu aktivitas akan mengarah
perhatiannya kepada aktivitas itu lebih daripada proses internal yang dibutuhkan
untuk mencapai keberhasilan aktivitas tersebut. Aktivitas dipengaruhi oleh peran
seseorang dalam kehidupannya serta mempunyai arti yang unik untuk setiap
orang. Pelaksanaan aktivitas membutuhkan pengalaman dari praktek maupun
proses belajar dalam peran, serta tugas yang spesifik dalam masa perkembangan
serta penggunaan seluruh komponen pelaksanaannya.
Kekurangan dalam pengalaman belajar, komponen pelaksana dalam
pengalaman belajar dan atau dalam kehidupan mungkin akan mengakibatkan
keterbatasan dalam melaksanakan aktivitas lingkup kehidupan. Pembahasan
konsep dasar aktivitas ini, akan terbatas pada kepentingan aktivitas yang
bertujuan yang sangat mendasari AFR. Kepentingan AFR terletak pada
Page 32
15
performance skill dan performance component yang memungkinkan terjadinya
aktivitas tersebut. Aktivitas yang termasuk di dalam modalitas AFR adalah
aktivitas yang mengandung tujuan terapi, antara lain :
a. Perkembangan dan pemeliharaan kekuatan, ketahanan, toleransi kerja, ROM
dan koordinasi.
b. Mempraktekkan pengguna gerakan volunter maupun refleks dalam tugas atau
kegiatan terarah.
c. Mengandung gerakan-gerakan untuk melatih bagian tubuh yang sakit.
d. Untuk mengeksplorasi potensi yang bersifat vocational atau melatih skill
yang dibutuhkan dalam penyesuaian kerja.
e. Meningkatkan fungsi sensasi, persepsi dan cognisi.
f. Meningkatkan keterampilan sensasi sosialisasi serta pengembangan emosi.
Keunikan disini terletak dalam penekanan pada kegunaan yang sangat luas
dari aktivitas bermanfaat yaitu termasuk karya dan seni, olahraga dan rekreasi,
pemeliharaan diri, pengelolaan rumah tangga, kegiatan kerja dan bermain.
2.4.1 Mekanisme Kerja Aktivitas Fungsional dan Rekreasi (AFR) pada
Kemampuan Motorik Halus
Kemampuan motorik halus juga dapat dipengaruhi oleh intensitas
belajar dan berlatih dari masing-masing anak, misalnya, kemampuan
memindahkan benda dari tangan, mewarnai, menyusun puzzle, melipat,
menulis dan sebagainya, kemampuan tersebut sangat penting agar anak
dapat berkembang secara optimal. Keterampilan motorik halus dapat
dilihat dari hasil tes kemampuan seseorang menyelesaikan tugas yang
melibatkan jari-jari tangan dengan mengikuti tingkat akurasi tertentu.
Page 33
16
Semakin tinggi keterampilan motorik seseorang maka semakin mudah ia
menyelesaikan tugas dengan akurasi tinggi.
Permainan atau bermain adalah kata kunci pembelajaran pada
pendidikan anak usia prasekolah, bermain sebagai media sekaligus
substansi pendidikan itu sendiri. Dunia anak adalah dunia bermain, dan
belajar dilakukan melalui bermain yang melibatkan seluruh indera anak.
Bruner & Donalson (2002) menemukan bahwa sebagian pembelajaran
terpenting dalam kehidupan diperoleh dari masa kanak-kanak yang paling
awal, dan pembelajaran itu sebagian besar diperoleh dari bermain.
Aisyah (2008), mengemukakan bahwa gerakan motorik adalah
perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang
terkoordinasi antara susunan saraf, otot, otak dan spinal cord. Sedangkan
motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus. Seperti
memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret dan menyusun balok.
Menurut Montolalu, (2008) bahwa permainan menyusun balok
dianggap sebagai alat bermain yang paling bermanfaat dan yang paling
banyak digunakan di TK maupun lembaga pendidikan prasekolah. Variasi
bentuk, ukuran, warna dan berat balok menunjang penglaman belajar anak
usia dini. Balok memberi banyak kesempatan bagi anak-anak untuk
berkembang dalam berbagai cara.
Kemampuan otak adalah asimetri, artinya hemisper kiri dan kanan
mempunyai kemampuan yang tidak sama, keadaan ini di sebut spesialisasi.
Agar kedua hemisper berkembang dengan baik di butuhkan stimulasi yang
seimbang. Adanya konsep periode kritis dan plastisitas memperjelas
Page 34
17
mengapa usia dini merupakan masa yang sangat penting. Pencegahan
penyimpangan perkembangan, maupun mengoptimalkan perkembangan
anak dapat di lakukan dengan memanfaatkan periode kritis ini. Pada
periode kritis tersebut, otak anak juga mempunyai plastisitas yang tinggi,
dimana sering menjadi dasar dari konsep deteksi dini dan stimulasi dini.
Di sebut masa kritis karena pada masa ini tumbuh kembang anak
sangat spesifik, mempunyai waktu yang terbatas, terjadi pada awal
kehidupan suatu organisme, selama masa itu organisme sangat peka
terhadap lingkungan yang dapat mempengaruhi setiap tahap dalam tumbuh
kembangnya. Bila mana otak tidak menerima stimulasi tepat pada
waktunya (sebelum periode kritis lewat) maka hubungan yang diperlukan
tidak pernah terbentuk dan bagian otak yang mengontrol bagian-bagian
tubuh tidak sepenuhnya berkembang. Sejalan dengan perkembangan fisik
dan usia anak, saraf-saraf yang berfungsi mengontrol gerakan motorik
mengalami proses neurological maturation. Pada anak usia 5 tahun saraf-
saraf yang berfungsi mengontrol gerakan motorik sudah mencapai
kematangannya dan menstimulasi berbagai kegiatan motorik yang di
lakukan secara halus.
2.4.2 Dosis Latihan pada Aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR)
a. Frekuensi : 2 Kali sehari
b. Intensitas : 3 Kali seminggu
c. Time : 30 Menit
d. Repetisi : 1 kali
Page 35
18
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Berfikir
Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting
dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Keterampilan fisik yang
dibutuhkan anak untuk kegiatan serta aktifitas olahraga bisa dipelajari dan dilatih
dimasa awal perkembangan. Tujuan pendidikan fisik untuk anak-anak yang
masih kecil adalah untuk mengembangkan keterampilan dan ketertarikan fisik
jangka panjang. Perkembangan motorik halus berperan penting di dalamnya.
Pendidikan anak usia Prasekolah merupakan upaya untuk menstimulasi,
membimbing, mengasuh dan memberikan kegiatan pembelajaran yang mampu
meningkatkan kemampuan dan keterampilan anak. Proses pendidikan dan
pembelajaran pada anak usia prasekolah hendaknya dilakukan dengan tujuan
memberikan konsep yang bermakna bagi anak melalui pengalaman nyata.
Usia ini adalah saat yang paling tepat untuk melatih dasar-dasar
pengembangan kemampuan fisik motorik halus, sehingga anak dapat tumbuh
dengan jasmani yang kuat dan sehat. Karena pada masa ini merupakan masa yang
tepat bagi anak. Anak mulai merasakan dalam menerima berbagi upaya
perkembangan seluruh potensi dirinya.
Senam otak dengan memanfaatkan gerakan - gerakan ringan, melalui olah
tangan dan kaki dapat memberikan rangsangan atau stimulus pada otak. Gerakan
ini menunjang perubahan elektrik dan kimiawi yang berlangsung selama semua
kejadian. Lingkaran energi ditiga dimensi tubuh (kiri-kanan, atas-bawah,
18
Page 36
19
belakang-depan dan sebaliknya), membangun dan mendukung kemampuan untuk
mudah mengetahui arah, sadar akan sisi kiri-kanan, pemusatan dan fokus serta
kesadaran tentang keberadaan kita.
Senam otak dengan gerakan-gerakan lateralisasi (gerakan silang, cross
crawl, angka 8 tidur, coretan ganda dan gerakan gajah) merupakan stimulus yang
dapat meningkatkan kemampuan kognitif, kewaspadaan, memusatkan perhatian,
keseimbangan dan koordinasi. Senam otak dengan gerakan-gerakan pemfokusan
(gerakan burung hantu, gerakan mengaktifkan tangan, gerakan pompa betis, dan
gerakan luncuran gravitasi) merupakan stimulus yang dapat meningkatkan
konsentrasi, koordinasi mata dan mengaktikan gerakan motorik kasar dan halus.
Senam otak dengan gerakan-gerakan pemusatan (gerakan sakelar otak dan
pasang telinga) merupakan stimulus yang dapat meningkatkan konsentrasi,
kecepatan, persepsi, belajar, memori, pemecahan masalah dan kreativitas. Pada
intinya senam otak memiliki fungsi untuk menyelaraskan kemampuan
beraktivitas dan berfikir pada saat yang bersamaan, meningkatkan keseimbangan
atau harmonisasi antara kontrol emosi dan logika, mengoptimalkan fungsi kinerja
panca indera, menjaga kelenturan dan keseimbangan tubuh, meningkatkan daya
ingat, meningkatkan ketajaman pendengaran dan penglihatan, mengurangi
kesalahan membaca, sehingga mampu meningkatkan respon terhadap rangsangan
visual dan koordinasi yang akan memperbaiki dan meningkatkan kemampuan
motorik halus pada anak.
Page 37
20
3.2 Kerangka Konsep
Berdasarkan analisis dan sintesis dari teori diatas yang menjadi landasan berpikir
peneliti, maka dapat digambarkan konsep penelitian sebagai berikut :
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
3.3 Hipotesis
Penambahan senam otak lebih baik daripada aktivitas fungsional dan rekreasi
(AFR) dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak prasekolah
Kemampuan
Motorik Halus
anak
Aktivitas Fungsional
dan Rekreasi (AFR)
(Intervensi 2)
Senam Otak (Brain
gym) dan Aktivitas
Fungsional dan
Rekreasi (AFR)
(Intervensi 1)
Anak Usia Prasekolah
Peningkatan Kemampuan
Motorik Halus anak Usia
Prasekolah
Page 38
21
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Tempat dan Waktu
Penelitian dilakukan di PAUD Ibu Teladan Rumbai dan PAUD Nurul Ma‟wa
Tenayan Raya, Pekanbaru 5 Maret s/d 16 April 2015.
4.2 Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian experiment dengan
desain penelitian pre and post test. Rancangan tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut :
Skema 4.1. Rancangan penelitian pre test dan post test design
Keterangan:
P = Populasi.
R = Randomisasi.
S = Sampel.
P1 = Kelompok Perlakuan I, metode senam otak dan Aktivitas Fungsional dan
Rekreasi (AFR).
P2 = Kelompok Perlakuan II, metode Aktivitas Fungsional dan Rekreasi (AFR).
O1 = Skor awal sebelum intervensi metode senam otak dan Aktivitas Fungsional
dan Rekreasi (AFR).
O2 = Skor awal sebelum intervensi metode Aktivitas Fungsional dan Rekreasi
(AFR).
O3 = Skor sesudah intervensi metode senam otak dan Aktivitas Fungsional dan
Rekreasi (AFR).
O4= Skor sesudah intervensi metode Aktivitas Fungsional dan Rekreasi (AFR).
P R
S
O1
O2
O3
O4
P1
P2
21
Page 39
22
4.3 Jenis dan Sumber Data
4.3.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah Anak Prasekolah yang ada di PAUD Ibu
Teladan Rumbai dan PAUD Nurul Ma‟wa Tenayan Raya, Pekanbaru.
4.3.2 Sampel
Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
teknik cluster sampling yaitu pemilihan sampel mengacu pada kelompok
dengan karakteristik tertentu yang telah ditetapkan.
a. Kriteria inklusi
1. Siswa prasekolah usia 5-6 tahun yang terdaftar di PAUD Ibu
Teladan dan Nurul Ma‟wa Pekanbaru
2. Absensi ketidak hadiran tidak lebih dari 15%
3. Bersedia menjadi subjek penelitian dari awal hingga akhir
penelitian dengan persetujuan orang tua dalam informed consent.
b. Kriteria eksklusi
1. Siswa yang menolak berpartisipasi dalam penelitian ini
2. Siswa yang sudah mengikuti aktivitas senam otak yang lain
3. Mempunyai riwayat trauma kepala
4. Mengalami gangguan jantung
5. Sampel tidak bersedia menjadi subjek penelitian.
c. Kriteria Drop Out
1. Peserta yang tidak kooperatif
Page 40
23
2. Peserta yang tidak mengikuti kegiatan secara penuh sehingga
tidak dapat mencukupi frekwensi latihan selama waktu penelitian
yang telah ditentukan
3. Saat penelitian, siswa mengalami penyakit yang menghambat
proses intervensi
4.3.3 Teknik Pengambilan Sampel
a. Melakukan random sejumlah sampel dari seluruh populasi siswa
PAUD Ibu Teladan Rumbai dan PAUD Nurul Ma‟wa Tenayan Raya
berdasarkan kriteria inklusi.
b. Jumlah sampel yang terpilih, diseleksi lagi berdasarkan kriteria
ekslusi.
c. Orang tua sampel yang terpilih menjadi subjek penelitian diberikan
penjelasan mengenai tujuan penelitian, manfaat penelitian serta
diberikan penjelasan mengenai program penelitian yang akan
dilakukan.
d. Sampel yang bersedia mengikuti program penelitian diminta mengisi
informed consent. Informed consent diisi oleh orang tua.
4.4 Variabel Penelitian
4.4.1 Variabel Independen (variabel bebas)
Variabel bebas yaitu terapi senam otak dan Aktivitas Fungsional dan
Rekreasi (AFR).
4.4.2 Variabel dependen (variabel tergantung)
Variabel tergantung yaitu kemampuan motorik halus.
Page 41
24
4.5 Defenisi Operasional
4.5.1 Anak Prasekolah
Anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara tiga sampai enam
tahun. Anak prasekolah adalah pribadi yang mempunyai berbagai macam
potensi. Potensi ini di rangsang dan dikembangkan agar pribadi anak
tersebut berkembang secara optimal.
4.5.2 Senam otak
Senam otak adalah serangkaian gerakan sederhana yang digunakan pada
murid untuk meningkatkan kemampuan belajar dengan menggunakan
keseluruhan otak. Porsi latihan senam dilakukan 3 kali seminggu
sebanyak 2 kali sehari dengan waktu selama 15 menit. dalam melakukan
gerakan senam otak pengulangan 3 sampai 10 kali hitungan.
4.5.3 Aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR)
Aktivitas fungsional dan rekreasi adalah suatu pengalaman dimana
seseorang aktif terlibat didalamnya. Aktivitas fungsional dan rekreasi
dapat berupa bermain. Aktivitas ini berupa aktivitas menyusun balok,
balok disusun menyerupai bentuk perahu, rumah dan menara. Waktu
yang diberikan 30 menit, 3 kali dalam seminggu, pengulangan 1 kali.
4.5.4 Kemampuan Motorik Halus
Kemampuan motorik halus adalah gerakan yang melibatkan gerakan-
gerakan yang halus dilakukan oleh otot-otot kecil. Kemampuan motorik
halus ini ditekankan pada koordinasi gerakan, dalam hal ini berkaitan
dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan
menggunakan jari tangan dan akan diukur dengan menggunakan form
Page 42
25
observasi. Dalam penelitian ini, dibantu oleh asisten lapangan sebanyak 5
orang, yang bertugas mengontrol dan mengambil data sampel. Orang tua
dapat mendampingi anak, akan tetapi tidak sepenuhnya ikut dalam
mempengaruhi aktivitas penelitian.
4.6 Instrumen Penelitian
a. Alat senam (musik, VCD, modul, infokus), gambar, air putih, alat tulis,
permainan.
b. Formulir pengukuran kemampuan motorik halus (Terlampir)
Page 43
26
4.7 Alur Penelitian
Skema 4.2 Alur penelitian
Populasi Random
Sampel
Kelompok I Pre Test Kelompok II
Analisa Data
Post Test
Brain Bym
dengan
Aktifitas
fungsional &
Rekreasi
Aktifitas
fungsional
& Rekreasi
Kelompok I Kelompok II
Hasil
Page 44
27
4.8 Analisa Data
Analisa data untuk pengujian statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap dua kelompok sampel yang
berskala interval:
4.8.1 Uji Normalitas
Pengujian normalitas data dengan kolmogorov-smirnove, bertujuan untuk
mengetahui distribusi data kemampuan motorik halus sebelum dan
sesudah perlakuan pada kedua kelompok. Jika hasilnya p > 0.05 maka
dikatakan bahwa data berdistribusi normal.
4.8.2 Uji Homogenitas
Uji homogenitas data dengan levene test, bertujuan untuk mengetahui
varian nilai peningkatan kemampuan motorik halus sebelum dan setelah
perlakuan pada kedua kelompok sampel, kemudian mengetahui adanya
varian umur, jenis kelamin, kemampuan motorik halus. Dengan pengujian
bila p > 0.05 maka data homogen.
4.8.3 Uji Hipotesis
Jika data normal, maka dilakukan uji t-test menggunakan paired sampel
test. Uji beda rerata menggunakan uji komparasi independent t-test.
Page 45
28
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Sampel
Penelitian ini merupakan penelitian experiment. Responden penelitian
adalah siswa PAUD Ibu Teladan Palas Rumbai dan PAUD Nurul Ma‟wa
Tenayan Raya Pekanbaru. Secara keseluruhan sampel berjumlah 60 orang yang
berusia diantara 5-6 tahun. Jumlah seluruh responden penelitian ini adalah 60
siswa, yaitu 30 siswa merupakan kelompok perlakuan I dan 30 siswa menjadi
kelompok perlakuan II. Sebelum dilakukan senam otak dan AFR, terlebih
dahulu dilakukan tes kemampuan motorik halus yang dalam hal ini dilakukan
untuk mengetahui nilai kemampuan motorik halus awal sampel. Ini dilakukan
baik pada kelompok perlakuan I maupun kelompok perlakuan II, sehingga
diperoleh hasil nilai objektif kemampuan motorik halus. Kemudian kegiatan
senam otak dan AFR dilakukan oleh kelompok perlakuan I, dan AFR saja oleh
kelompok perlakuan II. Setelah dilakukan kegiatan senam otak dan AFR maka
tes kemampuan motorik halus di lakukan kembali guna mengukur kemampuan
motorik halus siswa, sehingga diperoleh hasil evaluasi dari intervensi yang
diberikan.
5.2 Karakteristik Responden
Karakteristik responden dapat dilihat berdasarkan kelompok responden
yaitu yang mengikuti penambahan senam otak dan yang mengikuti AFR saja,
usia, jenis kelamin, dan nilai motorik halus pada masing-masing kelompok,
berikut adalah tabel karakteristik responden;
28
Page 46
29
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 1 Responden Menurut Jenis Kelamin
NO JENIS KELAMIN Kelompok Perlakuan I Kelompok Perlakuan II
F % F %
1 Perempuan 12 40 15 50
2 Laki-laki 18 60 15 50
Jumlah 30 100 30 100
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa masing-masing kelompok
terdiri dari 30 orang dengan sebaran sampel berjenis kelamin laki-laki lebih
mendominasi. Terlihat dari kelompok perlakuan sebanyak 18 orang berjenis
kelamin laki-laki dan pada kelompok kontrol berjumlah 15 orang.
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Tabel 2 Responden Menurut Usia
NO Usia Kelompok Perlakuan I Kelompok Perlakuan II
F % F %
1 5 Tahun 9 30 8 26,67
2 6 Tahun 21 70 22 73,33
Jumlah 30 100 30 100
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa masing-masing kelompok
terdiri dari 30 orang dengan rentang usia 5 – 6 tahun. Pada kedua kelompok
sampel memiliki subjek sampel terbanyak berusia 6 tahun.
c. Karakteristik Responden Berdasarkan Kemampuan Motorik Halus
Tabel 3 Responden Menurut Kemampuan Motorik Halus
No Motorik Halus
Kelompok Perlakuan I Kelompok Perlakuan II
Pre Post Pre Post
F % F % F % F %
1 Sangat Baik (Skor 85-100) 0 0 22 73,33 0 0 4 13,33
2 Baik (Skor 70-84) 30 100 8 26,67 30 100 26 86,67
Jumlah 30 100 30 100 30 100 30 100
Page 47
30
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa masing-masing kelompok
terdiri dari 30 orang sampel pada pre intervensi kedua kelompok memiliki
kemampuan motorik halus dengan skor Baik. Kemuadian setelah diberikannya
intervensi pada kedua kelompok terdapat peningkatan menjadi Sangat Baik.
5.3 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk meyakinkan apakah populasi yang dibandingkan
rata-ratanya mengikuti sebaran normal atau tidak. Hasil pengujian normalitas
data pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan menggunakan
Kolmogorov-Smirnov. Hasil pengujian ditampilkan pada tabel 4.
Tabel 4 Uji Normalitas Motorik Halus
No Variabel Kelompok
Kelompok Perlakuan I Kelompok Perlakuan II
1 Motorik Halus Sebelum Intervensi 0.052 0.157
2 Motorik Halus Setelah Intervensi 0.200 0.200
Berdasarkan uji normalitas di atas maka dapat disimpulkan bahwa nilai
p-value > 0.05, sehingga data berdistribusi normal.
5.4 Uji Homogenitas
Tabel 5 Uji Homogenitas
Karakteristik
Kelompok
Kelompok Perlakuan I Kelompok Perlakuan II p
Rerata ± SB Rerata ± SB
Usia (tahun) 5.70 ± 0.466 5.73 ± 0.450 0.575
Motorik halus 75.20 ± 3.156 75.03 ± 3.577 0.505
Tabel 5 Varian karakteristik sampel diuji Homogenitas dengan Levene test
dan nilai p value uji homogenitas masing-masing varian karakteristik sampel
bernilai p > 0.05 yang berarti seluruh data varian karakteristik sampel homogen.
Page 48
31
5.5 Uji analisis penambahan senam otak pada intervensi aktivitas fungsional
dan rekreasi (AFR) dalam peningkatan motorik halus
Pengujian hipotesis menggunakan paired sampel test karena data
berdistribusi normal. Hasil pengujian adalah sebagai berikut;
Tabel 6 Uji analisis penambahan senam otak pada intervensi aktivitas
fungsional dan rekreasi (AFR) dalam peningkatan motorik halus
Sampel Sebelum Setelah P*
Rerata ± SB Rerata ± SB
Kelompok Perlakuan I 75.20± 3.156 86.83± 3.761 0.000
Kelompok Perlakuan II 75.03± 3.577 80.87± 3.340 0.000
P** 0.549 0.000
Ket: P* : Paired sampel t test
P** : Independent sampel t test
Tabel 6 Menunjukkan nilai rerata dan simpangan baku pada masing-
masing kelompok pada saat sebelum dan setelah. Pada kelompok perlakuan I
dengan menggunakan paired sample t test nilai p = 0.000 yang artinya ada
perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah diberikan penambahan
senam otak. Kemudian begitu juga pada kelompok perlakuan II setelah di uji
dengan menggunakan paired sample t test didapatkan nilai p = 0.000 yang
artinya ada perbedaan yang signifikan nilai motorik halus antara sebelum dan
sesudah diberikan AFR.
Hasil uji beda motorik halus sebelum perlakuan pada ke dua kelompok
menunjukkan nilai p = 0.549, hal tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan nilai motorik halus yang bermakna sebelum perlakuan pada kedua
kelompok. Hasil uji beda pengaruh setelah perlakuan antara kelompok perlakuan
I dan perlakuan II didapatkan hasil dengan nilai p = 0.000 menunjukkan bahwa
Page 49
32
terdapat perbedaan nilai motorik halus yang bermakna antara kelompok
perlakuan I dan kelompok perlakuan II.
5.6 Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan nilai motorik halus
pada anak prasekolah. Sampel penelitian 60 orang yang memenuhi kriteria
inklusi yang terdiri dari 30 kelompok perlakuan I dan 30 orang kelompok
perlakuan II.
5.6.1 Analisis Pengaruh Penambahan Senam Otak pada Aktivitas
Fungsional dan Rekreasi dalam Meningkatkan Motorik Halus Anak
Hasil analisis sebelum pada kelompok perlakuan I didapatkan nilai
rerata 75.20 setelah perlakuan didapatkan nilai rerata 86.83. Dari data
tersebut dapat disimpulkan terjadi peningkatan motorik halus pada pada
siswa karena diperoleh nilai p = 0,000. Dari hasil analisis uji pengaruh
pada kelompok dapat disimpulkan bahwa pemberian penambahan senam
otak sebelum dan sesudah perlakuan menunjukkan peningkatan
kemampuan motorik halus yang signifikan.
Gerakan Senam otak dibuat untuk menstimulasi (dimensi lateralitas),
meringankan (dimensi pemfokusan), atau merelaksasi (dimensi
pemusatan) siswa yang terlibat dalam situasi belajar tertentu. Otak
manusia seperti hologram, terdiri dari tiga dimensi dengan bagian-bagian
yang saling berhubungan sebagai satu kesatuan. Pelajaran lebih mudah
diterima apabila mengaktifkan sejumlah panca indera daripada hanya
diberikan secara abstrak saja. Akan tetapi otak manusia juga spesifik
tugasnya, untuk aplikasi gerakan Senam otak dipakai istilah dimensi
Page 50
33
lateralitas untuk belahan otak kiri dan kanan, dimensi pemfokusan untuk
bagian belakang otak (batang otak atau brainstem) dan bagian depan otak
(frontal lobes), serta dimensi pemusatan untuk sistem limbis (midbrain)
dan otak besar (cerebral cortex).
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan nilai rata-rata
sebelum dan setelah diberikan perlakuan, serupa pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya, bahwa senam otak bertujuan untuk membuka
channel-channel kerja fisiologi otak sehingga akan memberi kemudahan
otak pada saat melakukan kegiatan belajar atau bekerja dengan asumsi
otak digunakan secara menyeluruh atau whole brain (Ayinosa, 2009).
Menurut riset yang dilakukan oleh Ayinosa dan Fanny, (2009)
olahraga dan latihan senam otak pada para murid di Educational
Kinesiology Foundation, California, USA bahwa senam otak dapat
memberikan pengaruh positif pada peningkatan konsentrasi, atensi,
kewaspadaan dan kemampuan fungsi otak untuk melakukan perencaaan,
respon dan membuat keputusan.
5.6.2 Analisis Pengaruh Aktivitas Fungsional dan Rekreasi dalam
Meningkatkan Motorik Halus Anak
Hasil analisa sebelum perlakuan didapatkan nilai rerata 75.03 setelah
perlakuan didapatkan nilai rerata 80.87. Dari data tersebut dapat
disimpulkan terjadi peningkatan motorik halus pada siswa karena
diperoleh p = 0.000.
Dari hasil analisis uji statistik pada kelompok kontrol dapat
disimpulkan bahwa pemberian AFR sebelum dan sesudah perlakuan
Page 51
34
menunjukkan peningkatan motorik halus yang signifikan. Berbagai
penelitian telah mengatakan pemberian intervensi secara berkala dengan
metode aktifitas fungsional dan rekreasi hasilnya baik diberikan pada anak
usia prasekolah untuk melatih kemampuan koordinasi motorik halus anak.
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa
mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan
informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada
anak (Dradjat, 2000).
Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh
Indraswari (2012), kemampuan motorik halus anak dalam proses kegiatan
dapat meningkat dengan menggunakan kegiatan mozaik di Taman kanak-
kanak Negeri Pembina Lubuk Basung, dalam kegiatan mozaik
kemampuan yang dicapai yaitu anak mampu menempel kepingan mozaik,
anak mampu menyusun kepingan mozaik dan anak mampu menempel
dengan teknik mozaik, kegiatan mozaik mampu meningkatkan
perkembangan motorik halus anak. Media kegiatan mozaik cocok
digunakan untuk usia taman kanak-kanak, karena sesuai dengan prinsip
bermain di taman kanak-kanak, melalui kegiatan mozaik dapat
memberikan pengaruh yang cukup memuaskan untuk meningkatkan hasil
belajar anak, dengan adanya peningkatan setiap siklus, perlunya
merangsang perkembangan motorik halus anak pada usia dini, motorik
halus sangat penting bagi perkembangan anak.
Page 52
35
5.6.3 Analisis Uji Beda Pengaruh Penambahan Senam Otak pada Aktivitas
Fungsional dan Rekreasi dalam Meningkatkan Motorik Halus Anak
Berdasarkan distribusi penyebaran nilai dari motorik halus sebelum
dan setelah intervensi didapatkan peningkatan dari kelompok perlakuan I
dan perlakuan II. Pada kelompok perlakuan I setelah diberikan
penambahan senam otak pada aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR)
terdapat peningkatan kemampuan motorik halus sebanyak 73.33 %
menjadi sangat baik yang awalnya hanya berada pada posisi 100% di
kondisi baik. Begitupula pada kelompok perlakuan II, setelah diberikan
aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR) didapatkan peningkatan motorik
halus sebanyak 13.33% menjadi sangat baik yang awal datanya berada
100% dikondisi baik. Pada dasarnya keseluruhan sampel pada penelitian
ini terjadi peningkatan skor kemampuan motorik halus.
Berdasarkan hasil uji beda sebelum dan setelah pada kedua kelompok
menunjukkan bahwa kedua latihan dapat meningkatkan motorik halus.
Terdapat peningkatan yang signifikan pada uji beda rata-rata setelah
perlakuan pada dua kelompok dilakukan dengan uji t atau independent
sample t menunjukkan nilai signifikansi yang dihasilkan sebesar 0.000
sehingga hipotesis diterima. Artinya ada pengaruh penambahan senam
otak pada aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR) terhadap motorik halus
anak prasekolah.
Dalam penelian ini didapatkan perbedaan hasil rerata karakteristik
motorik halus anak setelah dilakukan intervensi kepada masing-masing
kelompok. Hal ini dapat terjadi bila status ekonomi, pola asuh dan asupan
Page 53
36
gizi yang berbeda-beda dari setiap subjek penelitian. Penelitian ini tidak
membahas hubungan antara peningkatan motorik halus dengan status
ekonomi, pola asuh dan asupan gizi. Namun demikian ada beberapa teori
yang mengatakan bahwa ada pengaruh peningkatan motorik halus dengan
status ekonomi, pola asuh dan asupan gizi.
Status ekonomi yang rendah dapat berpengaruh pada perkembangan
otak melalui jalur nutrisi yang adekuat, dimana semakin rendah status
ekonominya, semakin besar kemungkinannya untk tidak dapat mencukupi
kebutuhan nutrisinya. Serupa yang telah disampaikan di kajian teoritis, hal
yang dapat mempengaruhi perkembangan motorik halus juga dapat
dipengaruhi oleh asupan nutrisi. Selain nutrisi, anak dengan status
ekonomi rendah mengalami lebih banyak masalah kesehatan (Brooks,
2000).
Sejumlah penelitian menemukan bahwa pendapatan keluarga
mempengaruhi lingkungan tempat tinggal anak, kesempatan untuk belajar,
interaksi yang hangat antara ibu dan anak, serta kondisi fisik rumah
sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi perkembangan kognitif anak.
Beberapa penelitian menemukan perbedaan lingkungan rumah anak status
ekonomi rendah dan tinggi yang diukur dengan skala HOME
menyumbang secara substansial pada perkembangan anak prasekolah.
Interaksi harian berperan penting dalam perkembangan emosional
dan mental. Saat otak sedang terbentuk dan belajar untuk berkembang,
interaksi positif yang konsisten akan menjamin perkembangan otak yang
baik. Penelitian menunjukkan bahwa asuhan yang berkualitas tinggi dapat
Page 54
37
meningkatkan perkembangan intelektual anak dari status ekonomi rendah
(Aber, 2000).
Anak dari keluarga status ekonomi rendah lebih sering mengalami
masalah tingkah laku dan emosional termasuk agresi, kecemasan dan
depresi. Orang tua terutama ibu yang mengalami depresi juga kurang
mampu menyediakan stimulasi yang positif, kurang mampu berinteraksi
dan gagal merespon kebutuhan emosional anaknya (Putranto, 2009). Ibu
yang berpengetahuan baik maka akan cenderung untuk memperhatikan
dan menstimulasi perkembangan anak terutama perkembangan motorik
anak.
Perkembangan motorik halus anak perlu dilatih atau distimulasi
agar dapat berkembang dengan baik. Tindakan pemberian stimulasi
dilakukan dengan prinsip bahwa stimulasi merupakan ungkapan rasa kasih
sayang, bermain dengan anak, dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan
(Susanto, 2011).
Usia prasekolah merupakan periode atau masa keemasan (golden
age) dalam proses perkembangan, dimana pada usia tersebut aspek
kognitif, fisik, motorik, dan psikososial seorang anak berkembang dengan
optimal. Setiap anak akan melewati tahap tumbuh kembang secara
fleksibel dan berkesinambungan. Salah satu tahap tumbuh kembang yang
dilalui anak adalah masa prasekolah (4-5 tahun). Pada anak usia 4-5 tahun
perkembangan yang paling menonjol adalah keterampilan motorik. Masa
perkembangan anak, terdapat masa dimana diperlukan rangsangan atau
stimulasi yang berguna bagi potensi perkembangan anak. Oleh karena itu
Page 55
38
perlu adanya perhatian yang lebih serius, agar anak dapat berkembang
lebih optimal sesuai dengan usianya.
Senam otak dengan memanfaatkan gerakan-gerakan sederhana seperti
menyilang garis tengah tubuh yang di dalamnya ada gerakan menyilang
kepala, mata dan anggota gerak merupakan kunci keberhasilan untuk
mengintegrasi fungsi hemisfer otak kanan dan kiri (Kusumoputro, 2003).
Gerakan menyilang akan mengaktifkan hemisfer kanan dan kiri
sekaligus. Selain itu semakin sering kedua hemisfer tersebut teraktivasi
akan semakin banyak koneksi dan mielinisasi terjadi melalui korpus
kolosum. Semakin banyak koneksi, proses yang tejadi di antara kedua
hemisfer semakin cepat, sehingga semakin banyak fungsi intelegensi yang
dapat dipakai.
Gerakan merayap dan merangkak sudah sejak lama dibuktikan bahwa
gerakan alternansi seperti marayap dan merangkak ini dapat meningkatkan
kemampuan otak tengah dan korteks serebri. Pada senam otak terdapat
juga gerakan ini. Gerakan merayap dan merangkak dapat menstimulasi
otak tengah yang merupakan pusat untuk kemampuan perhatian,
kewaspadaan, kebersamaan dan berkelompok (Kusumoputro, 2003).
Senam otak dengan rangkaian gerakannya juga mempunyai bentuk
gerakan seperti pengamatan dan mengikuti jejak penglihatan. Di dalam
senam otak, ada gerakan yang dilakukan dengan mengamati dan mengikuti
jejak penglihatan atau bola mata yang bergerak dari satu arah ke arah lain.
Gerakan bola mata yang diakukan merupakan pengamatan lingkungan
secara keseluruhan. Stimulasi penglihatan dari otak belahan kiri menuju ke
Page 56
39
kanan dan balik lagi merupakan integrasi antara kedua belahan tersebut.
Selain itu ada juga gerakan mata yang mengikuti gerakan tangan. Dalam
hal ini, Imamizu (2000) menemukan bahwa aktivasi area di serebelum
lebih luas bila dibandingkan gerakan tangan atau mata sendiri-sendiri.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan nilai rata-rata
sebelum dan setelah senam otak, serupa pada penelitian yang dilakukan
oleh Winkelmann (2001) bahwa setelah melakukan senam otak terdapat
peningkatan keterampilan termasuk kemampuan membaca, menulis,
matematika dan olahraga.
Senam otak gerakannya merangsang pada dimensi otak, hal ini serupa
dengan penelitian Dewi (2010), senam otak berpengaruh terhadap
kemampuan motorik halus anak prasekolah pada usia 4-6 tahun dengan
nilai p = 0,001, dengan jumlah sampel 28 anak dimana dimensi gerakan
senam otak akan mengaktifkan fungsi cerebellum berupa aplikasi gerak
keseimbngan, koordinasi gerak otot dan keterampilan motorik halus.
5.7 Keterbatasan Penelitian
a. Keadaan sosial ekonomi keluarga dari sampel juga dapat mempengaruhi pola
asuhan terahadap anak. Hal ini merupakan faktor yang sulit untuk dipantau,
sehingga dapat mempengaruhi karakter anak.
b. Status gizi sampel juga mempengaruhi subjek penelitian yang sulit dipantau
melalui pola makan, porsi makanan dan nutrisi yang dikonsumsi sehingga
dapat mempengaruhi status gizi subjek.
Page 57
40
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Penambahan senam otak pada aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR) lebih baik
dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak daripada aktivitas
fungsional dan rekreasi (AFR) saja.
7.2 Saran
a. Penambahan senam otak pada aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR) lebih
baik dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak daripada aktivitas
fungsional dan rekreasi (AFR) saja, sehingga penelitian ini dapat dijadikan
referensi atau bahan pertimbangan bagi fisioterapis didalam memberikan
pelayanan fisioterapi khususnya pada anak-anak prasekolah.
b. Perlunya pengembangan IPTEK tentang konsep penegembangan diri dan
kemandirian dengan meningkatkan motorik halus khususnya menggunakan
senam otak dan aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR) pada anak
prasekolah.
c. Perlunya membahas keadaan sosial ekonomi keluarga sampel karena hal ini
mempengaruhi pola asuh terahadap anak dan dapat mempengaruhi karakter
anak.
d. Status gizi sampel mempengaruhi subjek penelitian, untuk peneliti
selanjutnya penting untuk membahas faktor ini.
40
Page 58
41
DAFTAR PUSTAKA
Aber L, Palmer j. 2000. Poverty and Brain Development in Early Chilhood. New
York: National Center for Children in Poverty.
Aisyah. 2008. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Arizal, Daris A, Hidayat A. 2002. Gizi dan perannya. In : Hardhywinoto, Setiabudhi
T, editor. Anak unggul berotak prima. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Asmawati, Luluk, dkk. 2008. Pengolahan Kegiatan Pengembangan Anak Usia Dini.
Jakarta: Universitas terbuka
Ayinosa. 2009. Brain Gym (Senam Otak). Diperoleh dari
http://book.store.co.id/2009.
Azwar, Saifudin.2003. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ball, J.W., & Bindler, R.C. 2003. Pediatric nursing: Caring for children. (3 rd
edition). New Jersey: Pearson Education Inc.
Brooks-Gunn J, Duncan GJ. 2000. The Effect Poverty on Children. The Future of
Children.
Bobak, I.M., Lowdermik, D.L., Jensen, M.D. 2005. Keperawatan maternitas (Edisi
4). Jakarta: EGC
Boundless.2014. “Introducing the Neuron.”Boundless Psychology. ( serial online
Update 03 Dec. 2014 from
https://www.boundless.com/psychology/textbooks/boundless-psychology-
textbook/the-brain-and-behavior-4/neurons-33/introducing-the-neuron-141-
12676/
41
Page 59
42
Daradjat, Zakiah. 2000. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara
Dennison, P., 2002. Brain Gym (senam otak). Edisi bahasa Indonesia (cetakan X).
Alih bahasa: Ruslan dan Rahayu, M. Jakarta: Grasindo.
Dewi . F.N. 2010. Pengaruh Senam Otak (Brain Gym) Terhadap Kemampuan
Motorik Halus Anak Prasekolah di TK. Kartika IV-8 Kecamatan Sumber
Sari Kabupaten Jember. Tesis. Universitas Jember
Dewi, Narulita dan Judarwanto, Widodo. 2012. Perkembangan normal motorik kasar
dan motorik halus pada anak.
Jakarta.http://dokterindonesiaonline.com/2012/01/27/gerakan-motorik/
Desni. 2010. Metode Pengembangan Motorik Halus Anak Usia Dini. Pontianak.
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjung Pura
Gregor SMG, Fernal LC, Sethuraman K. 2005. Effect of health and nutrition on
cognitive and behavioural development in children in the first three years of
life, part 1: low birtweight, breastfeeding, and protein-energy malnutrition.
Available from: URL:http://www:unu.edu/Unupress/food/V201e/ch07.htm
Hurlock, Elizabeth B. 2000. Perkembangan Anak Jilid 1 Edisi 6. Jakarta : Erlangga.
Hockenberry , J. M., & Wilson, D. 2007. Wong’s nursing care of infant andchildren.
(8 th edition). Canada: Mosby Company.
Imamizu H, Miall RC. 2000. Activation of cerebellum in coordinated eye and hand
tracking movements: an fMRI study. Exp Brain Res.
Kurikulum .2004. Standar Kompetensi Untuk TK dan RA Kelompok B. Depdiknas
Kusumoputro S, Sidiarto LD, Samino H, Munir R, Nugroho W. 2003. Kiat Panjang
Umur dengan Gerak dan Latih Otak. Jakarta: UI-Press
Page 60
43
Marlina, Linda. 2011. Manfaat Origami
http://lagu2anak.blogspot.com/2011/05/manfaat-origami-linda-marlina-
ssi.html
Mulyani, Rini 2006. Permainan Edukatif dalam Perkembangan Logic-smart Anak.
Tugas Akhir, Universitas Negeri Semarang, Semarang
Montolalu. 2008. Media Pembelajaran. Jakarta: Edukasi Mitra Grafika.
Ngastiyah 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC
Nursalam 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Putranto, Puji L. (2009). Pengaruh Senam Otak Terhadap Fungsi Memori Jangka
Pendek Anak Dari Keluarga Status Ekonomi Rendah. Universitas
Diponegoro, Semarang
Rani, Yulianty I. 2011. Permainan yang Meningkatkan Kecerdasan Anak (Modern
dan Tradisional). Jakarta: Niaga Swadaya.
Rea, Paul.2015.Essential Clinical Anatomy of the Nervous System,Elsiver.British.
Rhoades.R, Bell.R.D. 2009.Medical Physiology: Principles for Clinical Medicine,
fourth edition,China
Saichudin 2009. Respon Fisiologi Senam Otak Teradap Kecepatan Motorik bagi
Calon Atlet Muda Berbakathttp://etd.eprints.ums.ac.id/14619/3/3.
Santrock, W John. 2012. Life Span Development, Jakarta: PT Erlangga.
Siegel,A.2006.Essential Neuroscience,Lippicont, USA.
Sudono, Anggani. 2000. Sumber Belajar dan Alat Permainan. Jakarta: PT Grasindo
Sujiono. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta. Indek
Page 61
44
Sumantri. 2005. Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini.
Jakarta:
Depdiknas
Supartini, Y., Ester 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.
Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan anak usia dini. Jakarta: Kencana Prenada
Media
Suyanto, Slamet. 2005. Konsep Dasar Pendidikan AUD. Jakarta: Depdiknas.
Weiss R.P. 2001. The mind-body connection in learning. Avaiable from: URL:
http//www.trans4mind.com/counterpoint/index-health-fitness/weiss.shtml
Widyawati I. 2002. Penatalaksanaan gangguan belajar pada anak. Prosiding
pertemuan tahunan I perdosri. jakarta
Winkelmann. 2001. Using Brain Gym withhearing impaired children in Flores, East
Indonesia. Brain Gym Jurnal
Wisnu, Andri. 2012 Mengenal sistem kerja
otak.http://www.picipici.com/2012/09/mengenal-sistem-kerja-otak-dan-
saraf.html
Wong, Donna L. 2004. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC
Wong, Donna.L. 2004. Pedoman klinis keperawatan pediatrik. (Edisi 4). (Monica
Ester. Penerjemah). Jakarta: EGC.
Yusuf, S. 2005. Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya.
Page 62
Lampiran 1
Informed Consent
PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA
KONSENTRASI FISIOTERAPI
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
PERSETUJUAN TINDAKAN
(INFORMED CONSENT)
MENGIKUTI PROGRAM PENELITIAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : ………………………………………………….
Umur : ………………………………………………….
Jenis Kelamin : ( L / P )
Alamat : ………………………………………………………………………………
Telah mendapat penjelasan dari peneliti tentang maksud atau tujuan penelitain, cara
melakukan dan konsekuensinya, demi manfaat yang sebesar-besarnya bagi pemeliharaan kesehatan
saya dan bagi kemajuan upaya pelayanan, dengan ini saya menyatakan:
1. Memahami sepenuhnya maksud dan tujuan penelitian, prosedur penelitian dan segala
konsekuensinya.
2. Bersedia menyampaikan informasi dengan sejujur-jujurnya tentang segala hal yang
berkaitan dengan data diri saya.
3. Bersedia mengikuti dan melaksanakan petunjuk serta program penelitian yang diberikan
secara sungguh-sungguh dan bertanggung jawab secara rutin.
4. Bersedia menghubungi peneliti bila ada hal-hal yang tidak dipahami maupun melaporkan
hal-hal yang berkembang saat penelitian.
5. Bersedia sewaktu-waktu dihubungi atau dikunjungi oleh peneliti guna peenyempurnaan
penelitian ini.
6. Tidak membebani peneliti berkaitan dengan biaya pengobatan, tindakan atas permasalahan
yang saya derita dalam penyelenggaraan penelitian ini akibat kelalaian saya.
7. Bersedia mengikuti penelitian ini secara tidak terpaksa dan hingga penelitian ini selesai.
Peneliti, Pekanabaru,…………..2015
(NOVA RELIDA SAMOSIR) ( Wali Siswa )
Page 63
Lampiran 2
Tes Kemampuan Motorik Halus
No. Kemampuan
Motorik
Halus
Indikator Keterangan
Sebelum Sesudah
1 Melipat jari a. Siswa dapat melipat jari tangan satu
persatu
b. Siswa dapat menyentuh ujung ibu jari
ke ujung telunjuk
c. Siswa dapat menyentuh ujung ibu jari
ke ujung jari tengah
d. Siswa dapat menyentuh ujung ibu jari
ke ujung jari manis
e. Siswa dapat menyentuh ujung ibu jari
ke ujung kelingking
f. Siswa dapat menekuk 3 ruas jari tangan
hingga ujungnya menyentuh pangkal
jari
2 Menggenggam a. Siswa dapat menggenggamkan jari-jari
tangan
b. Siswa dapat membuka satu persatu jari
tangan yang sedang menggenggam
3 Mengurus diri
sendiri
a. Siswa dapat melakukan aktivitas makan
b. Siswa dapat melakukan aktivitas
memasang kancing baju
c. Siswa dapat melakukan aktivitas
mencuci dan melap tangan
d. Siswa dapat mengikat tali sepatu
4 Kelincahan
a. Siswa dapat membuat berbagai bentuk
dengan menggunakan plastisin
b. Siswa dapat meniru membuat garis
tegak
c. Siswa dapat meniru membuat garis
datar
d. Siswa dapat meniru membuat garis
miring
e. Siswa dapat meniru membuat garis
lengkung
f. Siswa dapat meniru membuat garis
lingkaran
g. Siswa dapat meniru melipat kertas
sederhana (7 lipatan)
h. Siswa dapat mencocok bentuk
Menyusun menara kubus minimal 12
kubus
Pelaksanaan penelitian menggunakan skala nilai dengan kriteria sebagai berikut :
e. Sangat Baik : Skor 85 - 100
f. Baik : Skor 70 - 84
g. Sedang : Skor 55 - 69
h. Kurang : Skor 30 – 54
Page 64
Lampiran 2
Tiap item soal memiliki nilai 1 sampai dengan 5, adapun penjelasannya sebagai
berikut :
f. Nilai 1 : Belum dapat, hasilnya tidak sesuai kriteria.
g. Nilai 2 : Belum dapat, walaupun telah dibantu dan hasilnya tidak sesuai
kriteria
h. Nilai 3 : Dapat, tetapi hasilnya tidak sesuai kriteria.
i. Nilai 4 : Dapat, hasilnya kurang sesuai dengan kriteria.
j. Nilai 5 : Dapat hasilnya sesuai dengan kriteria.
Page 70
UJI NORMALITAS PRE-POST MOTORIK HALUS KELOMPOK PERLAKUAN DAN
KELOMPOK KONTROL
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pre Kelompok 1 .159 30 .052 .958 30 .275
Post Kelompok 1 .121 30 .200* .972 30 .609
Pre Kelompok 2 .137 30 .157 .951 30 .185
Post Kelompok 2 .112 30 .200* .957 30 .266
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Page 71
Test Homogenitas Usia Kelompok Perlakuan dan Kontrol
Test of Homogeneity of Variance
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
Usia kelompok
1 dan 2
Based on Mean .318 1 58 .575
Based on Median .079 1 58 .779
Based on Median and with
adjusted df
.079 1 57.927 .779
Based on trimmed mean .318 1 58 .575
Test Homogenitas Motorik Halus sebelum pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol
Test of Homogeneity of Variance
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
motorik halus 1
dan 2
Based on Mean .364 1 58 .549
Based on Median .452 1 58 .504
Based on Median and with
adjusted df
.452 1 57.498 .504
Based on trimmed mean .450 1 58 .505
Page 72
Pre dan Post Motorik Halus Kelompok Perlakuan
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Pre Kelompok 1 75.20 30 3.156 .576
Post Kelompok 1 86.83 30 3.761 .687
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 Pre Kelompok 1 & Post
Kelompok 1
30 .692 .000
Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
Mean Std. Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 Pre Kelompok 1 - Post
Kelompok 1
-11.633 2.773 .506 -12.669 -10.598 -22.980 29 .000
Page 73
Pre dan Post Motorik Halus Kelompok Kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Pre Kelompok 2 75.03 30 3.577 .653
Post Kelompok 2 80.87 30 3.340 .610
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 Pre Kelompok 2 & Post
Kelompok 2
30 .970 .000
Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 Pre Kelompok 2 - Post
Kelompok 2
-5.833 .874 .160 -6.160 -5.507 -36.545 29 .000
Page 74
Independent Pre Test Motorik Halus Kelompok Perlakuan dan Kontrol
Group Statistics
Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Pre Kelompok 1 & 2 Kelompok 1 30 75.20 3.156 .576
Kelompok 2 30 75.03 3.577 .653
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval
of the Difference
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference Lower Upper
Pre Kelompok 1 & 2 Equal variances assumed .364 .549 .191 58 .849 .167 .871 -1.576 1.910
Equal variances not
assumed
.191 57.114 .849 .167 .871 -1.577 1.910
Page 75
Independent Post Test Motorik Halus Kelompok Perlakuan dan Kontrol
Group Statistics
Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Post Kelompok 1 & 2 Kelompok 1 30 86.83 3.761 .687
Kelompok 2 30 80.87 3.340 .610
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval
of the Difference
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference Lower Upper
Post Kelompok 1 & 2 Equal variances assumed .342 .561 6.498 58 .000 5.967 .918 4.129 7.805
Equal variances not
assumed
6.498 57.201 .000 5.967 .918 4.128 7.805