Top Banner

of 40

Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2

Jul 06, 2018

Download

Documents

Muhammad Rafiq
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2

    1/40

    MODUL KEGIATAN LABORATORIUM LAPANGAN

    (FIELD LAB) 

    TOPIK KETRAMPILAN:

    PROGRAM PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR:

    DEMAM BERDARAH DENGUE

    DISUSUN OLEH:

    TIM FIELD LAB FK UNS

    FIELD LAB

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNS

    2011

  • 8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2

    2/40

      2

    KATA PENGANTAR

    Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu masalah

    kesehatan masyarakat di Indonesia dan masih menjadi masalah

    kesehatan yang up to date. Atas dasar inilah, tim laboratoriumlapangan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (FK

    UNS) memandang bahwa topik ini perlu dipelajari oleh mahasiswa

    di FK UNS.

    Buku manual kegiatan pembelajaran laboratorium lapangan

    dengan topik program pengendalian penyakit menular DBD

    diharapkan dapat memberi informasi dasar tentang masalah DBD

    di Indonesia dan ketrampilan untuk penegakan KLB, pengambilan

    keputusan untuk mengatasi KLB dan mengevaluasi tindakan untuk

    mengatasi KLB. Diharapkan ketrampilan ini dapat berguna bagi

     para mahasiswa di masa depan, baik yang menjalani profesi secara

    khusus di bidang kesehatan masyarakat maupun klinisi yang

    memberikan pelayanan langsung pada masyarakat.

  • 8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2

    3/40

      3

    Akhir kata, kami mengharapkan masukan dan saran untuk

     pengembangan manual keterampilan ini agar selanjutnya dapat

     berguna bagi pengembangan IPTEK khususnya pada kegiatan

    laboratorium lapangan di masa yang akan datang.

    Surakarta, September 2011Tim Penyusun

  • 8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2

    4/40

      4

    DAFTAR ISI

    BAB I. Pendahuluan ………………….………...............  5

    BAB II. Tinjauan Pustaka …………....…........................ 10

    BAB III. Penyelidikan Epidemiologi…...………………  30

    BAB IV. Strategi Pembelajaran..…………...................... 33

    BAB V. Prosedur Kerja…………...……......................... 36BAB VI. Checklist  penilaian..……………....................... 38

  • 8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2

    5/40

      5

    BAB I. PENDAHULUAN

    1.  Latar Belakang

    Demam Berdarah Dengue (DBD/Dengue Hemmoragic Fever)

    merupakan masalah kesehatan yang ditemukan di daerah tropis

    dan subtropis, terutama di daerah perkotaan. DBD merupakan

     penyakit dengan potensi fatalitas yang cukup tinggi, yang

    ditemukan pertama kali pada tahun 1950an di Filipina dan

    Thailand, saat ini dapat ditemukan di sebagian besar negara di

    Asia. Jumlah negara yang mengalami wabah DBD telah

    meningkat empat kali lipat setelah tahun 1995. Sebagian besar

    kasus DBD menyerang anak-anak. Angka fatalitas kasus DBDdapat mencapai lebih dari 20%, namun dengan penanganan

    yang baik dapat menurun hingga kurang dari 1 % (WHO,

    2008).

    Di Indonesia, DBD telah menjadi masalah kesehatan

    masyarakat selama 30 tahun terakhir. Jumlah kasus DBD padatahun 2007 telah mencapai 139.695 kasus, dengan angka kasus

     baru (insidensi rate) 64 kasus per 100,000 penduduk. Total

    kasus meninggal adalah 1.395 kasus /Case Fatality Rate

    sebesar 1% (Depkes RI, 2008a). Pada saat ini kasus DBD dapat

  • 8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2

    6/40

      6

    ditemukan di seluruh propinsi di Indonesia dan 200 kota telah

    melaporkan Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD (Depkes RI,

    2008b). Insidence Rate (IR) tahun 1998 sebesar 35,15 per

    100.000 penduduk menjadi 10,17 tahun 1999. Meningkat pada

    tahun 2000 menjadi 15,99 dan 21,66 pada 2001 selanjutnya

    menurun pada tahun 2002 menjadi 19,24 namun pada 2003

    terjadi peningkatan dengan IR 23,87. Peningkatan kasus terjadisejak tahun 2003 dibeberapa Provinsi yaitu Banten, DKI, Jabar,

    Jateng, DIY, Jatim, Kalsel, NTT.

    Pola penularan DBD dipengaruhi iklim dan kelembaban udara.

    Kelembaban udara yang tinggi dan suhu panas justru membuat

    nyamuk Aedes bertahan lama. Sehingga kemungkinan polawaktu terjadinya penyakit mungkin akan berbeda-beda dari

    satu tempat dengan tempat yang lain tergantung dari iklim dan

    kelembaban udara. Di Jawa, umumnya kasus DBD merebak

    mulai awal Januari sampai dengan April-Mei setiap tahun

    (Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, 2006).

  • 8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2

    7/40

      7

    Pada Gambar 1, dan Gambar 2 menejelaskan hubungan antara

    curah hujan dengan kasus DBD di DKI.

    Gambar 1

    Gambar 2

  • 8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2

    8/40

      8

    2. Tujuan Pembelajaran

    Setelah melakukan kegiatan laboratorium lapangan, diharapkan

    mahasiswa dapat:

    1.  Mampu menegakkan diagnosis DBD

    2.  Mampu melakukan penyelidikan epidemiologi

    3.  Mampu menentukan adanya kejadian KLB dari hasil

     penyelidikan epidemiologi

    4.  Mampu melakukan pelaporan kasus DBD

    5.  Menjelaskan berbagai cara penanggulangan DBD di

    Indonesia

    6.  Mampu menentukan tindakan penanggulangan yang

    harus diambil dari hasil penyelidikan epidemiologi

    7. 

    Mampu menjelaskan cara evaluasi penanggulanganKLB-DBD

  • 8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2

    9/40

      9

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

    1. Demam Berdarah Dengue

    1.1. Penyebab

    Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD)

    disebabkan virus dengue yang termasuk kelompok B Arthropod

    Borne Virus (Arboviroses) yang sekarang dikenal sebagai genusFlavivirus, famili Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis serotipe,

    yaitu ; DEN-1, DEN2, DEN-3, DEN-4.

    Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap

    serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk

    terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat

    memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain

    tersebut.

    Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi

    oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus

    dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Di

    Indonesia, pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun

    1975 di beberapa rumah sakit menunjukkan bahwa keempat

    serotipe ditemukan dan bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe

  • 8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2

    10/40

      10

    DEN-3 merupakan serotipe yang ominan dan diasumsikan banyak

    yang menunjukkan manifestasi klinik yang berat.

    1.2. Vektor Penyakit

    Penyakit DBD ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti.

     Nyamuk Aedes agypti mempunyai siklus hidup dari bentuk telur-

     jentik-kepompong-nyamuk. Lama siklus hidup nyamuk adalah 9-10 hari. Telur nyamuk Aedes Aegypti terletak satu-satu di dinding

    tempat air bersih, berwarna hitam, ukuran + 0,8 mm di tempat

    kering (tanpa air) dapat bertahan sampai 6 bulan. Telur akan

    menetas menjadi jentik dalam waktu kurang 2 hari setelah

    terendam air

  • 8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2

    11/40

      11

    Gambar 1. Siklus hidup nyamuk Aedes Aegypti

    Sumber: www.biotechpestcontrols.com/html/mosquitoes.html

    Jentik Aedes Aegypti berukuran 0,5-1 cm dan selalu bergerak aktif

    dalam air dengan pola gerakan berulang-ulang drari bawah ke atas

     permukaan air untuk beristirahat kemudian turun kembali ke

     bawah. Pada saat di permukaan, posisinya hampir tegak lurus

    dengan permukaan air, biasanya berada di sekitar dinding tempat

     penampungan air. Habitat biasanya pada tempat penampungan air

    seperti bak mandi, tempayan drum, ban bekas, vas bunga. Jentik

    Aedes Aegypti tidak hidup di genangan air yang langsung dengan

    tanah. Perkembangan jentik ke kepompong (imago) memakan

  • 8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2

    12/40

      12

    waktu 7 hari. Kepompong nyamuk Aedes berbentuk koma,

    gerakan lambat dan berada di permukaan air

     Nyamuk Aedes Aegypti berwarna hitam, belang putih di seluruh

    tubuh. Hidup di dalam dan sekitar rumah/gedung. Mampu terbang

    sekitar 100 meter. Nyamuk betina menghisap manusia pagi hingga

    sore hari, setiap 2 hari. Setelah menghisap nyamuk beristirahat di benda-benda bergantung. Setelah masa istirahat nyamuk

    meletakkan telur di tempat penanpungan air

    1.3. Cara Penularan

    Jika nyamuk Aedes Aegypti menghisap darah seseorang yang

    mengandung virus Dengue maka virus Dengue akan masuk ke

    dalam lambung nyamuk. Selanjutnya, virus Dengue akan

    memperbanyak diri (replikasi) dan menyebar ke seluruh bagian

    tubuh nyamuk termasuk ke kelenjar liur nyamuk. Proses replikasi

    virus membutuhkan waktu sekitar 1 minggu dan akan menetap

    selama nyamuk masih hidup.

    Penularan terjadi jika kemudian nyamuk yang mengandung virus

    Dengue menggigit orang sehat. Sebelum menghisap darah orang

  • 8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2

    13/40

      13

    sehat, nyamuk akan mengeluarkan air liur melalui saluran alat

    tusuknya sehingga virus dengue akan tertular ke tubuh orang sehat.

    Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi

    virus dengue yaitu :

    1) Vektor : perkembang biakan vektor, kebiasaan menggigit,

    kepadatan vektor di lingkungan, transportasi vektordilingkungan, transportasi vektor dai satu tempat ke tempat

    lain;

    2) Pejamu : terdapatnya penderita di lingkungan/keluarga,

    mobilisasi dan paparan terhadap nyamuk, usia dan jenis

    kelamin;

    3) Lingkungan : curah hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan

     penduduk

    1.4. Patogenesis dan Patofisiologi

    Fenomena patofisiologi utama menentukan berat penyakit dan

    membedakan demam berdarah dengue dengan dengue klasik ialah

    tingginya permabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya

    volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diabetes

    hemoragik. Meningginya nilai hematokrit pada penderita dengan

  • 8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2

    14/40

      14

    renjatan menimbulkan dugaan bahwa renjatan terjadi sebagai

    akibat kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler melalui kapiler

    yang rusak dengan mengakibatkan menurunnya volume plasma

    dan meningginya nilai hematokrit.

    Mekanisme sebenarnya tentang patofisiologi dan patogenesis

    demam berdarah dengue hingga kini belum diketahui secara pasti,tetapi sebagian besar menganut "the secondary heterologous

    infection hypothesis" yang mengatakan bahwa DBD dapat terjadi

    apabila seseorang setelah infeksi dengue pertama mendapat infeksi

     berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan dalam jangka

    waktu yang tertentu yang diperkirakan antara 6 bulan sampai 5

    tahun.

    Akibat infeksi kedua oleh tipe virus dengue yang berlainan pada

    seorang penderita dengan kadar antibodi anti dengue yang rendah,

    respons antibodi ananmestik yang akan terjardi dalam beberapa

    hari mengakibatkan proliferasi dan transformasi limfosit imun

    dengan menghasilkan antibodi IgG anti dengue titer tinggi.

    Disamping itu replikasi virus dengue terjadi dengan akibat

    terdapatnya virus dalam jumlah yang banyak. Hal-hal ini

  • 8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2

    15/40

      15

    semuanya akan mengakibatkan terbentuknya kompleks antigen-

    antibodi yang selanjutnya akan mengaktivasi sistem komplemen.

    Pelepasan C3a dan C5a akibat antivasi C3 dan C5 menyebabkan

    meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan

    merembesnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah.

    Pada penderita renjatan berat, volume plasma dapat berkurang

    sampai lebih dari pada 30% dan berlangsung selama 24 -48 jam.Renjatan yang tidak ditanggulangi secara adekwat akan

    menimbulkan anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian.

    Sebab lain dari kematian pada DBD ialah perdarahan saluran

     pencernaran hebat yang biasanya timbul setelah renjatan

     berlangsung lama dan tidak dapat diatasi. Trombositopenia

    merupakan kelainan hematologis yang ditemukan pada sebagian

     besar penderita DBD. Nilai trombosit mulai menurun pada masa

    demamdan mencapai nilai terendah pada masa renjatan. Jumlah

    tromosit secara cepat meningkat pada masa konvalesen dan nilai

    normal biasanya tercapai sampai hari ke 10 sejak permulaan

     penyakit.

    Kelainan sistem koagulasi mempunyai juga peranan sebagai sebab

     perdarahan pada penderita DBD. Berapa faktor koagulasi menurun

  • 8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2

    16/40

      16

    termasuk faktor II, V, VII, IX, X dan fibrinogen. Faktor XII juga

    dilaporkan menurun. Perubahan faktor koagulasi disebabkan

    diantaranya oleh kerusakan hepar yang fungsinya memang terbukti

    terganggu, juga oleh aktifasi sistem koagulasi.

    Pembekuan intravaskuler menyeluruh (PIM/DIC) secara potensial

    dapat terjadi juga pada penderita DBD tanpa atau dengan renjatan.Renjatan pada PIM akan saling mempengaruhi sehingga penyakit

    akan memasuki renjatan irrevesible disertai perdarahan

    Respon imun yang diketahui berperan dalam patogenesis DBD

    adalah :

    a) Respon humoral berupa pembentukan antibody yang berparan

    dalam proses netralisasi virus, sitolisis yang dimeasi

    komplemen dan sitotoksisitas yang dimediasi antibody.

    Antibody terhadap virus dengue berperan dalam mempercepat

    replikasi virus pad monosit atau makrofag. Hipotesis ini

    disebut antibody dependent enhancement (ADE);

     b) Limfosit T baik T-helper (CD4) dan T sitotoksik (CD8)

     berepran dalam respon imun seluler terhadap virus dengue.

    Diferensiasi T helper yaitu TH1 akan memproduksi interferon

  • 8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2

    17/40

      17

    gamma, IL-2 dan limfokin, sedangkan TH2 memproduksi IL-4,

    IL-5, IL-6 dan IL-10;

    c) Monosit dan makrolag berperan dalam fagositosis virus dengan

    opsonisasi antibodi. Namun proses fagositosis ini

    menyebabkan peningkatan replikasi virus dan sekresi sitokin

    oleh makrofag;

    d) Selain itu aktivitasi komplemen oleh kompleks imunmenyebabkan terbentuknya C3a dan C5a.

    1.5. Penegakan diagnosa DBD

    Diagnosa DBD ditegakkan jika ada 2 kriteria klinis ditambah

    dengan 2 kriteria laboratoris (Tabel 1). Kasus DBD yang

    menjadi lebih berat, menjadi kasus Dengue Shock Syndrome

    (DSS).

  • 8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2

    18/40

      18

    Tabel 1. Kriteria Klinik dan Laboratoris DBD

    Kriteria Klinik 1.  Demam tinggi mendadak, terus menerus

    selama 2-7 hari

    2.  Terdapat manifestasi perdarahan seperti

    torniquet positif, petechiae, echimosis,

     purpura, perdarahan mucosa, epistaksis,

     perdarahan gusi dan hematemesis danatau melena

    Kriteria

    laboratoris

    1.  Trombositopenia (100.000ul atau kurang)

    2.  Hemokonsentrasi, peningkatan hematokrit

    20% atau lebih

    Demam Dengue (DD)

    Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan

    dua atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut:

    •   Nyeri kepala.

    •   Nyeri retro-oebital.

    • 

    Mialgia / artralgia.

    •  Ruam kulit.

    •  Manifestasi perdarahan (petekie atau uji bending positif).

    •  Leukopenia.

  • 8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2

    19/40

      19

    dan pemeriksaan serologi dengue positif, atau ditemukan pasien

    DD/DBD yang sudah dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang

    sama.

    Dengue Shock Syndrome (DSS).

    Syok biasa terjadi pada saat atau segera setelah suhu turun, antara

    hari ke 3 sampai hari sakit ke-7. Pasien mula-mula terlihat letargiatau gelisah kemudian jatuh ke dalam syok yang ditandai dengan

    kulit dingin-lembab, sianosis sekitar mulut, nadi cepat-lemah,

    tekanan nadi < 20 mmHg dan hipotensi. 

    Kebanyakan pasien masih tetap sadar sekalipun sudah mendekati

    stadium akhir. Dengan diagnosis dini dan penggantian cairan

    adekuat, syok biasanya teratasi dengan segera, namun bila

    terlambat diketahui atau pengobatan tidak adekuat, syok dapat

    menjadi syok berat dengan berbagai penyulitnya seperti asidosis

    metabolik, perdarahan hebat saluran cerna, sehingga memperburuk

     prognosis. Pada masa penyembuhan yang biasanya terjadi dalam

    2-3 hari, kadang-kadang ditemukan sinus bradikardi atau aritmia,

    dan timbul ruam pada kulit. Tanda prognostik baik apabila

     pengeluaran urin cukup dan kembalinya nafsu makan.

  • 8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2

    20/40

      20

    Penyulit SSD : penyulit lain dari SSD adalah infeksi (pneumonia,

    sepsis, flebitis) dan terlalu banyak cairan (over hidrasi),

    manifestasi klinik infeksi virus yang tidak lazim seperti

    ensefalopati dan gagal hati.

    1.5. Pencegahan dan penanggulangan DBD

    Pengembangan vaksin untuk penyakit DBD masih sulit, karena

     proteksi terhadap 1-2 virus dengue akan meningkatkan risiko

     penyakit DBD menjadi lebih berat (WHO, 2008). Oleh karena

    itulah, maka pencegahan dan penanggulangan penyakit DBD

    dilakukan secara promotif dan preventif, dengan pemberantasan

    nyamuk vektor (hewan perantara penularan).

  • 8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2

    21/40

      21

    2. Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD

    Setiap kasus DBD yang terdiagnosis harus dilaporkan ke Dinas

    Kesehatan Kabupaten dan Propinsi dengan berbagai macam alur

     berikut ini:

     b.  Pelaporan langsung oleh masyarakat dengan surat

     pemberitahuan ke Puskesmas

    c.  Pelaporan dari puskesmas ke kabupaten menggunakan form

    PU-DBD dan W2

    d.  Pelaporan dari rumah sakit ke kabupaten menggunakan

    form KD-RS (1 x 24 jam setelah ada kasus DBD)

    e.  Pelaporan dari Kabupaten ke propinsi: K-DBD (1 bulan

    sekali)

    Jika ada kasus yang dilaporkan, maka akan ditindaklanjuti dengan

     penyelidikan epidemiologi untuk melihat intensitas masalah yang

    terjadi. Uraian tentang penyelidikan epidemiologi akan dijelaskan

    di Bab III.

    Dari hasil penyelidikan epidemiologi, kemudian disimpulkan ada

    tidaknya kejadian KLB DBD. KLB DBD ditegakkan jika ada

     peningkatan jumlah kasus DBD dan Dengue Syok Sindrom (DSS)

  • 8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2

    22/40

      22

    di suatu desa/kelurahan/wilayah lebih luas, 2 kali lipat atau lebih

    dalam kurun waktu 1 minggu/bulan dibanding minggu/bulan

    sebelumnya atau bulan yang sama tahun lalu.

    3. Kegiatan Penanggulangan KLB DBD

    Jika terjadi KLB, maka kegiatan tersebut di bawah ini harusdilakukan:

    1.  Pemberantasan vektor

    Kegiatan pemberantasan vektor terdiri dari penyemprotan

    insektisida (2 siklus dengan interval 1 minggu),

     pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah (PSN

    DBD) dan penggunaan larvasida

    2.  Penyuluhan di seluruh wilayah terjangkit

    3.  Perlindungan individu

    Untuk melindungi pribadi dari risiko penularan virus DBD

    dapat dilakukan secara individu dengan menggunakan

    repellent , menggunakan pakaian yang mengurangi gigitan

    nyamuk. Baju lengan panjang dan celana panjang bisa

    mengurangi kontak dengan nyamuk meskipun sementara.

    Untuk mengurangi kontak dengan nyamuk di dalam

  • 8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2

    23/40

      23

    keluarga bisa memasang kelambu pada waktu tidur dan

    kasa anti nyamuk.

    Insektisida rumah tangga seperti semprotan aerosol dan

    repellent : obat nyamuk bakar, vaporize mats (VP), dan

    repellent oles anti nyamuk bisa digunakan oleh individu.

    Pada 10 tahun terakhir dikembangkan kelambu

     berinsektisida atau dikenal sebagai insecticide treated nets(ITNs) dan tirai berinsektisida yang mampu melindungi

    gigitan nyamuk.

    4.  Kegiatan pendukung lainnya seperti pembentukan Posko

     pengobatan dan Posko penanggulangan, penyelidikan KLB,

     pengumpulan dan pemeriksaan spesimen serta peningkatan

    kegiatan surveilans kasus dan vektor dan lain lain

    Pemberantasan vektor

    Seperti yang sudah disampaikan di atas, ada beberapa bentuk

    kegiatan pemberantasan vektor, yakni

    1.  Pengasapan ( fogging/ULV ) di seluruh wilayah dengan

    kriteria desa/kelurahan dengan KLB pada rumah-

    rumah/lingkungan pada radius 200 m dari penderita atau

    tersangka.

  • 8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2

    24/40

      24

    Alat dan bahan yang dipakai adalah mesin ULV dan

    insektisida sesuai dosis. Fogging dilakukan pagi hari

    (06.00-08.30) atau sore (17.00  –   19.30) saat hari tidak

    hujan dan kecepatan angin 3-13 km/jam. Pengasapan

    dilakukan 2 siklus dengan interval satu minggu. Pada saat

     pengasapan, jendela dan pintu rumah harus dibuka lebar,

    makanan dan minuman ditutup, binatang dan manusiaharus dijauhkan dari mesin ULV.

    2.  Penyemprotan dengan mesin Fog

    Cara ini agak berbeda dengan cara pengasapan. Pada

     penyemprotan dengan mesin Fog, pintu dan jendela rumah

    ditutup kecuali pintu yang dilalui petugas fogging. Pintu

    dan jendela rumah baru dibuka sedikitnya 15 menit setelah

     penyemprotan. Petugas harus menggunakan alat pelindung

     berupa  googles, sarung tangan, baju lengan panjang, topi

    tepi lebar, masker penutup mulut dan hidung, sepatu boot  

    dari karet atau plastik. Penyemprotan dilakukan secara

    mundur dari belakang rumah ke depan atau pada lantai atas

    ke lantai di bawahnya.

    3.  Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD

    PSN DBD dilakukan dengan cara 3 M  yakni: Menguras

    (bak mandi); Menutup tempat penampungan air dan

  • 8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2

    25/40

      25

    Mengubur/Membuang  barang bekas yang dapat

    menampung air hujan

    4.  Larvasida

    Pemberian larvasida (Abate/Altosid) pada tempat

     penampungan yang tidak bisa dikuras di rumah maupun di

    tempat umum.

    5. 

    BiologisPengendalian biologis antara lain dengan menggunakan :

    a.  Predator

    Predator larva di alam cukup banyak, namun yang bisa

    digunakan untuk pengendalian larva vektor DBD tidak

     banyak jenisnya, dan yang paling mudah didapat dan

    dikembangkan masyarakat serta murah adalah ikan pemakan jentik. Di Indonesia ada beberapa ikan yang

     berkembang biak secara alami dan bisa digunakan

    adalah ikan kepala timah dan ikan cetul. Namun ikan

     pemakan jentik yang terbukti efektif dan telah digunakan

    di kota Palembang untuk pengendalian larva DBD

    adalah ikan cupang. Meskipun terbukti efektif untuk

     pengendalian larva Ae.aegypti, namun sampai sekarang

     belum digunakan oleh masyarakat secara luas dan

     berkesinambungan.

  • 8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2

    26/40

      26

    Jenis predator lainnya yang dalam penelitian terbukti

    mampu mengendalikan larva DBD adalah dari

    kelompok Copepoda atau cyclops, jenis ini sebenarnya

     jenis Crustacea dengan ukuran mikro. Namun jenis ini

    mampu makan larva vektor DBD.

     b. 

    BakteriAgen biologis yang sudah dibuat secara komersial dan

    digunakan untuk larvasidasi dan efektif untuk

     pengendalian larva vektor adalah kelompok bakteri.

    Dua spesies bakteri yang sporanya mengandung

    endotoksin dan mampu membunuh larva adalah

    Bacillus thuringiensis serotype H-14 (Bt. H-14) dan B.spaericus (BS). Endotoksin merupakan racun perut bagi

    larva, sehingga spora harus masuk ke dalam saluran

     pencernaan larva. Keunggulan agent biologis ini tidak

    mempunyai pengaruh negatif terhadap lingkungan dan

    organisme bukan sasaran. Kelemahan cara ini harus

    dilakukan secara berulang dan sampai sekarang masih

    harus disediakan oleh pemerintah melalui sektor

    kesehatan. Karena endotoksin berada di dalam spora

     bakteri, bilamana spora telah berkecambah maka agent

    tersebut tidak efektif lagi.

  • 8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2

    27/40

      27

    Penyuluhan

    Kegiatan penyuluhan dikoordinasikan dengan kepala wilayah

    setempat (Bupati/Walikota/Camat/Lurah). Kegiatan ini dapat

     berupa beberapa macam kegiatan yakni:

    1.  Pertemuan dengan lintas sektor terkait (Dinas Pendidikan

    dan Kebudayaan, Departmen Agama, Kabupaten/Kota,Kecamatan, Kelurahan/Desa dsb)

    2.  Penyuluhan melalui media elektronik dan media cetak

    3.  Penyuluhan di sekolah, tempat ibadah, tempat pemukiman,

     pasar, dsb

    4.  Penyuluhan melalui Ketua RT/RW

    Evaluasi kegiatan penanggulangan kejadian luar biasa (KLB)

    Evaluasi meliputi evaluasi operasional kegiatan dan

    evaluasi epidemiologi setelah penanggulangan KLB. Penilaian

    operasional kegiatan ditujukan untuk mengukur % (jangkauan)

     pemberantasan vektor dari jumlah yang direncanakan. Penilaian ini

    dilakukan dengan melakukan kunjungan rumah penderita secara

    acak dan kunjungan ke wilayah yang direncanakan untuk

    dilakukan pengasapan, larvasida dan penyuluhan. Pada saat

  • 8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2

    28/40

      28

    kunjungan itu, dilakukan wawancara untuk mengetahui apakah

    kegiatan pemberantasan vektor memang sudah dilakukan.

    Tujuan evaluasi epidemiologi adalah mengetahui dampak

    upaya penanggulangan terhadap jumlah penderita dan jumlah

    kematian akibat DBD. Penilaian dilakukan dengan cara

    membandingkan data kasus/kematian sebelum dan sesudah usaha penanggulangan DBD. Data kemudian dibandingkan pula dengan

     bulan yang sama pada tahun sebelumnya.

  • 8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2

    29/40

      29

    Gambar 3. Alur Penanggulangan KLB-DBD

    Penderita/tersangka

    DBD

    Penyelidikan

    Epidemiologi

    Ditemukan 1 atau lebih penderita

    DBD lainnya dan atau ada

     penderita panas > 3 orang

    tersangka DBD

    Ditemukan jentik (> 5%)

    YA TIDAK

    -  PSN

    -  Larvasida selektif

    -  Penyuluhan

    Fogging radius +200 m

    -  PSN

    -  Larvasida

    selektif

    Penyuluhan

  • 8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2

    30/40

      30

    BAB III. PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI

    Jika ada penderita/tersangka DBD yang dilaporkan langsung oleh

    masyarakat atau oleh RS, maka petugas P2M Puskesmas perlu

    melakukan penyelidikan epidemiologi. Adapun langkah-langkah

    melakukan penyelidikan epidemiologi adalah sebagai berikut:

    1. 

    Mencatat identitas penderita/tersangka DBD di buku harian penderita DBD

    2.  Menyiapkan peralatan PE (tensimeter anak, senter, form

    dan abate)

    3.  Petugas datang ke Lurah atau Kades di wilayah dengan

     penderita DBD

    4. 

    Menanyakan ada tidaknya penerita panas dalam kurun

    waktu 1 minggu sebelumnya. Bila ada, dilakukan uji

     Rumple Leeds 

    5.  Memeriksa jentik di tempat penampuangan air di dalam

    dan di luar rumah (radius 20 rumah di sekitar kasus atau

    radius 100 meter dari rumah penderita)

    6.  Hasil pemeriksaan jentik dicatat dalam formulir

    Penyelidikan Epidemiologi (PE) (lihat lampiran)

  • 8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2

    31/40

      31

    Lampiran 1. FORMULIR PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGIS (PE)

     Nama penderita :

     Nama KK :

    Alamat :

    Kelurahan/Desa :

    Kecamatan :

    Kabupaten/Kota :

     No. Nama

    Kepala

    Keluarga

    (KK)

    Pemeriksaan Penderita Panas/tersangka DBD*) Pemeriksaan

    Jentik (+/-) Nama

     penderita

    Umur Bintik

     perdarahan/tan

    da perdarahan

    lain

    Uji

    Tourni

    quet

    Kesimpulan

    Penderita

     panas

    Tersang

    ka

    Jumlah

    *) Termasuk yang menderita panas 1 minggu yang lalu

  • 8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2

    32/40

      32

    Kesimpulan:

    - Perlu pengasapan (fooging) ( ) ( )

    Ya ** Tidak

    **) Ya: Jika ada penderita DBD lainnya atau ada tersangka DBD

    (> 3 tersangka), dan ada jentik (> 5%)

    Tanggal........................

    Petugas pelaksana,

    (........................................)

  • 8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2

    33/40

      33

    BAB IV. Strategi Pembelajaran

    1.  Kegiatan laboratorium lapangan dilakukan dalam

    kelompok yang terdiri dari 10-12 mahasiswa

    2.  Tiap kelompok dipandu oleh 1 instruktur lapangan (dokter

     puskesmas)

    3. 

    Lokasi: 6 DKK yang mempunyai kerjasama dengan FKUNS (Sragen, Wonogiri, Sukoharjo, Klaten, Karanganyar,

    Boyolali)

    4.  Pembagian kelompok dilakukan oleh pengelola Field Lab,

    dengan konfirmasi jadwal kelompok kepada DKK dan

    Puskesmas terkait

    5. 

    Pembekalan materi diberikan pada kuliah pengantar field

    lab, sesuai jadwal dari pengelola KBK FK UNS

    6.  Pada saat kuliah pengantar dilakukan pretes untuk

    mahasiswa

    7.  Pelaksanaan dilapangan 1 hari, sesuai jadwal dari tim

     pengelola KBK FK UNS. Gambaran tata cara pelaksanaan

    kegiatan laboratorium lapangan adalah sebagai berikut:

      Tiap mahasiswa wajib membuat lembar cara kerja,

    yang diserahkan kepada instruktur lapangan pada pagi

    hari sebelum pelaksanaan. Lembar cara kerja berisi:

  • 8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2

    34/40

      34

    I.  Tujuan Pembelajaran

    II.  Alat/Bahan yang diperlukan

    III. Cara Kerja

      Tiap mahasiswa wajib mengikuti kegiatan penyelidikan

    epidemiologi yang ada di wilayah kerja puskesmas

    yang bersangkutan. Apabila pada hari tersebut tidak ada

    kegiatan penyelidikan epidemiologi di wilayah kerja puskesmas, mahasiswa wajib mengikuti demonstrasi

    kegiatan penyelidikan epidemiologi di Puskesmas.

      Instruktur memberi penilaian terhadap mahasiswa

    sesuai dengan cek list yang ditetapkan dalam buku

     panduan

     

    Tiap mahasiswa membuat laporan kelompok 2

    eksemplar diketik atau tulis tangan. Laporan paling

    lambat 3 hari sesudah pelaksanaan kegiatan  field lab,

    harus diserahkan instruktur lapangan untuk

    disetujui/disahkan, ditunjukkan dengan lembar tanda

    tangan persetujuan instruktur lapangan.

      Format Laporan:

    Cover

    Lembar pengesahan instruktur lapangan

    Daftar isi

  • 8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2

    35/40

      35

    I. Pendahuluan dan Tujuan pembelajaran

    II. Kegiatan yang dilakukan

    III. Hasil

    IV. Pembahasan

    V. Penutup

      Satu laporan yang sudah disetujui instruktur

    selanjutnya diserahkan pada pengelola  field lab palinglambat 1 minggu sesudah pelaksanaan. Apabila ada

    mahasiswa yang membuat laporan sama persis dengan

    temannya akan dikembalikan.

      Postes dilaksanakan di Fakultas Kedokteran sesuai

     jadwal pengelola Field Lab 

     

     NILAI AKHIR MAHASISWA :

    1 pretes + 3 pelaksanaan + 1 postes

    5

  • 8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2

    36/40

      36

    BAB V. Prosedur Kerja

    1.  Mendemonstrasikan form-form pelaporan yang ada di

     puskesmas.

    2.  Mendemonstrasikan pencatatan laporan kasus DBD dalam

     buku catatan harian penderita DBD.

    3. 

    Mendemonstrasikan persiapan alat yang akan dipakaidalam PE (tensimeter anak, senter, form PE dan abate).

    4.  Menjelaskan koordinasi yang dilakukan petugas Puskesmas

    dengan Lurah/Kades/RT/RW setempat untuk pelaksanaan

    PE

    5.  Mendemonstrasikan kunjungan ke rumah

    tersangka/penderita DBD untuk mencari kasus tambahan

    DBD dengan menanyakan ada tidaknya penderita panas 1

    minggu sebelum nya dengan sebab yang tidak jelas dan

    kemudian melakukan uji Rumple Leed  

    6.  Melakukan pemeriksaan jentik di tandon air dalam atau

    luar rumah (sampai dengan radius 100 meter dari rumah

     penderita).

    7.  Memberi larvasida atau memberitahukan perlunya PSN jika

    menemukan jentik

    8.  Mencatat hasil pemeriksaan di form PE

  • 8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2

    37/40

      37

    9.  Melakukan analisis data

    9.1. Adanya transmisi penyakit: dilihat dari adanya penderita

     panas > 3 orang dan adanya jentik di sekitar rumah.

    Seluruh kontainer yang berisi air di dalam dan di luar

    rumah diperiksa

    9.2. Menghitung House index

    HI = kepadatan jentik X 100%Rumah yang diperiksa

  • 8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2

    38/40

      38

    BAB VI. Checklist  penilaian

     NO HAL 0 1 2

    1. Persiapan

    Membuat format rencana kerja sesuai panduan

    2. Sikap Perilaku

    Menunjukkan kedisplinan (datang tepat waktu)

    Menunjukkan penampilan rapi dan sikap sopan terhadap staf

     puskesmas dan atau masyarakat yang dilayani (bila ada)

    3. Prosedur Pelaksanaan PE

    Menjelaskan persiapan yang harus dilakukan

    Menanyakan ada tidaknya penderita panas 1 minggu sebelum nya

    dengan sebab yang tidak jelas

    Melakukan uji Rumple Leed  jika ada tersangka DBD

    Melakukan pemeriksaan jentik di tandon air dalam atau luar rumah

    (sampai dengan radius 100 meter dari rumah penderita)

    Menjelaskan tindakan yang harus dilakukan (pemberian larvasida dan

    PSN) jika menemukan jentik

    Mencatat hasil pemeriksaan di form

    Dapat menentukan ada tidaknya KLB dari hasil PE

    Dapat mengisi formulir PU-DBD dan W2

    Dapat menentukan tindakan penanggulangan KLB DBD

    3. Laporan

    Isi laporan sesuai tujuan pembelajaran

    Membuat format laporan sesuai dengan buku panduan

  • 8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2

    39/40

      39

    JUMLAH

    Keterangan

    0 : tidak melakukan

    1 : melakukan, tidak sempurna

    2 : melakukan dengan sempurna

     NILAI : -------------------- X 100 %

    28

  • 8/18/2019 Semester 3 2011 Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue 2

    40/40

    Referensi

    Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008a. Perkembangan

    Kejadian DBD Indonesia, 2004-2007.

    http://www.penyakitmenular.info/detil.asp?m=5&s=5&i=217

    (diakses pada April 2008)

    Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008b. Tata Laksana

    Demam Berdarah Dengue .

    http://www.depkes.go.id/downloads/Tata%20Laksana%20DBD.pd

    f (diakses pada April 2008)

    Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2006. Prosedur Tetap

    Penanggulangan KLB dan Bencana Provinsi Jawa Tengah.

    World Health Organization. 2008. Dengue and Dengue

    Hemmoragic Fever.

    http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs117/en/ (diakses pada

    April 2008)