SEJARAH & SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA PADA TAHUN 1966 - 1998 (Sebuah Kajian Terhadap Sistem KetataNegaraan Orde Baru) Makalah Disusun dan Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Tata Negara Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Semester IV Oleh Kelompok 5 Amalah Nur Amanah K6413002 Dias Dianira K6413021 Dwi Meillani K6413023 Emiliana Saras Oktafiani K6413024 Hanry Pratama Putra K6413033 Nur Indah D.S K6413047 Priyanto Hernowo K6413051 Safatia Eka Pertiwi K6413065 Umma Izzatul Fikriyah K6413075 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
38
Embed
sejarah ketatanegaraan Indonesia pada masa Orde Baru
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
SEJARAH & SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA PADA TAHUN
1966 - 1998
(Sebuah Kajian Terhadap Sistem KetataNegaraan Orde Baru)
Makalah
Disusun dan Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Tata Negara
Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Semester IV
Oleh
Kelompok 5
Amalah Nur Amanah K6413002
Dias Dianira K6413021
Dwi Meillani K6413023
Emiliana Saras Oktafiani K6413024
Hanry Pratama Putra K6413033
Nur Indah D.S K6413047
Priyanto Hernowo K6413051
Safatia Eka Pertiwi K6413065
Umma Izzatul Fikriyah K6413075
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
SEJARAH & SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA PADA TAHUN
1966 - 1998
(Sebuah Kajian Terhadap Sistem KetataNegaraan Orde Baru)
Makalah
Disusun dan Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Tata Negara
Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Semester IV
Oleh
Kelompok 5
Amalah Nur Amanah K6413002
Dias Dianira K6413021
Dwi Meillani K6413023
Emiliana Saras Oktafiani K6413024
Hanry Pratama Putra K6413033
Nur Indah D.S K6413047
Priyanto Hernowo K6413051
Safatia Eka Pertiwi K6413065
Umma Izzatul Fikriyah K6413075
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
i
Kata Pengantar
Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah, Tuhan Yang Maha
Esa yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya hingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah berjudul “Sejarah & Sistem
Ketatanegaraan Indonesia Pada Tahun 1966 - 1998 (Sebuah Kajian Terhadap
Sistem KetataNegaraan Orde Baru)” disusun dan diajukan guna memenuhi tugas
mata kuliah Hukum Tata Negara Program Studi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan Semester IV Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penyusunan makalah ini kami sadari masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun kami harapkan guna perbaikan
dimasa yang akan datang.
Tidak lupa kami ucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Rima Vien Permata Hartanto, S.H, M.Hum. Selaku dosen pengampu mata
kuliah Hukum Tata Negara Program Studi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan Semester IV Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Yang telah membimbing dan
memberikan dukungan kepada kami baik moral maupun materiil.
2. Ayahanda dan Ibunda kami tercinta. Yang menjadi sumber semangat kami
dan senantiasa memberikan do’a kepada kami.
3. Rekan – rekan kelompok 5 yang telah mencurahkan segenap tenaga dan
pikiran dalam penyusunan makalah ini.
4. Semua pihak terkait yang tidak bisa kami sebut satu persatu.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat terutama bagi dan pembaca
Indonesia adalah sebuah negara yang mengalami beberapa
perubahan dalam struktur ketatangaraannya. Perubahan – perubahan
tersebut masuk dalam kajian hukum tata negara.1 Salah satu periode
ketatanegaraan Indonesia adalah era Orde Baru. Orde Baru adalah sebutan
bagi pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia. Orde Baru
menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era pemerintahan
Presiden Soekarno. Lahirnya Orde Baru diawali dengan dikeluarkannya
Surat Perintah 11 Maret 1966.2 Orde Baru berlangsung selama 32 tahun
yakni mulai dari tahun 1966 hingga 1998. Dengan bertujuan meletakkan
kembali tatanan seluruh kehidupan rakyat, bangsa, dan negara pada
kemurnian pelaksanaan Pancasila dan Undang - Undang Dasar 1945, maka
Orde Baru menjadi tatanan baru di Indonesia sebagai penggarnti sistem
pemerintahan dari orde lama yang dianggap menyimpang pada saat itu.
Yang selanjutnya akan dibahas lebih lanjut dalam makalah ini.
2. Rumusan Masalah
2.1. Bagaimana sejarah singkat lahirnya Orde Baru ?
2.2. Bagaimana sistem perundang – undangan masa Orde Baru?
2.3. Bagaimana struktur ketatanegaraan pada masa Orde Baru ?
2.4. Bagaimana sistem pemeritahan pada masa Orde Baru ?
2.5. Bagaimana peran ABRI pada masa Orde Baru ?
2.6. Bagaimana Pandangan Orde Baru terhadap Pancasila ?
2.7. Bagaimana perkembangan repelita V – repelita VI ?
3. Tujuan Penulisan 1 “Perbedaan HTN dan HAN: Hukum tata negara mengatur bagaimana keadaan organisasi negara dan tugas – tugasnya, sedangkahan Hukum Administrasi Negara mengatur cara negara atau alat dan kelengkapan negara dalam menjalankan tugasnya” Lihat Kansil, C.S.T, 1989, Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta: PN Balai Pustaka, hlm 177; Lihat Asshiddiqie, Jimly. 2009. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Hlm 21 “Dalam Hukum Tata negara, melihat negara dalam keadaan diam (in trust), sedangkan dalam hukum administrasi negara, melihat negara dalam keadaan bergerak (in beweging).2 Mustofa, S.H., Suryandari, Titik Mulyati. 2009. Sejarah: Untuk SMA/MA Kelas XII Program IPA. Jakarta: PT. Grahadi, hlm 2.
1
Makalah ini dimaksudkan untuk menambah wawasan tentang
sejarah dan sistem ketatanegaraan Indonesia selama 32 tahun pada masa
Orde Baru berdasar pandangan Hukum Tata Negara.
2
BAB II
Pembahasan
1. Sejarah Singkat Lahirnya Orde Baru
Orde Baru lahir dari diterbitkannya Surat Perintah Sebelas Maret
(Supersemar) pada tahun 1966, yang kemudian menjadi dasar
legalitasnya.3 Surat Perintah sebelas Maret 1966 atau yang sangat populer
dikenal melalui akronim "Supersemar" adalah surat perintah yang
ditandatangani oleh Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan
Bersenjata/Mandataris MPRS/Pemimpin Besar Revolusi Soekarno pada
tanggal 11 Maret 1966. Isinya adalah perintah Presiden Soekarno kepada
Letnan Jenderal Soeharto selaku Panglima Komando Operasi Keamanan
dan Ketertiban (Pangkopkamtib)4 agar mengambil segala tindakan yang
dianggap perlu untuk memulihkan stabilitas situasi keamanan yang sangat
buruk pada masa itu, terutama setelah meletusnya peristiwa Gerakan 30
September 1965.
Dengan adanya pemberian wewenang melalui Supersemar kepada
kopkamtib ini maka, kopkamtib dapat melaksanakan amanat yang
diemban dengan mengatas namakan presiden, contohnya adalah pada
tanggal 16 Maret 1966 Pangkopkamtib ---atas nama Presiden RI---
mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap sejumlah 15 menteri
yang diduga terlibat G-30 S/PKI. Pada tanggal 27 Maret 1966 dilakukan
perombakan terhadap kabinet Dwikora. Sementara presiden tidak setuju
kabinet itu dirombak. Banyak wajah-wajah baru yang dianggap kurang
dekat dengan Presiden Soekarno. Tapi, tiga hari kemudian, kabinet itu pun
dilantik.5 Perombakan terhadap kabinet Dwikora ini secara jelas
menunjukkan makna melemahnya kekuatan presiden saat itu hingga
3 Mustofa, S.H., Suryandari, Titik Mulyati. 2009. Sejarah: Untuk SMA/MA Kelas XII Program IPA. Jakarta: PT. Grahadi, hlm 2.4 Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban disingkat Kopkamtib adalah organisasi pusat yang langsung berada di bawah komando Presiden RI pada saat itu, yang dibentuk pada didirikan pada tanggal 10 Oktober 1965.5 Saat-saat Jatuhnya Presiden Soekarno Perjalanan Terakhir Bung Besar.Diakses melalui: http://www.tempo.co.id/ang/min/02/05/utama7.htm, pada 26 Maret 2015 pukul 19:02 WIB.
kabinet yang tidak disetuji presiden-pun dapat dilantik. Kekuatan presiden
makin melemah dengan puncaknya pada Sidang Istimewa MPRS 1967.
Yakni diawali dalam Sidang Umum ke-IV MPRS setelah peristiwa
Gerakan 30 September yang mengakibatkan Presiden Soekarno
kehilangan kepercayaan dan dianggap tidak mampu mengendalikan
keamanan. Setelah pidato pertanggungjawabannya di depan MPRS yang
berjudul Nawaksara, dibacakan. MPRS pada masa itu meminta Sukarno
untuk memperbaiki pidato pertanggungjawabannya di Sidang Umum
MPRS berikutnya, yang direspon Sukarno dengan pidato "Pelengkap
Nawaksara". Namun pertanggungjawaban tersebut kembali ditolak dan
akhirnya diputuskan bahwa pada 7 Maret 1967 akan dilakukan Sidang
Istimewa MPRS.6 Setelah Sidang Istimewa ini, Soekarno diturunkan dari
jabatan Presiden dan digantikan oleh Soeharto sebagai Pejabat Presiden.
Inilah tonggak berdirinya Orde Baru.
Tetapi naskah Supersemar yang merupakan landasan berdirinya
Orde Baru hingga saat ini yang dipublikasikan dan menyebar di kalangan
masyarakat secara luas melalui buku-buku teks pelajaran sejarah nasional
adalah keluaran versi Markas Besar TNI Angkatan Darat (TNI AD) yang
telah dipublikasikan sejak tahun 1966 dan semakin diperkuat setelah Orde
Baru mulai berkuasa di tahun 1968. Tetapi Sebagian kalangan sejarawan
Indonesia meyakini bahwa ada beberapa versi naskah Supersemar. Bahkan
hingga saat ini, naskah Supersemar yang asli masih misterius dan belum
ditemukan.
2. Sistem Perundang – Undangan Pada Masa Orde Baru
Menurut sistem hukum Indonesia, peraturan perundang-undangan
(hukum tertulis) disusun dalam suatu tingkatan yang disebut hierarki
peraturan perundang-undangan. Pada era Orde Baru, hierarki perundang
berdasarkan Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966. Dengan ketetapan
MPR No. V/MPR/1973, Lampiran II tentang “Tata Urutan Peraturan
Perundang-undangan Republik Indonesia Menurut UUD 1945” dalam
6 Ibid.
4
huruf A, disebutkan tata urutan bentuk-bentuk peraturan perundang-
undangan Republik Indonesia ialah sebagai berikut:7
NOHierarki Peraturan Perundang-undangan
Menurut TAP MPRS No. XX/MPRS/1966
1 Undang-Undang Dasar RI 1945
2 Ketetapan MPRS/MPR
3 Undang-Undang/ Peraturan Pemerintah Pengganti UU
4 Peraturan Pemerintah
5 Keputusan Presiden
6 Peraturan-peraturan Pelaksana lainnya, seperti
a. Peraturan Menteri
b. Instruksi Menteri
3. Struktur Ketatanegaraan Pada Masa Orde Baru
Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 (UUD 1945) sebelum perubahan terdapat enam lembaga
tinggi/tertinggi negara, yaitu MPR sebagai lembaga tertinggi negara, serta
DPR, Presiden, MA, BPK, dan DPA sebagai lembaga tinggi negara.8
7 Huda, Ni’matul & R. Nazriyah. 2011. Teori Pengujian Peraturan Perundang – Undangan. Bandung: Nusa Media. Hlm 68. 8 Kansil, C.S.T. 1989, Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta: PN Balai Pustaka, hlm 195. “Yang dimaksud dengan lembaga – lembaga negara adalah alat perlengkapan negara sebagaimana yang dimaksudkan oleh Undang – undang dasar 1945...”
5
A. Lembaga Tertinggi Negara
Yang dimaksud sebagai lembaga tertinggi negara menurut
UUD 1945 sebelum perubahan adalah MPR. Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) Terdiri atas anggota-anggota
dari dewan perwakilan rakyat, ditambah dengan utusan-utusan
dari daerah-daerah dan golongan-golongan menurut aturan
yang ditetapkan dengan undang-undang.9
a. Kedudukan MPR10
- MPR memegang kedaulatan negara
- Sebagai penjelmaan seluruh rakyat indonesia adalah
pemegang kekuasaan tertinggi dan pelaksana dari
kedaulatan rakyat.
- Sebagai penjelmaan seluruh rakyat indonesia dan
merupakan lembaga tertinggi negara pemegang dan
pelaksana sepenuhnya kedaukatan rakyat.
- MPR sebagai keseluruhan yang mempunyai kedudukan
sebagai lembaga negara tertinggi dengan memegang
kedaulatan negara yang tertinggi dan tidak dapat
mendelegasikan kedaulatannya pada sebagian anggota
ataupun pimpinan.
b. Tugas dan wewenang MPR11
- Kedaulatan adalah ditangan rakyat, dan dilakukan
sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.
- MPR menetapkan UUD dan Garis-garis besar Haluan
Negara.
- Presiden dan wakil presiden dipilih oleh MPR dengan
suara yang terbanyak.
- Majelis memilih dan mengangkat presiden atau
mandataris dan wakil presiden untuk membantu
presiden.9 Undang-undang yang mengatur susunan MPR, dewasa ini adalah UU no. 16 tahun 1969 jo, UU No. 5 tahun 1975, tentang susunan dan kedudukan MPR, DPR Dan DPRD. Ibid.10 Ibid.11 Ibid. Hlm 197.
6
- Untuk mengubah UUD sekurang-kurangnya 2/3 dari
daripada jumlah anggota MPR harus hadir. Putusan
diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3
daripada jumlah anggota yang hadir.
- Majelis memberikan mandat untuk melaksanakan
Garis-garis besar Haluan Negara dan putusan-putusan
majelis lainnnya kepada presiden.
- Majelis dapat menghentikan presiden sebelum habis
masa jabatannya.
- Majelis mempunyai tugas:12
- Menetapkan Undang-undang Dasar
- Menetapkan Garis-garis Besar Haluan Neagara
- Memilih dan mengangkat presiden dan wakil
presiden.
- Majelis mempunyai wewenang:13
- Membuat putusan-putusan yang tidak dapat
dibatalkan oleh keputusan lembaga negara yang
lain, termasuk menetapkan GBHN yang
ditugaskan pelaksanaannya pada presiden atau
mandataris.
- Memberikan penjelasan yang bersifat penafsiran
terhadap putusan-putusan majelis.
- Menyelesaikan pemilihan dan selanjutnya
mengangkat presiden dan wakil presiden.
- Meminta dari dan menilai prertanggung jawaban
presiden tentang GBHN.
- Mencabut mandat dan memberhentikan presiden
dalam masa jabatannya apabila presiden
sungguh-sungguh melanggar haluan negara atau
Undang – undang Dasar.
- Mengubah Undang-undang Dasar.
12 Ibid.13 Ibid.
7
- Menetapkan peraturan tata tertib majelis.
- Menetapkan pimpinan majelis yang dipilih dari
dan oleh anggota.
- Memberikan putusan terhadap anggota yang
melanggar sumpah atau janji anggota.
- Meneliti surat-surat yang berhubungan dengan
kenggotaan majelis.
A. Lembaga – Lembaga Tinggi Negara14
1. Presiden
Presiden memegang kekuasaan pemerintahan negara meliputi:
- Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan
pemerintahan menurut Undang-undang Dasar.
- Presiden ialah penyelengara kekuasaan pemerintahan
negara tertinggi dibawah majelis.
- Dalam melakukan kewajibannya Presiden dibantu oleh
satu orang Wakil Presiden.
- Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatannya
selama masa lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih
kembali.15
- Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara16
- Kedudukan presiden17
Selaku kepala negara dan pemerintahan
- Tugas dan wewenang Presiden
Selaku kepala negara:18
- Presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas
angkatan darat, laut dan udara.14 Lembaga – lembaga tinggi negara ialah kelima lembaga dibawah MPR, yakni Presiden, DPA, DPR, BPK, MA. Ibid. Hal 195.15 UUD 1945 pasal 7 (sebelum amandemen I)16 Yang dimaksudkan dengan menteri - menteri negara, ialah baik menteri yang memimpin sesuatu Departemen Pemerintahan, maupun menteri yang tidak memimpin sesuatu Departemen Pemerintahan. Ketentuan yang terakhir demikian itu timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggara negara, meskipun tidak tertulis. Ibid. Hal 19817 Ibid.18 Ibid.
8
- Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat menyatakan perang, membuat perdamaian,
dan perjanjian dengan negara lain.
- Presiden menyatakan keadaan bahaya. Syarat-syarat
dan akibatnya keadaan bahaya ditetapkan dengan
undang-undang.
- Presiden mengangkat duta dan konsul.
- Presiden menerima duta negara lain.
- Presiden memberi grasi, amnesti, abolisi dan
rehabilitasi (pasal 14 UUD 1945).
- Presiden memberi gelar, tanda jasa dan lain-lain
tanda kehormatan.
Selaku kepala pemerintahan:19
- Presiden memegang kekuasaan membentuk undang-
undang dengan persetujuan DPR.
- Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk
menjalankan undang-undang sebagaimana
mestinya.
- Presiden ialah kepala kekuasaan eksekutif dalam
negara. Untuk menjalankan undang-undnag. Ia
mempunyai kekuasaan untuk menetapkan peraturan
pemerintah.
- Dalam hal ikhwal kepentingan yang memaksa,
presiden berhak menetapkan peraturan pemerintah
sebagai pengganti undang-undang.
2. Dewan Pertimbangan Agung (DPA).
Susunan Dewan Pertimbangan Agung meliputi unsur-unsur
dari kehidupan masyarakat dan terdiri dari : Tokoh-tokoh
politik, Tokoh-tokoh Karya, Tokoh-tokoh Daerah, Tokoh-
19 Ibid.
9
tokoh Nasional.20 Menurut Undang-undang No 4 tahun
1978 tentang perubahan dan penyempurnaan undang-
undang no. 3 tahun 1967 tentang Dewan Pertimbangan
Agung, jumlah anggota DPA ditetapkan sebanyak-
banyaknya 45 orang termasuk pimpinan Dewan
Pertimbangan Agung.
- Tugas dan wewenang Dewan pertimbangan
Agung:21
- Dewan ini berkewajiban memberi jawaban atas
pertanyaan Presiden dan berhak mengajukan
usul kepada pemerintah.
- Dewan Pertimbangan Agung berhak
mengajukan usul dan wajib mengajukan
pertimbangan kepada Presiden.
- Tugas Dewan Pertimbangan Agung:22
- Berkewajiban memberi jawab atas pertanyaan
presiden.
- Berhak mengajukan usul dan berkewajiban
mengajukan pertimbangan kepada Presiden.
3. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Dewan Perwakilan Rakyat selanjutnya disebut dengan
singkatan DPR terdiri dari anggota yaitu golongan politik
dan golongan karya.23
Tugas dan wewenang Dewan Perwakilan Rakyat:24
- Tiap-tiap Undang-undang menghendaki persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat.
20 Undang-Undang yang mengatur sususan Dewan Pertimbangan Agung dewasa ini ialah UU no. 3 tahun 1967 tentang Dewan Pertimbangan agung, jo undang-undang no.4 tahun 1978 tentang perubahan dan penyempurnaan undang-undang no. 3 tahun 1967 tentang Dewan Pertimbangan Agung. Ibid. Hlm 19921 Ibid.22 Ibid. Hlm 20023 Undang - Undang No.16 Tahun 1969 tentang susunan dan kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Ibid. 24 Ibid.
10
- Anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak
memajukan rancangan undang-undang.
- Anggaran pendapatan dan belanja ditetapkan tiap-tiap
tahun dengan undnag-undang, apabila Dewan
Perwakilan Rakyat tidak menyetujui anggaran yang
diusulkan pemerintah, maka pemerintah menjalankan
anggaran tahun yang lalu.
- Untuk memeriksa tanggung jawab tentang keuangan
negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan,
yang peraturanya ditetapkan dengan undang-undang.
Hasil pemeriksaan itu diberikan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat.
4. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
Untuk memeriksa tanggungjawab tentang keuangan negara
diadakan suatu badan pemeriksa keuangan, yang
peraturannya ditetapkan dengan undang-undang. hasil
pemeriksaan itu diberitahukan kepada DPR. Badan
pemeriksa keuangan berbentuk dewan yang terdiri atas
seorang ketua merangkap anggota dan lima orang
anggota.25
Tugas dan wewenang:
- Memeriksa tanggung jawab tentang keuangan Negara.
Hasil pemeriksaan itu diberitahukan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat.
- Badan pemeriksa keuangan memriksa semua
pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
- Badan pemeriksa keuangan bertugas untuk memeriksa
tanggung jawab pemerintah tentang keuangan negara
- Badan pemeriksa keuangan bertugas untuk memeriksa
semua pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja
negara.
25 Ibid. Hlm 201
11
- Pelaksanaan pemeriksaan dilakukan berdasarkan
ketentuan-ketentuan undang-undang.
- Hasil pemeriksaan badan pemeriksa keuangan
diberitahukan kepada dewan perwakilan rakyat.
5. Mahkamah Agung (MA)
Mahkamah Agung adalah badan yang melaksanakan
kekuasaan Kehakiman yang dalam pelakasanaan tugasnya,
terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan pengaruh-
pengaruh lainnya. Susunan dan kekuasaan badan-badan
kehakiman diatur dalam undang-undang.26
Tugas dan wewenang Mahkamah Agung
- Mahkamah agung melakukan pengawasan tertinggi
atas perbuatan pengadilan lain menurut ketentun
yang ditetapkan dengan undnag-undang.
- Mahkamah agung dapat memberikan pertimbangan-
pertimbangan dalam bidang hukum, baik diminta
maupun tidak, kepada lembaga-lembag tinggi
negara.
- Mahkamah agung mempunyai wewenang menguji
secara materiil hanya terhadap peraturan-peraturan
perundangan dibawah undang-undang.
4. Sistem Pemerintahan Pada Masa Orde Baru
Sistem pemerintahan dimasa Orde baru berdasarkan UUD 1945
sebelum amandemen adalah sistem pemerintahan quasi-presidentil (semi-
presidensial) karena sistem yang diterapkan ciri presidentil nya lebih
menonjol dengan mengandung ciri parlementer, yakni dengan adanya
MPR yang berstatus sebagai lembaga tertinggi negara, tempat kemana
presiden harus tunduk dan bertanggung jawab.27 dalam hal ini presiden
adalah penyelenggara pemerintahan negara yang tertinggi di bawah
26 Ibid. 27 Lihat Asshiddiqie, Jimly. 2009. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Hlm 324.
12
MPR.28 presiden adalah mandataris majelis, presiden wajib menjalankan
putusan – putusan majelis.29 Dengan pemerintah berdasarkan pada sisem
konstitusional, maka kekuasaan pemerintah tidak tak terbatas artinya tidak
absolute.30 Konstitusi yang berlaku pada Orde Baru adalah konstitusi yang
tetap berdasar pada dekrit presiden 5 Juli 1959 yang memberlakukan
kembali konstitusi yang disahkan PPKI tanggal 18 Agustus 1945 yang
disebut Undang – Undang Dasar 1945.31 Konstitusi berdasar dektrit
presiden 5 Juli 1959 ini berlangsung hingga 19 Oktober 1999 yakni setelah
tumbangnya Orde baru dan mulai dilakukan perubahan pada konstitusi
yang disebut Amandemen UUD 1945.32
Pada masa ini, lembaga kepresidenan tidak hanya diatur dalam
pasal – pasal konstitusi, namun juga diatur dalam penjelasan konstitusi
yakni melalui ketetapan MPR/MPRS.33 Antara lain adalah:
1. Ketetapan MPRS Nomor X/MPRS/1966 tentang Kedudukan
Semua Lembaga – Lembaga Negara Tingkat Pusat dan Daerah
pada Posisi dan Fungsi yang diatur dalam Undang – Undang
Dasar 1945.
2. Ketetapan MPRS No. XV/ MPRS/ 1966 tentang Pemilihan/
Penunjukan Wakil Presiden dan Tata Cara Pengangkatan
Pejabat Presiden.
3. Ketetapan MPR No II. MPR/1973 tentang Tata Cara Pemilihan
Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia.
4. Ketetapan MPR Nomor VI/MPR/ 1973 tentang Kedudukan dan
Hubungan Tata-Kerja Lembaga Tertinggi Negara dan Hubungan
Tata – Kerja Lembaga Tertinggi.
28 Kansil, C.S.T. OP.cit. Hlm 185. 29 Ibid. Hlm 189.30 Ibid. Hlm 188.31 “Masa Republik keempat adalah periode diberlakukannya kembali konstitusi yang disahkan PPKI pada 18 Agustus 1945 dengan sebutan UUD 1945” lihat, Maksudi, Beddy Iriawan. 2012. Sistem Politik Indonesia. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Hlm 23932 Ibid. Hlm 24233 Ibid. Hlm 240
13
5. Ketetapan MPR Nomor VII/MPR/1973 tentang Keadaan
Presiden dan/atau Wakil Presiden Republik Indonesia
Berhalangan.
6. Ketetapan MPR Nomor III/MPR/1978 tentang Kedudukan dan
Hubungan Tata-Kerja Lembaga Tertinggi Negara dengan/atau
antar Lembaga – Lembaga Tinggi Negara.
7. Ketetapan MPR Nomor XIIII/MPR/1998 tentang Pembatasan
Masa Jabatan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia.
Selain itu, presiden sebagai mandataris MPR juga
diberikewenangan dan kekuasaan penuh untuk melakukan tindakan apa
pun guna menyelenggarakan pemerintahan,34 antara lain dengan:
1. Ketetapan MPR No. X/MPR/1973 tentang Pelimpahan Tugas
dan Kewenangan Kepada Presiden/Mandataris Majelis
Permusyawaratan Rakyat untuk Melaksanakan Pembangunan.
2. Ketetapan MPR No VIII/MPR/1978 tentang Pelimpahan Tugas
dan Kewenangan Kepada Presiden/Mandataris Majelis
Permusyawaratan Rakyat dalam Rangka Pensuksesan dan
Pengamanan Pembangunan Nasional.
3. Ketetapan MPR No VII/MPR/1983 tentang Pelimpahan Tugas
dan Kewenangan Kepada Presiden/Mandataris Majelis
Permusyawaratan Rakyat dalam Rangka Pensuksesan dan
Pengamanan Pembangunan Nasional.
4. Ketetapan MPR No VI/MPR/1988 tentang Pelimpahan Tugas
dan Kewenangan Kepada Presiden/Mandataris Majelis
Permusyawaratan Rakyat dalam Rangka Pensuksesan dan
Pengamanan Pembangunan Nasional.
5. Ketetapan MPR No V/MPR/1998 tentang Pemberian Tugas
dan Wewenang Khusus kepada Presiden/ Mandataris Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia dalam Rangka
34 Ibid. Hlm 241.
14
Penyuksesan dan Pengamanan Pembangunan Nasional sebagai
Pengamalan Pancasila.
Dengan landasan hukum tersebut lembaga kepresidenan, terutama
Presiden, menjadi lembaga tinggi yang “Super Power”dibanding lembaga
tinggi lainnya.35
Pada masa Orde Baru, Presiden Soeharto dapat berkuasa selama 32
tahun karena dapat dipilih kembali lebih dari dua periode karena
mendasarkan kepada UUD 1945 Pasal 7 (sebelum amandemen) yang
berbunyi “Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatannya selama
masa lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali”.
5. Dwi Fungsi ABRI.
ABRI merupakan singkatan dari Agkatan Bersenjata Republik
Indonesia. Pada seminar Hankam yang dipimpin oleh Kepala Staf Hankam
Mayor Jendral,M.M Rachmat Kartakusuma yang berlangsung pada 12-21
November 1966, menghasilkan dokumen penting, yaitu Doktrin
Pertahanan dan Keamanan Nasional dan Doktrin perdjuangan ABRI Tjatur
Dharma Eka Karma. Yang mana isi Doktrin ini meliputi landasan aidiil,
asas-asas, dan pedoman pelaksanaan. Dalam landasan aidiil disebutkan
bahwa Pancasila galian Bung Karno menjiwai Revolusi Indonesia yang
melahirkan kekuasaan pertahanan kemanan Nasional pada era Revolusi
yang berkembang menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Kepolisan
Negara kemudian menjadi ABRI.36
Awalnya ABRI merupakan alat Negara dibidang Hankam dan
kekuatan sosial Revolusi Indonesia dengan Pancasila sebagai doktrinnya.
Hakikat ABRI merupakan salah satu kekuatan sosial Revolusi Indonesia
sekaligus menjadi Angkatan Bersenjata Revolusi, yang memiliki fungsi
sosial yang melaksanakan tugas serta fungsi kekaryaan di bidang politik,
sosial, ekonomi, ilmu, dan teknologi, serta wawasan Nusantara untuk
35 Ibid.36 Adi, Sudirman. 2014. Sejarah lengkap Indonesia. Yogyakarta: DIVA press. Hlm 417
15
mencapai tujuan Nasionalisnya. Bagian asas-asas, berisikan dua bagian
utama yang menjelaskan makna Pertahanan Keamanan Nasional tugas
serta fungsi ABRI dalam menghadapi hakikat ancaman, sengketa, dan
stateginya. Dijelaskan tentang Doktrin Kekaryaan, yaitu doktrin
perjuangan ABRI, sebagai golongan karya (GOLKAR), penegak
demokrasi yang berjiwa Orde Baru yang secara konstitusional tercantum
di dalam UUD 1945, dilaksanakan melalui kekaryaan yaitu semua
kegiatan dilakukan di luar bidang Hankam.37
Tahun 1975, lahir doktrin Kekaryaan, ABRI, sebagai doktrin
pelaksanaan kegiatan-kegiatan kekaryaan ABRI. Dalam doktrin ini
dinyatakan secara tegas istilah Dwifungsi ABRI.38 Istilah Dwifungsi ABRI
baru dikenal pada masa Orde Baru, tetapi peran militer dalam politik telah
diciptakan oleh Presiden Soekarno. Melalui konsepsi presiden pada
Februari 1957, angkatan perang pada saat itu diposisikan sebagai salah
satu golongan fungsional, bersama dengan golongan fungsional lainnya,
bertujuan membangun kekuatan partai-partai politik. Sejak itu, ABRI
mulai terlibat dalam aktivitas politik praktis. Pada hakikatnya partai-partai
politik belum rela menerima kehadiran ABRI sebagai kekuatan politik
baru. Namun, akhirnya pada tanggal 22 November 1969 partai-partai
politik menyetujui 20% anggota badan Legislatif yang diangkat dari
ABRI.39
Pada awal 1970 jumlah jabatan Menteri/pimpinan lembaga
tertinggi berjumlah 50 %, dan duta eselon 150 %, jabatan gubernur 70 %,
bupati 50 % dan duta besar 45 %. Pada tahun 1977, jabatan sipil yang di
duduki oleh ABRI mencapai 53,5 %. Persetujuan partai-partai politik ini
sebagai pembuka kunci pelaksanaan fungsi kedua ABRI dalam politik
37 Ibid.38 Poesponegoro, Marwati Djoned & Nugroho Notosusanto. 2008. Sejarah Nasional Indonesia VI. Jakarta: Balai Pustaka. Hlm 599.39 Dwifungsi. Diakses melalui: http://id.wikipedia.org/wiki/Dwifungsi. Pada 26 Maret pukul 19:36 WIB