Bab IPendahuluan1.1 Latar BelakangBanyak faktor yang
mempengaruhi derajat kesehatan, baik kesehatan individu maupun
kesehatan masyarakat. Menurut Hendrik L. Blum, derajat kesehatan
seseorang ataupun masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu
perilaku 30%, lingkungan 45%, pelayanan kesehatan 20% dan keturunan
5%.1 Status kesehatan akan tercapai secara optimal bila keempat
faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal
pula. Keempat faktor tersebut saling terkait dengan beberapa faktor
lain yaitu sumber daya alam, keseimbangan ekologi, kesehatan
mental, sistem budaya, dan populasi sebagai satu kesatuan.
Lingkungan mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap derajat
kesehatan masyarakat. Faktor lingkungan meliputi lingkungan fisik,
lingkungan biologik, dan lingkungan sosio kultural.2 Hal ini
mendorong pemerintah untuk mencanangkan program kesehatan wajib
seperti program upaya kesehatan lingkungan yang salah satunya
melalui cakupan pengawasan sarana air bersih.3Transisi lingkungan
dapat dilihat dengan adanya masalah yang berkaitan erat dengan
traditional hazard akibat belum terpenuhinya sanitasi dasar seperti
air bersih, jamban keluarga, pemukiman sehat, vektor penyakit,
dll.4,5 Disamping itu, mulai muncul modern hazard yang berupa
pencemaran air, udara, dan tanah sebagai akibat industrialisasi
serta penerapan teknologi pembangunan.4,5 Beban ganda (traditional
dan modern hazard) ini makin diperburuk dengan adanya berbagai
krisis yang sampai saat ini belum dapat diatasi.3 Sementara itu,
Indonesia juga sedang mengalami transformasi kesehatan yang
ditandai dengan peningkatan penyakit berbasis lingkungan, yakni
penyakit yang berkaitan dengan lingkungan fisik, penyakit-penyakit
ini cenderung meningkat bila tidak diambil langkah-langkah
antisipatif. (Departemen kesehatan RI,2002).Angka kejadian
penyakit-penyakit berbasis lingkungan (Depkes 2010) antara lain
Typhoid sebesar 1,6 % dan Diare sebesar 9,0% dari total jumlah
penduduk.6 Sedangkan di Wilayah Kerja Puskesmas Pedes, kejadian
Diare sebesar 4,39 %, Gangguan kulit 18,74 %, dan ISPA 30,52 % pada
tahun 2013. Angka kejadian tiphoid pada puskesmas Pedes tidak
tercatat. Tingginya kejadian penyakit berbasis lingkungan,
mengindikasikan masih rendahnya cakupan dan kualitas intervensi
kesehatan lingkungan, dimana salah satunya adalah kebutuhan akan
air bersih. Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok
sehari-hari, yang digunakan sebagai air minum atau keperluan rumah
tangga dan memenuhi syarat kesehatan. Mengingat bahwa air dapat
menjadi sumber penularan berbagai penyakit, maka tujuan utama
penyediaan air minum/bersih bagi masyarakat adalah mencegah
penularan penyakit melalui air. Sarana Air Bersih (SAB) dikelola
oleh dua departemen utama, yaitu Departemen Pekerjaan Umum dan
Departemen Kesehatan.7 Konstruksi dan teknis SAB menjadi tanggung
jawab Departemen Pekerjaan Umum, sedangkan Departemen Kesehatan
meningkatkan kualitas manusia pemanfaat Sarana Air Bersih.Data dari
Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2010 menunjukkan penggunaan
sumber air untuk memenuhi keperluan rumah tangga, yaitu : air
ledeng/PAM (19,5%), air ledeng eceran (1,3%), sumur bor/pompa
(22,2%), sumur gali terlindung (27,9%), sumur gali tak terlindung
(10,2%), mata air terlindung (8,4%), mata air tak terlindung
(3,7%), penampungan air hujan (1,6%), air sungai/danau/irigasi
(4,9%), dan lainnya (0,4%). Dikatakan sarana air bersih apabila
sumber airnya berasal dari air ledeng/PAM, air ledeng eceran, sumur
bor/pompa, sumur gali terlindung, dan mata air terlindung. Dari
data tersebut daerah perkotaan memiliki cakupan Sumber air bersih
sebesar 90,1%, sedangkan dipedesaan sebesar 67,6 %.6Sedangkan UPTD
Puskesmas Pedes tahun 2013, cakupan penggunaan sarana air bersih
yang ada adalah sumur gali sebesar 23,43 %, pompa listrik sebesar
41,24 %, PDAM 5,81%, dan sumur pompa tangan 29,50 %. Dari hasil
tersebut, cakupan penggunaan sarana air bersih oleh masyarakat di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Pedes sebesar 68,97 % dan cakupan
pengawasan sarana air bersih oleh petugas sanitasi UPTD Puskesmas
Pedes sebesar 47,64 %. Hasil tersebut belum sesuai dengan target
yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang sebesar 80
% untuk penggunaan air bersih dan 80% untuk pengawasan sarana air
bersih, sehingga diperlukan evaluasi mengetahui masalah yang
terdapat di dalam unsur sistem pada program pengawasan sarana air
bersih di UPTD Puskesmas Pedes, periode Januari sampai dengan
Desember 2013.
1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang telah
diuraikan di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
Masih tingginya angka kejadian penyakit berbasis lingkungan di
Indonesia, Diare sebesar 9,0 % Masih rendahnya penggunaan sarana
air bersih untuk kebutuhan sehari-hari oleh masyarakat, terutama di
pedesaan sebesar 67,6 %. Masih tingginya angka kejadian penyakit
berbasis lingkungan seperti gangguan kulit 18,74%, diare sebesar
4,39 %, dan ISPA sebesar 30,52% di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Pedes tahun 2013. Masih rendahnya penggunaan sarana air bersih di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Pedes, 68,97% selama tahun 2013. Masih
kurangnya pengawasan sarana air bersih di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Pedes, 47,64 % selama tahun 2013. Belum tercapainya
target penggunaan sarana air bersih (80%) dan pengawasan sarana air
bersih (80%) di UPTD Puskesmas Pedes, kecamatan Pedes, kabupaten
Karawang periode Januari sampai dengan Desember 2013.
1.3 Tujuan1.3.1 Tujuan umumMengetahui masalah yang terdapat di
dalam unsur-unsur sistem pada program pengawasan sarana air bersih
secara menyeluruh agar dapat meningkatkan mutu dan jangkauan
program pengawasan sarana air bersih secara optimal di UPTD
Puskesmas Pedes periode Januari sampai Desember 2013 dengan harapan
dapat menurunkan angka kesakitan dan angka kematian akibat faktor
resiko kurangnya sarana air bersih.
1.3.2 Tujuan khusus1. Diketahuinya cakupan penduduk yang
menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Pedes periode Januari sampai dengan Desember 2013.2.
Diketahuinya cakupan hasil inspeksi program pengawasan sarana air
bersih di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pedes periode Januari sampai
dengan Desember 2013.3. Diketahuinya cakupan pengambilan sampel air
dalam pelaksanaan program pengawasan sarana air bersih di wilayah
kerja UPTD Puskesmas Pedes periode Januari sampai dengan Desember
2013.4. Diketahuinya cakupan sarana air bersih dengan kualitas
bakteriologi yang memenuhi syarat kesehatan di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Pedes periode Januari sampai dengan Desember 2013.5.
Diketahuinya cakupan sarana air bersih dengan tingkat pencemaran
air yang rendah di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pedes periode
Januari sampai dengan Desember 2013.6. Diketahuinya cakupan
pencatatan dan pelaporan mengenai program pengawasan sarana air
bersih di UPTD Puskesmas Pedes, Kabupaten Karawang periode Januari
sampai dengan Desember 2013.
1.4 Manfaat1.4.1 Bagi Evaluatora. Menerapkan ilmu yang telah
diperoleh saat kuliah mengenai evaluasi program dengan pendekatan
sistem.b. Menjadi suatu pengalaman dan pengetahuan tentang evaluasi
program pengawassan sarana air bersih di Puskesmas dalam lingkup
wilayah kerjanya.c. Mengetahui berbagai kendala yang dihadapi dalam
mengambil langkah-langkah yang harus dilakukan dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, antara lain perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.
1.4.2 Bagi Perguruan Tinggia. Mengamalkan Tri Darma Perguruan
Tinggib. Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran
sertanya di bidang kesehatan.c. Mewujudkan Universitas Kristen
Krida Wacana ( UKRIDA ) sebagai universitas yang menghasilkan
dokter yang berkualitas.1.4.3 Bagi Puskesmas yang DievaluasiDengan
adanya masukan berupa hasil evaluasi dan saran sederhana yang
diusulkan, diharapkan dapat menjadi umpan balik positif bagi UPTD
Puskesmas Pedes, Karawang dalam meningkatkan efisiensi dan
efektivitas program Pengawasan sarana air bersih, sehingga mutu
dari pada pelayanan Puskesmas ini menjadi lebih baik dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
1.4.4 Bagi Masyarakat Masyarakat mendapatkan air bersih yang
layak untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dengan tercapainya
program diharapkan angka kejadian penyakit berbasis lingkungan
menurun, sehingga diharapkan terjadi peningkatan taraf kesehatan
masyarakat di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pedes.
1.5 SasaranSeluruh sarana air bersih di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Pedes periode Januari 2013 sampai dengan Desember
2013.
Bab IIMateri dan Metode2.1 MateriMateri yang dievaluasi terdiri
dari hasil laporan kegiatan bulanan Puskesmas mengenai program
Pengawasan Air Bersih di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pedes,
Kabupaten Karawang periode Januari sampai dengan Desember 2013 yang
terdiri dari : 1. Pendataan jumlah sarana air bersih yang ada.2.
Pendataan jumlah penduduk yang menggunakan sarana air bersih.3.
Hasil inspeksi sarana air bersih keluarga yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Pedes.4. Cakupan pengambilan sampel air dalam pelaksanaan
program pengawasan sarana air bersih.5. Pemeriksaan kualitas
bakteriologis pada sampel air bersih yang memenuhi syarat
kesehatan.6. Pemeriksaan sarana air bersih yang mempunyai tingkat
risiko pencemaran yang rendah.7. Pencatatan dan Pelaporan
2.2 MetodeEvaluasi program ini dilakukan dengan cara pengumpulan
data yang dikumpulkan untuk dievaluasi kemudian diolah, dianalisis
dengan pendekatan sistem dan diinterpretasikan sehingga ditemukan
permasalahannya. Dari permasalahan yang ditemukan tersebut kemudian
diberi masukan dan saran agar permasalahan pada program pengawasan
sarana air bersih di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pedes, Kabupaten
Karawang periode Januari sampai dengan Desember 2013 dapat
terselesaikan, sehingga diharapkan dalam pelaksanaan program
pengawasan sarana air bersih kelak dapat dicapai hasil sesuai
target yang diharapkan.
Bab IIIKerangka Teoritis3.1. Kerangka
TeoritisLingkunganMasukanProsesKeluaranUmpan balikDampak1
23546
Gambar 3. 1. Pendekatan SistemPendekatan sistem adalah prinsip
pokok atau cara kerja yang diterapkan pada waktu menyelenggarakan
pekerjaan administrasi. Sistem terbentuk dari elemen yang saling
berhubungan dan mempengaruhi. Elemen tersebut, yaitu:1. Masukan
(input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam
sistem dan dibutuhkan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut,
terdiri dari tenaga (man), dana (money), sarana (material), metode
(method), mesin atau alat yang digunakan (machine), jangka alokasi
waktu (minute), lokasi masyarakat (market), dan informasi
(information).2. Proses (process) adalah kumpulan bagian atau
elemen yang ada di dalam sistem dan berfungsi untuk mengubah
masukan menjadi keluaran yang direncanakan. Terdiri dari unsur
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan
(actuating), dan pemantauan (controlling).3. Keluaran (output)
adalah elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam
sistem.4. Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang
tidak dikelola sistem tapi mempunyai pengaruh besar terhadap
sistem.5. Umpan balik (feedback) adalah elemen yang merupakan
keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem
tersebut, berupa pencatatan dan pelaporan yang lengkap, monitoring,
dan rapat bulanan.6. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan
oleh keluaran suatu sistem.
3.2. Variabel dan tolok UkurMerupakan nilai acuan / standart
yang telah ditetapkan yang digunakan sebagai target yang harus
dicapai pada tiap-tiap variabel sistem yang meliputi masukan,
proses, keluaran, lingkungan, dan umpan balik pada Program
Pengawasan Sarana Air Bersih Air bersih merupakan salah satu
kebutuhan pokok makhluk hidup sehari- hari. Air yang digunakan
untuk kebutuhan manusia sebagai air minum atau keperluan rumah
tangga lainnya harus memenuhi syarat kesehatan, antara lain bebas
dari kuman penyakit dan tidak mengandung bahan beracun. Air minum
memnuhi syarat kesehatan sangat penting dalam mempertinggi derajat
kesehatan masyarakat.Jenis- jenis sarana air bersih meliputi Sumur
Gali (SGL), Sumur Pompa Tangan (SPT), Sumur Pompa Tangan Dalam
(SPT- DL), Penampungan Air Hujan (PAH), Perlindungan Mata Air
(PMA), Pompa Listrik, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
Bab IVPenyajian Data1. Sumber DataData yang digunakan merupakan
data sekunder yang berasal dari : Laporan bulanan dan tahunan
Program Penyehatan Sarana Air Bersih Puskesmas Pedes periode
Januari - Desember 2013. Laporan tahunan Pembangunan kesehatan
Puskesmas Pedes tahun 2013. Profil kesehatan Puskesmas Pedes tahun
2013.
1. Data Umum4.2.1 Data Wilayah Geografi1) Lokasi Puskesmas
Secara geografis Kabupaten Karawang terletak antara 107002 107040
BT dan 5056 6034 LS, termasuk daerah dataran yang relatif rendah,
mempunyai variasi kemiringan wilayah antara 0 5 meter diatas
permukaan laut dengan kemiringan wilayah 0 2 %, 22 15 % dan diatas
40 % dengan suhu rata-rata 27 0C. Puskesmas Pedes terletak di
sebelah utara Kabupaten Karawang, dimana Puskesmas Pedes termasuk
salah satu kecamatan dari 30 kecamatan yang ada di Kabupaten
Karawang. Puskesmas Pedes terletak di Jalan Raya Pedes, Desa
Payungsari, Kecamatan Pedes, Kabupaten Karawang Utara, Jawa Barat.
Batas wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pedes adalah sebagai
berikut:Sebelah Utara: Berbatasan dengan wilayah kerja PKM Sungai
BuntuSebelah Selatan : Berbatasan dengan wilayah kerja PKM
KutamuktiSebelah Barat : Berbatasan dengan wilayah kerja PKM
CibuayaSebelah Timur : Berbatasan dengan wilayah kerja PKM
Cilebar
Gambar 2.1.1. Keadaan Geografis dan Luas Wilayah Kerja
2) Luas wilayah kerjaLuas wilayah kerja Puskesmas Pedes 5.115
Ha.3) Wilayah AdministrasiSecara Administrasi wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Pedes terdiri dari 8 desa yaitu:i. Desa
Payungsari: 7 posyanduii. Desa Labanjaya : 5 posyanduiii. Desa
Rangdumulya : 4 posyanduiv. Desa Karangjaya : 6 posyanduv. Desa
Malangsari: 5 posyanduvi. Desa Kertamulya : 8 posyanduvii. Desa
Kertaraharja : 7 posyanduviii. Desa Jatimulya : 7 posyandu
4.2.2 Data Demografis: (Lampiran III)1. Jumlah penduduk secara
keseluruhan di wilayah kerja Puskesmas Pedes pada periode Januari
2013 sampai dengan Desember 2013 adalah 60.240 jiwa, dengan
distribusi:1. Jumlah penduduk laki-laki: 31.051 jiwa 1. Jumlah
penduduk perempuan: 29.189 jiwa
Piramida Penduduk Kecamatan Pedes Tahun 20131. Mata Pencaharian
terbanyak adalah sebagai petani yaitu sebesar 55%.
1. Mayoritas penduduk dengan pendidikan SD 78 %.
1. Tingkat kepercayaan/agama terbanyak adalah islam 99,9
%.Sumber data : Data Demografi Puskesmas Pedes 2013
4.2.3 Data Fasilitas KesehatanJenis Fasilitas Kesehatan yang
berada di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pedes antara lain: 1
Puskesmas, 1 Puskesmas Pembantu, 8 Puskesmas Keliling, 38 Posyandu,
1 Pos UKK, 2 Posbindu, dan 1 Poned.4.3 Data KhususData di UPTD
Puskesmas Pedes pada pelaksanaan program pengawasan sarana air
bersih sebagai berikut :
4.3.1 MasukanA. Tenaga (Man) Petugas Kesehatan Lingkungan
(Sanitarian): 1 Orang merangkap sebagai koordinator program dan
pelaksana program.
B. Dana (Money)Sumber pembiayaan kesehatan di UPTD Puskesmas
Pedes bersumber dari :1. BOK:belum cukup2. APBD2 Kabupaten:belum
cukup
C. Sarana (Material) Medis Sanitarian kit: Tidak ada Non medis
Infocus: Ada. 1 buah Layar: Ada Leaflet: Ada Lembar balik: Ada
Poster: Ada Checklist pemeriksaan SAB: Tidak ada Formulir
pengiriman sampel: Tidak ada (baru tersedia 2014) Botol steril,
tas/kotak pengepakan botol: Ada Alat tulis: cukup Buku pedoman
Kesling: Ada Sarana transportasi: cukup
D. Metode (Method) Pendataan jumlah dan sarana air bersihData
diambil dari data dasar pengawasan sarana air bersih di wilayah
kerja UPTD Puskesmas Pedes tahun 2013, diperoleh : Jumlah sarana
air = 8.313 buah yang terdiri dari SGL 1.948 buah, Pompa Listrik
3.429 buah, SPT 2.453 buah, dan PDAM 483. Pemeriksaan/inspeksi
sarana air bersih.Inspeksi dilakukan secara berkala minimal 2 x
setahun, untuk pemeriksaan kualitas air bersih diperiksa secara
fisik, yaitu tidak berwarna, tidak berbau, tidak keruh, tidak
berasa, dan sejuk. Pemeriksaan secara lengkap terdapat di lampiran
formulir inspeksi sanitasi air bersih (Lampiran 4). Pengambilan
sampel airPengambilan sampel air dilakukan setelah menentukan titik
pengambilan yang disesuaikan dengan jenis sarana air bersihnya,
untuk sumur gali sampel diambil dengan kedalaman 20 cm di bawah
permukaan air (sebaiknya pagi hari), dan untuk PMA sampel diambil
dengan kedalaman 20 cm di bawah permukaan air dan untuk Pompa
Listrik air diambil dari kran tempat keluarnya air setelah dibuang
selama lebih kurang 5 menit. Untuk pemeriksaan fisik jumlah air
yang diambil sebanyak 2 liter, untuk pemeriksaan kimia jumlah air
yang diambil sebanyak 5 liter, dan untuk pemeriksaan bakteriologis
wadah penampungan harus steril dan bisa disterilkan dengan jumlah
air yang diambil sebanyak 100 ml, kemudian diberi etiket dan
dikirim ke laboratorium. Prosedur pengambilan sampel secara lengkap
terdapat di lampiran SOP pengambilan sampel. Jumlah sarana air
bersih dengan kualitas bakteriologis yang memenuhi syarat
kesehatanDitentukan berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium,
kemudian ditetapkan standar kualitas air bersih terhadap kandungan
bakteriologis sesuai dengan Permenkes 416 tahun 1990. Jumlah sarana
air bersih yang mempunyai risiko pencemaran yang rendah.Tingkat
risiko pencemaran air terbagi menjadi AT (amat tinggi), T (tinggi),
S (sedang), R (rendah). Cara pemeriksaan lengkap terdapat di
lampiran formulir inspeksi sanitasi. Pencatatan dan Pelaporan-
PencatatanPetugas lapangan mencatat kegiatan-kegiatan yang
dikerjakan, dalam format pencatatan pengawasan air bersih (register
dan formulir lain yang diperlukan) seterusnya membuat
penyajian/visualisasi data dalam bentuk peta, grafik atau tabel
yang diperbaharui secara periodik (bulanan, triwulan dan tahunan).-
PelaporanPuskesmas yang melaksanakan kegiatan ini melaporkannya
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai format yang telah ada
dan diberikan secara periodik (bulanan, triwulan dan tahunan).
4.3.2. Proses4.3.2.1 Perencanaan, ada perencanaan tertulis
mengenai:1. Pendataan jumlah sarana air bersihTerdapat pendataan 1
kali setahun tentang jumlah sarana air bersih dan jumlah
pengguna.2. Pemeriksaan sarana air bersihPemeriksaan dilakukan 2
kali setahun terhadap sarana air bersih yang ada oleh petugas
kesehatan lingkungan terlatih pada hari kerja dari jam 08.00 10.00
WIB. Pada sarana air bersih dengan tingkat pencemaran berat
dilakukan pemeriksaan tiap 2 minggu selama 1 tahun, untuk
pencemaran ringan sampai sedang dilakukan pemeriksaan sebulan
sekali selama satu tahun.3. Pengambilan sampel airTerdapat
pengambilan sampel air sesuai dengan jenis sarana air bersih, hal
pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat-alatnya seperti kotak
air/termos/botol steril, tempat penyimpanan botol/kotak/termos,
alat tulis dan formulir pengiriman sampel. Kemudian, menentukan
titik pengambilan sampel.4. Pemeriksaan bakteriologisTerdapat
pemeriksaan bakteriologis terhadap sampel air yang dilakukan di
laboratorium yang telah ditunjuk, kualitas air bersih terhadap
kandungan bakteriologis sesuai dengan Permenkes 416 tahun 1990.
Sedangkan persyaratan kualitas air minum sesuai dengan Permenkes no
492 tahun 2010.5. Pemeriksaan risiko pencemaranTerdapat pemeriksaan
sarana air bersih terhadap kemungkinan adanya pencemaran.6.
Pencatatan dan pelaporan : Pencatatan : akan dilakukan setiap
kegiatan dilaksanakan (pada hari kerja pada pukul 08.00-10.00 WIB).
Pelaporan : akan dilakukan setiap awal bulan.
4.3.2.2 PengorganisasianDibuat struktur organisasi, kepala
puskesmas sebagai penanggung jawab program, melimpahkan kekuasaan
kepada Koordinator program (programmer), kemudian programmer
melakukan koordinasi dengan pelaksana program.
Bagan Struktur OrganisasiKepala PuskesmasBp. H. Warno Sumarno,
SKM, MMKes.
Staff PromkesPenanggung jawab dan Pelaksana Program KeslingAhmad
Deroji
Ketua RT/RW
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Program Kesehatan Lingkungan
(Pengawasan Air Bersih) UPTD Puskesmas Pedes, Kabupaten
Karawang.
4.3.2.3 Pelaksanaan0. Pendataan jumlah sarana air
bersihDilakukan pendataan 1 kali setahun tentang jumlah sarana air
bersih dan jumlah pengguna.0. Pemeriksaan sarana air
bersihDilakukan pemeriksaan 2 kali setahun terhadap sarana air
bersih yang ada oleh petugas kesehatan lingkungan terlatih pada
hari kerja dari jam 08.00 10.00 WIB.0. Pengambilan sampel airTidak
dilakukan pengambilan sampel air.0. Pemeriksaan bakteriologisTidak
dilakukan pemeriksaan bakteriologis.0. Pemeriksaan risiko
pencemaranDilakukan pemeriksaan fisik terhadap adanya risiko
pencemaran sesuai dengan formulir inspeksi sanitasi.0. Pencatatan
dan pelaporan :- Pencatatan: Dilakukan setiap kegiatan dilaksanakan
(pada hari kerja pada pukul 08.00-10.00 WIB).- Pelaporan: Dilakukan
setiap awal bulan.
4.3.2.4 PengawasanAdanya pencatatan yang sistemik secara berkala
tentang kegiatan pengawasan kualitas sarana dan air bersih setiap
satu bulan dan satu tahun. Kemudian dilaporkan ke tingkat Kabupaten
minimal 3 bulan sekali dan jika terjadi kejadian luar biasa yang
timbul akibat penurunan kualitas air.
4.3.3 KeluaranTabel 4.1 Jumlah SAB yang diperiksa dan Jumlah
Pemakai SAB di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pedes Periode Januari
2013 Desember 2013.
0. NOJenis SABYang DiperiksaMemenuhi SyaratJumlah Pemakai
1SGL1.9481.1699.740
2Pompa Listrik3.4292.05717.125
3PDAM4834832.424
4SPT2.4531.50512.259
Total8.3135.21441.548
0. Cakupan air bersihJumlah penduduk dilokasi yangMenggunakan
Air dari sarana air
bersih--------------------------------------------------------- x
100%Jumlah penduduk di lokasi
41.548Cakupan : ---------------------- X 100 % = 68,97
%60.240
Target: 80 % (Berdasarkan Target Dinas Kesehatan Kab.
Karawang)
0. Cakupan hasil inspeksi sarana air bersih (SAB)Jumlah SAB yang
diinspeksi ---------------------------------- x 100% Jumlah SAB
yang ada
1.949Cakupan : ------------------ X 100 % = 23,45 %8.313
Target: 80 % (Berdasarkan Target Dinas Kesehatan Kab.
Karawang)
0. Cakupan pengambilan sampel airJumlah SAB yang diambil
Sampelnya---------------------------------------------- x
100%Jumlah SAB yang ada
Cakupan : tidak dilakukanTarget: 80 %
0. Cakupan jumlah SAB dengan kualitas bakteriologis yang
memenuhi syarat kesehatanJumlah sampel air SAB yang memenuhi syarat
bakteriologis----------------------------------------------------------------
x 100%Jumlah sampel air yang diperiksa dari SAB sejenis
Cakupan : tidak dilakukanTarget kualitas air bersih bebas
bakteri patogen 100 %
0. Cakupan Perlindungan SAB yang mempunyai risiko pencemaran air
yang rendahJumlah SAB yang mempunyai risiko dan pencemaran tinggi
& amat tinggi.-------------------------------------------- x
100%Jumlah SAB sejenis yang diinspeksi
Cakupan : Tidak dilakukanTarget : 95 % (Berdasarkan Target Dinas
Kesehatan Kab. Karawang)
0. Catatan dan pelaporan (kurang lengkap) Laporan yang disajikan
merupakan laporan absolut cakupan air bersih, hasil inspeksi sarana
air bersih dan laporan perlindungan sarana air bersih yang
mempunyai risiko pencemaran air yang rendah. Tidak ada data
mengenai pengambilan sampel air. Tidak ada data mengenai jumlah
sarana air bersih dengan kualitas bakteriologis yang memenuhi
syarat kesehatan.
4.3.4 Lingkungan1. Fisik Lokasi :Semua lokasi sarana air dapat
dijangkau dengan sarana transportasi yang ada (sepeda motor
pribadi) karena terdapat akses jalan yang bisa dilalui sepeda
motor. Iklim :Iklim tidak mempengaruhi pelaksanaan program.
Rata-rata jalan sudah diaspal, sehingga jika musim hujan tidak
becek/licin.
Kondisi Geografis :Kondisi geografi dapat mempengaruhi program
sarana air bersih.Berdasarkan keterangan petugas: pada penggalian/
pengeboran air yang dihasilkan berwarna kecoklatan atau keruh dan
berasa asin, disebabkan karena lokasinya yang dekat dengan
persawahan dan pantai.2. Non fisik Keadaan sosial ekonomi
masyarakat. Sebagian besar penduduk bermata pencaharian petani dan
1/3 dari total jumlah penduduk merupakan masyarakat miskin, hal
tersebut dapat mempengaruhi akses untuk mendapatkan sarana air
bersih yang memadai. Tingkat pendidikan. Karena sebagian besar
penduduk merupakan tamatan SD, pengetahuan tentang kualitas air dan
sarana air bersih masih kurang. Perilaku masyarakat. Sebagian
masyarakat masih menggunakan air sungai dan air saluran irigasi
untuk keperluan mandi, mencuci, tempat buang air besar, dan tempat
pembungan limbah keluarga. Tidak terdapat data penggunaan air
sungai sebagai sumber air minum.
4.3.5 Umpan Balik1. Adanya rapat kerja bulanan bersama Kepala
Puskesmas satu bulan satu kali yang membahas laporan kegiatan
evaluasi program yang telah dilaksanakan. 2. Adanya pencatatan dan
pelaporan yang lengkap sesuai dengan waktu yang ditentukan akan
dapat digunakan sebagai masukan dalam perencanaan program
pengawasan sarana air bersih selanjutnya.
4.3.6 Dampak1. Dampak langsung seperti menurunnya angka penyakit
berbasis lingkungan, seperti, Penyakit kulit dan Diare, belum dapat
dinilai.2. Dampak tidak langsung yaitu masalah penyediaan dan
pengawasan air bersih tidak lagi menjadi permasalahan serta
peningkatan derajat kesehatan masyarakat belum dapat dinilai.
Bab VPembahasan
NOVariabelTolok UkurPencapaianMasalah
1Keluaran : Cakupan Jumlah penduduk yang menggunakan air dari
sarana air bersih Hasil inspeksi sarana air bersih (SAB) Cakupan
pengambilan sampel air Cakupan SAB dengan kualitas bakteriologis
yang memenuhi syarat kesehatan Perlindungan SAB dari risiko
pencemaranTarget total provinsi Jawa barat 80 %
80 %
80 %
100 %
95 %
68,97 %
23,45 %
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
( + )
( + )
( + )
( + )
( + )
2Masukan : Tenaga (Man)
Dana (Money)
Sarana (Material)
Metode (Method)
Tersedianya minimal 2 orang sebagai koordinator dan pelaksana
program pengawasan sarana air bersih yang terampil di
bidangnya.
Tersedianya dana yang cukup berasal dari APBD dan APBN untuk
petugas, sebesar Rp 30.000,00 tiap RW. Formulir inspeksi sanitasi
air bersih Botol steril, tas/kotak pengepakan botol Formulir
pengiriman sampel Formulir hasil pemeriksaan sample Alat tulis,
sarana transportasi
1. Dilakukan pendataan SAB2. Dilakukan pemeriksaan SAB3.
Dilakukan pengambilan sampel air4. Dilakukan pemeriksaan
bakteriologis air5. Dilakukan pemeriksaan risiko pencemaran air
1 orang tenaga yang merangkap sebagai koordinator dan pelaksana
pengawasan sarana air bersih yang terampil di bidangnya.
Tidak ada laporan penggunaan, kurangnya dana operasional
kegiatan.
Medis Sanitarian kit: Tidak ada Non medis Infocus: Ada. 1 buah
Layar: Tidak ada Leaflet: Ada Lembar balik: Ada Poster: Ada
Checklist pemeriksaan SAB: Tidak ada Formulir pengiriman sampel:
Tidak ada Botol steril, tas/kotak pengepakan botol: Ada Alat tulis:
cukup Buku pedoman Kesling: Ada Sarana transportasi: cukup
Pendataan jumlah dan jenis SAB Metode pemeriksaan kualitas air
bersih dilakukan berdasarkan kriteria fisik saja, tidak berbau,
tidak berwarna, tidak keruh, tidak berasa dan sejuk. Tidak
dilakukan pengambilan sampel, pemeriksaan bakteriologis.( + )
( + )
( + )
( - )( + )
( - )( - )( - )
( + )
( + )
( - )
( - )( - )
( - )
( + )
( + )
( + )
3.Proses Pengorganisasian
Dibentuk struktur organisasi, kepala puskesmas sebagai
penanggung jawab program, melimpahkan kekuasaan kepada Koordinator
program (programmer), kemudian melakukan koordinasi dengan
pelaksana program.Bentuk Struktur OrganisasiKa Puskesmas(Bp. H.
Warno Sumarno, SKM, MM.Kes)
Koordinator Kesehatan Lingkungan(Ahmad Deroji)
Staf Pusling, Bidan Desa- struktur organisasi sudah jelas, namun
koordinasi belum maksimal.( + )
Pelaksanaan
PengawasanSesuai dengan rencana dan metode yang telah
ditetapkan, dilaksanakan secara berkala : pengumpulan data 1 x
setahun dan pengawasan kualitas air bersih 2 x setahun. Dilakukan
pengambilan sampel sesuai dengan jenis sarana air bersih, kemudian
dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk menilai kandungan
bakteriologi/kimia dan serta dilakukan pemeriksaan risiko
pencemaran air.
Adanya pencatatan tiap bulan/tahunan dan pelaporan secara
berkala tentang kegiatan pengawasan kualitas air ke tingkat
Kabupaten minimal 3 bulan sekali dan apabila terjadi kejadian luar
biasa karena penurunan kualitas air.Tidak dilakukan pengambilan
sampel, pemeriksaan bakteriologi.Pengawasan sarana air bersih
dijadwalkan hanya 1x setahun dan hanya dilakukan di tempat yang
dekat dengan puskemas.
Tidak dilakukan pencatatan hasil pengawasan sarana air
bersih.Pencatatan tiap bulan dan tiap tahun dan laporan hasil
pemeriksaan ke dinas kesehatan tiap 3 bulan sekali sudah dilakukan,
namun data yang disajikan berbeda-beda dengan hasil laporan
bulanan, 3 bulanan dan tahunan (2013)( + )
( + )
4.Lingkungan Fisik
Non-Fisik1. Kondisi geografis dapat mempengaruhi kualitas
air
a. Keadaan sosial ekonomi masyarakat dapat mempengaruhi
keberhasilan programb. Tingkat pendidikan dapat mem-pengaruhi
keberhasilan program.c. Perilaku masyarakat dalam menggunakan air
bersih dapat mempengaruhi keberhasilan program.1. Berdasarkan
keterangan petugas: pada penggalian/ pengeboran air yang dihasilkan
berwarna kecoklatan atau keruh, berasa asin disebabkan karena
lokasinya yang dekat dengan persawahan dan pantai.a. Sebagian besar
penduduk bermata pencaharian petani dan 1/3 dari total jumlah
penduduk merupakan masyarakat miskin, hal tersebut dapat
mempengaruhi akses untuk mendapatkan sarana air bersih yang
memadai.b. Karena sebagian besar penduduk merupakan tamatan SD,
pengetahuan tentang kualitas air dan sarana air bersih masih
kurang.c. Sebagian masyarakat masih menggunakan air sungai dan air
kali irigasi untuk keperluan mandi, mencuci, tempat buang air
besar, dan tempat pembungan limbah keluarga. Tidak ada data
penggunaan air sungai sebagai sumber air minum.( + )
( + )
( + )
( + )
Keterangan : Tabel Lengkap di Lampiran
Bab VIPerumusan Masalah
Masalah-masalah yang ditemukan dalam evaluasi Program Pengawasan
Air bersih di UPTD Puskesmas Pedes Periode Januari sampai dengan
Desember 2013, adalah :a. Masalah pada Keluaran Cakupan jumlah
penduduk yang menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari
masih rendah, yakni 68,97 % dari target 80 %. Besar masalah = (80 %
- 68,97 %) x 100 %80 %= 11,03 % Hasil inspeksi sarana air bersih
masih rendah, yakni 51,32 % dari target 80 %. Besar masalah = (80 %
- 23,45 %) x 100 %80 %= 56,55 % Belum dilakukannya perlindungan SAB
dari risiko pencemaran air Belum dilakukannya pengambilan sampel
air terhadap sarana air bersih yang diinspeksi. Belum dilakukannya
pemeriksaan kualitas bakteriologis pada sampel air bersih.b.
Masalah pada Input Tenaga ( Man )Hanya terdapat satu tenaga yang
merangkap sebagai koordinator dan pelaksana program yang terampil
di bidangnya, hal ini sangat menyulitkan dalam pemeriksaan terhadap
8.313 Sarana Air Bersih yang tersebar di 8 desa, dengan area kerja
seluas 5,115 Ha. Dana ( Money )Tidak ada laporan penggunaan dana
yang diterima, dana operasionalnya masih kurang, yakni Rp 30.000,00
per RW untuk pengawasan sarana air bersih yang diberikan 2 kali
setahun. Sarana (Material)Tidak lengkapnya sarana yang digunakan
untuk membantu program pengawasan sarana air bersih, seperti tidak
adanya sanitarian kit, checklist pemeriksaan SAB, formulir
pengiriman sampel, tas/kotak pengepakan botol untuk pemeriksaan
kualitas air. MetodeTidak dilakukannya pengambilan sampel air,
pemeriksaan bakteriologis.c. Masalah pada proses Pengorganisasian
Struktur dan pelimpahan tugas dari Kepala Puskesmas ke koordinator
program (programmer) sudah ada, namun kurang koordinasi. Kurangnya
koordinasi lintas program antara pelaksana program pengawasan SAB
dengan bagian promkes, pusling dan bidan desa. PelaksanaanDilakukan
pengumpulan data 1 x setahun tetapi pengawasan kualitas air hanya
dilakukan 1x setahun dan hanya dilakukan di lokasi yang dekat
dengan puskesmas saja. Tidak dilakukan pengambilan sampel,
pemeriksaan bakteriologi dan tingkat risiko pencemaran air.
Pengawasan dan pelaporanPencatatan tiap bulan dan tiap tahun dan
laporan hasil pemeriksaan ke dinas kesehatan tiap 3 bulan sekali
sudah dilakukan, namun data yang disajikan berbeda-beda dengan
hasil laporan bulanan, 3 bulanan dan tahunan (2013).
d. Masalah pada Lingkungan Fisik Kondisi geografis Berdasarkan
keterangan petugas: pada penggalian/ pengeboran air yang dihasilkan
berwarna kecoklatan atau keruh dan berasa asin, disebabkan karena
lokasinya yang dekat dengan persawahan dan pantai Non-Fisik
Sebagian besar penduduk bermata pencaharian petani dan 1/3 dari
total jumlah penduduk merupakan masyarakat miskin, hal tersebut
dapat mempengaruhi akses untuk mendapatkan sarana air bersih yang
memadai Karena sebagian besar penduduk merupakan tamatan SD,
pengetahuan tentang kualitas air dan sarana air bersih masih
kurang. Sebagian masyarakat masih menggunakan air sungai dan air
kali irigasi untuk keperluan mandi, mencuci, tempat buang air
besar, dan tempat pembungan limbah keluarga. Tidak terdapat data
penggunaan air sungai sebagai sumber air minum.
Bab VIIPrioritas Masalah
Masalah menurut keluaranA. Cakupan inspeksi sarana air bersih
23,45 % dari target 80 %. Besar masalah 56,55 %B. Cakupan jumlah
penduduk yang menggunakan air bersih 68,97 % dari target 80 %.
Besar masalah 11,03 %C. Tidak dilakukannya pengambilan sampel air
(laboratorium), pemeriksaan bakteriologis.D. Belum dilakukannya
perlindungan sarana air bersih terhadap resiko pencemaran.
NoParameterMasalah
ABCD
1Besarnya masalah5255
2Berat ringannya masalah5532
3Keuntungan social karena terselesainya masalah4433
4Teknologi yang tersedia5323
5Sumber daya yang tersedia untuk menyelesaikan masalah 3523
Jumlah22191518
Tabel 7.1: Prioritas masalahKeterangan derajat masalah :5:
Sangat Penting4: Penting3: Cukup Penting2: Kurang Penting1: Sangat
Kurang PentingYang menjadi prioritas masalah adalah :A. Cakupan
inspeksi sarana air bersih 23,45 % dari target 80 %. Besar masalah
56,55 %B. Cakupan jumlah penduduk yang menggunakan air bersih 68,97
% dari target 80 %. Besar masalah 11,03 %
Bab VIIIPenyelesaian Masalah8.1 Cakupan inspeksi sarana air
bersih 23,45 % dari target 80 %. Besar masalah 56,55%Penyebab
masalah ini adalah : TenagaKurangnya tenaga terampil di bidang
kesehatan lingkungan di Puskesmas Pedes. Programmer yang bertugas
di bidang kesehatan lingkungan tidak memiliki latar belakang
pendidikan ataupun pernah mendapat pelatihan di bidang kesehatan
lingkungan. DanaTidak ada laporan penggunaan dana yang diterima,
dana operasionalnya masih kurang, yakni Rp 30.000,00 per RW untuk
pengawasan sarana air bersih yang diberikan 2 kali setahun.
PengorganisasianKurangnya koordinasi antara penanggungjawab dengan
koordinator, koordinator dengan pelaksana program dan kurangnya
koordinasi lintas program antara pelaksana program pengawasan SAB
dengan bagian promkes dan bidan desa. PelaksanaanTidak dilakukan
pengambilan sampel (laboratorium) dan pemeriksaan bakteriologi.
Peralatan untuk pemeriksaan yang memadai juga belum tersedia.
Pelaksanaan inspeksi yang seharusnya dilakukan 2x setahun hanya
dilaksanakan 1x setahun. Pengawasan dan pelaporanData yang
dilaporkan dari hasil pencatatan berbeda-beda dengan hasil laporan
bulanan, 3 bulanan dan tahunan (2013) tentang pengawasan air bersih
di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pedes. Ditemukan juga, programmer
yang bertugas selama periode 2013 sudah non aktif di puskesmas
Pedes sejak Maret 2013. Programmer yang saat ini bertanggung jawab
di bidang kesehatan lingkungan baru aktif sejak Januari 2014.
Penyelesaian Masalah TenagaMengoptimalkan tenaga kesehatan yang
ada di Puskesmas. Melatih programmer agar memiliki kompetensi dasar
di bidangnya dan menambah tenaga di bidang kesehatan lingkungan
yang telah memiliki latar belakang pendidikan ataupun telah
mendapat pelatihan di bidang yang sesuai. DanaDilakukan pelaporan
dana yang telah diterima dan yang telah digunakan kepada Puskesmas.
Merancang rencana anggaran peksanaan secara lebih rinci serta
mencari sumber-sumber dana yang baru di Puskesmas.
PengorganisasianMeningkatkan koordinasi antara penanggung jawab
(kepala Puskesmas) dengan koordinator program dan koordinator
dengan pelaksana, serta meningkatkan koordinasi lintas program
dengan staf Puskesmas yang lain. Pelaksanaan6. Masalah dalam
pelaksanaan disebabkan oleh keterbatasan dana operasional, keahlian
tenaga pelaksana, serta belum adanya peralatan yang dibutuhkan.
Sehingga perlu penambahan dana, peningkatan pengetahuan dan
kemampuan teanga pelaksana, dan pengadaan teknologi dan
perlengkapan yang mendukung kegiatan inspeksi.6. Perlu dilakukan
pengaturan jadwal pemeriksaan inspeksi agar terlaksana seperti yang
telah ditetapkan sebelumnya. Pengawasan dan pelaporanPerlu
ditingkatkan ketelitian dalam pencatatan dan pelaporan data.
8.2 Cakupan jumlah penduduk yang menggunakan air bersih 68,97%
dari target 80%. Besar masalah 11,03 % Penyebab masalah ini adalah
: Pengetahuan masyarakat tentang penggunaan air bersih masih rendah
Perilaku masyarakat yang masih menggunakan air sungai dan air kali
irigasi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Terbatasnya sarana
air bersih yang ada dimasyarakat Kondisi geografis yang dekat
dengan persawahan dan pantai sehingga air tanah yang tersedia
memiliki kualitas yang kurang baik.Penyelesaian masalah
Dilakukannya penyuluhan yang intensif kepada masyarakat tentang
pentingnya penggunaan air bersih untuk kepentingan sehari-hari.
Mengusulkan pembuatan sarana air bersih kepada dinas kesehatan yang
bekerjasama dengan departemen pekerjaan umum, terutama pembuatan
sarana perpipaan (PDAM) yang dibiayai oleh Pemerintah.
Bab IXKesimpulan dan Saran9.1 KesimpulanDari hasil evaluasi
program pengawasan sarana air bersih dengan cara pendekatan sistem
dapat diambil kesimpulan bahwa program pengawasan sarana air bersih
di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pedes belum mencapai target,
Kabupaten Karawang pada periode Januari sampai dengan Desember
2013. Ditemukan beberapa kekurangan yang menjadi masalah, yaitu:a.
Cakupan inspeksi sarana air bersih 23,45 % dari target 80 % dengan
besarnya masalah 56,55 %b. Cakupan jumlah penduduk yang menggunakan
air bersih 68,97 % dari target 80 % dengan besarnya masalah 11,03
%c. Cakupan pengambilan sampel air tidak dilakukan sedangkan
targetnya adalah 80 %.d. Cakupan SAB dengan kualitas bakteriologis
yang memenuhi syarat kesehatan tidak dilakukan sedangkan targetnya
adalah 100 %.e. Tidak adanya perlindungan sarana air bersih
terhadap pencemaran.f. Tidak adanya tenaga yang memiliki kompetensi
yang sesuai bidang kesehatan lingkungan.g. Tidak adanya pelaporan
penggunaan dana dan dana oprasionalnya yang masih kurang.h. Sarana
yang kurang memadai.i. Tidak adanya koordinasi yang baik antara
programmer pengawasan SAB dengan staf lainnya.j. Hasil laporan yang
disajikan berbeda-beda.k. Kondisi geografis yang dekat dengan area
persawahan dan pantai sehingga menghasilkan air yang kurang baik.l.
Masih banyaknya masyarakat dengan tingkat ekonomi yang rendah serta
kebiasaan masyarakat yang masih menggunakan air sungai dan air kali
irigasi untuk keperluan sehari-hari.
Dengan prioritas masalah :a. Cakupan inspeksi sarana air bersih
23,45 % dari target 80 %b. Cakupan jumlah penduduk yang menggunakan
air bersih 68,97 % dari target 80 %
9.2 Saran9.2.1 Saran bagi kepala Puskesmas Memantau (supervise)
kegiatan pengawasan sarana air bersih. Menggalakkan promkes untuk
memberikan penyuluhan yang intensif kepada masyarakat tentang
pentingnya sarana air bersih.9.2.2 Saran bagi pemegang program
pengawasan sarana air bersih Meningkatkan koordinasi dengan bagian
lain seperti promkes dan bidan desa Mengikuti pelatihan mengenai
inspeksi sarana air bersih dan kualitas air bersih. Melakukan
perincian dana terhadap dana yang diterima dan dana yang
dikeluarkan untuk pengawasan sarana air bersih. Peningkatan dalam
ketelitian penulisan dan penyajian data hasil kegiatan.9.2.3 Saran
bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang Meningkatkan motivasi
pemegang program dan pelaksana program agar dapat berjalan dengan
baik, seperti memberikan sarana dan alternatif dana. Memfasilitasi
pelatihan terhadap tenaga kesehatan guna menambah tenaga pelaksana
program. Melakukan tinjauan langsung untuk melihat perkembangan
mengenai pelaksaan program kesehatan lingkungan di setiap puskesmas
yang ada.Besar harapannya semoga melalui saran di atas dapat
membantu berjalannya program pengawasan sarana air bersih pada
periode yang akan datang sehingga dapat mencapai tingkat
keberhasilan sesuai target yang diharapkan.
Daftar Pustaka1. L.A. Dewi, R. Dwina. Evaluasi Penyediaan Air
Bersih Dan Sanitasi Lingkungan Sebagai Dasar Usulan Perencanaan
Perbaikan (Studi Kasus : Kecamatan Cileunyi, KabupatenBandung).
Program Studi Teknik Lingkungan ITB. Bandung : 20052. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Program Air Bersih dan Sanitasi.
Jakarta : Depkes RI, 20043. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat.
Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat.
Cetakan I. Jawa Barat. 20064. Rihadi S. Pencegahan dan
Pemberantasan Penyakit Berbasis Lingkungan. Maret 2001. Diunduh 20
februari 2014 dari
http://www.tempo.co.id/medika/arsip/032001/top-1.htm.5. Staf Ahli
MENLH bidang Ekonomi dan Pengentasan KemiskinanKementerian Negara
Lingkungan Hidup. Parallel Event : Lokakarya Event : Lokakarya
Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup. Desember 2007. Diunduh
dari http://wwwnew.menlh.go.id, 20 februari 2014.6. Trihono,
Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional 2010.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Diunduh tanggal 20
februari 2014 dari:
http://www.kesehatan.kebumenkab.go.id/data/lapriskesdas.pdf7.
Idaman SN, Yudo S. Masalah dan Strategi Penyediaan Air Bersih di
Indonesia. Diunduh dari
http://www.kelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuAirMinum/BAB3MASALAH.pdf,
20 februari 2014.
36