Top Banner
syahriartato.wordpress.com http://syahriartato.wordpress.com/2013/08/11/ruang-terbuka-hijau-kawasan-sempadan-sungai/ RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN SEMPADAN SUNGAI RUANG TERBUKA HIJAU PADA KAWASAN SEMPADAN SUNGAI . * Syahriar Tato * 1. A. Latar Belakang Ruang terbuka hijau merupakan bagian penting dari struktur pembentuk kawasan, dimana ruang terbuka hijau memiliki fungsi utama sebagai penunjang ekologis kawasan yang juga diperuntukkan sebagai ruang terbuka penambah dan pendukung nilai kualitas lingkungan dan budaya suatu kawasan. Keberadaan ruang terbuka hijau sangatlah diperlukan dalam mengendalikan dan memelihara integritas dan kualitas lingkungan. Ruang terbuka hijau memiliki dua fungsi utama, yaitu fungsi intrinsik sebagai penunjang ekologis dan fungsi ekstrinsik yaitu fungsi arsitektural (estetika), fungsi sosial dan ekonomi. Ruang terbuka hijau dengan fungsi ekologisnya bertujuan untuk menunjang keberlangsungan fisik suatu kawasan dimana ruang terbuka hijau tersebut merupakan suatu bentuk ruang terbuka hijau yang berlokasi, berukuran dan memiliki bentuk yang pasti di dalam suatu kawasan. Sedangkan ruang terbuka hijau untuk fungsi-fungsi lainnya (sosial, ekonomi, arsitektural) merupakan ruang terbuka hijau pendukung dan penambah nilai kualitas lingkungan dan budaya kawasan tersebut, sehingga dapat berlokasi dan berbentuk sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya, seperti untuk keindahan, rekreasi, dan pendukung arsitektur. Proporsi 30% luasan ruang terbuka hijau kawasan diantaranya terdiri dari 20% untuk publik dan 10% untuk privat merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem baik keseimbangan sistem hidrologi dan keseimbangan mikroklimat, maupun sistem ekologis lain yang dapat meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, ruang terbuka bagi aktivitas publik serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kawasan. Daerah Sempadan Sungai, khususnya diperkotaan yaitu sungai yang membelah kota, dimana pemenuhan 20% RTH untuk publik, 2% diharapkan berasal dari RTH sempadan sungai, sekaligus sebagai kawasan yang berfungsi sebagai penyangga erosi yang terjadi pada pinggiran sungai, sehingga sungai dapat terjaga dari perluasan atau penyempitan aliran sungai yang diakibatkan lonsor atau erosi. Namun kenyataannya sempadan sungai hanya sebahagian yang ditanami pepohonan yaitu daerah pinggiran tanggul, sehingga sempadan sungai diharapkan bisa dimanfaatkan secara optimal dalam penataan RTH. Hal tersebut diatas dikarenakan tidak memiliki konsep yang jelas, melihat potensi sempadan sungai , sebaiknya konsep RTH yang berorentasi, pada pengembangan wisata dan rekreasi. Dengan konsep ini Sungai yang merupakan salah satu trasportasi air bagi pemerintah dan masyarakat yang berfungsi sebagi tempat penghubung terhadap wilayah sekitarnya, dapat mengundang pariwisata lokal maupun manca negara sebagai tujuan persinggahan untuk rekreasi sehingga kawasan sempadan sungai bukan saja hanya sebagai wilayah transpotasi air semata tetapi juga sebagai wilayah tujuan wisata, juga sangat perlu dijaga kelestarian dan kebersihan lingkungan baik dari pencemaran air, udara atau kerusakan daripada sempadan sungai. Daerah sepanjang sempadan pada kenyataannya tidak didukung oleh adanya ruang terbuka hijau yang mampu berfungsi secara ekologis, estetika maupun sosial budaya dan ekonomi, hal tersebut terjadi dikarenakan adanya ketidakseimbangan proporsi dan distribusi ruang terbuka hijau pada daerah sempadan sungai, sehingga diperlukan adanya konsep ruang terbuka hijau yang mampu memenuhi proporsi dan distribusi ruang terbuka hijau sehingga mampu memenuhi fungsinya sebagai penunjang kualitas ekologis, estetika, serta sosial budaya dan ekonomi dari kawasan . Dalam kaitannya dengan lansekap kota, ruang terbuka hijau pada daerah sempadan sungai merupakan suatu bagian penting dari keseluruhan lansekap ruang, dimana ruang terbuka hijau berfungsi sebagai penunjang kualitas ekologis lansekap . Jika dilihat kondisi ruang terbua hijau sepanjang daerah sempadan sungai
32

Ruang Terbuka Hijau Kawasan Sempadan Sungai

Sep 27, 2015

Download

Documents

AzhariSofyan

rth sungai
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • syahriartato.wordpress.com http://syahriartato.wordpress.com/2013/08/11/ruang-terbuka-hijau-kawasan-sempadan-sungai/

    RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN SEMPADAN SUNGAIRUANG TERBUKA HIJAU PADA KAWASAN SEMPADAN SUNGAI .

    * Syahriar Tato *

    1. A. Latar Belakang

    Ruang terbuka hijau merupakan bagian penting dari struktur pembentuk kawasan, dimana ruang terbuka hijau memiliki fungsi utama sebagai penunjang ekologis kawasan yang juga diperuntukkan sebagai ruang terbuka penambah dan pendukung nilai kualitas lingkungan dan budaya suatu kawasan. Keberadaan ruang terbuka hijau sangatlah diperlukan dalam mengendalikan dan memelihara integritas dankualitas lingkungan. Ruang terbuka hijau memiliki dua fungsi utama, yaitu fungsi intrinsik sebagai penunjang ekologis dan fungsi ekstrinsik yaitu fungsi arsitektural (estetika), fungsi sosial dan ekonomi. Ruang terbuka hijau dengan fungsi ekologisnya bertujuan untuk menunjang keberlangsungan fisik suatu kawasandimana ruang terbuka hijau tersebut merupakan suatu bentuk ruang terbuka hijau yang berlokasi, berukuran dan memiliki bentuk yang pasti di dalam suatu kawasan. Sedangkan ruang terbuka hijau untukfungsi-fungsi lainnya (sosial, ekonomi, arsitektural) merupakan ruang terbuka hijau pendukung danpenambah nilai kualitas lingkungan dan budaya kawasan tersebut, sehingga dapat berlokasi dan berbentuk sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya, seperti untuk keindahan, rekreasi, dan pendukung arsitektur. Proporsi 30% luasan ruang terbuka hijau kawasan diantaranya terdiri dari 20% untuk publik dan10% untuk privat merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem baik keseimbangan sistem hidrologi dan keseimbangan mikroklimat, maupun sistem ekologis lain yang dapat meningkatkanketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, ruang terbuka bagi aktivitas publik serta sekaligus dapatmeningkatkan nilai estetika kawasan.

    Daerah Sempadan Sungai, khususnya diperkotaan yaitu sungai yang membelah kota, dimanapemenuhan 20% RTH untuk publik, 2% diharapkan berasal dari RTH sempadan sungai, sekaligus sebagai kawasan yang berfungsi sebagai penyangga erosi yang terjadi pada pinggiran sungai, sehingga sungai dapatterjaga dari perluasan atau penyempitan aliran sungai yang diakibatkan lonsor atau erosi.

    Namun kenyataannya sempadan sungai hanya sebahagian yang ditanami pepohonan yaitu daerahpinggiran tanggul, sehingga sempadan sungai diharapkan bisa dimanfaatkan secara optimal dalam penataanRTH.

    Hal tersebut diatas dikarenakan tidak memiliki konsep yang jelas, melihat potensi sempadan sungai ,sebaiknya konsep RTH yang berorentasi, pada pengembangan wisata dan rekreasi. Dengan konsep ini Sungaiyang merupakan salah satu trasportasi air bagi pemerintah dan masyarakat yang berfungsi sebagi tempatpenghubung terhadap wilayah sekitarnya, dapat mengundang pariwisata lokal maupun manca negara sebagaitujuan persinggahan untuk rekreasi sehingga kawasan sempadan sungai bukan saja hanya sebagai wilayahtranspotasi air semata tetapi juga sebagai wilayah tujuan wisata, juga sangat perlu dijaga kelestarian dankebersihan lingkungan baik dari pencemaran air, udara atau kerusakan daripada sempadan sungai.

    Daerah sepanjang sempadan pada kenyataannya tidak didukung oleh adanya ruang terbuka hijau yang mampuberfungsi secara ekologis, estetika maupun sosial budaya dan ekonomi, hal tersebut terjadi dikarenakanadanya ketidakseimbangan proporsi dan distribusi ruang terbuka hijau pada daerah sempadan sungai, sehingga diperlukan adanya konsep ruang terbuka hijau yang mampu memenuhi proporsi dan distribusi ruang terbuka hijau sehingga mampu memenuhi fungsinya sebagai penunjang kualitas ekologis, estetika, sertasosial budaya dan ekonomi dari kawasan .

    Dalam kaitannya dengan lansekap kota, ruang terbuka hijau pada daerah sempadan sungai merupakan suatu bagian penting dari keseluruhan lansekap ruang, dimana ruang terbuka hijau berfungsi sebagaipenunjang kualitas ekologis lansekap . Jika dilihat kondisi ruang terbua hijau sepanjang daerah sempadan sungai

  • yang tersebar belum merata dan keberadaan ruang terbuka hijau yang ada belum menujukkan fungsi yangmaksimal dalam interaksi terhadap lingkungan sekitarnya, sehingga ruang terbuka hijau yang ada padasepanjang sungai, terkesan masih gersang, yang membuat masyarakat enggan berinteraksi, dalam melakukanaktivitas, seperti olah raga jogging di sepanjang koridor jalan inpeksi yang ada, atau melakukan rekreasi.Sebagaimana dalam suatu wilayah perkotaan proporsi dan distribusi ruang terbuka hijau Kota sesuai dengankebutuhan kota terutama kebutuhan masyarakat, maka kualitas ekologis lansekap kota akan terpenuhi dan kualitas hidup masyarakat kota akan semakin meningkat. Molnar, menyatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan ruang terbuka hijau bagi masyarakat perkotaan ada beberapa aspek utama yang harus dipertimbangkan yaitu hubungan antar ruang terbuka hijau dengan lingkungan sekitar, ruang terbuka hijau harus ditujukan untuk kepentingan masyarakat yang tetap memperhatikan aspek estetika dan fungsional,mengembangakan pengalaman substansial dari ruang terbuka hijau (efek dari garis, bentuk, tekstur dan warna),disesuaikan dengan karakter lahan dan karakter pengguna, memenuhi semua kebutuhan teknis dan pengawasan yang mudah. Melalui penjabaran referensi tentang ruang terbuka hijau tersebut untuk dapatmewujudkan ruang terbuka hijau didalam suatu wilayah perkotaan yang mampu berfungsi secara ekologis,estetis dan memiliki nilai sosial budaya dan ekonomi maka dibutuhkan adanya proporsi dan distribusi ruang terbuka hijau yang ideal terhadap suatu wilayah perkotaan, akan tetapi tetap memperhatikan kebutuhanmasyarakat sebagai pengguna serta kebutuhan kota tersebut.

    B.Pengertian Umum Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota dan Daerah Aliran Sungai (DAS)

    Ruang terbuka hijau (RTH) kota merupakan bagian dari penataan ruang perkotaan yang berfungsisebagai kawasan lindung. Kawasan hijau kota terdiri atas pertamanan kota, kawasan hijau hutan kota, kawasanhijau Daerah Aliran Sungai, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau kegiatan olahraga, kawasan hijaupekarangan. Ruang terbuka hijau diklasifikasi berdasarkan status kawasan, bukan berdasarkan bentuk danstruktur vegetasinya .

    Beberapa pengertian tentang Ruang Terbuka Hijau diantaranya adalah :

    1. Ruang yang didominasi oleh lingkungan alami di luar maupun didalam kota, dalam bentuk taman, halaman,areal rekreasi kota dan jalur hijau

    2. Ruang-ruang di dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk areal/kawasan maupun dalambentuk area memanjang/jalur yang dalam pengguanaannya lebih bersifat terbuka pada dasarnya tanpa bangunanyang berfungsi sebagai kawasan pertamanan kota, hutan kota, rekreasi kota, kegiatan olah raga, pemakaman,pertanian, jalur hijau dan kawasan hijau pekarangan.

    3. Fasilitas yang memberikan konstribusi penting dlama meningkatkan kualitas lingkungan permukiman, danmerupakan suatu unsur yang sangat penting dalam kegiatan rekreasi.

    Daerah Aliran Sungai disingkat DAS ialah istilah geografi mengenai sebatang sungai , anak sungai danarea tanah yang dipengaruhinya. Daerah aliran sungai dapat menjadi sangat besar, contohnya daerah aliransungai Mississippi meliputi lebih dari setengah Amerika Serikat . Ini berarti lebih dari setengah wilayah AS dialiriMississippi dan anak-anak sungainya. Batas wilayah DAS diukur dengan cara menghubungkan titik-titik tertinggidi antara wilayah aliran sungai yang satu dengan yang lain.

    Masalah-masalah DAS di Indonesia dapat menimbulkan :

    1. Banjir 2. Produktivitas tanah menurun3. Pengendapan lumpur pada waduk 4. Saluran irigasi 5. Proyek tenaga air

    1. Penggunaan tanah yang tidak tepat (perladangan berpindah, pertanian lahan kering dan konservasiyang tidak tepat)

  • Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi DAS di Indonesia:

    1. Iklim 2. Jenis batuan yang dilalui DAS3. Banyak sedikitnya air hujan yang jatuh ke alur DAS4. Lereng DAS5. Bentukan alam (mender, dataran banjir dan delta )

    Metode perhitungan banyaknya hujan di DAS, dengan 2 cara. Yaitu:

    1. Metode Isohyet, yaitu garis dalam peta yang menghubungkan tempat-tempat yang memiliki jumlah curahhujan yang sama selama periode tertentu. Digunakan apabila luas tanah lebih dari 5000 km

    2. Metode Thiessen, digunakan bila bentuk DAS memanjang dan sempit (luas 1000-5000 km

    Daerah-daerah DAS dapat berupa :

    1. Hulu sungai, berbukit-bukit dan lerengnya curam sehingga banyak jeram.2. Tengah sungai, relatif landai. Banyak aktifitas penduduk.3. Hilir sungai, landai dan subur. Banyak areal pertanian.

    Pengelolaan tata guna air diarahkan untuk menjamin pemenuhan kebutuhan air bersih dan irigasi bagipenduduk dan aktifitasnya melalui pengelolaan lahan terpadu di Daerah Aliran Sungai (DAS) dan kawasan pesisirsebagai suatu ekosistem.(Perda Provinsi Sulawesi Selatan No. 44 Thn 2001, Pasal 24)

    Penghijauan Daerah Aliran Sungai dilakukan pada tepian sungai. Penghijauan ini bermanfaat dalampenguat tebing dan penanaman pepohonan akan terlihat lebih rapi dan indah sehingga dapat dimanfaatkansebagai tempat rekreasi (Instruksi Mendagri No.14 1988).

    Semua aktifitas manusia di darat berlangsung di dalam suatu wilayah yang di sebut Daerah aliranSungai (DAS) yaitu wilayah daratan yang dibatasi oleh pemisah tofografis berupa punggung bukit yang menerimaair hujan dan mengalirkannya ke hilir dan bermuara ke laut. Das terddiri dari beberapa sub-DAS yang merupakansuatu anak sungai yang bermuara ke waduk, dam , danau atau sungai. Sub-DAS ini sering disebut sebagaiDaerah Tangkapan Air atau Chathment Area. Peristiwa banjir dan tanah longsor yang diberitakan media massa,terjadi pada suatu kawasan yang disebut DAS tersebut. Banyak orang menyebut peristiwa banjir dan tanahlongsor dengan illegal logging. Ada juga yang menyebut akibat saluran dan sungai tidak normal, sungai tidakmampu menampung aliran permukaan karena penuh sampah, daerah bantaran sungai dan daerah dan daerahresapan dipakai sebagai permukiman. Banjir dan tanah longsor selalu menjadi berita besar kerena merugikandan menyengsarakan penduduk yang tinggal atau menghuni di daerah rendah atau bantaran sungai suatu SubDAS. Fakta menunjukkan tahun 1955 sungai Batanghari banjir menggenangi daerah Jambi, padahal saat ituhutan disana masih utuh. Tetapi, karena penduduk waktu itu masih jarang, banjir tidak menjadi masalah serius.Kini penduduk makin padat dan penghuni daerah bantaran, daerah rendah dan daerah curam. Sedikit saja banjirtimbullah masalah sosial serius, tanah longsor yang menelan korban.

    Gambar 1. Daerah Aliran Sungai (DAS)

    Daerah Aliran Sungai (DAS)/Daerah Pengaliran Sungai (DPS) atau drainage basin adalah suatu daerahyang terhampar di sisi kiri dan dan kanan dari suatu aliran sungai, dimana semua anak sungai yang terdapat disebelah kanan dan kiri sungai bermuara ke dalam suatu sungai induk. Seluruh hujan yang terjadi didalam suatudrainage basin, semua airnya akan mengisi sungai yang terdapat di dalam DAS tersebut. oleh sebab itu, arealDAS juga merupakan daerah tangkapan hujan atau disebut catcment area. Semua air yang mengalir melalui

  • sungai bergerak meninggalkan daerah tangkapan sungai (DAS) dengan atau tanpa memperhitungkan jalan yangditempuh sebelum mencapai limpasan (run off).

    Suripin.berpendapat, Daerah Aliran Sungai (DAS) juga dapat didefinisikan sebagai suatu daerah yangdibatasi oleh topografi alami, dimana semua air hujan yang jatuh didalamnya akan mengalir melalui suatu sungaidan keluar melalui outlet pada sungai tersebut, atau merupakan satuan hidrologi yang menggambarkan danmenggunakan satuan fisik-biologi dan satuan kegiatan sosial ekonomi untuk perencanaan dan pengelolaansumber daya alam.

    Menurut I Made Sandy , seorang Guru Besar Geografi Universitas Indonesia; Daerah Aliran Sungai (DAS)adalah bagian dari muka bumi, yang airnya mengalir ke dalam sungai yang bersangkutan, apabila hujan jatuh.Sebuah pulau selamanya terbagi habis ke dalam Daerah-Daerah Aliran Sungai Antara DAS yang satu denganDAS yang lainnya dibatasi oleh titik-titik tertinggi muka bumi berbentuk punggungan yang disebut stream devideatau batas daerah aliran (garis pemisah DAS). Bila suatu stream devide itu merupakan jajaran pebukitan disebutstream devide range.

    C.Fungsi Ruang Terbuka Hijau

    Penghijauan perkotaan yaitu menanam tumbuh-tumbuhan sebanyak-banyaknya di halaman rumah ataudilingkungan sekitar rumah maupun dipinggir jalan, apakah itu berbentuk pohon, semak, perdu, rumput ataupenutup tanah lainnya, di setiap jengkal tanah yang kosong yang ada dalam kota dan sekitarnya, sering disebutsebagai ruang terbuka hijau. RTH sangat penting, mengingat tumbuh-tumbuhan mempunyai peranan sangatpenting dalam alam, yaitu dapat dikategorikan menjadi fungsi lansekap (sosial dan fisik), fungsi lingkungan(ekologi) dan fungsi estetika (keindahan).

    Berdasarkan kepada fungsi utama RTH dapat dibagi menjadi :

    1. Pertanian perkotaan, fungsi utamanya adalah untuk mendapatkan hasilnya untuk konsumsi yang disebutdengan hasil pertanian kota seperti hasil holtikultura.

    2.Taman kota mempunyai fungsi utama untuk keindahan dan interaksi sosial.

    3. Hutan kota, mempunyai fungsi utama untuk peningkatan kualitas lingkungan.

    Fungsi lain dari Ruang Terbuka Hijau adalah:

    1. Sebagai areal perlindungan berlangsungnya fungsi ekosistem dan keserasian penyangga kehidupan.2. Sebagai sarana pendidikan maupun penelitian serta penyuluhan bagi masyarakat untuk membentuk

    kesadaran lingkungan.3. Sebagai pengaman lingkungan hidup perkotaan terhadap berbagai macam pencemaran baik didarat,

    perairan maupun udara termasuk limbah cair yang dihasilkan manusia.4. Memperbaiki struktur dan tekstur tanah yang rusak akibat pembangunan maupun bencana alam (Instruksi

    Mendagri No.14 1988).

    Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah salah satu contoh pelayan publik yang bersifat fisik yang tidak bolehdiambaikan oleh pemerintah daerah. Keberadaan RTH sangat penting, kalau diibaratkan tubuh manusia makaRTH merupakan Paru-paru Kota yang harus ada dan harus dalam kondisi sehat (terpelihara dengan baik). KetikaRTH ukurannya terlalu kecil berarti kondisi kota sudah tidak layak huni karena kesehatan masyarakat sepertidipertaruhkan dengan polusi udara yang semakin hari semakin parah. Manfaat lain RTH adalah untukmemperbaiki cadangan air tanah serta mengurangi resika longsor pada Daerah Aliran Sungai. UU No. 26 Tahun2007 Pasal 29 ayat (2) menyebutkan Proporsi ruang terbuka hijau kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dariluas wilayah kota. Demikian juga Daerah Aliran Sungai (DAS) harus memiliki areal RTH sebanyak 30 % dari luaswilayah DAS. Salah satu contoh, Kota Tegal merupakan salah satu kota yang RTH nya masih sangat minim (baru6 % ) demikian juga RTH di DAS juga tidak diperhatikan sama sekali. Melihat kondisi semacam ini sebenarnyamasyarakat kota Tegal telah tinggal diwilayah yang tidak sehat dan nyaman. Bagaimana tidak ? Pencemaran CO2 di udara dari kendaraan bermotor setiap hari semakin meningkat sementara tumbuh-tumbuhan yang berfungsi

  • untuk menyerap CO2 buangan dari kendaraan bermotor sangat minim. Ini berarti kadar CO2 yang kita hirup danmasuk kealiran darah kita setiap hari juga meningkat. Minimnya RTH juga ikut meningkatkan laju PemanasanGlobal.

    Contoh lain adalah Frekuensi banjir di sungai Deli semakin sering terjadi dan bertambah. Banjir kirimanmaupun banjir karena curah hujan tinggi, membuat masyarakat tidak nyaman, terutama masyarakat yangbermukim di kawasan jalur hijau atau garis sepadan sungai. Banjir menimbulkan dampak psikologis/ moril dankerugian harta/ materil pada masyarakat. Kampung Aur merupakan potret banjir Kota Medan, setiap kali hujanlebat turun dan banjir kiriman datang wilayah ini akan kebanjiran, karena kawasan ini merupakan dataran rendahKota Medan sepanjang Hulu ke Hilir Mencermati persoalan serius di DAS Deli ini, perlu dilakukan penelitiansehingga analisis, hasil, kesimpulan dan saran menjadi langkah dan upaya untuk mengelola RTH di kawasanjalur hijau sungai. Penelitian dilakukan dengan metodologi kualitatif, teknik penentuam sampel dilakukan secaraPurposive sampling dengan 25 orang warga masyarakat di lingkungan 2, 3 dan 4. dan untuk mengetahuipersoalan DAS Deli secara konfrehensif maka dalam Focus Group Discussion (FGD) yang mengundang WakilKepala Dinas Pengairan Sumatera Utar, Akademisi, WALHI, dan Media. Kasus ini sangat berarti untuk mengambillangkah dan solusi terhadap pengelolaan DAS Deli. Setelah mengetahui permasalahan diseputar pengelolaanRTH di DAS Deli khususnya Kampung Aur dan data faktual dari masyarakat dan stockholder. Seandainya kondisidi biarkan begitu saja maka dampak yang dirasakan masyarakat akan semangkin parah, oleh karenyaoptimalisasi pengelolaan RTH di jalur hijau DAS Deli tidak bisa ditawar-tawar, langkah awal pengosonganpemukiman dari kawasan jalur hijau sungai harus dilakukan, bersinergi dengan program Pemerintah merelokasipemukiman di jalur hijau atau pemukiman ilegal dengan membangun tempat pemukiman yang lebih ramahlingkungan, tidak selalu trauma dengan banjir berupa pemukiman sehat atau rumah susun sederhana tampamemberatkan warga, konfensasi yang wajar dan terajangkau tidak sulit untuk mengajak masyarakat memulaihidup menuju lingkungan yang ramah dan sehat

    Secara sistem, RTH kota adalah bagian kota yang tidak terbangun, yang berfungsi menunjangkeamanan, kesejahteraan, peningkatan kualitas lingkungan dan pelestarian alam. Umumnya terdiri dari ruangpergerakan linear atau koridor dan ruang pulau atau oasis ( Spreigen, 1965 ). Atau path sebagai jalur pergerakandan room sebagai tempat istirahat, kegiatan atau tujuan. Dapat berbentuk buatan manusia dan alam yang terjadiakibat teknologi, seperti koridor jalan dan pejalan kaki, bangunan tunggal dan majemuk, hutan kota, aliran sungai,dan daerah alamiah yang telah ada sebelumnya. Ringkasnya, totalitas kesatuan yang memiliki keterkaitan dandapat digunakan sebagai sistem orientasi.

    Peranan RTH terhadap kelestarian lingkungan :

    1. Menunjang tata guna dan pelestarian alam. Kualitas air menurun dan kian keringnya sumber2 air bawah tanahdapat diperbaiki dengan pengembangan sistem RTH yang terencana, seperti ; recharging basin, recharging sinkhole, mengeleminir banjir, perbaikan daerah aliran sungai ( DAS ) dan perluasan area peresapan air.

    Peletakan tanaman harus disesuaikan dengan tujuan perancangannya, dengan mengingat fungsitanaman yang dipilih. Pada peletakan ini mesti dipertimbangkan kesatuan dalam desain ( unity ), yaitu antara lain; variasi, penekanan, keseimbangan, kesederhanaan, urutan. Dalam perencanaan tanaman lanskap, pemilihanjenis tanaman merupakan faktor penting. Jenis dan karakteristik tanaman yang banyak digunakan dalam desainlangskap, antara lain ;

    1. Cemara gunung ( Cemara junghuniana ), D/T = 6/20 m, bentuk tajuk segitiga, ditanam sepanjang tepi jalanraya.

    2. Bambu halus ( Arundinaria japonica ), D/T = 1,5/ 6 m, bentuk tajuk rumpun, ditanam di tepi jalan keluarkendaraan, atau area parkir.

    3. Cemara gembel ( Cupressus papuana ), D/T = 2,5 /5 m, bentuk tajuk segitiga, ditanam di area parkir.4. Tanjung ( Mimusops elengi ), D/T = 8/8 m, bentuk tajuk segitiga, bentuk tajuk bebas, ditanam di tepi jalan

    dan area parkir.5. Cemara tiang ( Cupressus sempervirens ), D/T = 2,5/5 m, bentuk tajuk segitiga, ditanam di jalan sekunder.

  • 6. Cemara susun ( Araucaria exelsa ), D/T = 10/30 m, bentuk tajuk segitiga, ditanam di tepi jalan sekunder,pembentuk ruang.

    7. Kenari ( Canarium comune ), D/T = 6/22 m, bentuk tajuk bebas, ditanam di tepi jalan raya.8. Bunga sapu tangan ( Maniltoa gemipara ), D/T = 6/15 m, bentuk tajuk kubah, ditanam untuk identitas lokasi

    atau peneduh.9. 9. Rasamala ( Allenga exelsa ), D/T = 8/20, bentuk tajuk bebas, ditanam sebagai peneduh atau pencegah

    erosi. (Ir. Rustam Hakim, MT. IALI dan Ir. Hardi Utomo, MS. IAI)

    Hutan kota dapat memberikan kota yang nyaman sehat dan indah (estetis). Kita sangat hutan kota,untuk perlindungan dari berbagai masalah lingkungan perkotaan . Hutan kota mempunyai banyak fungsimembutuhkan (kegunaan dan manfaat). Hal ini tidak terlepas dari peranan tumbuh-tumbuhan di alam. Tumbuh-tumbuhan sebagai produsen pertama dalam ekosisten, mempunyai berbagai macam kegiatan metabulisme untukia hidup, tumbuh dan berkembang. Kegiatan metabulisme tumbuh-tumbuhan dimaksud telah memberikankeuntungan dalam kehidupan kita. Tidak ada satu makhlukpun yang dapat hidup tanpa tumbuh-tumbuhan .

    Untuk menghadapi kemajuan kita perlu melakukan perubahan dan untuk itu kita perlu melakukanpembangunan. Dalam pembangunan itu kita akan tahu tentang sejauh mana kerugian kita, jika kita menebangpohon atau membabat tumbuh-tumbuhan tanpa pertimbangan dengan alasan nanti toh tumbuh-tumbuhan ituakan tumbuh kembali. Mudah-itu akan tumbuh kembaliudahan pelaku pembangunan dapat menyadari bahwatumbuh-tumbuhan itu adalah makhluk hidup dan butuh untuk tumbuh dan berkembang.

    Konsep watershed conciousness, yaitu suatu kesadaran akan kehadiran DAS sebagai miniatur biosferdimana terdapat kaitan langsung atas peristiwa yang terjadi di daerah hulu dan yang terjadi di daerah hilirmengajarkan kita untuk memposisikan kehadiran kita di suatu tempat sebagai bagian komunitas biotik yang ada.Posisi sebagai warga asli komunitas biotik berarti menyadari peran kita dalam komunitas dan peduli terhadaphubungan ekologis dalam proses yang ada.

    D. Manfaat Ruang Terbuka Hijau

    Manfaat RTH kota secara langsung dan tidak langsung, sebagian besar dihasilkan dari adanya fungsiekologis, atau kondisi alami ini dapat dipertimbangkan sebagai pembentuk berbagai faktor. Berlangsungnyafungsi ekologis alami dalam lingkungan perkotaan secara seimbang dan lestari akan membentuk kota yang sehatdan manusiawi (Budiharjo, Hardjohubojo, 1993). Manfaat tanaman sebagai komponen kehidupan (biotik) danprodusen primer dalam rantai makanan, bagi lingkungan dan sebagai sumber pendapatan masyarakat, semuaorang sudah mengetahuinya. Proses fotosintesis telah diajarkan sejak sekolah dasar, di mana zat hijau (khlorofil)yang banyak terdapat dalam daun dengan bantuan energi matahari dan air, menghasilkan makanan, berupakarbohidrat, protein, lemak juga vitamin dan mineral, sangat berguna bagi kehidupan manusia dan makhluk hiduplain.

    Tanaman adalah pabrik tanpa butuh bahan bakar fosil, bahkan dia adalah sumber karbon itu, sama jugatidak membutuhkan energi listrik atau api untuk memasak makanannya agar bisa terus tumbuh. Pabrik ini tidakmencemari media lingkungan, bahkan membantu membersihkan media udara yang kotor serta menyegarkanudara. Akar pohon berfungsi untuk menarik bahan baku dari dalam media tanah, antara lain berbagai macammineral yang larut dalam air. Zat-zat tersebut dimasak dalam pabrik daun menghasilkan karbohidrat (tepung,gula, selulosa/serat), oksigen, yang seringkali disimpan dalam gudang berbentuk buah dan biji untuk sebagaiagen pertumbuhan selanjutnya.

    Tanaman sebagai penghasil oksigen (O2) terbesar dan penyerap karbon dioksida (CO2) dan zatpencemar udara lain, khusus di siang hari, merupakan pembersih udara yang sangat efektif melalui mekanismepenyerapan (absorbsi) dan penjerapan (adsorbsi) dalam proses fisiologis, yang terjadi terutama pada daun, danpermukaan tumbuhan (batang, bunga, dan buah). Pembuktian, bahwa tumbuhan dapat efektif membentuk udarabersih, dapat dicermati dari hasil studi penelitian yang menunjukkan bahwa setiap 1 hektar RTH, yang ditanamipepohonan, perdu, semak dan penutup tanah, dengan jumlah permukaan daun seluas 5 hektar, maka sekitar 900Kg CO2 akan dihisap dari udara, dan melepaskan sekitar 600 Kg O2 dalam waktu 12 jam.

  • Adanya RTH sebagai paru-paru kota, maka dengan sendirinya akan terbentuk iklim yang sejuk dannyaman. Kenyamanan ini ditentukan oleh adanya saling keterkaitan antara faktor-faktor suhu udara, kelembabanudara, cahaya, dan pergerakan angin. Hasil penelitian di Jakarta, membuktikan bahwa suhu di sekitar kawasanRTH (di bawah pohon teduh), dibanding dengan suhu di luarnya, bisa mencapai perbedaan angka sampai 2-4derajat celcius .

    Ruang Terbuka Hijau (RTH) membantu sirkulasi udara. Pada siang hari dengan adanya RTH, makasecara alami udara panas akan terdorong ke atas, dan sebaliknya pada malam hari, udara dingin akan turun dibawah tajuk pepohonan. Pohon, adalah pelindung yang paling tepat dari terik sinar matahari, di samping sebagaipenahan angin kencang, peredam kebisingan dan bencana alam lain, termasuk erosi tanah. Bila terjadi tiupanangin kencang di atas kota tanpa tanaman, maka polusi udara akan menyebar lebih luas dan kadarnya pun akansemakin meningkat. Namun demikian, cara penanaman tetumbuhan yang terlalu rapat pun, menyebabkan dayaperlindungannya menjadi kurang efektif. Angin berputar di belakang kelompok tanaman, sehingga dapatmeningkatkan polusi di wilayah ini. Penanaman sekelompok tumbuhan dengan berbagai karakteristik fisik, dimana perletakkan dan ketinggiannya pun bervariasi, merupakan faktor perlindungan yang lebih efektif.

    Ruang Terbuka Hijau dengan ukuran ideal (0,4 Ha), mampu meredam 25-80% kebisingan. Ukuranseluas 2.500 m2 ini kemudian diambil sebagai patokan luas minimal sebuah Hutan Kota. Besaran dayaperedaman yang merupakan proses fisika dan kimiawi yang dinamis tersebut, tentu saja sangat tergantung pulakepada besaran daya serap, daya jerap dan daya akumulatif tetumbuhan yang diatur memiliki beberapa strataketinggian tersebut. Misal: Besaran daya peredaman, tergantung dari beberapa faktor, sebagai berikut:

    1. Tipe tingkat intensitas kekuatan asal suara

    2. Tipe tinggi, kerapatan dan jarak RTH dari sumber suara

    3. Kecepatan dan arah angin

    4. Suhu dan kelembaban udara

    Ciri-ciri jenis tanaman yang dapat efektif meredam suara (kebisingan), ialah yang mempunyaikarakteristik fisik umum di antara ciri-ciri kombinasi bertajuk rapat dan tebal, berdaun ringan serta mempunyaitangkai-tangkai daun.

    1.Ruang Terbuka Hijau sebagai pemelihara akan kelangsungan persediaan air tanah. Akar-akar tanaman yangbersifat penghisap, dapat menyerap dan mempertahankan air dalam tanah di sekitarnya, serta berfungsi sebagaifilter biologis limbah cair maupun sampah organik. Salah satu referensi menyebutkan, bahwa untuk setiap100.000 penduduk yang menghasilkan sekitar 4,5 juta liter limbah per hari, diperlukan RTH seluas 522 hektar.

    2. Ruang Terbuka Hijau sebagai penjamin terjadinya keseimbangan alami, secara ekologis dapat menampungkebutuhan hidup manusia itu sendiri, termasuk sebagai habitat alami flora, fauna dan mikroba yang diperlukandalam siklus hidup manusia.

    3. Ruang Terbuka Hijau sebagai pembentuk faktor keindahan arsitektural. Tanaman mempunyai daya tarik bagimahluk hidup, melalui bunga, buah maupun bentuk fisik tegakan pepohonannya secara menyeluruh. Kelompoktetumbuhan yang ada di antara struktur bangunan-kota, apabila diamati akan membentuk perspektif dan efekvisual yang indah dan teduh menyegarkan (khususnya di kota beriklim tropis).

    4. Ruang Terbuka Hijau sebagai wadah dan obyek pendidikan, penelitian, dan pelatihan dalam mempelajari alam.Keanekaragaman hayati flora dan fauna dalam RTH kota, menyumbangkan apresiasi warga kota terhadaplingkungan alam, melalui pendidikan lingkungan yang bisa dibaca dari tanda-tanda (signage, keterangan)bertuliskan nama yang ditempelkan pada masing-masing tanaman yang dapat dilihat sehari-hari, serta informasilain terkait. Dengan demikian, pengelolaan RTH kota akan lebih dimengerti kepentingannya (apresiatif) sehinggatertib. RTH sekaligus merupakan fasilitas rekreasi yang lokasinya merata di seluruh bagian kota, dan amatpenting bagi perkembangan kejiwaan penduduknya.

    5. RTH sebagai jalur pembatas yang memisahkan antara suatu lokasi kegiatan, misal antara zona permukiman

  • dengan lingkungan sekitar atau di luarnya. RTH sebagai cadangan lahan (ruang).

    Dalam Rencana Induk Tata Ruang Kota, pengembangan daerah yang belum terbangun bisadimanfaatkan untuk sementara sebagai RTH (lahan cadangan) dengan tetap dilandasi kesadaran, bahwa lahancadangan ini suatu saat akan dikembangkan sesuai kebutuhan yang juga terus berkembang. Manfaat eksistensiRTH secara langsung membentuk keindahan dan kenyamanan, maka bila ditinjau dari segi-segi sosial-politik danekonomi, dapat berfungsi penting bagi perkembangan pariwisata yang pada saatnya juga akan kembaliberpengaruh terhadap kesehatan perkembangan sosial, politik dan ekonomi suatu hubungan antara wilayahperdesaan-perkotaan tertentu.

    E.Klasifikasi Ruang Terbuka Hijau Daerah Aliran Sungai (DAS)

    Klasifikasikan ruang terbuka hijau berdasarkan pada kepentingan pengelolaannya adalah sebagai berikut:

    1. Kawasan Hijau Pertamanan pada DAS, berupa sebidang tanah yang sekelilingnya ditata secara teratur danartistik, ditanami pohon pelindung, semak/perdu, tanaman penutup tanah serta memiliki fungsi relaksasi.

    2 .Kawasan Hijau Hutan pada DAS, yaitu ruang terbuka hijau dengan fungsi utama sebagai hutan raya.

    3. Kawasan Hijau Rekreasi pada DAS, sebagai sarana rekreasi dalam kota disepanjang Daerah Aliran Sungai yang memanfaatkan ruang terbuka hijau.

    4. Kawasan Hijau kegiatan Olahraga pada DAS, tergolong ruang terbuka hijau area lapangan, yaitu lapangan,lahan datar atau pelataran yang cukup luas. Bentuk dari ruang terbuka ini yaitu lapangan olahraga dansebagainya.

    5. Kawasan Hijau Pemakaman pada DAS

    6. Kawasan Hijau Pertanian pada DAS, tergolong ruang terbuka hijau areal produktif, yaitu lahan kebun dantegalan yang masih ada di kota yang menghasilkan, sayuran, palawija, tanaman hias dan buah-buahan.

    7. Kawasan Jalur Hijau pada DAS, yang terdiri dari jalur hijau sepanjang DAS, taman, taman pulau dansejenisnya.

    8. Kawasan Hijau Pekarangan, yaitu halaman rumah di kawasan perumahan, perkantoran, perdagangan dankawasan industri.

    Bentuk RTH yang memiliki fungsi paling penting bagi perkotaan saat ini adalah kawasan hijau tamankota dan kawasan hijau lapangan olah raga. Taman kota dibutuhkan karena memiliki hampir semua fungsi RTH,sedangkan lapangan olah raga hijau memiliki fungsi sebagai sarana untuk menciptakan kesehatan masyarakatselain itu bisa difungsikan sebagian dari fungsi RTH lainnya (Bumbata, 2009).

    F. Konsep Ruang Terbuka Hijau pada Daerah Aliran Sungai

    Secara umum ruang terbuka publik (open spaces) di perkotaan terdiri dari ruang terbuka hijau danruang terbuka non-hijau. Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan pada Daerah Aliran Sungai adalah bagian dariruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan dan Daerah Aliran Sungai yang diisi oleh tumbuhan,tanaman dan vegetasi (endemik maupun introduksi) guna mendukung manfaat ekologis, sosial-budaya danarsitektural yang dapat memberikan manfaat ekonomi (kesejahteraan) bagi masyarakatnya dalam wilayahtersebut.

    Sementara itu ruang terbuka non-hijau pada Daerah Aliran Sungai dapat berupa ruang terbuka yangdiperkeras (paved) maupun ruang terbuka biru (RTB) yang berupa permukaan sungai, danau, maupun areal-arealyang diperuntukkan khusus sebagai area genangan. Secara fisik RTH dapat dibedakan menjadi RTH alami yangberupa habitat liar alami, kawasan lindung dan taman-taman nasional, maupun RTH non-alami atau binaan yangseperti taman, lapangan olah raga, dan kebun bunga. Multi fungsi penting RTH ini sangat lebar spektrumnya,yaitu dari aspek fungsi ekologis, sosial/budaya, arsitektural, dan ekonomi. Secara ekologis RTH dapat

  • meningkatkan kualitas air tanah, mencegah banjir, mengurangi polusi udara, dan enurunkan suhu kota tropis yangpanas terik.

    Ishak junaidy berpendapat, Bentuk-bentuk RTH perkotaan yang berfungsi ekologis antara lain sepertisabuk hijau kota, taman hutan kota, taman botani, jalur sempadan sungai dan lain-lain. Secara sosial-budaya keberadaan RTH dapat memberikan fungsi sebagai ruang interaksi sosial, sarana rekreasi, dan sebagai tetenger(landmark) kota yang berbudaya. Bentuk RTH yang berfungsi sosial-budaya antara lain aman-taman kota ,lapangan olah raga, kebun raya, TPU, dan sebagainya ,Secara arsitektural RTH dapat meningkatkan nilaikeindahan dan kenyamanan kota melalui keberadaan taman-taman kota, kebun-kebun bunga, dan jalur-jalur hijaudi jalan-jalan kota. Sementara itu RTH juga dapat memiliki fungsi ekonomi, baik secara langsung sepertipengusahaan lahan-lahan kosong menjadi lahan pertanian/ perkebunan (urban agriculture) dan pengembangansarana wisata hijau perkotaan yang dapat mendatangkan wisatawan. .

    Konfigurasi ekologis dan konfigurasi planologis. RTH dengan konfigurasi ekologis merupakan RTH yangberbasis bentang alam seperti, kawasan lindung, perbukitan, sempadan sungai, sempadan danau, pesisir dansebagainya. RTH dengan konfigurasi planologis dapat berupa ruang-ruang yang dibentuk mengikuti pola strukturkota seperti RTH perumahan, RTH kelurahan, RTH kecamatan, RTH kota maupun taman-taman regional/nasional. Sedangkan dari segi kepemilikan RTH dapat berupa RTH publik yang dimiliki oleh umum dan terbukabagi masyarakat luas, atau RTH privat (pribadi) yang berupa taman-taman yang berada pada lahan-lahan pribadi.

    Gambar 5. Struktur Ruang Terbuka Hijau di Perkotaan

    Konsep lain dari Ruang Terbuka Hijau perkotaan pada daerah Aliran Sungai adalah Pengelolaan secarabioregion ini dapat dimulai dari lingkungan kita sendiri. Bila kita peduli terhadap lingkungan dimana kita tinggal,kemudian merunutnya, akan sampai pada kesimpulan bahwa pada hakekatnya kita berada di satu wilayahfisiografis yang dinamakan daerah aliran sungai (DAS). Wilayah tersebut, dimana kita dan komunitas makhlukhidup lain menjadi bagian darinya merupakan bentang alam yang dibatasi oleh batas topografi punggung danpuncak bukit yang menangkap, menampung, menyimpan dan mengalirkan air hujan menuju suatu aliran yangmelewati titik tertentu (outlet). Batas inilah yang menjadi salah satu dasar dalam mendefinisikan batas bioregion.

    Dalam wilayah ini, resonansi atas perilaku manusia terhadap DAS sebagai tempat hidupnya bisadianalogikan dengan sistem aliran darah dalam tubuh manusia. Gangguan yang terjadi pada tubuh manusiasebagai wilayah bioregion, misalnya pada jantung sebagai daerah hulu atau bagian lain dari sistem pembuluhdarah ebagai jaringan drainase berakibat terganggunya sistem kesehatan tubuh secara keseluruhan. Sehinggavitalitas suatu bioregion beserta sistem kehidupan di dalamnya merupakan resultan atas kinerja infrastruktursistem tata air ini.

    Oleh karena itu bentuk-bentuk aktivitas eksploitatif dalam suatu wilayah bioregion DAS dapat berakibatmunculnya fenomena penyimpangan proses-proses alam dan tatanan ruang. Aksi gangguan di daerah hulu penggundulan hutan, transformasi peruntukan lahan, intesifikasi lahan yang melebihi daya dukungmenyebabkan penurunan kemampuan tajuk menahan air hujan (intersepsi), kemampuan tanah meresapkan air(infiltrasi) dan peningkatan air limpasan (runoff) yang berakibat munculnya reaksi di tempat lain. Menghadapifenomena ini diperlukan pandangan menyeluruh yang mengacu pada pola spasial dan proses terkait secara

  • simultan. Pendekatan yang besifat parsial, sektoral maupun terbatas dalam lingkup wewenang administratif danpolitis, hanya bersifat fragmental dan tidak mengatasi masalah yang secara tuntas. Pendekatan parsial, yanghanya mengandalkan delineasi penggunaan dan penutupan lahan tanpa mempertimbangkan cakupan prosesyang ada dibaliknya, tidaklah efektif. Sebab batas alam dari suatu proses dapat merentang jauh dari tempatmunculnya fenomena yang ditemukan.

    Pendekatan berorientasi sektoral, sering diwarnai ego sektoral sehingga tidak dapat berjalan secaraefisien dan efektif. Antar departemen teknis dengan dinas teknis terkait di bawah pemerintah daerah sering tidaksinkron. Orientasi pembangunan sektoral kerap kali lebih mengusung misi sektor yang diembannya dan biasanyakurang memperhatikan sektor lainnya.

    Demikian pula halnya dalam penanganan permasalahan DAS yang melintasbatasi kewenanganwilayah administrasif menghendaki adanya kerjasama terpadu antar penguasa wilayah administatif terkait.Prinsip saling-ketergantungan (interdepency) dalam konteks regional antara Bandung sebagai kota inti dengankota dan kabupaten (Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, Garut, Sumedang, dan Kabupaten Cianjur) sekitarmerupakan kunci keberhasilan pendekatan ini. Cara pandangan baru atas bioregion suatu DAS.

    Oleh karena itu kalau kita mau jujur, bila ditelusuri rangkaian masalah lingkungan yang terjadisebenarnya terletak pada faktor manusia. Pangkal bencana tersebut bukan pada akibat perubahan fungsiekologis, berkurangnya fungsi resapan, meningkatnya air limpasan permukaan, instabilitas lereng atautercemarnya perairan namun pada bencana meminjam istilah Wilson, yang disebut pencemaran gaya hidup(life style pollution). Raibnya kearifan lokal, sirnanya pemahaman dan kesadaran atas hubungan mendasar antaramanusia dan alam, serta mengabaikan peran sebagai bagian komunitas di belahan bumi tempat berpijak,bermuara pada menuai bencana tidak saja di hilir tapi juga di hulu. Sehingga dalam menghadapi masalahkawasan Bandung Raya ini berangkat dari kesadaran atas posisi dan peran keberadaan kita menuju kepeduliankolektif dan prinsip saling-ketergantungan dalam upaya pelestarian dan perlindungan sumberdaya alam danpenyangga kehidupan sangatlah penting.

    Penerapan konsepsi bioregion dalam pengembangan penghijauan daerah-daerah hulu dalam perspektifregional berupa greenbelt sebagai upaya pengendali lingkungan patut dijadikan prioritas. Greenbelt merupakanareal lahan di sekitar kota yang keberadaanya harus ditetapkan secara permanent dan didukung peraturan yangkuat sebagai kawasan hijau dan bebas dari berbagai bentuk struktur bangunan. Fungsi utama sabuk hijau inidisamping membatasi perluasan pertumbuhan spasial kota yang kontinyu dan tidak terarah, adalah menciptakanlingkungan sehat bagi warga kota, memelihara id! entitas lokal, serta pelestarian alam pada kawasan ruangterbuka hijau yang bersangkutan dan kawasan terkait dengan keberadaannya.

    Sebagai contoh, Bangkok merupakan salah satu contoh kota yang berhasil dalam mengembangkangreenbelt sebagai upaya perlindungan keselamatan manusia terhadap ancaman bencana alam banjir. Denganmelestarikan tiga segment greenbelt kota dua di sebelah barat dan satu di timur pembangunan sabuk hijaukota dalam bentuk zona lindung ini mampu memelihara fungsi tata air khususnya dalam mengendalikan banjirmusiman dari sungai Chao Phraya.

    31

    Di Korea, setidaknya terdapat empat belas kota besar yang telah membangun greenbelt dalam berbagaikonteks kepentingan. Seoul, Busan, Kwangju, Daejon, Taegu, Chinju dan Masan merupakan beberapacontohnya. Seoul mampu membangun greenbelt seluas 153 000 ha, setelah melalui empat fase pembangunandalam tahun 1971 sampai 1976. Seoul Capital Region (SCR) terbangun pada radius 15 km dari pusat kota.Dengan didukung 24 kota satelit sekitarnya yang berada di dua provinsi, Seoul merupakan kota dengan kontribusiterbesar dalam struktur greebelt, yaitu 29 % dari total kawasan greenbelt di Korea (539 700 ha). Selain menjadicontoh yang mewakili keberhasilan dalam implementasi greenbelt, Seoul menjadi satu-satunya kota di Asia yangberhasil dalam membangun greenbelt kota saat ini. Seperti Bandung, kota Seoul dengan luas wilayah 62 700 ha

  • ini berada dalam formasi mangkuk yang dikepung oleh jajaran pegunungan di sekelilingnya. Kota ini juga dialirioleh sejumlah sungai yang berhulu di luar kota Seoul dan bermuara pada sungai utama, sungai Han, yangmembelah kota di bagian Selatan.

    Namun lebih dari itu, formasi greenbelt dibangun dengan sandaran konsepsi bioregion berdasarkanprinsip kesesuaian (coincide) dan kesebangunan (congruence) antara batas alam dengan domain komunitasmasyarakat secara simultan. Konsepsi ini berorientasi membangun hubungan hulu dan hilir, hubunganmasyarakat kota dan desa dalam bentuk interaksi budaya dan ruang. Demikian juga pengembangan berbagaifungsi, seperti : fungsi ekologi (jejaring hidupan liar dari resource pool ke sistem RTH di kota), koridor hijau,restorasi sungai dan jalur riparian, pengembangan rekreasi alam dan pedesaan, pengembangan kawasanpenyangga perlindungan komunitas biotik dan identitas masyarakat lokal.

    G.Pengembangan Jalur Hijau Sebagai Ruang Terbuka Hijau

    Oleh karena sedemikian pentingnya keberadaan jalur hijau bagi kehidupan manusia dan kehidupankekotaan, maka upaya terstruktur dan sistematik pengembangan jalur hijau pun hendaknya dilaksanakan. Bagianmana yang harus dikembangkan menjadi jalur hijau mestinya sudah dapat diketahui sejak dini. Sepertidikemukakan pada bagian terdahulu bahwa jalur hijau ini bersifat multifungsi, walaupun di beberapa bagianmungkin hanya mempunyai fungsi tunggal.

    Dengan mengetahui kebutuhan akan jalur hijau dan fungsi jalur hijau yang diharapkan, makapengembangan jalur hijau dan diketahui mengenai karakteristik terkait dengan (1) lokasi, (2) bentuk, (3) luasan,(4) komposisi tumbuhan, dan (5) sebaran spasialnya. Banyak variable yang terkait dan menentukan kebijakanpengembangan jalur hijau dimaksud. Keenam cirri khas tersebut akan dikemukakan secara ringkas sebagaiberikut.

    Karakteristik lokasi : keberadaan jalur hijau dengan fungsi yang berbeda akan mempunyai lokasi yangberbeda pula. Sebagai contoh adalah jalur hijau yang diharapkan sebagai jalur pengaman terhadap pesawatudara di waktu landing maupun take-off, maka lokasinya bukan di samping kanan atau kiri landasan pesawatterbang (runway) namun berada di jalur ujung lanjutan runway.

    Didasarkan pada adanya resiko keamanan paling krusial adalah pada saat pesawat akan mendarat atauterbang. Keberadaannya akan berbeda dengan karakteristik fungsi jalur hijau untuk tujuan filter CO2 yangseharusnya berada di sepanjang jalan atau temapt-tempat tertentu yang diperkirakan mempunyai konsentrasiCO2 yang paling banyak. Contoh lain adalah apabila jalur hijau dimaksud untuk tujuan konservasi air tanah bagikota tertentu, maka keberadaanya harus berada pada bagian hulu aliran air tanah sebelum keberadaan kota yangbersangkutan bukan pada bagian hilir setelah kota yang bersangkutan berada.

    Karakteristik Bentuk: Walaupun bentuk jalur hijau yang diharapkan berfungsi tertentu seharusnyamempunyai persyaratan tertentu, namun dalam beberapa hal juga ditentukan oleh keberadaan lahan di manajalurhijau dimaksud akan dikembangan. Untuk bagian WPU yang masih banyak terdapat lahan belum berkembangakan jauh lebih mudah menentukan bentuk jalur hijau yang dimaksudkan dibandingkan dengan bagian dalamkota yang telah padat akan bangunan dan lahan belum terbangun sulit ditemukan.

    Karakteristik Luasan: Secara ideal memang ada persyaratan tertentu yang harus dipenuhi oleh sebuahjalur hijau. Sebagaimana dicontohkan di atas mengenai jalur hijau yang diharapkan berfungsi sebagai pengamanjalur penerbangan, maka secara ideal adalah selebar landasan pacu dengan memiliki panjang tertentu sampaipada batas yang dianggap aman. Demikian pula halnya dengan fungsi untuk tujuan filter bagi C02. Luasantertentu adalah sangat menentukan terhadap efektivitas keberadaannya, karena hal ini berkaitan erat denganbanyak sedikitnya emisi gas berbahaya dengan jumlah tumbuhan yang ada di jalur hijau yang dimaksudkan. Halini telah dikemukakan pada bagian depan.

    Karakteristik Komposisi Tumbuhan : Komposisi tumbuhan menyangkut di dalamnya adalah macamtanaman yang dibudidayakan dan kerapatannya. Di samping itu, pertimbangan estetika juga sebaiknya tidakdilupakan. Penanaman bunga bunga di taman kota, misalnya akan sangat menarik dan memberikankenyamanan bagi pengunjung untuk menikmati. Demikian pula halnya dengan pemilihan jenis tanaman tertentu

  • dengan kanopi yang memberikan nuansa keindahan ditinjau dari segi gradasi, warna daun memerlukan ahli yangmemahami hal tersebut agar sifat multi fungsi keberadaan jalur hijau benar-benar efektif. Mengingat pentingnyajalur hijau di wilayah perkotaan, maka memang perlu adanya institusi tertentu yang menangani masalah jalur hijautersebut. Apabila keberadaan-nya sudah dirancangkan jauh sebelumnya, mulai dari WPU, maka diharapkan padamasa yang akan datang kondisi kota yang diidamkan setiap warga bukan merupakan impian kosong belaka.

    Karakteristik Sebaran Spasial, Sebaran spasial jalur hijau sangat dipengaruhi oleh peruntukan ruangyang sudah dirumuskan dalam tata ruang. Peruntukan ruang apa membutuhkan jalur hijau seperti apa danbagaimana sebarannya mestinya sudah dipikirkan secara holistis semenjak awal. Oleh karena karakteristiksebaran spasial ditentukan semenjak daerah tersebut masih menjadi WPU, maka diharapkan determinasisebaran spasialnya dapat dilakukan dengan lebih mudah. Pembuat dan penentu kebijakan pengembangan kotadan wilayah sebaiknya mempunyai pandangan ke depan yang jauh sehingga kebijakan antisipatif terhadapkemungkinan timbulnya dampak negatif terhadap berbagai aspek kehidupan dapat dirumuskan secara arif.Dalam studi kota dan wilayah memang berlaku sebuah moto bahwa the past and present is the key to the futureyang sangat berbeda dari moto para ahli geologi dan geomorfologi di mana motonya adalah the present is thekey to the past.

    Peraturan lansekap pada DAS adalah merupakan salah satu bagian dari peraturan zonasi kota danmempunyai tujuan sebagai berikut

    1. Mencegah terjadinya erosi lereng daerah sepanjang sungai/ pebukitan melalui penanaman kembali vegetasi.

    2. Melindungi manusia dari dampak negatif energi surya dengan menyediakan bayang-bayang pohon di atasjalan, jalur pejalan kaki, area parkir dan area perkerasan lainnya.

    3. Memelihara ( konservasi ) air tanah dangkal untuk tujuan penyiraman/ irigasi tanaman dan pepohonan

    4. Mengurangi resiko kebakaran melalui perencanaan dan tata letak tumbuhan yang mudah terbakar.

    5. Memperbaiki kinerja lingkungan terbangun dengan peningkatan kualitas dan kuantitas lansekap.

    Materi yang diatur dalam Ruang Terbuka Hijau dan Peraturan Lansekap Daerah aliran Sungai antaralain :

    1. Persyaratan Umum Dan Penanaman

    a. Jumlah pohon dan jenis tanaman.

    Mengatur tentang jumlah titik penanaman pepohonan dan jenis-jenis tanamannya pada satuan luas tertentusesuai dengan penggunaan lahannya ( daerah industri,perumahan, komersial dan lain sebagainya ), mengacukepada standar manual yang ada.

    b. Persyaratan material pepohonan.

    Mengatur antara lain tentang larangan penanaman dengan species tanaman yang bersifat invasive (menyerang ), keharusan penyediaan daerah akar untuk setiap pohon antara 1,50 m2 sampai dengan 3,60 m2,keharusan merawat pohon-pohon sedemikian rupa sehingga semua cabangnya berada di atas jalur pejalan kakiminimum 1,80 meter di atas permukaan jalur tersebut dan cabang-cabang di atas jalur kendaraan berada 4,20meter di atas permukaan jalur tersebut, keharusan menanam tanaman asli yang benar-benar tanaman lokal, danlain sebagainya.

    c. Persyaratan irigasi

    Mengatur antara lain tentang jaminan semua material tanaman memiliki sistim irigasi otomatis dan permanendi bawah permukaan tanah dan dirancang agar kebutuhan air mencukupi bagi semua tanaman, cipratan air tidakboleh melintasi garis batas properti atau area yang diperkeras untuk pejalan kaki dan sirkulasi kendaraan, danlain sebagainya.

  • d. Persayaratan luas penanaman

    Mengatur tentang luas minimum lahan terbuka yang harus ditanami.

    2. Persyaratan Penanaman Area dan Jumlah Penanaman Pada Pekarangan Sisi Jalan dan PekaranganSisa.

    Mengatur tentang luas penanaman minimum pekarangan sisi jalan (antara garis sempadan jalan dangaris sempadan bangunan) maupun pekarangan sisa (belakang dan sampin ) sesuai dengan jenis penggunaanlahannya. Misalnya pada hunian unit tunggal maupun rumah susun, minimal 50 % dari luas pekarangan sisi jalanharus ditanami dengan jumlah titik pohon wajib 0,05 titik/m2, untuk daerah komersial 30 %, industri 20 %. Untukpekarangan sisa 3,60 m2 per pohon (Hakim, 2006).

    Pengembangan ruang hijau disepanjang pinggiran jaringan jalan utama maupun jalan kolektor dan jalanlingkungan adalah berfungsi sebagai :

    a. Peneduh pedestrian dan jalan

    b. Unsur keindahan

    c. Kenyamanan lingkungan

    Penerapan jalur hijau pinggir jalan ini dengan ditanam langsung maupun dengan menggunakan pot-potukuran besar.

    Lebih lanjut peranan dan manfaat dari pola tata hijau tersebut adalah sebagai berikut ;

    a. Fungsi Orology. yaitu sebagai pencegah erosi lapisan atas tanah yang subur (top soil).

    b. Fungsi Hidrologi, permukaan lahan yang bebas dari perkerasan (pengaspalan) akan menyerap air sehinggadapat menjaga sirkulasi air tanah (sirkulasi hidrologi).

    c. Fungsi Estetika, yaitu dapat membentuk perspektif dan efek visualisasi yang indah bagi lingkungan yang padat.

    d. Fungsi klimatologi yaitu dapat menciptakan iklim mikro yang sejuk dan nyaman oleh adanya faktor alam danvegetasi alam.

    e. Fungsi ekologi, yaitu menciptakan keserasian hubungan antara manusia dengan alam sekitarnya.

    Fungsi kesehatan yaitu oleh adanya proses asimilasi tanaman yang menghasilkan 02 dan menyerapC02 yang selanjutnya dapat mengurangi pencemaran udara serta mengurangi kebisingan yang ditimbulkan olehkegiatan manusia.

    1. Nyaman sehingga dapat membantu mengurangi ketegangan sosial.

    Beberapa dasar pokok yang harus dipertimbangkan dalam penempatan pohon peneduh jalan adalah antaralain:

    b. Memperhatikan keras jalan, lebar jalan serta kecepatan kendaraan yang lewat, hal ini dimaksudkan sebagaipenempatan dan penilaian pohon tidak mengganggu lalu lintas.

    c. Mempertimbangkan adanya sarana umum dan lalu lintas (kabel, listrik, saluran air bersih, lampu peneranganjalan).

    d. Sifat pertumbuhan tanaman, bentuk, ketinggian dan ukuran tanaman serta jenis Ptanah (sesuai atau tidak)merupakan faktor-faktor yang menentukan jarak tanaman.

    Untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam penataan pola hijau ini maka ada beberapa hal pokokyang perlu diperhatikan:

  • 1. Penataan Pola hijau ditekankan perlu pembentukan yang dapat memberikan kesan ruang.

    b. Memperbanyak variasi warna dan bentuk untuk menghilangkan kesan monoton dengan mempergunakan Jenistanaman sesuai kondisi setempat.

    Memberikan pengarahan pola hijau menerus pada lingkungan jalan dengan tujuan untukmemperoleh kenyamanan dan kenikmatan dalam berkendaraan.

    3. Persyaratan Pohon Jalan Dan Badan Jalan Publik.

    Persyaratan pohon jalan meliputi jumlah pohon dan lokasinya. Jumlah pohon yang diwajibkanditetapkan 24 inch untuk setiap 9 meter frontage. Jarak spasi pohon yang ditanam dapat bervariasi untukmengakomodasi kondisi atau pertimbangan desain (misalkan satu pohon palem berbatang coklat dengan tinggi 3m untuk setiap 6 meter frontage jalan). Apabila kondisi tapak (parkway) tidak memungkinkan penanaman pohonmaka pohon-pohon dapat ditempatkan pada property privat dalam jarak 3 meter dari garis sempadan jalan disepanjang frontage tersebut.

    Lokasi penanaman pohon adalah antara pinggiran trotoar sampai batas pagar property, ditempatkansekurang-kurangnya pada jarak 2,10 meter dari muka pinggir trotoar di atas jalan utama / arteri atau jalan cepatyang mempunyai kecepatan kendaraan 90 km / jam. Untuk klasifikasi jalan lainnya tidak lebih lebih dekat dari 1,20meter dari pinggiran trotoar. Pohon-pohon jalan harus dijauhkan dari perlengkapan kota pada`jarak minimum 6meter terhadap rambu lalulintas, 1,5 meter dari jaringan utilitas bawah tanah, 3 meter dari hidran, tiang-tianglistrik, telepon dan lain sebagainya. Pada setiap persimpangan harus ada daerah bebas pohon dalam radius 7,5meter dan hanya boleh ditanami tumbuhan semak yang tingginya tidak boleh lebih dari 60 cm, sehingga tidakmenutupi lampu lalulintas (Tjokrowinoton, 2007).

    4. Membangun Taman Kota

    Ideology pembangunan sektor lingkungan diekspresikan dalam pembangunan berkelanjutan(sustainable development), yakni pembangunan yang di tujukan untuk memenuhi kebutuhan generasi sekarangtanpa harus mengorbankan kebutuhan dan kepentingan generasi yang akan datang. Konsep ini menempatkanpembangunan dalam perspektif jangka panjang (a longer term perspective) dan menuntut adanya solidaritasantar generasi (Dyayadi, 2008).

    Itulah sebabnya Rasulullah sangat menganjurkan umat islam selalu menanam pohon,walau kelak pohon yang ditanamnya tersebut kayu dan buahnya tidak sempat di nikmatinya, namun ia tetap mendapat pahala. Rasusullahbersabda.

    Seorang muslim yang menanam pohon atau tanaman, lalu sebagian hasilnya di makan burung,manusia,ataubinatang,maka orang yang menanam itu mendapat pahala.(HR Al-Bukhari)

    Kita haruslah memiliki kesadaran bahwa sumber daya alam merupakan bagian dari ekosistem. Denganmemelihara ekosistem maka berkelanjutan sumber daya alam akan tetap terjaga. Menghargai lingkunganmenjadi syarat utama dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan merupakan upaya pembangunan yangmelarutkan unsur lingkungan dalam pertimbangannya.

    Pada prinsifnya pembangunan yang berkelanjutan mengacu pada kaidah 7E, yaitu;

    1. Employment, atau pembangunan harus mempertimbangkan ketersediaan lapangan kerja bagi segenap lapisanmasyarakat.

    2. Environment, atau pembangunan harus mempertibangkan keseimbangan ekologis di dalampenyediaanlapangan bagi warganya.

    3. Engagement, atau pembangunan harus mempertimbangkan keterlibatan/partisipasi aktif masyarakat agartercipta rasa memiliki (sense of belongin).

    4. Equty, atau di dalam pembangunan harus mempertimbangkan prinsip demokratisasi atau kesetaraan akses

  • Gambar 6. Contoh penanaman vegetasi pada RTH Sempadam Pantai

    terhadap segenap sumber daya,sarana dan prasarana.

    5. Energy conservation, atau pembangunan harus mengupayakan agar sumber-sumber energy di gunakansehemat mungkin,sehingga tidak terjadi kesia-siaan energy serta mencegah konsumsi energy yang berkelebihan.

    6. Ethic, atau etika membangun yang mesti di tegakkan lengkap dengan mekanisme sanksi dan penghargaan.

    7. Estetica, atau pembangunan harus mempertimbangkan estetika kota atau keindahan kota.

    Khusus berkaitan dengan implementasi kaidah environment,di perlukan suatu strategi pelestariankeseimbangan ekologis dalam arti memadukan antara pembangunan dengan konsevasi alam untuk menjaminterlindungnya sumber daya alam yang tidak terbarukan dan juga pemanfaatan yang optimal dari sumber dayayang terbarukan guna meminimalkan danpak negatif yang merusak atau merugikan.

    Dan tanah yang baik,tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizing Allah: Dan tanah yang tidak subur,tanam-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah kami mengulagi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagiorang-orang yang bersyukur.(Al ARaf;58)

    5. RTH Sempadan Pantai

    Penataan ruang terbuka hijau di sempadan pantai memiliki fungsi utama sebagai pembataspertumbuhan permukiman atau aktivitas lainnya agar tidak menggangu kelestarian pantai. sehingga sempadanpantai dapat terhindar dari kerusakan atau bencana yang ditimbulkan oleh gelombang laut seperti intrusi air laut,erosi, abrasi, tiupan angin kencang dan gelombang tsunami. Kebutuhan standar untuk RTH sempadan pantai iniadalah lebar RTH minimal 100 m dari batas air pasang tertinggi ke arah darat dan luas area yang ditanamitanaman sekitar 90% 100% (Menteri PU, 2008)

    Pada lokasi penelitian dimana sebagian besar

    sempadan pantai yang ada sudahdi manfaatkan oleh penduduksebagai lahan berupatambak/empang diperlukanpenanganan yang mengikutiaturan yang telah ada dan sesuaidengan kondisi

    lokasi

    yaitu : pada lokasi sempadanpantai telah mengalami intrusi airlaut atau merupakan daerahpayau dan asin,sehinggapemilihan vegetasidiutamakan dari daerah setempat

    yang telah mengalami penyesuaian dengan kondisi tersebut. Seperti Mangrove yang fungsinya sebagai peredamombak dan dapat membantu proses pengendapan lumpur, selain itu juga terdapat jenis lain seperti Asam Landi (Pichelebium dulce) dan Mahoni (S witenia mahagoni ) relatif lebih tahan jika dibandingkan Kesumba, Tanjung,Kiputri, Angsana, Trengguli, dan Kuku.

  • 6. RTH Sempadan Sungai

    Arahan untuk penanaman ruang terbuka hijau yang akan dilakukan pada daerah sempadan sungai,ini dilakukan untuk menjaga kelestarian sungai itu sendiri, Penetapan garis sempadan sungai di dalam kawasanperkotaan didasarkan pada kriteria :

    a. Sungai bertanggul :

    1). Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditetapkan sekurang-kurangnya 3 m disebelah luar sepanjang kaki tanggul;

    2.) Dengan pertimbangan untuk peningkatan fungsinya, tanggul dapat diperkuat, diperlebar dan ditinggikanyang dapat berakibat bergesernya garis sempadan sungai;

    b. Sungai tidak bertanggul :

    1). Garis sempadan sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditetapkan sebagai berikut:

    2). Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 m, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya10 m dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan;

    3.) Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 m sampai dengan 20 m, garis sempadan ditetapkansekurang-kurangnya 15 m dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan;

    4.) Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 20 m, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 30 mdihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.(Menteri PU, 2008)

    H. Ruang Terbuka Hijau pada DAS sebagai potensi wisata

    Ruang Terbuka Hijau pada Daerah Aliran Sungai seringkali terlupakan keberadaannya. Hadir di tengahimpitan pembangunan fisik kota yang kian pesat. Salah satu ruang terbuka hijau itu tampak hanya sekadarpajangan, pelengkap dalam sebuah kebutuhan penataan ruang. Warga kota pun banyak yang memandangsebelah mata. Padahal, ada beragam potensi wisata yang bisa digali. Seiring meningkatnya taraf hidup,kemampuan dan kebutuhan manusia, maka sejak tahun 1950-an sampai dengan 1970-an ruang terbuka hijaubanyak dialih-fungsikan menjadi pemukiman, bandar udara, industri, jalan raya, bangunan perbelanjaan dan lain-lain. Dengan semakin meningkatnya kemampuan dan kesejahteraan masyarakat, pembangunan fisik kota terusmelaju dengan pesat. Namun peningkatan itu membawa dampak negatif, salah satunya penyusutan luas lahanbervegetasi. Susutnya lahan bervegetasi mendorong penghuni kota berbondong-bondong pergi ke luar kota,mencari daerah hijau yang masih tersisa. Di tengah persaingan hidup yang kian meninggi, kebutuhan rekreasimenjadi mutlak adanya.

    Akhirnya sebuah pemandangan yang jamak bisa kita saksikan. Tiap akhir pekan atau masa libur, wargakota papan atas ramai-ramai mengungsi ke daerah hijau nan sejuk. Umumnya, ruang hijau itu berada di luarkota. Kalau buat orang Jakarta kawasan paling dekat adalah kawasan Puncak dan sekitarnya.

    Bagi warga yang tak berduit keluar kota adalah sebuah impian. Itu sebabnya ruang terbuka pengundangkeramaian di dalam kota, seperti kebun binatang, taman rekreasi, kawasan pinggir pantai dan lainnya jadisasaran utama. Pokoknya, dengan bujet yang pas-pasan, mereka berharap kebutuhan relaksasi tetap bisaterpenuhi. Murah meriah namun tetap dapat unsur pelesirannya. (Mardana, 2002)

    I. Serapan Vegetasi Terhadap Karbon Dioksida

    Salah satu komponen yang penting dalam konsep tata ruang adalah menetapkan dan mengaktifkanjalur hijau dan hutan kota, baik yang akan direncanakan maupun yang sudah ada namun kurang berfungsi. Selainitu jenis pohon yang ditanam perlu menjadi pertimbangan, karena setiap jenis tanaman mempunyai kemampuanmenjerap yang berbeda-beda .

    Vegetasi juga mempunyai peranan yang besar dalam ekosistem, apalagi jika kita mengamati

  • pembangunan yang meningkat di perkotaan yang sering kali tidak menghiraukan kehadiran lahan untuk vegetasi.Vegetasi ini sangat berguna dalam produksi oksigen yang diperlukan manusia untuk proses respirasi(pernafasan), serta untuk mengurangi keberadaan gas karbon dioksida yang semakin banyak di udara akibatkendaraan bermotor dan industri. Penyerapan karbon dioksida oleh hutan kota dengan jumlah 10.000 pohonberumur 16-20 tahun mampu mengurangi karbon dioksida sebanyak 800 ton per tahun penanaman pohonmenghasilkan absorbs karbon dioksida dari udara dan penyimpanan karbon, sampai karbon dilepaskan kembaliakibat vegetasi tersebut busuk atau dibakar. Hal ini disebabkan karena pada hutan yang dikelola dan ditanamakan menyebabkan terjadinya penyerapan karbon dari atmosfir, kemudian sebagian kecil biomassanya dipanendan atau masuk dalam kondisi masak tebang atau mengalami pembusukan (Irwan, 2007).

    J. Pencemaran Udara

    Kondisi lingkungan hidup alami yang masih relatif baik atau dalam keadaan keseimbangan antaradaerah terbangun dan tidak terbangun. Berdasarkan perkiraan kenaikan jumlah penduduk Indonesia tahun 2005,maka kebutuhan akan ketersediaan oksigen (O2) akan meningkat menjadi 4,5 kg/jam.

    Salah satu pemasok utama ketersediaan udara bersih adalah pepohonan di RTH kota sebagai paru-paru kotayang merupakan produsen oksigen (O2), penyerap karbondioksida (CO2) dan gas polutan lain, serta sebagaidaerah resapan air, yang belum tergantikan fungsinya.

    K. Pencemaran Air dan Tanah

    RTH Kota dan Upaya Pengendalian Pencemaran Air, Banjir dan Kekeringan. Pembangunan kota yangtidak mempertimbangkan pengelolaan lingkungan secara komprehensif telah terbukti mengancam kelangsunganhidup kota dan warga kota. Fenomena hubungan antar manfaat RTH kota terhadap pengendalian banjirmerupakan salah satu upaya pengendalian kerusakan dan pencemaran dalam bidang pengelolaan lingkunganhidup kota.

    1. Peraturan Nomor 38 Tahun 2011 Tentang Sungai dan PP63/PRT/1993 tentang garis Sempadan Sungai,daerah Manfaat Sungai , Daerah Penguasaan Sungai dan bekas sungai.

    Dalam Pasal 1 ayat 9. Garis sempadan adalah garis maya di kiri dan kanan palung sungai yang ditetapkansebagai batas perlindungan sungai. Pasal 5 ayat (5) Sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf b berfungsi sebagai ruang penyangga antara ekosistem sungai dan daratan, agar fungsi sungai dankegiatan manusia tidak saling terganggu.

    (1) Sempadan sungai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b meliputi ruang di kiri dan kananpalung sungai di antara garis sempadan dan tepi palung sungai untuk sungai tidak bertanggul, atau di antaragaris sempadan dan tepi luar kaki tanggul untuk sungai bertanggul.

    (2) Garis sempadan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan pada:

    a.sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan;

    b.sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan;

    c.sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan;

    d.sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan;

    e.sungai yang terpengaruh pasang air laut;

    f.danau paparan banjir; dan

    g.mata air.

    Pasal 9, Garis sempadan pada sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 8 ayat (2) huruf a ditentukan:

  • 1. paling sedikit berjarak 10 m (sepuluh meter) dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai,dalam hal kedalaman sungai kurang dari atau sama dengan 3 m (tiga meter);

    2. paling sedikit berjarak 15 m (lima belas meter) dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai,dalam hal kedalaman sungai lebih dari 3 m (tiga meter) sampai dengan 20 m (dua puluh meter); dan

    c. paling sedikit berjarak 30 m (tiga puluh meter) dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai,dalam hal kedalaman sungai lebih dari 20 m (dua puluh meter).

    Pasal 10 ayat (1) Sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat(2) huruf b terdiri atas:

    1. sungai besar dengan luas DAS lebih besar dari 500 Km2 (lima ratus kilometer persegi); dan2. sungai kecil dengan luas DAS kurang dari atau sama dengan 500 Km2 (lima ratus kilometer persegi).

    3. Garis sempadan sungai besar tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) huruf a ditentukan paling sedikit berjarak 100 m (seratus meter) dari tepi kiri dan kanan palung sungaisepanjang alur sungai.

    4. Garis sempadan sungai kecil tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf b ditentukan paling sedikit 50 m (lima puluh meter) dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alursungai.

    Pasal 11

    Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2)huruf c ditentukan paling sedikit berjarak 3 m (tiga meter) dari tepi luar kaki tanggul sepanjang alur sungai.

    Pasal 12

    Garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2)huruf d ditentukan paling sedikit berjarak 5 m (lima meter) dari tepi luar kaki tanggul sepanjang alur sungai.

    Pasal 13

    Penentuan garis sempadan yang terpengaruh pasang air laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2)huruf e, dilakukan dengan cara yang sama dengan penentuan garis sempadan sesuai Pasal 9, Pasal 10, Pasal11, dan Pasal 12 yang diukur dari tepi muka air pasang rata-rata.

    Pasal 14

    Garis sempadan danau paparan banjir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf f ditentukanmengelilingi danau paparan banjir paling sedikit berjarak 50 m (lima puluh meter) dari tepi muka air tertinggi yangpernah terjadi.

    Pasal 15

    Garis sempadan mata air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf g ditentukan mengelilingi mata airpaling sedikit berjarak 200 m (dua ratus meter) dari pusat mata air.

    Pasal 16

    (1) Garis sempadan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ditetapkan oleh Menteri, gubernur, ataubupati/walikota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    (2) Penetapan garis sempadan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan kajian penetapangaris sempadan.

    (3) Dalam penetapan garis sempadan harus mempertimbangkan karakteristik geomorfologi sungai, kondisi sosial

  • budaya masyarakat setempat, serta memperhatikan jalan akses bagi peralatan, bahan, dan sumber dayamanusia untuk melakukan kegiatan operasi dan pemeliharaan sungai.

    (4) Kajian penetapan garis sempadan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memuat paling sedikit mengenaibatas ruas sungai yang ditetapkan, letak garis sempadan, serta rincian jumlah dan jenis bangunan yang terdapatdi dalam sempadan.

    (5) Kajian penetapan garis sempadan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan oleh tim yang dibentukoleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai kewenangannya.

    f. Tim kajian penetapan garis sempadan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) beranggotakan wakil dari instansiteknis dan unsur masyarakat.

    Pasal 17

    a. Dalam hal hasil kajian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) menunjukkan terdapat bangunan dalamsempadan sungai maka bangunan tersebut dinyatakan dalam status quo dan secara bertahap harus ditertibkanuntuk mengembalikan fungsi sempadan sungai.

    (1) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi bangunan yang terdapat dalamsempadan sungai untuk fasilitas kepentingan tertentu yang meliputi:

    1. bangunan prasarana sumber daya air;2. fasilitas jembatan dan dermaga;3. jalur pipa gas dan air minum; dan4. rentangan kabel listrik dan telekomunikas

    Pasal 5

    Kriteria penetapan garis sempadan sungai terdiri dari :

    1. Sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan.2. Sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan.3. Sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan.4. Sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan.

    (1) Garis sempadan sungai bertanggul diteptapkan sebagai berikut:

    1. Garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan ditetapkan sekurang-kurangnya 5 (limameter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul.

    2. Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditetapkan sekurang-kurangnya 3 (tiga)meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul.

    (2) Dengan pertimbangan untuk peningkatan fungsinya, tanggul sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapatdiperkuat, diperlebar dan ditinggikan, yang dapat berakibat bergesernya letak garis sempadan sungai.

    (3) Kecuali lahan yang berstatus tanah negara, maka lahan yang diperlukan untuk tapak tanggul baru sebagaiakibat dilaksanakannya ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) harus dibebaskan.

    Pasal 7

    (1) Penetapan garis sempadan sungai tak bertanggul di luar kawasan perkotaan

    1. Sungai besar yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai seluas 500 (lima ratus) Km2 ataulebih.

  • 2. Sungai kecil yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai seluas kurang dari 500 (lima ratus)Km2.

    (2) Penatapan garis sempadan sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan pada sungai besar dilakukanruas per ruas dengan mempertimbangkan luas daerah pengaliran sungai pada ruas yang bersangkutan.

    (3) Garis sempadan sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan pada sungai besar ditetapkan sedangkanpada sungai kecil sekurang-kurangnya 100 (seratus) m, sedangkan pada sungai sekurang-kurangnya 50 limapuluh m dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

    Pasal 8

    Penetapan garis sempadan sungai tak bertanggul di dalam kawasan perkotaan didasarkan pada kriteria :

    1. Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

    2. Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter sampai dengan 20 (dua puluh) meter,garis sempadan dan ditetapkan sekurang-kurangnya 15 (lima belas) meter dari tepi sungai pada waktuditetapkan.

    c. Sungai yang mempunyai kedalaman meksimum lebih dari 20 (dua puluh) meter, garis sempadan ditetapkansekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu yang ditetapkan.

    Pasal 9

    (1) Garis sempadan sungai tidak bertanggul yamg berbatasan dengan jalan adalah tepi bahu jalan yangbersangkutan, dengan ketentuan kontruksi dan penggunaan jalan harus menjamin bagi kelestarian dankeamanan sungai serta bangunan sungai.

    (2) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak terpenuhi, maka segala perbaikan ataskerusakan yang timbul pada sungai dan bangunan sungai menjadi tanggung jawab pengelola jalan.

    Pasal 10

    Penetapan garis sempadan danau, waduk, mata air dan sungai yang terpengaruh pasang surut air laut mengikutikriteria yang telah ditetapkan dalam keputusan Presiden R.I. Nomor : 32 Tahun 1990 tentang PengelolaanKawasan Lindung, sebagai berikut :

    1. Untuk danau dan waduk, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) meter dari titikpasang tertinggi kearah darat.

    2. Untuk mata air, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 200 (dua ratus) meter disekitar mata air.

    c. Untuk sungai yang terpengaruh pasang surut air laut, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 100(seratus) meter dari tepi sungai dan berfungsi sebagai jalur hijau.

    Bagian Keempat

    Pemanfaatan Daerah Aliran Sungai

    Pasal 11

    (1) Pemanfaatan lahan di daerah sempadan dapat dilakukan oleh masyarakat untuk kegiatan-kegiatan tertentusebagai berikut :

    1. Untuk budidaya pertanian dengan jenis tanaman yang diijinkan.2. Untuk kegiatan niaga, penggalian dan penimbunan.3. Untuk pemasangan papan reklame, papan penyuluhan dan peringatan, serta rambu-rambu pekerjaan.

  • Gambar 21. Skema Ruang Terbuka Hijau Perkotaan

    4. Untuk pemasangan rentangan kabel listrik, kabel telepon dan pipa air minum5. Untuk pemancangan tiang atau pondasi prasarana jalan/jembatan baik umum maupun kereta api.6. Untuk penyelenggaraan kegiatan-kegiatan yang bersifat social dan masyarakat yang tidak menimbulkan

    dampak merugikan bagi kelestarian dan keamanan fungsi serta fisik sungai.

    g. Untuk pembangunan prasarana lalu intas air dan bangunan pengambilan dan pembuangan air.

    (1) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), harus memperoleh izin terlebih dahulu daripejabat yang berwenang atau pejabat yang ditunjuk olehnya, serta syarat-syarat yang ditentukan.

    (2) Pejabat yang berwenang dapat menetapkan suatu ruas di daerah sempadan untuk membangun jalan inspeksidan/atau bangunan sungai yang diperlukan, dengan ketentuan lahan milik perorangan yang diperlukandiselesaikan melaui pebebasan tanah.

    Pasal 12

    Pada daerah sempadan dilarang :

    1. Membuang sampah, limbah padat dan atau cair.2. Mendirikan bangunan permanen untuk hunian dan tempat usaha.

    Secara umum ruang terbuka publik (open spaces) di perkotaan terdiri dari ruang terbuka hijau dan ruangterbuka non-hijau. Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan pada Daerah Aliran Sungai adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan dan Daerah Aliran Sungai yang diisi oleh tumbuhan,tanaman dan vegetasi (endemik maupun introduksi) guna mendukung manfaat ekologis, sosial-budaya danarsitektural yang dapat memberikan manfaat ekonomi (kesejahteraan) bagi masyarakatnya dalam wilayahtersebut. . Secara fisik RTH dapat dibedakan menjadi RTH alami yang berupa habitat liar alami, kawasan lindungdan taman-taman nasional, maupun RTH non-alami atau binaan yang seperti taman, lapangan olah raga, dankebun bunga. Multi fungsi penting RTH ini sangat lebar spektrumnya, yaitu dari aspek fungsi ekologis,sosial/budaya, arsitektural, dan ekonomi. Secara ekologis RTH dapat meningkatkan kualitas air tanah, mencegahbanjir, mengurangi polusi udara, dan enurunkan suhu kota tropis yang panas terik.

    Bentuk-bentuk RTH perkotaan yang berfungsi ekologis antara lain seperti sabuk hijau kota, tamanhutan kota, taman botani, jalur sempadan sungai dan lain-lain. Secara sosial-budaya keberadaan RTH dapatmemberikan fungsi sebagai ruang interaksi sosial, sarana rekreasi, dan sebagai tetenger (landmark) kota yangberbudaya. Bentuk RTH yang berfungsi sosial-budaya antara lain

    taman-taman kota, lapangan olah raga, kebun raya, TPU, dan sebagainya .

  • Gambar 22. Skema Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan

    Gambar 23. Tanaman endemik sebagai tetenger

    Secara arsitektural RTH dapatmeningkatkan nilai keindahan dankenyamanan kota melalui keberadaan

    taman-taman kota, kebun-kebun bunga, dan jalur-jalur hijau di jalan-jalan kota. Sementara itu RTH juga dapatmemiliki fungsi ekonomi, baik secara langsung seperti pengusahaan lahan-lahan kosong menjadi lahanpertanian/ perkebunan (urban agriculture) dan pengembangan sarana wisata hijau perkotaan yang dapatmendatangkan wisatawan. .

    Konfigurasi ekologis dan konfigurasi planologis. RTH dengan konfigurasi ekologis merupakan RTH yangberbasis bentang alam seperti, kawasan lindung, perbukitan, sempadan sungai, sempadan danau, pesisir dansebagainya. RTH dengan konfigurasi planologis dapat berupa ruang-ruang yang dibentuk mengikuti pola strukturkota seperti RTH perumahan, RTH kelurahan, RTH kecamatan, RTH kota maupun taman-taman regional/nasional. Sedangkan dari segi kepemilikan RTH dapat berupa RTH publik yang dimiliki oleh umum danterbuka bagi masyarakat luas, atau RTH privat (pribadi) yang berupa taman

    yang berada pada lahan-lahan pribadi.

    Konsep lain dari Ruang Terbuka Hijau perkotaan pada daerah Aliran Sungai adalah Pengelolaansecara bioregion ini dapat dimulai dari lingkungan kita sendiri. Bila kita peduli terhadap lingkungan dimana kitatinggal, kemudian merunutnya, akan sampai pada kesimpulan bahwa pada hakekatnya kita berada di satuwilayah fisiografis yang dinamakan daerah aliran sungai (DAS). Wilayah tersebut, dimana kita dan komunitasmakhluk hidup lain menjadi bagian darinya merupakan bentang alam yang dibatasi oleh batas topografi

  • punggung dan puncak bukit yang menangkap, menampung, menyimpan dan mengalirkan air hujan menujusuatu aliran yang melewati titik tertentu (outlet). Batas inilah yang menjadi salah satu dasar dalam mendefinisikanbatas bioregion.

    Dalam wilayah ini, resonansi atas perilaku manusia terhadap DAS sebagai tempat hidupnya bisadianalogikan dengan sistem aliran darah dalam tubuh manusia. Gangguan yang terjadi pada tubuh manusiasebagai wilayah bioregion, misalnya pada jantung sebagai daerah hulu atau bagian lain dari sistem pembuluhdarah ebagai jaringan drainase berakibat terganggunya sistem kesehatan tubuh secara keseluruhan. Sehinggavitalitas suatu bioregion beserta sistem kehidupan di dalamnya merupakan resultan atas kinerja infrastruktursistem tata air ini.

    Oleh karena itu bentuk-bentuk aktivitas eksploitatif dalam suatu wilayah bioregion DAS dapat berakibatmunculnya fenomena penyimpangan proses-proses alam dan tatanan ruang. Aksi gangguan di daerah hulu penggundulan hutan, transformasi peruntukan lahan, intesifikasi lahan yang melebihi daya dukungmenyebabkan penurunan kemampuan tajuk menahan air hujan (intersepsi), kemampuan tanah meresapkan air(infiltrasi) dan peningkatan air limpasan (runoff) yang berakibat munculnya reaksi di tempat lain. Menghadapifenomena ini diperlukan pandangan menyeluruh yang mengacu pada pola spasial dan proses terkait secarasimultan. Pendekatan yang besifat parsial, sektoral maupun terbatas dalam lingkup wewenang administratif danpolitis, hanya bersifat fragmental dan tidak mengatasi masalah yang secara tuntas. Pendekatan parsial, yanghanya mengandalkan delineasi penggunaan dan penutupan lahan tanpa mempertimbangkan cakupan prosesyang ada dibaliknya, tidaklah efektif. Sebab batas alam dari suatu proses dapat merentang jauh dari tempatmunculnya fenomena yang ditemukan.

    Pendekatan berorientasi sektoral, sering diwarnai ego sektoral sehingga tidak dapat berjalan secaraefisien dan efektif. Antar departemen teknis dengan dinas teknis terkait di bawah pemerintah daerah sering tidaksinkron. Orientasi pembangunan sektoral kerap kali lebih mengusung misi sektor yang diembannya dan biasanyakurang memperhatikan sektor lainnya.

    Demikian pula halnya dalam penanganan permasalahan DAS yang melintasbatasi kewenanganwilayah administrasif menghendaki adanya kerjasama terpadu antar penguasa wilayah administatif terkait.Prinsip saling-ketergantungan (interdepency) dalam konteks regional antara Bandung sebagai kota inti dengankota dan kabupaten (Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, Garut, Sumedang, dan Kabupaten Cianjur) sekitarmerupakan kunci keberhasilan pendekatan ini. Cara pandangan baru atas bioregion suatu DAS

    Oleh karena itu kalau kita mau jujur, bila ditelusuri rangkaian masalah lingkungan yang terjadisebenarnya terletak pada faktor manusia. Pangkal bencana tersebut bukan pada akibat perubahan fungsiekologis, berkurangnya fungsi resapan, meningkatnya air limpasan permukaan, instabilitas lereng atautercemarnya perairan namun pada bencana meminjam istilah Wilson, yang disebut pencemaran gaya hidup(life style pollution). Raibnya kearifan lokal, sirnanya pemahaman dan kesadaran atas hubungan mendasar antaramanusia dan alam, serta mengabaikan peran sebagai bagian komunitas di belahan bumi tempat berpijak,bermuara pada menuai bencana tidak saja di hilir tapi juga di hulu. Sehingga dalam menghadapi masalahkawasan Bandung Raya ini berangkat dari kesadaran atas posisi dan peran keberadaan kita menuju kepeduliankolektif dan prinsip saling-ketergantungan dalam upaya pelestarian dan perlindungan sumberdaya alam danpenyangga kehidupan sangatlah penting.

    Penerapan konsepsi bioregion dalam pengembangan penghijauan daerah-daerah hulu dalam perspektifregional berupa greenbelt sebagai upaya pengendali lingkungan patut dijadikan prioritas. Greenbelt merupakanareal lahan di sekitar kota yang keberadaanya harus ditetapkan secara permanent dan didukung peraturan yangkuat sebagai kawasan hijau dan bebas dari berbagai bentuk struktur bangunan. Fungsi utama sabuk hijau inidisamping membatasi perluasan pertumbuhan spasial kota yang kontinyu dan tidak terarah, adalah menciptakanlingkungan sehat bagi warga kota, memelihara id! entitas lokal, serta pelestarian alam pada kawasan ruangterbuka hijau yang bersangkutan dan kawasan terkait dengan keberadaannya.

    Sebagai contoh, Bangkok merupakan salah satu contoh kota yang berhasil dalam mengembangkangreenbelt sebagai upaya perlindungan keselamatan manusia terhadap ancaman bencana alam banjir. Dengan

  • melestarikan tiga segment greenbelt kota dua di sebelah barat dan satu di timur pembangunan sabuk hijaukota dalam bentuk zona lindung ini mampu memelihara fungsi tata air khususnya dalam mengendalikan banjirmusiman dari sungai Chao Phraya.

    31

    Di Korea, setidaknya terdapat empat belas kota besar yang telah membangun greenbelt dalam berbagaikonteks kepentingan. Seoul, Busan, Kwangju, Daejon, Taegu, Chinju dan Masan merupakan beberapacontohnya. Seoul mampu membangun greenbelt seluas 153 000 ha, setelah melalui empat fase pembangunandalam tahun 1971 sampai 1976. Seoul Capital Region (SCR) terbangun pada radius 15 km dari pusat kota.Dengan didukung 24 kota satelit sekitarnya yang berada di dua provinsi, Seoul merupakan kota dengan kontribusiterbesar dalam struktur greebelt, yaitu 29 % dari total kawasan greenbelt di Korea (539 700 ha). Selain menjadicontoh yang mewakili keberhasilan dalam implementasi greenbelt, Seoul menjadi satu-satunya kota di Asia yangberhasil dalam membangun greenbelt kota saat ini. Seperti Bandung, kota Seoul dengan luas wilayah 62 700 haini berada dalam formasi mangkuk yang dikepung oleh jajaran pegunungan di sekelilingnya. Kota ini juga dialirioleh sejumlah sungai yang berhulu di luar kota Seoul dan bermuara pada sungai utama, sungai Han, yangmembelah kota di bagian Selatan.

    Namun lebih dari itu, formasi greenbelt dibangun dengan sandaran konsepsi bioregion berdasarkanprinsip kesesuaian (coincide) dan kesebangunan (congruence) antara batas alam dengan domain komunitasmasyarakat secara simultan. Konsepsi ini berorientasi membangun hubungan hulu dan hilir, hubunganmasyarakat kota dan desa dalam bentuk interaksi budaya dan ruang. Demikian juga pengembangan berbagaifungsi, seperti : fungsi ekologi (jejaring hidupan liar dari resource pool ke sistem RTH di kota), koridor hijau,restorasi sungai dan jalur riparian, pengembangan rekreasi alam dan pedesaan, pengembangan kawasanpenyangga perlindungan komunitas biotik dan identitas masyarakat lokal.( Qodarian Pramukanto, Staf PengajarDepartemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, IPB; Mahasiswa program doktor pada Seoul NationalUniversity, Korea Selatan).

    C. Pengembangan Jalur Hijau Sebagai Ruang Terbuka Hijau

    Oleh karena sedemikian pentingnya keberadaan jalur hijau bagi kehidupan manusia dan kehidupankekotaan, maka upaya terstruktur dan sistematik pengembangan jalur hijau pun hendaknya dilaksanakan. Bagianmana yang harus dikembangkan menjadi jalur hijau mestinya sudah dapat diketahui sejak dini. Sepertidikemukakan pada bagian terdahulu bahwa jalur hijau ini bersifat multifungsi, walaupun di beberapa bagianmungkin hanya mempunyai fungsi tunggal. (Yunus, 2008)

    Dengan mengetahui kebutuhan akan jalur hijau dan fungsi jalur hijau yang diharapkan, makapengembangan jalur hijau dan diketahui mengenai karakteristik terkait dengan (1) lokasi, (2) bentuk, (3) luasan,(4) komposisi tumbuhan, dan (5) sebaran spasialnya. Banyak variable yang terkait dan menentukan kebijakanpengembangan jalur hijau dimaksud. Keenam cirri khas tersebut akan dikemukakan secara ringkas sebagaiberikut.

    Karakteristik lokasi : keberadaan jalur hijau dengan fungsi yang berbeda akan mempunyai lokasi yangberbeda pula. Sebagai contoh adalah jalur hijau yang diharapkan sebagai jalur pengaman terhadap pesawatudara di waktu landing maupun take-off, maka lokasinya bukan di samping kanan atau kiri landasan pesawatterbang (runway) namun berada di jalur ujung lanjutan runway.

    Didasarkan pada adanya resiko keamanan paling krusial adalah pada saat pesawat akan mendarat atauterbang. Keberadaannya akan berbeda dengan karakteristik fungsi jalur hijau untuk tujuan filter CO2 yangseharusnya berada di sepanjang jalan atau temapt-tempat tertentu yang diperkirakan mempunyai konsentrasiCO2 yang paling banyak. Contoh lain adalah apabila jalur hijau dimaksud untuk tujuan konservasi air tanah bagikota tertentu, maka keberadaanya harus berada pada bagian hulu aliran air tanah sebelum keberadaan kota yang

  • bersangkutan bukan pada bagian hilir setelah kota yang bersangkutan berada.

    Karakteristik Bentuk: Walaupun bentuk jalur hijau yang diharapkan berfungsi tertentu seharusnyamempunyai persyaratan tertentu, namun dalam beberapa hal juga ditentukan oleh keberadaan lahan di manajalurhijau dimaksud akan dikembangan. Untuk bagian WPU yang masih banyak terdapat lahan belum berkembangakan jauh lebih mudah menentukan bentuk jalur hijau yang dimaksudkan dibandingkan dengan bagian dalamkota yang telah padat akan bangunan dan lahan belum terbangun sulit ditemukan.

    Karakteristik Luasan: Secara ideal memang ada persyaratan tertentu yang harus dipenuhi oleh sebuahjalur hijau. Sebagaimana dicontohkan di atas mengenai jalur hijau yang diharapkan berfungsi sebagai pengamanjalur penerbangan, maka secara ideal adalah selebar landasan pacu dengan memiliki panjang tertentu sampaipada batas yang dianggap aman. Demikian pula halnya dengan fungsi untuk tujuan filter bagi C02. Luasantertentu adalah sangat menentukan terhadap efektivitas keberadaannya, karena hal ini berkaitan erat denganbanyak sedikitnya emisi gas berbahaya dengan jumlah tumbuhan yang ada di jalur hijau yang dimaksudkan. Halini telah dikemukakan pada bagian depan.

    Karakteristik Komposisi Tumbuhan : Komposisi tumbuhan menyangkut di dalamnya adalah macamtanaman yang dibudidayakan dan kerapatannya. Di samping itu, pertimbangan estetika juga sebaiknya tidakdilupakan. Penanaman bunga bunga di taman kota, misalnya akan sangat menarik dan memberikankenyamanan bagi pengunjung untuk menikmati. Demikian pula halnya dengan pemilihan jenis tanaman tertentudengan kanopi yang memberikan nuansa keindahan ditinjau dari segi gradasi, warna daun memerlukan ahli yangmemahami hal tersebut agar sifat multi fungsi keberadaan jalur hijau benar-benar efektif. Mengingat pentingnyajalur hijau di wilayah perkotaan, maka memang perlu adanya institusi tertentu yang menangani masalah jalur hijautersebut. Apabila keberadaan-nya sudah dirancangkan jauh sebelumnya, mulai dari WPU, maka diharapkan padamasa yang akan datang kondisi kota yang diidamkan setiap warga bukan merupakan impian kosong belaka(Keraf, 2007).

    Karakteristik Sebaran Spasial: Sebaran spasial jalur hijau sangat dipengaruhi oleh peruntukan ruangyang sudah dirumuskan dalam tata ruang. Peruntukan ruang apa membutuhkan jalur hijau seperti apa danbagaimana sebarannya mestinya sudah dipikirkan secara holistis semenjak awal. Oleh karena karakteristiksebaran spasial ditentukan semenjak daerah tersebut masih menjadi WPU, maka diharapkan determinasisebaran spasialnya dapat dilakukan dengan lebih mudah. Pembuat dan penentu kebijakan pengembangan kotadan wilayah sebaiknya mempunyai pandangan ke depan yang jauh sehingga kebijakan antisipatif terhadapkemungkinan timbulnya dampak negatif terhadap berbagai aspek kehidupan dapat dirumuskan secara arif.Dalam studi kota dan wilayah memang berlaku sebuah moto bahwa the past and present is the key to the futureyang sangat berbeda dari moto para ahli geologi dan geomor