LBM 2 MATA
STEP 1 Chemosis
udemkonjungtivaolehkarenatransudasicairandaripembuluhdarahkapilerkonjungtiva
Conjuctival injection melebarnyapembuluhdaraharterikonjungtiva
posterior yang terjadiakibatpengaruhmekanis /
karenainfeksipadajaringankonjungtiva
Papils terdapatpadabagian tarsus superior, bentuk polygonal
danbagiantengahadapembuluhdarah. Disebutjugasebagai cobble
stone
Copiuspurulerent purulent :
cairankeruhkuningmakinganaskumanmakaakansemakin purulent
(keruhdankuning), banyakselmati&jaringannekrosis
STEP 21. Why the children had red eyes on both eyes since 3 days
ago?2. Why the children has produced yellow discharge and his
eyelids difficult to open?3. Why the children had oedempalpebrae
with severe spasm, conjuctival injection, chemosis, &copius
purulent discharge?4. Why baby had papils at superior and inferior
tarsal conjunctiva?5. What the relation of microbiology test found
gram negativediplococcus in the discharge with the symptom of
patient?6. How of pathophysiology of conjunctivitis?7. Mention and
explain about vaskularisasi of conjunctiva !8. Diferential
Diagnosis9. What kind of the discharge?10. Physical Examination?11.
What are the etiology of conjunctivitis?12. What are the
therapy?13. What kind of red eyes?
STEP 31. Mention and explain about vaskularisasi of conjunctiva
!a. ophtalmica : a.ciliaris, a. konjungtiva, a. perikornea A.
konjungtiva posterior memperdarahikonjungtivabulbi A. ciliaris
anterior / episkleramempercabangkan :a. episklera (masukke bola
matadengana. ciliaris posteriorlongusbergabungmembentuk a.
cirkularis mayor) memperdarahi iris & corpus ciliarisb. a.
perikornea : memperdarahikorneac. a. episklera (yang adadiatas
sclera, bagiandaria. ciliaris anterior) : perdarahankedalam bola
matajikaadapelebarandaripembuluhdarahtsbmatamerah
2. What kind of red eyes?Red eyes with blur vision & red
eyes without blur vision ! Pelebaranpembuluhdarah,
pecahnyapembuluhdarahmatamerahperdarahan sub konjungtiva1.
injeksikonjungtivawarnamerahdibawahpalpebrasecret +penglihatan :
Normalkarenainfeksi, alergi2. injeksisiliar/perikorneal :
pelebaranpadaa.ciliaris anterior (memperdarahikorneasegmen
anterior) keunguandisekitarkorneadan irissecretpenglihatan :
menurunkarena glaucoma, peradangankorne, tukakkorne,
bendaasingpadakornea / uvea (tunica vaskulosa)3. injeksi sclera :
pelebaran a. ciliarislongus (memperdarahiintraokuler)
merahgelapsekitarsklerasecretpenglihatan : sangatturunkarena
glaucoma, infeksi
Mata merah, visusturun?Bisakarena herpes
menyerangsarafpenyulitvisusmenurunMata merah, visus normal?
3. Why the children had red eyes on both eyes since 3 days
ago?Apahubunganbayilahir 2 hariygmengalamiinfeksimatadengan proses
kelahiran !Mata merah :krnpelebaranpembuluhdarahAntigen di
tangkapmakrofagsel T helper melepaskansitokin antibody
(IgE)berikatan dg sel mast degranulasisel mast histamine (mediator
inflamasi)tandainflamasi1. kalor :
vasodilatasipembuluhdarahpadamatajarangterjadikrn PD kecil2. merah
: peningkatanvasodilatasi ( a. sclera posterior & a. sclera
anterior)3. Tumor :meningkatnyamasa jar edem&transudasi4. Nyeri
:rangsanganserabutsaraf5. Fungsiolesa :gangguanpadalesitsb
Flora normal matatergantungdari system imuntubuhBayi : system
imunbelumsempurna,
jugakarenainfeksidarijalanlahirpertahananmatanyablmmatangKonjungtivaselstromaseldendritmemfagosit
4. What kind of the discharge?Virus : serous encerseperti
airAlergi : mucous kental, bening, elastisBakteri (go) : purulent
cair, keruh, kuningDipteri : membranous
terbentukjaringannekrotikStreptococcus haemoliticus
:pseudomembranmelekatpdkonjungtivatpmudah di ambilVirus :sangius
secret berdarah, secret purulent setelah 2-3 hari
5. Why the children has produced yellow discharge and his
eyelids difficult to open?Proses peradangan : Antigen di
tangkapmakrofagsel T helper melepaskansitokin antibody
(IgE)berikatan dg sel mast degranulasisel mast histamine (mediator
inflamasi)tandainflamasiLeukosit>>fagosit secret
berwarnakuning (berasaldarifagosit)
SecarafisiologiskonjungtivaSel goblet mucus
infeksileukositdaristromanaikkepermukaanlengket
SecretCair : virusPurulent :bakteri / chlamydiaHiperpurulen
:gonokok/meningokokLengket :alergi (tetesmata)Serous :
adenovirus
6. Why the children had oedempalpebrae with severe spasm,
conjuctival injection, chemosis, &copius purulent
discharge?Secarakliniskemosistampaksepertigelembungataubenjolanbeningpadakonjungtivabulbi.Bisaterjadisecara
2 fase, aktifdanpasif. Aktif,
karenapeningkatanpermebilitaspadaperadangan. Pasif, adanyastatis.
Tergantungadanyakeseimbanganprodukcairandariarteri, penyerapanke
vena, atausaluranlimfatik.
Ketikaterjadiketidakseimbanganbisamenyebabkankemosis.
Agenmerusakepitelkonjungtivainflamasiedemepitel, kematiansel,
hipertrofiepitel (permukaan)
stromaSelradangbermigrasidaristromakeselpermukaanbercampurdengan
fibrin dan mucus
eksudatygmenyebabkanterjadinyaperlengketanpdpalpebra
Severe spasm (Kaku) : proses peradangan system imun secret spasm
udempalpebra
7. Why baby had papils at superior and inferior tarsal
conjunctiva?Papil :ujudkelainan yang menonjol di
permukaankonjungtiva (d < 5mm) peradanganterkumpulnya infiltrate
neutrophil, limfosit, danleukosit lain terbentukpapil
8. What are the etiology of ocular surface disease?Virus,
bakteri, glaucoma, alergi, jamur
9. Diferential Diagnosis of ocular surface disease and explain
it (etiologi, patofisiologi, manifestasiklinis) ! gram (-)
diplococcus :
konjungtivitisgoetiologiolehkarenakuman.gonorrheaklasifikasi :bayi
: 1-3 harioftalmianeonatorum (olehkarenainfeksijalanlahir)bayiumur
10 hari / anak2 konjungtivitisgonoreinfantumdewasa :
konjungtivitisgonoroikaadultorumpatofisiologi :
konjungtivaterjadiiritasivasodilatasikonjuntivamataakanmemproduksi
air mata>>, terdapatseldarahputihjugastadium :1. infiltrative
berlangsung 3-4 hari palperabengkak, hipermeni, nyeri konjungtiva :
injeksikonjuntiva secret : serous2. supurativa (purulent)
berlangsung 2-3 minggu palpebralmasihbengkak, hiperemis,
tdkbegitutegang secretkentalcampurdarah menyerang 1 matadahulu khas
: jika palpebral dibuka : keluarmendadak3. konvalesen (penyembuhan)
berlangsung 2-3minggu palpebralsedikitbengkak konjungtiva :
sedikithipermemi injeksikonjungtivamasihnyata, secret
sedikitberkurang
10. Physical Examination of ocular surface disease?11. What the
relation of microbiology test found gram negativediplococcus in the
discharge with the symptom of patient?
12. What are the therapy?Terapi :kapasdengan air rebus (hangat)
/ garamfisiologitiap jam salep/tetesmata penicillin tiap jam
tetesmata (dalambentuklarutan 10rb-20rb unit tiap 1 menit-3 menit),
salep penicillin tiap 1 jam selama 3 hari
Dalam 3 haridilakukan test gonorejikasudah (-)
pengobatandihentikan
MAPPING
RED EYES
Macam-macamkonjungtivitis-konjungtivitis (blepatitis)-
hordeolum- pterigyum- skeritisBlur visionWithout blur vision
STEP 71. Mention and explain about vaskularisasi of conjunctiva
!Pembuluh darah pada konjungtiva :a. arteri konjngtiva
posteriormendarahi konjungtiva bulbib. arteri siliar anterior atau
episklera , mencabangkan :i. arteri episkleramasuk ke bola mata
dengan arteri siliar posterior longus, bergabung membentuk arteri
sirkular mayor atau pleksus siliarismendarahi iris dan badan
siliar.ii. Arteri perkorneamendarahi korneaiii. Arteri episklera,
merupakan bagian arteri siliar anteriormendarahi bola mata.Bila
pembuluh darah di atas melebarmata merah.Atau bias karena pecahnya
pembuluh darah di atas.Ilmu Penyakit Mata, Sidarta IlyasPada
konjungtiva terdapat pembuluh darah : arteri konjungtiva posterior
yang memperdarahi konjungtiva bulbi arteri siliar anterior atau
episklera yang memberi cabang : arteri episklera masuk ke dalam
bola mata dan dengan arteri siliar posterior longus bergabung
membentuk arteri sirkular mayor atau pleksus siliar, yang akan
memperdarahi iris dan badan siliar arteri perikornea, yang
memperdarahi kornea arteri episklera yang terletak di atas sklera,
merupakan bagian arteri siliar anterior yang memberikan perdarahan
kedalam bola mata. bila terjadi : pelebaran pembuluh-pembuluh
diatas maka akan terjadi mata merah mata merah dapat juga terjadi
akibatpecahnya salah satu dari kedua pembuluh diatas dan darah
tertimbun di bawah jaringan konjungtiva keadaan ini disebut sebagai
perdarahan subkonjungtiva
Peradangan sistemik dan local
Peradangan sistemik terjadi jika sistem imunitas tubuh tidak
mampu untuk menahan agen penyerang. Mekanisme dari peradangan
tersebut adalah sebagai berikut. Respon pertama adalah respon imun
nonspesifik. Basofil atau lebih tepatnya sel mast yang berada di
jaringanlah yang mengetahui masuknya suatu agen penyerang. Basofil
atau mastosit mengeluarkan faktor-faktor untuk memanggil leukosit
jenis lain. Contohnya faktor kemotaktik eosinofil untuk memanggil
eosinofil. Basofil juga melepaskan mediator kimiawi seperti
bradikinin untuk melebarkan pembuluh darah agar teman-temannya
dapat masuk--> Setelah itu tugas diambil alih oleh netrofil.
Netrofil dapat memfagosit benda asing dengan cepat namun
kekurangannya hanya dapat sekali pakai. Netrofil akan mati setelah
memfagosit. Pertahanan selanjutnya adalah makrofag. Makrofag
berasal dari monosit yang sudah teraktivasi. Makrofag dapat memakan
lebih banyak dan berkali-kali namun sayang aktifasinya lambat. Jika
respon imun nonspesifik ini tidak berhasil maka respon imun
spesifik akan bekerja. Makrofag akan berubah fungsi sebagai Antigen
Presenting Cell (APC) yang memperlihatkan serpihan antigen
penyerang dengan membawanya di Major Histocompatability Complex
(disingkat MHC, pada manusia disebut Human Leukocyte Antigen [HLA])
tipe II MHC II akan berikatan dengan Limfosit T helper (CD4) pada
bagian T Cell Receptor (TCR) Sel T helper akan memproduksi mediator
kimiawi seperti interleukin 2,4,5 yang digunakan untuk pematangan
sel B pembentuk antibodi, interferon gamma untuk memanggil makrofag
lain, interleukin 2 juga digunakan untuk mengaktifkan sel T lain
sperti T sitotoksik (CD8) yang dapat membunuh dengan menggunakan
enzim perforase yang dapat melubangi membran sel target. Jadi dapat
dikatakan bahwa sel T helper adalah jenderal dar sistem imun.
Makrofag sebagai APC juga akan mengeluarkan interleukin 1 sebagai
respon atas keluarnya mediator kimiawi T helper. Menurut penelitian
interleukin 1 dapat mengaktivasi prostatglandin yang kemudian
berdampak pada pengaturan suhu tubuh. Hal inilah yang menyebabkan
adanya demam pada sebagian besar proses inflamasi. Setelah
dirangsang pematangannya oleh sel T helper, sel B berkembang
menjadi imunoglobluin (antibodi) yang akan bertugas menetralisir
agen penyerang. Adanya kompleks antigen-antibodi akan memicu sistem
komplemen tipe klasik yang bertugas untuk menjaga respon imun tetap
terus berlanjut sampai agen penyerang mati. Contohnya C3b yang
mengakibatkan opsonisasi yaitu penempelan beberapa kompleks antigen
antibodi untuk bersama-sama dikeluarkan atau dihancurkan. Komplemen
C5b6789 berfungsi sebagai zat pelisis membran sel target
bersama-sama dengan sel T sitotoksik. Semua hal itu membutuhkan
kerjasama yang baik antar semua komponen sistem imun. (Boedina,
2003; Guyton 1997; Wilson, 2005)
2. What kind of red eyes?Red eyes with blur vision & red
eyes without blur vision !Mata merah, visus normal?Mata merahPada
mata normal sclera terlihat berwarna putih karena sclera dapat
terlihat melalui bagian konjungtiva dan kapsul Tenon yang tipis dan
tembus sinar
Hiperemi konjungtiva terjadi akibat bertambahnya asupan pembuluh
darah ataupun berkurangnya pengeluaran darah seperti pada
pembendungan pembuluh darah.
Bila terjadi pelebaran pembuluh darah konjungtiva atau episclera
atau perdarahan antara konjungtiva dan sclera maka terlihat warna
merah pada mata yang sebelumnya berwarna putih
Mata merah karena melebarnya pembuluh darah konjungtiva , yang
terjadi pada peradanga mata akut missal konjungtivitis, keratitis,
iridosiklitis Mata merah karena pembuluh darah superficial melebar
diberi epinefrin topical agar terjadi vasokonstriksi sehingga mata
kembali putih.
Pembuluh darah pada konjungtiva : arteri konjngtiva posterior
mendarahi konjungtiva bulbi arteru siliar anterior atau episklera ,
mencabangkan : arteri episklera masuk ke bola mata dengan arteri
siliar posterior longus, bergabung membentuk arteri sirkular mayor
atau pleksus siliaris mendarahi iris dan badan siliar. Arteri
perkornea mendarahi kornea Arteri episklera, merupakan bagian
arteri siliar anterior mendarahi bola mata. Bila pembuluh darah di
atas melebar mata merah. Atau bias karena pecahnya pembuluh darah
di atas.Ilmu Penyakit Mata, Prof.dr.H.Sidarta Ilyas, SpM, FKUI
Saat ada benda asing masuk, tubuh akan membentuk suatu mekanisme
pertahanan tubuh yaitu melalui reaksi inflamasi atau peradangan,
yang pertama kali terjadi adalah adanya kalor (panas) karena
vasodilatasi pembuluh darah, tapi hal ini sangat jarang terjadi
pada mata karena organ nya kecil dan pembuluh darahnya tidak banyak
dan kecil-kecil, kemudian akan timbul rubor (kemerahan) karena
vasodilatasi pembuluh darah dan meningkatnya aliran darah pada
daerah yang terkena, kemudian terjadi tumor (pembengkakan) karena
adanya peningkatan masa jaringan akibat edema dan transudasi
jaringan, lalu timbul dolor (rasa nyeri) karena akibat rangsangan
pada serabut saraf sensoris dan akhirnya dapat menyebabkan
fungsiolesa (fungsi organ yang terkena menjadi terganggu) .
Oftalmology Umum, Vaughan & Asbury , Ed. 17 EGC
Mata merah terbagi menjadi mata merah akibat melebrnya pembuluh
darah konjungtiva seperti pada peradangan mata akut, misalnya:
konjungtivitis, keratitis, atau iridosiklitis. Selain melebarnya
pembuluh darah, mata merah dapat terjadi akibat pecahnya salah satu
pembuluh darah mata yang menyebabkan darah tertimbun di bawah
jaringan konjungtiva, keadaan ini disebut sebagai perdarahan
subkonjungtiva.Kemerahan yang paling nyata pada fornix dan
mengurang ke arah limbus. Hal ini disebabkan oleh dilatasi pembuluh
pembuluh konjungtiva posterior. Pembuluh darah konjungtiva
posterior berasal dari cabang nasal dan lakrimal yang merupakan
cabang teminal arteri oftalmika, menuju kelopak mata melalui
forniks. Diantara keduanya terdapat anastomosis. Injeksi
konjungtiva menunjukkan adanya kelainan pada konjungtiva
superficial.
Daniel Vaughan, General Ophthalmology. Fifteenth edition,
Appleton and Lange, San Fransisco, USA. 1999Hiperemia konjungtiva
terjadi akibat bertambahnya asupan pembuluh darah atau berkurangnya
pengeluaran darah seperti pada pembendungan pembuluh darah. bila
terjadi pelebaran pembuluh darah konjungtiva atau episklera atau
perdarahan antara konjungtiva dan sklera maka terlihat warna merah
pada mata yang sebelumnya berwarna putih.mata terlihat merah akibat
melebarnya pembuluh darah konjungtiva yang terjadi pada peradangan
mata akut, misalnya : konjungtivitis, keratitis, atau
iridosiklitis. pada konjungtivitis dimana pembuluh darah
superfisial yang melebar, maka bila diberi epinefrin dimana
pembuluh darah superfisial yang melebar, maka bila diberi epinefrin
topikal akan terjadi vasokontriksi sehingga mata akan kembali
putih.
Artini W, Hutauruk JA, Yudisianil. Pemeriksaan Dasar Mata.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2011.p.101 Sheppard JD, Roy H.
Hyphema. diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/1190165-overview#showall
Injeksi konjungtivaInjeksi siliar/perkornealInjeksi
episkleral
Asala. konjungtiva posteriora. siliar longusa. siliar
MemperdarahiKonj. BulbiKornea segmen anteriorIntraokular
Warna MerahUnguMerah gelap
Arah aliranKe periferKe sentralKe perifer
Konjungtiva digerakkanIkut bergerakTdk bergerakTdk ikut
bergerak
Dengan epinefrinMenciutTdkTdk
KelainanKonjungtivaKornea/irisGlaukoma/ endoftalmitis
Sekret+--
NTurunSangat turun
3. Why the children had red eyes on both eyes since 3 days
ago?Apahubungan bayi lahir 2 hari yg mengalami infeksi mata dengan
proses kelahiran !Benda asing masuk tubuh akan membentuk suatu
mekanisme pertahanan tubuh melalui reaksi inflamasi atau
peradangan, yang pertama kali terjadi adalah adanya kalor (panas)
karena vasodilatasi pembuluh darah, tapi hal ini sangat jarang
terjadi pada mata karena organ nya kecil dan pembuluh darahnya
tidak banyak dan kecil-kecil, kemudian akan timbul rubor
(kemerahan) karena vasodilatasi pembuluh darah dan meningkatnya
aliran darah pada daerah yang terkena, kemudian terjadi tumor
(pembengkakan) karena adanya peningkatan masa jaringan akibat edema
dan transudasi jaringan, lalu timbul dolor (rasa nyeri) karena
akibat rangsangan pada serabut saraf sensoris dan akhirnya dapat
menyebabkan fungsiolesa (fungsi organ yang terkena menjadi
terganggu).
OFTALMOLOGI UMUM JILID 1 EDISI 11, DANIEL VAUGHAN, WIDYA
MEDIKAPada mata normal sclera terlihat berwarna putih karena sclera
dapat terlihat melalui bagian konjungtiva dan kapsula tenon yang
tipis dan tembus cahaya.Hiperemi konjungtiva terjadi karena
bertambahnyaa asupan pembulluh darah ataupun berkurangnya
pengeluaran darah seperti pada pembendungan pembuluh darah. Bila
terjadi pelebaran pembuluh darah konjungtiva atau episklera atau
perdarahan antara konjungtiva dan sclera maka akan terlihat warna
merah pada mata yang sebelumnya berwana putih.Pelebaran pembuluh
darah mata merah peradangan akut, missal pada konjungitvitis,
keratitis, atau iridosiklitis.Keratitis pleksus arteri konjungtiva
permukaan melebar, sedang pembuluh darah arteri perikornea yang
lebih dalam akan melebar pada iritis dan glaucoma akut
kongestif.Mata merah karena pembuluh darah superficial melebar
diberi epinefrin topical agar terjadi vasokonstriksi sehingga mata
kembali putih.Pembuluh darah pada konjungtiva :a. arteri konjngtiva
posterior mendarahi konjungtiva bulbib. arteru siliar anterior atau
episklera , mencabangkan : arteri episklera masuk ke bola mata
dengan arteri siliar posterior longus, bergabung membentuk arteri
sirkular mayor atau pleksus siliaris mendarahi iris dan badan
siliar. Arteri perkornea mendarahi kornea Arteri episklera,
merupakan bagian arteri siliar anterior mendarahi bola mata.Bila
pembuluh darah di atas melebar mata merah.Atau bias karena pecahnya
pembuluh darah di atas.(Ilmu Penyakit Mata, Sidarta Ilyas)
Perubahan vaskularRespon vaskular pada tempat terjadinya cedera
merupakan suatu yang mendasar untuk reaksi inflamasi akut.
Perubahan ini meliputi perubahan aliran darah dan permeabilitas
pembuluh darah. Perubahan aliran darah karena terjadi dilatasi
arteri lokal sehingga terjadi pertambahan aliran darah (hypermia)
yang disusul dengan perlambatan aliran darah. Akibatnya bagian
tersebut menjadi merah dan panas. Sel darah putih akan berkumpul di
sepanjang dinding pembuluh darah dengan cara menempel. Dinding
pembuluh menjadi longgar susunannya sehingga memungkinkan sel darah
putih keluar melalui dinding pembuluh. Sel darah putih bertindak
sebagai sistem pertahanan untuk menghadapi serangan benda-benda
asing
Antigen masuk makrofag presentase ke sel Th2 pelepasan sitokin
rangsang sel B pembentukan antibodi (Ig E) antibodi berikatan
dengan sel mast fagositosis antigen degranulasi sel mast
pengeluaran mediator inflamasi (histamin, bradikinin, dll)
vasodilatasi (peningkatan aliran darah) calor peningkatan
permeabilitas vaskuler ekstravasasi intravas ke ekstravas edema
4. What kind of the discharge?Sekret serous Encer seperti air
dengan penyebabnya virus. Setelah 2-3 hari dapat menjadi
mukopurulen, karena super infeksi dari kuman komensal, (daya tahan
menurun sehingga kuman komensal tumbuh tak terkendali)Sekret mucous
kental, bening, elastis (bila ditarik dengan ujung kapas),
penyebabnya biasanya karena proses khronis/alergi Fibrin-fibrin
dalam keadaan utuh. Klinis : bila ditutul kapas akan mulur
(elastis) Sebab zat mucous terdiri dari fibrin
Sekret purulen Makin ganas kumannya makin purulen (nanah) mis :
Gonococcen Banyak sel yang mati, terutama lekosit, dan jaringan
nekrose Kuman-kumannya type ganas, fibrin sudah hancur. Bila
ditutul kapas, ia akan terhisap, sifatnya seperti air,berwarna
kuning Campuran : mucopurulen, kental berwarna kuning, elastis.
Penyebabnya: biasanya kumankokus yang lain.
Sekret Pseudo-membranacea Seolah-olah seperti melekat pada
konjungtiva tetapi mudah diambil dan tak mengakibatkan perdarahan.
Penyebabnya antara lain streptococcus haemoliticus
Sekret Membranous : Misal : pada konjungtivitis diphtherica.
Terbentuk sekret, sel - sel lepas dan terbentuk jaringan nekrotik.
Terjadi defek konjungtiva. Membran sukar dilepas dan bila dipaksa
akan berdarah karena ada ulkus dibawahnya. Bila dilepas /dikupas
akan berdarah
Sekret Sanguis Sekret berdarah. Terdapat pada konjungtivitis
karena virus yang sangat virulen. Sering disertai sekret purulen
setelah dua/ tiga hari, karena ada super infeksi dari bakteri
komensal.
5. Why the children has produced yellow discharge and his
eyelids difficult to open?Yellow discharge
http://www.medicinesia.com/harian/infeksi-pada-mata-virus-dan-bakteri/
TandaBakterialViralAlergikToksikTRIC
Injeksi konjuntivitisHemoragiKemosisEksudat
Pseudomembran
PapilFolikel
NodusPreaurikularPanusMencolok
+++Purulen atau mukopurulen
+/-(strep.,C.diph)+/--
+
-Sedang
++/-Jarang, air
+/-
-+
++
-Ringan- sedang-++Berserabut (lengket), air-
+-
-
(kecuali vernal)Ringan- sedang-+/--
-
-+ (medikasi)-
-Sedang
-+/-Berserabut (lengket)
-
+/-+
+/-
+
kelopak mata lengketAdanya agens perusak, menyebabkan cedera
pada epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel, kematian sel dan
eksfoliasi, hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat
edema pada stroma konjungtiva (kemosis) dan hipertrofi lapis
limfoid stroma (pembentukan folikel). Sel-sel radang bermigrasi
dari stroma konjungtiva melalui epitel ke permukaan. Sel-sel ini
kemudian bergabung dengan fibrin dan mukus dari sel goblet,
membentuk eksudat konjungtiva yang menyebabkan perlengketan tepian
palpebra saat bangun tidur.OFTALMOLOGI UMUM JILID 1 EDISI 11,
DANIEL VAUGHAN, WIDYA MEDIKASecret mucusPada saat teraktivasi, sel
mast ini akan mensintesa dan melepaskan kemokin, mediator lipid
seperti leukotrien, platelet activating factor (PAF) dansitokin
yaitu IL-4 dan IL-13 yang akan mengekalkan respon TH2.
Mediatormediator ini akan berperan pada respon inflamasi akut dan
kronik. Mediator lipid umumnya menyebabkan kontraksi otot polos,
peningkatan permeabilitas vaskuler,sekresi mukus dan menginduksi
aktivasi leukosit yang berperan pada respon faselambat. Leukotrien
berfungsi untuk mempertahankan respon inflamasi dijaringanJaneway
A.C., Travers P. Immunobiology: The immune system in healthand
disease. 5th eds. New York: Churchill Livingstone, 2001:
473-481.Sitologi konjungtivitis Agen perusak cidera epitel
konjungtiva dan edem epitel, kematian seldan eksfoliasi, hipertrofi
epitel atau pembentukan granuloma Dapat ditemukan sel sel radang
termasuk neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit, dan sel plasma
Sel sel radang bermigrasi dari stroma konjungtiva epitel permukaan
bergabung dengan fibrin dan mucus dari sel2 goblet untuk membentuk
eksudat konjungtiva menyebabkan perlengketan pada tepi palpebra
Jumlah secret konjungtiva akan lebih banyak sewaktu bangun pagi.
Penutupan kelopak mata yang lama membuat suh mata = suhu tubuh . (
Biasanya suhu mata lebih rendah dari suhu badan akibat penguapan
air mata ) Suhu mata = suhu badan berakibat berkembang biaknya
kuman dengan baik Suhu badan merupakan incubator yang optimal untuk
kuman sehingga kuman akan memberikan peradangan yg lebih berat pada
konjungtiva sekret akan bertambah pada pagi hariOftalmology Umum,
Vaughan & Asbury , Ed. 17 EGC dan Ilmu Penyakit Mata,
Prof.dr.H.Sidarta Ilyas, SpM, FKUI
6. Why the children had oedem palpebrae with severe spasm,
conjuctival injection, chemosis, &copius purulent
discharge?EdemaPada reaksi alergi, degranulasi sel mast dan
aktivasi sel TH2 selainmenyebabkan terakumulasinya eosinofil dalam
jumlah besar pada tempatterjadinya alergi juga didapatkan basofil
meski tidak sebanyak eosinofil.38Seperti halnya eosinofil, basofil
akan mengekspresikan FcRI padapermukaan selnya. Akibat dari
aktivasi sitokin ataupun antigen tersebut, basophil akan melepaskan
histamin dan IL-4 dari granula basofiliknya.38Sel basofil mempunyai
granula sekretorik seperti pada sel mast. Sel basophil dan sel mast
mengandung berbagai mediator baik yang ada sebelumnya(preformed)
misalnya histamin, serine protease, heparin, maupun yang
barudibentuk sebagai respons terhadap rangsangan, misalnya
prostaglandin (PGD2), leukotrien, platelet activating factor (PAF)
dan berbagai jenis sitokin. Mediatormediatorini menarik sel-sel
inflamasi lain sehingga menimbulkan manifestasiklinik alergi
seperti inflamasi, bronkospasme, sekresi lendir berlebihan
peningkatan permeabilitas vaskuler yang berakibat edemaWheatley LM
and Platts-Mills TAE. Perennial allergens and the asthmaepidemic.
Science and Medicine, 1996 May/June: 6-13
mekanisme conjungtival injection ?Konjungtivitis terjadi karena
kerusakan jaringan akibat masuknya benda asing ke dalamkonjunctiva
akan memicu suatu kompleks kejadian yang dinamakan respon radang
atauinflamasi. Tanda-tanda terjadinya inflamasi pada umumnya adalah
kalor (panas), dolor (nyeri), rubor (merah), tumor (bengkak) dan
fungsiolesa. Masuknya benda asing ke dalamkonjungtiva tersebut
pertama kali akan di respon oleh tubuh dengan mengeluarkan air
mata.Terjadinya suatu peradangan pada konjungtiva juga akan
menyebabkan vasokonstriksisegera pada area setempat, peningkatan
aliran darah ke lokasi (vasodilatasi) dalam hal iniadalah a.
ciliaris anterior dan a. palpebralis sehingga mata terlihat menjadi
lebih merah,terjadi penurunan velocity aliran darah ke lokasi
radang (leukosit melambat dan menempel diendotel vaskuler), terjadi
peningkatan adhesi endotel pembuluh darah (leukosit dapat terikat
pada endotel pembuluh darah), terjadi peningkatan permeabilitas
vaskuler (cairan masuk ke jaringan), fagosit masuk jaringan
(melalui peningkatan marginasi dan ekstravasasi), pembuluh darah
membawa darah membanjiri jaringan kapiler jaringan memerah
(RUBOR)dan memanas (KALOR), peningkatan permeabilitas kapiler,
masuknya cairan dan sel darikapiler ke jaringan terjadi akumulasi
cairan (eksudat) dan bengkak (edema), peningkatan permeabilitas
kapiler, penurunan velocity darah dan peningkatan adhesi, dan
migrasi leukosit(terutama fagosit) dari kapiler ke jaringan
GatalReaksi alergi melibatkan antibodi spesifik IgE. Bila
alergen berikatandengan molekul IgE yang sebelumnya telah melekat
pada permukaan mastositatau basofil, maka hal itu akan menyebabkan
dilepaskannya berbagai mediatoroleh mastosit atau basofil. Keadaan
ini menyebabkan manifestasi klinik sepertimata berair, peningkatan
sekresi hidung dan bersin pada hay fever, sesak danbatuk pada asma,
kulit kemerahan dan gatal pada urtikaria, bahkan bisa
jugamengakibatkan kematian.Pajanan allergen berikutnya terjadi di
tempat yang berbeda dari pajanan awalnya, yan menyebabkan alergen
bisa menembus melewati epitel konjungtiva superfisialmenuju daerah
subepitel, lalu antigen akan mengikat spesifik alergen IgE
tersebutpada permukaan sel mast. Selanjutnya dalam 60 menit akan
terjadi degranulasi,diawali dengan pelepasan mediator-mediator yang
dapat menyebabkan chemosisdan rasa gatal di konjungtiva.Liesegang
TJ, Deutsch TA, Grand MG eds. Basic and clinical sciencecourse,
Intraocular inflammation and uveitis, Section 9, 2001-2002.
TheFoundation of the American Academy of Ophthalmology. San
Francisco,2001: 72.
Adanya agen perusak, menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva
yang diikuti edema epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi
epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat edema pada stroma
konjungtiva (kemosis) dan hipertrofi lapis limfoid stroma
(pembentukan folikel). Sel sel radang bermigrasi dari stroma
konjungtiva melalui epitel ke permukaan. Sel sel ini kemudian
bergabung dengan fibrin dan mukus dari sel goblet, membentuk
eksudat konjungtiva yang menyebabkan perlengketan tepian palpebra
saat bangun tidur.OFTALMOLOGI UMUM JILID 1 EDISI 11, DANIEL
VAUGHAN, WIDYA MEDIKAa. Hiperemi : Kemerahan yang paling nyata pada
fornix dan mengurang ke arah limbus. Hal ini disebabkan oleh
dilatasi pembuluh pembuluh konjungtiva posterior. Pembuluh darah
konjungtiva posterior berasal dari cabang nasal dan lakrimal yang
merupakan cabang teminal arteri oftalmika, menuju kelopak mata
melalui forniks. Diantara keduanya terdapat anastomosis. Injeksi
konjungtiva menunjukkan adanya kelainan pada konjungtiva
superficial.
b. Lakrimasi :Sekresi air mata oleh karena adanya sensasi benda
asing, sensasi terbakar/ gatal.c. Eksudasi :Adanya secret yang
keluar saat bangun tidur dan bila berlebihan palpebra saling
melengket.
d. Kemosis :Udem konjungtiva oleh karena transudasi cairan dari
pembuluh darah kapiler konjungtiva. Klinis tampak seperti
gelembung/benjolan bening pada konjungtiva bulbi atau fornix.
Kemosis dapat terjadi secara :0. Aktif : peningkatan permeabilitas
pada peradangan ( eksudat )0. Pasif : akibat stasis ( perbandingan
tissue fluid didalam jaringan/organ tergantung pada keseimbangan
antara produk cairan dari arteri, penyerapan ke vena dan drainage
oleh limfatik ). Ketidakseimbangan salah satu factor ini dapat
menyebabkan kemosis.
e. Folikel : Tampak pada kebanyaan kasus konjungtivitis virus,
kasus konjungtivitis khlamidia. Sering terdapat pada tarsus
terutama tarsus superior. Secara klinik dapat dikenali sebagai
struktur kelabu atau putih yang avaskuler dan bulat. Pada
pemeriksaan slit lamp, pembuluh-pembuluh kecil tampak muncul pada
batas folikel dan mengintarinya.
f. Pseudomembran :Adalah haasil proses eksudatif dan hanya
berbeda derajatnya. Pseudomembran adalah pengentalan di atas
permukaan epitel, bila diangkat epitel tetap utuh. Bila sebuah
membran adalah pengentalan yang meliputi seluruh epitel epitel jika
diangkat akan meninggalkan permukaan yg kasar dan berdarah.
Pseudomembran atau membran dapat menyertai konjungtivitis virus
herpes, pemphigoid sikatriks, difteria. Membran dan pseudomembran
dapat berupa sisa akibat luka bakar kimiawi.
g. Hipertrofi papila :Reaksi konjungtiva non spesifik yang
terjadi karena konjungtiva terikat pada tarsus atau limbus.
Konjungtiva papiler merah mengesankan penyakit bakteri atau
klamidia.h. Nodus preaurikuler:Pembesaran nodus limfatikus. Ada
nyeri tekan pada konj. Herpes dan inklusi dan trakoma. trachoma and
inclusion conjunctivitis. = TRICDaniel Vaughan, General
Ophthalmology. Fifteenth edition, Appleton and Lange, San
Fransisco, USA. 1999
7. Why baby had papils at superior and inferior tarsal
conjunctiva?Etiologi : akibat pengaruh mekanis, alergi, atau
injeksi pada jaringan konjungtivaAdanya peradangan pada konjungtiva
ini menyebabkan dilatasi pembuluh-pembuluh konjungtiva posterior,
menyebabkan hiperemi yang tampak paling nyata pada forniks dan
mengurang ke arah limbus. Pada hiperemia konjungtiva ini biasanya
didapatkan pembengkakan dan hipertrofi papila yang sering disertai
sensasi benda asing dan sensasi tergores, panas, atau gatal.
Sensasi ini merangsang sekresi air mata. Transudasi ringan juga
timbul dari pembuluh darah yang hiperemia dan menambah jumlah air
mata. Jika klien mengeluh sakit pada iris atau badan silier berarti
kornea terkena. OFTALMOLOGI UMUM JILID 1 EDISI 11, DANIEL VAUGHAN,
WIDYA MEDIKA
1. bangunan patologisKeteranganGambar
1. Papula Ujud kelainan yang menonjol dari permukaan konjungtiva
dengan diameter kurangdari 5 mm karena terkumpulnya infiltrat,
neutrofil, limphocyt dan leukosit yang lain
2. folikel,
Merupakan pembesaran lymphadenoid. Besarnya kira-kira sama.
Tersusun berderet-deret. Lebih sering di conjunctiva palpebrae
inferior
3. vesicula,
Karena terkumpulnya cairan. Batasnya tegas. Causa : proses
degenerasi, penyakit virus (herpes), combustio.
4. excrecencies,
Hypertrophie papillair ( papula ) di palpebra superior. Dasar :
hypertrophie papula dan adanyadegenerasi hyalin permukaan datar,
seperti bludru. Kalau lebih besar dari biasa : seperti batu yang
disusun (pada tembok) = cobble stone pavement. Warna : merah kasar.
Terdapat pada konjungtivitis vernalis.
5. concretio,
Disini terdapat hypertrophie yang berlebihan dan pemadatan
sehingga berwarna putihseperti kapur. Pemadatan ini dapat dicukil
keluar. Sering disebut lithiasis
6. phlyctaen,
Lokasasi : konjungtiva bulbi, limbus kornea dan kornea. Tonjolan
berwarna putih kekuningan, berisi limfosit, dengan tanda radang
disekitarnya.
7. pinguiculum.
Merupakan proses regresi/ kemunduran. Kausa :irritasi kronis
misalnya debu, asap, angin. Misalnya : tinggal dekat pabrik. Letak
: pada konjungtiva bulbi yang tak tertutup palpebra. Terjadi dari
jaringan pengikat hyalin/elastis.
8. What are the etiology of ocular surface disease?9.
Diferential Diagnosis of ocular surface disease and explain it
(etiologi, patofisiologi, manifestasiklinis) !
KonjunctivitisDefinisiMerupakan radang konjungtiva atau radang
selaput lender yang menutupi belakang kelopak mata dan bola
mata.(ILMU PENYAKIT MATA, Prof.Dr.H.Sidarta ilyas , SpM)
Etiologi Infeksi:a. Bakterial Neisseria GO Neiseria meningitides
Pneumokokus Haemofilus influenza Stafilokokus Streptokokus Klamidia
trakomatisb. Virus Adenovirus Varicella-Zooster Herpes simpleks
Riccketsiac. Fungi Candidad. Parasit Onchocerca volvulus Loa-loa
Ascaris lumbricoides Larva lalat Imunologik ( alergik ) Reaksi
hipersensitifitas segera ( humoral ) Kerato konjungitivitis vernal
( musim semi ) Kerato konjungitivitis atopic Konjungitivitis
papiler raksasa Reaksi hipersensitifitas tertunda ( seluler )
Phlyctenulosis ( reaksi hipersensitivitas lambat terhadap antigen
mikroba, spt stafilokokus, mikrobakterial) Penyakit autoimun
Keratokonjungtivitis sicca pada sindrom Sjogren Kimiawi atau
iritatif Iatrogenik Miotika Idoxuridine Obat topical lain Larutan
lensa kontak Yang berhubungan dengan pekerjaan Asam Basa Asap Angin
Cahaya ultra violet Bulu ulat Etiologi tidak diketahui Folikulosis
Konjungitivitis folikuler menahun Rosasea akuler Psoriasis
Dermatitis herpetiform Epidermolisis bulosa Keratokonjungtivitis
limbic superior Sindrom Reiter Sindrom limfondus mukokutaneus
(penyakit kawasaki) Bersama penyakit sistemik Sekunder terhadap
dakriosistitis atau kanakulitisOftalmologi umum. Vaughan
PatofisiologiBenda asing masuk tubuh akan membentuk suatu
mekanisme pertahanan tubuh melalui reaksi inflamasi atau
peradangan, yang pertama kali terjadi adalah adanya kalor (panas)
karena vasodilatasi pembuluh darah, tapi hal ini sangat jarang
terjadi pada mata karena organ nya kecil dan pembuluh darahnya
tidak banyak dan kecil-kecil, kemudian akan timbul rubor
(kemerahan) karena vasodilatasi pembuluh darah dan meningkatnya
aliran darah pada daerah yang terkena, kemudian terjadi tumor
(pembengkakan) karena adanya peningkatan masa jaringan akibat edema
dan transudasi jaringan, lalu timbul dolor (rasa nyeri) karena
akibat rangsangan pada serabut saraf sensoris dan akhirnya dapat
menyebabkan fungsiolesa (fungsi organ yang terkena menjadi
terganggu).(OFTALMOLOGI UMUM, Daniel G. Vaughan dkk)
Manifestasi klinisTanda dan gejala konjungtivitis secara umum
Dari anamnesis didapatkan keluhan mata merah, sensasi benda asing/
mengganjal, sensasi tergores atau panas, gatal, berair dan keluar
kotoran mata/ lodok. Tidak didapatkan penurunan tajam
penglihatan.Tanda penting pada konjungtivitis adalah :i. Hiperemi :
Kemerahan yang paling nyata pada fornix dan mengurang ke arah
limbus. Hal ini disebabkan oleh dilatasi pembuluh pembuluh
konjungtiva posterior. Pembuluh darah konjungtiva posterior berasal
dari cabang nasal dan lakrimal yang merupakan cabang teminal arteri
oftalmika, menuju kelopak mata melalui forniks. Diantara keduanya
terdapat anastomosis. Injeksi konjungtiva menunjukkan adanya
kelainan pada konjungtiva superficial.
j. Lakrimasi :Sekresi air mata oleh karena adanya sensasi benda
asing, sensasi terbakar/ gatal.k. Eksudasi :Adanya secret yang
keluar saat bangun tidur dan bila berlebihan palpebra saling
melengket.
l. Kemosis :Udem konjungtiva oleh karena transudasi cairan dari
pembuluh darah kapiler konjungtiva. Klinis tampak seperti
gelembung/benjolan bening pada konjungtiva bulbi atau fornix.
Kemosis dapat terjadi secara :0. Aktif : peningkatan permeabilitas
pada peradangan ( eksudat )0. Pasif : akibat stasis ( perbandingan
tissue fluid didalam jaringan/organ tergantung pada keseimbangan
antara produk cairan dari arteri, penyerapan ke vena dan drainage
oleh limfatik ). Ketidakseimbangan salah satu factor ini dapat
menyebabkan kemosis.
m. Folikel : Tampak pada kebanyaan kasus konjungtivitis virus,
kasus konjungtivitis khlamidia. Sering terdapat pada tarsus
terutama tarsus superior. Secara klinik dapat dikenali sebagai
struktur kelabu atau putih yang avaskuler dan bulat. Pada
pemeriksaan slit lamp, pembuluh-pembuluh kecil tampak muncul pada
batas folikel dan mengintarinya.
n. Pseudomembran :Adalah haasil proses eksudatif dan hanya
berbeda derajatnya. Pseudomembran adalah pengentalan di atas
permukaan epitel, bila diangkat epitel tetap utuh. Bila sebuah
membran adalah pengentalan yang meliputi seluruh epitel epitel jika
diangkat akan meninggalkan permukaan yg kasar dan berdarah.
Pseudomembran atau membran dapat menyertai konjungtivitis virus
herpes, pemphigoid sikatriks, difteria. Membran dan pseudomembran
dapat berupa sisa akibat luka bakar kimiawi.
o. Hipertrofi papila :Reaksi konjungtiva non spesifik yang
terjadi karena konjungtiva terikat pada tarsus atau limbus.
Konjungtiva papiler merah mengesankan penyakit bakteri atau
klamidia.p. Nodus preaurikuler:Pembesaran nodus limfatikus. Ada
nyeri tekan pada konj. Herpes dan inklusi dan
trakoma.TandaBakterialViralAlergikToksikTRIC
Injeksi konjuntivitisHemoragiKemosisEksudat
Pseudomembran
PapilFolikel
NodusPreaurikularPanusMencolok
+++Purulen atau mukopurulen
+/-(strep.,C.diph)+/--
+
-Sedang
++/-Jarang, air
+/-
-+
++
-Ringan- sedang-++Berserabut (lengket), air-
+-
-
(kecuali vernal)Ringan- sedang-+/--
-
-+ (medikasi)-
-Sedang
-+/-Berserabut (lengket)
-
+/-+
+/-
+
trachoma and inclusion conjunctivitis. = TRIC
Daniel Vaughan, General Ophthalmology. Fifteenth edition,
Appleton and Lange, San Fransisco, USA. 1999KONJUNGTIVITIS
GONOREDEFINISIKonjungtivis gonore adalah suatu radang konjungtiva
akut dan hebat dengan sekret purulen yang disebabkan oleh kuman
neisseria gonorrhoeae.ETIOLOGIKonjungtivis gonore disebabkan oleh
kuman Neisseria gonorrhoeae.KLASIFIKASIPenyakit ini dapat mengenai
bayi berumur 1 3 hari, disebut oftalmia neonatorum, akibat infeksi
jalan lahir. Dapat pula mengenai bayi berumur lebih dari 10 hari
atau pada anak-anak yang disebut konjungtivitis gonore infantum.
Bila mengenai orang dewasa biasanya disebut konjungtivitis
gonoroika adultorum.
PATOFISIOLOGIKonjungtiva adalah lapisan mukosa yang membentuk
lapisan terluar mata. Iritasi apapun pada mata dapat menyebabkan
pembuluh darah dikonjungtiva berdilatasi. Iritasi yang terjadi
ketika mata terinfeksi menyebabkan mata memproduksi lebih banyak
air mata. Sel darah putih dan mukus yang tampak di konjungtiva ini
terlihat sebagai discharge yang tebal kuning kehijauan.6Perjalanan
penyakit pada orang dewasa secara umum, terdiri atas 3 stadium
:1.Infiltratif2.Supuratif atau purulenta3.Konvalesen (penyembuhan),
hipertrofi papil.
1.Stadium Infiltratif.Berlangsung 3 4 hari, dimana palpebra
bengkak, hiperemi, tegang, blefarospasme, disertai rasa sakit. Pada
konjungtiva bulbi terdapat injeksi konjungtiva yang lembab, kemotik
dan menebal, sekret serous, kadang-kadang berdarah. Kelenjar
preauikuler membesar, mungkin disertai demam. Pada orang dewasa
selaput konjungtiva lebih bengkak dan lebih menonjol dengan
gambaran hipertrofi papilar yang besar. Gambaran ini adalah
gambaran spesifik gonore dewasa. Pada umumnya kelainan ini
menyerang satu mata terlebih dahulu dan biasanya kelainan ini pada
laki-laki didahului pada mata kanannya2.Stadium
Supurativa/Purulenta.Berlangsung 2 3 minggu, berjalan tak begitu
hebat lagi, palpebra masih bengkak, hiperemis, tetapi tidak begitu
tegang dan masih terdapat blefarospasme. Sekret yang kental campur
darah keluar terus-menerus. Pada bayi biasanya mengenai kedua mata
dengan sekret kuning kental, terdapat pseudomembran yang merupakan
kondensasi fibrin pada permukaan konjungtiva. Kalau palpebra
dibuka, yang khas adalah sekret akan keluar dengan mendadak
(memancar muncrat), oleh karenanya harus hati-hati bila membuka
palpebra, jangan sampai sekret mengenai mata pemeriksa.3.Stadium
Konvalesen (penyembuhan).Berlangsung 2 3 minggu, berjalan tak
begitu hebat lagi, palpebra sedikit bengkak, konjungtiva palpebra
hiperemi, tidak infiltratif. Pada konjungtiva bulbi injeksi
konjungtiva masih nyata, tidak kemotik, sekret jauh berkurang.Pada
neonatus infeksi konjungtiva terjadi pada saat berada pada jalan
kelahiran, sehingga pada bayi penyakit ini ditularkan oleh ibu yang
sedang menderita penyakit tersebut. Pada orang dewasa penyakit ini
didapatkan dari penularan penyakit kelamin sendiri.Pada neonatus,
penyakit ini menimbulkan sekret purulen padat dengan masa inkubasi
antara 12 jam hingga 5 hari, disertai perdarahan sub konjungtiva
dan konjungtiva kemotik.
GAMBARAN KLINISPada bayi dan anakGejala subjektif : (-)Gejala
objektif :Ditemukan kelainan bilateral dengan sekret kuning kental,
sekret dapat bersifat serous tetapi kemudian menjadi kuning kental
dan purulen. Kelopak mata membengkak, sukar dibuka (gambar 1) dan
terdapat pseudomembran pada konjungtiva tarsal. Konjungtiva bulbi
merah, kemotik dan tebal.
Pada orang dewasGejala subjektif :-Rasa nyeri pada mata.-Dapat
disertai tanda-tanda infeksi umum.-Biasanya terdapat pada satu
mata. Lebih sering terdapat pada laki-laki dan biasanya mengenai
mata kanan.-Gambaran klinik meskipun mirip dengan oftalmia
nenatorum tetapi mempunyai beberapa perbedaan, yaitu sekret purulen
yang tidak begitu kental. Selaput konjungtiva terkena lebih berat
dan menjadi lebih menonjol, tampak berupa hipertrofi papiler yang
besar (gambar 2).Pada orang dewasa infeksi ini dapat berlangsung
berminggu-minggu.
PEMERIKSAAN PENUNJANG.Pada pemeriksaan penunjang dilakukan
pemeriksaan sediaan langsung sekret dengan pewarnaan gram atau
Giemsa untuk mengetahui kuman penyebab dan uji sensitivitas untuk
perencanaan pengobatan.Untuk diagnosis pasti konjungtivitis gonore
dilakukan pemeriksaan sekret dengan pewarnaan metilen biru, diambil
dari sekret atau kerokan konjungtiva , yang diulaskan pada gelas
objek, dikeringkan dan diwarnai dengan metilen biru 1% selama 1 2
menit. Setelah dibilas dengan air, dikeringkan dan diperiksa di
bawah mikroskop. Pada pemeriksaan dapat dilihat diplokok yang
intraseluler sel epitel dan lekosit, disamping diplokok
ekstraseluler yang menandakan bahwa proses sudah berjalan
menahun.Morfologi dari gonokok sama dengan meningokok, untuk
membedakannya dilakukan tes maltose, dimana gonokok memberikan test
maltose (-). Sedang meningokok test maltose (+).Bila pada anak
didapatkan gonokok (+), maka kedua orang tua harus diperiksa. Jika
pada orang tuanya ditemukan gonokok, maka harus segera diobati.
KOMPLIKASIPenyulit yang didapat adalah tukak kornea marginal
terutama di bagian atas, dimulai dengan infiltrat, kemudian pecah
menjadi ulkus. Tukak ini mudah perforasi akibat adanya daya lisis
kuman gonokok (enzim proteolitik). Tukak kornea marginal dapat
terjadi pada stadium I atau II, dimana terdapat blefarospasme
dengan pembentukan sekret yang banyak, sehingga sekret menumpuk
dibawah konjungtiva palpebra yang merusak kornea dan hidupnya
intraseluler, sehingga dapat menimbulkan keratitis, tanpa didahului
kerusakan epitel kornea. Ulkus dapat cepat menimbulkan perforasi,
edofthalmitis, panofthalmitis dan dapat berakhir dengan ptisis
bulbi.Pada anak-anak sering terjadi keratitis ataupun tukak kornea
sehingga sering terjadi perporasi kornea. Pada orang dewasa tukak
yang terjadi sering berbentuk cincin.
PENCEGAHAN1.Skrining dan terapi pada perempuan hamil dengan
penyakit menular seksual.2.Secara klasik diberikan obat tetes mata
AgNO31% Segera sesudah lahir (harus diperhatikan bahwa konsentrasi
AgNO3tidak melebihi 1%).3.Cara lain yang lebih aman adalah
pembersihan mata dengan solusio borisi dan pemberian kloramfenikol
salep mata.4.Operasi caesar direkomendasikan bila si ibu mempunyai
lesi herpes aktif saat melahirkan.5.Antibiotik, diberikan
intravena, bisa diberikan pada neonatus yang lahir dari ibu dengan
gonore yang tidak diterapi.
PENATALAKSANAAN-Pengobatan dimulai bila terlihat pada pewarnaan
Gram positif diplokok batang intraseluler dan sangat dicurigai
konjungtivitis gonore.-Pasien dirawat dan diberi pengobatan dengan
penicillin, salep dan suntikan, pada bayi diberikan 50.000 U/kgBB
selama 7 hari.-Sekret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air
bersih (direbus) atau dengan garam fisiologik setiap jam, kemudian
diberi salep penisillin setiap jam. Penisillin tetes mata dapat
diberikan dalam bentuk larutan penisillin (caranya : 10.000 20.000
unit/ml) setiap 1 menit sampai 30 menit. Kemudian salep diberikan
setiap 5 menit selama 30 menit., disusul pemberian salep penisillin
setiap 1 jam selama 3 hari.-Antibiotika sistemik diberikan sesuai
dengan pengobatan gonokok.-Pengobatan diberhentikan bila pada
pemeriksan mikroskopik yang dibuat setiap hari menghasilkan 3 kali
berturut-turut negatif.-Pada pasien yang resisten terhadap
penicillin dapat diberikan cefriaksone (Rocephin) atau Azithromycin
(Zithromax) dosis tinggi.
Efek samping pengobatan-Tetes nitrat Argenti yang diberipada
bayi baru lahir untuk mencegah infeksi gonore akan menyebabkan
iritasi ringan, tapi akan sembuh dengan sendirinya satu sampai dua
hari tanpa meninggalkan kerusakan menetap.-Antibiotika topikal
dapat menyebabkan reaksi alergi.-Antibiotika oral dapat menyebabkan
gangguan perut, ruam dan reaksi alergi.Vaughan, Daniel G., Asbury
Taylor, Riordan Eva-Paul.Ofthalmologi Umum. Edisi 14.Jakarta:Widya
Medika,2000 ; Ilyas, H. Sidarta Prof. dr. SpM.Ilmu Penyakit Mata.
Jakarta: FKUI; 2003
Skleritis Sklreritis
a. Etiologi:1. Penyakit jaringan ikat, pasca herpes, sifilis,
gout2. Tuberculosis, bakteri (pseudomonas), sarkoidosis,
hipertensi, benda asing, dan pasca bedahb. Keluhan :1. Perasaan
sakit berat yang dapat menyebar ke dahi, alis, dan dagu
membangunkan waktu tidur2. Mata merah berair3. Fotobia4.
Penglihatan menurunc. Penyulit skleritis :1. Keratitis perifer,
Glaucoma, Granuloma subretina, Uveitis, ablasi retina eksudatif,
proptosis, katarak, hipermetropid. Pengobatan :1. Anti inflamasi
steroid /non steroid /obat imunosupresifDapat bilateral/uni
lateral, onset perlahan/mendadak, sering pada wanita.Keluhan pasien
nyeri, yang biasanya bersifat konstan dan tumpul sehingga mereka
sulit tidur.ketajaman penglihatan bekurangTanda klinis kunci bola
mata berwarna ungu gelap akibat dilatasi pleksus vascular dalam di
sclera dan episklera.Untuk membedakannya dengan episkleritis,
konjungtivitis, dan injeksi siliaris, pemeriksaan dilakukan di
bawah sinar matahari disertai penetesan epinefrin 1:1000 atau
fenilefrin 10% yang menimbulkan konstriksi plaksus vaskuler
episklera superfisialdankonjungtiva.Pemeriksaan slitlamp menilai
kedalaman prosesmengidentifikasi penyakit kornea terkait.Bila mata
putih disebabkan adanya nekrosis, adanya daerah sclera yang
translusen petunjuk tentang riwayat skleritis sebelumnya.Skleritis
Posterior menifestasinya : edem periorbita, proptosis, pembatasan
gerakan mata, dan penurunan penglihatan. Tanda segmen posterior
adalah : viritis, pembengkakan discus, edema macula dan pelepasan
retina eksudatif.Diagnosis deteksi penebalan sclera posterior dan
koroid pada ultrasonografi (penebalan local mirip melanoma maligna)
dan CTscan.Pembagian Skleritis :a. skleritis anterior tipe difus
nodular sederhana nekrotikans : disertai berkurangnya jaringan
sclera (pencairan sclera) sehingga terbentuk stafiloma.Pada semua
bentuk skleritis anterior memperlihatkan penurunan perfusi vaskuler
pada angiografi segmen anterior (pada episkleritis terjadi
peningkatan aliran darah), skleritis anterior cenderung progresif,
biasanya berupa perluasan sirkumferensial dari daerah yang
sebelumnya terkenaPerbedaan skleritis nodular sederhana, difus dan
nekrotikans adalah skala waktu progresifitas penyakit. Pada
skleritis nekrotikan disertai peradangan, waktu tersebut mungkin
hanya beberapa minggu sebelum mata hancur, sehhingga harus segera
dilakukan pemeriksaan dan terapi.Penyakit sistemik sering dijumpai
pada 40% pasien skleritis. Identifikasi penyakit sistemik perlu
dilakukan karena penyakit tersebut cenderung merupakan suatu
penyakit jaringan ikat yang parah dan dapat mengancam jiwa
pasien.b. Skleritis posteriorPenyulit Skleritis adalah : keratitis,
uveitis, dan glaucoma.Terapi : terapi awalnya adalah obat-obat
inflamasi steroid sistemik. Obat pilihan adalah indometasin 100
mg/hari, atau ibuprofen 300 mg perhari. Apabila tidak tampak respon
dalam 1-2minggu atau segera tampak penyumbatan vaskuler harus
segera dimulai terapi steroid sistemik dosis tinggi . steroid ini
biasa diberikan per oral yaitu prednisone 80 mg perhari yang
diturunkan dengan cepat dalam 2 minggu sampai dosis pemeliharaan
yaitu 10mg per hari. Kadang kala penyakit yang berat mengharuskan
terapi intravena berdenyut dengan metal prednisolon , 1 gr tiap
minggu.Tindakan bedah . Jarang dilakukan Sumber : Ofthalmologi
Umum, Vaughan
PterigiumPterygium
DEFINISI Suatu pertumbuhan fibrovaskular konjuntiva yang
bersifat degenerative dan invasive. Pertumbuhan ini biasanya
terletak pada celah kelopak mata bagian nasal ataupun temporal
konjungtiva yang meluas ke daerah kornea.ILMU PENYAKIT MATA, PROF.
DR. H. SIDARTA IILYAS, SP. METIOLOGIa. Iritasi kronis akibat debub.
Cahaya sinar mataharic. Udara panasd. Etiloginya tidak diketahui
dengan jelas dan diduga merupakan suatu neoplasma, radang dan
degenerasi. ILMU PENYAKIT MATA, PROF. DR. H. SIDARTA IILYAS, SP.
MMANIFESTASI KLINISDapat tidak memberikan keluhan atau akan
memberikan keluhan mata iritatif, merah dan mungkin menimbulkan
astigmat yang akan memberikan keluhan gangguan penglihatan.
Pterigium dapat disertai dengan keratitis pungtata dan dellen
(penipisan kornea akibat kering) dan garis besi (iron line dan
Stoker) yang terletak di ujung pterigium. ILMU PENYAKIT MATA, PROF.
DR. H. SIDARTA IILYAS, SP. MPENATALAKSANAANPengobatan tidak
diperlukan karena sering bersifat rekuren, terut ama pada pasien
yang masih muda. Bila pterigium meradang dapt diberikan steroid
atau suatu tetes mata dekongestan. Pengobatan pterigium adalah
dengan sikap konservatif atau dilakukan pembedahan bila terjadi
ganguan penglihatan akibat terjadinya astigmatisme iregeluer atau
pterigium yang telah menutupi media penglihatan.Lindungi mata
dengan pterigium dari sinar matahari, debu dan udara kering dengan
kacamata pelindung. Bila terdapt tanda radang berikan air mata
buatan bila perlu dapat diberi steroid. Bila terdapt dellen
(lekukan kornea) beri air mata buatan dalam bentuk salep. Bila
diberi vasokonstriktor maka perlu dikontrol dam 2 minggu dan bila
tela terdapa perbaikan pengobatan dihentikan.Tindakan pembedahan
adalah suatu tindak bedah plastic yang dilakukan bila pterigium
telah mengganggu penglihatan. ILMU PENYAKIT MATA, PROF. DR. H.
SIDARTA IILYAS, SP. M
Pseudopterigium Merupakan perlekatan konjungtiva dengan kornea
yang cacat, proses penyembuhan tukak kornea konjungtiva menutupi
kornea Letak : konjungtiva yang terdekat dengan proses kornea
sebelumnya Beda dengan pterigium : Letaknya Tidak harus pada celah
kelopak atau fisura palpebra
Pingicuila
definisipenebalan konjungtiva berbentuk segitiga dengan puncak
diperifer dengan dasar dilimbus kornea, berwarna kuning keabu-abuan
dan terletak dicelah kelopak mata. EtiologiIritasi oleh angin,
debu, sinar matahari yang berlebihan PengobatanTidak ada pengobatan
yang khas tetapi bila terdapat gangguan kosmetik dapat dilakukan
pembedahan pengangkatan.(sari ilmu penyakit mata, sidarta ilyas
FKUI) Benjolan pada konjungtiva bulbi yang ditemukan pada orang
tua, terutama yang matanya sering mendapat rangsangan sinar
matahari, debu dan angin panas. Merupakan degenerasi hialin
jaringan submukosa konjungtiva. Pinguekula tidak perlu diberikan
pengobatan, akan tetapi bila terlihat adanya tanda peradangan
(penguekulitis), dapat diberikan obat-obat anti radang.(ILMU
PENYAKIT MATA, Prof.Dr.H.Sidarta ilyas , SpM) Pinguekula : nodul
kuning pada kedua sisi kornea (lebih banyak di sisi nasal) di
daerah aperture palpebrae Pengobatan pada pingueculitis tertentu
diberi steroid lemah topical seperti prednisolone 0,12 % atau
medikasi antiradang non-steroid topical dapat
diberikan.(OFTALMOLOGI UMUM, Daniel G. Vaughan dkk)
blefaritis Definisi : radang yang terjadi pada kelopak dan tepi
kelopak Etiologi : infeksi (streptococcus alfa, beta, pneumococcus,
pseudomonas), alergi (debu, asap, bahan kimia iritatif,
kosmetik)biasanya berjalan kronis atau menahun Gejala umum :
kelopak mata merah, bengkak, sakit, eksudat lengket, epifora
Pengobatan : sebelum diobati dibersihkan dengan garam fisiologik
hangat, kemudian diberikan antibiotic yang sesuai Penyulit :
konjungtivitis, keratitis, hordeolum, kalazion, madarosis
Klasifikasi : Blefaritis bacterial Befaritis superficialpengobtan
dengan salep antibiotic seperti sulfasetamid, sulfisoksazol.
Sebelum pemberian antibiotic krusta diangkat dengan kapas basah.
Bila terjadi blefariis menahun dilakukan penekanan manual kelenjar
Meibom untuk mengeluarkan nanah dari kelenjar Meibom Blefaritis
seboremata kotor, panas, rasa kelilipan, secret keluar dari
kelenjar meibom, air mata berbusa pada kantus lateral, hyperemia,
hipertrofi papil pada konjungtiva Pengobatannyamemperbaiki
kebersihan dan membersihkan kelopak dari kotoran. Pembersihan
dengan kapas lidi hangat, dengan nitras argenti. Kompres hangat
selama 5-10 menit, kelenjar meibom ditekan dan dibersihkan dengan
shampoo bayi, antibiotic tetrasiklin oral 4 kali 250 mg.
Blefaritis skuamosaterdaat skuama atau krusta pada pangkal bulu
mata yang bila dikupas mengakibatkan luka kulitterdapat sisik
berarna halus dan penebalan margo palpebra disertai madarosis,
sisik ini mudah dikupas tanpa mnegakibatkan perdarahan
Blefaritis ulseratifkeropeng berwarna kekuning-kuningan yang
bila diangkat akan terlihat ulkus yang kecil dan mengeluarkan nanah
disekitar bulu mata, ulserasi berjalan lanjut dan lebih dalam dan
merusak folikel rambut sehingga mengakibatkan madarosis Blefaritis
angularismengenai sudut kelopak sehinggga mengakibatkan gangguan
pda fungsi pungtum lacrimal Meibomianitis Hordeolumperadangan
supuratif kelenjar kelopak mata. Kelopak bengkak, merah,
mengganjal, sakit, nyeri tekan Hordeolum eksternumkelenjar zeiz dan
Moll Hordeolum iternumkelenjar meibom Kalazionperadangan
granulomatosa kelenjar meibom yang terumbat
Blefaritis virus Herpes zosterpada kelopak terlihat vesikel
Herpers simpleksvesikel kecil dikeliligi eritem disertai keadaan
yang sama pada bibir Vaksiniapustul dengan indentasi pada daerah
sentral Moluskum kontagiosum Blefaritis jamur Infeksi superficial
Infeksi jamur dalam Blefaritis pedikulosis Alergi Dermatitis kontak
Befaritis urtikaria
EpiskleritisEpiskleritis
Merupakan reaksi radang jaringan ikat vascular yang terletak
antara konjungtiva dan permukaan sclera Etiologi : Reaksi
hipersensitivitas terhadap penyakit sistemik, seperti:
tuberculosis, rheumatoid arthritis, lues, SLE, dll. Reaksi toksik,
alergi atau bagian infeksi Idiopatik Sering terjadi pada perempuan
Keluhan : Mata terasa kering, mengganjal, konjungtiva kemotik
Benjolan setempat dengan batas tegas dan warna merah ungu di bawah
konjungtiva Pengobatan : Fenil efrin 2,5 % topical mengecilkan
pembuluh darah, yang melebar karena mata merah Vasokonstriktor
Kortikosteroid tetes mata, salisilat atau sistemik Dapat sembuh
sempurna atau bersifat residitif yang dapat menyerang tempat yang
sama ataupun berbeda-beda dengan lama sakit umumnya berlangsung 4-5
minggu
Hordeolum Hordeolum
Hordeolum merupakan infeksi kelenjar pada palpebra. Ada dua
jenis : a. Hordeolum eksterna : infeksi pada kelj. Zeis / Moll
lebih kecil dan letak lebih superficialb. Hordeolum interna :
infeksi pada kelj. Meibom lebih besar dan lebih profundal Klinis :
nyeri, merah dan bengkak pada palpebra. Penyebab: infeksi
Stafilokokus aureusTerapi: Kompres hangat 3-4 kali/hari selama
10-15 menit. Insisi dan drainage untuk keluarkan pus, cara insisi :
Vertikal permukaan konjungtiva pada h. internum untuk menghindari
terpotongnya kelenjar Meibom. Horisontal pada kulit untuk H.
eksternum untukmengurangi luka parut. Salep Antibiotika
Cara penularannyaRadang mata menular atau epidemic
keratoconyunctivitis (pharyngoconyunctival fever) biasanya
disebabkan oleh virus yang termasuk golongan adenovirus yang
menyerang mata dan saluran nafas sebelah atas. Selain itu terdapat
golongan virus lain yang menyerang mata hingga merah.Penularan
virus biasanya terjadi melalui semburan titik ludah pada waktu
bersin/batuk, melalui pegangan tangan secara langsung, atau melalui
media lain yang tercemar adenovirus seperti saputangan, bantal
tempat tidur, atau handuk Penyakit virus mata mempunyai masa
inkubasi. Virus hanya bisa menginfeksi seseorang kalau terdapat
luka-luka halus pada selaput putih mata yang ditimbulkan karena
gosokan atau tekanan penderita langsung dimata karena terdapat rasa
gatal pada mata. Tindakan ini menyebabkan terjadinya luka halus
pada selaput bola mata dan adenovirus dapat masuk. Virus yg masuk
akan meyebabkan rasa gatal yang lebih hebat, dan biasanya akan
ditekan/digosok kembali oleh penderita. Masa masuknya virus hingga
timbulnya gejala berkisar sekitar 5-12 hari. Gejala yang timbul
biasanya bagian putih mata terlihat merah, keluar airmata yang
banyak, rasa gatal, silau melihat cahaya terang dan rasa perih,
serta biasasnya terkena pada kedua mata. Kadangkala kelenjar getah
bening di depan telinga terasa membesar dan nyeri kalau dipegang,
timbul pilek atau radang ringan disaluran nafas atas. Bila terdapat
cairan mata bernanah, maka radang virus telah bertambah terinfeksi
oleh kuman jenis lain dan perlu pengobatan oleh dokter. Pada
prinsipnya infeksi virus adalah penyakit yang akan sembuh sendiri
tanpa diobati bila tidak terdapat infeksi dan kalau mata tidak
ditekan/digosok.Semua alat yang dipakai dan menyentuh mata seperti
kaca mata, sapu tangan, handuk, lensa kontak, perias mata, menjadi
sumber penular. Tanpa sadar penularan bisa berlangsung lewat jemari
tangan yang sudah tercemar kuman atau virus.Orang yang pekerjaannya
banyak memegang uang, misalnya kasir, mudah tertularinfeksi mata.
Kalau salah seorang anggota keluarga ada yang terkena penyakitini,
maka anggota lain dalam keluarga mudah terkena.Virus penyakit mata
merah ini bertebaran di udara dan siap hinggap di
tempat-tempatkeramaian, seperti terminal, bioskop, dan sekolah atau
bekerja. Selain dan kondisi lingkungan yang berdebu dan berpolusi
dapat memperparah penyakit dan bisa membahayakan orang di
sekitarnya.(infokes.com)
Cytology of ConjunctivitisDamage to the conjunctival epithelium
by a noxious agent may be followed by epithelial edema, cellular
death and exfoliation, epithelial hypertrophy, or granuloma
formation. There may also be edema of the conjunctival stroma
(chemosis) and hypertrophy of the lymphoid layer of the stroma
(follicle formation). Inflammatory cells, including neutrophils,
eosinophils, basophils, lymphocytes, and plasma cells, may be seen
and often indicate the nature of the damaging agent. The
inflammatory cells migrate from the conjunctival stroma through the
epithelium to the surface. They then combine with fibrin and mucus
from the goblet cells to form the conjunctival exudate, which is
responsible for the "mattering" on the lid margins (especially in
the morning).The inflammatory cells appear in the exudate or in
scrapings taken with a sterile platinum spatula from the
anesthetized conjunctival surface. The material is stained with
Gram's stain (to identify the bacterial organisms) and with
Giemsa's stain (to identify the cell types and morphology). A
predominance of polymorphonuclear leukocytes is characteristic of
bacterial conjunctivitis. Generally, a predominance of mononuclear
cells especially lymphocytes is characteristic of viral
conjunctivitis. If a pseudomembrane or true membrane is present
(eg, epidemic keratoconjunctivitis or herpes simplex virus
conjunctivitis), neutrophils then predominate because of coexistent
necrosis. In chlamydial conjunctivitis, neutrophils and lymphocytes
are usually present in equal numbers.In allergic conjunctivitis,
eosinophils and basophils are frequently present in conjunctival
biopsies, but they are less common on conjunctival smears;
eosinophils or eosinophilic granules are commonly found in vernal
keratoconjunctivitis. High levels of proteins secreted by
eosinophils (eg, eosinophil cationic protein) can be found in the
tears of patients with vernal, atopic, or allergic conjunctivitis.
Eosinophils and basophils are found in allergic conjunctivitis, and
scattered eosinophilic granules and eosinophils are found in vernal
keratoconjunctivitis. In all types of conjunctivitis, there are
plasma cells in the conjunctival stroma. They do not migrate
through the epithelium, however, and are therefore not seen in
smears of exudate or of scrapings from the conjunctival surface
unless the epithelium has become necrotic, as it may in trachoma;
in this event, the rupturing of a follicle allows the plasma cells
to reach the epithelial surface. Since the mature follicles of
trachoma rupture easily, the finding of large, pale-staining
lymphoblastic (germinalcenter) cells in scrapings strongly suggests
trachoma.
DDBACTERIAL CONJUNCTIVITISTwo forms of bacterial conjunctivitis
are recognized: acute (including hyperacute and subacute) and
chronic.Acute bacterial conjunctivitis is usually benign and
self-limited, lasting no more than 14 days. Treatment with one of
the many available antibacterial agents usually cures the condition
in a few days. In contrast, hyperacute (purulent) conjunctivitis
caused by Neisseria gonorrhoeae or Neisseria meningitidis may lead
to serious ocular complications if not treated early. Chronic
conjunctivitis is usually secondary to eyelid disease or
nasolacrimal duct obstruction.Clinical FindingsSYMPTOMS AND
SIGNSThe organisms that account for most cases of bacterial
conjunctivitis are listed in Table 51. Generally it manifests as
bilateral irritation and injection, purulent exudate with sticky
lids on waking, and occasionally lid edema. The infection usually
starts in one eye and is spread to the other by the hands. It may
be spread from one person to another by fomites.Hyperacute
(purulent) bacterial conjunctivitis (caused by N gonorrhoeae,
Neisseria kochii, and N meningitidis) is marked by a profuse
purulent exudate (Figure 51). Meningococcal conjunctivitis may
occasionally be seen in children. Any severe, profusely exudative
conjunctivitis demands immediate laboratory investigation and
immediate treatment. If there is any delay, there may be severe
corneal damage or loss of the eye, or the conjunctiva could become
the portal of entry for either N gonorrhoeae or N meningitidis,
leading to septicemia or meningitis.Acute mucopurulent (catarrhal)
conjunctivitis often occurs in epidemic form and is called
"pinkeye" by most laymen. It is characterized by an acute onset of
conjunctival hyperemia and a moderate amount of mucopurulent
discharge. The most common causes are Streptococcus pneumoniae in
temperate climatesand Haemophilus aegyptius in warm climates. Less
common causes are staphylococci and other streptococci. The
conjunctivitis caused by S pneumoniae and H aegyptius may be
accompanied by subconjunctival hemorrhages. H aegyptius
conjunctivitis in Brazil has been followed by a fatal purpuric
fever produced by a plasmid-associated toxin of the
bacteria.Subacute conjunctivitis is caused most often by H
influenzae and occasionally by Escherichia coli and proteus
species. H influenzae infection is characterized by a thin, watery,
or flocculent exudate.Chronic bacterial conjunctivitis occurs in
patients with nasolacrimal duct obstruction and chronic
dacryocystitis, which are usually unilateral. It may also be
associated with chronic bacterial blepharitis or meibomian gland
dysfunction. Patients with floppy lid syndrome or ectropion may
develop secondary bacterial conjunctivitis.Rarely, bacterial
conjunctivitis may be caused by Corynebacterium diphtheriae and
Streptococcus pyogenes. Pseudomembranes or membranes caused by
these organisms may form on the palpebral conjunctiva. The rare
cases of chronic conjunctivitis produced by Moraxella catarrhalis,
the coliform bacilli, proteus, etc, areas a rule indistinguishable
clinically.LABORATORY FINDINGSIn most cases of bacterial
conjunctivitis, the organisms can be identified by the microscopic
examination of conjunctival scrapings stained with Gram's stain or
Giemsa's stain; this reveals numerous polymorphonuclear
neutrophils. Conjunctival scrapings for microscopic examination and
culture are recommended for all cases and are mandatory if the
disease is purulent, membranous, or pseudomembranous. Antibiotic
sensitivity studies are also desirable, but empirical antibiotic
therapy shouldbe started. When the results of antibiotic
sensitivity tests become available, specific antibiotic therapy can
then be instituted.Complications & SequelaeChronic marginal
blepharitis often accompanies staphylococcal conjunctivitis except
in very young patients who are not subject to blepharitis.
Conjunctival scarring may follow both pseudomembranous and
membranous conjunctivitis, and in rare cases corneal ulceration and
perforation supervene.Marginal corneal ulceration may follow
infection with N gonorrhoeae, N kochii, N meningitidis, H
aegyptius, S aureus, and M catarrhalis; if the toxic products of N
gonorrhoeae diffuse through the cornea into the anterior chamber,
they may cause toxic iritis.TreatmentSpecific therapy of bacterial
conjunctivitis depends on identification of the microbiologic
agent. While waiting for laboratory reports, the physician can
start topical therapy with a broad-spectrum antibacterial agent
(eg, polymyxin-trimethoprim). In any purulent conjunctivitis in
which Gram's stain shows gramnegative diplococci suggestive of
neisseria, both systemic and topical therapy should be started
immediately. If there is no corneal involvement, a single
intramuscular dose of ceftriaxone, 1 g, is usually adequate
systemic therapy. If there is corneal involvement, a 5-day course
of parenteral ceftriaxone, 1-2 g daily, is required.In purulent and
mucopurulent conjunctivitis, the conjunctival sac should be
irrigated with saline solution as necessary to remove the
conjunctival secretions. To prevent spread of the disease, the
patient and family should be instructed to give special attention
to personal hygiene.Course & PrognosisAcute bacterial
conjunctivitis is almost always self-limited. Untreated, it may
last 10-14 days; if properly treated, 13 days. The exceptions are
staphylococcal conjunctivitis (which may progress to
blepharoconjunctivitis and enter a chronic phase) and gonococcal
conjunctivitis (which, when untreated, can lead to corneal
perforation and endophthalmitis). Since the conjunctiva may be the
portal of entry for the meningococcus to the bloodstream and
meninges, septicemia and meningitis may be the end results of
meningococcal conjunctivitis. Chronic bacterial conjunctivitis may
not be self-limited and may become a troublesome therapeutic
problem.
Vaughan and Asburys General Ophthalmology 17th Edition
PatofisiologiAntigen masuk makrofag presentase ke sel Th2
pelepasan sitokin rangsang sel B pembentukan antibodi (Ig E)
antibodi berikatan dengan sel mast fagositosis antigen degranulasi
sel mast pengeluaran mediator inflamasi (histamin, bradikinin, dll)
vasodilatasi (peningkatan aliran darah) calor peningkatan
permeabilitas vaskuler ekstravasasi intravas ke ekstravas edema
Cytology of ConjunctivitisDamage to the conjunctival epithelium
by a noxious agent may be followed by epithelial edema, cellular
death and exfoliation, epithelial hypertrophy, or granuloma
formation. There may also be edema of the conjunctival stroma
(chemosis) and hypertrophy of the lymphoid layer of the stroma
(follicle formation). Inflammatory cells, including neutrophils,
eosinophils, basophils, lymphocytes, and plasma cells, may be seen
and often indicate the nature of the damaging agent. The
inflammatory cells migrate from the conjunctival stroma through the
epithelium to the surface. They then combine with fibrin and mucus
from the goblet cells to form the conjunctival exudate, which is
responsible for the "mattering" on the lid margins (especially in
the morning).The inflammatory cells appear in the exudate or in
scrapings taken with a sterile platinum spatula from the
anesthetized conjunctival surface. The material is stained with
Gram's stain (to identify the bacterial organisms) and with
Giemsa's stain (to identify the cell types and morphology). A
predominance of polymorphonuclear leukocytes is characteristic of
bacterial conjunctivitis. Generally, a predominance of mononuclear
cells especially lymphocytes is characteristic of viral
conjunctivitis. If a pseudomembrane or true membrane is present
(eg, epidemic keratoconjunctivitis or herpes simplex virus
conjunctivitis), neutrophils then predominate because of coexistent
necrosis. In chlamydial conjunctivitis, neutrophils and lymphocytes
are usually present in equal numbers.In allergic conjunctivitis,
eosinophils and basophils are frequently present in conjunctival
biopsies, but they are less common on conjunctival smears;
eosinophils or eosinophilic granules are commonly found in vernal
keratoconjunctivitis. High levels of proteins secreted by
eosinophils (eg, eosinophil cationic protein) can be found in the
tears of patients with vernal, atopic, or allergic conjunctivitis.
Eosinophils and basophils are found in allergic conjunctivitis, and
scattered eosinophilic granules and eosinophils are found in vernal
keratoconjunctivitis. In all types of conjunctivitis, there are
plasma cells in the conjunctival stroma. They do not migrate
through the epithelium, however, and are therefore not seen in
smears of exudate or of scrapings from the conjunctival surface
unless the epithelium has become necrotic, as it may in trachoma;
in this event, the rupturing of a follicle allows the plasma cells
to reach the epithelial surface. Since the mature follicles of
trachoma rupture easily, the finding of large, pale-staining
lymphoblastic (germinalcenter) cells in scrapings strongly suggests
trachoma.
Vaughan and Asburys General Ophthalmology 17th Edition
Patogenesis terjadinya kelainan ini belum diketahui secara
jelas, tapi terutama dihubungkan dengan reaksi hipersensitivitas
pada mata. Reaksi hipersensitivitas tipe I merupakan dasar utama
terjadinya proses inflamasi pada KV. Pemeriksaan histopatologik
dari lesi di konjungtiva menunjukkan peningkatan sel mast,
eosinofil dan limfosit pada subepitel dan epitel. Dalam perjalanan
penyakitnya, infiltrasi sel dan penumpukan kolagen akan membentuk
papil raksasa. Penemuan ini menjelaskan bahwa KV bukan murni
disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas tipe I fase cepat,
melainkan merupakan kombinasi tipe I dan IV. Bonini dkk, menemukan
bahwa hiperreaktivitas non spesifik juga mempunyai peran dalam KV.
Faktor lain yang berperan adalah aktivitas mediator non Ig E oleh
sel mast. Reaksi hipersensitivitas tipe I dimulai dengan
terbentuknya antibodi IgE spesifik terhadap antigen bila seseorang
terpapar pada antigen tersebut. Antibodi IgE berperan sebagai
homositotropik yang mudah berikatan dengan sel mast dan sel
basofil. Ikatan antigen dengan antibodi IgE ini pada permukaan sel
mast dan basofil akan menyebabkan terjadinya degranulasi dan
dilepaskannya mediator-mediator kimia seperti histamin, slow
reacting substance of anaphylaxis, bradikinin, serotonin,
eosinophil chemotactic factor, dan faktor-faktor agregasi
trombosit. Histamin adalah mediator yang berperan penting, yang
mengakibatkan efek vasodilatasi, eksudasi dan hipersekresi pada
mata. Keadaan ini ditandai dengan gejala seperti mata gatal, merah,
edema, berair, rasa seperti terbakar dan terdapat sekret yg
bersifat mukoid. Terjadinya reaksi hipersensitivitas tipe I fase
lambat mempunyai karakteristik, yaitu dengan adanya ikatan antara
antigen dengan IgE pada permukaan sel mast, maka mediator kimia
yang terbentuk kemudian akan dilepaskan seperti histamin,
leukotrien C dan derivat-derivat eosinofil yang dapat menyebabkan
inflamasi di jaringan konjungtiva. Reaksi hipersensitivitas tipe
IV, terjadi karena sel limfosit T yang telah tersensitisasi
bereaksi secara spesifik dengan suatu antigen tertentu, sehingga
menimbulkan reaksi imun dengan manifestasi infiltrasi limfosit dan
monosit (makrofag) serta menimbulkan indurasi jaringan pada daerah
tersebut. Setelah paparan dengan alergen, jaringan konjungtiva akan
diinfiltrasi oleh limfosit, sel plasma, eosinofil dan basofil. Bila
penyakit semakin berat, banyak sel limfosit akan terakumulasi dan
terjadi sintesis kolagen baru sehingga timbul nodul-nodul yang
besar pada lempeng tarsal. Aktivasi sel mast tidak hanya disebabkan
oleh ikatan alergen IgE, tetapi dapat juga disebabkan oleh
anafilatoksin, IL-3 dan IL-5 yang dikeluarkan oleh sel limfosit.
Selanjutnya mediator tersebut dapat secara langsung mengaktivasi
sel mast tanpa melalui ikatan alergen IgE. Reaksi hiperreaktivitas
konjungtiva selain disebabkan oleh rangsangan spesifik, dapat pula
disebabkan oleh rangsangan non spesifik, misal rangsangan panas
sinar matahari, angin.
10. Physical Examination of ocular surface disease?11. What the
relation of microbiology test found gram negative diplococcus in
the discharge with the symptom of patient?12. What are the
therapy?