REVISI MAKALAH
WAHYU
Makalah Ini Telah Disampaikan pada Seminar Kelas Mata Kuliah Ulumul Quran Program Magister (S2) Kosentrasi PAI Semester I Tahun Akademik 2011/2012
Oleh SOLEHAN Nim: 80100211117 Dosen Pemandu: Dr. H. Mustamin M. Arsyad, M.A. Dr. H. Baharuddin HS, M.AgPROGRAM PASCASARJANA
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2
2012I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Quran sebagai kitab petunjuk yang memberikan petunjuk kepada manusia untuk kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat dalam hubunganya dengan ilmu pengetahuan adalah mendorong umat manusia untuk mempergunakan akal pikirannya serta
menambahkan ilmu pengetahuannya sebisa mungkin.1 Kemudian juga menjadikan observasi atas alam semesta untuk percaya kepada yang setiap penemuan baru. Manusia menurut Al-Quran, memiliki meraih potensi untuk meraih ilmu pengetahuan dan mengembangkannya dengan seijin Allah swt. Karena itu bertebaran ayat yang memerintahkan manusia menempuh berbagai cara untuk mewujudkan hal tersebut.2 berkalikali pula Al-quran menunjukan betapa tingginya kedudukan orang yang berpengetahuan, hal ini sebagai motivasi kepada umat islam untuk selalu memajukan ilmu pengetahuan. Perkembangan kemajuan pengetahuan manusia melalui
akalnya senantiasa disertai oleh wahyu yang sesuai dan dapat memecahkan problematika atau masalah yang dihadapi, sehinggaM. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran; Fungsi dan peranan Wahyu dalam Masyarakat Cet.II (Bandung : PT. Mizan Pustaka. 2007), h. 63-64. M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran : Tafsir tematik atas pelbagai persoalan umat, Cet.I (Bandung : PT. Mizan Pustaka. 2007), h. 572.2 1
1
3
hubungan manusia dengan Allah swt. sangat erat hubungannya, karena setiap tingkah laku yang diperbuat manusia sangat
tergantung pada bisikan-bisian kecil di dalam hati yang digerakan oleh sesuatu yang menciptakan-Nya. Di balik tubuh manusia yang diciptakan oleh sang khaliq terdapat roh yang merupakan rahasia hidupnya. Apabila tubuh itu telah kehabisan tenaga jaringan-jaringan yang mengalami kerusakan jika tidak mendapatkan makanan menurut kadarnya, maka demikian pula roh. Ia memerlukan makanan yang dapat memberikan tenaga rohani agar ia dapat memelihara sendi-sendi dan ketentuanketentuan lainnya. Bagi Allah bukan hal jauh dalam memilih diantara Hamba-Nya sejumlah jiwa yang dasarnya begitu jernih dan kodrat yang lebih bersih yang siap menerima sinar ilahi dan wahyu dari langit serta hubungan makhluk yang lebih tinggi; agar kepadanya diberikan risalah ilahi yang dapat memenuhi keperluan manusia. Mereka meiliki ketinggian rasa, keluhuran budi dan kejujuran dalam
menjalankan hukum. Mereka itu para Nabi dan Rasul Allah. Maka tidaklah aneh bila mereka berhubungan dengan wahyu yang datang dari langit.3 Wahyu sebagai isyarat yang diberikan kepada manusia, maka harus diyakini bahwa wahyu hanya datang dari sang khalik yaitu Allah swt. kepada manusia-manusia pilihan-Nya. Sesuai kodratnyaManna>> Khali>l al-Qat}t}a>n, Maba>h}is\ fi> lu>mil Qura>n diterjemahkan oleh Mudzakir AS., Studi ilmu-ilmu Quran (Cet. 12; Bogor: Pusata Litera Antar Nusa , 2009), h. 33.3
4
manusia hanya mampu menerima wahyu itu dengan bentuk, kondisi dan keadaan tertentu. Percaya kepada wahyu yang diturunkan Allah swt. berarti tidak hanya percaya kepada Al-Quran saja. Tetapi percaya kepada segala wahyu yang diturunkan wahyu sebelumnya. Menurut al-Quran tiaptiap umat itu diturunkan wahyu, sebagaimana dalam firman Allah swt. dalam Q.S. al-Fath}ir /35:24.
Terjemahannya: Sungguh, kami mengutus engkau dengan membawa kebenaran, sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak ada satupun umat melainkan disana telah datang pemberi seorang perigatan.4 Berdasarkan ayat di atas bahwa setiap zaman sebelum Nabi Muhammad saw. mempunyai nabi/rasul yang membawa wahyu dari Allah swt. setiap nabi/rasul menerima wahyu dengan keadaan dan situasi berbeda adakalanya melalui perantaraan Malaikat Jibril, melalui mimpi, atau langsung diterima dari Allah swt. Makalah ini mencoba memberi batasan tertentu mengenai hal ihwal wahyu, sehingga dapat memahami kriteria wahyu yangDeparteman Agama, Al-Quran dan Terjemahnya (Bandung: PT. Sygma Examedia Arkanleema, 2010), h. 4374
5
diturunkan kepada manusia pilihan-Nya, sebagai gambaran awal pentingnya memahami dan mengetahui hal ikhwal wahyu yang diturunkan oleh Allah swt. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah yang akan dikemukakan dalam pembahasan ini adalah :1. Bagaimana makna /pengertian wahyu dari berbagai aspek? 2. Bagaimana kaifiyat turunnya wahyu? 3. Bagaimana bentuk-bentuk wahyu yang di terima oleh Nabi
Muhammad saw.? C. Urgensi dan Kegunaan Penelitian Adapun yang menjadi urgensi dan kegunaan dalam makalah ini adalah :1. Untuk memberikan dan menunjukan tentang makna/pengertian
wahyu dalam berbagai aspek.2. Untuk mengetahui bagaimana cara wahyu diturunkan oleh Allah
swt. 3. Memberikan penjelasan-penjelasan singkat bentuk-bentuk
wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad saw.
6
II.PEMBAHASANA. Pengertian Wahyu
Secara kebahasaan, wahyu memiliki banyak arti yang berbedabeda. Diantaranya adalah: isyarat, tulisan, risalah, pesan, perkataan yang terselubung, pemberitahuan, secara bergegas yang
disampaikan kepada
orang lain.5 Dikatakan wah}aitu ilaih atau
auh}aitu. Kalimat ini digunakan jika orang lain tingan ingin mendengarnya. Wahyu mengandung makna isyarat yang cepat. itu terjadi biasanya melalui pembicaraan melalui simbol, terkadang melalui suara semata, dan terkadang juga melalui isyarat sebagian anggota badan.6 Al-Wah}y atau kata wahyu adalah kata masdar (infinitif); dan materi kata itu menunjukan dua pengertian dasar, yaitu: tersembunyi dan cepat. Oleh sebab itu, bahwa dikatakan wahyu adalah ialah pemberitahuan secara tersembunyi dan cepat yang khusus ditujukan kepada orang yang diberitahu tanpa diketahui orang lain. Inilah pengertian masdarnya. Tetapi terkadang juga bahwa yang dimaksud adalah al-mu>h}a> yaitu pengertian isim maful yang diwahyukan.7 Pengertian wahyu dalam al-Quran meliputi beberapa arti yaitu:1. Isyarat secara rahasia. Ini adalah pemaknaan wahyu secara
kebahasaan. Sebagaimana yang dimaktubkan dalam al-Quran5 6
M. Hadi Marifat, Sejarah Al-Quran (Cet; II. Jakarta: Al-Huda, 2007), h. 8
Manna>> Khali>l al-Qat}t}a>n, Maba>h}is\ fi> lu>mil Qura>n di terjemahkan oleh Ainur Rafiq El-Mazni, Pengantar Studi ilmu Quran (Cet.VI; Jakarta: Pustaka Al-kautsar , 2011), h. 347
ibid
7
berkenaan dengan Nabi Zakaria,8 firman Allah Q.S. Maryam/19 : 11.
Terjemahanya: 5
Maka dia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka; hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang.92. Petunjuk naluriah, yaitu petunjuk yang bersifat naluriah yang
ada dalam diri semua makhluk. Baik itu manusia atau hewan secara inting mengetahui jalan keabadian dan keberlangsungan hidupnya. Seperti wahyu Allah swt kepada lebah. firman Allah Q.S. al-Nahl/16 : 68.
Terjemahannya:
8 9
M. Hadi Marifat, op.cit. 9-12 Departeman Agama, op.cit., h. 305
8
Dan Tuhanmu mengilhamkan kepada lebah: "Buatlah sarang di gunung-gunung, di pohon-pohon kayu, dan di tempattempat yang dibikin manusia"10,3.
Ilham (bisikan gaib): kadangkala manusia menerima pesan tetapi tidak mengetahui dari mana pesan itu berasal. Biasanya pesan ini muncul dalam kondisi terdesak, ketika dia telah menapaki jalan buntu. Tiba-tiba, muncul pancaran dari hati yang memberitahu adanya jalan terang dan harapan untuk terbebas dari kesulitan. Sebagaimana seperti wahyu kepada ibunda Musa as. Firman Allah swt. QS. Al-Qashash /28 : 7.
Terjemahannya : dan Kami ilhamkan kepada ibunya Musa; "Susuilah dia (Musa), dan apabila kamu khawatir terhadapnya Maka hanyutkanlah dia ke sungai (Nil). dan janganlah kamu takut dan jangan (pula) bersedih hati, Sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya seorang rasul.11
10 11
Ibid., h.274 Ibid., h. 386
9
4. Berarti bisikan
Janggal, bahkan tidak tepat bila dikatakan setan memberi wahyu. Tetapi dalam Allah menggunakan kata yu>hi> untuk setan yang berbentuk jin dan setan berbentuk manusia.12 Firman Allah dalam Q.S. al-Anam /6 : 112
... Terjemahan: Dan demikianlah untuk setiap nabi Kami menjadikan musuh yang terdiri dari setan-setan manusia dan jin sebagian mereka membisikan kepada sebagian perkataan yang indah sebagai tipuan....135.
Lafaz Wahyu juga digunakan untuk menyebutkan firman Allah swt. Yang berupa perintah kepada para Malaikat supaya mereka melaksanakan tugas seketika itu juga. swt. dalam Q.S. al-Anfal /8 : 12.14
Firman Allah
Kamaluddin Marzuki, Ulum a-Quran (Cet. II; Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), h. 11.13 14
12
Ibid., h. 143
Subhi as-Shalih, Maba>hits fi> Ulu>lmil Qura>n, Penerjemah Tim Pustaka Firdaus Membahas Ilmu-Ilmu Al-Quran (Cet.X,; Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008), h. 15.
10
Terjemahnya: (ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku bersama kamu, Maka teguhkan (pendirian) orang-orang yang telah beriman". kelak akan aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, Maka pukullah di atas leher mereka dan pukullah di atas ujung jari-jari.15 Sedangkan wahyu Allah swt. kepada para nabi secara syara mereka didefinisikan sebagai kalam Allah yang diturunkan kepada seorang nabi,. Definisi ini menggunakan kata maful yaitu al-muha. Muhammad Abduh dalam kitab Risalatut tauhid sebagaimana dikutip oleh Manna>> Khali>l al-Qat}t}a>n menjelaskan bahwa wahyu sebagai pengetahuan dari dalam dirinya dengan disertai keyakinan pengetahuan itu datang dari Allah, baik dengan melalui perantara ataupun tidak; yang pertama melalui suara yang terjelma dalam telinganya ataupun tanpa suara sama sekali. Beda antara wahyu dengan ilham adalah bahwa ilham itu intuisi yang diyakini jiwa sehingga terdorong untuk mengikuti apa yang diminta, tanpa mengetahui dari mana datangnya. Hal seperti itu serupa dengan perasaaan lapar, haus, sedih dan senang.1615 16
Departeman Agama, op.cit., h. 178 Manna>> Khali>l al-Qat}t}a>n, op.cit., h. 37
11
Definisi di atas adalah pengertian masdar wahyu. Bagian awal definisi ini mengesankan adanya kemiripan antara wahyu dengan suara hati atau kasyaf, tetapi perbedaannya dengan ilham diakhir defenisi meniadakan hal ini.
B. Kaifiat turunnya wahyu
1. Cara wahyu Allah Turun kepada para Malaikat.a) Dalam Al-Quran al-Karim terdapat nash mengenai kalam Allah
kepada Malaikat-Nya. Sebagaiman firman Allah dalam Q.S. alBaqarah/2 :31.
Terjemahnya: Dan Dia ajarkan kepada Adam Nama-nama (benda) semuanya kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat seraya berfirman, "Sebutkanlah kepada-Ku nama semua (benda) ini jika kamu benar.17 Ada juga nash al-Quran tentang para malaikat yang mengurus urusan dunia menurut perintah-Nya. Allah berfirman dalam Q.S. anNaziat (79) : 5
17
Departeman Agama, op.cit., h. 6
12
Terjemahnya: dan (malaikat-malaikat) yang mengatur urusan (dunia).18 Nas-nas di atas dengan tegas menunukan bahwa Allah berbicara kepada Malaikat tanpa perantaraan dan dengan pembicaraan yang dipahami oleh malaika.b) Jelas
bahwa
Al-quran
telah
dituliskan
di
lauhul
mahfuzh,
berdasarkan firman Allah Q.S. Al-Buruj /85 : 21-22.
Terjemahnya : bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Quran yang mulia, dalam (tempat) yang terjaga (Lauh Mahfuzh).19 Demikian juga, Al-quran itu diturunkan sekaligus di Baitul Izzah yang berada dilangit dunia pada malam Lailatul Qadar Ramadhan. Oleh sebab itu, para ulama berpendapat mengenai cara turunnya wahyu Allah yang berupa al-quran kepada Jibril dengan beberapa pendapat: a) Jibril menerimanya secara pendengaran dari Allah dengan lafaznya yang khusus.b) Jibril menghafalnya dari lauhil mahfuzh. c) Maknanya disampaikan kepada Jibril, sedangkan lafaznya dari
di bulan
Jibril, atau Muhammad saw.18 19 20
20
Ibid., h. 583. Ibid., h. 590. Manna>> Khali>l al-Qat}t}a>n, op.cit., h. 38
13
Pendapat pertama yang dijadikan pegangan oleh ahlu sunnah waljamaah. Penyandaran ini terdapat dalam firman Allah Q.S. alNaml /27 : 6.
Terjemahannya: Dan sesungguhnya engkau (Muhmmad) benar-benar telah diberi Al qur'an dari sisi (Allah), yang Maha Bijaksana lagi Maha mengetahui.21 Ayat di atas menegaskan tentang Al-quran adalah kalam Allah dengan lafaz-Nya bukan kalam Jibril atau Kalam Muhammad saw. Adapun pendapat kedua di atas, tidak dapat dijadikan pegangan, sebab adannya Al-quran di aluhil mahfuzh itu termasuk bersifat gaib, termasuk Al-Quran. Sedangkan pendapat ketiga hampir sama dengan makna sunah. Sebab sunah itu juga wahyu dari Allah swt. Kepada Jibril, kemudian kepada Nabi Muhammad saw. Firman Allah dalam Q.S. alNajm /53 : 3- 4.
Terjemahannya:21
Ibid., h. 377.
14
Dan tidaklah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut keinginannya. Tidak lain (al-Quran itu) adalah wahyu yang wahyu diwahyukan (kepadanya).22 Karenanya maknanya, diperbolehkan meriwayatkan tidak. hadits Adapun menurut diantara
sedangkan
al-Quran
keistimewaan al-quran adalah : a) Al-Quran adalah mujizat b) Kebenarannya bersifat mutlak c) Membacanya dianggap beribadahd) Wajib
disampaikan lafazhnya, sedangkan hadits Qudsi tidak
demikian, sekalipun ada yang berpendapat juga diturunkan. 23 2. Cara wahyu Allah turun kepada para Rasul Allah memberikan wahyu kepada para Rasul atau Nabi-Nya secara rahasia dan sangat cepat itu bervariasi. Dari variasi itu ada dua kelompok besar, yaitu: melalui malaikat Jibril dan langsung tanpa perantara.24ada yang melalui perantaraan dan ada yang tidak memlalui perantaraan.a) Melalui perantaraan malaikat pembawa wahyu.
Wahyu yang diturunkan dengan cara ini dikenal ada dua, yaitu; Pertama, Jibril menampakan wajahnya atau bentuknya dengan wajah asli. Cara seperti ini terjadiketika Nabi Muhammad saw. menerima wahyu yang pertama Q.S. al-Alaq ayat 1-5
22 23 24
Departeman Agama, op.cit., h. 526 Manna>> Khali>l al-Qat}t}a>n, op.cit., h. 39-40
Abu Anwar, Ulumul Quran ; sebuah pengantar (Cet. 9, Pekan Baru: Amzah, 2009), h. 15-17.
15
Kedua,
Jibril menyamar seperti laki-laki yang berjubah putih.
Misalnya ketika Nabi Muhammad saw. menerima wahyu tentang iman, Islam, Ihsan dan tanda-tanda kiamat.b) Tanpa melalui perantaraan malaikat (langsung). (1) diantaranya melalui mimpi yang benar, misalnya ketika turun
wahyu surah Al-kautsar / 108 : 1-3.
Terjemahannya. Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.(1) Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah (2) Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu Dialah yang terputus (3).25 (2) Allah berbicara secara langsung. Ada pula yang menyatakan bahwa cara ini adalah turunnya wahyu melalui balik hijab. Misalnya wahyu Allah kepada Nabi Musa yang diceritakan dalam firman Allah pada Q.S. al-Anisa /4 : 164.
25
Departeman Agama, op.cit., h. 602
16
Terjemahannya: Dan ada beberapa rasul yang telah kami kisahkan mereka kepadamu sebelumnya ada beberapa rasul (lain) yang kami tidak kisahkan mereka kepadamu. Dan kepada Musa Allah berfirman secara langsung.26(3) Cara
lain adalah seperti gemerincing lonceng. Cara ini
termasuk cara yang paling berat dirasakan oleh Rasul. Firman Allah dalam Q.S. al-Muzammil/73 : 5.
Terjemahannya : Sesungguhnya Kami akan menurunkan Perkataan yang berat kepadamu.27 C.Bentuk-bentuk wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad saw. Nabi Muhammad saw. sebagai manusia biasa menerima bisikan dari Allah swt. yang disebut dengan wahyu. Bisikan itu berisi misi atau risalah ilahiah yang disampaikan kepadanya melalui malaikat Jibril. Artinya, pewahyuan Al-quran kepada Nabi
menggambarkan terjadinya perjumpaan antara mahluk material (jasmaniah), yaitu Nabi Muhammad dengan makhluk immaterial
26 27
Ibid., h. 4 Ibid., h. 574
17
(ruhani), yaitu Jibril. dan diterimanya interaksi antara makhluk jasadi dengan khaliq yang maha tinggi.28 Al-Quran menyebutkan, ada tiga cara misi penyampaian misi ilahiah itu kepada Nabi Muhammad saw. yaitu melalui wahyu secara langsung secara langsung, pembicaraan dibalik hijab, dan atau Allah mengirim seorang utusannya. Firman Allah dalam Q.S. al-Syu>ara> / 42 :51.
Terjemahannya: Dan tidak patutlah bagi seorang manusia bahwa Allah akan berbicara kepadanya kecuali dengan perantaraan wahyu atau dari belakang tabir atau dengan mengutus utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan izin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya, Dia Mahatinggi lagi Mahabijaksana.29 Dari tiga cara penyampaian wahyu itu, dua di antaranya langsung dari Allah kepada Nabi Muhammad saw. dan satu lainnya dari Malaikat Jibril. adapun yang langsung dari Allah kepada nabi adalah melalui wahyu dan pembicaraan dibalik tabir.
28 29
Kadar M. Yusuf, Studi Al-Quran (Cet. I; Jakarta; Amzah, 2009), h. 23. Departemen Agama., op.cit., h. 488
18
Menurut
al-Zarqani
dalam
kitab
Mana>hil
al-Irfa>n,
sebagaimana dikutip oleh Kadar M. Yusuf menjelaskan bahwa wahyu adalah pemberitahuan Allah kepada hamba pilihannya mengenai segala macam hidayah dan ilmu yang ingin disampaikan dengan cara tersembunyi dan tidak terjadi pada manusia biasa. Defenisi yang diungkapkan al-Zarqani lebih menggambarkan wahyu sebagai cara Allah, secara langsung, menyampaikan hidayah dan ilmu kepada para nabi-Nya dengan membisikkan kedalam qalbu mereka hingga para nabi itu, tanpa belajar dan membaca, mengetahui apa-apa yang tidak diketahui orang lain.30 Firman Allah dalam Q.S. al-Nisa /4 : 113.
....
Terjemahannya : .... dan (juga karena) Allah telah menurunkan kitab (al-Quran) dan Hikmah (sunnah) kepadamu, dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum engkau ketahui. Karunia Allah yang dilimpahkan kepadamu itu sangat besar.31 Pembicaraan di balik tabir adalah merupakan sa;ah satu cara Allah menyampaikan risalah-Nya kepada Nabi. Nabi tidak melihat Allah tetapi dia dapat menerima hidayah atau risalah itu, seperti yang telah dialami oleh nabi Musa.
30 31
Kadar M. Yusuf, op.cit., h. 24. Ibid, h. 96
19
Sayyid Quthb dalam dalam Kadar M. Yusuf menjelaskan cara lainnya adalah
melalui perantaraan Malaikat. Hal ini meliputi beberapa cara, yaitu: a. Malaikat menyampaikan kedalam hati Nabi, dimana Nabi tidak melihatnya. b. Malaikat datang kepada Nabi seperti seorang laki-laki dan lalu menyampaikan wahyu itu kepadanya. c. Malaikat datang kepada Nabi seperti bunyi bel. Hal ini sangat susah bagi Nabi (Asyadd alayh) , sehingga Nabi berkeringat walaupun pada saat cuaca sangat dingin. d. Malaikat datang kepada Nabi dalam bentuk aslinya sebagai malaikat. Kemudian ia menyampaikan wahyu itu kepada
Rasulullah sesuai dengan apa-apa yang Allah kehendaki. Walaupun Nabi itu seorang manusia biasa, tetapi dia dapat berjumpa dengan malaikat Jibril. dan dia dapat pula menerima bisikan atau pengajaran dari Allah, karena Nabi telah dipersiapkan untuk itu.
20
III. KESIMPULAN Berdasarkan pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan:1. Secara Etimologi
Wahyu adalah ialah pemberitahuan secara
tersembunyi dan cepat yang khusus ditujukan kepada orang yang diberitahu tanpa diketahui orang lain, sedangkan menurut syara wahyu sebagai pengetahuan dari dalam dirinya dengan disertai keyakinan pengetahuan itu datang dari Allah, baik dengan melalui perantara ataupun tidak; yang pertama melalui suara yang terjelma dalam telinganya ataupun tanpa suara sama sekali.2. Cara turunnya wahyu kepada malaikat dapat berupa kalam
Allah langsung kepada malaikat tanpa perantaraan dengan kalam yang telah dipahami oleh malaikat, wahyu yang turun kepada para rasul melalui perantaraan malaikat pembawa wahyu dan
secara langsug dapat berupa; a). diantaranya melalui mimpi yang benar, b). Allah berbicara secara langsung, c). Cara lain adalah seperti gemerincing lonceng.3. Wahyu yang datang dari Allah kepada Nabi Muhammad saw.
dengan beberapa tiga cara yaitu melalui wahyu secara langsung, pembicaraan dibalik hijab, dan Allah mengirim seorang utusannya Malaikat Jibri melalui beberapa cara;a) Malaikat menyampaikan kedalam hati Nabi, dimana Nabi
tidak melihatnya.
21
b) Malaikat datang kepada Nabi seperti seorang laki-laki
dan lalu menyampaikan wahyu itu kepadanyac) Malaikat datang kepada Nabi seperti bunyi bel. Hal ini
sangat susah bagi Nabi (Asyadd alayh) , sehingga Nabi berkeringat walaupun pada saat cuaca sangat dingin dan Malaikat datang kepada Nabi dalam bentuk aslinya 16 sebagai malaikat. DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Abu. Ulumul Quran ; Sebuah Pengantar, Cet. 9; Pekan Baru: Amzah, 2009. Departeman Agama, Al-quran dan Terjemahnya Bandung: PT. Sygma Examedia Arkanleema, 2010. Marifat, M. Hadi. Sejarah Al-Quran Cet; II. Jakarta: Al-Huda, 2007 Marzuki, Kamaluddin. Ulu a-Quran Cet. II; Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994. al-Qat}t}a>n, Manna>> Khali>l. Maba>h}is\ fi> lu>mil Qura>n. diterj. oleh Mudzakir AS., Studi ilmu-ilmu Quran. Cet. 12; Bogor: Pusata Litera Antar Nusa, 2009. ------- , Maba>h}is\ fi> lu>mil Qura>n di terjemahkan oleh Ainur Rafiq El-Mazni, Pengantar Studi ilmu Quran Cet.VI; Jakarta: Pustaka Al-kautsar, 2010. Shihab, M. Quraish. Membumikan Al-Quran; Fungsi dan peranan Wahyu dalam Masyarakat Cet.II ; Bandung : PT. Mizan Pustaka. 2007. ------- , Wawasan Al-Quran : Tafsir Tematik Atas Pelbagai Persoalan Umat, Cet.I ; Bandung : PT. Mizan Pustaka. 2007. al-Shalih, Subhi. Membahas Ilmu-Ilmu Al-Quran Cet.X ; Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008. Yusuf, Kadar M. Studi Al-Quran Cet. I; Jakarta; Amzah, 2009.
17