EKSTRAKSI METABOLIT SEKUNDER SIMPLISIA Foeniculi fructus I. PROSEDUR 1. Ekstraksi maserasi Simplisia Foeniculi fructus ditimbang sebanyak 239,8 gram. Kemudian dimasukkan ke dalam alat maserator. Yang sebelumnya telah dilapisi dengan kapas pada bagian dasar wadah maserator dan telah dibasahi untuk penyaringan. Lalu, ditambahkan pelarut etanol sebanyak 450 ml (sampai semua simplisia terendam). Didiamkan selama 3x24 jam sambil sesekali diaduk. Setelah 3x24 jam, maserat dipisahkan dari serbuk, kemudian ditampung dalam beaker glass dan dihitung volumenya. 2. Perhitungan rendemen Sebanyak 25 ml maserat dimasukkan ke dalam cawan penguap. Kemudian, diuapkan sampai diperoleh berat maserat yang konstan. Selanjutnya, rendemen dihitung dengan membandingkan berat ekstrak kental dengan berat maserat sebelum diuapkan. 3. Penetapan bobot jenis Piknometer ditimbang dalam keadaan kosong, lalu piknometer diisi penuh dengan air dan ditimbang kembali, kemudian dihitung kerapatan air. Setelah itu, piknometer dikosongkan dan dikeringkan kembali
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
EKSTRAKSI METABOLIT SEKUNDER SIMPLISIA
Foeniculi fructus
I. PROSEDUR
1. Ekstraksi maserasi
Simplisia Foeniculi fructus ditimbang sebanyak 239,8 gram. Kemudian
dimasukkan ke dalam alat maserator. Yang sebelumnya telah dilapisi dengan
kapas pada bagian dasar wadah maserator dan telah dibasahi untuk
penyaringan. Lalu, ditambahkan pelarut etanol sebanyak 450 ml (sampai semua
simplisia terendam). Didiamkan selama 3x24 jam sambil sesekali diaduk.
Setelah 3x24 jam, maserat dipisahkan dari serbuk, kemudian ditampung dalam
beaker glass dan dihitung volumenya.
2. Perhitungan rendemen
Sebanyak 25 ml maserat dimasukkan ke dalam cawan penguap. Kemudian,
diuapkan sampai diperoleh berat maserat yang konstan. Selanjutnya, rendemen
dihitung dengan membandingkan berat ekstrak kental dengan berat maserat
sebelum diuapkan.
3. Penetapan bobot jenis
Piknometer ditimbang dalam keadaan kosong, lalu piknometer diisi penuh
dengan air dan ditimbang kembali, kemudian dihitung kerapatan air. Setelah itu,
piknometer dikosongkan dan dikeringkan kembali dan diisi penuh dengan
ekstrak encer hasil maserasi, lalu ditimbang. Melalui berat ekstrak yang
mempunyai volume tertentu, dapat dihitung kerapatan ekstrak.
4. Penentuan pola dinamolisis
Disiapkan kertas saring Whatman berdiameter 12 cm. Lalu titik pusat kertas
Whatman tersebut dilubangi dan dipasang sumbu yang terbuat dari kertas
saring. Ekstrak encer dari hasil maserasi dituang ke dalam cawan petri. Cawan
Petri ditutup oleh kertas Whatman yang telah disiapkan dan dibiarkan sampai
terjadi difusi sirkular selama 10 menit. Setelah 10 menit pola yang terbentuk
diamati.
5. Identifikasi dengan KLT
Disiapkan pelat silika gel sebagai penjerap berukuran 7,5 x 2,5 cm. Lalu, pelat
tersebut ditandai dengan cara memberi dua buah garis yang masing-masing
berjarak 1 cm dari ujung bawah dan atas. Kemudian, disiapkan larutan
pengembang untuk simplisia Foeniculi fructus, yaitu toluen dan etil asetat
dengan perbandingan 93 : 7. Pengembang ditempatkan pada wadah yang telah
disediakan. Kemudian, wadah ditutup dan ditunggu hingga larutan pengembang
jenuh dan ditandai dengan hangatnya suhu di dalam wadah (terbentuk uap).
Setelah itu, ekstrak hasil maserasi ditotolkan pada pelat silika gel yang telah
disiapkan dengan menggunakan pipa kapiler. Silika gel ditempatkan di wadah
berisi pengembang. Dan perambatan spot diamati. Setelah jarak rambat
pengembang mencapai batas ujung pelat, pelat diangkat dari wadah. Lalu spot
diamati secara berturut-turut di bawah sinar biasa, sinar UV 254 nm dan 366
nm. Kemudian, dihitung Rf dari tiap-tiap spot.
6. Evaporasi
Ekstrak cair dimasukkan ke dalam labu evaporator. Kemudian dilakukan proses
evaporasi hingga diperoleh ekstrak encer. Ekstrak encer yang diperoleh
diuapkan sampai terbentuk ekstrak yang kental. Dari hasil evaporasi dihitung
berat ekstrak kental untuk dihitung rendemennya.
II. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
Organoleptik EkstrakBentuk : cair
Bau : hijau kekuningan
Warna : minyak adas
Rasa : asin
Rendemen Ekstrak
Volume ekstrak kental : 20 ml
Berat cawan kosong : 24,59 g
Berat cawan + ekstrak : 45,47 g
Berat cawan + ekstrak setelah penguapan : 29,95 g
Berat simplisia awal : 239,8 g
Rendemen ekstrak :
20 mL ekstrak cair = 29,95 g
400 mL ekstrak cair = 400 x 29,95 g = 599 g
20
Rendemen = 599- 29,59 x 100% = 2,37 % b/b
239,8
Bobot Jenis Ekstrak
Berat piknometer kosong : 12,93 g
Berat piknometer + air : 23,13 g
Volume piknometer : 10 mL
Berat air : 10 g
Kerapatan air : 10,20 = 1,02 g/mL
10
Berat piknometer + ekstrak : 23,17 g
Berat ekstrak : 8,66 g
Kerapatan ekstrak : 8,66 = 0,866g/mL
10
Bobot jenis ekstrak : 0,866 = 0,849
0,981
Kadar Air
Berat ekstrak uji : 2,4 g
Volume air : 0,4 ml
Kadar air : 0,4 = 0,4 v/b x 100% = 16,67%
2,4
Pengukuran diameter lingkaran hasil dinamolisis
Lingkaran 1 Lingkaran 2 Lingkaran 3
Diameter 0,8 cm 2 cm 3 cm
Warna kuning hijau kuning pucat
Hasil pengamatan kromatografi lapis tipis
No.
bercak
Rf PENGAMATAN
Sinar tampak UV 254 nm UV 366 nm H2SO4 10%
1 0,059 - - Biru -
2 0,11 - - Biru -
3 0,18 - - Biru -
4 0,59 - - Biru -
Rf total : A = 4.8 cm = 0,6
B 8 cm
III. PEMBAHASAN
Dalam percobaan kali ini kami melakukan isolasi metabolit sekunder dari
simplisia tumbuhan obat dengan metode ekstraksi. Simplisia tumbuhan obat yang
kami gunakan adalah simplisia Foeniculli fructus, sedangkan metode ekstraksi yang
kami gunakan adalah.metode maserasi. Metode maserasi adalah salah satu metode
ekstraksi dingin. Ekstraksi dingin ini tidak memerlukan suhu yang tinggi, sehingga
waktunya relatif lebih lama dibandingkan dengan ekstraksi cara panas yang
memerlukan suhu tinggi. Pada penyarian dengan cara maserasi perlu dilakukan
pengadukan untuk meratakan konsentrasi larutan di luar butir serbuk simplisia,
sehingga dengan pengadukan tersebut tetap terjaga adanya derajat perbedaan
konsentrasi yang sekecil–kecilnya antara larutan di dalam sel dengan larutan di luar
sel.
Simplisia yang ada digerus hingga didapat partikel simplisia agak kecil (tidak
terlalu halus) untuk memperluas permukaan, sehingga interaksi antara cairan
penyari dengan permukaan simplisia lebih banyak, disamping itu juga berfungsi
untuk memecah dinding sel, sehingga cairan penyari dapat masuk ke dalam sel dan
mengekstraksi lebih banyak metabolit sekunder. Cairan penyari akan masuk ke
dalam dinding sel dan rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut
karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dan di luar sel,
maka larutan yang terpekat akan didesak keluar. Penyarian akan bertambah baik
bila permukaan serbuk yang bersentuhan dengan cairan penyari semakin luas.
Dengan demikian, makin halus serbuk simplisia seharusnya makin baik
penyariannya, tapi dalam pelaksanaannya tidak demikian karena pengaruh sifat
fisikokimia. Serbuk yang terlalu halus akan memberikan kesulitan pada proses
penyarian, cairan tidak dapat turun (menyulitkan pembasahan). Hal ini disebabkan
serbuknya terjalu halus, sehingga ruang antarsel berkurang. Sementara ruang
antarsel ini merupakan jalan masuknya cairan. Selain itu, serbuk yang terlalu halus
juga mengakibatkan terbentuknya suspensi yang sulit dipisahkan dengan hasil
penyarian. Serbuk yang terlalu halus juga dapat mengakibatkan dinding sel pecah,
sehingga zat yang tidak diinginkan pun dapat ikut terekstraksi. Oleh karena itu,
untuk tiap simplisia perlu ditetapkan derajat kehalusan tertentu agar didapat hasil
penyarian yang baik. Setelah penggerusan simplisia ditimbang sebanyak 239,8
gram, kemudian serbuk simplisia dimasukkan ke dalam maserator. Sebelumnya
maserator telah dilapisi oleh kapas, kemudian kapas dibasahi dengan etanol agar
tidak ada serbuk simplisia yang keluar pada saat dilakukan penyaringan karena
kapas berfungsi sebagai filter. Pembasahan dilakukan agar kapas menempel pada
dinding maserator untuk menghindari adanya ruang antara kapas dengan maserator,
sehingga dapat mencegah terselipnya serbuk simplisia. Pembasahan juga untuk
mengganti udara dalam pori –pori, hal ini disebabkan karena dinding sel tumbuhan
terdiri dari serabut selulosa yang dikelilingi oleh air, jika simplisia tersebut
dikeringkan, lapisan air akan menguap dan terbentuk pori–pori yang diisi oleh
udara. Pembasahan ini memberikan kesempatan sebesar–besarnya kepada cairan
penyari memasuki seluruh pori-pori dalam simplisia, sehingga mempermudah
penyarian selanjutnya. Agar penyarian berjalan dengan baik, maka pori–pori berisi
udara harus didesak dengan air. Pembasahan juga mengakibatkan terjadinya
perbedaan konsentrasi, sedangkan perbedaan konsentrasi itu sendiri mempengaruhi
kecepatan penyarian. Makin besar perbedaan konsentrasi makin besar daya dorong,
sehingga makin cepat penyarian. Makin kasar serbuk makin panjang jarak,
sehingga konsentrasi zar aktif yang terlarut dan tertinggal dalam sel makin banyak.
Setelah dibasahi, kemudian serbuk simplisia dimasukkan dan direndam hingga
semua simplisia terendam. Perendaman dimaksudkan untuk menarik metabolit
sekunder yang terdapat dalam simplisia. Volume etanol yang digunakan dalam
maserasi untuk 239,8 g simplisia pada praktikum ini sebanyak 450 ml. Maserator
terdiri dari tabung yang berbentuk silinder dan selang dibawahnya untuk
mengalirkan ekstrak yang telah tersari.
Pelarut yang digunakan dalam proses maserasi ini adalah etanol. Pemilihan
pelarut yang akan digunakan untuk mengekstraksi harus sesuai dengan komponen
metabolit sekunder yang akan diekstraksi. Keuntungan etanol sebagai pelarut
karena bersifat polar dan tidak bersifat toksik, lebih selektif, dan memiliki daya
absorpsi yang baik. Penggunaan alkohol 95% juga agar mencegah dan menghambat
pertumbuhan kapang dan kuman selama proses maserasi karena kapang dan kuman
sulit tumbuh dalam etanol 20% ke atas. Alkohol, bagaimanapun juga adalah pelarut
serba guna yang baik untuk ekstraksi pendahuluan.
Etanol sebagai pelarut organik polar akan menarik komponen utama
metabolit sekunder dalam simplisia yang bersifat polar. Hal ini sesuai dengan
prinsip like dissolve like. Pelarut yang bersifat polar akan melarutkan komponen-
komponen metabolit sekunder yang bersifat polar pula, sedangkan pelarut yang
bersifat nonpolar akan cenderung melarutkan komponen metabolit sekunder yang
bersifat nonpolar. Etanol dapat melarutkan alkaloid basa, minyak menguap,
glikosida, kurkumin, kumarin, antrakuinon, flavonoid, steroid, damar, dan klorofil.
Lemak, malam, tanin, dan saponin hanya akan larut sedikit. Dengan demikian, zat
pengganggu yang larut hanya terbatas. Di samping itu, etanol merupakan senyawa
yang mudah menguap, sehingga pada proses pemekatan (evaporasi) waktu yang
dibutuhkan lebih sedikit dibandingkan dengan menggunakan pelarut air. Hal ini
menguntungkan dalam maserasi karena ekstraksi ini menggunakan cara dingin,
sehingga dapat digunakan untuk mengekstraksi zat termolabil. Penggunaan etanol
mempersingkat waktu evaporasi, sehingga zat termolabil dapat terekstraksi.
Ekstrak cair yang diperoleh kemudian ditampung ke dalam wadah yang telah
disediakan. Setelah mengekstraksi, ekstrak yang didapat diukur volumenya. Hasil
penyarian dengan cara maserasi perlu didiamkan selama waktu tertentu. Waktu
tersebut diperlukan untuk mengendapkan zat–zat yang tidak diperlukan, tetapi ikut
terlarut dalam cairan penyari, contohnya malam.
Setelah itu, sebanyak 20 ml ekstrak cair diuapkan di atas waterbath.
Penguapan bertujuan untuk menguapkan pelarut, sehingga didapat berat yang
sesungguhnya. Proses ini dilakukan dengan menggunakan cawan penguap. Yang
pertama kali dilakukan adalah menimbang berat cawan penguap yang masih
kosong. Ekstrak yang didapat kemudian dimasukkan ke dalam cawan penguap, lalu
diuapkan di atas penangas air. Penguapan dilakukan sampai berat ekstrak yang
ditimbang sudah konstan. Ekstrak yang sudah pekat (beratnya konstan) akan
ditentukan rendemennya dengan cara menghitung persentase dari berat ekstrak
sesungguhnya per berat simplisia mula-mula. Berat ekstrak sesungguhnya
merupakan selisih dari berat cawan penguap yang sudah konstan setelah mengalami
penguapan dan berat cawan penguap yang masih kosong.
Pada proses perhitungan rendemen, didapat hasil randemen sebesar 2,37%.
Rendemen ini menunjukkan kadar ekstrak dari simplisia. Jumlah rendemen yang
didapat sangat kecil karena kurangnya pengadukan dan ukuran serbuk kurang halus
ketika penggerusan, serta pembasahan yang kurang sempurna.
Penentuan bobot jenis dari ekstrak yang didapat dilakukan dengan
menggunakan alat piknometer. Pertama-tama, piknometer kosong ditimbang,
kemudian dimasukkan sejumlah ekstrak hingga penuh ke dalam piknometer kosong
tersebut, lalu ditutup hingga cairan ekstrak keluar dari lubang bagian atas tutup
piknometer. Hal tersebut menandakan bahwa piknometer telah penuh, kemudian
piknometer tersebut ditimbang. Catat hasil penimbangannya. Kerapatan ekstrak
adalah berat ekstrak di dalam piknometer dikurangi dengan berat piknometer
kosong dibagi dengan volume piknometer, karena seperti yang kita ketahui bahwa
kerapatan merupakan hasil bagi dari massa dibagi volume. Volume piknometer
adalah daya tampung piknometer yang biasanya tertera pada piknometer.
Kemudian, piknometer yang telah bersih dan kering diisi dengan air hingga penuh
dan ditimbang. Hal ini juga bertujuan untuk menentukan kerapatan air. Hasil
perbandingan antara kerapatan ekstrak dan kerapatan air merupakan bobot jenis
dari ekstrak tersebut. Hasil penentuan kerapatan air adalah 1,02 gram/mL dan
kerapatan ekstrak 0.866 gram/ mL. Jadi, bobot jenis ekstrak yang didapat adalah
sebesar 0,849.
Selanjutnya, dilakukan proses dinamolisis terhadap ekstrak yang didapat.
Proses dinamolisis dilakukan untuk memberikan gambaran secara kualitatif dari
kandungan kimia yang terdapat dalam ekstrak karena masing-masing ekstrak
memiliki pola dinamolisis yang berbeda. Uji dinamolisis dilakukan dengan cara
menuangkan maserat ke dalam cawan petri sebanyak 1/3 dari volume cawan petri.
Cawan petri tersebut ditutup dengan kertas saring berbentuk lingkaran yang
bersumbu di tengah. Uji dinamolisis dilakukan selama kurang lebih 20 menit. Noda
yang dihasilkan diamati polanya. Berdasarkan hasil percobaan, pola yang dimiliki
oleh Foeniculi fructus menunjukkan pola lingkaran, diameter 1 berwarna kuning,
diameter 2 berwarna hijau, sedangkan diameter 3 berwarna kuning pucat. Selain
sebagai penyaring, kertas saring berfungsi untuk kromatografi sederhana. Dari
kertas saring diukur diameter yang diperoleh berturut-turut adalah 2; 0,8; dan 3.
Pola ini menunjukkan karakteristik simplisia Foeniculi fructus.
Uji KLT dilakukan untuk mengamati pemisahan metabolit sekunder yang
terkandung dalam simplisia Foeniculi fructus. Dari uji KLT ini pemisahan akan
terlihat melalui pita-pita yang terbentuk pada silika gel. Mula-mula kertas silika gel
dipotong dengan ukuran tertentu (2,5 x 7,5 cm), lalu kertas tersebut ditandai dengan
garis di ujung atas dan bawah masing-masing 1 cm, lalu hasil maserat ditotolkan di
ujung bawah titik. Penotolan dilakukan berulang pada tempat yang sama dengan
rentang waktu tertentu untuk menghindari kemungkinan totolan terlalu lebar.
Pengembang yang digunakan adalah toluen dan etil asetat dengan perbandingan
93:7. Toluen yang dipakai 9,3mL dan etil asetat yang dipakai adalah 0,7 ml.
Pengembang yang dipakai adalah pengembang yang bersifat nonpolar karena
metabolit sekunder dalam ekstrak bersifat polar.
Cairan pengembang berfungsi sebagai fasa gerak, sedangkan silika gel
berfungsi sebagai fasa diam. Pada percobaan ini digunakan cairan penampak
bercak, tetapi sebelumnya digunakan sinar ultraviolet 254 nm dan 366 nm tanpa
penampak bercak. Rf dari bercak yang dihasilkan dihitung, sehingga didapat hasil.
Hasil ini tidak dapat dibandingkan dengan literatur karena pada KLT nilai Rf tidak
terulangkan. Seharusnya digunakan larutan baku pembanding untuk
mengidentifikasi metabolit sekunder apa yang terdapat dalam simplisia.
IV. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan diperoleh :
1 Rendemen : 2,37%
2. Bobot jenis ekstrak : 0,849 g/mL
3. Pola dinamolisis menghasilkan diameter sebesar
a. diameter 0,8 cm dengan warna kuning
b. diameter 2 cm dengan warna hijau
c. diameter 3 cm dengan warna kuning pucat
4. Rf hasil KLT : 0,6
RESUME FITOKIMIA
Foeniculi fructus
Disusun oleh:
Teuku Alfian Jauhara 140510060102
Rahmi Dewi Sofyan 140510060104
Evelin Utami Dewi 140510060106
Karina Andrianti E. R. 140510060108
Anggraeni Wulandari 140510060110
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2009
METODE PEMISAHAN EKSTAK
Foeniculli fructus
I. PROSEDUR
1. Kolom untuk kromatografi cepat disiapkan. Bagian alasnya dilapisi kertas
saring, kemudian ke dalamnya dimasukkan penjerap hingga batas tertentu.
Perhatikan keserbasamaan penjerap ke semua tempat dalam kolom, karena
adanya rongga-rongga udara dalam kolom akan berpengaruh buruk pada
proses pemisahan.
2. Setelah kolom didiamkan sambil direndam dengan eluen (pengkondisian
kolom), ekstrak yang akan dipisahkan ditempatkan diatas lapisan penjerap
(silika gel) dalam bentuk lapisan tipis yang rata diatas seluruh permukaan
penjerap. Setelah itu dilakukan proses elusi dengan campuran pelarut
berbagai perbandingan. Elusi dipercepat dengan cara penghisapan melalui
pompa vakum.
3. Eluen diganti dengan campuran yang mempunyai perbandingan berbeda
dengan volume eluen yang sama dengan volume eluen pada proses
pertama. Pengerjaan dilakukan berulang seperti proses pertama. Fraksi
yang keluar kolom ditampung dan digunakan untuk analisis lanjutan.