Top Banner
PERCOBAAN I PENAPISAN FITOKIMIAWI I. TUJUAN PERCOBAAN 1. Menentukan cara penapisan fitokimia 2. Menganalisis golongan kimia tumbuhan II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Fitokimia Cabang ilmu kimia yang mempelajari mengenai pertumbuhan dan metabolisme tanaman, misalnya pengubahan unsur anorganik seperti nitrogen, kalium, air dan karbon dioksida menjadi pati, gula, protein dan sebagainya yang dibutuhkan oleh tanaman. Ilmu fitokimia secara analisis merupakan penambahan secara sistematis tentang berbagai senyawa kimia, terutama dari golongan senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan, proses biosintesis, metabolisme dan perubahan-perubahan lain yang terjadi pada senyawa kimia tersebut beserta sebaran dan fungsi biologisnya. (Rahw ay, 1960) II.2. Penapisan Fitokimia (skrining fitokimia) Penapisan fitokimia dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui informasi awal golongan senyawa sehingga memudahkan proses pengisolasiannya. Selain itu juga bertujuan untuk mengetahui apakah suatu jenis tumbuhan
41

4. Penapisan Fitokimia

Jan 20, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: 4. Penapisan Fitokimia

PERCOBAAN I

PENAPISAN FITOKIMIAWI

I. TUJUAN PERCOBAAN

1. Menentukan cara penapisan fitokimia

2. Menganalisis golongan kimia tumbuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Fitokimia

Cabang ilmu kimia yang mempelajari mengenai pertumbuhan

dan metabolisme tanaman, misalnya pengubahan unsur anorganik

seperti nitrogen, kalium, air dan karbon dioksida menjadi

pati, gula, protein dan sebagainya yang dibutuhkan oleh

tanaman. Ilmu fitokimia secara analisis merupakan penambahan

secara sistematis tentang berbagai senyawa kimia, terutama

dari golongan senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan,

proses biosintesis, metabolisme dan perubahan-perubahan lain

yang terjadi pada senyawa kimia tersebut beserta sebaran dan

fungsi biologisnya.

(Rahw

ay, 1960)

II.2. Penapisan Fitokimia (skrining fitokimia)

Penapisan fitokimia dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui informasi awal golongan senyawa sehingga

memudahkan proses pengisolasiannya. Selain itu juga

bertujuan untuk mengetahui apakah suatu jenis tumbuhan

Page 2: 4. Penapisan Fitokimia

tersebut potensial untuk dimanfaatkan. Metode-metode dasar

penapisan fitokimia harus memenuhi syarat-syarat sederhana,

cepat, limit deteksi rendah dan tegas.

(Harbo

ne, 1977)

II.3. Metode Identifikasi

Identifikasi suatu kandungan tumbuhan, setelah

kandungannya diisolasi dan dimurnikan pertama-tama harus

ditentukan dulu golongannya kemudian baru ditentukan jenis

senyawanya. Golongan senyawa biasanya dapat ditentukan

dengan uji warna, penentuan kelarutan, bilangan Rf dan ciri

spektrum UV. Identifikasi dengan X-ray dapat menentukan

struktur kimia dan stereokimianya.

(Harbo

ne, 1977)

II.4. Alkaloid

II.4.1. Pengertian Alkaloid

Alkaloid merupakan senyawa organik yang mengandung

nitrogen dari tumbuhan murni, berupa senyawa heterolitik

yang kopleks struktur dan hampir semuanya mempunyai

kereaktifan farmakologi yang hebat. Setelah diekstraksi

alkaloid bebas dapat diperoleh dengan pengolahan lanjutan

dengan basa dalam air. Berapi cincin lima/enam yang

mempunyai atom IV.

Page 3: 4. Penapisan Fitokimia

(Fessende

n, 1999)

II.4.2. Sifat Alkaloid

Umumnya kristal padat (ada juga yang cair), memutar bidang

polarisasi clevo, larut air tetapi ada juga yang tidak

larut, bersifat basa N, pahit, membentuk endapan bila

ditambahkan dengan asam tamat dan fosfomolibdat yang

merupakan cara pemisahan dan pemurnian serta sebagai

antidetum.

(Leswara,

2005)

II.4.3. Identifikasi Alkaloid

Identifikasi biasanya dilakukan dengan menggunakan

larutan-larutan pereaksi yang khas yang pada umumnya

merupakan pereaksi-pereaksi yang dapat membentuk endapan

dengan alkaloid, misaknya pereaksi Mayer dan pereaksi

Dragendorff.

(Rahway,

1960)

II.5. Flavonoid

Flavonoid terdapat secara univesal pada tanaman sebagai

kelompok tunggal senyawa cincin oksigen yang terbesar.

Terdapat dalam berbagai warna pada jaringan tanaman dan

retenoid misalnya, memiliki sifat insektisidal, kerangka

dasarnya terdapat pada flavon.

Page 4: 4. Penapisan Fitokimia

(Herber

t, 1995)

II.5.1. Senyawa-senyawa flavonoid

Senyawa-senyawa polifenol yang empunyai 15 atom kabon,

terdiri dari 2 cincin benzen yang dihubungkan menjadi 1

rantai oleh rantai linier yang tediri dari 3 atom karbon.

Kerangka ini dapat ditulis sebagai cincin C6-C3-C6, jadi

senyawa flavonoid adalah senyawa 1,3 diarilpropana,

senyawa isoflavonoid adalah senyawa 1,2 biarilpropana,

sedang senyawa neoflavonoid adalah 1,1 diarilpropana.

(Manitto

, 1981)

II.5.2. Flavon

Flavon adalah bentuk yang mempunyai cincin C dengan

tingkat oksidasi yang paling rendah dan dianggap sebagai

struktur induk dalam nomenklatur kelompok senyawa-senyawa

ini.

Page 5: 4. Penapisan Fitokimia

(Manitto

, 1981)

II.5.3. Sifat kelarutan Flavonoid

Sifat fisika dan kimia senyawa flavonoid antara lain

adalah larut dalam air sedangkan dalam bentuk glikosida

yang termetilasi larut dalam eter. Sebagai glikosida

ataupun aglikan senyawa flavonoid tidak dapat lsrut dalam

petroleum eter. Dari tumbuhan gllikosida dapat ditarik

dengan pelarut organik yang bersifat polar, misal :

metanol dan etanol.

(Rahw

ay, 1960)

II.5.4. Identifikasi Flavonoid

Identifikasi dapat dilakukan dengan reaksi sianidin-

wistater dimana freaksi ini terutama akan diberikan oleh

senyawa flavon, merah sampai merah tua oleh flavanol atau

flavonon dan warna hijau sampai biru diberikan oleh

aglikon dan glikosida.

Uji warna flavanon dan dihidroflavonol : uji shinoda

(Mg/HCl). Larutkan sedikit hablur flavonoid dalam ½ tetes

Page 6: 4. Penapisan Fitokimia

EtOH, tambahkan serbuk Mg dan 1 tetes HCl 5M. Flavonon

menjadi warna merah lembayung.

(Markham

, 1988)

II.6. Saponin

Merupakan golongan senyawa glikosida. Sifat khas dari

saporin adalah bahwa apabila dikocok maka saponin

menimbulkan busa. Saponin dapat menimbulkan terjadinya

hemolisis terhadap butir darah merah binatang berdarah

dingin. Saponin pada umumnya berasa pahit, larut dalam

pelarut organik seperti kloroform karena senyawa ini

merupakan senyawa glikosida maka hidrolisisnya menghasilkan

aglikon dan bagian senyaa gula.

(Rahw

ay, 1960)

II.7. Tanin

II.7.1. Pengertian Tanin

Tanin adalah satu kelas substansi polisiklik yang terutama

banyak teradapat dalam daun teh, bayam yang dapat

diekstrak dengan air dan larutan alkalin. Warnanya kuning

cokelat. Secara tradisional digunakan dalam menyamak

kulit. Tingginya zat-zat tersebut menghambat penyerapan

Fe.

Page 7: 4. Penapisan Fitokimia

Struktur :

(Asterik akan menjadi gelap bila Fe3+ ditambahkan)

(Linder,

1985)

II.7.2. Sifat Tanin

Tanin berbentuk amorf dan tidak dapat dikristalkan, dalam

larutan air membentuk larutan koloiadal, bereaksi dengan

asam, dapat membentuk ikatan silangyang stabil dengan

protein dan binpolimer,

(Manitto

, 1981)

II.7.3. Identifikasi Tanin

Dapat dilakukan dengan menggunakan larutan gelatin 1%,

dikenali dengan terbentuknya endapan.

(Rahwa

y, 1960)

II.8. Kuinon

II.8.1. Pengertian Kuinon

Merupakan senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar

seperti kromofor pada benzokuinon yang terdiri atas 2

guguskarbonil yang berkonjugasi dengan R ikatan rangkap

karbon.

Page 8: 4. Penapisan Fitokimia

(Manitto

, 1981)

II.8.2. Sifat fisik dan kimia kuinon

Senyawa yang berbentuk kristal, berwarna kuning, mudah

terbakar, berbau tajam, beracun, dapat menyebabkan iritasi

pada kulit, sedikit larut dalam air dan larut dalam

alkali, eter dan alkohol.

(Basri,

1996)

Sifat kimia kuinon adalah kecendrungannya untuk menambah

nukleofil, kuinon yang terbentuk dalam jumlah besar oleh

mikroorgaanisme tanah.

(Manitto

, 1981)

II.9. Terpen

2.9.1. Isopren

Isopren mulai diidentifikasi sebagai suatu produk

dekomposisi termal asal karet dan senyawa alam lainnya

yang berbau harum, yang berat molekulnya rendah.

(Herber

t, 1995)

2.9.2. Pengertian Terpen

Page 9: 4. Penapisan Fitokimia

Terpena mempunyai defini awal sebagai hasil alam lain

dengan rasio karbon hidrogen 5-8. Kemudian diketahui

terpen ini tersusun dari senyawa-senyawa yang mengandung

suatu gabungan kepala danekor dari satuan isopren. Untuk

menekankan hubungan ini terpen disebut isoprenoid. Terpen

dapat mengandung lebih dari satu satuan isoprena.

Molekulnya dapat berupa rantai terbukaatau siklik.

Mengandung ikatan rangkap, gugus hidroksil, gugus karbonil

atau gugus yang lain.

(Fessende

n, 1999)

2.9.3. Steroid / Triterpenoid

Kolesteerol merupakan steroid hewani yang terdapat paling

meluas dan dijumpai dalam hampir semua jaringan hewan.

Kolesterol merupakan zat antara yang diperlukan dalam

biosintesis hormon steroid.

(5-kolesten-3 β-ol)

(Fessenden,

1999)

Page 10: 4. Penapisan Fitokimia

2.9.4. Identifikasi steroid dan triteparnoid

Suatu zat yang mengandung steroid akan meberikan hasil

positif berupa larutan berwarna hijau bila ditambah dengan

CH3COOH dan akan berwarna merah saat penambahan asam

sulfat pekat.

(Linder,

1985)

II.10. Uji Identifikasi Saponin

Salah satu cara untuk mengidentifikasi saponin adalah dengan

mengocoknya kuat-kuat. Bila mengandung saponin maka akan

menimbulkan gelembung atau busa.

(Linder, 1985)

II.11. Uji Identifikasi Kuinon

Suatu zat yang mengandung kuinon akan memberikan hasil

positif berupa larutan berwarna kuning bila ditambah dengan

NaOH.

(Linder, 1985)

II.12. Kencur

Kencur merupakan bahan organik, biasa digunakan atau

dimanfaatkan oleh masyarakat indonesia sebagai pelengkap

bumbu dapur. Biasanya tumbuh di ketinggian 25 m. biasa

dimanfaatkan untuk melancarkan peredaran darah.

Page 11: 4. Penapisan Fitokimia

(Surasa,

1993)

II.13. Jurnal :

Pengasingan dan pemurnian flavonoid

glycosides dari Trollius ledebouri menggunakan

chromatography counter-current kecepatan tinggi yang terus

meningkat berdasarkan laju alir

Tiga flavonoid glycosides (yang mencakup orientin,

vitexin, quercetin-3-O-neohesperidoside dan satu campuran

yang tak dikenal) diiisolasi dan dibersihkan oleh counter-

current chromatography pada kecepatan tinggi ( HSCCC) dan

menggunakan Semi-preparative HPLC dari Trollius ledebouri

Reichb. Preparative HSCCC dengan suatu sistem bahan pelarut

berfasa ganda terdiri atas etil acetate–n-butanol–water

( 2:1:3, v/v/v) adalah dilakukan dengan meningkatkan laju

alir dari 1.5 sampai 2.5 ml/menit setelah 190 min. 95.8 mg

orientin, 11.6 mg vitexin, dan 9.3 campuran yang tak dikenal

dengan pemurnian dari diatas 97% dibersihkan dan kemudian

ditambahan quercetin-3-Oneohesperidoside (pada 85.1%

kemurnian). Hasil yang dapat diperoleh adalah 500 mg sari

yang kasar (flavonoid glycosides).

(Yutian, 2005)

II.14. Analisa Bahan

II.14.1. Amonia (NH3)

Page 12: 4. Penapisan Fitokimia

Memiliki bau yang khas dan menusuk hidung, larut dalam air

dan dalam alcohol dan eter. Ammonia yang diperdagangkan

mengandung 25%, memilki BM = 39,05 g/mol,

e = 0,91 g/mol

(Daintit

h, 1994)

II.14.2. Kloroform

BM = 119,3 g/mol, diperoleh dengan mereaksikan Cl2 dengan

aseton/alkohol, bersifat volatil, densitas 1,484,

C=18,05%, H=0,84%, Cl = 89,10 %.

(Rahwa

y, 1960)

II.14.3. HCl

Senyawa hidrogen dan khlorin, bersifat korosif, titik

leleh :-14 dan titik didih : -850C, dapat mengiritasi

kulit, reaktif, dan merupakan asam kuat.

(Daintih, 1994)

II.14.4. Akuades (H2O)

Densitas 1 g/mol, BM : 18 g/mol, BP : 1000C, MP : 00C,

tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, merupakan

basa lemah, larut dalam alcohol dan eter, merupakan

pelarut universal.

(Daintih, 1994)

II.14.5. NaOH

Page 13: 4. Penapisan Fitokimia

Kristal berwarna putih, menyerap air dan CO2 dari udara,

larut dalam air, alkohol, titik didih: 19390C dan titik

leleh:3180C.

(Daintith,1994)

II.14.6. Pereaksi dragendorff

Dibuat dengan 2,54 g iodium dan 2 g KI dilarutkan dalam

10 ml H2O dan diencerkan sampai 100 ml lalu ditimbang.

(Rahway, 1960)

II.14.7. Pereaksi Mayer

Mengandung 1,3 g K2(HgI4), dibuat dengan melarutkan KI

dalam larutan raksa (III) klorida dalam 100 ml air,

dengan basa nitrogen membentuk endapan putih sampai

kuning.

(Rahway, 1960)

II.14.8. Mg

BA = 24,32 g/mol, valensi=2, logam putih silver, oksidasi

berjalan lambat diudara, td = 1100C, tl = 6150C, densitas

= 1,738 g/mol

(Rahway, 1960)

II.14.9. H2SO4

Page 14: 4. Penapisan Fitokimia

Berbentuk kental dan tidak berwarna, merupakan asam

kuat,asam organik, Bersifat sebagai oksidator.

(Daintith, 1994)

II.14.10. Asam asetat anhidrat

Zat cair tanpa warna dan berbau sngit, asam organik

lemah, disebut juga asam cuka, membeku pada 290 K, BM =

60 g/mol, digunakan untuk membuat selulosa asetat.

(Daintith, 1994)

II.14.11. Amiloalkohol

- Berbentuk cairan, jernih, dan tidak mudah menguap,

larut dalam air,

- Bersifat tidak korosif.

(Dain

tith, 1994)

II.14.12. FeCl3

- BM = 162,2 g/mol, higroskopis, berbentuk heksadentat,

- Larut dalam air, alkohol dan eter.

(Daintith, 1994)

II.14.13. Larutan gelatin

Larutan tidak berwarna, transparan, bersifat rapuh, larut

dalam air panas, gliserol dan asam asetat, tidak larut

dalam pelarut organik.

Page 15: 4. Penapisan Fitokimia

(Rahway, 1960)

II.14.14. Natrium asetat

BM = 13,09 g/mol, larutan tidak berwarna, kristal

transparan, butiran putih, densitas = 1,45 g/ml, titil

leleh 580C.

(Daint

tith, 1994)

III. METODE PERCOBAAN

III.1. Alat

1. Kurs porselin 6. Gelas bekker

2. Corong gelas 7. Plat tetes

3. Pipet tetes 8. Bunsen

4. Gelas ukur 9. Kapas

5. Tabung reaksi

III.2. Bahan

1. Amonia 8. Serbuk Mg

2. Khloroform 9. Amiloalkohol

3. HCl 10. FeCl3

4. Pereaksi Dragendorff 11. Larutan gelatin

5. Pereaksi mayer 12. Pereaksi steasny

6. H2SO4 13. NaOH

Page 16: 4. Penapisan Fitokimia

7. Asam asetat anhidrat

III.3. Cara kerja

III.3.1. Uji alkaloid

Palembaban dengan 5 ml amonia 25 %

Penggerusan

Penambahan 20 ml kloroform

Penggerusan, penyaringan

Pengekstrasian dengan HCl

sebanyak 2 kali

5 g serbuk

kencur

Residu 10 ml

Filtrat

Lapisan

Lapisan

Page 17: 4. Penapisan Fitokimia

Penambahan reagen Penambahan pereaksi

Mayer

dragendroff

III.3.2. Uji saponin

Pendidihan dalam 100 ml air selama 5

menit

Penyaringan dalam air panas

5 ml

lapisan HCl

Hasi

5 ml

lapisan HCl

Hasi

Residu10 ml

Filtrat

5 g serbuk

kencur

Page 18: 4. Penapisan Fitokimia

Pengocokan kuat

secara vertikal

Pengamatan busa

Penambahan 1 tetes HCl 2N

III.3.3. Uji Flavonoid

Penambahan serbuk Mg

Penambahan 1 ml HCl pekat dan 2 ml

amilalkohol

Pengocokan kuat

Pendiaman, pengamatan

III.3.4. Uji kuinon

Pendidihan dalam 100 ml air selama 5

menit

Pendinginan dan penyaringan

Penambahan NaOH 1M

Hasi

Hasil

ResiduFiltra

1 g serbuk

Gelas bekker

5 ml filtrat

dari saponin

Hasil

Page 19: 4. Penapisan Fitokimia

III.3.5. Uji tanin

Pendidihan dalam 100

ml air selama 5 menit

Pendinginan dan

penyaringan

Pembagian filtrat menjadi 3

Penambahan Penambahan gelatin

Penjenuhan dengan

FeCl3 1% Penambahan pereaksi Na-

asetat

Steasny

Penambahan FeCl3 1%

III.3.6. Uji steroid atau terpenoid

ResiduFiltra

10 g serbuk

Gelas bekker

HasilHasil Hasil

HasilHasil Hasil

5 g serbuk

Gelas bekker

Page 20: 4. Penapisan Fitokimia

Proses maserasi dengan 20 ml eter

selama 2 jam

Penyaringan

Penguapan hingga kering

Penambahan 2 tetes asam asetat anhidrat

Penambahan 1 tetes H2SO4

Pengamatan warna

IV. DATA PENGAMATANNo Perlakuan Hasil Ket1 Uji Alkaloid

- 5 g ..... + 5 ml amonia 25%

- Penggerusan

- Penambahan 20 ml kloroform

- penggerusan kuat-kuat

- penyaringan

- 10 ml larutan organik

diekstraksi dengan HCl

Filtrat I + pereaksi mayer

Filtrat II + pereaksi

diagendorff2 Uji Saponin

Residu5 ml

Resid

Hasil

Page 21: 4. Penapisan Fitokimia

- 5 g serbuk + 100 ml H2O

- Pemanasan

- Penyaringan

- Filtrat dikocok vertikal,

pendinginan

- Penambahan HCl 2 N,

pengamatan3 Uji flavonoid

- 5 ml filtrat dari saponin +

Mg

- Penambahan 1 ml HCl pekat

- Penambahan 2 ml amilalkohol

- Pengocokan, pendiaman

- Pengamatan4 Uji tanin

- 10 g serbuk + 10 ml H2O,

pendidihan

- Pendinginan

- Penyaringan

Filtrat I + FeCl3 1% + gelatin

Filtrat II + pereaksi steasny

Filtrat III + FeCl3 1% + Na-

asetat

5 Uji kuinon

- 1 g serbuk + 10 ml H2O,

pendidihan

- Pendinginan

- Penyaringan

Page 22: 4. Penapisan Fitokimia

- Filtrat + NaOH 1N6 Uji steroid

- 5 g serbuk + eter 20 ml,

pendiaman

- Penyaringan

- Penguapan filtrat dalam cawan

penguapan

- Residu + 2 tetes asam asetat

anhidrat

- Penambahan H2SO4 pekat 1 tetes

V. HIPOTESA

Pada percobaan penapisan fitokimiawi bertujuan untuk

menentukan cara penapisan fitokimiawi dan menganalisis golongan

kimia tumbuhan. Prinsip yang digunakan adalah analisis golongan

kimia tumbuhan dengan uji-uji spesifik dengan cara menambahkan

reagen yang memberikan reaksi positif terhadap golongan kimi

dari tanaman kencur Metode yang digunakan adalah dengan cara

penambahan reagen yang memberikan reaksi positif terhadap

golongan kimia dari tanaman kencur. jika mengandung alkaloid

jika ditambah pereaksi dragendorff menghasilkan warna merah

bata dan dengan pereaksi mayer menghasilkan endapan putih.

Mengandung saponin akan menghasilkan gelembung atau buih yang

stabil. Jika mengandung flavonoid akan mengandung 2 lapisan

larutan jenuh. Jika mengandung tanin menghasilkan warna larutan

hijau pupus. Jika mengandung tanin kateloat enghasilkan larutan

merah bata dan endapan putih, dan bila mengandung tanin galat

Page 23: 4. Penapisan Fitokimia

menghasilkan larutan hitam dan endapan putih. Jika mengandung

kuinon menghasilkan larutan biru saat penambahan CH3COOH

anhidrat dan larutan merah saat penambahan H2SO4 pekat.

Semarang,

26 Oktober 2009

Mengetahui,

Asisten

Praktikan

Nuning Setyowati

Didi Sutardi

J2C006038

J2C006019

Page 24: 4. Penapisan Fitokimia

VI. PEMBAHASAN

Percobaan Penapisan Fitokimiawi bertujuan untuk menentukan

cara penapisan fitokimi dan menganalisis golongan kimia

tumbuhan. Prinsip yang mendasari percobaan ini adalah analisis

golongan kimia tumbuhan dengan ujji-uji spesifik. Metode yang

digunakan dalam percobaan ini adalah dengan penambahan reagen-

reagen yang memberikam reaksi positif terhadap golongan kimia

dari tanaman. Penapisan fitokimia dalam percobaan ini digunakan

pada golongan kimia sekunder dari tumbuhan yaitu alkaloid,

saponin, flavonoid, tanin, kuinon, dan steroid/triterpenoid.

Karena golongan kimia ini yang merupakan senyawa aktif dan

dapat digunakan sebagai obat. Simplisia yang digunakan adalah

kencur. Simplisia kencur sebelum digunakan di iris-iris

terlebih dahulu hingga halus. Hal ini dilakukan agar kencur

memiliki luas permukaan yang besar sehingga sehingga

mempermudah reaksi terhadap penambahan reagen. Kencur diangin-

anginkan agar zat-zat pengotor atau kandungan H2O hilang.

Karena jika masih banyak terkandung H2O maka golongan kimia

(yaitu alkaloid, saponin, flavonoid, tanin, kuinon, dan

Page 25: 4. Penapisan Fitokimia

steroid/triterpenoid) yang terkandung dalam kencur akan

sedikit. Karena terikat oleh zat-zat pengotor H2O tersebut.

6.1. Uji Alkaloid

Uji alkaloid bertujuan untuk mengetahui apakah pada

simplisia kencur mengandung golongan senyawa alkaloid.

Alkaloid merupakan senyawa nitrogen heterosiklik vyang

bersifat polar, sedikitnya mengandung sebuah N dalam cincin.

Kencur yang sudah dihaluskan dilarutkan dalam ammonia,

yang bertujuan untuk melarutkan senyawa alkaloid agar dapat

terpisah dari simplisia. Alkaloid yang bersifat polar akan

larut dalam amonia yang juga bersifat polar. Hal ini sesuai

dengan prinsip “like dissolve like”. Amonia digunakan

sebagai pelarut karena amonia mangandung atom N dimana

alkaloid juga mengandung atom N sehingga kelarutannnya

menjadi lebih besar. Selain itu, amonia juga berfungsi untuk

memutus ikatan glikosida pada alkaloid. Ikatan glikosida

adalah ikatan karbon dioksida (1 karbon dalam atom) dimana 1

karbon terikat pada 2 gugus OR dan cara pemutusan ikatan

glikosida adalah dengan penambahan ammonia dimana H dari NH3

akan masuk menggantikan R pada OR.

Reaksinya adalah sebagai berikut :

Page 26: 4. Penapisan Fitokimia

(Fessende

n, 1999)

Kloroform berfungsi untuk melarutkan ikatan glikosida

yang terputus akibat penambahan ammonia. Prinsip yang

mendasari adalah “like dissolve like”. Karena sifat

kloroform yang semipolar, selain bisa melarutkan senyawa

polar kloroform juga bisa melarutkan senyawa non polar

seperti glikosida.

Penyaringan digunakan untuk memisahkan filtrat yang

mengandung alkaloid dari residunya. Filtrat yang diperoleh

kemudian ditambah dengan HCl yang bertujuan unttuk membentuk

garam ammonium R3NH+Cl-.

Reaksi yang terjadi :

R3N + HCl R3NH+Cl-

Alkaloid garam amonia

(Fessende

n, 1999)

Penambaahan HCl dilakukan dengan proses ekstraksi agar

alkaloid dapat terdistribusi secara optimal dalam larutan

HCl yang bersifat polar. Ekstraksi dilakukan sebanyak 2 kali

agar alkaloid terdistribusi sepenuhnya pada HCl. Pada proses

ekstraksi diperoleh 2 lapisan, lapisan atas merupakan

lapisan HCl dengan senyawa organik bersifat polar (alkaloid)

dan lapisan bawah merupakan kloroform. Lapisan kloroform

berada dibawah karena memiliki berat jenis (yaitu 1,484

g/mL) lebih besar dari pada HCl (yaitu 1,268 gmL)

Page 27: 4. Penapisan Fitokimia

(Markham

, 1988)

Filtrat (lapisan HCl) diambil untuk diuji kandungan

alkaloidnya, karena diperkirakan golongan alkaloid banyak

terdapat didalam lapisan HCl. Filtrat tersebut dibagi

menjadi 2 bagian untuk diuji kandungan alkaloidnya. Filtrat

pertama ditambahkan pereaksi Dragendroff yang mengandung ion

Bi3+ dan HI, dimana uji positif jika terbentuk endapan merah

bata.

Reaksinya :

R3N + Bi3+ + H+ + 4I- R3N.HBiI4

Alkaloid

endapan merah bata

(Harbone, 1977)

Filtrat kedua ditambahkan dengan pereaksi mayer yang

mengandung Hg2+ dan KI. Uji positif jika terbentuk putih.

Reaksinya :

R3N + Hg2+ + 2K+ + 4I- R3N.K2H3I4

Alkaloid

endapan putih

(Harbone, 1977)

Berdasarkan hasil percobaan, filtrat I dan II tidak

mengalami perubahan dan warna larutan tetap bening keruh.

Hal ini menunjukan bahwa senyawa alkaloid tidak terkandung

Page 28: 4. Penapisan Fitokimia

dalam kencur. Dengan kata lain uji ini menghasilkan uji

negatif pada kencur.

6.2. Uji Saponin

Uji saponin bertujuan untuk mengetahui adanya saponin

yang terkandung pada simplisia kencur. Saponin merupakan

suatu glikosida dengan gugus hidroksil pada molekulnya

dengan rumus C32H18O7. Saponin mempunyai sifat seperti sabun,

dimana ketika dilarutkan dalam air akan terbentuk busa atau

buih. Metode pengujian saponin dilakukan dengan mendidihkan

kencur yang telah dihaluskan ke dalam air. Tujuan pendidihan

ini adalah untuk memperbesar kelarutan saponin dalam air.

Penyaringan dilakukan dalam keadaan panas, hal ini

dilakukan agar kandungan saponin tidak berkurang bila suhu

menurun. Penyaringan ini bertujuan untuk memisahkan saponin

dari simplisia dan senyawa lain yang terkandung didalamnya

seperti alkaloid, steroid, flavonoid. Filtrat yang

dihasilkan kemudian dikocok secara vertikal hingga terbentuk

busa. Hal ini disebabkan saponin merupakan senyawa yang

bersifat seperti sabun, dimana memiliki gugus hidrofil dan

hidrofob yang dapat bertindak sebagai permukaan aktif dalam

pembentukan busa.

Uji positif untuk saponin adalah dengan terbentuknya

busa yang stabil. Saponin dapat larut dalam air karena

adanya gugus hidrofil (OH) yang dapat membentuk ikatan

hidrogen dengan molekul air.

Page 29: 4. Penapisan Fitokimia

(Fessenden,

1999)

Penambahan HCl dilakukan untuk menguji kestabilan busa.

Penambahan HCl dilakukan dalam jumlah yang sedikit karena

apabila ditambahkan dalam jumlah yang banyak dapat

menurunkan permukaan aktif sabun.

Dalam percobaan ini memberikan hasil yang negatif

karena tidak terbentuknya busa atau buih pada larutan

tersebut. Larutan tersebut hanya menghasilkan larutan keruh.

Hal ini menunjukan bahwa didalam kencur tidak mengandung

saponin, hal ini mungkin disebabkan karena masih terkandung

zat pengotor/air pada lapisan kencur.

6.3. Uji flavonoid

Uji flavonoid bertujuan untuk mengetahui adanya

flavonoid dalam simplisia kencur. Flavonoid adalah senyawa

polifenol yang mempunyai 15 atom kuinon, terdiri dari 2

cincin benzena yang dihubungkan menjadi rantai linear yang

terdiri dari 3 atom karbon. Penentuan uji flavonoid

dilakukan dengan menambahkan serbuk Mg dan larutan HCl pada

filtrat saponin. Pada proses penambahan ini terjadi reaksi

eksoterm yaitu reaksi yang melepaskan panas yang ditandai

dengan terbentuknya gelembung-gelembung gas dan pelepasan

Page 30: 4. Penapisan Fitokimia

kalor pada permukaan tabung reaksi. Gelembung gas yang

terbentuk ini adalah gas H2.

Reaksi yang terjadi :

Mg + 2HCl Mg2+ + 2Cl- + H2

(Markham, 1988)

Produk yang dihasilkan pada reaksi diatas adalah MgCl2 dan

H2. Dimana MgCl2 berada dalam kesetimbangan. Reaksi :

MgCl2 (aq) MgCl+ (aq) + Cl- (aq)

(Markham, 1988)

MgCl+ akan bereaksi dengan gugus karbonil pada flavon yang

mengalami resonansi, sehingga akan terbentuk ikatan baru

yaitu pelepasan ikatan rangkap dan pembentukan gugus

hidroksil.

Reaksi yang terjadi :

(Markham, 1988)

Reaksi yang terjadi merupakan pembentukan ikatan baru dimana

adanya MgCl+ mampu melarutkan flavon sehingga flavonoid

dapat dipisahkan dari golongan kimia lain. Penambahan

amilalkohol berfungsi untuk melarutkan flvonoid. Hal ini

disebabkan flavonoid merupakan senyawa polar sehingga

amilalkohol yang juga bersifat polar mampu memisahkan

flavonoid dari senyawa-senyawa yang bersifat non polar,

misalnya kuinon.

Page 31: 4. Penapisan Fitokimia

Larutan dikocok dengan tujuan untuk memperbesar

distribusi flavonoid ke dalam amilalkohol. Uji positif untuk

flavonoid adalah terbentuknya larutan berwarna merah

lembayung.

Setelah dikocok, terbentuk 2 lapisan. Lapisan atas

berwarna keruh dan lapisan bawah bening. Hal ini menunjukan

bahwa didalam kencur tidak mengandung flavonoid, hal ini

mungkin disebabkan karena masih terkandung zat pengotor/air

pada lapisan kencur.

6.4. Uji Tanin

Uji tanin bertujuan untuk adanya tanin dalam simplisia

kencur. Tanin merupakan senyawa yang mengandung gugus

hidroksi (turunan benzena) yang dapat larut dalam air karena

adanya ikatan hidrogen antara gugus hidroksil yang dimiliki

tanin dengan molekul air. Oleh karena itu penentuan tanin

pada kencur dilakukan dengan penambahan air pada kencur

kemudian didihkan. Tanin yang bersifat polar akan larut

dalam air yang bersifat polar, hal ini sesuai dengan prinsip

“like dissolve like”. Kelarutan tanin yang tinggi terjadi

dalam keadaan panas karena alasan inilah maka dilakukan

proses pendidihan agar tanin yang terlarut semakin banyak.

Selain itu proses pendidihan juga berfungsi untuk memecah

ikatan-ikatan pada tanin sehingga dihasilkan bentuk monomer-

monomer tanin bebas. Kemudian dilakukan pendinginan untuk

mengendapkan senyawa-senyawa pengotor yang tidak larut pada

Page 32: 4. Penapisan Fitokimia

suhu rendah, misalnya saponin. Selanjutnya adalah

penyaringan yang bertujuan untuk memisahkan tanin dari

simplisia dan senyawa lain yang terkandung didalamnya

seperti alkaloid, steroid, flavonoid. Larutan/filttrat

dibagi menjadi 3 bagian.

Filtrat pertama ditambahkan FeCl3 1%. Penambahan FeCl3

berfungsi sebagai sumber atom pusat, dimana tanin merupakan

ligan yang membutuhkan atom pusat untuk membentuk kompleks

yang stabil, sehingga terbentuklah kompleks antara atom

pusat Fe3+ dengan ligan tanin. Uji positif yaitu terbentuk

larutan berwarna cokelat kehitaman.

Reaksi yang terjadi :

Kompleks warna (cokelat kehitaman)

(Markham, 1988)

Dari percobaan menunjukan hasil negatif karena larutan tetap

berwarna kuning. Hal ini menunjukan bahwa didalam kencur

tidak mengandung tanin, hal ini mungkin disebabkan karena

masih terkandung zat pengotor/air pada lapisan kencur.

Filtrat kedua ditambahkan dengan gelatin dan pereaksi

steasny, untuk mengujji keberadaan tanin katekat.Tanin

katekat merupakan kelompok tanin yang tidak dapat

terhidrolisis dan merupakan polimer kondensasi katekin. Uji

positif adalah terbentuk endapan putih.

Page 33: 4. Penapisan Fitokimia

Pada perobaan ini, setelah larutan ekstrak ditambahkan

gelatin tidak terjadi perubahan apa-apa, yaitu larutan tetap

berwarna kuning. Penambahan gelatin berfungsi untuk

menunjukan adanya keberadaan tanin tertentu yaitu tanin

katekat. Kemudian ditambahkan pereaksi steasny. Pereaksi

steasny akan menunjukan keberadaan tanin katekat tanpa tanin

dibentuk terlebih dahulu menjadi senyawa kompleks dengan

Fe3+ tetapi dalam percobaan ini menunjukan uji negatif

karena larutan tetap berwarna kuning. Hal ini menunjukan

bahwa didalam kencur tidak mengandung tanin katekat, hal ini

mungkin disebabkan karena masih terkandung zat pengotor/air

pada lapisan kencur.

Filtrat ketiga, ditambahkan dengan Na-asetat dari FeCl3

untuk mengetahui keberadaan tanin galat pada simplisia

kencur. Tanin galat merupakan kelompok tanin yang dapat

terhidrolisis menghasilkan asam galat. Uji positif adalah

terbentuk warna hitam pada larutan tersebut.

Penambahan Na-asetat bertujuan untuk mengikat molekul air

sehingga larutan menjadi lebih jenuh dan dilanjutkan dengan

penambahan FeCl3 untuk membentuk kompleks dengan atom pusat

Fe3+ dari FeCl3 dan ligan tanin. Hasil percobaan ini

menunjukan uji negatif karena larutan tetap berwarna kuning.

Hal ini menunjukan bahwa didalam kencur tidak mengandung

tanin galat, hal ini mungkin disebabkan karena masih

terkandung zat pengotor/air pada lapisan kencur.

Page 34: 4. Penapisan Fitokimia

6.5. Uji Kuinon

Uji kuinon bertujuan untuk mengetahui adanya kuinon

dalam simplisia kencur. Kuinon merupakan senyawa berwarna

dan mempunyai kromofor dasar seperti kromofor pada

benzakuionon yang terdiri dari 2 gugus karbonil yang

berkonjugaasi dengan R ikatan rangkap karbon.

Penentuan adanya kuinon dilakukan dengan mendidihkan

kencur dalam air. Pendidihan berfungsi untuk memperbesar

kelarutan kuinon dalam air. Selanjutnya dilakukan

pendinginan pada temperatur kamar yang bertujuan untuk

mengendapkan pengotor (misalnya alkaloid, saponin dan

kuinon) yang tidak larut pada suhu rendah. Setelah itu

larutan disaring untuk memisahkan residu kencur dari filtrat

yang diperkirakan terdapat kuinon.

Filtrat hasil penyaringan ditambahkan NaOH. Penambahan

NaOH berfungsi untuk mendeprotonasi gugus fenol pada kuinon

sehingga terbentuk ion enolat. Ion enolat tersebut akan

mampu mengadakan resonansi antar elektron pada ikatan

rangkap π, karena terjadinya resonansi ini ion enolat dapat

menyerap cahaya tertentu dan memantulkan warna.

Reaksi pembentukan enolat:

(Fessenden, 1999)

Page 35: 4. Penapisan Fitokimia

Uji positif terhadap keberadaan kuinon yaitu jika larutan

memberikan warna merah. Pada percobaan ini terbentuk dua

lapisan yaitu lapisan atas bening dan lapisan bawah berwarna

kuning keruh. Hal ini menunjukan bahwa pada percobaan ini

menghasilkan uji negatif, karena tidak menghasilkan larutan

berwarna merah. Hal ini menunjukan bahwa didalam kencur

tidak mengandung senyawa kuinon, hal ini mungkin disebabkan

karena masih terkandung zat pengotor/air pada lapisan

kencur.

6.6. Uji steroid/triterpenoid

Uji steroid/triterpenoid bertujuan untuk mengetahui

adanya kandungan steroid/triterpenoid pada simplisia kencur.

Tahap pertama yang dilakukan adalah maserasi terhadap kencur

halus ke dalam eter selama 1 jam. Maserasi merupakan proses

perendaman selama beberapa waktu agar zat

(steroid/triterpenoid) yang terkandung dalam simplisia

kencur dapat keluar atau terekstrak. Maserasi dilakukan

selama 1 jam karena waktu 1 jam adalah waktu yang optimum

untuk mengeluarkan atau mengekstrak steroid/triterpenoid

yang terkandung dalam simplisia. Pelarut yang digunakan

adalah eter yang bersifat nonpolar karena steroid merupakan

senyawa organik yang memiliki sifat nonpolar sehingga

steroid dapat larut dalam pelarut nonpolar seperti eter.

Larutan yang telah dimaserasi kemudian disaring dengan

tujuan untuk memisahkan residu kencur dari filtrat. Filtrat

Page 36: 4. Penapisan Fitokimia

yang diperoleh kemudian diuapkan. Penguapan berfungsi untuk

menghilangkan pelarut eter yang tersisa pada filtrat. Residu

yang diperoleh dari penguapan kemudian ditambah dengan asam

asetat anhidrat dimana asam asetat anhidrat akan bereaksi

dengan steroid melalui reaksi asetilasi menghasilkan

kompleks asetil steroid.

Reaksi yang terjadi :

(Fessende

n, 1999)

Penambahan H2SO4 pekat bertujuan untuk mendekstruksi

kompleks asetil steroid. H2SO4 pekat lebih bersifat reaktif

jika bereaksi dengan steroid dibandingkan dengan asam asetat

anhidrat. Hal ini dikarenakan kemampuan H2SO4 yang lebih

mudah masuk mengatasi efek sterik yang besar dari molekul

steroid sehingga senyawa kompleks yang dihasilkan lebih

stabil dari kompleks asetil steroid.

Uji positif terhadap steroid adalah jika terbentuk

larutan berwarna biru. Sedangkan uji positif terhadap

triterpenoid adalah jika terbentuk kristal/endapan berwarna

merah kecoklatan.

Pada percobaan ini menghasilkan kristal/endapan

berwarna merah kecoklatan. Hal ini menunjukan bahwa kencur

mengandung triterpenoid.

Page 37: 4. Penapisan Fitokimia

VII. KESIMPULAN

1.Penentuan kandungan senyawa kimia dalam tumbuhan dilakukan

dengan penapisan kimia dalam suatu simplisia.

2.Analisis golongan kimia tumbuhan dengan uji spesifik

terhadap alkaloid, saponin, flavonoid, tanin, kuinon, dan

steroid/triterpenoid.

3.Pada simplisia kencur mengandung senyawa kimia golongan

triterpenoid yaitu ditandai dengan terbentuknya endapan

merah kecoklatan.

4.Alkaloid, tanin, flavonoid, saponin dan kuinon tidak

ditemukan dalam kencur (memberikan hasil yang negatif).

Page 38: 4. Penapisan Fitokimia

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Basri, 1996, Kamus Kimia, PT Rineka Cipta, Jakarta

Budavani, 1989, The Merck Index, Thr Merck Index Co, USA

Daintith, 1994, Kamus Lengkap Kimia, Erlangga, Jakarta

Fessenden, 1999, Kimia Organik, Erlangga, Jakarta

Harbone, 1977, Progress in Photochemistry, Pergamon Press,

Oxford

Herbert, 1995, The Biosynthesis of Secondary Metabolites,

Chapman and Hall, London

Leswara, 2005, Buku ajar Kimia Organik, Ari Cipta, Jakarta

Linder, 1985, Nutritional Biochemistry and Metabolism,

Elsevier Science Publishing Company Inc, New York

Manitto, 1981, Biosintesis Produk alami, IKIP Semarang Press,

Semarang

Markham, 1988, Cara Mengidentifikasi Flavonoid, ITB Press,

Bandung

Rahway, 1960, The Merk Index : An Encyclopedia of Chemical

Drugs and Biologicals, Merk Index Co Ink, New Jersey

Yutian, 2005, Pharmaceutical Metabolite Research, School of

Pharmacy Second Military Medical University, Shanghai,

China

Page 39: 4. Penapisan Fitokimia

Semarang, 16

November 2009

Mengetahui,

Asisten

Praktikan

Nuning Setyowati

Didi Sutardi

J2C006038

J2C006019

ABSTRAK

Pada percobaan penapisan fitokimiawi bertujuan untuk

menentukan cara penapisan fitokimiawi dan menganalisis golongan

kimia tumbuhan. Prinsip yang digunakan adalah analisis golongan

kimia tumbuhan dengan uji-uji spesifik. Metode yang digunakan

adalah dengan cara penambahan reagen yang memberikan reaksi

positif terhadap golongan kimia dari tanaman. Simplisia yang

digunakan pada percobaan ini adalah kencur. Hasil dari

percobaan ini yaitu alkaloid, tanin, flavonoid, saponin dan

kuinon tidak ditemukan dalam kencur (memberikan hasil yang

negatif). Triterpenoid ditemukan dalam kencur. Uji triterpenoid

Page 40: 4. Penapisan Fitokimia

pada kencur menunjukan uji positif yaitu ditandai dengan

terbentuknya endapan merah kecoklatan. Dengan demikian kencur

hanya mengandung triterpenoid.

HIPOTESA

Page 41: 4. Penapisan Fitokimia

Pada percobaan penapisan fitokimiawi bertujuan untuk

menentukan cara penapisan fitokimiawi dan menganalisis golongan

kimia tumbuhan. Prinsip yang digunakan adalah analisis golongan

kimia tumbuhan dengan uji-uji spesifik dengan cara menambahkan

reagen yang memberikan reaksi positif terhadap golongan kimi

dari tanaman kencur Metode yang digunakan adalah dengan cara

penambahan reagen yang memberikan reaksi positif terhadap

golongan kimia dari tanaman kencur. Uji positif pada alkaloid

pada penambahan pereaksi dragendorff yaitu menghasilkan warna

merah bata dan dengan pereaksi mayer menghasilkan endapan

putih. Uji positif pada saponin yaitu menghasilkan gelembung

atau buih yang stabil. Uji positif pada flavonoid yaitu

membentuk 2 lapisan larutan jenuh dan larutan merah lembayung.

Uji positif pada tanin yaitu menghasilkan warna cokelat

kehitaman, jika mengandung tanin katekat enghasilkan larutan

merah bata dan endapan putih, dan bila mengandung tanin galat

menghasilkan larutan hitam dan endapan putih. Uji positif

kuinon yaitu menghasilkan larutan berwarna merah. Uji positif

pada steroid yaitu menghasilkan larutan berwarna biru dan Uji

positif pada triterpenoid yaitu menghasilkan kristal/endapan

merah kecoklatan.