RESPONSI ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN URTIKARIA FALKUTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA I. IDENTITAS PASIEN Nama : Nn. E Umur : 23 tahun Status : Belum menikah Suku/ Bangsa : Indonesia Agama : Kristen Pekerjaan : Mahasiswa Alamat : Jl. Manyar kertadi VIII-215, Surabaya Tanggal Pemeriksaan : 20 Maret 2014 II. ANAMNESA 1. Keluhan Utama : Muncul bintul-bintul pada lengan kanan- kiri, wajah dan badan disertai rasa gatal. 2. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke poli kulit dan kelamin RSAL dr. Ramelan Surabaya dengan keluhan muncul bintul – bintul dengan kulit kemerahan pada lengan kanan-kiri, wajah dan badan 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
RESPONSI ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMINURTIKARIA
FALKUTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA
I. IDENTITAS PASIEN Nama : Nn. E
Umur : 23 tahun
Status : Belum menikah
Suku/ Bangsa : Indonesia
Agama : Kristen
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Jl. Manyar kertadi VIII-215, Surabaya
Tanggal Pemeriksaan : 20 Maret 2014
II. ANAMNESA
1. Keluhan Utama :
Muncul bintul-bintul pada lengan kanan-kiri, wajah
dan badan disertai rasa gatal.
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poli kulit dan kelamin RSAL dr.
Ramelan Surabaya dengan keluhan muncul bintul – bintul
dengan kulit kemerahan pada lengan kanan-kiri, wajah dan
badan disertai gatal – gatal. Keluhan ini timbul sejak 2 jam
sebelum pasien berobat.
Keluhan muncul secara tiba-tiba, tanpa diketahui
penyebabnya. Awalnya pasien mengaku bahwa gatal – gatal
dirasakan di bagian lengan kanan dan kiri saja, kemudian
menjalar di daerah wajah lalu badan. Saat digaruk pada
bagian yang gatal muncul bintul – bintul kemerahan
1
berbentuk seperti pulau – pulau dengan ukuran bervariasi.
Saat pemeriksaan gatal yang dirasakan pasien menjadi lebih
berat, bintul-bintul menjadi lebih banyak dan membesar
dengan cepat setelah bagian yang gatal tersebut digaruk.
Pasien mengaku 7 hari sebelumnya sempat
menderita sakit radang tenggorokan selama beberapa hari,
dan tidak mengkonsumsi obat apapun. Pasien tidak
merasakan bengkak pada kelopak mata, bibir, tangan
atapun kakinya, tidak serak atau sesak nafas dan tidak ada
nyeri di daerah yang bintul.
3. Riwayat Penyakit dahulu :
Pasien penah menderita sakit kulit atau sakit seperti
ini 7 bulan yang lalu. Keluhan menghilang setelah
pasien minum obat Loratadine.
Riwayat Asma disangkal
Riwayat Alergi makanan / obat / lain – lain disangkal
Riwayat digigit serangga disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
Keluarga tidak ada yang sakit seperti pasien
Riwayat asma disangkal
Riwayat Alergi makanan / obat / lain – lain disangkal
5. Riwayat Psikososial :
Pasien mandi teratur 2x sehari dengan sabun dan
menggunakan air PDAM.
Lingkungan tempat tinggal pasien cukup bersih
Tidak ada yang memiliki keluhan yang sama seperti
pasien di lingkungan sekitarnya
2
III. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaraan : Compos Mentis
Status gizi : Baik
Kepala : dalam batas normal
Leher : Pembesaran KGB dalam batas normal
Thorax : Dalam batas normal
Abdomen : Dalam batas normal
Ekstremitas : Lihat status dermatologis
2. Status Dermatologis
Regio Extremitas Superior (Volar) Dext et Sin, Regio
abdomen, Regio Thoracal, Regio wajah
Efloresensi : tampak peninggian kulit dengan
permukaan datar berwarna pucat di atas kulit yang
eritematous, ukuran bervariasi.
3
4
3. Pemeriksaan Kulit :
Tes tekan : warna merah pada kulit hilang saat ditekan,
kemudian muncul lagi saat jari dilepaskan.
Tes demografisme (+)
IV. RESUME
Perempuan, 23 tahun datang dengan keluhan muncul
bintul-bintul pada lengan kanan-kiri, wajah dan badan disertai
rasa gatal sejak 2 jam sebelum berobat. Pasien penah
menderita sakit kulit atau sakit seperti ini 7 bulan yang lalu.
Keluhan menghilang setelah pasien minum obat
Loratadine.Tidak ada riwayat alergi baik pada pasien maupun
keluarganya.
Status Dermatologi :
Regio Extremitas Superior (Volar) Dext et Sin, Regio
abdomen, Regio Thoracal, Regio Fascia
Efloresensi : tampak peninggian kulit dengan
permukaan datar berwarna pucat di atas kulit yang
eritematous, ukuran bervariasi.
Pemeriksaan Kulit :
Tes tekan : warna merah pada kulit hilang saat ditekan,
kemudian muncul lagi saat jari dilepaskan.
Tes Demografisme (+)
5
V. DIAGNOSA KERJA
Urtikaria kronis
VI. DIAGNOSA BANDING
Dermatitis Kontak Alergi
Angioedema
VII. PLANNING
Planning diagnose :
o Tes eliminasi makanan
o Pemeriksaan kadar IgE
o Pemeriksaan darah
Planing terapi
Non Medikamentosa :
Memperhatikan obat-obat yang diminum yang
mempengaruhi timbulnya gatal, dan hindari obat-obat
yang menimbulkan gejala serupa
Menghindari makanan yang berpotensi memicu
gejala
Menghindari tempat-tempat yang memungkinkan
digigit serangga dan obat pengusir serangga.
Tidak menggaruk bagian lengan yang gatal karena
dapat menimbulkan lecet dan infeksi sekunder.
Medikamentosa :
Antihistamin : Loratadine 1 x 10 mg
Bedak anti gatal : Acidum salicylicum 2 %
6
TINJAUAN PUSTAKA
URTIKARIA
1. Defenisi
Urtikaria adalah reaksi vaskuler pada kulit yang ditandai dengan
munculnya bercak/bintul (wheal) yang dikelilingi oleh bagian merah dan
menyala (flare) dan diikuti dengan rasa yang sangat gatal, sensasi
menyengat atau sensasi menusuk. Bercak/bintul ini diakibatkan oleh
adanya edema lokal. Lesi tampak lebih pucat dibagian tengah, bisa
bergabung berbentuk anular atau polisiklik (Andrew, 2011).
Keadaan tersebut dapat berlangsung paling singkat 30 menit
sampai paling lama 36 jam. Ukuran diameternya bervariasi mulai dari
milimeter sampai 6 – 8 inci yang disebut Giant urticaria. Warna urtikaria
berubah menjadi pucat dengan penekanan sama halnya seperti pembuluh
darah yang ditekan, yang juga menjelaskan adanya warna pucat di tengah
edema. Pelebaran pembuluh darah dan peningkatan permeabilitasnya
menandakan bahwa urtikaria terjadi di dermis superfisial dan melibatkan
pleksus venular di lokasi tersebut (Fitzpatrick, 2008).
2. Epidemiologi
Urtikaria dan angioedema sering dijumpai pada semua umur,
orang dewasa lebih banyak mengalami urtikaria dibandingkan dengan
usia muda. Sheldon (1951), menyatakan bahwa umur rata-rata penderita
urtikaria ialah 35 tahun, jarang dijumpai pada umur kurang dari 10 tahun
atau lebih dari 60 tahun (Djuanda, 2007). 15 – 25% urtikaria (kronik, akut
atau keduanya) dapat terjadi selama kehidupan individu. Insiden urtikaria
akut lebih tinggi pada individu dengan riwayat atopi, sering terjadi pada
anak – anak dan dewasa muda (Wong, 2013).
3. Klasifikasi
Urtikaria akut berkembang dari beberapa hari sampai beberapa
minggu menghasilkan bercak edema yang secara individu jarang bertahan
7
sampai lebih dari 12 jam dengan resolusi lengkap. Onsetnya berlangsung
selama 6 minggu. Episode harian urtikaria dan atau angioedema yang
berlangsung lebih dari 6 minggu disebut urtikaria kronik. Urtikaria kronik
mengenai orang dewasa dan dua kali lebih umum terjadi pada wanita
(Andrew, 2011).
Secara umum urtikaria kronik diklasifikasikan menjadi urtikaria
kronik autoimun dan urtikaria kronik idiopatik. Pada urtikaria kronik
autoimun terdapat auto-antibodi IgG yang beredar dalam sirkulasi darah
yang bereaksi terhadap afinitas tinggi subunit alfa reseptor IgE pada sel
mast dan basofil kulit yang menyebabkan stimulasi kronik pada sel – sel
tersebut sehingga melepaskan histamin dan mediator inflamasi lain yang
menyebabkan terjadinya urtikaria dan angioedema. Urtikaria kronik
autoimun juga berhubungan dengan anti thyroid antibodi dalam 27%
kasus dan rheumatoid arthritis. Helicobacter pylori juga dianggap berperan
sebagai etiologi dari urtikaria kronik autoimun dengan cara menurunkan
toleransi kekebalan tubuh dan merangsang pembentukan autoantibodi.
Namun, terbatasnya jumlah penelitian yang dilakukan menghasilkan
sejumlah pertentangan (Kanani, 2011).
Pada urtikaria kronik idiopatik didapatkan tidak adanya bukti yang
menunjukan adanya hubungan autoimunitas. Urtikaria bentuk ini,
menunjukan adanya aktifitas yang terus menerus dari sel mast, tetapi
mekanisme pemicunya belum diketahui (Kanani, 2011). Lebih dari 50%
urtikaria kronik adalah idiopatik (Andrew, 2011).
8
Gambar 1. Klasifikasi Urtikaria (Kanani, 2011).
. Rangsangan fisik dapat menimbulkan reaksi urtikaria terjadi
sebanyak 7 – 17% dari kasus urtikaria kronik. Urtikaria kronik meliputi :
(Andrew, 2011).
Urtikaria dermatografik.
Edema lokal atau bintul dengan kulit yang eritematous disekitarnya,
terjadi beberapa detik sampai beberapa menit setelah kulit digores.
Terjadi pada 2 – 5% populasi (Andrew, 2011).
9
Gambar 2. Urtikaria Dermatografik.
Urtikaria kolinergik
Terjadi karena aksi asetilkolin dari sel mast, muncul beberapa
menit, sangat gatal, tampak bitul belang – belang atau papul
dengan diameter 1- 3 mm dikelilingi kulit yang eritematous. Dapat
ditemukan di bagian tubuh (trunkus) dan wajah. Bertahan 30 – 90
menit dengan periode refrakter hingga 24 jam. Lesi dapat
didinduksi karena latihan (exercise), stress emosional, peningkatan
suhu lingkungan, injeksi intradermal bahan nikotine picrate atau
methacoline (Andrew, 2011).
Urtikaria adrenergik dapat terjadi sendiri atau gejala ikutan dengan
urtikaria kolinergik. Keduanya dimediasi oleh norepinefrin. Tampak
lesi kecil (1 – 5 mm) eritematous dan terdapat papul – papul
dengan bagian tengah yang pucat. Muncul sekitar 10 – 15 menit
setelah emosi, mengkonsumsi kopi atau coklat. Serum
katekolamin, norepinefrin, dopamin dan epinefrin mungkin
meningkat saat serangan terjadi, tetapi level histamin dan serotonin
dalam batas normal (Andrew, 2011).
10
Gambar 3. Urtikaria kolinergik. Tampak papul kecil – kecil
disekitarnya terdapat kulit yang eritematous.
Urtikaria dingin (Cold Urticaria)
Paparan terhadap suhu dingin dapat menimbulkan edema atau
bintul pada area yang terpapar, biasanya muka dan tangan.
Urtikaria tidak muncul selama terjadi paparan tetapi muncul saat
kondisi mulai menghangat (rewarming). Fatal shock dapat terjadi
jika seseorang berenang pada air yang dingin atau mandi dengan
air shower yang dingin. Tipe urtikaria dingin (Cold Urticaria)
biasanya muncul saat dewasa. Dan biasanya ice tube test positif
(Andrew, 2011).
Gambar 4. Ice cube test positif pada individu dengan cold-induced
urticaria. Tampak bekas aliran es yang mengalir.
11
Heat Urticaria
Dalam waktu 5 menit kulit diberikan paparan panas diatas 43oC,
area yang terpapar akan terasa terbakar, tersengat dan menjadi
merah, bengkak dan timbul indurasi. Merupaka tipe urtikaria yang
sangat jarang. Provokatif tes dapat diberikan dengan memanaskan
silinder 50 – 55oC dipaparkan pada area kulit di bagian atas tubuh
(upper body) selama 30 menit (Andrew, 2011).
Urtikaria solaris
Muncul segera setelah kulit yang tak terlindungi terpapar sinar
matahari (Andrew, 2011).
Urtikaria akuagenik
Kondisi ini jarang terjadi, ditimbulkan oleh air (tawar) atau air laut
pada suhu apapun. Edema/bintul (wheals) yang gatal timbul segera
atau dalam beberapa menit di lokasi kulit yang terpapar air,
terlepas dari suhu dan sumber air, dan menghilang setelah 30 – 60
menit. Keringat, air liur atau bahkan air mata dapat memicu reaksi.
Patogenesisnya belum diketahui tetapi mungkin berhubungan
dengan antigen yang terlarut dalam air yang berdifusi ke dalam
dermis yang menyebabkan pelepasan histamin dari sel mast yang
sensitif (Andrew, 2011).
Urtikaria yang diinduksi oleh latihan (exercise-induced urticaria)
Peningkatan suhu tubuh secara pasif tidak akan menginduksi
exercise urticaria. Lesi urtikaria timbul 5 – 30 menit setelah
memulai latihan (exercise). Lesi lebih luas dan tebal dibandingkan
pada lesi urtikaria kolinergik. Riwayat atopi sering ditemukan pada
individu ini dan beberapa individu yang mempunyai riwayat alergi
makanan (Andrew, 2011).
12
Gambar 5. Exercise-induced urticaria.
Delayed-pressure Urticaria
Delayed-pressure urticaria ditandai dengan munculnya edema
(swelling) yang nyeri sekitar 3 – 12 jam setelah diberikannya
tekanan lokal. Sering terjadi pada kaki setelah berjalan, pantat
setelah duduk lama. Termasuk daerah pinggang (setelah memakai
celana ketat) dan daerah pergelangan kaki atau betis setelah
kontak dengan tali/karet pada kaos kaki (Kanani, 2011). Edema
disertai nyeri berlangsung 8 – 24 jam (Andrew, 2011).
4. Etiologi
Obat – obatan yang paling sering adalah Penicillin. Individu yang
sensitif terhadap aspirin, cenderung memiliki sensistifitas terhadap
tartrazine, pewarna azo benzone dan azo lainnya, salisilat alami
dan turunannya. Aspirin menyebabkan eksaserbasi pada urtikaria
kronik pada 30% pasien.
Makanan makanan yang sifatnya alergenik yaitu coklat, kerang,