1 RELATIVITAS KHUSUS Teori relativitas diperlukan justru untuk mendapatkan sesuatu yang mutlak dan berlaku umum. Jadi, setiap hukum fisika yang dirumuskan secara relativistik akan berlaku umum, bebas dari kerangka tempat pengamatan gejala fisika itu dilakukan. Untuk memulainya, kita pahami terlebih dahulu konsep penting tentang kerangka acuan. Kerangka acuan inersial : Kerangka acuan inersial ialah kerangka tempat hukum Newton pertama berlaku Kerangka acuan yang kita tambatkan pada karusel (komedi putar) yang sedang berputar adalah contoh kerangka acuan non inersial sebab di atas karusel yang sedang berputar, hukum Newton pertama tidak berlaku : bila anda meletakkan sebuah benda yamg memiliki permukaan cukup licin pada lantai karusel, maka benda itu akan terlempar keluar. Kalau anda sangkutkan benda itu pada pegas, maka pegas itu bertambah panjang meskipun anda tidak menariknya. Andaikan kita telah mempunyai sebuah kerangka acuan inersial dan terdapat kerangka acuan lain yang bergerak dengan kecepatan tetap terhadap kerangkan acuan inersial kita. Maka kerangka acuan terakhir inipun merupakan kerangka inersial, karena pada kerangka ini hukum Newton pertama berlaku. Buktikan! Jadi jumlah kerangka inersial itu tak terhingga jumlahnya. Teori Relativitas yang dibicarakan pada kerangka-kerangka inersial semacam itu disebut Tahukah anda bahwa warga Hirosima dan Nagasaki tahun 1945 adalah kelinci percobaan bagi riset di bidang persenjataan nuklir yang kini telah mencapai prestasi yang mencengangkan. Untuk itukah prinsip kesetaraan massa dan energi dipikirkan?
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
RELATIVITAS KHUSUS
Teori relativitas diperlukan justru untuk mendapatkan sesuatu yang mutlak dan berlaku
umum. Jadi, setiap hukum fisika yang dirumuskan secara relativistik akan berlaku
umum, bebas dari kerangka tempat pengamatan gejala fisika itu dilakukan. Untuk
memulainya, kita pahami terlebih dahulu konsep penting tentang kerangka acuan.
Kerangka acuan inersial : Kerangka acuan inersial ialah kerangka tempat hukum
Newton pertama berlaku
Kerangka acuan yang kita tambatkan pada karusel (komedi putar) yang sedang berputar
adalah contoh kerangka acuan non inersial sebab di atas karusel yang sedang berputar,
hukum Newton pertama tidak berlaku : bila anda meletakkan sebuah benda yamg
memiliki permukaan cukup licin pada lantai karusel, maka benda itu akan terlempar
keluar. Kalau anda sangkutkan benda itu pada pegas, maka pegas itu bertambah panjang
meskipun anda tidak menariknya. Andaikan kita telah mempunyai sebuah kerangka
acuan inersial dan terdapat kerangka acuan lain yang bergerak dengan kecepatan tetap
terhadap kerangkan acuan inersial kita. Maka kerangka acuan terakhir inipun
merupakan kerangka inersial, karena pada kerangka ini hukum Newton pertama
berlaku. Buktikan! Jadi jumlah kerangka inersial itu tak terhingga jumlahnya. Teori
Relativitas yang dibicarakan pada kerangka-kerangka inersial semacam itu disebut
Tahukah anda bahwa warga Hirosima dan Nagasaki tahun 1945 adalah kelinci
percobaan bagi riset di bidang persenjataan nuklir yang kini telah mencapai
prestasi yang mencengangkan. Untuk itukah prinsip kesetaraan massa dan energi
dipikirkan?
2
Teori Relativitas Khusus. Teori yang dibicarakan pada kerangka-kerangka non-inersial
disebut teori Relativitas Umum. Dalam buku ini kita tidak akan membahas teori
relativitas umum. Jadi, untuk selanjutnya, jika disebutkan teori relativitas, maka yang
dimaksudkan adalah teori relativitas khusus (tanpa mengurangi arti).
Sebelum Einstein, sudah ada orang yang mengusulkan suatu teori relativitas,
yaitu Galileo Galilei. Teori relativitas ini dikenal sebagai teori relativitas Galileo.
Tetapi, relativitas Galileo memperlihatkan berbagai kelemahan terutama bila diterapkan
untuk hukum-hukum elektromagnetika yang tersaji melalui empat persamaan Maxwell.
Tegasnya, relativitas Galileo hanya berlaku untuk mekanika Newton, tetapi tidak untuk
elektromagnetika Maxwell.
Berangkat dari kenyataan semacam itu, terdapat beberapa kemungkinan
berkenaan dengan keberadaan suatu teori relativitas. Kemungkinan itu adalah
Kemungkinan Pertama :
Suatu relativitas yang hanya berlaku untuk mekanika Newton saja, tidak untuk
elektromagnetika Maxwell. Dalam elektromagnetika Maxwell harus ada
kerangka acuan istimewa tempat hukum-hukum elektromagnetika Maxwell
berlaku, kerangka ini disebut kerangka acuan ether.
Untuk menentukan kebenaran kemungkinan ini, orang harus membuktikan keberadaan
ether, yakni apakah ether benar-benar ada, sebagai medium bagi penjalaran gelombang
elektromagnetik.
Kemungkinan Kedua :
Suatu relativitas yang berlaku baik untuk mekanika Newton maupun untuk suatu
teori elektromagnetika tetapi bukan teori elektromagnetika Maxwell karena
elektromagnetika Maxwell salah.
Jika kemungkinan ini benar, maka elektromagnetika Maxwell harus dirombak sehingga
diperoleh sebuah teori elektromagnetika yang sejalan dengan relativitas semacam itu.
Kemungkinan Ketiga : Suatu relativitas yang berlaku baik untuk teori elektromanegtika Maxwell
maupun untuk suatu mekanika tetapi bukan mekanika Newton karena mekanika
Newton salah.
Jika kemungkinan ini benar, maka suatu teori mekanika baru perlu dibangun kembali
untuk mengganti mekanika Newton.
Morley tahun 1881 dan Michelson tahun 1887 menyusun sebuah eksperimen
yang memiliki tujuan untuk menunjukkan adanya ether. Eksperimen ini tidak
menemukan jejak-jejak keberadaan ether. Bahkan malah sebaliknya menemukan hal-hal
yang bertentangan dengan adanya ether. Jadi, hasilnya negatif. Tegasnya, ether tidak
ada. Pada tahun 1909 Bucherer melakukan suatu eksperimen guna mengukur kecepatan
partikel-partikel bertenaga tinggi. Menurut Newton jika tenaga suatu partikel dilipat-
empatkan, maka laju partikel tersebut menjadi dua kali laju semula. Dari pengukuran
yang dilakukannya, Bucherer mendapatkan kesimpulan bahwa kemungkinan pertama
dan kedua harus dilupakan. Oleh karena itu, tinggallah kemungkinan ketiga sebagai
satu-satunya kemungkinan yang masih memberi harapan. Artinya, diperlukan untuk
3
merumuskan suatu mekanika baru guna menggantikan mekanika Newton. Namun,
karena mekanika Newton telah menunjukkan kesesuaian yang sangat menakjubkan
dengan hasil-hasil eksperimen yang hanya melibatkan sistem-sistem berkelajuan rendah
(yakni kelajuan yang dapat diabaikan bila dibandingkan dengan kelajuan cahaya c),
maka teori mekanika yang baru harus menjelma menjadi mekanika Newton bilamana
diterapkan untuk sistem-sistem berkelajuan rendah. Dengan kata lain, mekanika Newton
harus menjadi hal istimewa atau khusus dari teori mekanika baru itu. Atau, dengan kata
lain lagi, mekanika Newton harus merupakan pendekatan terhadap mekanika baru
tersebut untuk sistem-sistem berkelajuan rendah. Pada tahun 1905 Albert Einstein
mengusulkan dua postulat yang di kemudian hari mempengaruhi persepsi (pandangan)
manusia akan ruang dan waktu. Dan pada giliranya, melahirkan mekanika baru yang
merupakan perumuman mekanika Newton.
Sebelum membaca bab ini, ada baiknya jika anda telah menguasai dengan baik
aljabar vektor yang pernah dibahas di kelas satu. Agar tidak bingung dalam
membedakan antara teori Newton dan relativitas khusus, perhatikanlah latar belakang
sejarah hingga teori relativitas terlahir, terimalah dahulu prinsip-prinsip yang
diadopsinya dan jangan anda benturkan dahulu dengan prinsip-prinsip lama yang yang
ada dalam mekanika Newton. Menerima prinsip yang di anut suatu teori, adalah kunci
untuk memahami teori tersebut sekaligus membedakannya dari teori yang lain.
1. Sebutkanlah beberapa contoh kerangka acuan yang bukan kerangka acuan
inersial!
2. Apakah bumi kita ini termasuk kerangka acuan yang inersial?
3. Seseorang sedang naik lift. Tiba-tiba entah mengapa, tiba-tiba tali penarik lift itu
putus. Apa yang terjadi? Betul! Lift beserta orang di dalamnya jatuh bebas. Pada
saat itu orang di dalam lift yang jatuh itu tidak merasakan adanya gravitasi.
Berlakukah hukum Newton pertama pada saat itu di dalam lift? Berdasarkan
jawaban anda tadi, inersialkah lift yang jatuh bebas itu sebagai kerangka?
1 Dua Postulat Einstein
Teori Relativitas Einstein yang dikemukakan oleh Albert Einstein memuat dua
postulat :
Postulat Pertama :
Semua hukum fisika (yang tersaji dalam bentuk persamaan-persamaan
matematis) mempunyai bentuk yang sama pada semua kerangka acuan inersial.
Postulat Kedua :
Laju perambatan cahaya bernilai sama di semua kerangka acuan inersial.
Ungkapan lain untuk postulat pertama ialah ketiadaan kerangka acaun inersial istimewa
tempat hukum-hukum fisika mempunyai bentuk istimewa yang berbeda dari yang
diamati di kerangka acuan inersial lain. Semua kerangka acuan inersial sama baiknya
untuk merumuskan hukum-hukum fisika. Menurut prinsip kedua, boleh dikatakan
bahwa kelajuan cahaya, yang nilainya sering ditulis sebagai c, bersifat invarian.
Hampir semua kalangan (termasuk di dalamnya para fisikawan) telah sepakat
bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini ada batasnya. Semua terbatas kecuali Tuhan.
4
Demikian halnya dengan kelajuan benda, mesti ada batasnya (eksperimen yang
dilakukan Bucherer mendukung pandangan ini). Jadi, di setiap kerangka acuan inersial,
kelajuan setiap benda ada batasnya. Menurut prinsip pertama batas kelajuan ini harus
sama untuk semua kerangka inersial. Mengapa? Karena bila setiap kerangka acuan
inersial memiliki batas kelajuan sendiri-sendiri, maka dipastikan ada kerangka acuan
dengan batas kelajuan paling tinggi. Kalau terdapat kerangka acuan inersial semacam
itu, maka kerangka inersial tersebut tentu merupakan kerangka inersial istimewa. Tetapi
keberadaan kerangka acuam istimewa bertentangan dengan postulat pertama. Maka
yang benar adalah bahwa nilai batas kelajuan harus sama untuk setiap kerangka acuan
inersial. Menurut postulat kedua, dapat disimpulkan bahwa batas kelajuan yang
dimaksud ialah laju rambat cahaya : Kelajuan cahaya merupakan batas kelajuan di
alam. Artinya, tak ada satupun benda yang mampu mencapai kelajuan melebihi
kelajuan cahaya. Jika cahaya dianggap sebagai sinyal pengirim interaksi, maka hal itu
berarti bahwa tidak ada interaksi dengan sinyal lebih cepat dari cahaya. Salah satu
konsekuensi adanya batas kelajuan ini ialah bahwa kaidah penjumlahan kecepatan
model Newton perlu dirubah, diganti dengan kaidah penjumlahan yang baru. Mengapa?
Kedua postulat relativitas Einstein itu kemudian menjadi, pakem bagi
perumusan-perumusan teori yang diusulkan sesudahnya. Suatu teori terasa masih
kurang meyakinkan bilamana teori itu diramu tanpa diusahakan sejalan atau konsisten
dengan kedua postulat di atas.
1. Mengapa aturan penjumlahan kecepatan versi Newton (yakni vtotal = v1 + v2 )
tidak sesuai dengan postulat Einstein sehingga harus diganti dengan aturan
yang baru?
2. Dapatkah anda ceritakan hal-hal ajaib yang akan terjadi bila saja kelajuan
maksimum c dalam postulat Einstein diganti c’ = 10-7
c? (Dalam optik
misalnya)
2 Transformasi Lorentz
Ditinjau sebuah kerangka acuan inersial K yang dilengkapi dengan sistem
koordinat (x, y, z). Dari kerangka acuan ini posisi suatu titik dalam ruang tentu
ditunjukkan oleh vektor posisi r = (x, y, z) = xi + yj + zk. Lalu, diandaikan bahwa
seorang pengamat di kerangka K ini, mencatat suatu peristiwa terjadi pada saat t. Jadi,
suatu peristiwa yang terjadi di titik (x, y, z) pada saat t oleh pengamat di K ditengarai
(ditandai) dengan empat bilangan riil, yaitu x, y, z, dan t. Empat bilangan ini kemudian
menjadi koordinat bagi titik-titik dalam ruang berdimensi empat dengan waktu t
sebagai koordinat keempatnya. Keseluruhan titik-titik yang ditandai dengan empat
bilangan ini dikenal sebagai ruang-waktu. Misalnya terdapat kerangka lain K‟ yang
bergerak dengan kecepatan konstan V = Vi sepanjang sumbu-x (lihat gambar). Oleh
pengamat yang berada di kerangka K‟ ini, posisi suatu peristiwa ditengarai oleh vektor
posisi r’ = (x’, y’, z’) = x’i + y’j + z’k sedang waktu terjadinya peristiwa dicatat oleh
pengamat di K‟ itu sebagai t’. Jadi, bila sebuah peristiwa diamati dari K‟, maka tempat
terjadinya peristiwa itu beserta waktu kejadiannya ditengarai oleh empat bilangan yaitu
x’, y’, z’, dan t’. Oleh katena itu, dari kerangka inersial K‟ dapat disusun koordinat
ruang-waktu yang lain, yakni (x’, y’, z’, t’)
5
Bila dua orang pengamat yang masing-masing diam di kerangka K dan K‟
mengamati suatu peristiwa yang sama dan tak lupa mencatat tempat dan waktu
terjadinya peristiwa itu, maka kedua koordinat yang dicatat oleh kedua pengamat itu
pada umumnya berbeda. Tetapi, kedua koordinat ruang-waktu itu mewakili tempat dan
waktu kejadian yang sama. Nah, pertanyaan yang sekarang harus dijawab,
bagaimanakah kedua koordinat itu terkait satu dengan yang lain? Jawaban atas
pertanyaan ini diberikan oleh konsep transformasi koordinat atau alihragam
koordinat. Yang dimaksud dengan alihragam koordinat ialah suatu aturan yang
memuat persamaan-persamaan yang menghubungkan koordinat (x, y, z, t) dengan (x’,
y’, z’, t’ ).
Lebih jelasnya, alihragam koordinat adalah persamaan-persamaan yang memberitahu
kita tentang
- ketergantungan x’ pada koordinat (x, y, z, t),
- ketergantungan y’ pada koordinat (x, y, z, t),
- ketergantungan z’ pada koordinat (x, y, z, t),
- ketergantungan t’ pada koordinat (x, y, z, t)
atau sebaliknya
- ketergantungan x pada koordinat (x’, y’, z’, t’),
- ketergantungan y pada koordinat (x’, y’, z’, t’),
- ketergantungan z pada koordinat (x’, y’, z’, t’),
- ketergantungan t pada koordinat (x’, y’, z’, t’).
Tujuan kita sekarang ialah mencari suatu transformasi koordinat yang taat pada
kedua postulat relativitas Einstein tersebut di atas. Artinya, suatu transformasi yang
tidak menyalahi postulat-postulat Einstein secara keseluruhan. Namun, demi tujuan
tersebut, ada baiknya (walupun sekilas) jika kita melihat terlebih dahulu relativitas
Galileo. Dalam pandangan Galileo maupun Newton, waktu merupakan sesuatu yang
mutlak. Artinya, tidak tergantung pada tempat mengukurnya. Maksudnya, jika suatu
peristiwa teramati saat t di suatu kerangka inersial dan peristiwa yang sama teramati
Transformasi (x, y, z, t) (x’, y’, z‟, t‟). (1)
Gambar
y
x, x’
y’
z
z’
V = Vi
K’ K
6
pada saat t’ di suatu kerangka inersial yang lain, maka kedua hasil pengamatan waktu
itu memenuhi
t’ = t, (2)
asalkan jam yang digunakan oleh kedua pengamat itu sebelumnya telah disesuaikan satu
dengan yang lain (disingkronkan). Dapat dibuktikan bahwa dalam relativitas Galileo,
x‘ = x – Vt (3a)
y ‘ = y (3b)
z ’ = z (3c)
t ‘ = t. (3d)
Transformasi ini dikenal sebagai transformasi Galileo. Apakah transformasi Galileo ini
memenuhi kedua butir postulat Einstein di atas? Ternyata tidak. Alasannya begini, bila
ada suatu partikel bergerak dengan kecepatan tetap sepanjang sumbu-x (dan tentu saja
juga sepanjang sumbu-x‟), maka kecepatan partikel itu diukur dari kerangka K adalah
u = dt
dx (4)
atau bila diukur dari K‟ ialah
u‟ = '
'
dt
dx (5)
Berdasarkan persamaan (3) diperoleh
u‘ = dt
dx' =
dt
dx − V = u –V, (6)
karena dt’ = dt, yakni karena waktu bersifat mutlak. Sekarang, andaikan partikel yang
ditinjau itu adalah foton. Maka u = c, sehingga cepat rambat cahaya bila diukur dari
kerangka K‟ adalah
u‘ = c‟ = c – V . (7)
Persamaan (7) secara jelas mengatakan bahwa cepat rambat cahaya tidak invarian dalam
transformasi Galileo. Hal ini tentu bertentangan dengan postulat kedua Einstein dan
telah cukup guna membuktikan pernyataan bahwa alihragam Galileo tidak sejalan
dengan postulat-postulat Einstein tersebut.
7
Sekarang diandaikan bahwa pada saat t = 0 kerangka acuan K‟ berimpit dengan
kerangka K sedemikian rupa sehingga titik pangkal O(0,0,0) milik K berimpit dengan
titik pangkal O‟(0,0,0) milik K‟ dan sumbu-x, sumbu-y serta sumbu-z berturut-turut
berimpit dengan sumbu-x‟, sumbu-y‟ serta sumbu-z‟. Pada saat itu t = 0 = t’ (artinya,
jam di masing-masing kerangka menunjukkan angka yang sama, yaitu detik ke 0).
Kemudian, kita akan menerapkan postulat-postulat relativitas khusus. Jika pada saat t =
0 = t’ itu suatu sumber cahaya yang diam di K di titik O(0,0,0) berkedip memancarkan
foton ke segala arah, maka baik dari K sendiri maupun dari K‟ terlihat bahwa foton-
foton itu memiliki kelajuan sama, yakni c. Oleh karena itu, setiap saat foton-foton itu
terletak pada suatu permukaan bola dengan jejari
r = ct, (8)
bila dilihat dari kerangka K atau
r’ = ct’ (9)
bila dilihat dari kerangka K‟ (lihat gambar 3). Karena titik-titik pada permukaan bola
dengan jejari r dan r’ berturut-turut memenuhi persamaan r2 = x
2 + y
2 + z
2 dan r’
2 = x’
2
+ y’2 + z’
2, maka
x’2 + y’
2 + z’
2 = c
2 t’
2 (10)
dan
x2 + y
2 + z
2 = c
2 t
2. (11)
Perhatikanlah dengan seksama bahwa persamaan (8), (9), (10), dan (11)
diperoleh dari penerapan postulat-postulat relativitas Einstein secara ketat. Jadi, yang
harus dicari adalah transformasi koordinat yang memenuhi persyaratan-persyaratan
r = ct
Gambar 3
y’
z’
y
x, x’
z
V = Vi
r = ct
r’ = ct’
8
(10), dan (11). Tentu saja transformasi Galileo tidak memenuhinya. Lalu transformasi
koordinat, macam apa yang memenuhi persamaan-persamaan itu?
Selanjutnya, diusulkan transformasi koordinat yang ditentukan oleh persamaan-
persamaan berikut :
x‟ = γ (x – Vt)
(12a)
y „ = y
(12b)
z ‟ = z
(12c)
t „ = γ (t − 2c
V x ), (12d)
dengan
γ = 22 /1
1
cV. (13)
Dapat ditunjukkan dengan mudah bahwa transformasi tersebut memenuhi persamaan
(10) dan (11). Transformasi ini dikenal sebagai transformasi Lorentz.
Transformasi Lorentz ini dapat diperoleh melalui pembahasan dalam ruang
momentum tenaga maupun melalui pembahasan dalam ruang konfigurasi. Pembahasan-
pembahasan itu menuntut matematika yang agak tinggi, maka, seperti telah dikatakan di
atas, tidak untuk disajikan di sini.
Contoh 1 : Pada kelajuan relatif berapakah transformasi Galileo dan transformasi
Lorentz untuk posisi x berbeda
(a) 0,10 persen?
(b) 10 persen?
Jawab :
(a) Menurut transformasi Galileo xG‟ = x − vt, sedangkan transformasi Lorentz
menyatakan xL‟ = ( x − vt). Jadi, kita harus mencari nilai kelajuan relatif v, agar
L
GL
x
xx
'
'' = 0,10 % = 0,001.
Persamaan terakhir ini dapat ditulis sebagai
L
G
x
x
'
'= 1 − 0,001 = 0,9990.
Jika ungkapan untuk xG‟ dan xL‟ di depan dimasukkan ke dalam persamaan terakhir ini,
maka diperoleh
1 = 0,9990.
Padahal 1/ = 22 /1 cv . Jadi,
9
1 − 2
2
c
v = 0,9980 atau
2
2
c
v = 0,002.
Oleh karena itu, maka v = 0,0447c. Jadi, untuk kelajuan-kelajuan relatif yang kurang
dari 0,0447c, transformasi Galileo hanya meleset 0,1 %. Maka untuk sistem-sistem fisis
yang melibatkan kelajuan rendah transformasi Galileo telah mencukupi.
(b) Dengan cara yang sama didapatkan bahwa agar transformasi Galileo dan
transformasi Lorentz berbeda 10 %, maka kelajuan relatif yang dibutuhkan adalah v =
0,44 c.
Contoh 2 : Seorang pengamat pada kerangka acuan K melihat sebuah peristiwa yang
terjadi sepanjang sumbu-x, tepatnya pada titik x = 4,00 meter dan pada saat t = 6,00 ×
10−9
detik. Jika kerangka acuan K‟ bergerak dengan kecepatan V = 0,8ci relatif terhadap
kerangka K, di manakah dan kapankah peristiwa itu terjadi bila diamati dari kerangka
acuan K‟?
Jawab : Dalam masalah ini yang harus dihitung adalah x’ dan t’ menurut persamaan
(4.12). Karena kecepatan K‟ relatif terhadap K adalah V = 0,8ci, maka V = 0,8c dan