Top Banner
REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 NGAWI OLEH BERNIKE GRASIKA TAMEDYA 802009108 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016
47

REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 … · 2017. 1. 21. · REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 NGAWI . OLEH . BERNIKE GRASIKA TAMEDYA. 802009108 . TUGAS

Jan 18, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 … · 2017. 1. 21. · REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 NGAWI . OLEH . BERNIKE GRASIKA TAMEDYA. 802009108 . TUGAS

REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 NGAWI

OLEH

BERNIKE GRASIKA TAMEDYA

802009108

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk

Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 2: REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 … · 2017. 1. 21. · REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 NGAWI . OLEH . BERNIKE GRASIKA TAMEDYA. 802009108 . TUGAS
Page 3: REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 … · 2017. 1. 21. · REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 NGAWI . OLEH . BERNIKE GRASIKA TAMEDYA. 802009108 . TUGAS
Page 4: REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 … · 2017. 1. 21. · REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 NGAWI . OLEH . BERNIKE GRASIKA TAMEDYA. 802009108 . TUGAS
Page 5: REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 … · 2017. 1. 21. · REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 NGAWI . OLEH . BERNIKE GRASIKA TAMEDYA. 802009108 . TUGAS
Page 6: REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 … · 2017. 1. 21. · REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 NGAWI . OLEH . BERNIKE GRASIKA TAMEDYA. 802009108 . TUGAS
Page 7: REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 … · 2017. 1. 21. · REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 NGAWI . OLEH . BERNIKE GRASIKA TAMEDYA. 802009108 . TUGAS

REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 NGAWI

Bernike Grasika Tamedya

Jusuf Tjahjo Purnomo

Krismi Diah Ambarwati

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 8: REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 … · 2017. 1. 21. · REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 NGAWI . OLEH . BERNIKE GRASIKA TAMEDYA. 802009108 . TUGAS

i

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses regulasi emosi personil militer Tentara

Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI-AD) yang tergabung dalam Batalyon Artileri Medan

(Yon Armed) 12 Ngawi. Partisipan penelitian merupakan tiga orang personil Yon Armed 12

Ngawi, berjenis kelamin pria, masing-masing berusia 42 tahun, 26 tahun dan 48 tahun dan

minimal satu kali sudah pernah diikutsertakan dalam penugasan pengamanan daerah rawan

(pamrahwan). Pengumpulan data menggunakan metode kualitatif dengan wawancara, observasi

dan telaah beberapa dokumen terkait. Pedoman wawancara dan indikator proses regulasi emosi

disusun berdasarkan teori proses pembentukan emosi serta jenis regulasi emosi yang

dikemukakan oleh Gross dan Thompson (2007) serta faktor stres personil militer yang dicatat

oleh Harms et al. (2013) dan Kensing (2014). Ketiga partisipan mengembangkan strategi

regulasi emosi seleksi situasi, modifikasi situasi, penyebaran atensi distraksi dan konsentrasi,

reappraisal dan modulasi respons suppression maupun fisik disesuaikan dengan tujuan dan

konteks situasi stressful yang dihadapi dalam domain penugasan pamrahwan, latihan tempur dan

rutinitas harian. Mengenali emosi dan mengembangkan strategi regulasi emosi merupakan

ketrampilan yang penting untuk dimiliki dan dapat dikembangkan sehingga personil militer

dapat memberikan performa terbaik dalam menyelesaikan tugas dan mengatasi situasi stressful.

Kata kunci: emosi, regulasi emosi, personil militer, tentara, artileri medan

Page 9: REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 … · 2017. 1. 21. · REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 NGAWI . OLEH . BERNIKE GRASIKA TAMEDYA. 802009108 . TUGAS

ii

Abstract

This research has been conducted to examine Artillery Battalion (Yon Armed) 12 Ngawi

soldiers’ emotion regulation process in varied stressful situations. Three male Indonesian Army

soldiers of that battalion have been involved to be participants. They were 42 years old, 26 years

old and 48 years old. They have been in combat deployment or securing conflict region

operation at least once. This research used qualitative method, data were collected by using

depth interview, direct observation and analysis of relevant documents or materials. The

interview guide and emotion regulation indicators were arranged according to Gross and

Thompson’s (2007) emotion formation and emotion regulation theory and explanations of

military member’s stress factors by Harms et al. (2013) and Kensing (2014). Results indicated

that all of the participants developed all of the emotion regulation strategies, those strategy were

situation selection, situation modification, attention development (distraction and consentration),

reappraisal and response modulation (suppression and physically). Participants developed

emotion regulation strategy according to their own goals in the stressful situation’s contexts

when they were deployed in conflict region, battle simulation and daily routinity at the

headquarter. The results showed that is important for military members to own skill in

understanding emotion condition and knowing how to do emotion regulation so that they can

perform excellently in completing military task and overcome various stressful situations in daily

life.

Keywords: emotion, emotion regulation, military member, soldiers, artillery

Page 10: REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 … · 2017. 1. 21. · REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 NGAWI . OLEH . BERNIKE GRASIKA TAMEDYA. 802009108 . TUGAS

1

PENDAHULUAN

Kensing (2014) dalam suatu situs mengenai pekerjaan di Amerika Serikat menyajikan

hasil survei profesi yang memiliki tingkat stres paling tinggi pada tahun 2014 yang

menunjukkan bahwa profesi sebagai personil militer berada pada peringkat pertama.

Menurut hasil survei tersebut, pekerjaan militer dinilai memiliki tingkat stres paling tinggi

karena memenuhi beberapa faktor, di antaranya pekerjaan tersebut berada pada kondisi

yang tidak menentu, para personil militer berpotensi tinggi menghadapi bahaya yang dapat

terjadi dengan segera, situasi-situasi yang dihadapi para personil sangat berisiko dan

adanya tuntutan untuk memiliki keberanian yang sangat tinggi.

Harms et al. (2013) yang meneliti kesehatan mental personil militer Amerika dan

Inggris menambahkan bahwa tingkat stres yang tinggi dalam pekerjaan militer

diindikasikan dengan faktor-faktor stres yang meliputi adanya ancaman fisik (terluka atau

terbunuh), berada jauh dari tempat tinggal dan keluarga dalam kurun waktu yang relatif

lama, adanya tuntutan fisik untuk selalu siap dan sigap namun juga berpotensi besar

mengalami kelelahan, menjadi sorotan masyarakat luas serta bertanggung jawab atas

keselamatan diri sendiri dan orang lain, serta bersinggungan dengan rutinitas dalam latihan

dan komando yang terstruktur.

Kondisi kehidupan personil militer yang stressful tersebut juga dialami oleh personil

militer di Indonesia. Situs resmi Tentara Nasional Indonesia memaparkan bahwa para

personilnya bertanggungjawab dalam lingkup penugasan yang meliputi operasi militer

perang maupun operasi militer selain perang untuk mengatasi ancaman keamanan dalam

negeri (“Peran, Fungsi, dan Tugas”, t.t). Dalam pelaksanaan tugas-tugas tersebut, para

tentara di Indonesia juga mengalami faktor-faktor stres yang dipaparkan oleh Kensing

(2014) dan Harms et al. (2013) tersebut. Hal ini juga diperkuat dengan hasil sebuah

Page 11: REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 … · 2017. 1. 21. · REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 NGAWI . OLEH . BERNIKE GRASIKA TAMEDYA. 802009108 . TUGAS

2

wawancara kepada seorang personil Batalyon Artileri Medan (Yon Armed) 12 Ngawi pada

30 Mei 2013 yang menunjukkan bahwa para personil kesatuan tersebut mengungkapkan

perasaan cemas dan takut ketika akan menghadapi simulasi tempur dengan senjata yang

disebut peluru tajam, yaitu peluru yang dapat mengakibatkan cidera ringan, serius, hingga

kematian. Selain itu, selama latihan tempur berlangsung, beberapa personil kedapatan

mengeluh atau mengumpat ketika harus berjalan dalam barisan dalam kondisi lelah.

Halonen dan Santrock (1999) mengemukakan bahwa ungkapan kemarahan, kecemasan dan

ketakutan mencirikan adanya pengalaman afek negatif yang juga mencakup perasaan

bersalah dan sedih.

Harms et al. (2013) mengemukakan bahwa stres dalam pelaksanaan tugas militer

merupakan faktor yang signifikan dalam menentukan performa prajurit dalam

melaksanakan tugas, kondisi emotional well-being serta hasil kerja dari prajurit tersebut.

Stressor yang dialami individu bersifat terus-menerus muncul dan berubah dari satu situasi

kepada situasi yang lain, namun kondisi ini tidak kemudian membuat individu menjadi

terbiasa terhadap kondisi stressful yang dialaminya dalam berbagai bidang kehidupan

(Diener et al., 2006, dalam Harms et al., 2013). Hal ini menjelaskan pengalaman emosi

negatif selama penugasan, juga berdampak dalam kehidupan sehari-hari para personil

militer. Berdasarkan model emotional well-being prajurit yang dicetuskan oleh Mental

Health Advisory Team 5 (2008) serta Bliese dan Castro (2003), Harms et al. menjelaskan

bahwa kondisi stressful yang dialami oleh personil militer dapat mengakibatkan kondisi

post traumatic stress disorder, kecenderungan bunuh diri, penyalahgunaan alkohol dan

obat-obatan, menurunnya performa kerja serta kecenderungan untuk mengundurkan diri

dari pekerjaan tersebut. Harms et al. menambahkan bahwa ketidakmampuan personil

militer meregulasi emosi negatif yang merupakan dampak dari pekerjaannya, akan

Page 12: REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 … · 2017. 1. 21. · REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 NGAWI . OLEH . BERNIKE GRASIKA TAMEDYA. 802009108 . TUGAS

3

menyebabkan mereka mengalami kecerobohan dalam bekerja, keterbatasan dalam

mengoptimalkan kemampuan mereka, masalah emosional, dan mempertimbangkan

perceraian dengan pasangan. Ward et al. (2008, dalam Lane et al., 2013) mengemukakan

bahwa emosi negatif, khususnya kecemasan menghambat prajurit untuk memroses

informasi, kaitannya dalam pemrosesan dan pelaksanaan instruksi dalam penugasan.

Beberapa berita yang disajikan dalam situs harian Tempo mencatat bahwa personil

militer kerap kali terlibat dalam kasus kekerasan dan setelah melalui pemeriksaan tindakan

tersebut dilatarbelakangi adanya pengalaman stres atau trauma pasca penugasan militer.

Salah satu berita yang ditulis oleh Joniansyah (2013) melaporkan peristiwa pemukulan

yang dilakukan secara tiba-tiba dan tanpa sebab oleh seorang anggota polisi terhadap

seorang warga. Kepala Polisi Sektor setempat menjelaskan perilaku anggota polisi tersebut

disebabkan oleh kondisi depresi yang dialaminya pasca penugasan terkait penanganan

dampak tsunami di Aceh. Selain itu, Rofiuddin (2013) juga menuliskan berita tentang

seorang perwira polisi yang dilaporkan telah melakukan tindak kekerasan yang

mengakibatkan adanya luka selama beberapa kali kepada kekasihnya. Suatu situs berita

Jayapura juga mempublikasikan tulisan Mambor (2010) yang mengemukakan hasil survei

Pusat Jaringan Pelayanan Perempuan dan Anak (Pujaprema) Kabupaten Jayapura

mengenai 3 dari kasus kekerasan dalam rumah tangga sepanjang tahun 2009 hingga Juni

2010 melibatkan aparat TNI, POLRI, dan PNS sebagai pelaku kekerasan.

Selain beberapa temuan dan berita yang menunjukkan bahwa kondisi stressful dalam

pekerjaan militer memengaruhi kehidupan sehari-hari personilnya, Lane et al. (2012)

menambahkan bahwa cara personil militer menghadapi situasi stressful dalam kehidupan

sehari-hari menjadi suatu prediktor kemampuannya meregulasi emosi dalam tugas mereka.

Page 13: REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 … · 2017. 1. 21. · REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 NGAWI . OLEH . BERNIKE GRASIKA TAMEDYA. 802009108 . TUGAS

4

Hal ini menunjukkan bahwa diperlukan suatu strategi regulasi emosi baik dalam lingkup

penugasan para personil militer maupun dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Regulasi emosi merupakan serangkaian strategi untuk mengendalikan atau

memengaruhi emosi yang dialami individu dan kapan terjadinya emosi tersebut (Gross,

1998, dalam Gross & John, 2003), memulai atau memunculkan, mempertahankan,

memodifikasi atau menampilkan emosi, baik secara otomatis atau terkontrol, sadar

(conscious) atau tidak sadar (unconscious), serta dapat menimbulkan dampak pada proses

pembentukan emosi (Gross & Thompson, 2007, dalam Lane et al., 2012). Thompson

(1994) melengkapi dengan pendapat bahwa regulasi emosi merupakan proses ekstrinsik

maupun intrinsik yang bertanggungjawab untuk memonitor, mengevaluasi dan

memodifikasi reaksi emosional khususnya pada bagian intensitas emosi agar tujuan

individu tercapai.

Dalam memahami proses regulasi emosi, Gross dan Thompson (2007) memberikan

fokus pertama pada situasi yang dialami oleh individu karena emosi merupakan respons

dari adanya keterbangkitan psikologis yang terjadi sebagai akibat dari interaksi antara

individu dengan situasi yang dimaknai relevan dengan tujuannya. Gross dan Thompson

mengemukakan sebuah konsep terbentuknya emosi dengan skema sebagai berikut:

Gambar 1. Skema Teori Pembentukan Emosi oleh Gross dan Thompson (2007)

Dalam suatu laporan penelitian, Gross dan John (2003) mengemukakan bahwa

timbulnya suatu emosi diawali dengan adanya evaluasi terhadap suatu situasi yang

Page 14: REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 … · 2017. 1. 21. · REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 NGAWI . OLEH . BERNIKE GRASIKA TAMEDYA. 802009108 . TUGAS

5

kemudian disebut sebagai emotion cues. Situasi menjadi suatu variabel yang memicu

(Gross & John, 2003) yang kemudian mendapatkan atensi individu sehingga dipersepsikan

sedemikian rupa dan melalui proses appraisal untuk mengevaluasi lingkungannya

(Ellsworth & Scherer, 2003). Lane et al. (2012) mengemukakan bahwa kondisi yang

menantang dan stressful berpotensi besar menimbulkan suatu emosi yang intens.

Sedangkan emosi, khususnya dengan intensitas tinggi, memiliki kualitas komando (Gross

& Thompson, 2007). Frijda (1986, dalam Gross & Thompson, 2007) menyebutnya dengan

istilah control precedence yang mengacu pada bagaimana emosi dapat menginterupsi apa

yang sedang dilakukan individu dan mendesak masuk dalam area kesadaran (awareness),

oleh sebab itu Gross dan Thompson (2007) mengemukakan bahwa strategi regulasi emosi

berfokus pada kondisi emosional yang terlalu intens yang dapat menghambat individu

dalam mencapai tujuannya.

Berdasarkan skema pembentukan emosi (Gambar 1), Gross dan Thompson (2007)

mengembangkan suatu konsep proses regulasi emosi dengan skema sebagai berikut:

Gambar 2. Skema Teori Proses Regulasi Emosi oleh Gross dan Thompson (2007)

Terhadap situasi yang stressful dan potensial menimbulkan emosi, individu melakukan

strategi regulasi emosi yang melibatkan serangkaian tindakan intervensi terhadap situasi

yang dialami, yaitu situation selection (seleksi situasi) dan situation modification

(modifikasi situasi) (Gross & Thompson, 2007). Strategi seleksi situasi melibatkan

Page 15: REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 … · 2017. 1. 21. · REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 NGAWI . OLEH . BERNIKE GRASIKA TAMEDYA. 802009108 . TUGAS

6

beberapa tindakan dengan tujuan sampai pada situasi yang sekiranya menimbulkan emosi

yang diinginkan atau yang tidak diinginkan. Bentuk perilaku seleksi situasi meliputi

tindakan menghindari situasi yang dapat memicu munculnya emosi negatif dan

menciptakan suatu situasi yang berpotensi menimbulkan emosi positif. Strategi seleksi

situasi juga dapat dilakukan secara ekstrinsik oleh individu yaitu mengarahkan orang lain

untuk menghindari situasi stressful atau memilih menghadiri situasi yang potensial

menimbulkan emosi positif, dengan adanya penyesuaian terhadap kapasitas regulasi diri

orang yang menadi sasaran strategi tersebut dalam mengelola timbulnya perubahan emosi.

Apabila individu sudah terlanjur berada dalam situasi yang stressful, Gross dan

Thompson (2007) mengemukakan bahwa individu dapat melakukan modifikasi situasi

dengan melakukan serangkaian tindakan untuk mengubah suatu situasi stressful menjadi

suatu situasi dengan intensitas stres yang lebih kecil atau lebih besar sehingga mencapai

suatu kondisi emosi yang diinginkan. Strategi modifikasi situasi berfokus untuk mengubah

situasi eksternal atau lingkungan fisik. Rimé (2007, dalam Gross & Thompson, 2007)

menyebutkan bahwa salah satu bentuk modifikasi situasi ekstrinsik yang cukup efektif

adalah mengekspresikan emosi.

Ketika individu tidak dapat mengubah atau memodifikasi situasi eksternal, individu

meregulasi emosinya dengan strategi attentional deployment (penyebaran atensi) yang

mengacu pada serangkaian tindakan individu mengarahkan atensi pada satu aspek dalam

situasi yang memengaruhi emosi (Gross & Thompson, 2007). Gross dan Thompson

menyebut penyebaran atensi sebagai bentuk seleksi situasi internal yang memungkinkan

individu memilih poin apa yang akan mereka perhatikan dalam suatu situasi sehingga

emosi yang mereka alami tidak terlalu intens. Strategi penyebaran atensi dapat dilakukan

dengan distraksi dan konsentrasi. Distraksi merupakan strategi memperhatikan aspek lain

Page 16: REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 … · 2017. 1. 21. · REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 NGAWI . OLEH . BERNIKE GRASIKA TAMEDYA. 802009108 . TUGAS

7

dalam situasi atau mengalihkan perhatian dari situasi tersebut ke situasi yang lain (Rothbart

& Sheese, 2007; Sifter & Moyer, 1991, dalam Gross & Thompson, 2007), sedangkan

konsentrasi merupakan strategi mengarahkan atau memusatkan perhatian pada aspek emosi

dalam suatu situasi dengan tujuan mencapai suatu kondisi emosi tertentu (Gross &

Thompson, 2007).

Strategi regulasi emosi berikutnya adalah cognitive change (perubahan kognitif) yang

mengacu pada tindakan individu mengubah cara menilai situasi dengan tujuan mengubah

tingkat pengaruh aspek emosionalnya (Gross & Thompson, 2007). Perubahan yang

diupayakan meliputi perubahan pada persepsi individu terhadap lingkungan atau persepsi

individu terhadap kemampuannya untuk menghadapi kondisi emosi yang berpotensi

muncul. Gross dan Thompson mengemukakan 3 bentuk strategi perubahan kognitif yaitu

downward social comparison yang merupakan tindakan membandingkan kondisi yang

sedang dialami dengan kondisi orang lain yang kurang beruntung sehingga terjadi

perubahan konsep dan berkurangnya emosi negatif (Taylor & Lobel, 1989; Wills, 1991,

dalam Gross & Thompson, 2007); mempersepsikan situasi sebagai hal yang dapat

meningkatkan kualitas individu daripada memaknainya sebagai hal yang melemahkan; dan

cognitive reappraisal yaitu strategi perubahan kognitif yang melibatkan tindakan

menguraikan atau mengevaluasi situasi yang berpotensi memicu munculnya emosi dengan

suatu cara yang dapat mengubah dampak emosional (Lazarus & Alfert, 1964, dalam Gross

& John, 2003). Gross dan John (2003) menekankan bahwa strategi cognitive reappraisal

merupakan strategi regulasi emosi yang efektif untuk mengurangi pengalaman dan perilaku

emosi negatif.

Keempat strategi regulasi emosi tersebut termasuk dalam strategi regulasi emosi

antecedent-focused atau berfokus pada hal-hal yang memicu munculnya emosi khususnya

Page 17: REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 … · 2017. 1. 21. · REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 NGAWI . OLEH . BERNIKE GRASIKA TAMEDYA. 802009108 . TUGAS

8

hal-hal yang terjadi sebelum proses appraisal kemudian memunculkan tendensi respons

emosional secara penuh (Gross & Munoz, 1995, dalam Gross & Thompson, 2007). Ketika

emosi sudah terjadi, individu dapat melakukan strategi regulasi emosi response-focused

(Gross & Munoz, 1995, dalam Gross & Thompson, 2007). Gross dan Thompson (2007)

mengemukakan strategi emosi kelima yang berfokus pada respons emosi yaitu response

modulation (modulasi respons) yaitu strategi yang mengacu pada serangkaian tindakan

menyesuaikan respons fisiologis, pengalaman, serta perilaku secara langsung dan segera

sesuai dengan situasi setelah munculnya tendensi emosi. Bentuk-bentuk strategi modulasi

respons adalah penggunaan obat-obatan dengan tujuan memengaruhi aspek fisiologis

dalam kondisi emosi, olahraga dan relaksasi untuk memengaruhi aspek fisiologis dan

pengalaman ketika menghadapi suatu kondisi emosi, dan meregulasi ekspresi emosi

(Gross, Richard & John, 2006, dalam Gross & Thompson, 2007). Salah satu bentuk

regulasi ekspresi emosi yang mendapat perhatian secara khusus karena berpotensi

menimbulkan berbagai dampak secara afektif, sosial dan memengaruhi psychological well-

being individu adalah expressive-suppression (Gross & John, 2003) yang merupakan

serangkaian tindakan individu menghalangi munculnya perilaku ekspresi dari emosi yang

sedang dialami (Gross, 1998, dalam Gross & John, 2003). Gross dan John (2003)

menambahkan bahwa strategi expressive suppression efektif untuk mengurangi perilaku

ekspresi negatif namun memiliki efek samping mengurangi kemampuan individu

mengekspresikan emosi positif dan berpotensi menimbulkan akumulasi kondisi emosi

negatif.

Efektivitas strategi regulasi emosi yang digunakan oleh individu disesuaikan dengan

konteks tujuan dan situasi yang dihadapi (Gross & Thompson, 2007). Lane et al. (2012)

mengemukakan beberapa hasil studi yang menunjukkan bahwa strategi regulasi emosi

Page 18: REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 … · 2017. 1. 21. · REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 NGAWI . OLEH . BERNIKE GRASIKA TAMEDYA. 802009108 . TUGAS

9

digunakan untuk membantu performa individu, yaitu individu cenderung untuk

meningkatkan pengalaman emosi yang tidak menyenangkan seperti kemarahan untuk

melakukan tugas yang melibatkan konfrontasi (Tamir, 2009) dan temuan bahwa kalangan

atlet percaya bahwa kemarahan dapat meningkatkan energi serta kecemasan dapat

membantu mereka untuk fokus pada informasi yang relevan dengan tugas yang harus

mereka kerjakan (Eysenck & Calvo, 1992; Harris, Hancock & Harris, 2005; Janelle, 2002).

Lane et al. (2012) juga menyebutkan bahwa regulasi emosi berhubungan dengan

performa individu dalam area hidup yang beragam, meliputi bidang penerbangan, edukasi,

kegiatan di bidang hukum, kedokteran bedah dan olahraga. Proses regulasi emosi juga

terjadi dalam antar-domain kehidupan individu itu sendiri. Lane et al. mengusulkan supaya

penelitian mengenai regulasi emosi khususnya yang dialami para personil militer tidak

difokuskan pada satu domain mengenai aktivitas mereka dalam lingkup penugasan sebagai

personil militer saja, tetapi juga melihat transferabilitas strategi regulasi emosi pada

domain lain seperti aktivitas olahraga dan aktivitas kehidupan sehari-hari. Selain itu,

Harms et al. (2013) juga menyarankan adanya eksplorasi penelitian terhadap hubungan

para prajurit dengan keluarga dan pernikahan, kepemimpinan, karakteristik kepribadian

dan kegiatan pelatihan yang diikuti dalam kesatuan.

Berdasarkan uraian latar belakang fenomena yang ditemui dan tinjauan teori yang

mendukung, tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran proses regulasi emosi

personil Yon Armed 12 Ngawi ketika menghadapi situasi-situasi stressful dalam

kehidupannya sebagai prajurit artileri.

Page 19: REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 … · 2017. 1. 21. · REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 NGAWI . OLEH . BERNIKE GRASIKA TAMEDYA. 802009108 . TUGAS

10

METODE

Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan suatu

bentuk inkuiri sosial yang berfokus pada bagaimana individu memaknai atau memahami

seluruh pengalaman mereka (Holloway, 1997, dalam Wahyuni, 2012), hal ini sesuai

dengan tujuan peneliti mengungkap pengalaman emosi dan strategi regulasi emosi yang

secara subjektif dialami oleh para partisipan.. Penelitian kualitatif melibatkan setting

penelitian natural dan pengumpulan materi empiris yang mendeskripsikan peristiwa rutin

dan problematis serta makna-makna dalam hidup individu (Denzin & Lincoln, 2004, dalam

Wahyuni, 2012).

Partisipan

Penentuan partisipan dalam penelitian ini diawali dengan telaah dokumen data

demografis prajurit Yon Armed 12 Ngawi serta dokumen deskripsi peran dan jabatan

prajurit dalam kesatuan, kemudian menggunakan teknik snowball sampling dengan

meminta informasi mengenai subjek yang tepat melalui Koordinator Sesi Anggota dan

Organisasi Yon Armed 12 Ngawi.

Partisipan penelitian ini berjumlah 3 orang laki-laki, personil aktif Yon Armed 12

Ngawi yang minimal satu kali pernah diikutsertakan dalam penugasan pengamanan daerah

rawan (pamrahwan). Berikut ini merupakan deskripsi partisipan secara umum:

PARTISIPAN 1

(P1)

PARTISIPAN 2

(P2)

PARTISIPAN 3

(P3)

Pangkat

Sersan Mayor

(Serma)

Prajurit Satu

(Pratu)

Kopral Kepala

(Kopka)

Usia

42 tahun 26 tahun 48 tahun

Pendidikan terakhir

sebelum menjadi prajurit

SMK SMA SMP

Page 20: REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 … · 2017. 1. 21. · REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 NGAWI . OLEH . BERNIKE GRASIKA TAMEDYA. 802009108 . TUGAS

11

Status marital 18 tahun menikah

dengan seorang

istri dan memiliki

2 orang anak, laki-

laki dan

perempuan.

Belum menikah,

anak bungsu dari 2

bersaudara, kakak

subjek dan

beberapa anggota

keluarga besar

berprofesi sebagai

tentara.

24 tahun menikah

dengan seorang istri

dan memiliki 3 anak,

2 anak perempuan

dan satu anak laki-

laki, menjalani long

distance relationship

sejak masa pranikah.

Lama menjadi prajurit 23 tahun 4 tahun 30 tahun

Jabatan dalam kesatuan Seksi Administrasi

Markas

(mengemban

beban kerja

Pembantu Letnan

Satu, dua tingkat

pangkat lebih

tinggi)

Pembantu

Penembak Senjata

Manual Regu

Keamanan

Lapangan

Pengemudi Bengkel

Seksi Harian Markas

(mengemban beban

kerja Prajurit Kepala,

tiga tingkat pangkat

lebih rendah)

Tanggung jawab harian

khusus dalam kesatuan

Menyelenggarakan

kegiatan

administratif

terkait

perkembangan

karir dan

kesejahteraan

personil dalam

kesatuan

Merawat dan

membersihkan

meriam

Merawat dan

memperbaiki

kendaraan-kendaraan

kesatuan serta

memastikan

kesiagaan tiap-tiap

kendaraan

Pengalaman

diikutsertakan dalam

tugas pamrahwan

Pamrahwan

perbatasan

Atambua, NTT

dengan Timor

Leste selama 16

bulan, berlokasi di

pos Komando

Utama wilayah

Kota Kabupaten

Kefamenano

Pamrahwan

Maluku Utara

selama 6 bulan,

berlokasi di pos

Dumdum, Ternate

Pamrahwan Maluku

selama 13 bulan,

berlokasi di pos Kota

Masohi dan

mengalami beberapa

perpindahan

Pamrahwan

perbatasan Atambua,

NTT dengan Timor

Leste selama 16

bulan, berlokasi di

pos Komando Utama

wilayah Kota

Kabupaten

Kefamenano

Tabel 1. Gambaran Umum Partisipan Penelitian

Page 21: REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 … · 2017. 1. 21. · REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 NGAWI . OLEH . BERNIKE GRASIKA TAMEDYA. 802009108 . TUGAS

12

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan 4 metode yang diusulkan oleh Yin (2003, dalam

Wahyuni, 2012) yaitu partisipasi peneliti dalam lingkungan penelitian secara langsung,

observasi langsung, wawancara mendalam dan analisis dokumen atau materi yang relevan.

Pedoman wawancara dan observasi disusun berdasarkan teori proses pembentukan

emosi serta jenis regulasi emosi yang dikemukakan oleh Gross dan Thompson (2007)

sehingga penelitian ini akan berfokus pada situasi-situasi yang mendapatkan atensi subjek,

proses appraisal, gambaran emosi serta kualitas dan intensitas yang muncul, serta

bagaimana subjek memodulasi respons emosi. Pengumpulan data akan berfokus pada

situasi dalam penugasan yang meliputi faktor-faktor risiko yang berpotensi menimbulkan

pengalaman emosional seperti pengalaman perang, risiko cidera perang, lamanya

penugasan dan berada jauh dari rumah, adanya multi penugasan dan hubungan rekan kerja

dalam tim (Mental Health Advisory Team 5, 2008; Bliese & Castro, 2003, dalam Harms et

al., 2013). Fokus penelitian juga meliputi situasi-situasi yang dihadapi partisipan dalam

kehidupan sehari-hari seperti hubungan dengan keluarga, kehidupan pernikahan, hubungan

dengan pemimpin dan rekan kerja. Berdasarkan teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu

tersebut, berikut pedoman wawancara yang disusun:

FAKTOR STRES GAMBARAN RESPONS YANG INGIN DIKETAHUI

Pengalaman

perang

Mengenai peristiwa dan pengalaman yang dialami partisipan ketika

diikutsertakan dalam penugasan operasi militer atau perang

Risiko cidera

perang

Mengenai pengalaman terluka atau cidera saat menjalankan

penugasan operasi militer atau perang

Lama penugasan

dan berada jauh

dari rumah

Mengenai lamanya partisipan menjalankan penugasan operasi

militer, meliputi pengamanan daerah rawan (pamrahwan) dan

latihan tempur, serta pengalaman emosional yang dialami selama

berada di lokasi penugasan yang membuat mereka terpisah dari

keluarga dalam kurun waktu tertentu

Multi penugasan Mengenai frekuensi pengalaman bertugas dalam operasi militer

serta peran dan tanggung jawab partisipan dalam penugasan

tersebut

Page 22: REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 … · 2017. 1. 21. · REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 NGAWI . OLEH . BERNIKE GRASIKA TAMEDYA. 802009108 . TUGAS

13

Hubungan dengan

rekan kerja dalam

tim

Mengenai hubungan dan pengalaman interspersonal partisipan

dengan rekan kerja sesama prajurit, baik dalam lingkup penugasan

maupun di luar kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan

Bahaya fisik Mengenai peristiwa yang menurut partisipan mengancam

keselamatan atau kesehatan fisik serta pengalaman emosioal ketika

menghadapi peristiwa tersebut

Tuntutan fisik Mengenai tuntutan untuk tetap dalam keadaan prima secara fisik

sehingga dapat melaksanakan tugas dengan optimal

Menjadi sorotan

masyarakat

Mengenai respons masyarakat di daerah penugasan pamrahwan dan

latihan tempur serta di lingkungan sosial partisipan terhadap

kehadiran partisipan sebagai personil militer

Bertanggung-

jawab atas

keselamatan orang

lain

Mengenai pengalaman subjek ketika dituntut untuk

bertanggungjawab menentukan kondisi atau keselamatan rekan

kerja atau orang lain, terutama dalam situasi bahaya atau mendesak

Kondisi penugasan Mengenai deskripsi daerah penugasan pamrahwan atau latihan

tempur, meliputi deskripsi geografis maupun demografis

masyarakat yang tinggal di daerah tersebut

Tabel 2. Pedoman Wawancara

Seluruh prosedur pengumpulan data dilakukan oleh peneliti di markas kesatuan Yon

Armed 12 Ngawi sejak 14 Februari 2014 hingga 22 April 2015. Prosedur pengumpulan

data meliputi wawancara dan observasi partisipan, serta melakukan telaah beberapa

dokumen terkait data demografis, deskripsi peran dan jabatan, serta data keikutsertaan

partisipan dalam penugasan pamrahwan.

Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan prosedur yang dikemukakan Miles dan Huberman

(1984, dalam Sugiyono, 2008) yaitu dengan melakukan reduksi data, pemetaan data dan

melakukan verifikasi atau penarikan kesimpulan. Berikut ini merupakan tabel indikator

strategi regulasi emosi berdasarkan paparan teori Gross dan Thompson (2007) untuk

menganalisis strategi regulasi emosi yang dikembangkan partisipan ketika merespons

situasi-situasi stressful yang dihadapi sebagai prajurit:

STRATEGI BENTUK PERILAKU

Seleksi situasi, melibatkan beberapa tindakan

dengan tujuan sampai pada situasi yang

sekiranya menimbulkan emosi yang kita

Menghindari situasi yang dapat memicu

munculnya emosi negatif

Menciptakan suatu situasi yang

Page 23: REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 … · 2017. 1. 21. · REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 NGAWI . OLEH . BERNIKE GRASIKA TAMEDYA. 802009108 . TUGAS

14

inginkan atau yang tidak kita inginkan berpotensi menimbulkan emosi positif

Menyarankan atau mengondisikan orang

lain berada pada situasi dengan tingkat

stres tidak intens

Modifikasi situasi, melibatkan serangkaian

tindakan untuk memodifikasi atau mengubah

suatu situasi stressful menjadi suatu situasi

dengan intensitas stres yang lebih kecil

maupun yang lebih besar sehingga mencapai

suatu kondisi emosi yang diinginkan.

Mengubah suatu situasi eksternal atau

lingkungan fisik yang stressful

Mengekspresikan emosi yang sedang

dialami

Penyebaran atensi distraksi, memperhatikan

aspek selain emosi dalam situasi atau

mengalihkan perhatian dari situasi tersebut ke

situasi yang lain.

Memperhatikan aspek lain dalam situasi

Mengalihkan perhatian dari situasi

stressful kepada situasi yang lain yang

tidak memicu emosi yang tidak

diinginkan

Memanggil memori yang tidak konsisten

dengan kondisi emosi yang tidak

diinginkan

Penyebaran atensi konsentrasi, mengarahkan

atau memusatkan atensi pada aspek emosi

dalam suatu situasi dengan tujuan mencapai

suatu kondisi emosi tertentu.

Mengarahkan perhatian pada aspek emosi

dalam suatu situasi

Melakukan penarikan atensi secara fisik

Mengikuti pengalihan yang dilakukan

orang lain

Perubahan kognitif, tindakan individu

mengubah cara menilai situasi dengan tujuan

mengubah tingkat pengaruh aspek

emosionalnya.

Mengubah penilaian terhadap lingkungan

Mengubah persepsi terhadap kemampuan

menghadapi lingkungan

Downward social comparison

Mempersepsikan situasi sebagai hal yang

dapat meningkatkan kualitas individu

Modulasi respons, serangkaian tindakan

menyesuaikan respons fisiologis, pengalaman,

serta perilaku seefektif dan seefisien mungkin

sesuai dengan situasi setelah munculnya

tendensi emosi

Penggunaan obat-obatan, olahraga,

relaksasi, merokok, mengonsumsi

makanan tertentu

Menghalangi atau menunda munculnya

ekspresi emosi yang dialami

(suppression)

Tabel 3. Indikator Strategi Regulasi Emosi

HASIL PENELITIAN

Penelitian mengenai regulasi emosi personil Yon Armed 12 Ngawi menghasilkan data

yang meliputi situasi-situasi stressful dan pengalaman emosional yang dihadapi para

partisipan sepanjang karirnya sebagai personil militer serta strategi dan bentuk tindakan

Page 24: REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 … · 2017. 1. 21. · REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 NGAWI . OLEH . BERNIKE GRASIKA TAMEDYA. 802009108 . TUGAS

15

atau perilaku regulasi emosi yang dikembangkan para partisipan ketika menghadapi situasi

tersebut.

SITUASI STRESSFUL

YANG DIALAMI

STRATEGI REGULASI EMOSI YANG

DIKEMBANGKAN

A. KETIKA BERTUGAS DALAM PAMRAHWAN

A.1. Menerima

pemberitahuan

bahwa subjek

akan

diikutsertakan

dalam

pengamanan

daerah rawan

(pamrahwan)

P1 : tidak melaporkan pengalaman emosi terhadap situasi

tersebut

P2 & P3 : Penyebaran atensi konsentrasi terhadap perasaan

bersemangat (excited) dan perasaan ingin tahu (curiosity)

dengan membangun pemikiran bahwa dengan diikutsertakan

dalam pamrahwan membuat pengalamannya sebagai tentara

menjadi lengkap

A.2. Dituntut untuk

selalu siap

tempur dalam

keadaan apapun

P1 : tidak melaporkan pengalaman emosi terhadap situasi

tersebut

P2 & P3 :

Modulasi respons suppression dan penyebaran atensi

distraksi terhadap emosi jengkel dan cemas dengan

menghambat atau menahan ekspresi emosi tersebut.

Penyebaran atensi konsentrasi terhadap pengalaman

submission (kepatuhan terhadap pihak otoritas)

A.3. Latihan tempur

pra penugasan

pamrahwan

P1 : tidak melaporkan pengalaman emosi terhadap situasi

tersebut

P2 : Penyebaran atensi konsentrasi terhadap kecemasan dengan

memikirkan kemungkinan terjadinya kontak senjata selama

pamrahwan berlangsung.

P3 : tidak melaporkan pengalaman emosi terhadap situasi

tersebut

A.4. Perjalanan

selama beberapa

hari dari markas

kesatuan menuju

lokasi penugasan

pamrahwan

P1 : Penyebaran atensi distraksi terhadap kecemasan dan

kejenuhan, tindakan regulasinya berupa bepergian dan

mengenal daerah penugasan.

P2 : Penyebaran atensi distraksi terhadap kondisi fisik yang tidak

nyaman dan kejenuhan karena perjalanan berhari-hari

dengan kapal laut, tindakan regulasinya berupa tidur dan

bergurau bersama rekan-rekan sesama prajurit.

P3 :

Modifikasi situasi terhadap emosi cemas dan antisipasi

terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan dalam

perjalanan, tindakan regulasinya berupa melakukan

serangkaian pengaturan pada situasi pekerjaan untuk

mengurangi potensi terjadinya kecelakaan.

Penyebaran atensi distraksi terhadap emosi tersebut dengan

mengalihkan fokus dari kecemasan terhadap keyakinan

religiusnya.

Page 25: REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 … · 2017. 1. 21. · REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 NGAWI . OLEH . BERNIKE GRASIKA TAMEDYA. 802009108 . TUGAS

16

A.5. Masa awal

berada di lokasi

penugasan

pamrahwan

P1 : Penyebaran atensi distraksi terhadap kecemasan, tindakan

regulasinya berupa bepergian dan mengenal daerah

penugasan.

P2 : Penyebaran atensi distraksi terhadap kejenuhan, tindakan

regulasinya berupa bepergian dan mengenal daerah

penugasan.

P3 : tidak melaporkan pengalaman emosi terhadap situasi

tersebut

A.6. Kejenuhan

selama berada di

lokasi penugasan

pamrahwan

P1 :

Modifikasi situasi dengan mengupayakan hal-hal yang dapat

diakses seperti komunikasi acak dengan penduduk sekitar

menggunakan radio HT.

Regulasi emosi ekstrinsik dengan mengarahkan rekan-rekan

satu kelompok pasukan untuk melakukan hal-hal

menyenangkan.

P2 : Cognitive reappraisal dengan mempertimbangkan banyak

hal positif yang ia dapatkan selama berada di lokasi

penugasan.

P3 :

Penyebaran atensi distraksi dengan mengalihkan atensi dari

kejenuhan kepada kegiatan lain yang berpotensi meredakan

intensitas kejenuhan dengan beraktivitas bersama penduduk

sekitar.

Seleksi situasi dengan membantu penduduk sekitar

menyeberangkan kapal ikan ke pulau lain di luar lokasi

penugasan.

A.7. Menghadapi

kerusuhan,

kekacauan atau

konflik

bersenjata

P1 :

Seleksi situasi terhadap emosi antisipasi dan kecemasan

dengan tindakan tetap tinggal di pos komando yang letaknya

jauh dari titik terjadinya kerusuhan.

Modifikasi situasi dengan membangun hubungan baik

dengan masyarakat sekitar untuk meregulasi kekecewaan

yang disebabkan penolakan dari penduduk sekitar terhadap

kehadiran personil militer.

P2 :

Cognitive reappraisal dengan membangun pemikiran bahwa

ia mampu menemukan solusi untuk mengatasi situasi

konflik yang mengancam keselamatannya sebagai regulasi

terhadap perasaan bingung, terkejut, panik dan cemas.

Mengembangkan strategi problem-focused coping.

P3 :

Modulasi respons suppression untuk menahan munculnya

ekspresi emosi marah sehinggga tidak muncul dalam

perilaku agresif.

Modifikasi situasi dengan mengekspresikan kemarahan

dalam bentuk perilaku agresif kepada pihak yang dianggap

sebagai provokator.

Page 26: REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 … · 2017. 1. 21. · REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 NGAWI . OLEH . BERNIKE GRASIKA TAMEDYA. 802009108 . TUGAS

17

A.8. Mengalami

kecelakaan

dalam perjalanan

dinas

P1 & P2 : tidak melaporkan pengalaman emosi terhadap situasi

tersebut

P3 :

Penyebaran atensi distraksi dari pengalaman emosi panik

dan cemas terhadap konsep keyakinan religius yang

dimiliki, mencirikan adanya strategi emotion-focused

coping.

Modifikasi situasi dengan segera melakukan perbaikan

kendaraan yang mengalami kecelakaan, mencirikan

problem-focused coping.

A.9. Berada jauh dari

keluarga dan

akses

komunikasi yang

sangat terbatas

selama

penugasan

pamrahwan

P1 :

Modulasi respons suppression dengan menghambat ekspresi

emosi sedih dan menahan dorongan untuk berkomunikasi

via telepon.

Penyebaran atensi distraksi dengan bepergian dan

beraktivitas bersama masyarakat sekitar lokasi.

Reappraisal terhadap emosi cemas dengan berpikir bahwa

ada banyak pihak yang merawat keluarganya selama ia

bertugas.

Modifikasi situasi untuk mempertahankan emosi positif

yang muncul karena adanya kesempatan berkomunikasi

dengan keluarga melalui tindakan beberapa kali surat-

menyurat dan berkirim foto.

P2 :

Penyebaran atensi distraksi dengan beraktivitas bersama

masyarakat sekitar lokasi penugasan.

Reappraisal dengan mempertimbangkan kondisi di lokasi

penugasan yang lebih senggang dibandingkan dengan

rutinitas di markas kesatuan, status maritalnya yang belum

menikah, dan respons keluarga yang tidak terlalu

mencemaskan kepergiannya bertugas di daerah rawan, serta

interaksi dengan masyarakat di lokasi penugasan yang

semakin membaik.

P3 :

Penyebaran atensi distraksi dari pengalaman emosi sedih,

takut dan cemas kepada emosi submission.

Penyebaran atensi distraksi dengan berdansa dan minum

minuman beralkohol di diskotik yang tersedia di lokasi

penugasan, kemudian tidur.

Modifikasi situasi dengan mengekspresikan kecemasan dan

ketakutan melalui percakapan via telepon kepada istrinya.

Penyebaran atensi konsentrasi terhadap tendensi emosi

antisipasi yang muncul karena kecemasan dengan selalu

berhati-hati dan waspada dalam menjalankan setiap

pekerjaan dan aktivitas selama penugasan.

Page 27: REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 … · 2017. 1. 21. · REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 NGAWI . OLEH . BERNIKE GRASIKA TAMEDYA. 802009108 . TUGAS

18

A.10. Jadwal

meninggalkan

lokasi penugasan

yang simpang

siur

P1 :

Penyebaran atensi distraksi terhadap perasaan kecewa,

frustrasi dan jenuh, dengan bepergian dan beraktivitas

bersama rekan-rekan sesama prajurit dan penduduk sekitar.

Regulasi emosi ekstrinsik dengan mengondisikan rekan-

rekannya terlibat dalam kegiatan yang berpotensi

menimbulkan emosi positif karena subjek menyadari bahwa

rekan-rekannya juga mengalami emosi negatif yang

cenderung sama dengannya.

P2 & P3 : tidak melaporkan pengalaman emosi terhadap situasi

tersebut

A.11. Meninggalkan

lokasi penugasan

dan berpisah

dengan

penduduk sekitar

yang sudah akrab

membangun

interaksi

P1 : Reappraisal terhadap tendensi emosi sedih dan perasaan

berat hati dengan mengubah makna perjalanan pulang yang

tadinya dipersepsi sebagai perpisahan menjadi situasi yang

dimaknai sebagai pertemuan yang lebih cepat dengan

keluarga yang sudah ditinggalkan.

P2 : Modifikasi situasi dengan mengungkapkan secara verbal

kesedihan yang dirasakan kepada rekan-rekan sesama

prajurit yang juga menceritakan perasaan serupa selama

perjalanan pulang ke markas kesatuan.

P3 :

Penyebaran atensi konsentrasi terhadap emosi lega dan

antusias yang muncul karena akan segera bertemu dengan

keluarga.

Modulasi respons terhadap emosi lega dan antusias dengan

berulang kali membicarakan tentang kepulangannya baik

kepada keluarga yang akan ditemuinya maupun terhadap

keluarga di lokasi penugasan yang sudah akrab dengannya

selama penugasan berlangsung.

A.12 Berada kembali

di dalam markas

kesatuan

P1 :

Modulasi respons pada aspek fisik dengan mengistirahatkan

tubuh sehingga intensitas emosi positif tetap dipertahankan

dan menjadi lebih tinggi.

Penyebaran atensi konsentrasi terhadap pengalaman emosi

positif yang dialami selama penugasan pamrahwan untuk

meregulasi perasaan asing dan kebingungan ketika

beradaptasi kembali dengan suasana markas kesatuan.

P2 : Seleksi situasi untuk meningkatkan intensitas emosi lega dan

senang yang dirasakan dengan bertemu dengan orang tua

dan menceritakan pengalaman yang menyenangkan selama

ikut serta dalam penugasan.

P3 : tidak melaporkan pengalaman emosi terhadap situasi

tersebut

KETIKA BERTUGAS DALAM LATIHAN TEMPUR

B.1. Menerima

pemberitahuan

bahwa subjek akan

diikutsertakan

P1, P2 & P3:

Modulasi respons untuk mempertahankan intensitas emosi

excited dan gembira

Page 28: REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 … · 2017. 1. 21. · REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 NGAWI . OLEH . BERNIKE GRASIKA TAMEDYA. 802009108 . TUGAS

19

dalam latihan

tempur Seleksi situasi dengan mempersiapkan segala

perlengkapan latihan tempur dengan sebaik mungkin

B.2. Menempuh

perjalanan dari

markas kesatuan

menuju lokasi

latihan tempur

melalui laut

dan/atau darat

P1 & P2 : Penyebaran atensi distraksi dengan tidur, bercanda

dengan rekan-rekan sesama prajurit dan memperhatikan

pemandangan selama perjalanan untuk mengurangi

intensitas kejenuhan.

P3 :

Modulasi respons suppression untuk menahan munculnya

ekspresi kemarahan terhadap rekan kerja yang dinilainya

kurang bertanggungjawab sehingga tidak bisa menangani

masalah pada kendaraan dinas.

Modifikasi situasi dengan mengekspresikan kemarahan

melalui tindakan memukul maupun memaki rekan kerja

yang dinilainya kurang bertanggungjawab, ketika subjek

tidak mampu menahan emosi yang sangat intens.

B.3. Mengikuti latihan

tempur yang

melibatkan

pengoperasian

senjata militer

dengan setting

situasi yang sangat

mirip dengan

pertempuran yang

nyata, termasuk

penggunaan peluru

yang sebenarnya

P1 : Perubahan kognitif reappraisal terhadap kecemasan akan

kegagalan yang dialami dalam membidik dengan

membangun pemikiran bahwa kecemasan yang ia alami

dapat menurunkan ketelitiannya dan mempertimbangkan

bahwa ia mampu menyelesaikan tugasnya dan terdapat

rekan-rekannya yang dapat dengan baik mendukung

penyelesaian tugasnya.

P2 :

Modulasi respons suppression dengan menunda

munculnya ekspresi emosi delight yang muncul dari

keterkejutan dan kesenangan ketika berhasil

menyelesaikan tugas.

Penyebaran atensi distraksi dari pengalaman delight

terhadap penyelesaian tugas yang diharapkan.

P3 :

Modulasi respons suppression dengan menahan ekspresi

cemas

Penyebaran atensi distraksi pengalaman cemas terhadap

kesadaran mengenai nilai-nilai kesiapan dan kesiagaan

seorang prajurit.

Penyebaran atensi konsentrasi dengan tujuan memperbesar

intensitas pengalaman emosi bangga akan kemampuannya

dan excited terhadap jalannya prosesi menembak .

B.4. Kelelahan fisik

selama

menjalankan tugas

dan tuntutan untuk

selalu waspada

P1 & P2 : Penyebaran atensi distraksi dari tendensi kemarahan

yang sangat intens terhadap situasi penugasan yang baru

dan jarang mereka peroleh dan terhadap kesempatan untuk

bergurau dengan rekan-rekan yang mengaku mengalami

emosi yang sama.

P3 : Modifikasi situasi dengan menyelesaikan tugas-tugas yang

jika segera diselesaikan dapat mengurangi intensitas emosi

negatif yang dialami.

Page 29: REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 … · 2017. 1. 21. · REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 NGAWI . OLEH . BERNIKE GRASIKA TAMEDYA. 802009108 . TUGAS

20

C. KETIKA MENJALANKAN RUTINITAS HARIAN

C.1. Menjalankan

rutinitas tugas

harian internal

markas

kesatuan

P1 :

Penyebaran atensi distraksi terhadap pengalaman jenuh yang

disebabkan oleh pekerjaan dengan sejenak berjalan-jalan di

sekitar kantor atau berinteraksi dengan rekan-rekan sesama

prajurit yang bekerja di seksi lain.

Seleksi situasi terhadap kecemasan yang disebabkan oleh

peran subjek untuk bertanggungjawab terhadap pemenuhan

kesejahteraan para personil kesatuan.

P2 :

Modulasi respons suppression terhadap pengalaman jenuh

dan burnout dengan menghambat munculnya ekspresi emosi

tersebut.

Modifikasi situasi dengan mempersiapkan kondisi tubuh agar

selalu siap menghadapi rutinitas harian.

P3 :

Modulasi respons suppression terhadap emosi negatif yang

disebabkan oleh beban kerja yang berlebih dari yang

seharusnya.

Penyebaran atensi distraksi terhadap emosi negatif karena

pengalaman overload sehingga memungkinkan subjek lebih

berfokus pada tugas yang harus ia selesaikan.

Modifikasi situasi dengan mengekspresikan kemarahannya

melalui tindakan memaki atau membentak terhadap rekan

atau atasan yang dianggapnya menghambat atau mencela

hasil kerja kerasnya.

Perubahan kognitif reappraisal terhadap pengalaman cemas

ketika melaksanakan tugas dengan kondisi kendaraan cacat

dengan membangun pemikiran bahwa ia tidak perlu

mencemaskan persoalan hidup dan mati karena semua sudah

diatur oleh Tuhan.

C.2. Berolahraga

secara teratur

bersama

dengan rekan-

rekan sesama

prajurit

P1, P2 & P3: Penyebaran atensi konsentrasi terhadap pengalaman

emosi senang, excited dan tertantang dengan terus menerus

melakukan pengulangan aktivitas tersebut dan memusatkan

perhatian terhadap pengalaman emosi yang diperoleh.

C.3. Kemampuan

fisik mulai

menurun

P1 & P2 : tidak melaporkan pengalaman emosi terhadap situasi

tersebut

P3 : Penyebaran atensi distraksi dari emosi sedih, kecewa dan

frustrasi terhadap menurunnya kemampuan fisiknya,

mengalihkannya kepada pengalaman bangga dan excited

terhadap kemampuannya menembak yang dinilainya masih

sangat baik dibanding dengan rekan-rekan seusianya.

C.4. Relasi

interpersonal

dengan rekan-

P1 :

Seleksi situasi dengan mengupayakan adanya interaksi yang

jarang diperoleh dengan rekan-rekan kerja karena banyaknya

Page 30: REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 … · 2017. 1. 21. · REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 NGAWI . OLEH . BERNIKE GRASIKA TAMEDYA. 802009108 . TUGAS

21

rekan kerja pekerjaan yang harus diselesaikan selama berada di markas.

Modifikasi situasi dengan mengarahkan rekan-rekan yang

dipimpinnya agar dapat menyelesaikan pekerjaan dengan

sebaik mungkin.

P2 :

Modulasi respons suppression dengan menunda munculnya

ekspresi emosi jengkel ketika bekerja bersama rekan satu tim

dalam kondisi yang tegang dan penuh tekanan.

Penyebaran atensi konsentrasi dengan memusatkan perhatian

sebesar-besarnya terhadap pengalaman emosi nyaman dan

gembira yang diperoleh dari interaksi dengan rekan-rekan.

P3 :

Modifikasi situasi dengan mengekspresikan kemarahan jika

rekan-rekannya tidak bekerja dengan baik dan mengarahkan

mereka agar dapat menyelesaikan pekerjaan dengan sebaik

mungkin.

Perubahan kognitif reappraisal untuk meregulasi perasaan

lelah baik fisik maupun emosional ketika ia banyak dimintai

bantuan oleh rekan-rekan sesama prajurit dengan

mengembangkan pemikiran bahwa ia memang

bertanggungjawab untuk menolong rekannya dan mampu

melakukan hal itu.

C.5. Penghasilan

yang diterima

sebagai prajurit

P1 :

Modulasi respons suppression dengan mengembangkan sikap

legowo, menerima dengan ikhlas tanpa mengajukan protes

ketika mengalami emosi kecewa terhadap penghasilan yang

belum cukup mengapresiasi beban kerja yang dilaksanakan

selama ini.

Perubahan kognitif reappraisal dengan bentuk downward

social comparison yang muncul dalam tindakan menilai

kondisi keuangan keluarga yang sudah jauh lebih baik jika

dibandingkan dengan kondisi ekonomi yang serba

berkekurangan pada masa awal pernikahan.

Seleksi situasi dengan pengelolaan keuangan sebaik-baiknya

dan mengupayakan sejumlah usaha untuk menambah

penghasilan.

P2 : tidak melaporkan pengalaman emosi terhadap situasi tersebut

P3 :

Perubahan kognitif reappraisal dengan bentuk downward

social comparison yang muncul dalam tindakan menilai

kondisi keuangan keluarga yang sudah jauh lebih baik jika

dibandingkan dengan kondisi ekonomi yang serba

berkekurangan pada masa awal pernikahan.

Seleksi situasi dengan pengelolaan keuangan sebaik-baiknya

dan mengupayakan sejumlah usaha untuk menambah

penghasilan.

C.6. Menilai P1 :

Page 31: REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 … · 2017. 1. 21. · REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 NGAWI . OLEH . BERNIKE GRASIKA TAMEDYA. 802009108 . TUGAS

22

perjalanan karir

sebagai tentara Modulasi respons terhadap tuntutan, beban pekerjaan dan

tanggung jawab yang dirasanya semakin lama semakin berat

dengan terus-menerus mengasah dan meningkatkan

kemampuan sesuai dengan tuntutan pekerjaan tersebut.

Mempertahankan intensitas emosi bangga terhadap

profesinya sebagai tentara yang juga mendapat penilaian

positif dan apresiasi dari lingkungan sosialnya.

P2 :

Modulasi respons suppression dengan menghambat ekspresi

kejengkelan, kekecewaan, dan kejenuhan yang muncul

bersamaan dengan pengalaman submission yang disebabkan

oleh kewajibannya untuk selalu berada di bawah aturan yang

bersifat sangat mengikat dan kekuasaan pihak senior.

Penyebaran atensi distraksi dengan mengalihkan perhatian

dari emosi jengkel, kecewa dan jenuh kepada penyelesaian

tugas yang harus dicapai.

P3 :

Penyebaran atensi konsentrasi dengan memfokuskan

perhatian kepada emosi bangga, senang, excited, termotivasi

pada keberhasilan dan bangga terhadap profesinya sebagai

tentara kemudian mengarahkan emosi tersebut sebagai

dorongan untuk mencapai suatu keberhasilan tugas.

Seleksi situasi dengan tidak mengikuti ujian kenaikan pangkat

karena pangkat sebagai Kopral dinilainya dapat memberikan

kekuasaan yang lebih besar.

Modulasi respons suppression dengan menghambat ekspresi

kesedihan yang sangat intens yang timbul ketika subjek

menyadari bahwa selama ia menjalani profesinya sebagai

prajurit, sangat sedikit kesempatan yang ia miliki untuk

bersama keluarga.

C.7. Relasi

interpersoal

dengan anggota

keluarga

P1 :

Perubahan kognitif reappraisal untuk meredam

kekhawatirannya terhadap perubahan perilaku anaknya

dengan memahami kondisi psikologis anaknya yang

memasuki masa remaja dan mengevaluasi berbagai cara

untuk mengarahkan anaknya melakukan hal-hal yang

dianggap baik

Seleksi situasi dan penyebaran atensi konsentrasi dengan

berada dalam lingkungan keluarga yang menimbulkan

perasaan nyaman, bangga dan gembira.

P2 : tidak melaporkan pengalaman emosi terhadap situasi tersebut

P3 :

Modifikasi situasi dengan mengekspresikan emosi senang,

gembira dan penuh harapan melalui perilaku yang penuh

kasih sayang kepada istri dan anak-anaknya setiap kali

memiliki kesempatan untuk berinteraksi.

Modulasi respons suppression terhadap tendensi melakukan

Page 32: REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 … · 2017. 1. 21. · REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 NGAWI . OLEH . BERNIKE GRASIKA TAMEDYA. 802009108 . TUGAS

23

tindakan agresif dan ekspresi kemarahan ketika menghadapi

konflik dengan anggota keluarga.

Seleksi situasi ketika menghadapi konflik, dengan

meninggalkan rumah sejenak, merokok dan meminum kopi di

tempat lain kemudian kembali ke rumah untuk membicarakan

masalah dengan tenang.

Tabel 4. Deskripsi Strategi Regulasi Emosi Partisipan

PEMBAHASAN

Ketiga partisipan dalam penelitian ini, Serma, Pratu dan Kopka, menghadapi situasi-

situasi stressful dalam penugasan daerah rawan (pamrahwan), latihan tempur, dan rutinitas

kerja harian dalam markas kesatuan. Dalam “Peran, Fungsi, dan Tugas” (t.t) dipaparkan

bahwa personil militer dituntut untuk bertanggungjawab penuh dalam lingkup penugasan

yang meliputi operasi militer perang maupun operasi militer selain perang untuk mengatasi

ancaman keamanan dalam negeri. Didukung dengan pemaparan Harms et al. (2013) dan

Kensing (2014) mengenai faktor-faktor penyebab stres personil militer, dapat disimpulkan

bahwa berada dalam situasi penugasan pamrahwan merupakan domain paling stressful

yang dialami oleh para partisipan.

Setiap situasi stressful memunculkan respons emosional masing-masing partisipan.

Gross dan Thompson (2007) mengemukakan bahwa emosi muncul ketika individu berada

dalam situasi yang dimaknai relevan dengan tujuannya. Gross dan Thompson

menambahkan bahwa emosi yang terlalu intens dapat menginterupsi individu dalam

pencapaian tujuan, oleh sebab itu individu melakukan serangkaian strategi regulasi emosi

sehingga dapat mengatasi kondisi emosional yang muncul sebagai respons situasi stressful

sehingga mereka dapat mencapai tujuan keberhasilan melaksanakan tugas.

Tabel 4 memaparkan perilaku atau tindakan yang dilakukan oleh para partisipan sebagai

bentuk strategi atau proses regulasi terhadap emosi yang dialami pada masing-masing

situasi stressful. Dalam pemaparan tersebut juga dapat diketahui bahwa beberapa

Page 33: REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 … · 2017. 1. 21. · REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 NGAWI . OLEH . BERNIKE GRASIKA TAMEDYA. 802009108 . TUGAS

24

partisipan tidak melaporkan adanya pengalaman emosi pada situasi tertentu. Ketika

menerima pemberitahuan mengenai keikutsertaannya dalam pamrahwan (A.1) dan

terhadap tuntutan untuk selalu siap tempur (A.2.), Serma (P1) tidak melaporkan adanya

pengalaman emosi. Serma tidak memandang kedua situasi tersebut stressful karena

kedudukannya pada seksi administrasi dalam situasi penugasan tersebut yang memperkecil

kemungkinannya akan mengalami kontak senjata di lapangan.

Pada situasi stressful ketiga dalam domain penugasan pamrahwan (A.3.), ketika

partisipan mengikuti latihan tempur pra-penugasan yang memberikan gambaran kepada

para prajurit akan adanya kontak senjata antar-orang di lokasi pamrahwan, hanya Pratu

(P2) yang memaparkan kecemasan yang kemudian diregulasi dengan strategi konsentrasi

agar ia menjadi fokus mempersiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan terjadinya

kontak senjata di lokasi penugasan. Ellsworth dan Scherer (2003) menjelaskan bahwa

kecemasan dapat muncul sebagai hasil persepsi situasi yang dibayangkan. Borkovec et al.

(1995, dalam Gross & Thompson, 2007) mengemukakan bahwa ketika atensi difokuskan

pada kemungkinan adanya hambatan yang akan dialami individu pada masa mendatang,

kecemasan dengan intensitas rendah akan meningkat, tetapi akan menurunkan intensitas

respons emosional negatif. Terhadap situasi stressful ini, Serma dan Kopka (P3) tidak

melaporkan pengalaman emosi terhadap situasi stressful dalam latihan pra-penugasan

karena mengaku sudah tidak mengingat kondisi latihan tersebut.

Kopka juga tidak melaporkan pengalaman emosi ketika masa awal berada di lokasi

penugasan (A.5.) sehingga tidak muncul pula strategi regulasi emosi pada situasi ini.

Kopka tidak menilai situasi tersebut stressful karena tidak lagi mengingat pengalaman

tersebut dan mengaku merasa sudah terbiasa karena frekuensi penugasan pamrahwan yang

diikutinya lebih sering serta masa tugas sebagai prajurit yang lebih lama yang membuat

Page 34: REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 … · 2017. 1. 21. · REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 NGAWI . OLEH . BERNIKE GRASIKA TAMEDYA. 802009108 . TUGAS

25

Kopka lebih sering menghadapi situasi penugasan yang baru. Berdasarkan respons

partisipan ketiga dalam penelitian ini, dapat diketahui bahwa lamanya prajurit bertugas

dengan beragam kegiatan pelatihan dan frekuensi berada di situasi penugasan akan

membuat prajurit menjadi terbiasa ketika berada di lingkungan yang baru.

Pengalaman Kopka dalam penelitian ini menjadi menarik karena meskipun ia mengaku

terbiasa dan menjadi lebih mudah serta tenang ketika beradaptasi dengan lingkungan

penugasan pamrahwan, namun ia justru lebih banyak melaporkan pengalaman afek negatif

seperti kemarahan yang intens dan perilaku agresif sebagai strategi regulasi emosi, baik

dalam domain penugasan pamrahwan dan latihan tempur, maupun dalam domain rutinitas

harian (A.7., B.2., C.4. dan C.7.). Diener et al., (2006, dalam Harms et al., 2013)

mengemukakan bahwa stressor akan terus-menerus muncul serta mengalami perubahan

dan individu tidak akan pernah menjadi sepenuhnya terbiasa terhadap stressor tersebut.

Harms et al. juga menambahkan bahwa semakin lama personil militer berada dalam

penugasan, akan semakin besar potensi mereka mengalami masalah emosi atau perilaku.

Berdasarkan temuan dan pendapat tersebut, dapat diketahui bahwa frekuensi diikutsertakan

dalam berbagai macam penugasan militer dapat membantu kemampuan prajurit

beradaptasi dalam situasi penugasan tetapi lamanya mereka berada di lokasi tersebut

dengan paparan kondisi stressful yang dialami, justru berpotensi menyebabkan terjadinya

masalah emosi atau perilaku prajurit.

Harms et al. (2013) mengemukakan konsep Mental Health Advisory Team 5 (2005) dan

Bliese dan Castro (2003) yang menjelaskan bahwa faktor stres yang dapat memicu

munculnya permasalahan emosi dan perilaku pada personil militer bukan hanya frekuensi

dan lamanya periode penugasan, tetapi juga pengalaman perang atau konflik bersenjata di

lokasi penugasan, semakin intens pengalaman emosional yang dialami maka semakin besar

Page 35: REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 … · 2017. 1. 21. · REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 NGAWI . OLEH . BERNIKE GRASIKA TAMEDYA. 802009108 . TUGAS

26

potensi terjadinya problem emosi dan perilaku di kemudian hari. Kembali pada pendapat

Gross dan Thompson (2007) mengenai terjadinya pengalaman emosi, intensitas emosi

yang dialami individu, dalam hal ini para prajurit, ditentukan oleh pemaknaan mereka

ketika menghadapi konflik bersenjata atau pertempuran di lokasi penugasan. Pendapat-

pendapat tersebut kemudian dapat menjelaskan bahwa intensitas pengalaman emosional

dan strategi regulasi emosi yang dikembangkan ketiga subjek ketika menghadapi

kerusuhan, kekacauan, atau konflik bersenjata (A.7.) yang merupakan situasi paling khas

dalam penugasan pamrahwan, berdampak pada muncul tidaknya permasalahan emosi dan

perilaku.

Ketika menghadapi situasi yang kacau dan mengancam di lokasi pamrahwan (A.7.),

intensitas emosi negatif seperti kecemasan, kelelahan dan kekecewaan Serma menurun

setelah mengembangkan strategi regulasi emosi seleksi situasi dan modifikasi situasi yang

melibatkan berbagai pertimbangan dan evaluasi situasi. Demikian pula dengan Pratu yang

mengalami kecemasan kemudian mereduksi intensitas emosi tersebut dengan strategi

reappraisal berupa mengembangkan pemikiran bahwa ia sudah memiliki kesiapan dan

kemampuan menghadapi kemungkinan apapun. Pratu juga mengembangkan strategi

problem-focused coping dengan mengupayakan berbagai tindakan untuk mengatasi kondisi

kacau. Menurut Pourmohamadreza-Tajrishi et al. (2015) dalam penelitiannya terhadap

sekelompok ibu yang mengasuh anak dengan Down syndrome, pengembangan strategi

problem-focused coping secara signifikan dapat menurunkan gejala fobia, depresi,

pemikiran-pemikiran paranoid, psikosis, keluhan somatik, sensitivitas interpersonal,

obsesi-kompulsi, kecemasan dan agresi pada individu yang mengalami pengalaman

stressful dalam periode yang lama dengan tingkat stres yang tinggi dan relatif konstan.

Page 36: REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 … · 2017. 1. 21. · REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 NGAWI . OLEH . BERNIKE GRASIKA TAMEDYA. 802009108 . TUGAS

27

Dalam menghadapi situasi stressful yang menuntut adanya respons dengan segera dan

berani seperti pecahnya konflik bersenjata yang dihadapi Pratu, prajurit perlu

mengembangkan self-efficacy yang dijelaskan Bandura (1986, dalam Halonen & Santrock,

1999) sebagai keyakinan bahwa individu memiliki kemampuan untuk mengatasi suatu

situasi dan berhasil positif. Cervon dan Scott (1995, dalam Watson & Tharp, 2007)

mengemukakan bahwa self-efficacy mendorong individu untuk meyakini kemampuannya

bahkan secara irasional, hal ini penting dimiliki individu karena dalam kondisi emosi yang

normal, individu dapat menjadi sangat percaya diri akan kemampuannya, tetapi dalam

kondisi stressful muncul keraguan (self-doubt) yang lebih kuat dan menghambat individu

menunjukkan kinerja terbaiknya. Self-efficacy juga dikembangkan partisipan pertama,

Serma (P1), ketika menjalankan tugas hariannya sebagai staf administrasi (B.1.), ia dapat

melaksanakan tugasnya dengan baik meskipun seringkali mengalami kejenuhan karena

meyakini bahwa ia memiliki keterampilan melakukan pekerjaan kantor serta karakter

penyabar yang sangat sesuai dan menunjang pekerjaannya tersebut. Berdasarkan

pengalaman kedua partisipan tersebut, dapat diketahui bahwa self-efficacy merupakan

salah satu kualitas personal yang dapat berfungsi sebagai protektor yang dapat meredakan

dampak situasi stressful yang dihadapi oleh para prajurit. Salah satu penentu self-efficacy

dan kemampuan mengembangkan strategi problem-focused coping prajurit adalah

efektivitas pelatihan kesiapan prajurit untuk menghadapi faktor-faktor stres yang ditemui

dalam penugasan (Harms et al., 2013).

Berbeda dengan pengalaman regulasi emosi Serma dan Pratu, terdapat suatu kontinuum

pada pengalaman regulasi emosi Kopka selama menghadapi konflik dalam penugasan

pamrahwan, antara menekan ekspresi emosi marah dan mengekspresikan kemarahan

tersebut dengan cara yang terkesan seperti sebuah ledakan. Situasi yang penuh dengan

Page 37: REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 … · 2017. 1. 21. · REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 NGAWI . OLEH . BERNIKE GRASIKA TAMEDYA. 802009108 . TUGAS

28

provokasi berpotensi sangat tinggi untuk memicu adanya ledakan emosi dalam bentuk

perilaku agresi. Baron dan Byrne (2005) mencatat bahwa provokasi, yaitu tindakan yang

cenderung memicu agresi pada diri si penerima yang dipersepsi berasal dari maksud jahat,

akan menghasilkan adanya agresi secara langsung, karena terhadap provokasi langsung,

individu jarang mengalah. Penjelasan lebih lanjut, terhadap provokasi, individu cenderung

akan membalas dengan memberikan agresi sebanyak yang diterima atau mungkin sedikit

lebih banyak (Chermack, et al., 1997; Ohbuchi & Kambara, 1985; dalam Baron dan Byrne,

2005). Namun, karena mempertimbangkan statusnya sebagai prajurit yang berkewajiban

untuk menciptakan situasi aman dan tidak diperbolehkan memihak, Kopka melakukan

strategi regulasi emosi supresi, yaitu menghambat ekspresi kemarahannya. Hal ini

membuat Kopka membatalkan perilaku agresif terhadap pihak yang memicu kemarahan.

Tetapi, strategi regulasi emosi supresi tidak mmbantu mengurangi pengalaman emosi

negatif, sehingga kemarahan yang dialami individu tidak terselesaikan dan justru

terakumulasi hingga pada tahap intensitas yang cukup tinggi (Gross & John, 2003). Di

samping itu, Frijda (1986, dalam Gross & Thompson, 2007) mengemukakan bahwa emosi

memiliki kualitas imperatif yang dapat mengambil alih kesadaran akan norma-norma sosial

sehingga bisa memicu individu melakukan suatu perilaku abnormal. Pendapat-pendapat

tersebut kemudian menjelaskan bagaimana proses regulasi emosi Kopka berujung pada

keputusan untuk melakukan pemukulan dan penculikan pelaku pembakaran gereja. Gross

dan John (2007) menjelaskan perilaku tersebut dengan pendekatan “throwing everything

you’ve got at it”, yang melihat bahwa pada suatu tahap intensitas emosi tertentu, individu

akan mengekspresikan emosi tersebut sebanyak atau sebesar mungkin.

Dalam penelitian ini, partisipan ketiga, Kopka, menunjukkan lebih banyak

kecenderungan permasalahan emosi dan perilaku terutama perilaku agresif (A.7., B.2.,

Page 38: REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 … · 2017. 1. 21. · REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 NGAWI . OLEH . BERNIKE GRASIKA TAMEDYA. 802009108 . TUGAS

29

C.4., C.7.) dan mengonsumsi minuman beralkohol (A.9.) sebagai bentuk strategi regulasi

emosi. Selain intensitas pengalaman emosional para prajurit di dalam penugasan,

penugasan berganda juga berdampak signifikan meningkatkan potensi terjadinya

permasalahan emosi dan perilaku prajurit (Mental Health Advisory Team 5, 2008; Bliese &

Castro, 2003, dalam Harms et al., 2013). Semakin banyak tugas dan tuntutan yang harus

dilakukan oleh prajurit maka semakin banyak pula stressor yang dihadapi dan semakin

besar pula potensi prajurit mengalami permasalahan emosi dan perilaku. Dalam Tabel 4

dapat diketahui bahwa Kopka mengalami lebih banyak situasi stressful dibandingkan

dengan kedua partisipan lain. Situasi stressful pertama yang dihadapi hanya oleh Kopka

adalah pengalaman kecelakaan dalam perjalanan di medan yang terjal dan curam dengan

risiko terjadi kerusuhan di tengah perjalanan dalam lingkup penugasan pamrahwan (A.8.).

Situasi stressful kedua, Kopka lebih sering melaporkan pengalaman kelelahan karena

selain harus melaksanakan tugas pengamanan, operasi militer, dan pengoperasian senjata

dalam latihan tempur, Kopka juga bertanggungjawab untuk mengemudi dan memastikan

kondisi kendaraan dinas selalu siap dan baik untuk digunakan (A.4., B.2.). Situasi-situasi

stressful tersebut menimbulkan kondisi emosi yang lebih intens dan mengakibatkan

munculnya perilaku agresif sebagai suatu bentuk modifikasi situasi. Kopka melaporkan

bahwa jika ia terus menerus menahan kemarahannya, maka ia akan merasakan rasa tegang

pada leher sakit kepala yang akan meningkatkan intensitas emosi negatifnya sehingga ia

merasa perlu untuk mengekspresikan kemarahannya. Halgin dan Whitbourne (2010)

mencatat bahwa kesakitan fisik juga merupakan distres yang jika intensitasnya menjadi

sangat tinggi dapat mengakibatkan individu sulit berfungsi.

Selain penugasan berganda, terdapat situasi lain yang menimbulkan stressor lebih

banyak bagi Kopka yaitu menurunnya kemampuan fisik (C.3.). Bagi seorang tentara,

Page 39: REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 … · 2017. 1. 21. · REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 NGAWI . OLEH . BERNIKE GRASIKA TAMEDYA. 802009108 . TUGAS

30

kemampuan fisik merupakan hal yang sangat vital dalam melaksanakan tugas-tugas

keprajuritan. Kopka menyadari kemampuan fisiknya semakin menurun mulai sepuluh

tahun terakhir dan kondisi tersebut membuatnya merasa sedih, kecewa serta frustrasi

karena mengakibatkan adanya hambatan untuk mencapai hasil terbaik dalam kegiatan fisik

seperti lari. Kedua partisipan lain tidak melaporkan pengalaman emosi dalam situasi ini,

karena Serma kurang dituntut untuk melakukan kegiatan-kegiatan fisik dan lebih banyak

mengerjakan pekerjaan administratif yang lebih mengandalkan keterampilan tulis-menulis,

sedangkan Pratu yang masih berusia 26 tahun memiliki kemampuan fisik yang sangat

prima. Harms et al. (2013) mencatat bahwa berkurangnya kemampuan fisik juga dapat

timbul sebagai akibat dari pengalaman stressful yang dialami prajurit selama penugasan,

akibat ini juga bisa menjadi suatu situasi stressful baru yang harus dihadapi prajurit seperti

pengalaman Kopka menghadapi kemampuan fisiknya yang menurun karena disebabkan

faktor usia.

Mental Health Advisory Team 5 (2008, dalam Harms et al., 2013) mengemukakan

bahwa kehidupan pernikahan dan keluarga yang suportif berfungsi sebagai protektor yang

dapat meredakan dampak situasi stressful yang dihadapi oleh para prajurit. Erbes et al.

(2011, dalam Harms et al., 2013) menjelaskan lingkungan pernikahan dan keluarga disebut

suportif apabila anggota-anggota keluarga secara aktif melibatkan para prajurit dalam

aktivitas dan interaksi keluarga yang positif. Penjelasan selanjutnya mengemukakan bahwa

lingkungan keluarga yang suportif akan sangat membantu para prajurit terhindar dari

perilaku maladaptif dan potensi pengalaman post traumatic stress disorder. Kurang

suportifnya kehidupan pernikahan dan keluarga dapat memicu tingkat stres yang lebih

tinggi pada prajurit. Situasi ini terjadi pada Kopka yang hidup berjauhan dengan

keluarganya bukan hanya ketika diikutsertakan dalam penugasan yang lokasinya jauh dari

Page 40: REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 … · 2017. 1. 21. · REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 NGAWI . OLEH . BERNIKE GRASIKA TAMEDYA. 802009108 . TUGAS

31

markas kesatuan, melainkan juga dalam rutinitas hariannya karena Kopka menjalani long

distance marriage (C.6.). Kehidupan pernikahan dan keluarga Kopka terbilang kurang

suportif karena partisipan ketiga ini kurang terlibat aktif dengan aktivitas keluarganya.

Kurang berfungsinya kehidupan keluarga sebagai faktor protektif menyebabkan situasi

stressful yang dialami Kopka menjadi lebih intens sehingga lebih berpotensi melakukan

perilaku atau tindakan maladaptif seperti bertindak agresif (A.7., B.2., C.4., C.7.) dan

mengonsumsi minuman beralkohol (A.9.). Serma (P1) berada dalam lingkungan keluarga

yang suportif sedangkan Pratu (P2) terbilang lebih lekat dan mengalami pengalaman

positif dengan rekan-rekan sesama prajurit (C.4.) sehingga berada jauh dari kedua orang

tuanya tidak menimbulkan pengalaman emosi negatif yang stressful. Dari pengalaman

Pratu juga dapat dilihat bahwa lingkungan yang suportif dapat diperoleh prajurit dari

interaksi dengan rekan-rekan kerja, dengan terlibat secara aktif dalam aktivitas dan

interaksi yang positif.

Thompson dan Calkins (1996, dalam Gross & Thompson, 2007) mengemukakan bahwa

tidak ada indikator untuk menyebut suatu bentuk regulasi emosi termasuk positif atau

negatif. Gross dan Thompson dengan orientasi fungsionalisme berpendapat bahwa yang

dinilai dari suatu strategi regulasi emosi adalah efektivitasnya mengarahkan individu

mencapai tujuan sesuai dengan konteks situasi yang dihadapi, meskipun ekspresi strategi

tersebut cenderung berupa perilaku maladaptif. Dalam penelitian ini, partisipan merupakan

personil militer yang berkewajiban menciptakan atau menjaga keamanan situasi sosial,

sehingga diharapkan masing-masing individu menunjukkan ekspresi perilaku strategi

regulasi emosi yang positif. Ketika menghadapi situasi konflik dalam pamrahwan (A.7.),

ketiga partisipan melakukan serangkaian strategi regulasi emosi dan mencapai tujuan

mereka masing-masing, namun Kopka (P3) melakukan perilaku agresif yang kemudian

Page 41: REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 … · 2017. 1. 21. · REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 NGAWI . OLEH . BERNIKE GRASIKA TAMEDYA. 802009108 . TUGAS

32

menciptakan suatu kondisi yang tidak aman, perilakunya kemudian dinilai maladaptif

karena tidak sesuai dengan tanggung jawabnya sebagai personil militer. Sebagai personil

militer, ketika melakukan strategi regulasi emosi, individu tidak hanya perlu

memperhatikan tercapainya kondisi emosi yang diinginkan, tetapi juga selektif dalam

memilih ekspresi perilaku. Dalam situasi ini, Serma (P1) mengembangkan seleksi dan

modifikasi situasi, sedangkan Pratu (P2) melakukan cognitive reappraisal dan problem-

focused coping. Hal ini menunjukkan bahwa dalam memilih strategi regulasi emosi, akan

lebih efektif dan berdampak positif apabila para prajurit mengembangkan strategi kognitif

dan melakukan banyak pertimbangan (appraisal dan evaluasi situasi). Kemampuan

intelektual dan fleksibilitas dalam pengambilan keputusan dengan segera sangat

berpengaruh dalam hal ini, para personil dapat mengoptimalkan kemampuan dan

keterampilan tersebut melalui pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan efektif.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berikut adalah kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian mengenai regulasi emosi

personil Yon Armed 12 Ngawi:

1. Terdapat tiga domain utama dalam kehidupan partisipan sebagai personil Yon

Armed 12 Ngawi dengan situasi-situasi stressful sebagai berikut:

a. Diikutsertakan dalam penugasan pengamanan daerah rawan (pamrahwan) dengan

situasi stressful meliputi menerima pemberitahuan keikutsertaan dalam

penugasan, dituntut untuk selalu siap tempur dalam keadaan apapun, mengikuti

latihan tempur pra penugasan pamrahwan, perjalanan dari markas kesatuan

menuju lokasi penugasan, masa awal berada di lokasi penugasan, mengalami

kejenuhan, menghadapi kerusuhan atau konflik bersenjata, mengalami kecelakaan

dalam perjalanan dinas, berada jauh dari keluarga, ketidaktentuan jadwal

Page 42: REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 … · 2017. 1. 21. · REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 NGAWI . OLEH . BERNIKE GRASIKA TAMEDYA. 802009108 . TUGAS

33

kepulangan dari lokasi penugasan, meninggalkan lokasi penugasan, dan kembali

berada dalam markas kesatuan.

b. Diikutsertakan dalam latihan tempur dengan situasi stressful meliputi menerima

pemberitahuan keikutsertaan dalam latihan tempur, perjalanan dari markas

kesatuan menuju lokasi latihan tempur, mengoperasikan senjata sebenarnya dalam

latihan tempur, dan kelelahan fisik.

c. Menjalankan rutinitas harian dengan situasi stressful meliputi menjalankan

rutinitas tugas harian internal markas kesatuan, berolahraga secara teratur bersama

rekan-rekan kerja, mengalami penurunan kemampuan fisik, relasi interpersonal

dengan rekan kerja dan anggota keluarga, ketidakpuasan terhadap penghasilan

yang diterima serta menilai keseluruhan perjalanan karir sebagai prajurit.

2. Ketika menghadapi situasi stressful yang relevan dengan tujuan yang ingin dicapai,

para partisipan mengalami pengalaman emosional.

3. Para partisipan mengembangkan strategi regulasi emosi meliputi seleksi situasi,

modifikasi situasi, penyebaran atensi distraksi dan konsentrasi, reappraisal dan

modulasi respons suppression dan fisik dengan tujuan utama ialah untuk mencapai

suatu kondisi emosi yang mendukung subjek untuk mencapai tujuannya.

4. Strategi-strategi regulasi emosi dikembangkan terus menerus seperti gerakan

sirkular, karena setelah partisipan mengembangkan suatu strategi, terbentuk suatu

situasi baru yang bersifat stressful, menciptakan pengalaman emosi, dan menuntut

partisipan untuk melakukan regulasi emosi kembali.

5. Strategi regulasi emosi yang dikembangkan oleh subjek dan bentuk perilaku yang

dilakukan dipengaruhi oleh konteks situasi yang dialami dan ketersediaan alternatif

Page 43: REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 … · 2017. 1. 21. · REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 NGAWI . OLEH . BERNIKE GRASIKA TAMEDYA. 802009108 . TUGAS

34

situasi yang diharapkan dapat menciptakan kondisi emosi yang diinginkan atau tidak

diinginkan.

6. Terdapat faktor-faktor yang berfungsi mengurangi dampak situasi stressful dan

meningkatkan efektivitas strategi regulasi emosi serta meminimalisir potensi ekspresi

emosi yang maladaptif. Faktor-faktor yang sebaiknya dikembangkan atau dimiliki

oleh para prajurit adalah

a. Keterampilan mengembangkan strategi problem-focused coping

b. Self-efficacy

c. Pelatihan efektif mengenai pelaksanaan penugasan, terutama pamrahwan,

termasuk pemaparan informasi lengkap mengenai lokasi dan situasi penugasan

sebelum prajurit diikutsertakan dalam penugasan tersebut.

d. Relasi pernikahan, keluarga dan relasi interpersonal dengan rekan-rekan seprofesi

(terutama internal dalam kesatuan/batalyon) yang positif dan suportif. Relasi para

prajurit dengan lingkungan sosialnya disebut suportif apabila dalam lingkungan

tersebut, prajurit sebagai individu dapat terlibat secara aktif dalam setiap aktivitas

dan interaksi yang positif.

7. Para partisipan meregulasi baik emosi negatif maupun emosi positif. Emosi negatif

bersifat menghambat kinerja partisipan sehingga cenderung direduksi, dialihkan atau

disebarkan. Emosi positif berfungsi sebagai motor yang memberikan kekuatan atau

energi yang lebih besar kepada partisipan untuk meraih tujuannya dan juga

dipergunakan untuk mereduksi pengalaman emosi negatif yang dialami, oleh sebab

itu pengalaman emosi positif cenderung dipertahankan dan ditingkatkan

intensitasnya.

Page 44: REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 … · 2017. 1. 21. · REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 NGAWI . OLEH . BERNIKE GRASIKA TAMEDYA. 802009108 . TUGAS

35

8. Salah satu hal unik yang muncul dalam penelitian ini adalah ketiga partisipan

mengembangkan perilaku merokok serta mengonsumsi kafein dan sesekali alkohol

sebagai bentuk distraksi pada beberapa situasi stressful.

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, peneliti memberikan beberapa saran

kepada pihak-pihak terkait, yaitu:

1. Bagi partisipan

a. Partisipan dapat memahami emosi-emosi yang dialami dan mempelajari strategi

regulasi yang sesuai sehingga dapat meningkatkan keberhasilan dalam

menyelesaikan dengan baik tugas-tugas sebagai personil militer.

b. Partisipan dapat mengembangkan keterampilan melakukan strategi problem-

focused coping, self-efficacy, mengikuti pelatihan pra-penugasan dengan penuh

perhatian, serta memiliki relasi yang positif dan suportif dengan keluarga dan

rekan-rekan kerja dalam kesatuan.

2. Bagi keluarga partisipan, anggota keluarga perlu memberikan respons suportif dan

simpatis ketika personil militer sedang menghadapi situasi stressful serta

mengupayakan relasi interpersonal yang positif dan meminimalisir stressor dalam

aktivitas keluarga.

3. Bagi instansi militer, terutama Yon Armed 12 Ngawi

a. Instansi perlu melakukan pemeriksaan terhadap kondisi kesehatan mental para

personil terutama menjelang, saat ditugaskan dan setelah ditugaskan dalam

operasi militer seperti tempur atau pengamanan daerah rawan.

b. Instansi perlu memfasilitasi adaptasi para prajurit setelah kembali dari penugasan

tempur atau pengamanan daerah rawan serta pemeriksaan dan pemulihan kondisi

kesehatan mental apabila diperlukan.

Page 45: REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 … · 2017. 1. 21. · REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 NGAWI . OLEH . BERNIKE GRASIKA TAMEDYA. 802009108 . TUGAS

36

c. Instansi perlu memfasilitasi pelatihan untuk meningkatkan keterampilan para

personil dalam mengenali emosi dan mengembangkan strategi regulasi emosi

dalam situasi stressful. Berdasarkan penelitian ini, olahraga dapat menjadi salah

satu media yang dapat digunakan untuk pelatihan regulasi emosi

d. Instansi perlu memfasilitasi pelatihan untuk meningkatkan fleksibilitas koping

terhadap stres dan self-efficacy para prajurit.

e. Instansi perlu memfasilitasi pelatihan bagi keluarga personil supaya dapat turut

andil memberikan dukungan suportif dan simpatis untuk membantu personil

meregulasi emosi dalam kondisi stressful.

4. Bagi penelitian selanjutnya

a. Peneliti merekomendasikan penelitian selanjutnya mengenai emosi dan regulasi

emosi personil militer dilakukan pada saat partisipan mengalami situasi stressful

atau sesegera mungkin setelah partisipan mengalami situasi tersebut, hal ini

dilakukan untuk meminimalisir degradasi akurasi emosi dan proses regulasi emosi

yang dikembangkan.

b. Peneliti merekomendasikan penelitian selanjutnya mengeksplorasi faktor-faktor

yang memengaruhi personil militer dalam mengembangkan regulasi emosi. Salah

satu variabel yang sangat direkomendasikan adalah self-efficacy prajurit.

c. Peneliti merekomendasikan penelitian selanjutnya mengenai perilaku merokok,

mengkonsumsi alkohol dan kafein pada personil militer sebagai strategi koping

terhadap stres atau regulasi emosi.

Page 46: REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 … · 2017. 1. 21. · REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 NGAWI . OLEH . BERNIKE GRASIKA TAMEDYA. 802009108 . TUGAS

37

DAFTAR PUSTAKA

Baron, R. A. & Byrne, D. (2005). Psikologi sosial edisi kesepuluh jilid 2. Jakarta:

Erlangga.

Diharjo, M. K. (2008). Sumber-sumber konflik di maluku utara (1999-2004). Tersedia di

https://mantrikarno.wordpress.com/2008/06/25/sumber-sumber-konflik-di-maluku-

utara-1999-2004/ pada 6 April 2015.

Ellsworth, P. C. & Scherer, K. R. (2003). Appraisal processes in emotion. In R. J.

Davidson, K. R. Scherer, & H. Goldsmith (Eds.), Handbook of the affective sciences

(pp. 572-595). New York: Oxford University Press.

Gross, J. J. & John, O. P. (2003). Individual differences in two emotion regulation

processes: Implications for affect, relationships, and well-being. Journal of

Personality and Social Psychology, 85, 348-362.

Gross, J. J. & Thompson, R. A. (2007). Emotion regulation conceptual foundation. In J. J.

Gross (Ed.). Handbook of emotion regulation (pp.3-24). New York: Guilford Press.

Halgin, R. P. & Whitbourne, S. K. (2010). Psikologi abnormal perspektif klinis pada

gangguan psikologis edisi 6 buku 1. Jakarta: Salemba Humanika.

Halonen, J. S. & Santrock, J. W. (1999). Psychology contexts and application third edition.

New York: McGraw-Hill.

Harms, P. D., Krasikova, D. V., Vanhoe, A. J., Herian, M. N., & Lester, P. B. (2013).

Stress and emotionan well-being in military organizations. The Role of Emotion and

Emotion Regulation in Job Stress and Well Being, Research in Occupational Stress

and Well Being, 11, 103-132.

Joniansyah. (2013, 2 Desember). Depresi, brigadir jailani hajar warga. Tempo. Tersedia di

http://www.tempo.co/read/news/2013/12/02/064533929/Depresi-Brigadir-Jailani-

Hajar-Warga pada 17 Maret 2014.

Kensing, K. (2014). The most stressful jobs of 2014. Careercast. Retrieved January 11,

2014 from http://www.careercast.com/jobs-rated/most-stressful-jobs-2014

Lane, A. M., Bucknall, G., Davis, P. A., & Beedie, C. J. (2012). Emotion and emotion

regulation among novice military parachutists. Military Psychology, 24, 331-345.

Mambor, V. (2010, 19 Juli). Puluhan kasus KDRT di jayapura libatkan anggota TNI-

POLRI. Tabloid Jubi. Tersedia di http://tabloidjubi.com/2010/07/19/puluhan-kasus-

kdrt-di-jayapura-libatkan-anggota-tni-polri/ pada 26 Maret 2014.

Ochsner, K. N. & Gross, J. J. (2007). Emotion regulation conceptual foundation. In J. J.

Gross (Ed.). Handbook of emotion regulation (pp.87-109). New York: Guilford

Press.

Page 47: REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 … · 2017. 1. 21. · REGULASI EMOSI PERSONIL BATALYON ARTILERI MEDAN 12 NGAWI . OLEH . BERNIKE GRASIKA TAMEDYA. 802009108 . TUGAS

38

Peran, fungsi dan tugas. (t.t). Tentara Nasional Indonesia. Tersedia di

http://tni.mil.id/pages-2-peran-fungsi-dan-tugas.html pada tanggal 11 Februari 2014.

Pourmohamadreza-Tajrishi, M., Azadafallah, P., Hemmati-Garakani, S., Bakhshi, E.

(2015). The effect of problem-focused coping strategy training on psychological

symptoms of mothers of children with down syndrome. Iran J Public Health, 44, 2,

254-262.

Rahayuningsih, E. (2013). Perilaku agresi verbal pada pria dewasa awal dengan

pendekatan pola asuh. (Jurnal tidak diterbitkan). Tersedia di:

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=123265&val=5545 pada 20 Mei

2015.

Rofiuddin. (2013, 14 April). Perwira polisi dilaporkan pacarnya. Tempo. Tersedia di

http://www.tempo.co/read/news/2013/04/14/058473277/Perwira-Polisi-Dilaporkan-

Pacarnya pada 17 Maret 2014.

Sarwono, S. W. (2002). Teori-teori psikologi sosial. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Sugiyono. (2008). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Thompson, R. A. (1994). Emotion regulation: A theme in search of definition.

Monographs of the Society for Research in Child Development, 59, 2/3, 25-52.

Wahyuni, S. (2012). Qualitative research method. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Watson, D. L. & Tharp, R. G. (2007). Self-directed behavior ninth edition. California:

Thomson Wadsworth.