BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, kuku yang disebabkan oleh golongan jamur dermatofita. Dermatofita termasuk kelas Fungi imperfecti yang terbagi dalam tiga genus, yaitu: Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton. 1 Pembagian dermatofitosis yang lebih praktis dan dianut oleh para spesialis kulit adalah yang berdaraskan lokasi. Dengan demikian dikenal bentuk-bentuk tinea capitis, tinea barbe, tinea cruris, tinea pedis et manum, tinea unguium, tinea corporis. 1 Tinea capitis atau infeksi jamur kulit kepala disebabkan oleh Microsporum gypseum (geofilik), Microsporum ferrugineum (antropofilik) dan Trichophyton mentagrophytes (zoofilik yang dijumpai pada hewan kucing, anjing, sapi, kambing, babi, kuda, binatang pengerat dan kera) 10 .yang menyerang folikel rambut dari kulit kepala dan kulit disekitarnya Kelainan ini dapat ditandai dengan lesi bersisik, kemerah-merahan, alopesia dan kadang terjadi gambaran klinis yang lebih berat 1,2 Insiden penyakit ini sepertinya meningkat di Amerika utara dan Eropa. Di Negara seperti Ethopia, dimana akses perawatan medis yang sulit tingkat infeksi telah mencapai lebih dari 1
refrat tinea capitis dm fk uwks rsud dr. moh saleh probolinggo 2013
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya
stratum korneum pada epidermis, rambut, kuku yang disebabkan oleh golongan jamur
dermatofita. Dermatofita termasuk kelas Fungi imperfecti yang terbagi dalam tiga genus,
yaitu: Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton. 1
Pembagian dermatofitosis yang lebih praktis dan dianut oleh para spesialis kulit adalah
yang berdaraskan lokasi. Dengan demikian dikenal bentuk-bentuk tinea capitis, tinea barbe,
tinea cruris, tinea pedis et manum, tinea unguium, tinea corporis.1
Tinea capitis atau infeksi jamur kulit kepala disebabkan oleh Microsporum gypseum
(geofilik), Microsporum ferrugineum (antropofilik) dan Trichophyton mentagrophytes
(zoofilik yang dijumpai pada hewan kucing, anjing, sapi, kambing, babi, kuda, binatang
pengerat dan kera)10.yang menyerang folikel rambut dari kulit kepala dan kulit disekitarnya
Kelainan ini dapat ditandai dengan lesi bersisik, kemerah-merahan, alopesia dan kadang
terjadi gambaran klinis yang lebih berat 1,2
Insiden penyakit ini sepertinya meningkat di Amerika utara dan Eropa. Di Negara seperti
Ethopia, dimana akses perawatan medis yang sulit tingkat infeksi telah mencapai lebih dari
25%. Pathogen yang dominan bervariasi sesuai lokasi geografis.5
Insidens tinea kapitis dibandingkan dermatomikosis lain di Medan adalah 0,4% (1996 -
1998), RSCM Jakarta 0,61 - 0,87% (1989 - 1992), Manado 2,2 - 6% (1990 - 1991) dan
Semarang 0,2%.5.Di Surabaya kasus baru tinea kapitis antara tahun 2001 - 2006 insidennya
dibandingkan kasus baru dermatomikosis di Poli Dermatomikosis URJ Kulit dan Kelamin
RSU Dr. Soetomo antara 0,31% - 1,55%. Pasien tinea kapitis terbanyak pada masa anak-anak
< 14 tahun 93,33% anak laki-laki lebih banyak (54,5%) dibanding anak perempuan (45,5%).
Di Surabaya tersering tipe kerion (62,5%) daripada tipe Gray Patch (37,5%). Tipe Black dot
tidak diketemukan. 10
1
Di dalam klinik tinea kapitis dapat dilihat sebagai tiga bentuk yang jelas adalah Grey
patch ringworm, kerion, dan black dot ringworm. Diagnosa ditegakkan berdasarkan gambaran klinis,
pemeriksaan dengan lampu wood dan pemeriksaan mikroskopik rambut langsung dengan KOH. Diagnosis
laboratorium dari dermatofitosis tergantung pada pemeriksaan dan kultur dari kikisan lesi.Infeksi pada rambut
ditandai dengan kerusakan yang ditemukan pada pemeriksaan. 1 Ada beberapa penyakit pada kulit
kepala yang dapat dijadikan sebagai diagnosa banding tinea kapitis, yaitu alopesia areata
rambut bagian pinggir, dermatitis seboroik, trikotilomania.
Pengobatan standar tinea kapitis di amerika serikat masih menggunakan grisofulvin,
triazole oral (itrakonazole, flukonazol) dan terbinafin merupakan antijamur yang aman,
efektif dan memiliki keuntungan karena durasi pengobatan yang lebih pendek.3
Sering kali pada praktek di rumah sakit, manifestasi dari tinea capitis didiagnosa dengan
penyakit lain, seperti alopesia areata, dermatitis seboroik, cellulitis, furungkel, karbunkel,
folikulitis dan psoriasis. Sehingga hal ini menarik untuk dibahas lebih lanjut.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui definisi dari Tinea Capitis
2. Mengetahui faktor predisposisi Tinea Capitis
3. Mengetahui klasifikasi Tinea Capitis
4. Memahami pathogenesis dari bentuk-bentuk tinea capitis
5. Dapat mendiagnosis dan mengelola tinea capitis
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Tinea kapitis adalah kelainan pada kulit kepala yang disebabkan oleh jamur dermatofit
Trichophyton tonsuran dan Microsporum canis yang menyerang folikel rambut dari kulit kepala
dan kulit disekitarnya. Tinea kapitis biasanya terjadi terutama pada anak – anak, meskipun ada
juga kasus pada orang dewasa yang biasanya terinfeksi Trichophyton tonsurans. Tinea kapitis
juga dapat dilihat pada orang dewasa dengan AIDS. 2,3,4
2.2 Epidemiologi
Insiden penyakit ini sepertinya meningkat di Amerika utara dan Eropa. Di Negara seperti
Ethopia, dimana akses perawatan medis yang sulit tingkat infeksi telah mencapai lebih dari 25%.
Pathogen yang dominan bervariasi sesuai lokasi geografis. Di Amerika utara dan Inggris jamur
antropolitik seperti Trichophiton tonsurans ditemukan pada 90% kasus. Jamur zoofilik seperti
Microsporum canis ditemukan di Eropa, terutama di Mediterania dan Eropa tengah.5
Insidens tinea kapitis dibandingkan dermatomikosis lain di Medan adalah 0,4% (1996 -
1998), RSCM Jakarta 0,61 - 0,87% (1989 - 1992), Manado 2,2 - 6% (1990 - 1991) dan Semarang
0,2%.5.Di Surabaya kasus baru tinea kapitis antara tahun 2001 - 2006 insidennya dibandingkan
kasus baru dermatomikosis di Poli Dermatomikosis URJ Kulit dan Kelamin RSU Dr. Soetomo
antara 0,31% - 1,55%. Pasien tinea kapitis terbanyak pada masa anak-anak < 14 tahun 93,33%
anak laki-laki lebih banyak (54,5%) dibanding anak perempuan (45,5%). Di Surabaya tersering
tipe kerion (62,5%) daripada tipe Gray Patch (37,5%). Tipe Black dot tidak diketemukan. 10
2.3 Patogenesis
o Infeksi ektotrik (diluar rambut)
Infeksinya khas di stratum korneum perifolikulitis, menyebar sekitar batang
rambut dan dibatang rambut bawah kutikula dari pertengahan sampai akhir anagen saja3
3
sebelum turun ke folikel rambut untuk menembus kortek rambut. Hifa-hifa intrapilari
kemudian turun ke batas daerah keratin, dimana rambut tumbuh dalam keseimbangan
dengan proses keratinisasi, tidak pernah memasuki daerah berinti. Ujung-ujung hifa-hifa
pada daerah batas ini disebut Adamson’s fringe, dan dari sini hifa-hifa berpolifrasi dan
membagi menjadi artrokonidia yang mencapai kortek rambut dan dibawa keatas pada
permukaan rambut. Rambut-rambut akan patah tepat diatas fringe tersebut, dimana
rambutnya sekarang menjadi sangat rapuh sekali.Secara mikroskop hanya artrokonidia
ektotrik yang tampak pada rambut yang patah,walaupun hifa intrapilari ada juga.10
o Infeksi endotrik (didalam rambut)
Kruang lebih sama dengan dengan ektotrik kecuali kutikula tidak terkena dan
artrokonidia hanya tinggal dalam batang rambut menggantikan keratin intrapilari dan
meninggalkan kortek yang intak. Akibatnya rambutnya sangat rapuh dan patah pada
permukaan kepala dimana penyanggah dan dinding folikuler hilang meninggalkan titik
hitam kecil (black dot). Infeksi endotrik juga lebih kronis karena kemampuannya tetap
berlangsung di fase anagen ke fase telogen. 10
2.4 Manifestasi Klinik
Ada 3 bentuk klinis tinea kapitis (Rippon, 1970 dan Conant dkk, 1971)1,6
1. Grey patch ringworm
Merupakan tinea kapitis yang biasanya disebabkan oleh genus Microsporum dan
sering ditemukan pada anak-anak.
Umumnya pasien datang dengan keluhan rasa gatal dan rambut mudah patah.
Penyakit ini dimulai dengan papul merah kecil di sekitar rambut. Biasanya ada skuama,
tetapi keradangan minimal.1,10 Papul ini melebar dan membentuk bercak, yang menjadi
pucat dan bersisik. Warna rambut menjadi abu-abu dan tidak berkilat lagi. Rambut
mudah patah dan terlepas dari akarnya, sehingga mudah dicabut tanpa rasa nyeri. Semua
rambut di daerah yang terserang jamur bisa membentuk alopesia setempat. Tempat-
tempat tersebut terlihat sebagai grey patch. Namun grey patch yang terlihat sebagian
tidak menunjukkan batas jelas.1 Seringkali lesinya tampak satu atau beberapa daerah yang
berbatas jelas pada daerah oksiput atau leher belakang.10
4
Kesembuhan spontan biasanya terjadi pada infeksi Microsporum. Ini
berhubungan dengan mulainya masa puber yang terjadi perubahan komposisi sebum
dengan meningkatnya asam lemak-lemak yang fungistatik, bahkan asam lemak yang
berantai medium mempunyai efek fungistatik yang terbesar. Juga bahan wetting
(pembasah) pada shampo merugikan jamur seperti M. audouinii. 11
Gambar 1: Grey Patch Ringworm
2. Kerion
Biasanya terlihat pada jamur ektotrik zoofilik (M. canis) atau geofilik
(M.gypseum). Merupakan reaksi peradangan yang berat pada tinea kapitis, berupa
pembengkakan yang menyerupai sarang lebah dengan sebukan sel radang yang padat
disekitarnya. Keradangannya mulai dari folikulitis pustula sampai kerion yaitu
pembengkakan yang dipenuhi dengan rambut-rambut yang patah-patah dan lubang-
lubang folikular yang mengandung pus. 10 Bila penyebabnya Microsporum canis dan
Microsporum gypseum, pembentukan kerion ini lehih sering dilihat. Agak kurang bila
penyebabnya Tricophyton tonsurans, dan sedikit sekali bila penyebabnya adalah
Tricophyton violaceum. Kelainan ini dapat menimbulkan jaringan parut dan berakibat
alopesia yang menetap. Jaringan parut yang menonjol kadang – kadang dapat terbentuk.1
Lesi keradangan biasanya gatal dan dapat nyeri, limfadenopati servikal, panas badan dan
lesi tambahan pada kulit halus.10
5
Gambar 2: Kerion
3. Black dot ringworm
Terutama disebabkan oleh Trichophyton tonsurans dan Tricophyton violaceum.
Gambaran klinisnya menyerupai kelainan yang disebabkan oleh genus Microsporum.
Rambut yang terkena infeksi mudah patah, tepat pada muara folikel dan yang tertinggal
adalah ujung rambut yang penuh spora. Ujung rambut yang hitam di dalam folikel rambut
ini member gambaran khas yaitu black dot. Ujung rambut yang patah, kalau tumbuh
kadang – kadang masuk ke bawah permukaan kulit. Dalam hal ini perlu dilakukan irisan
kulit untuk mendapat bahan biakan jamur.1
Biasanya disertai skuama yang difus, tetapi keradangannya bervariasi dari
minimal sampai folikulitis pustula atau lesi seperti furunkel sampai kerion. Daerah yang
terkena biasanya banyak atau poligonal dengan batas yang tidak bagus, tepi seperti jari-
jari yang membuka. Rambut-rambut normal biasanya masih ada dalam alopesianya.10
Gambar 3: Black Dot Ringworm
4. Favus
Favus, atau nama lainnya tinea favosa, adalah suatu infeksi dermatofita kronis
yang biasanya disebabkan oleh Trichophyton schoenleinii. Jarang ditemukan favus yang
disebabkan oleh Trichophyton violaceum, Trichophyton mentagrophytes var
quinckeanum, or Microsporum gypseum. Favus biasanya menyerang rambut di kepala
tapi juga menyerang glabella dan kuku. Causative agent dari favus yang menyerang tikus
6
adalah T.mentagrophytes var quinckeanum, dan juga Trichophyton quinckeanum, yang
dapat menyebabkan favus pada manusia walaupun jarang terjadi.13
Favus biasanya dimulai pada scalp, sering terjadi pada masa kanak-kanak dan
bertahan disana beberapa tahun tanpa gejala yang berupa plak berkrusta. Berdasarkan
tingkat keparahannya, favus dibagi dalam 3 stadium yaitu:
Stadium pertama: hanya tampak eritema di kulit kepala yang terlihat, biasanya
disekitar folikel rambut. Rambut tidak rontok ataupun patah.
Stadium kedua: tampak mulainya kerontokan rambut.
Stadium ketiga: stadium terparah karena melibatkan area scalp yang luas, kerontokan
rambut yang berkepanjangan, strofi dan munculnya jaringan parut. Munculnya
scutula baru pada tepi plak sering terjadi.
Bentuk khas dari scutulum adalah kerak cangkir berwarna kuning yang
mengelilingi rambut dan menembus pusat. Scutula membentuk plak padat, masing-
masing terdiri dari miselia dan puing-puing epidermis.Seringkali, infeksi bakteri
sekunder terjadi pada plak.Penghapusan Plak meninggalkan basis eritematosa
lembab.Massa padat kerak kuning mungkin soliter atau banyak, dan pada pasien yang
terkena dampak parah, melibatkan seluruh kulit kepala.Bau biasanya hadir. Kulit berbulu
mungkin menunjukkan krusta kuning serupa.13
Pada kulit berbulu, favus adalah letusan papulovesikular dan papulosquamous di
mana scutula khas mungkin jelas.Sebagai sebuah onikomikosis, favosa tinea menyerupai