BAB I PENDAHULUAN Infeksi jamur dapat bersifat superfisial, subkutan, atau sistemik, tergantung dari karakteristik organisme dan pejamu. Dapat dibagi menjadi infeksi jamur yang dapt menginduksi respon inflamasi seperti yang disebabkan oleh dermatofit, dan infeksi jamur yang tidak menghasilkan reaksi inflamasi sampai minimal, seperti yang disebabkan oleh piedra (Verma, 2008). Infeksi jamur superfisial meliputi dermatofitosis, candidosis, dan berbagai infeksi non dermatofit pada kulit dan kuku, seperti dermatomikosis yang disebabkan oleh spesies Scytalidium dan onikomikosis yang disebabkan oleh cendawan non dermatofit lainnya. Beberapa jenis fungi yang dapat menyebabkan infeksi ini dapat ditemukan di lingkungan, tetapi lainnya, seperti Candida albicans dan Malassezia spp., tergantung pada manusia sebagai pejamu serta merupakan bagian dari flora normal di kulit dan organ pencernaan (Hay, 2010). 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
Infeksi jamur dapat bersifat superfisial, subkutan, atau sistemik,
tergantung dari karakteristik organisme dan pejamu. Dapat dibagi menjadi infeksi
jamur yang dapt menginduksi respon inflamasi seperti yang disebabkan oleh
dermatofit, dan infeksi jamur yang tidak menghasilkan reaksi inflamasi sampai
minimal, seperti yang disebabkan oleh piedra (Verma, 2008).
Infeksi jamur superfisial meliputi dermatofitosis, candidosis, dan
berbagai infeksi non dermatofit pada kulit dan kuku, seperti dermatomikosis yang
disebabkan oleh spesies Scytalidium dan onikomikosis yang disebabkan oleh
cendawan non dermatofit lainnya. Beberapa jenis fungi yang dapat menyebabkan
infeksi ini dapat ditemukan di lingkungan, tetapi lainnya, seperti Candida
albicans dan Malassezia spp., tergantung pada manusia sebagai pejamu serta
merupakan bagian dari flora normal di kulit dan organ pencernaan (Hay, 2010).
Dermatofit termasuk pengelompokan jamur secara taksonomis.
Kelompok ini mampu membentuk perlekatan dengan keratin dan
menggunakannya sebagai sumber nutrisi sehingga mempermudah kolonisasi pada
jaringan yang mengandung keratin, seperti stratum korneum epidermis, rambut,
kuku, dan jaringan tanduk pada hewan (Verma, 2008).
Dermatofitosis disebabkan oleh jamur golongan Microsporum,
Trichophyton dan Epidermophyton. Organisme-organisme ini adalah yang disebut
dengan kelompok dermatofit, merupakan bagian dari jamur tanah patogen bersifat
1
keratinofilik. Microsporum dan Trichophyton adalah patogen manusia dan hewan.
Epidermophyton adalah patogen manusia. Sistem klasifikasi dermatofit yang
tersering digunakan adalah Zoofilik, Antropofilik, dan Geofilik. Sistem klasifikasi
ini juga berkaitan dengan patofisiologinya. Dapat dilihat di bawah ini :
a. Zoofilik : dermatofit yang banyak ditemukan pada hewan, tetapi
dapat ditransmisikan ke manusia
b. Antropofilik : dermatofit yang terutama ditemukan pada manusia dan
sangat jarang ditransmisikan ke hewan.
c. Geofilik : dermatofit yang banyak ditemukan di tanah. Dapat
menginfeksi hewan dan manusia.
(Institute for International Cooperation in Animal Biologics, 2005)
Distribusi geografis dan pejamu berbagai jenis dermatofit dapat dilihat pada tabel
di bawah ini :
2
Sumber : Hay, 2010
Pada spesies antropofilik, infeksi akan mengakibatkan reaksi radang
ringan dan kronis serta kambuh-kambuhan. Spesies zoofilik dan geofilik
mengakibatkan reaksi radang hebat, akut, dan sembuh sepenuhnya serta jarang
kambuh. Manifestasi reaksi radang sendiri tegantung pada tempat infeksi,
imunitas penderita, vilus folikel sebagai reservoir hingga sering kambuh, Hanya di
lapisan keratin oleh karena adanya serum faktor penghambat jamur dermatofit
memasuki ruangan ekstravaskuler yang berfungsi melindungi jaringan sehingga
mencegah penetrasi ke lapisan lebih dalam (Suyoso, 2005).
Tinea kapitis, atau juga diebut scalp ringworm, adalah infeksi jamur
superfisial pada kulit kepala, alis mata, dan bulu mata. Dapat disebabkan oleh
semua jenis dermatofit kecuali Epidermophyton floccususm dan Trycophyton
concentricum (James, 2002). Lebih dari 90% kasus tinea kapitis disebabkan oleh
Tricophyton tonsurans, yaitu jamur yang menginfeksi rambut dan dapat
3
menyebabkannya menjadi mudah patah. (Fort Carson Army Hospital, 2000).
Tinea kapitis banyak ditemukan padan anak-anak berusia kurang dari 10 tahun,
kejadian terbanyak adalah pada rentang usia 3-7 tahun. Predileksi usia ini diyakini
sebagai akibat dari adanya pityrosporum orbiculare yang merupakan flora normal,
serta dari properti fungistatik rantai pendek dan medium pada asam lemak sebum
pubertal. Insidensi spesies fungi spesifik pada tinea kapitis juga memiliki variasi
terhadap jenis kelamin, seperti ketika organisme kausatif adalah Microsporum
andouinii, anak laki-laki lebih banyak terkena daripada perempuan dengan
perbandingan 5:1. Jika organisme kausatif adalah spesies Trycophyton, wanita
dewasa lebih banyak terkena daripada laki-laki (Dayel, 2004).
Tinea kapitis dapat ditemukan dengan beberapa pola klinis, tergantung
pada tipe organisme, tipe invasi rambut, tingkat resistensi pejamu, dan derajat
respon inflamasi. Secara umum, terdapat variasi luas manifestasi klinis, termasuk
status karier asimtomatis. Variasi tersebut dapat berupa few dull, broken off hair
dengan skuama ringan sampai berat, nyeri, dan masa inflamatorik. Pada semua
tipe, tanda cardinal yang khas adalah alopesia dengan beberapa derajat inflamasi.
Limfadenopati servikal atau oksipital dapat ditemukan pada semua tipe tinea
kapitis. Manifestasi klinis yang umum dijumpai adalah :
a. Non-inflamatori atau grey patch
Pola klinis ini terutama disebabkan oleh M.audouinii dan M.ferrugineum.
Penyakit ini disebabkan oleh invasi rambut ectothrix. Lesi berawal dengan
papula eritematosa yang mengelilingi batang rambut; akhirnya menyebar
secara sentrifugal, mengenai folikel rambut di sekitarnya. Biasanya lesi terdiri
dari macula dengan alopesia parsial, bentuk sirkuler, menunjukkan rambut
4
yang patah, berwarna keabuan, dan rapuh. Juga terdapat skuama yang jelas
dengan inflamasi minimal. Pada infeksi M.canis, gambarannya juga sama
tetapi dengan tanda inflamasi yahng lebih jelas.
b. Black dot dan tipe seperti seboroik
Pola klinis ini terutama disebabkan oleh M.audouinii dan M.ferrugineum.
Penyakit ini disebabkan oleh invasi rambut ectothrix. Lesi berawal dengan
papula eritematosa yang mengelilingi batang rambut; akhirnya menyebar
secara sentrifugal, mengenai folikel rambut di sekitarnya.
c. Kerion
Tipe tinea kapitis inflamatorik, disebabkan oleh organisme zoofilik seperti
T.verrucosum dan T.mentogrophyte atau geofilik seperti M.gypseum.
Manifestasi khas adalah sangat nyeri, terdapat masa, dengan kerapuhan
rambut. Reaksi diperkirakan sebagai akibat hipersensitivitas tipe lambat.
d. Favus
Merupakan pola tinea kapitis yang jarang dijumpai. Disebabkan oleh
T.schonleini. Organisme ini dapat menyerang kulit dan kuku.
(Dayel, 2004)
5
BAB II
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
Nama : An. S
Jenis Kelamin : laki-laki
Umur : 7 tahun
Alamat : Sumobito - Jombang
Agama : Islam
Status Perkawinan : belum kawin
Pendidikan Terakhir : SD
Pekerjaan : pelajar
Suku Bangsa : Jawa
Tanggal Pemeriksaan : 5 Maret 2013
II. Anamnesis
Keluhan Utama : timbul borok di kepala
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poli kulit dan kelamin dengan keluhan
utama timbul borok warna cokelat di kepala sejak 1 bulan yang
lalu, makin melebar. Terasa agak gatal dan lama-kelamaan rambut
di sekitar borok tersebut makin rapuh dan mudah rontok. Pada area
borok dan tepi-tepinya tampak botak. Sudah berobat ke puskesmas,
dan diberi obat minum (lupa nama obatnya), keluhan tidak
6
berkurang. Sudah pernah diberi obat salep yang dibeli sendiri di
toko.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Tidak pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya.
DM (-)
HT (-)
Riwayat Atopi (-)
Riwayat Penyakit Keluarga :
(-)
Riwayat Sosial :
Higiene, seperti kebiasaan mandi dan cuci rambut kurang terjaga. Ada