BAB IPENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Lupus merupakan penyakit autoimun kronis dimana terdapat
kelainan sistem imun yang menyebabkan peradangan pada beberapa
organ dan sistem tubuh. Mekanisme sistem kekebalan tubuh tidak
dapat membedakan antara jaringan tubuh sendiri dan organisme asing
(misalnya bakteri, virus) karena autoantibodi (antibodi yang
menyerang jaringan tubuh sendiri) diproduksi tubuh dalam jumlah
besar dan terjadi pengendapan kompleks imun (antibodi yang terikat
pada antigen) di dalam jaringan.
Manifestasi dapat berbeda dari satu pasien dengan pasien lainnya
tergantung dari target organ yang terkena. Gejala yang timbul dapat
menyerupai penyakit lain seperti multiple sclerosis, arthritis
reumathoid, atau bahkan demam berdarah, sehingga sering menyulitkan
dalam penegakkan diagnosa.
Para tenaga medis sangat berhati-hati dalam mendiagnosa lupus,
pemeriksaan status sistem imun yang lengkap dan menyeluruh,
termasuk mengetahui seluruh riwayat penyakit pasien mutlak
diperlukan sebelum diagnosa lupus ditegakkan.
Perkembangan penelitian penyebab dan pengobatan Lupus di dunia
cukup menjanjikan dalam 3 dekade terakhir, terlihat bahwa
pendekatan pengobatan mulai berubah, diagnosa dini mulai dapat
ditegakkan, manifestasi penyakit pada sebagian besar pasien mulai
dapat dikontrol sehingga jumlah dan jenis obat-obatan yang
dikonsumsi dapat dikurangi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Definisi
Lupus Eritematosus Sistemik (SLE) adalah suatu penyakit autoimun
menahun yang menimbulkan peradangan dan bisa menyerang berbagai
organ tubuh, termasuk kulit, persendian dan organ dalam.
2.2Etiologi
Telah diketahui secara luas bahwa penyebab lupus dapat
dikategorikan dalam 3 faktor yaitu: genetik, hormonal dan
lingkungan. Namun sampai saat ini masih menjadi perdebatan faktor
mana yang manjadi penyebab utama sehingga masih menjadi fokus utama
penelitian.1. Genetik
Tidak diragukan bahwa lupus terkait dengan faktor genetik. Orang
yang mempunyai riwayat keluarga dengan lupus memiliki 3-10% risiko
menderita penyakit tidak terbatas hanya Lupus, tapi juga penyakit
auoimun lainnya seperti arthritis reomathoid atau Sjorgens
Syndrome. Pada kembar identik, risiko lupus meningkat menjadi 25%
pada saudara kembar dari pasien yang menyandang lupus.2. Hormon
Penyandang lupus wanita:pria adalah 9:1. Dan sebagian besar
penyandang wanita adalah mereka dalam usia produktif. Hal ini
diduga disebabkan oleh faktor hormonal. Estrogen terbukti sebagai
hormon yang mempengaruhi aktifnya lupus dalam penelitian hewan baik
secara invitro maupun invivo. Sehingga harus benar-benar
dipertimbangkan pemberian terapi hormon dan alat kontrasepsi yang
mengandung estrogen pada Odapus.3. Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan diduga berperan kuat mencetuskan
lupus, diantaranya adalah: infeksi, zat kimia, racun, rokok dan
sinar matahari. Infeksi Beberapa infeksi diduga menyebabkan lupus,
salah satu penyebab terkuat adalah EBV (Epstein-Barr Virus), virus
penyebab demam kelenjar (mononucleosis). Sebagian besar odapus
tercatat pernah terinfeksi virus ini dalam riwayat penyakitnya. Hal
ini dapat dibuktikan bahwa system imun mulai terganggu saat
berusaha menyerang EBV juga menyerang sel tubuhnya sendiri.
Sehingga proses tersebut diduga kuat berhubungan dengan penyebab
lupus.
Zat kimia dan racun
Beberapa penelitian membuktikan bahwa paparan terhadap zat kimia
dan racun termasuk pekerjaan yang berhubungan silika.
MerokokAkhir-akhir ini, merokok telah terbukti berhubungan
dengan munculnya lupus. Merokok juga meningkatkan risiko penyakit
autoimun lainnya seperti arthritis reumathoid dan multiple
sclerosis. Sinar matahariPaparan terhadap ultraviolet telah
terbukti dapat menyebabkan perburukan manifestasi lupus. Yaitu
menyebabkan timbulnya ruam kulit dan munculnya gejala lupus pada
organ lainnnya. Menghindari sinar matahari dan menggunaka tabir
surya (sun block) adalah hal yang tidak mudah namun mutlak harus
dilakukan oleh odapus karena sangat bermanfaat.2.3Patogenesis
Interaksi gen-lingkungan menghasilkan respons imun abnormal yang
menghasilkan autoantibodi patogen dan deposisi kompleks imun pada
jaringan, komplemen aktif menyebabkan inflamasi dan lama kelamaan
mengakibatkan kerusakan organ irreversible.2.4Gejala
Jumlah dan jenis antibodi pada lupus, lebih besar dibandingkan
dengan pada penyakit lain dan antibodi ini (bersama dengan faktor
lainnya yang tidak diketahui) menentukan gejala mana yang akan
berkembang. Karena itu gejala dan beratnya penyakit, bervariasi
pada setiap penderita.a. Otot dan kerangka tubuh
Hampir semua penderita lupus mengalami nyeri persendian dan
kebanyakan menderita arthritis. Persendian yang sering terkena
adalah persendian pada jari tangan, pergelangan tangan dan lutut.
Kematian jaringan pada tulang panggul dan bahu sering merupakan
penyebab dari nyeri didaerah tersebut.b. Kulit
Ditemukan ruam kupu-kupu pada tulang pipi dan pangkal hidung.
Ruam ini biasanya akan semakin memburuk jika terkena sinar
matahari.c. Ginjal
Adanya penimbunan protein didalam sel-sel ginjal, tetapi hanya
505 yang menderita nefritis lupus (peradangan ginjal yang
menetap).d. Sistem saraf
Yang paling sering ditemukan adalah disfungsi mental yang
sifatnya ringan, tetapi kelainan bis aterjadi pada bagian manapun
dari otak, korda spinalis maupun sistem saraf. Kejang, psikosa,
sindroma otak organik dan sakit kepal merupakan beberapa kelainan
sistem saraf yang bisa terjadi.e. Darah
Bisa berbentuk bekuan darah di dalam vena maupun arteri, yang
bisa menyebabkan stroke dan emboli paru. Jumlah trombosit berkurang
dan tubuh membentuk antibodi yang melawan faktor pembekuan darah
yang bisa menyebabkan perdarahan yang berarti. Seringkali terjadi
anemia akibat penyakit menahun.f. Jantung
Peradangan berbagai bagian jantung bisa terjadi seperti
perikarditis, endokarditis maupun miokarditis. Nyeri dada dan
aritmia bisa terjadi sebagai akibat dari keadaan tersebut.g.
Paru-paru
Pada lupus bisa terjadi pleuritis (peradangan selaput paru) dan
efusi pleura (penimbunan cairan antara paru dan pembungkusnya).
Akibatnya dari keadaan tersebut sering timbul nyeri dada dan sesak
nafas.
Gejala dari penyakit lupus :
Demam Lemah Merasa tidak enak badan Penurunan berat badan Ruam
kulit Ruam kupu-kupu Ruam kulit yang diperburuk oleh sinar matahari
Sensitif terhadap sinar matahari Pembengkakan dan nyeri persendian
Pembengkakan kelenjar Nyeri otot Mual dan muntah Nyeri dada
pleuritik Kejang Psikosa2.5Diagnosa
Diagnosa lupus ditegakkan berdasarkan ditemukannya 4 dari 11
gejala lupus yang khas, yaitu :1. Butterfly rash - ruam merah
berbatas tegas di daerah wajah dan leher2. Discoid rash - bercak
merah dikulit yang berhubungan dengan scalling dan penyumbatan
folikel rambut
3. Photosensitivity ruam kulit kemerahan setelah terpapar sinar
matahari
4. Mucosal ulcers sariawan-sariawan kecil di daerah mukosa
rongga mulut dan hidung5. Serositis peradangan di lapisan serosa
paru-paru, jantung, dan dinding perut6. Arthritis peradangan sendi,
merupakan manifestasi yang paling sering timbul7. Renal disorder
gangguan ginjal, biasanya terdeteksi dari pemeriksaan darah rutin
dan analisis urin
8. Neurological disorder gangguan sistem saraf, gejala dapat
berupa kejang atau psikosa
9. Haematological disorder gangguan sel darah, dapat
bermanifestasi sebagai: anemia hemolitik, leukopenia, limfopenia,
trombositopenia
10. Immunological disorder kelainan hasil pemeriksaan LE cells,
anti- DNA dan antibody anti-Sm
11. Anti-Nuclear Antibody (ANA test) sebagai pertanda aktifnya
Lupus bila ditemukan dalam darah pasien.2.6Pemeriksaan
Penunjang1.Hemoglobin, lekosit, hitung jenis sel, laju endap darah
(LED)
2.Urin rutin dan mikroskopik, protein kwantitatif 24 jam, dan
bila diperlukan kreatinin urin.
3.Kimia darah (ureum, kreatinin, fungsi hati, profil lipid)
4.PT, aPTT pada sindroma antifosfolipid
5.Serologi ANA, anti-dsDNA, komplemen (C3,C4))
6.Foto polos thorax
-Pemeriksaan hanya untuk awal diagnosis, tidak diperlukan untuk
monitoring.
-Setiap 3-6 bulan bila stabil
-Setiap 3-6 bulan pada pasien dengan penyakit ginjal aktifANA,
antibodi antinuklear; PT/PTT, protrombin time / partial
tromboplastin time Pemeriksaan tambahan lainnya tergantung dari
manifestasi SLE. Waktu pemeriksaan untuk monitoring dilakukan
tergantung kondisi klinis pasien.2.7Diagnosa Banding
Artritis reumatika Dermatomiosis Purpura trombositopenia
2.8Penatalaksanaan
1.NSAID (Non Steroid Anti-Inflamasi Drugs)
NSAIDs adalah obat anti inflamasi non steroid) merupakan
pengobatan yang efektif untuk mengendalikan gejala pada tingkatan
ringan, tapi harus digunakan secara hati-hati karena sering
menimbulkan efek samping peningkatan tekanan darah dan merusak
fungsi ginjal. Bahkan beberapa jenis NSAID dapat meningkatkan
resiko serangan jantung dan stroke. Obat tersebut dapat juga
mengganggu ovulasi dan jika digunakan dalam kehamilan (setelah 20
minggu), dapat mengganggu fungsi ginjal janin.2.Kortikosteroid
Penggunaan dosis steroid yang tepat merupakan kunci utama dalam
pengendalian lupus. Dosis yang diberikan dapat terlalu rendah untuk
pengendalian penyakit, namun kesalahan yang sering terjadi adalah
pemberian dosis terlalu tinggi dalam waktu terlalu lama.
Osteoporosis yang disebabkan oleh steroid adalah masalah yang
umumnya terjadi pada Odapus. Sehingga dibutuhkan penatalaksanaan
osteoprotektif seperti pemriksaan serial kepadatan tulang dan
obat-obat osteoprotektif yang efektif seperti kalsium dan
bifosfonat. Terapi hormon tidak lagi digunakan untuk pencegahan
atau pengobatan osteoporosis karena meningkatkan risiko kanker
payudara dan penyakit jantung. Bifosfonat tidak baik digunakan
selama kehamilan dan dianjurkan bahwa kehamilan harus ditunda
selama enam bulan setelah penghentian bifosfonat.
Peningkatan risiko terserang infeksi merupakan perhatian utama
dalam terapi steroid, terutama pada mereka yang juga mengkonsumsi
obat imunosupresan.
Steroid juga dapat memperburuk hipertensi, memprovokasi diabetes
dan memiliki efek buruk pada profil lipid yang mungkin
berkontribusi pada meningkatnya kematian akibat penyakit
jantung.
Steroid dosis tinggi meningkatkan risiko pendarahan
gastrointestinal dan terjadi pada pada dosis yang lebih rendah jika
digunakan bersama NSAID.
Osteonekrosis (nekrosis avaskular) juga cukup umum pada lupus
dan tampaknya terkait terutama dengan penggunaan steroid oral dosis
tinggi atau metilprednisolon intravena.
Meskipun memiliki banyak efek samping, obat kortikisteroid tetap
merupakan obat yang berperan penting dalam pengendalian aktifitas
penyakit. Karena itu, obat ini tetap digunakan dalam terapi lupus.
Pengaturan dosis yang tepat merupakan kunci pengobatan yang baik.3.
Antimalaria
Hydroxychloroquine (Plaquenil) lebih sering digunakan dibanding
kloroquin karena risiko efek samping pada mata diyakini lebih
rendah. Toksisitas pada mata berhubungan baik dengan dosis harian
dan kumulatif, Selama dosis tidak melebihi, resiko tersebut sangat
kecil. Pasien dianjurkan untuk memeriksa ketajaman visual setiap 6
bulan untuk identifikasi dini kelainan mata selama pengobatan.
Dewasa ini pemberian terapi hydroxychloroquine diajurkan untuk
semua kasus lupus dan diberikan untuk jangka panjang. Obat ini
memiliki manfaat untuk mengurangi kadar kolesterol, efek
anti-platelet sederhana dan dapat mengurangi risiko cedera jaringan
yang menetap serta cukup aman pada kehamilan.4. Immunosupresan
Azathioprine
Azathioprine (Imuran) adalah antimetabolit imunosupresan:
mengurangi biosintesis purin yang diperlukan untuk perkembangbiakan
sel termasuk sel sistem kekebalan tubuh. Mual adalah efek samping
yang umum terjadi, sedangkan leukopenia dan trombositopenia terjadi
hanya pada sekitar 4% kasus. Pemantauan efek obat bisa menjadi
masalah jika odapus sudah memiliki gejala klinis tersebut.
Azathioprine dianggap aman digunakan selama kehamilan.
Mycophenolate mofetil
Mycophenolate mofetil (MMF) berfungsi menghambat sintesis purin,
proliferasi limfosit dan respon sel T antibodi. Dibandingkan
siklofosfamid, MMF tidak menyebabkan kegagalan fungsi ovarium
(indung telur) dan lebih sedikit menyebabkan infeksi serius,
leukopenia atau alopecia (kebotakan). Obat ini juga diduga lebih
efektif dan lebih baik ditoleransi daripada azathioprine namun
kontra indikasi dalam kehamilan, sehingga hanya boleh digunakan
pada wanita usia subur bila disertai penggunaan kontrasepsi yang
dapat diandalkan. Karena panjangnya waktu paruh, pengobatan harus
dihentikan sedikitnya enam minggu sebelum konsepsi yang
direncanakan. Methotrexate
Methotrexate merupakan asam folat antagonis yang
diklasifikasikan sebagai agen sitotoksik antimetabolit, tetapi
memiliki banyak efek pada sel- sel sistem kekebalan tubuh termasuk
modulasi produksi sitokin. Digunakan seminggu sekali dan jika
diperlukan diberikan pula asam folat sekali seminggu (tidak pada
hari yang sama dengan methotrexate) secara rutin untuk mengurangi
risiko efek samping. Mual dan sariawan cukup sering terjadi,
leukopenia, trombositopenia dan tes fungsi hati yang abnormal
kadang-kadang dapat terjadi. Obat ini tidak boleh digunakan selama
kehamilan dan harus dihentikan penggunaannya tiga bulan sebelum
konsepsi. Cyclosporin
Cyclosporin menghambat aksi kalsineurin sehingga menyebabkan
penurunan fungsi efektor limfosit T. Hipertensi dan peningkatan
kreatinin serum merupakan efek samping yang paling sering terjadi
sehingga pemantauan tekanan darah dan kreatinin sangat penting.
Obat ini dianggap aman untuk digunakan selama kehamilan dalam dosis
efektif terendah dengan memonitor secara seksama tekanan darah dan
fungsi ginjal. Cyclophosphamide
Obat ini telah digunakan secara luas untuk pengobatan lupus yang
mengenai organ internal dalam empat dekade terakhir. Telah terbukti
meningkatkan efek pengobatan terhadap pasien lupus ginjal
dibandingkan hanya diberikan steroid saja. Obat ini juga banyak
digunakan untuk pengobatan lupus susunan saraf pusat berat dan
penyakit paru berat. Dapat diberikan dalam dosis oral harian atau
sebagai infus intravena. sesuai dengan keparahan penyakit.
Efek samping utama yang harus diperhatikan adalah peningkatan
risiko infeksi, kegagalan fungsi ovarium, toksisitas kandung kemih,
dan peningkatan risiko keganasan. Obat ini teratogenik dan
mengganggu fungsi organ reproduksi baik pada pria maupun wanita.
Sehingga penggunaan obat harus dihentikan tiga bulan sebelum
konsepsi.
Rituximab
Rituximab bekerja pada sel B yang diduga merupakan sel esensial
dalam perkembangan lupus. Sekarang ini Rituximab sering diberikan
kombinasi dengan methotrexate. Setelah infus rituximab ditemukan
penurunan tingkat autoantibodi. Rituximab telah menyebabkan
kemajuan dramatis pada beberapa odapus. Saat ini Rituximab termasuk
salah satu obat yang menjanjikan untuk Lupus.
Obat-obat yang dapat digunakan sesuai manifestasi penyakit:1.
Ruam kulit Sun block / tabir surya Topikal kortikosteroids2. Nyeri
dan bengkak pada sendi Analgesik sederhana seperti: Parasetamol,
NSAID Topikal analgesik Amitriptiline: golongan antidepresan yang
diresepkan bersama analgesik pada pasien sekunder fibromyalgia
untuk mengatasi stress akibat rasa nyeri yang berkepanjangan3. Mata
kering-Tetes air mata buatan untuk mengatasi kekeringan bola
mata4.Sariawan dan kekeringan rongga mulut-Salivary substitute :
air liur buatan dalam bentuk cair atau semprot berbahan dasar
methylcellulose atau gastric mucin-Obat kumur
steroid5.Trombositopeni
-Danazol (Danocrine) atau vincristine (Oncovin) adalah terapi
jangka panjang bagi penderita trombositopenia
berat6.Osteoporosis
-Vitamin D-Kalsium7.Risiko penyakit jantung koroner-Asam
folat-Obat penurun kadar lemak darah