REFERAT GAMBARAN RADIOLOGI FOTO TORAKS PADA PENYAKIT PARU Oleh: Afrizal Tri Heryadi G99142074 Irvan Raharjo G99142075 Annisa Permatasuhdan A. G99142076 Arina Setyaningrum G99142077 Elisabeth Dea Resitarani G99142078 Pembimbing: Prof. Dr. Suyono, dr., Sp.Rad (K) 0
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
REFERAT
GAMBARAN RADIOLOGI FOTO TORAKS PADA PENYAKIT
PARU
Oleh:
Afrizal Tri Heryadi G99142074
Irvan Raharjo G99142075
Annisa Permatasuhdan A. G99142076
Arina Setyaningrum G99142077
Elisabeth Dea Resitarani G99142078
Pembimbing:
Prof. Dr. Suyono, dr., Sp.Rad (K)
KEPANITERAAN KLINIK RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR MOEWARDI
SURAKARTA
2015
0
BAB I
PENDAHULUAN
Paru (pulmo) adalah organ yang berperan penting dalam sistem respirasi
yang berada dalam rongga toraks. Pulmo dilapisi oleh 2 membran yang disebut
pleura yaitu pleura viseralis dan pleura parietalis. Pulmo terbagi menjadi pulmo
dextra (kanan) dan pulmo sinistra (kiri).
Respirasi adalah suatu usaha tubuh untuk memenuhi kebutuhan O2 untuk
proses metabolisme dan mengeluarkan CO2 sebagai hasil metabolisme dengan
perantara organ paru dan saluran napas bersama kardiovaskuler sehingga
dihasilkan darah yang kaya oksigen. Kerusakan atau kelainan pada sistem
respirasi, terutama yang melibatkan organ paru akan menyebabkan terganggunya
faal pernapasan. Keursakan atau kelainan paru dapat disebabkan oleh berbagai
faktor. Terganggunya organ paru sebagai bagian dari sistem respirasi dapat berupa
gangguan ventilasi, gangguan difusi dan gangguan perfusi sesuai dengan tahapan
proses pernapasan.
Gangguan ventilasi dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu kelainan restriksi
dan obstruksi. Kelainan restriksi dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor,
yaitu kelainan para parenkim paru, pleura maupun kelainan pada struktur anatomi
dinding dada/tulang. Kelainan yang terjadi pada berbagai macam struktur yang
ada di cavum thoracis dapat menyebabkan paru tidak bisa mengembang dengan
sempurna sehingga dapat terjadi kegagalan napas. Terhambatnya aliran udara
yang masuk oleh karena obstruksi juga dapat menyebabkan terganggunya proses
ventilasi sehingga dapat menyebabkan kegagalan pernapasan oleh karena
terhambatnya aliran oksigen yang masuk ke dalam tubuh.
Selain itu, hal yang menyebabkan oksigen tidak dapat masuk dan dipakai
oleh tubuh adalah karena terjadinya gangguan difusi yang menghalangi pertukaran
gas di alveolus. Sebab dari gangguan difusi ada berbagai macam, diantaranya
pneumonia dan edema paru.
Dewasa ini, ada berbagai pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
untuk membantu diagnosis pada kelainan paru. Pemeriksaan radiografi thoraks
1
atau sering disebut chest x-ray (CXR) bertujuan menggambarkan secara radiografi
organ pernafasan yang terdapat di dalam rongga dada. Teknik radiografi thoraks
terdiri dari bermacam-macam posisi yang harus dipilih disesuaikan dengan
inidikasi pemeriksaan. Foto thoraks digunakan untuk mendiagnosis banyak
kondisi yang melibatkan dinding thoraks, tulang thoraks dan struktur yang berada
di dalam cavitas thoracis termasuk paru-paru, jantung dan saluran-saluran yang
besar.
Foto thoraks dianggap sebagai modalitas yang pertama dilakukan dalam
diagnosis kelainan thoraks seperti infeksi, trauma dan abnormalitas congenital.
Gambaran yang dapat terlihat pada foto thoraks antara lain adalah cavitas, nodul,
fibrosis serta abnormalitas pleura yang masing-masing ditampilkan dalam suatu
bayangan opaque atau lusen dalam suatu film foto. Masing-masing kelainan paru
mempunyai kriteria gambaran foto thoraks yang khas sehingga diagnosis dapat
dilakukan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI THORAKS
1. Cavitas Thoracis:
Atap dari cavitas thoracis dibentuk oleh membrana suprapleural,
sedangkan dasarnya adalah dari diafragma. Dindingnya terdiri dari tulang
dan otot yang melingkupinya. Tulang yang termasuk dalam tulang penyusun
dinding thorax antara lain: 12 vertebrae thoracica, 12 costae dan
cartilagonya, serta sternum.
a. Costae
Terdapat 12 pasang costae, yaitu 7 costae vera, 3 costae spuria dan
2 costae fluctuantes. Terkadang seorang individu hanya mempunyai 11
pasang costae.
Gambar 1. Costae Tipikal
3
Gambar 2. Costae 1
b. Sternum
1) Terdiri dari 3 bagian utama, yaitu manubrium, corpus, dan processus
xiphoideus.
2) Manubrium sterni berada setinggi VTh III dan VTh IV, bangunan ini
bersendi dengan clavicula dan 1 ½ cartilago costae.
3) Angulus sterni, merupakan bangunan yang dibentuk oleh manubrium
sterni dengan corpus sterni, berada setinggi discus VTh IV/V.
4) Corpus sterni berada setinggi VTh V-IX.
5) Processus xiphoideus, merupakan bangunan yang tersusun atas
cartilago.
Gambar 3. Sternum
c. Gambaran radiologis:
1) Variasi normal: sering terdapat pada costae bagian atas, terutama
costae 1
2) Pada foto thorax PA, sulcus subcostalis nampak sebagain garis tegas
dibawah costae, terutama pada bagian posteriornya (sering disalah
artikan dengan periosteal reaction atau pneumothorax)
3) Bagian yang lebih prominen seringkali dilihat pada costae 2 pada
pemeriksaan foto radiologis, yang seringkali simetris antara kanan dan
4
kiri, hal ini disebabkan karena adanya insersio dari musculus scalenus
anterior.
4) Cartilago costae, terutama cartilago costalis 1 sering mengalami
proses kalsifikasi atau ossifikasi pada dewasa muda.
5) Costae cervicalis, merupakan pemanjangan dari bagian processus
transversus VC VII yang kadang terdapat pada 1-2% manusia.
6) Costae lumbalis, disebabkan karena terjadinya kegagalan fusi antara
processus transversus dengan corpus vertebrae.
7) Pada sternum perlu diperhatikan adanya pectus excavatum (depresi
pada bagian lower end) dan pectus carinatum (prominensia pada
midportion).
(Smithuis & Delden, 2013)
Gambar 4. Sulcus subcostalis yang nampak jelas dibawah costae 2 kiri (mata
panah).
Perhatikan tuberositas scaleni pada costae 1 (anak panah)
5
Gambar 5. Gambaran prominen pada permukaan atas costae 2 karena insersi
m.scalenus anterior
Gambar 6. Costae cervicalis (anak panah)
2. Diaphragma
Diaphragma merupakan jaringan fibromuskular yang berada pada
dasar cavum thorax. Terdapat beberapa bagian, yang terdiri dari bagian
6
vertebral, costal, sternal dan bagian tengah yang disebut sebagai centrum
tendineum.
Berikut adalah lubang-lubang yang ada pada diaphragma:
a. Hiatus aorticus: dilewati oleh aorta descenden, setinggi VTh XII
b. Hiatus oesophagei: dilewati oleh N.X dan oesophagus, setinggi VTh X
c. Foramen vena cavae: dilewati oleh vena cava inferior, setinggi VTh VIII
Diaphragma mendapat suplai darah dari arteri phrenica inferior,
cabang dari aorta abdominalis, sedangkan pada margo costalis diaphragma
mendapat darah dari arteriae intercostalis. Diaphragma diinervasi oleh
nervus phrenicus dextra et sinistra yang berasal dari segmen C3-C5 sebagai
komponen motorik, dan sensorik oleh nervus phrenicus (pada bagian
central) dan oleh nervus intercostalis (pada bagian perifernya).
Gambar 7. Diaphragma
Gambaran radiologis:
a. Titik tertinggi dari dome diaphragma kanan adalah pada costa 6 anterior.
Patokan costa anterior lebih akurat dipakai daripada costa posterior,
karena dome diaphragma lebih dekat dengan costa anterior dan film
(pada proyeksi PA) sehingga distorsi gambar lebih sedikit.
b. Dome diaphragma kanan lebih tinggi sekitar 2 cm daripada dome
diaphragma kiri, tapi terkadang bagian kiri bisa lebih tinggi dari bagian
kanan pada orang normal, terutama saat ada gas pada colon.
7
c. Rentang pergerakan diaphragma pada saat respirasi adalah sebagai
berikut:
1) Respirasi biasa: 1cm
2) Inspirasi/ekspirasi dalam: 4 cm
d. Tinggi dome diaphragma pada garis yang diambil dari hubungan sinus
costophrenicus dan cardiophrenicus adalah 1,5 cm.
3. Pleura
Pleura adalah membran serous terdiri dari 2 bagian, yaitu pars
visceralis (yang melingkupi pulmo) dan pars parietalis (yang melingkupi
cavitas thoracis dan mediastinum). Kedua bagian ini terpisah oleh suatu
ruangan yang disebut sebagai cavum pleura. Pada bagian hilum pulmo,
kedua bagian ini menyatu sebagai ligamentum pulmonum.
Gambar 8. Pleura: (A) Dilihat dari anterior; (B) Dilihat dari posterior
Gambaran radiologis :
Pada gambaran foto thorax normal, pleura terlihat hanya ketika
proyeksinya berada tangensial terhadap sinar dan jika ada lemak ataupun
udara pada tiap sisinya.
8
4. Trachea dan Bronchus
a. Trachea
Trachea bermula pada margo inferior dari cartilago cricoid pada
level C6, kemudian melanjutkan diri ke carina pada level angulus sterni
(setinggi T5, atau T4 pada inspirasi dan T6 pada ekspirasi). Trachea
mempunyai panjang 15 cm dan berdiameter 2 cm, terdiri dari 15-20
cartilago annulare.
Hubungan trachea dengan organ lain:
1) Anterior :
a) Isthmus thyroid pada cartilago ke 2, 3 dan 4
b) Vena thyroidea inferior
c) M. Sternothyroid dan m sternohyoid
2) Posterior :
- Oesophagus dan n.laryngeus reccurent
3) Lateral :
a) Lobus glandula thyroid
b) Artery carotis communis
Bagian atas dari trachea divascularisasi oleh arteri thyroidea
inferior, dan bagian bawahnya divascularisasi oleh arteri bronchialis.
Drainase vena ke plexus venosus thyroidea inferior.
Gambar 9. Trachea dan bronchus principalis
9
b. Bronchus principalis
Bronchus principalis merupakan terusan dari trachea yang berpisah
pada bifurcatio trachealis. Bronchus principalis terdiri dari 2 cabang,
cabang yang kanan disebut sebagai bronchus eparterialis dan cabang
yang kiri disebut sebagai bronchus hyparterialis. Bronchus kanan lebih
pendek dan lebih lebar dari bronchus kiri, sehingga lebih sering terjadi
pneumonia pada bagian ini.
5. Pulmo
Mempunyai 3 facies, yaitu facie costalis, facies mediastinalis, dan
facies diaphragmatica. Pulmo dexter mempunyai 3 lobus, sedangkan pulmo
siniester mempunyai 2 lobus dengan lingula pada lobus superior yang
merupakan homolog dengan lobus medial pulmo dexter.
a. Fissura interlobaris:
1) Fissura oblique (major)
Merupakan fissura yang terdapat pada kedua pulmo. Berasal dari
posterior T4/T5, ke anteroinferior diaphragma.
2) Fissura transversalis (minor)
Memisahkan lobus superior dan lobus medial pulmo dexter. Berasal
dari daerah hillum, menuju ke permukaan anterior dan lateral dari
pulmo dexter setinggi cartilago costalis ke 4.
b. Arteri pulmonalis:
Arteri pulmonalis kanan lebih panjang daripada yang sebelah kiri.
Arteri ini berjalan melalui garis tengah dibawah carina dan menuju
bagian anterior dari bronchus principalis dexter. Arteri ini bercabang
ketika masih di hillum pada pulmo dexter. Arteri pulmonalis kiri melekat
pada bagian arcus aorta melalui ligamentum arteriosum.
10
Gambar 10. Arteri Pulmonalis
c. Vena pulmonalis :
Vena pulmonalis tidak mengikuti pola perjalanan bronchus, namun
mengikuti septum intersegmentalis. 2 vena berjalan pada tiap hillus
pulmo dexter dan sinister.
d. Arteri bronchialis :
Arteri bronchialis menyuplai bronchus, pleura visceralis, dan
jaringan pengikat pulmo. Arteri ini merupakan cabang dari aorta pars
thoracalis pada level T5 atau T6.
e. Vena bronchialis :
Terdiri dari 2 sistem yang terpisah. Sistema yang pertama berasal
dari jaringan vena prrofunda disekitar daerah interstitial pulmo dan
berhubungan secara bebas dengan vena pulmonalis. Sistema yang kedua
berasal dari jaringan vena superficial yang berhubungan dengan sistema
vena azygos.
f. Hillus pulmonalis :
Hillus pulmonalis dibentuk oleh struktur yang keluar masuk dan
bersatu pada daerah facies mediastinalis pulmo. Hillus pulmonalis berada
pada level T5-T7. Hillus pulmonalis kanan terletak dibawah arcus dari
vena azygos dan terletak posterior dari vena cava superior dan atrium
dextrum. Hillus pulmonalis kiri terletak dibawah arcus aorta dan terletak
anterior terhadap aorta descendens.
11
Gambar 11. Hillus pulmonalis
Gambaran Radiologis:
1) Trachea terlihat sebagai seperti tabung pada daerah tengah leher dengan
translusensi berdiameter 1,5 – 2 cm. Terdapat indentasi halus yang sering
terlihat yang terletak pada percabangan trakhea sebelah kiri, hal ini
disebabkan karena adanya arcus aorta.
2) Bronchus terkadang sulit terlihat pada foto polos. Bronchus principalis
dexter terlihat lebih vertical daripada bronchus principalis sinister.
3) Truncus pulmonalis membentuk bagian pinggir kiri dari cor. Arteri
interlobaris terlihat pada sebelah lateral bronchus intermedius kanan.
Bronchus dan arteri terlihat bersamaan keluar dari daerah hillar.
6. Mediastinum
Mediastinum merupakan ruangan di antara pulmo dextra dan sinistra
beserta pleuranya. Mediastinum dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
superior, media, anterior, dan posterior. Mediastinum superior terletak di
atas garis imaginer yang ditarik dari batas bawah vertebra thoracica 4 ke
angulus sternum. Di bawah garis tersebut terdapat mediastinum anterior,
media, dan posterior. Mediastinum anterior terletak antara sternum dan
bagian anterior dari cor. Mediastinum posterior terletak antara bagian
posterior dari cor dengan vertebra thoracica dan meluas ke bawah di bagian
posterior dari diafragma dan memanjang ke bagian posterior dari diafragma.
12
Gambar 12. Pembagian Mediastinum
Di mediastinum superior terdapat arcus aorta dan cabang-cabangnya,
vena brachicephalica dan vena cava superior, trachea, oesophagus, duktus
thoracicus, limfonodi, dan saraf. Pada mediastinum anterior terdapat
thymus, pembuluh darah mammaria, limfonodi. Pada mediastinum posterior
terdapat aorta descendens, oesophagus, sistem vena azygos, duktus
thoracicus dan limfonodi paraaorta, oesophageal dan paraspinal. Pada
mediastinum media terdapat cord an pericardium, nervus, limfonodi dan
pembuluh darah besar.
7. Cor
Cor berbentuk pyramidal dan terletak oblique di rongga thoraks.
Atrium sinistrum membentuk basis dari bagian posterior. Atrium dextrum
membentuk tepi kanan cor. Bagian apeks dan tepi kiri jantung dibentuk oleh
ventrikel sinister. Ventrikel dexter membentuk bagian anterior dari cor. Cor
berada pada bagian dalam mediastinum, disitu cor diselimuti oleh lapisan
fibrosa yang disebut sebagai pericardium. Pericardium dibedakan menjadi 2
macam, yaitu pericardium fibrosum dan pericardium serosum, kedua lapisan
ini dipisahkan oleh suatu ruangan potensial yang disebut sebagai cavum
pericardii. Pericardium pada cor melekat erat dengan bagian centrum
tendineum dari diaphragma.
13
Gambar 13. Cor
Gambaran radiologis :
Gambar 14. Posisi ruang jantung pada foto polos proyeksi PA
14
Gambar 15. Posisi katup jantung pada gambaran foto polos
Gambar 16. Posisi katup jantung pada proyeksi lateral
B. FOTO THORAKS NORMAL
15
Gambar 17. Foto thoraks normal wanita Gambar 18. Foto thoraks normal pria
Kriteria kelayakan foto thorax
Foto thorax normal :
1. Kondisi
a. Kondisi Pulmo
1) Kondisi cukup : kondisi standar pada foto thorax, sehingga gambaran
parenkim dan corakan vascular dapat terlihat. Kondisi foto thorax
cukup, bila pada posisi PA: tampak vertebra thoracalis 1-4
2) Kondisi kurang : Posisi PA tak tampak sampai vertebra thoracalis 4
3) Kondisi keras : Posisi AP tampak lebih dari vertebra thoracalis 4
b. Kondisi Costa (kondisi keras/tulang)
Pada posisi PA kondisi keras dapat terlihat vertebra thoracalis 1-12
2. Inspirasi
Foto thorax dibuat pada kondisi cukup. Cara mengetahui keadaan
inspirasi cukup :
a. Bila dilihat pada costa anterior (bentuk huruf V) costa 6 memotong dome
diafragma
b. Bila dilihat pada costa posterior (bentuk huruf A), diafragma setinggi
vertebra thoracalis 10
3. Posisi
Pada foto thorax standar yang paling banyak adalah posisi PA dan
lateral
4. Simetris
Jarak sendi sternoclavicularis dextra dan sinistra terhadap line
medialis pada garis yang terbentuk dari bayangan processus spinosus
vertebra thoracalis sama
16
5. Foto thorax tidak boleh terpotong
Secara utuh foto thorax harus tampak : sinus costophrenicus dextra
dan sinistra, diafragma dextra et sinistra, dinding thorax dextra et sinistra,
seluruh lapang paru terlihat (Smithuis & Delden, 2013).
C. PENYAKIT-PENYAKIT PARU
1. Tuberculosis
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
Mycobacterium tuberculosis complex (PDPI, 2006).
Gejala klinis tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu
gejala lokal dan gejala sistemik, bila organ yang terkena adalah paru maka
gejala lokal ialah gejala respiratorik di antaranya adalah batuk ±2 minggu,
batuk darah, sesak napas dan nyeri dada. Gejala sistemik meliputi demam,
malaise, keringat malam, anoreksia dan berat badan menurun (PDPI, 2006).
Pemeriksaan standar penyakit tuberkulosis ialah foto toraks PA.
Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi TB aktif :
Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas
paru dan segmen superior lobus bawah
Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan
atau nodula
Bayangan bercak milie
Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)
Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif:
Fibrotik
Kalsifikasi
Schwarte atau penebalan pleura
Luluh paru (destroyed Lung)
(PDPI, 2006).
17
Klasifikasi TB paru berdasarkan gambaran radiologis adalah
Tuberkulosis Primer dan Tuberkulosis sekunder. Kelainan foto toraks pada
tuberkulosis primer ini adalah adalah limfadenopati, parenchymal
disease, miliary disease, dan efusi pleura. Pada paru bisa
dijumpai infiltrat dan kavitas (Rasad et al, 2015).
18
Gambar 2. Tuberkulosis dengan komplek primer (hanya hilus kiri
membesar). Foto toraks PA dan lateral
Gambar 3. Tuberkulosis disertai komplikasi pleuritis eksudatif dan
atelektasis - Pleuritis TB
19
Tuberkulosis sekunder atau tuberkulosis reinfeksi memiliki ciri
terdapat kavitas. Bercak infiltrat yang terlihat pada foto rontgen biasanya di
lapangan atas dan segmen apikal lobus bawah (Burril et al, 2007).
Gambaran 5. Tubekulosis dengan kavitas
20
Ada beberapa bentuk kelainan yang dapat dilihat pada foto rontgen, antara
lain :
Sarang eksudatif, berbentuk awan atau bercak-bercak yang batasnya
tidak tegas dengan densitas rendah.
Sarang produktif, berbentuk butir-butir bulat kecil yang batasnya tegas
dan densitasnya sedang.
Sarang induratif atau fibrotik, yaitu berbentuk garis-garis berbatas tegas,
dengan densitas tinggi.
Kavitas atau lubang
2. Bronkopneumonia
Bronkopneumonia merupakan peradangan pada paru di mana proses
peradangannya ini menyebar membentuk bercak-bercak infiltrat yang
berlokasi di alveoli paru dan dapat pula melibatkan bronkiolus terminal.
Bakteri spenyebab tersering bronkopneumonia pada bayi dan anak adalah
Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenza (Padley&Rubens,
2003).
Biasanya didahului dengan adanya infeksi saluran nafas bagian atas
selama beberapa hari. Pada bayi bisa disertai dengan hidung tersumbat,
rewel serta nafsu makan yang menurun. Suhu dapat naik secara mendadak
sampai 39oC atau lebih. Anak sangat gelisah, dispnea. Kesukaran bernafas
yang disertai adanya sianosis di sekitar mulut dan hidung. Tanda kesukaran
bernafas ini dapat berupa bentuk nafas berbunyi (ronki dan friction rub di
atas jaringan yang terserang), pernafasan cuping hidung, retraksi-retraksi
pada daerah supraklavikuler, interkostal dan subkostal. Pada awalnya batuk
jarang ditemukan, tapi dapat dijumpai pada perjalanan penyakit lebih lanjut
serta sputum yang berwarna seperti karat. Lebih lanjut lagi bisa terjadi efusi
21
pleura dan empiema, sehingga perlu dilakukan torakosentesis sesegera
mungkin (Padley&Rubens, 2003).
Hasil pemeriksaan fisik tergantung dari luas daerah yang terkena.
Pada perkusi bisa ditemukan adanya suara redup yang terlokalisasi. Pada
auskultasi mungkin ditemukan adanya ronki basah halus ataupun adanya
suara-suara pernafasan yang melemah. Tanpa pengobatan biasanya
penyembuhan dapat terjadi sesudah 2 – 3 minggu (Padley&Rubens, 2003).
Pemeriksaan foto thoraks pada Bronkopneumonia ditandai dengan
fokus konsolidasi radang yang menyebar menyeluruh pada satu atau
beberapa lobus. Sering kali bilateral dan di basal sebab ada kecenderungan
sekret untuk turun karena gravitasi ke lobus bawah. Pengelompokan fokus
ini terjadi pada keadaan yang lebih lanjut (florit) yang terlihat sebagai
konsolidasi lobular total. Pada Bronkopneumonia kelainannya berlokasi di
lapang tengah atau bawah paru-paru, dengan batas yang tidak rata, tidak
jelas, atau tegas. Gambaran pada foto thoraks sebagai berikut:
a. Bercak bercak tersebar dan di antaranya masih ada jaringan yang sehat.
b. Bisa terjadi perselubungan ringan pada seluruh paru-paru bagian tengah
dan bawah, mirip dengan gambaran pneumonia.
c. Berawan tipis atau tebal, jika prosesnya sudah meluas terjadi bercak
bercak yang konfluens.
(Robbins&Kumar, 2007)
22
Gambar 1. Bronkopneumonia. Ada bercak konsolidasi yang luas terutama
kedua lobus paru kiri dan lobus bawah paru kanan (Armstrong&Wastie,
1984)
Gambar 2. Bilateral Bronchopneumonia: terlihat densitas berupa bercak-
bercak yang difus di seluruh paru. Bronkopneumonia bisa bilateral, seperti
pada kasus ini, tetapi bisa juga hanya terbatas pada satu bagian paru saja
(Palmer et al, 1995).
3. Pneumonia
Pneumonia adalah peradangan akut parenkim paru yang disebabkan
oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, atau parasit). Berdasarkan klinis
23
dan epidemiologis pneumonia dibagi menjadi pneumonia komuniti,
nosokomial, aspirasi, serta imunokompromise. Sedangkan berdasarkan
bakteri penyebabnya dibagi menjadi pneumonia bakterial/apikal, atipikal,
virus, atau jamur. Patogenesis pada penyakit. Adanya ketidakseimbangan
daya tahan tubuh dan lingkungan dapat mendukung berkembangnya
mikroorganisme dipermukaan mukosa saluran nafas. Gejala dan tanda yang
bisa ditemukan ialah batuk, perubahan karakteristik dahak/purulen, suhu
tubuh ≥380 C (aksila)/riwayat demam, nyeri dada, sesak napas, suara napas
bronkial dan ronkhi, leukosit ≥10.000 atau <4500.
Untuk menunjang diagnosis selain dari anamnesis dan pemeriksaan
fisik, juga dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium dan gambaran
radiologis (fibroinfiltrat/air bronkogram). Pengobatan pneumonia terdiri atas
antibiotik dan pengobatan suportif. Pemberian antibiotik sebaiknya
berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya. Kecuali
pneumonia yang mengancam jiwa atau hasil pemeriksaan kultudapat
diberikan antibiotik secara empiris (PDPI,..).
B
A
C D
24
A. Pneumonia dengan elevasi diafragma; B. Pneumonia;
B. C. Pneumonia interstitial; D. Pneumonia; infiltrat di parahiler dan
paracardial kanan
C. Bronkiektasis
Bronkiektasis adalah dilatasi bronkus irreversible yang terlokalisir,
sering disertai penebalan dinding bronkial. Etiologinya dapat merupakan