BAB I PENDAHULUAN 1.1. Darah dan komponennya Unsur seluler dari darah adalah sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit yang tersuspensi di dalam plasma. Volume darah total yang beredar dalam keadaan normal sekitar 8% dan berat badan (5600 mL pada pria 70 kg). sekitar 55% dan volume tersebut adalah plasma 1 . 1.1.1. sel-sel darah merah Fungsi utama dari sel-sel darah merah, yang juga dikenal sebagai eritrosit, adalah mengangkut hemoglobin, dan seterusnya mengangkut oksigen dan paru- paru ke jaringan. Sel darah merah normal berbentuk lempeng bikonkaf dengan diameter kira-kira 7,8 mikrometer dan dengan ketebalan pada bagian yang paling tebal 2,5 mikrometer dan pada bagian tengah 1 mikrometer atau kurang. Volume rata-rata eritrosit adalah 90 - 95 mikrometer kubik. Konsentrasi sel darah merah dalam darah pada pria normal per millimeter kubik adalah 5.200.000 (± 300.000) dan pada wanita normal 4.700.000 (± 300.000) 2 . 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Darah dan komponennya
Unsur seluler dari darah adalah sel darah merah, sel darah putih, dan
trombosit yang tersuspensi di dalam plasma. Volume darah total yang beredar
dalam keadaan normal sekitar 8% dan berat badan (5600 mL pada pria 70 kg).
sekitar 55% dan volume tersebut adalah plasma1.
1.1.1. sel-sel darah merah
Fungsi utama dari sel-sel darah merah, yang juga dikenal sebagai eritrosit,
adalah mengangkut hemoglobin, dan seterusnya mengangkut oksigen dan paru-
paru ke jaringan. Sel darah merah normal berbentuk lempeng bikonkaf dengan
diameter kira-kira 7,8 mikrometer dan dengan ketebalan pada bagian yang paling
tebal 2,5 mikrometer dan pada bagian tengah 1 mikrometer atau kurang. Volume
rata-rata eritrosit adalah 90 - 95 mikrometer kubik. Konsentrasi sel darah merah
dalam darah pada pria normal per millimeter kubik adalah 5.200.000 (± 300.000)
dan pada wanita normal 4.700.000 (± 300.000)2.
1.1.2. Sel darah putih
Ada enam macam sel darah putih yang secara normal ditemukan dalam
darah. Keenam sel tersebut adalah netrofil polimorfonuklir, eoslnofil
polimorfonuklir, basofil polimorfonuklir, monosit, limfosit, dan kadang-kadang
sel plasma. Konsentrasi bermacam-macam sel darah putih dalam darah pada
manusia dewasa dapat dijumpai sekitar 7000 sel darah putih per mikkroliter darah.
Persentase normal dan sel darah putih kira-kira sebagai berikut:
Netrofil polimorfonuklir 62,0 %
Eosinofil polimorfonuklir 2,3 %
Basofil polimorfonuklir 0,4 %
1
Monosit 5,3 %
Limfosit 30,0 %
Jumlah trombosit, yang hanya merupakan fragmen-fragmen sel dalam
keadaan normal jumlahnya kira-kira 300.000 per mikroliter darah2.
1.2. Cedera Kepala
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan
utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan
lalu lintas. Di samping penanganan di lokasi kejadian dan selama transportasi
korban ke rumah sakit, penilaian dan tindakan awal di ruang gawat darurat sangat
menentukan penatalaksanaan dan prognosis selanjutnya.
Tindakan resusitasi, anamnesis dan pemeriksaan fisis umum serta neurologis
harus dilakukan secara serentak. Pendekatan yang sistematis dapat mengurangi
kemungkinan terlewatinya evaluasi unsur vital. Tingkat keparahan cedera kepala,
menjadi ringan segera ditentukan saat pasien tiba di rumah sakit3.
1.2.1. Definisi
Cedera kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk atau
penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan
(accelerasi - decelerasi ) yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh
perubahan peningkatan pada percepatan faktor dan penurunan kecepatan, serta
notasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak sebagai akibat
perputaran pada tindakan pencegahan4
1.2.2. Patofisiologi
Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa
dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel-sel saraf hampir seluruhnya
melalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen, jadi
kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan
fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan oksigen sebagai bahan bakar
metabolisme otak tidak boleh kurang dari 20 mg %, karena akan menimbulkan
2
koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dan seluruh kebutuhan glukosa tubuh,
sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala-gejala
permulaan disfungsi cerebral5.
Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan
oksigen melalui proses metabolik anaerob yang dapat menyebabkan dilatasi
pembuluh darah. Pada kontusio berat, hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi
penimbunan asam laktat akibat metabolisme anaerob. Hal ini akan menyebabkan
asidosis metabolik. Dalam keadaan normal cerebral blood flow (CBF) adalah 50 -
60 mli/ menit/ 100 gr. jaringan otak, yang merupakan 15 % dari cardiac output5.
Trauma kepala meyebabkan perubahan fungsi jantung sekuncup aktivitas
atypicalmyocardial, perubahan tekanan vaskuler dan udem paru. Perubahan
otonom pada fungsi ventrikel adalah perubahan gelombang T dan P dan disritmia,
fibrilasi atrium dan vebtrikel, takikardia5.
Akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler,
dimana penurunan tekanan vaskuler menyebabkan pembuluh darah arteriol akan
berkontraksi . Pengaruh persarafan simpatik dan parasimpatik pada pembuluh
darah arteri dan arteriol otak tidak begitu besar5
Cedera kepala menurut patofisiologi dibagi menjadi dua:
1. CEDERA KEPALA PRIMER
cedera yang terjadi saat atau bersamaan dengan kejadian trauma, dan
merupakan suatu fenomena mekanik. Umumnya menimbulkan lesi permanen.
Tidak banyak yang bisa kita lakukan kecuali membuat fungsi stabil, sehingga sel-
sel yang sedang sakit bisa mengalami proses penyembuhan yang optimal6.
Pada cedera primer dapat terjadi5:
1. Gegar kepala ringan
2. Memar otak
3. Laserasi
3
2. CEDERA KEPALA SEKUNDER
Cedera kepala sekurider merupakan hasil dan proses yang berkelanjutan
(on going process) sesudah atau berkaitan dengan cedera primer dan lebih
merupakan fenomena metabolik6
Pada cedera kepala sekunder akan timbul gejala, seperti5:
1. Pada cedera kepala sekunder akan timbul gejala, seperti
2. Hipotensi sistemik
3. Hipoksia
4. Hiperkapnea
5. Udema otak
6. Komplikasi pernapasan
4
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. Transfusi Darah
Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk berbasis
darah dari satu orang ke sistem peredaran orang lainnya. Transfusi darah
berhubungan dengan kondisi medis seperti kehilangan darah dalam jumlah besar
disebabkan trauma, operasi, syok dan tidak berfungsinya organ pembentuk sel
darah merah7
Transfusi darah adalah suatu pengobatan yang bertujuan menggantikan
atau menambah komponen darah yang hilang atau terdapat dalam jumlah yang
tidak mencukupi. Tentu saja transfusi darah hanya merupakan pengobatan
simptomatik karena darah atau komponen darah yang ditransffusikan hanya dapat
mengisi kebutuhan tubuh tersebut untuk jangka waktu tertentu tergantung pada
umur fisiologi komponen yang ditransfusikan; walaupun umur eritrosit adalah 120
hari namun bila ditransfusikan pada orang lain maka kemampuan transfusi tadi
mempertahankan kadar hemoglobin dalam tubuh resipien hanya rata-rata satu
bulan8.
Dua pertiga dan semua transfusi sel darah merah dilakukan pada masa
perioperatif dan kebanyakan diberikan di kamar operasi. Bahkan untuk keperluan
menjaga proses homeostasis pada saat operasi kadang diperlukan transfusi
trombosit dan komponen plasma. Transfusi komponen-komponen darah ini telah
terbukti dapat memperbaiki keadaan pasien, misalnya meningkatkan oksigenasi
jaringan, dan mengurangi pendarahan yang terjadi. Itulah sebabnya sehingga
pengetahuan tentang transfusi darah sangat penting bagi seorang ahli anestesi9.
Transfusi darah harus dilakukan dengan indikasi yang jelas. Karena pada
saat ini komplikasi yang paling ditakutkan akibat transfusi darah adalah penularan
penyakit. Diantaranya hepatitis non-A, non-B (HCV) sebagai komplikasi
terbanyak akibat transfusi, HTLV-I (human T-cell leukemia/ virus limfoma tipe I
5
dan CMV (sitomegalovirus) sampai infeksi yang paling ditakuti yang disebabkan
oleh human imunodefisiensi virus (HIV)9.
Berdasarkan sistem antigen telah dikenal lebih dari 20 golongan darah.
Untuk kepentingan klinik hanya dikenal dua sistem penggolongan darah yaitu
sistem ABO dan sistem Rh. Sebagian besar pasien mempunyai sistem Rh+ (85%)
dan sisanya (15%) sistem Rh-. Jenis golongan darah dan kekerapannya dapat
dilihat pada tabel berikut9:
Jenis Golonan Darah ABOJenis Antibodi KeteranganGolongan AGolongan BGolongan ABGolongan O