BAB I PENDAHULUAN Tuberculosis paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi kronik yang sudah sangat dikenal lama pada manusia, misalnya dia dihubungkan dengan tempat tinggal di daerah lingkungan padat penduduk mdi masa lalu, dibuktikan dengan adanya penemuan kerusakan tulang vertebera yang khas TB dari kerangka yang digali di Heidelberg dari kuburan zaman neolitikum, begitu juga penemuan yang berasal dari mumi dan ukiran dinding piramid Mesir kuno padatahun 2000-4000 SM. Hipokrates telah memperkenalkan terminologi phytisis yang diangkat dari bahasa Yunani yang menggambarkan tampilan TB paru ini. Bukti yang lain dari Mesir, pada mummi yang berasal dari tahun 3500 SM, Jordania (300 SM), Skandinavia (200 SM), Mesir (1000 SM), Peru (700), Inggris (200-400 SM) masing-masing dengan fosil tulang manusia yang melukiskan adanya Pott’s Disease atau abses paru yang berasal dari tuberkulosis, atau terdapatnya lukisan orang-orang dengan bongkok tulang belakang karena sakit spondilitis TB. Literatur Arab : Al Razi (850-953 M) dan Ibnu Sina (980-1037 M) menyatakan adanya kavitas pada paru dan hubungannya dengan lesi di kulit. Pencegahannya dengan makanan yang bergizi, menghirup udara bersih dan 1
Bersama ini kami mengajukan permohonan Surat Tanda Registrasi ( STR ) dokter / dokter gigi, dokter spesialis / dokter gigi spesialis sesuai dengan Undang-undang
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
Tuberculosis paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi kronik yang sudah
sangat dikenal lama pada manusia, misalnya dia dihubungkan dengan tempat
tinggal di daerah lingkungan padat penduduk mdi masa lalu, dibuktikan dengan
adanya penemuan kerusakan tulang vertebera yang khas TB dari kerangka yang
digali di Heidelberg dari kuburan zaman neolitikum, begitu juga penemuan yang
berasal dari mumi dan ukiran dinding piramid Mesir kuno padatahun 2000-4000
SM. Hipokrates telah memperkenalkan terminologi phytisis yang diangkat dari
bahasa Yunani yang menggambarkan tampilan TB paru ini.
Bukti yang lain dari Mesir, pada mummi yang berasal dari tahun 3500 SM,
Jordania (300 SM), Skandinavia (200 SM), Mesir (1000 SM), Peru (700), Inggris
(200-400 SM) masing-masing dengan fosil tulang manusia yang melukiskan
adanya Pott’s Disease atau abses paru yang berasal dari tuberkulosis, atau
terdapatnya lukisan orang-orang dengan bongkok tulang belakang karena sakit
spondilitis TB.
Literatur Arab : Al Razi (850-953 M) dan Ibnu Sina (980-1037 M)
menyatakan adanya kavitas pada paru dan hubungannya dengan lesi di kulit.
Pencegahannya dengan makanan yang bergizi, menghirup udara bersih dan
kemungkinan (prognosis) dapat sembuh dari penyakit ini. Disebutkan juga bahwa
TB sering didapat pada usia muda (18-30 tahun) dengan tanda-tanda badan kurus
dan dada yang kecil.
Baru pada tanggal 24 Maret 1882, Robert Koch menemukan kuman
penyebabnya semacam bakteri berbentuk batang dan dari sinilah diagnosis secara
mikrobiologis dimulai dan penatalaksanaannya lebih terarah. Apalagi pada tahun
8 November 1895 Wilhelm Rontgen menemukan sinar X sebagai alat bantu
menegakkan diagnosis yang lebih tepat.
Penyakit ini kemudian dinamakan Tuberkulosis, dan hampir seluruh tubuh
manusia dapat terserang olehnya tetapi yang paling banyak adalah organ paru.
Pada permulaan abad 19, insiden penyakit tuberkulosis di Eropa dan
Amerika sangat besar. Angka kematian cukup tinggi, yaitu 400 per 100.000
1
penduduk, dan angka kematian berkisar 15-30% dari semua kematian. Diantara
orang-orang terkenal seperti : Voltare, Sir Walter-Scott, Edgar Allan Poe,
Frederick Chopin, Laenec, Anton Chekov, dll. Usaha-usaha untuk mengurangi
angka kematian dilakukan seperti menghirup udara segar di alam terbuka,
makan/minum makanan bergizi, memberikan obat anti tuberkulosis (sebagai
upaya terapi), digitalis, minyak ikan dan lain-lain, tetapi hasilnya masih kurang
memuaskan. Tahun 1840 George Boddington dari Sutton Inggris mengemukakan
konsep sanatorium untuk pengobatan TB, tetapi ia tidak mendapat tanggapan pada
waktu itu. Baru pada tahun 1859 Brehmen di Silesia Jerman, mendirikan
sanatorium dan berhasil menyembuhkan sebagian pasiennya.
Sejak itu banyak sanatorium didirikan seperti di Denmark, Amerika
Serikat dan kemudian terbanyak di sekitar Inggris, Wales, Skotlandia. Setelah
sukses dengan sanatorium, barulah akhirnya dipikirkan usaha pencegahan seperti
memusnahkan sapi yang tercemar TB, memberikan pendidikan kesehatan dan
perbaikan lingkungan padat penduduk, mengurangi pekerjaan yang memberatkan.
Sejak awal abad 19, angka kesakitan dan kematian, pertahun dapat
diturunkan karena program perbaikain gizi dan kesehatan lingkungan yang baik
serta adanya pengobatan lain/tindakan bedah seperti collapse therapy.
Pada tanggal 24 Maret 1892, Robert Koch mengidentifikasi basil tahan
asam M. tuberculosis untuk pertama kali sebagai bakteri penyebab TB ini. Ia
mendemonstrasikan bahwa basil ini bisa dipindahkan kepada binatang yang
rentan, yang akan memenuhi kriteria postulat Koch yang merupakan prinsip
utama dari patogenesis mikrobial. Selanjutnya ia menggambarkan suatu
percobaan pada babi, untuk memastikan observasinya yang pertama yang
menggambarkan bahwa imunitas didapat mengikuti infeksi primer sebagai suatu
fenomena Koch. Konsepnya berupa imunitas yang didapat (acquired immunity)
diperlihatkan dengan pengembangan vaksin TB, satu vaksin yang sangat sukses,
yaitu vaksin Bacillus Calmette Guerin (BCG) dibuat dari strain Mikobakterium
Bovis, vaksinasi ditemukan oleh Albert Camette dan Camille Guerin di Institut
Pasteur Perancis dan pertama kali ke manusia pada tahun 1921.
Sejarah eradikasi TB dengan kemoterapi dimulai pada tahun 1944 ketika
seorang perempuan umur 21 tahun dengan penyakit TB paru lanjut mendapat
2
injeksi pertama Streptomisin yang sebelumnya diisolasi oleh Selman Waksman.
Segera disusul dengan penemuan asam para amino salisik (PAS). Kemudian
dilanjutkan dengan Isoniazid yang signifikan yang dilaporkan oleh Robitzek dan
Selikoff (1952). Kemudian diikuti penemuan berturut-turut Pirazinamid (1954)
dan Etambutol (1952), Rifampisin (1963) yang menjadi obat utama TB hingga
saat ini.1
3
BAB II
INTERVENSI
A. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
Pemilihan intervensi disesuaikan dengan kebutuhan dan kekurangan
yang menjadi permasalahan sanitasi yang menjadi faktor risiko penularan
penyakit diare pada anggota keluarga ini. Rencana pemilihan intervensi
dilakukan dengan melakukan kunjungan rumah dan melakukan pretest tentang
pengetahuan penyakit diare dan peran sanitasi pada penularan penyakit diare.
Kegiatan kunjungan rumah bertujuan mengetahui faktor risiko penularan dari
segi sanitasi sedangkan pretest dilakukan untuk mengetahui tingkat
pengetahuan, sikap dan perilaku keluarga dan pasien tentang penyakit diare
dan pencegahnnya. Dari hasil pretest dan kunjungan rumah itu akan
dirumuskan alternatif pemilihan intervensi.
Permasalahan yang ditemukan setelah dilakukan kunjungan rumah dan
prestes pada pasien dan keluarga adalah
a. Kurangnya pengetahuan keluarga mengenai diare dan penularannya
b. Sanitasi lingkungan rumah yang kurang sehat dan mendukung penularan
penyakit diare
c. Perilaku hidup bersih dan sehat yang kurang dari anggota keluarga
Tabel Matriks Prioritas Masalah
No. Daftar Masalah I T R JumlahIxTxRP S SB Mn Mo Ma
1. Kurangnya pengetahuan keluarga mengenai diare dan penularannya
5 5 5 4 4 4 5 40.000
2. Sanitasi lingkungan rumah yang kurang sehat dan mendukung penularan penyakit diare
4 4 4 4 4 4 4 16.384
3. Perilaku hidup bersih dan sehat yang
4 4 4 4 4 3 4 12.288
4
kurang dari anggota keluarga
Keterangan :I : Importancy (pentingnya masalah)P : Prevalence (besarnya masalah)S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)T : Technology (teknologi yang tersedia)R : Resources (sumber daya yang tersedia)Mn : Man (tenaga yang tersedia)Mo : Money (sarana yang tersedia)Ma : Material (pentingnya masalah)
Kriteria penilaian :1 : tidak penting2 : agak penting3 : cukup penting4 : penting5 : sangat penting
Berdasarkan kriteria matriks di atas, maka urutan prioritas masalah
keluarga dan pasien adalah sebagai berikut :
a. Kurangnya pengetahuan keluarga mengenai diare dan penularannya
b. Sanitasi lingkungan rumah yang kurang sehat dan mendukung penularan
penyakit diare
c. Perilaku hidup bersih dan sehat yang kurang dari anggota keluarga
Kesimpulan :
Prioritas masalah yang diambil adalah kurangnya pengetahuan keluarga
mengenai penyakit diare dan penularannya. Akan tetapi, ketiga
permasalahan yang muncul dalam kelaurga ini dapat disatukan menjadi
menjadi yaitu kurang penegatuan tentang sanitasi dan perilaku hidup bersih
dan sehat dalam pencegahan penyakit diare.
Intervensi yang akan diberikan sebagai alternatif pemecahan masalah
yang akan dilakukan adalah dengan edukasi atau pembinaan keluarga untuk
meningkatkan penegatuan tentang sanitasi dan perilaku hidup bersih dan
sehat dalam pencegahan penyakit diare. Peningkatan pengetahuan pada
keluarga dan pasien diharapkan mampu meningkatkan sikap dan perilaku
serata perbaikan sanitasi dalam tujuan pencegahan penularan diare.
5
B. PELAKSANAAN
Hari/ tanggal : Sabtu/ 1 September 2012
Kegiatan : Kunjungan rumah dan edukasi keluarga
Materi : Peran sanitasi dan PHBS dalam penularan penyakit diare
Sasaran : Pasien dan keluarga
C. MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring dan evalasi dilakukan dengan pemberian postest pada orang
tau pasien setelah diberikan edukasi tentang peran sanitasi dan PHBS dalam
penularan penyakit diare. Postest dilakukan untuk mengetahui perkembangan
pengetahuan setelah dilakukan edukasi. Dari hasil postes menunjukkan
peningkatan pengetahuan tentang peran sanitasi dan PHBS dalam penularan
penyakit diare.
6
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 SKENARIO BATUK YANG BERLANGSUNG LAMA
Pada pasien yang diduga batuk yang berlangsung lama dilakukan
anamnesis, pemeriksaan fisik, penunjang dalam hal menentukan diagnosis.
2.2 PEMERIKSAAN
2.2.1 Anamnesis
Anamnesis baik terhadap pasien maupun keluarganya.
Identitas
Keluhan utama
Riwayat penyakit sekarang (RPS)
Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
Riwayat Keluarga
Riwayat psychosocial (social)
2.2.2 Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Perhatikanlah simetri atau asimetri; sela iga, ruang supraklavikula, dan
tulang-tulang yang membentuk rongga dada. Dibagian posterior, tulang
belakang yang menonjol adalah vertebra cervical ketujuh dan kemudian
ada lengkungan keluar yang halus (kifosis), yang bertemu dengan
lengkung kedalam yang normal di daerah lumbal (lordosis). Lalu
perhatikan dinamika pernapasan, inspirasi maksimum yang dilakukan oleh
orang normal menggunakan otot tambahan di leher yang mengangkat iga
pertama dan kedua dan sedikit mengangkat clavikula. Adanya penonjolan
sternum yang jelas disebut pektus karinatum (dada burung merpati).
Pektus ekskavatum adalah sternum yang cekung kedalam.
7
Palpasi
Dengan melakukan fremitus raba, pakailah sisi ulnar jari kelima atau
telapak tangan pada tempat yang sama diatas tiap paru-paru dan mintalah
pasien untuk mengucapkan “Sembilan puluh Sembilan” untuk mengetahui
adanya suara tambahan bernada rendah. Palpasi pulalah trekea selama
inspirasi dalam dan bila perlu, ukurlah pengembangan dada dengan pita
pengukur.
Perkusi
Tujuan perkusi adalah memperlihatkan keadaan pekak pada tempat
dimana seharusnya ada resonansi.
Pada keadaan, efusi pleura : nada perkusi menjadi pekak jika
ruang pleura berisi cairan.
Paru-paru yang mengalami konsolidasi karena berisi cairan
atau infiltrat seluler tidak mengandung udara dan memberikan
nada pekak.
Pada paru-paru normal dapat terdengar berbagai macam nada perkusi.
Dibagian anterior, didaerah dada kiri bawah atau ruang traub, terdengar
nada timpani yang disebabkan oleh gelembung gas pada lambung. Di
bagian lateral dapat dijumpai daerah pekak limpa, pada garis midaksila iga
ke-8 sampai ke-10. Dan pekak hati ditemukan kira-kira sela iga ke-6
bagian kanan.
Auskultasi
Tiga bunyi pernapasan normal:
Bunyi pernapasan vesikular :
Timbul karena berpusarnya udara di dalam alveolus dan
merupakan bunyi pernapasan normal. Nada ini rendah, halus
dan terdengar paling jelas di bagian perifer karena memang
timbul didekatnya. Karena bunyi ini timbul saat udara masuk ke
alveolus maka lebih terdengar saat inspirasi.
Bunyi pernapasan bronkial :
Timbul karena turbulensi udara di dalam bronkus
kartilaginosa, nada ini lebih kasar dan tinggi dari bunyi nada
8
vesikuler. Tidak dapat didengar pada bagian periver paru-paru
normal karena hilang seluruhnya saat melewati alveolus.
Bunyi pernapasan bronkovesikuler :
Merupakan campuran kedua unsur diatas. Bunyi ini dapat di
dengar pada tempat-tempat dimana, ada bronkeolus besar yang
ditutupi oleh satu lapisan tipis alveolus. Contohnya bunyi dapat
didengar di infraklavikuler kanan di dekat sternum.
Ronki basah :
Bunyi yang dihasilkan selalu menunjukan adanya cairan
didalam ruang alveolus. Kalau pada seluruh apeks paru terdapat
ronki basah merupakan pertanda penemuan fisik TBC.
Ronki :
Akibat turbulensi udara di sekitar mucus atau debris cairan
lain didalam saluran pernapasan yang besar. Bunyi kasar terus
menerus dan dapat bervariasi dari pernapasan satu ke
pernapasan berikutnya kalau posisi bahan tersebut berubah.
Contoh : Tumor.
Stridor :
Suara kasar “melengking” yang berasal dari saluran
pernapasan bagian atas dapat di sebabkan tumor atau adenoid
yang membesar dan dapat menyebabkan sumbatan paru.2
2.2.3 Penunjang
a. Radiologi
Bakteri spesifik indentik dengan Mikrobacterium
tuberkolosis. Dapat menyerang pada anak-anak dan
dewasa, karena itu gambaran penderita TB pada anak-anak
dan dewasa berbeda. Pada anak-anak disebut sebagai
proses primer. Gambaran rontgen dari proses primer ini sendiri adalah:
1. Kelaianan dapat mengenai seluruh jaringan paru
2. Juga dapat mengenai kelenjar limphe hilus. Yang biasanya gambaran hampir
sama dengan Pneumonia.
9
Pada Dewasa disebut sebagai proses reinfeksi. Gambaran spesifek pada dewasa
adalah:
1. Proses spesifik mempunyai predileksi diapex lobus superior
2. Di apical lobus inferior (segmen 10 dextra)
3. Berupa infiltrat bercak konsolidasi/ kesuraman, diregio tersebut
b. Laboratorium
- Darah
Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian karena hasilnya kurang sensitive
dan spesifik. Pada tuberkulasis baru mulai aktif akan ditemukan leukosit
meningkat dangan hitung pegeseran kekiri. Lanju endap darah juga meninggi
dan jumlah limfosit masih normal. Bila keaadaan sembuh maka leukosit akan
kembali normal dan laju endap darah turun dan kembali normal.
Hasil pemeriksaan juga di dapat:
1. Anemia ringan dengan gambaran nomokrom dan normositer
2. Gama globulin meningkat
3. Kadar natrium darah menurun
Pemeriksaan serologi yang pernah dipakai adalah reaksi Takahasi.
Pemeriksaan ini dapat menunjukan proses tuberculosis aktif atau tidak namun
tidak dipakai lagi karena banyak memberikan positif palsu dan negative
palsu. Pemeriksaan serologi lainnya yang banyak dipakai Peroksidase Anti
Peroksida (PAP-TB) yang memiliki nilai sensitive dan spesifik yang cukup
tinggi. Prinsip dasar uji ini ialah dengan menentukan adanya antibody IgG
yang spesifik pada antigen M. tuberculosis. Tetapi tes serologi ini kurang
bermanfaat bila digunakan sebagai sarana tunggal untuk diagnosis TB.
Uji serologi lain adalah uji Mycodot. Yang menggunakan antigen LAM
(lipoarabinomannan) yang dilekatkan pada suatu alat berbentuk sisir plastik.
Sisir dicelupkan ke dalam serum pasien. Antibody spesifik anti LAM dalam
serum akan terdektesi sebagai peruban warna pada sisir yang intesitasnya
sesuai dengan jumlah antibody.
- Sputum
10
Pemeriksaan sputum sangat penting karena akan ditemukan kuman BTA,
diagnosis sudah pasti dan dapat sebagai evaluasi pengobatan. Cara kerjanya
diharuskan pada pasien setu hari sebelum pemeriksaan minum sebanyak 2
liter dan dianjurkan melakukan refleks batuk. Dapat juga dengan memberikan
tambahan obat-obatan mukolitik ekspektoran atau dengan inhalasi larutan
garam hipertonik selama 20-30 menit. Bila masih sulit dapat dilakukan
dengan cara bronkoscopi diambil dengan brushing atau bronchial washing
atau BAL (broncho alveolar lavage). BTA dari sputum dapat juga dengan
menggunakan bilasan lambung yang biasanya dilakukan pada anak-anak
karena anak-anak sangat sulit untuk mengeluarkan dahak.
Kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3
batang kuman BTA pada sediaan atau 5000 kuman dalam 1 ml sputum.
Untuk pewarnaan memakai Tan Thiam Hok yang merupakan modifikasi
gabungan cara pulasan Kinyoun dan Gabbet. Cara pemeriksaan sputum yang
dilakukan adalah :
Pemeriksaan langsung dengan mikroskop biasa
Pemeriksaan langsung dengan mikroskop flurosensi (pewarnaan khusus)
Pemeriksaan dengan biakan (kultur)
Pemeriksaan terhadap resisten obat1
- Uji Tuberkulin
Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan paling bermanfaat untuk
menunjukkan sedang/pernah terinfeksi Mikobakterium tuberkulosa dan sering
digunakan dalam "Screening TBC". Efektifitas dalam menemukan infeksi
TBC dengan uji tuberkulin adalah lebih dari 90%.
Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin, namun sampai sekarang cara
mantoux lebih sering digunakan. Lokasi penyuntikan uji mantoux umumnya
pada ½ bagian atas lengan bawah kiri bagian depan, disuntikkan intrakutan
(ke dalam kulit). Penilaian uji tuberkulin dilakukan 48–72 jam setelah
penyuntikan dan diukur diameter dari pembengkakan (indurasi) yang terjadi.
11
Anak umur kurang dari 1 tahun yang menderita TBC aktif uji tuberkulin
positif 100%, umur 1–2 tahun 92%, 2–4 tahun 78%, 4–6 tahun 75%, dan umur
6–12 tahun 51%. Dari persentase tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar
usia anak maka hasil uji tuberkulin semakin kurang spesifik.
Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk,
dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC
dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan
berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan
tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau
kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi
hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran
pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian
organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.
1. Pembengkakan
(Indurasi)
: 0–4mm,uji mantoux negatif.
Arti klinis : tidak ada infeksi
Mikobakterium tuberkulosa.
2. Pembengkakan
(Indurasi)
: 3–9mm,uji mantoux meragukan.
Hal ini bisa karena kesalahan
teknik, reaksi silang dengan
Mikobakterium atipik atau
setelah vaksinasi BCG.
3. Pembengkakan
(Indurasi)
: ≥ 10mm,uji mantoux positif.
Arti klinis : sedang atau pernah
terinfeksi Mikobakterium
tuberkulosa.
12
Pemeriksaan radiologis dapat memperkuat diagnosis, karena lebih 95% infeksi
primer terjadi di paru-paru maka secara rutin foto thorax harus dilakukan.
Ditemukannya kuman Mikobakterium tuberkulosa dari kultur merupakan
diagnostik TBC yang positif, namun tidak mudah untuk menemukannya.3
2.3 DIAGNOSIS KERJA: TUBERCULOSIS
Tuberculosis (TB) paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi.
Dilakukan diagnosis dengan :
1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik
2. Laboratorium darah rutin (LED normal atau meningkat, limfositosis)
3. Foto toraks PA dan lateral. Gambaran foto toraks yang menunjang
diagnosis TB, yaitu :
Bayangan lesi terletak di lapangan atas paru atau segman apikal
lobus bawah
Bayangan berawan (patchy) atau bebercak (nodular)
Adanya kavitas, tunggal atau ganda
Kelainan bilateral, terutama di lapangan atasparu
Adanya kalsifikasi
Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian
Bayangan milier
4. Pemeriksaan sputum BTA
Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis TB paru, namun
pemeriksaan ini tidak sensitif karena hanya 30-70% pasien TB yang dapat
didiagnosis berdasarkan pemeriksaan ini.
5. Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase)
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen
imunoperoksidase staining untuk menentukan adanya IgG spesifik
terhadap basil TB.
6. Tes Mantoux/ Tuberkulin
7. Teknik Polymerase Chain Reaction
13
Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam berbagai
tahap sehingga dapat mendeteksi meskipun hanya ada 1 mikroorganisme
dalam spesimen. Juga dapat mendeteksi adanya resistensi.
8. Becton Dickinson Diagnostic Instrument System (BACTEC)
Deteksi growth index, berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme
asam lemak oleh M. tuberculosis.
9. Enzyme Linked Imunosorbent Assay
Deteksi respon humoral, berupa proses antigen-antibodi yang terjadi.
Pelaksanaannya rumit dan antibodi dapat menetap dalam waktu lama
sehingga menimbulkan masalah.
10. MYCODOT
Deteksi antibodi memakai sntigen lipoarabinomannan yang direkatkan
pada suatu alat berbentuk seperti sisir plastik, kemudian dicelupkan dalam
serum pasien. Bila terdapat antibodi spesifik dalam jumlah memadai maka
warna sisir akan berubah.1
Klasifikasi diagnostik TB pada anak adalah :4
Klasifikasi Kelas TB pada Anak
Kelas Kontak Infeksi Sakit Tatalaksana
0
1
2
3
-
+
+
+
-
-
+
+
-
-
-
+
-
Profilaksis 1
Profilaksis 2
Terapi TB
14
2.4 DIAGNOSIS BANDING :
1. Pertusis
a. Etiologi
Penyebab pertusis adalah Bordetella pertusis atau Hemopilus pertusis.
b. Manifestasi Klinik
Gejala timbul dalam waktu 7-10 hari setelah terinfeksi. Infeksi
berlangsung selama 6 minggu, dan berkembang melalui 3 tahapan:
Stadium katalaris 1-2 minggu
Gejala infeksi saluran nafas atas
Demam ringan atau tidak demam
Sangat infeksius
Stadium paroksimal 1-6 minggu
Batuk keras terus menerus
Diawali batuk 5-10 kali selama ekspirasi diikuti inspirasi
mendadak dan panjang (whoop) muntah
Selama serangan muka tampak merah. Sianosis, lakrimasi, petechie
terutama konjuntiva, Bayi: apnoe, sianosis, kejang
Stadium konvalensens (1-2 minggu)
Batuk berkurang secara bertahap
Serangan paroksimal bias berulang oleh karena infeksi sekunder
2. Bronkopneumonia
a. Etiologi
Penyebab bronkopneumonia yang biasa dijumpai adalah :