1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia kedokteran saat ini sangat maju dengn pesat terutama dengan pekembangan dan aplikasi komputer bidang kedokteran sehingga ilmu radiologi turut berkembang pesat mulai dari pencitraan organ sampai ke pencitraan selular atau molekular. Di Indonesia perkembangan kedokteran terutama dalam bidang radiologi masih banyak dilakukan serta perlu dukungan pemerintah. Pemeriksaan radiografi polos dalam kasus kedaruratan di negara maju perannya sudah semakin sempit dan diganti dengan teknologi CT scan serta perangkat digital lainnya termasuk USG dan MRI meskipun demikian, alat tersebut masih tetap dipakai karena murah, mudah dan cepat untuk kasus tertentu. Di Indonesia dengan pengembangan program pemerintah pusat dan daerah sudah banyak penempatan alat radiologi dasar di puskesmas besar sehingga dapat membantu dokter yang bertugas dan tidak perlu merujuk ke kota atau RS besar hanya untuk diagnosis penyakit tertentu. 1.2. Rumusan Masalah 1. Apakah definisi foto polos abdomen? 2. Bagaimana prinsip pemeriksaan foto polos abdomen?
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dunia kedokteran saat ini sangat maju dengn pesat terutama dengan
pekembangan dan aplikasi komputer bidang kedokteran sehingga ilmu radiologi
turut berkembang pesat mulai dari pencitraan organ sampai ke pencitraan selular
atau molekular. Di Indonesia perkembangan kedokteran terutama dalam bidang
radiologi masih banyak dilakukan serta perlu dukungan pemerintah.
Pemeriksaan radiografi polos dalam kasus kedaruratan di negara maju
perannya sudah semakin sempit dan diganti dengan teknologi CT scan serta
perangkat digital lainnya termasuk USG dan MRI meskipun demikian, alat
tersebut masih tetap dipakai karena murah, mudah dan cepat untuk kasus tertentu.
Di Indonesia dengan pengembangan program pemerintah pusat dan daerah sudah
banyak penempatan alat radiologi dasar di puskesmas besar sehingga dapat
membantu dokter yang bertugas dan tidak perlu merujuk ke kota atau RS besar
hanya untuk diagnosis penyakit tertentu.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi foto polos abdomen?
2. Bagaimana prinsip pemeriksaan foto polos abdomen?
3. Apa saja indikasi dan kontraindikasi dilakukan foto polos abdomen?
4. Apa saja macam-macam pemeriksaan foto polos abdomen?
5. Bagaimana teknik pemeriksaan foto polos abdomen?
6. Bagaimana prosedur pemeriksaan foto polos abdomen?
7. Bagaimana anatomi radiografi pada foto polos abdomen?
8. Bagaimana cara mengitepretasi fotopolos abdomen?
9. Apa saja gambaran patologis pada foto polos abdomen?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui definisi foto polos abdomen.
2. Mengetahui prinsip pemeriksaan foto polos abdomen.
2
3. Mengetahui indikasi dan kontraindikasi dilakukan foto polos abdomen.
4. Mengetahui macam-macam pemeriksaan foto polos abdomen.
5. Mengetahui teknik pemeriksaan foto polos abdomen.
6. Mengetahui prosedur pemeriksaan foto polos abdomen.
7. Mengetahui anatomi radiografi pada foto polos abdomen.
8. Mengetahui cara mengitepretasi fotopolos abdomen.
9. Mengetahui gambaran patologis pada foto polos abdomen.
1.4. Manfaat
1. Memperluas wawasan mahasiswa kedokteran mengenai peran
dilakukannya pemeriksaan foto polos abdomen sebagai salah satu sarana
pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis adanya suatu penyakit
terutama di regio abdomen.
2. Membantu mahasiswa kedokteran untuk mengintepretasi adanya suatu
kelainan pada foto polos abdomen.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Foto polos abdomen adalah suatu pemeriksaan abdomen tanpa
menggunakan kontras dengan sinar X yang menggambaran struktur dan organ di
dalam abdomen, yaitu : lambung, hati, limpa, usus besar, usus kecil, dan
diafragma yang merupakan otot yang memisahkan dada dan daerah abdomen.
2.2 Prinsip Kerja
Sinar-X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan
gelombang radio, panas, cahaya dan ultra violet, tetapi dengan panjang gelombang
yang sangat pendek. Gelombang /sinar elektromagnetik terdiri atas : listrik, radio,
inframerah, cahaya, ultraviolet, sinar-X, sinar gamma, dan sinar kosmik. Sinar-X
bersifat heterogen, panjang gelombangnya bervariasi dan tidak terlihat. Perbedaan
antara Sinar-X dengan sinar elektomagnetik lainnya juga terletak pada panjang
gelombang, dimana panjang gelombang sinar-X sangat pendek, yaitu hanya
1/10.000 panjang gelombang cahaya yg kelihatan. Karena panjang gelombang yg
pendek itu, maka sinar-X dapat menembus benda-benda. Panjang gelombang
sinar elektromagnetik dinyatakan dalam satuan Angstrom. Gelombang yang
dipergunakan dalam dunia kedokteran antara 0,50 A-0,125 A.
1A = 10⁻⁸ cm ( 1/100.000.000 cm )
Sinar-X mempunyai beberapa sifat fisik, yaitu : daya tembus, pertebaran,
penyerapan efek fotografik, pendar fluor (fluoresensi), ionisasi, dan efek biologik.
1. Daya Tembus
Sinar-X dapat menembus bahan, dengan daya tembus sangat besar dan
digunakan dalam radiografi. Makin tinggi tegangan tabung (besaran KV)
yang digunakan, makin besar daya tembusnya. Makin rendah berat atom
atau kepadatan suatu benda, makin besar daya tembusnya.
4
2. Pertebaran
Apabila berkas sinar-X melalui suatu bahan atau suatu zat, maka berkas
tersebut akan bertebaran ke segala jurusan, menimbulkan radiasi sekunder
(radiasi hambur) pada bahan/ zat yang dilaluinya. Hal ini akan
menimbulkan gambar radiograf dan pada film akan tampak pengaburan
kelabu secara menyeluruh. Untuk mengurangi akibat radiasi hambur ini,
maka diantara subjek dengan film rontgen diletakkan grid.
3. Penyerapan
Sinar-X dalam radiografi diserap oleh bahan atau zat sesuai dengan berat
atom atau kepadatan bahan/zat tersebut. Makin tinggi kepadatannya atau
berat atomnya, makin besar penyerapannya.
4. Efek Fotografik
Sinar-X dapat menghitamkan emulsi film (emulsi perak –bromida) setelah
diproses secara kimiawi (dibangkitkan) di kamar gelap.
5. Pendar fluor (Fluorensi)
Sinar-X menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium- tungstat atau
Zink- sulfid memendarkan cahaya (luminisensi), bila bahan tersebut
dikenai radiasi sinar-X. Luminisensi ada 2 jenis, yaitu :
a. Fluoresensi : memendarkan cahaya sewaktu ada radiasi sinar-X
saja.
b. Fosforisensi : pemendaran cahaya akan berlangsung beberapa saat
walaupun radiasi sinar-X sudah simatikan (after-glow)
6. Ionisasi
Efek primer sinar-X apabila mengenai suatu bahan atau zat akan
menimbulkan ionisasi partikel-partiel bahan atau zat tersebut.
7. Efek Biologik
Sinar-X akan menimbulkan perubahan- perubahan biologik pada jaringan.
Efek biologik ini digunakan dalam pengobatan radioterapi.
Untuk pembuatan sinar-X diperlukan sebuah tabung roentgen hampa udara
dimana terdapat elektron- elektron yng diarahkan dengan kecepatan tinggi pada
suatu sasaran (target). Dari proses tersebut diatas terjadi suatu keadaan dimana
5
energi elektron sebagian besar diubah menjadi panas (99%) dan sebagian kecil
(1%) diubah menjadi sinar-X. Suatu tabung pesawat rontgen mempunyai beberapa
persyaratan, yaitu :
Mempunyai sumber elektron
Gaya yang mempercepat gerakan elektron
Lintasan elektron yang bebas dalam ruang hampa udara
Alat pemusat berkas elektron (focusing cup)
Penghenti gerakan elektron
Urutan proses terjadinya sinar X dari tabung roentgen adalah sebagai
berikut :
1. Katoda (filamen) dipanaskan (lebih dari 20.000˚C) sampai menyala
dengan menggunakan aliran listrik yang berasal dari transformator.
2. Karena panas, elektron- elektron dari katode (filamen) terlepas.
3. Sewaktu dihubungkan dengan transformator tegangan tinggi, elektron-
elektron akan dipercepat gerakannya menuju anoda dan dipusatkan ke alat
pemusat (focusing cup).
4. Filamen dibuat relatif negatif terhadap sasaran (target) dengan memilih
potensial tinggi.
5. Awan- awan elektron mendadak dihentikan pada sasaran (target) sehingga
terbentuk panas (>99%) dan sinar-X (<1%).
6. Pelindung (perisai) timah akan mencegah keluanya sinar-X dari tabung,
sehingga sinar-X yang terbentuk hanya dapat keluar melalui jendela.
7. Panas yang tinggi pada sasaran (terget) akibat benturan elektron ditiadakan
oleh radiator pendingin
Jumlah sinar-X yang dilepaskan setiap satuan waktu dapat dilihat dari alat
pengukur miliampere (MA), sedangkan jangka waktu pemotretan dikendalikan
oleh alat pengukur waktu.
Daya tembus sinar X berbeda-beda sesuai dengan benda yang dilaluinya.
Benda-benda yang mudah ditembus sinar X akan memberi bayangan hitam
(radiolusen). Benda-benda yang sukar ditembus sinar X akan memberi bayangan
putih (radioopak). Diantaranya terdapat bayangan perantara yang tidak terlalu
6
hitam atau radiolusen sedang (moderately radiolucent) dan tidak terlalu putih atau
radioopak (moderately radio-opaque). Diantara radiolusen sedang dan radioopak
sedang bayangan keputih-putihan (intermediate)/ berdasarkan mudah tidaknya
ditembus sinar X, maka bagain tubuh dibedakan atas :
1. Radiolusen (hitam) : gas dan udara.
2. Radiolusen sedang : jaringan lemak.
3. Keputih-putihan : jaringan ikat, otot, darah, kartilago, epitel, batu
kolesterol, batu asam urat.
4. Radioopak sedang : tulang dan garam kalsium.
5. Radioopak (putih) : logam-logam berat.
2.3 Indikasi
Pada kondisi akut abdomen, foto polos abdomen biasanya merupakan
pemeriksaan pertama yang dilakukan. Pemeriksaan lainnya seperti USG, CT Scan
dan IVP digunakan untuk mencari kelainan yang lebih spesifik. Dalam keadaan
akut, abdominal X ray digunakan untuk mendiagnosis:
Obstruksi usus
Perforasi saluran cerna
Pankreatitis
Batu ginjal atau batu empedu
Distribusi faeces
2.4 Kontraindikasi
Tidak ada kontraindikasi mutlak pada foto polos abdomen, tetapi jika
mungkin harus dihindari pada wanita sampai akhir periode reproduksi dan wanita
hamil untuk mencegah paparan radiasi.
2.5. Macam-macam Pemeriksaan Foto Polos Abdomen
a) Pemeriksaan radiodiagnostik sederhana, tanpa persiapan :
Foto polos abdomen tanpa persiapan dimana terutama melihat gambaran
distribusi dari gas dalam usus serta kelainannya (BOF).
7
b) Pemeriksaan radiodiagnostik sederhana dengan persiapan sebelumnya :
Dikerjakan terutama bila nantinya diperkirakan akan ada gangguan dari
hasil photo bila kondisi penderita belum memenuhi syarat, yaitu.:
Foto polos abdomen melihat saluran kencing (BNO atau KUB) dalam hal
ini kotoran dalam usus sangat mengganggu hasil photo sehingga harus
dibersihkan sebelumnya. Foto polos abdomen dengan persiapan untuk
melihat keadaan ginjal dan salurannya serta bagian belakang abdomen ,
Dalam hal ini kita harus membersihkan sisa makanan (faecal material) dari
usus yang akan mengganggu gambaran di film. Sehingga diperlukan
penanganan sebelum pemeriksaan dengan mempersiapkan penderita
dengan makanan yang bebas serat selama beberapa hari, kemudian
dibersihkan dengan pencahar agar kotoran makanan dalam usus yang ada
dikeluarkan semua dengan demikian usus akan bersih dari kotoran sisa
makanan/faecal material yang menutupi daerah dibelakangnya. Hal ini
tidak dapat kita kerjakan sendiri terutama penderita rawat inap, perlu
bantuan rekan kerja terkait.
Persiapan Penderita untuk BNO / Foto Polos Abdomen ;
- Tujuan : membersihkan usus dari faecal material, agar
photo polos abdomen bebas dari bayangan faecal material yang
menutupi bayangan organ abdomen, yaitu : bayangan ginjal, limpa,
psoas shadow dan adanya kalsifikasi/batu didaerah tractus urinarius
dan di kandung empedu.
- Dasar : faecal material adalah bentukan sisa makanan
berserat didalam usus, terutama colon yang dapat hilang sesudah 2-3
hari keluar bersama defecasi.
- Cara : makan bebas serat 2-3 hari sebelum pemeriksaan
dilanjutkan dengan pencahar/laxant/urus-urus malam sebelum
pemeriksaan (dengan minum banyak air sebagai pembantu untuk
mengencerkan faecal material, sekitar 1-1,5 liter air pada malam
tersebut), sesudah itu puasa pada pagi hari pemeriksaan dan diberikan
pencahar suppositoria per anum pada pagi hari tersebut untuk
8
merangsang defekasi dan menghabiskan sisa makanan dalam rektum
dan kolon sigmoid.
Diingatkan agar jangan merokok dan banyak bicara (aerophagia)
- Obat-obatan :
Garam inggris (sulfas magnesicus) atau pencahar
lain yang relatif kuat.
Suppositoria per anum, seperti Dulcolax
supposutoria atau Microlax.
- Pemeriksaan radiologi yang memerlukan persiapan ini :
Colon inloop / Barium enema.
I.V.P. (Intravenous Pyelography).
2.6. Teknik Pemeriksaan
Sebaiknya pemotretan dibuat dengan memakai kaset film yang dapat
mencakup seluruh abdomen beserta dindingnya. Perlu disiapkan ukuran kaset dan
film ukuran 35 x 43 cm.
Foto polos abdomen dapat dilakukan dalam 3 posisi, yaitu :
1. Tiduran telentang (supine), sinar dari arah vertikal dengan proyeksi antero-
posterior (AP).
2. Duduk atau setengah duduk atau berdiri kalau memungkinkan, dengan
sinar horizontal proyeksi AP.
3. Tiduran miring ke kiri (Left Lateral Decubitus = LLD), dengan sinar
horizontal, proyeksi AP.
2.7. Prosedur Kerja
a) Posisi AP supine
Persyaratan teknis : ukuran film 35x43 cm/30x40 cm, posisi
memanjang menggunakan grid yang bergerak maupun statis, dengan
variasi 70-80 kV dan 20-25 mAs.
Sedangkan posisi pasien:
Tidak ada persiapan khusus untuk pemeriksaan foto polos abdomen
9
Penderita diminta untuk melepaskan pakaian dan perhiasan untuk
menghidanri terjadinya artefak pada film dan memakai
perlindungan untuk daerah gonad, terutama untuk pria
Pasien tidur terlentang, lengan pasien diletakkkan di samping
tubuh, garis tengah badan terletak tepat pada garis tengah
pemeriksaan, kedua tungkai ekstensi.
Posisi obyek : bagian tengah kaset setinggi krista iliaka dengan batas
tepi bawah setinggi simfisis pubis, tidak ada rotasi pelvis dan bahu.
Pusat sinar pada bagian tengah film dengan jarak minimal 102 cm
Gambar 2.1. Posisi AP Supine
Kriteria hasil foto polos abdomen yang baik antara lain :
1. Tampak diafragma sampai dengan tepi atas simphisis pubis
2. Alignment kolom vertebra di tengah, densitas tulang costae, pelvis
dan panggul baik.
3. Processus spinosus terletak di tengah daan crista iliaca terletak
simetris
4. Pasien tidak bergerak saat difoto yang ditandai dengan tajamnya batas
gambar costae dan gas usus
5. Foto dapat menggambarkan batas bawah hepar, ginjal, batas lateral
muskulus psoas dan procesus transversus dari vertebra lumbal.
6. Marker yang jelas untuk mengindikasi posisi pasien saat pemeriksaan
10
b) Posisi Left Lateral Decubitis (LLD)
Pasien tidur miring ke kiri, tekuk lengan melingkari kepala. Film
diletakan di depan atau belakang perut pasien. Mengikuti area
simphisis pubis pada film. Titik tengah terletak pada garis tengah film.
Arah sinar horizontal 90o dengan film dengan proyeksi AP untuk
melihat air fluid level dan kemungkinan perforasi usus.
Gambar 2.2. Posisi LLD
c) Posisi Setengah Duduk/ berdiri
Pasien dapat dengan posisi duduk atau berdiri kalau memungkinkan,
dengan sinar horizontal proyeksi AP 90o dari film.
Posisi pasien dalam posisi anteroposterior dengan bagian belakang
tegak. Pastikan punggung tidak rotasi. Letakan lengan dan tangan
dalam posisi anatomi. Pasien tidak boleh bergerak. Point sentral
terletak pada garis tengah tubuh dengan garis tengah film.
Gambar 2.3. Posisi AP
11
Pengambilan foto dengan posisi ini dipengaruhi oleh gravitasi,
sehingga yang paling utama nampak adalah:
Udara bebas
Fluid sinks
Kidneys drop
Transverse colon drops
Small bowel drops
Breasts drop
Lower abdomen bulges dan penambahan densitas pada X-ray
Diaphragm descends
Gambar 2.4. Hasil foto polos abdomen posisi erect
Gambar 2.4. Gambaran Foto Polos Abdomen pada Posisi Erect
Posisi erect ditandai dengan T11
Berdasarkan posisis dari payudara, menyebabkan penambahan densitas
pada kuadran kanan dan kiri.
Gas di fundus gaster- khas pada posisi erect
Kuantitas yang kecil pada gas yang terjebak di perut
12
Letak film di tengah atas akan menunjukan dasar paru tetapi tidak dapat
melihat bagian dari pelvis.
Posisi kolon akan jatuh mengikuti gravitasi dan memenuhi abdomen
bagian bawah anterior, menyebabkan penambahan densitas pada
abdomen bagian bawah.
2.7. Anatomi Radiografi
Abdomen membentang dari diafragma hingga pelvis. Hanya lambung dan
kolon yang dalam keadaan normal mengandung udara di dalam lumennya. Usus
halus biasanya tidak mengandung udara di dalamnya. Batas udara cairan normal
terdapat di dalam lambung, duodenum dan kolon, namun tidak lazim ditemukan
di dalam usus halus. Hati, kandung empedu dan limpa merupakan organ padat
intraperitoneum yang terletak berturut-turut di daerah subkostalis kanan dan kiri.
Di dalam retroperitoneum, terdapat ginjal dan fasia perirenalis, kelenjar adrenal,