NEURODERMATITIS I. PENDAHULUAN Neurodermatitis adalah peradangan kulit kronis, yang ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit tampak menonjol (likenifikasi) menyerupai batang kayu. Gejala neurodermatitis timbul dikarenakan respon kutaneus terhadap garukan atau gosokan yang terus menerus karena rangsangan pruritogenik. Penyebab utama dari neurodermatitis belum diketahui, namun pada dasarnya gejala pruritus memilki peran sentral dalam timbulnya reaksi kulit berupa likenifikasi. Pada hipotesis mengenai pruritus dikatakan, pruritus dapat terjadi karena adanya penyakit yang mendasarinya, misalnya gagal ginjal kronis, obstruksi saluran empedu, limfoma Hodgkin, hipertiroid. Atau bisa karena penyakit kulit seperti dermatitis atopik, dermatitis kontak alergi, gigitan serangga, dan aspek psikologik dari tekanan emosi. Neurodermatitis dikenal juga dengan nama liken simplek kronik. Keluhan utamanya berupa gatal yang berulang dalam jangka waktu yang lama sehingga menimbulkan gejala berupa kulit yang menebal dan garis kulit yang menonjol (likenifikasi). Pada setiap individu, keluhan utama gatal yang lama bisa berbeda, semua bergantung dari respon kulit yang menerima rangsangan pruritogenik, penyakit yang mendasarinya dan emosinya. Variasi klinis dari neurodermatitis sering terjadi pada orang dewasa. Contohnya pada pasien yang memiliki 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
NEURODERMATITIS
I. PENDAHULUAN
Neurodermatitis adalah peradangan kulit kronis, yang ditandai dengan kulit tebal
dan garis kulit tampak menonjol (likenifikasi) menyerupai batang kayu. Gejala
neurodermatitis timbul dikarenakan respon kutaneus terhadap garukan atau gosokan
yang terus menerus karena rangsangan pruritogenik. Penyebab utama dari
neurodermatitis belum diketahui, namun pada dasarnya gejala pruritus memilki peran
sentral dalam timbulnya reaksi kulit berupa likenifikasi. Pada hipotesis mengenai
pruritus dikatakan, pruritus dapat terjadi karena adanya penyakit yang mendasarinya,
misalnya gagal ginjal kronis, obstruksi saluran empedu, limfoma Hodgkin, hipertiroid.
Atau bisa karena penyakit kulit seperti dermatitis atopik, dermatitis kontak alergi,
gigitan serangga, dan aspek psikologik dari tekanan emosi. Neurodermatitis dikenal
juga dengan nama liken simplek kronik. Keluhan utamanya berupa gatal yang
berulang dalam jangka waktu yang lama sehingga menimbulkan gejala berupa kulit
yang menebal dan garis kulit yang menonjol (likenifikasi). Pada setiap individu,
keluhan utama gatal yang lama bisa berbeda, semua bergantung dari respon kulit
yang menerima rangsangan pruritogenik, penyakit yang mendasarinya dan
emosinya. Variasi klinis dari neurodermatitis sering terjadi pada orang dewasa.
Contohnya pada pasien yang memiliki riwayat penyakit dermatitis atopik memiliki
onset lebih cepat untuk menjadi penyakit neurodermatitis dibandingkan dengan
pasien yang tidak memiliki riwayat penyakit dermatitis atopik. Pada umumnya pasien
yang menderita neurodermatitis telah mengetahui penyakitnya sudah sejak lama,
namun kebanyakan dari mereka tidak mengetahui tentang penyakitnya yang
dipengaruhi oleh penyakit yang mendasar dan keadaan emosinya. Pembahasan
mengenai neurodermatitis dalam makalah ini dapat digunakan untuk memberikan
penjelasan kepada masyarakat mengenai apa itu neurodermatitis, bagaimana
mendiagnosa neurodermatitis dan bagaimana tatalaksana pengobatan
neurodermatitis1,2.
1
II. EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini dapat mengenai semua kelompok umur mulai dari anak-anak sampai
dewasa. Kelompok usia dewasa 30 – 50 tahun paling sering mengalami keluhan
neurodermatitis. Neurodermatitis dapat terjadi pada laki-laki dan wanita, tetapi lebih
sering dilaporkan terjadi pada wanita terutama pada umur pertengahan Individu.
Neurodermatitis jarang terjadi pada anak-anak, karena neurodermatitis merupakan
penyakit yang bersifat kronis dan dipengaruhi oleh keadaan emosi dan penyakit yang
mendasarinya. Dilihat dari ras dan suku bangsa, Asia terutama ras mongoloid lebih
sering terkena penyakit ini kemungkinan karena faktor protein yang dikonsumsinya
berbeda dengan ras dan suku bangsa lainnya1,2. .
III. ETIOPATOGENESIS
Pruritus memainkan peran sentral dalam timbulnya pola reaksi kulit berupa
likenifikasi. Hipotesis mengenai pruritus dapat oleh karena adanya penyakit yang
mendasari, misalnya gagal ginjal kronis, obstruksi saluran empedu, limfoma Hodgkin,
hipertiroid, penyakit kulit seperti dermatitis atopik, dermatitis kontak alergi, gigitan
serangga, dan aspek psikologi dengan tekanan emosi. Pada neurodermatitis jumlah
eosinofil meningkat. Eosinofil yang berisi protein X dan protein kationik akan
menimbulkan degranulasi sel mast . Degranulasi sel mast akan mengaktifkan sel-sel
saraf sumsum tulang sebagai kompensasinya. Sel-sel saraf yang berisi CGRP
(Calcitonin Gene-Related Peptide) dan SP (substance P), jumlahnya di dermis juga
akan meningkat sehingga akan melepaskan histamin dari sel mast yang selanjutnya
akan memicu pruritus. Semakin tinggi eosinofil pasien yang mengalami
neurodermatitis akan semakin sering pasien mengeluh gejala gatal1-3.
Trauma mekanik kronis pada kulit berupa garukan atau gosokan akan
mengakibatkan penebalan pada kulit. Garukan dan gosokan berulang (yang dipicu
factor asing atau dari diri sendiri) menghasilkan nodular likenifikasi dan
hyperkeratosis. Gatal pada neurodermatitis bersifat lokal. Tempatnya tergantung
dimana sering terpapar rangsangan pruritogenik. Pada individu yang mengalami
neurodermatitis rasa ingin menggaruk sangat besar, pasien akan merasakan adanya
2
gatal yang hebat dan tidak dapat mengontrol untuk menggosok atau menggaruk pada
tempat yang gatal2.
Neurodermatitis dipengaruhi oleh keadaan emosi pasien. Gejalanya akan timbul
seiring dengan emosi pasien yang tinggi. Dari pemeriksaan efloresensi akan tampak
hiperpigmentasi pada kulit, lesi purpura dengan permukaan tidak rata, ekskoriasi
pada tempat yang gatal dan dapat menjadi krusta. Hasil efloresensi ini disebabkan
karena seringnya pasien menggaruk bagian yang gatal. Dari hasil studi
immunohistokimia menunjukkan peningkatan jumlah dari sel-sel saraf pada kulit
terjadi terutama pada neurodermaitis. Pada pemeriksaan biopsy kulit menunjukkan
secara signifikan penurunan kepadatan jaringan saraf intraepidermal, yang mengacu
pada subklinikal neuropati sejumlah kecil jaringan. Pada studi lainnya
mengindikasikan bahwa sitokin berhubungan dengan STAT 6 beraktivasi bersama
dengan beberapa stimulus yang tidak diketahui yang mengaktivasi STST 3 yang
mempunyai peranan penting dalam pathogenesis neurodermatitis.2,3
Pada pasien yang memiliki faktor predisposisi, garukan kronik dapat
menimbulkan penebalan dan likenifikasi. Jika tidak diketahui penyebab yang nyata
dari garukan, maka disebut neurodermatitis sirkumskripta. Adanya garukan yang
terus-menerus diduga karena adanya pelepasan mediator dan aktivitas enzim
proteolitik. Walaupun sejumlah peneliti melaporkan bahwa garukan dan gosokan
timbul karena respon dari adanya stress. Adanya sejumlah saraf mengandung
immunoreaktif CGRP (Calsitonin Gene-Related Peptida) dan SP (Substance
Peptida) meningkat pada dermis. Hal ini ditemukan juga pada prurigo nodularis, tetapi
tidak pada neurodermatitis sirkumskripta. Sejumlah saraf menunjukkan imunoreaktif
somatostatin, peptide histidine, isoleucin, galanin, dan neuropeptida Y, dimana sama
pada neurodermatitis sirkumskripta, prurigo nodularis dan kulit normal. Hal tersebut
menimbulkan pemikiran bahwa proliferasi nervus akibat dari trauma mekanik, seperti
garukan dan goresan. SP dan CGRP melepaskan histamin dari sel mast, dimana
akan lebih menambah rasa gatal. Membran sel schwann dan sel perineurium
menunjukkan peningkatan dan p75 nervus growth factor, yang kemungkinan terjadi
akibat dari hyperplasia neural. Pada papilla dermis dan dibawah dermis alpha-MSH
(Melanosit Stimulating Hormon) ditemukan dalam sel endotel kapiler4.
3
IV. GEJALA KLINIS
Keluhan utama dari neurodermatitis ialah gatal berulang. Pasien akan mengeluh
gatal yang hilang timbul terutama saat sore hari. Rasa gatal memang tidak terus
menerus, biasanya pada waktu tidak sibuk, bila muncul sulit ditahan untuk tidak
digaruk. Penderita merasa enak bila digaruk; setelah luka, baru hilang rasa gatalnya
untuk sementara (karena diganti dengan rasa nyeri). Lesi biasanya tunggal, pada
awalnya berupa plak eritematosa, sedikit edema, lambat laun edema dan eritema
menghilang, bagian tengah berskuama dan menebal, likenifikasi dan ekskoriasi;
sekitarnya hiperpigmentasi, batas dengan kulit normal tidak jelas. Gambaran klinis
dipengaruhi juga oleh lokasi dan lamanya lesi akibat digaruk. Letak lesi dapat timbul
dimana saja, tetapi yang biasa ditemukan adalah di scalp, tengkuk, samping leher,
lengan bagian ekstensor, pubis, vulva, skrotum, perianal, paha bagian medial, lutut,
tungkai bawah lateral, pergelangan kaki bagian depan, dan punggung kaki1,3
Neurodermatitis di daerah tengkuk (lichen nuchae) umumnya hanya pada wanita,
berupa plak kecil di tengah tengkuk atau dapat meluas hingga ke scalp. Biasanya
skuamanya banyak menyerupai psoriasis. Variasi klinis neurodermatitis dapat berupa
prurigo nodularis, akibat garukan atau korekan tangan penderita yang berulang-ulang
pada suatu tempat. Lesi berupa nodus berbentuk kubah, permukaan mengalami erosi
tertutup krusta dan skuama, lambat laun menjadi keras dan berwarna lebih gelap
(hiperpigmentasi). Lesi biasanya multipel; lokalisasi tersering di ekstremitas;
berukuran mulai beberapa milimeter sampai 2 cm1
Keparahan gatal dapat diperburuk bila pasien berkeringat, pasien berada pada
suhu yang lembab, atau pasien terkena benda yang merangsang timbulnya gatal
(alergen). Gatal juga dapat bertambah pada saat pasien mengalami stress psikologis.
Pada pasien muda, keluhan gatal umumnya kurang dirasakan karena tidak begitu
mengganggu aktivitasnya, akan tetapi keluhan gatalnya sangat dirasakan seiring
bertambahnya usia dan faktor pemicu stressnya. Kelainan kulit yang terjadi bisa
berupa eritem, edema, papul, likenifikasi (bagian yang menebal), kering, berskuama
atau hiperpigmentasi. Ukuran lesi bervariasi, berbatas tidak tegas dan bentuk
umumnya tidak beraturan. Lesi pada setiap individu pasien berbeda. Tidak ada
penjelasan yang tegas mengenai berapa lama lesi pada neurodermatitis terbentuk.
4
lesi tergantung dari sering dan lamanya pasien mengalami keluhan gatal dan
menggaruknya. Dari pemeriksaan efloresensi, lesi tampak likenifikasi berupa
penebalan kulit dengan garis-garis kulit yang semakin terlihat, terlihat plak dengan
ekskoriasi serta sedikit eritematosa (memerah) dan edema. Pada lesi yang sudah
lama, lesi akan tampak berskuama pada bagian tengahnya, terjadi hiperpigmentasi
(warna kulit yang digaruk berubah menjadi kehitaman) pada bagian lesi yang gatal,
bagian eritema dan edema akan menghilang, dan batas lesi dengan bagian kulit
normal semakin tidak jelas.3,4
Likenifikasi, Hiperpigmentasi
Likenifikasi, Ekskoriasi
Eritematosa, Edema
Gambar 2. Lesi neurodermatitis berupa plak eritematosa, edema, likenifikasi, hiperpigmentasi dan ekskoriasi
Koleksi sendiri.
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan Uji Tempel
Pemeriksaan uji tempel bertujuan untuk memeriksa riwayat alergi pasien.
pemeriksaan uji tempel biasanya dilakukan di punggung. Untuk melakukan uji temple
diperlukan antigen, antigen standar buatan pabrik yang biasa dipakai, misalnya Finn
Chamber System Kit. Adakalanya tes uji tempel dilakukan dengan antigen bukan
standar dapat berupa bahan kimia murni, atau lebih sering bahan campuran yang
berasal dari rumah atau lingkungan kerja yang bersifat toksik1.
Pemeriksaan uji tempel dilakukan dengan mengambil potongan kecil bahan alergen
yang sudah direndam dengan air garam kemudian dtempelkan ke kulit dengan
memakai Finn Chamber dan dibiarkan selama 48 jam. Pembacaan hasil uji tempel 5
dilakukan secara dua kali pembacaan. Pembacaan pertama setelah 48 jam
sedangkan pembacaan kedua setelah 72 atau 96 jam. pembacaan pertama bertujuan
untuk memeriksa respon tubuh pasien terhadap antigen dan pembacaan yang kedua
bertujuan untuk membedakan antara kontak alergi dengan kontak iritan1.
Hasil pembacaan yang pertama (48 jam)1 :
1.) Reaksi lemah : eritema, Infiltrat, papul
2.) Reaksi kuat : edema atau vesikel
3.) Reaksi sangat kuat : bula atau ulkus
4.) Meragukan : hanya macula eritematosa
5.) Iritasi : terbakar, pustule atau purpura
6.) Reaksi negatif
7.) Excited skin
8.) Tidak dites
Hasil pembacaan yang kedua (72 jam)1:
1) Reaksi Crescendo : reaksi alergi, reaksi semakin jelas dari pembacaan satu dan