7/23/2019 PRESUS Neurodermatitis Aditya Novita
1/26
PRESENTASI KASUS
(NEURODERMATITIS)
LIKEN SMPLEKS KRONIKUS
Disusun Oleh :
Aditya Novita G1A212065
Pembimbing :
dr. Ismiralda Oke, Sp.KK
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO
2013
7/23/2019 PRESUS Neurodermatitis Aditya Novita
2/26
2
HALAMAN PENGESAHAN
(NEURODERMATITIS) LIKEN SIMPLEKS KRONIKUS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas Mengikuti
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
Disusun oleh :
Aditya Novita G1A212065
Telah dipresentasikan
Pada Tanggal : April 2013
Menyetujui
dr. Ismiralda Oke, Sp.KK
7/23/2019 PRESUS Neurodermatitis Aditya Novita
3/26
3
I. PENDAHULUANI. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A R
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 43 tahun
Pekerjaan : Karyawan Puskesmas
Pendidikan Terakhir : D3
Status Pernikahan : Sudah Menikah
Alamat : Kebokoran RT 03/04
Agama : Islam
No. CM : 50-46-44
II. ANAMNESISDiambil dari autoanamnesis pada tanggal 23 Maret 2013, pukul 10.00
WIB
Keluhan Utama : Gatal di daerah sekitar mata kaki kiri.
Keluhan Tambahan : Kulit menjadi kasar dan tebal karena sering
digaruk, tetapi tidak panas dan nyeri.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien merasakan Gatal di daerah sekitar mata kaki kiri sejak satu
tahun yang lalu. Gatal dirasakan semakin bertambah setiap harinya
sehingga pasien tidak tahan dan menggaruk-garuk daerah yang gatal.
Keluhan dirasakan kumat-kumatan dan bertambah berat terutama
saat pasien sedang memiliki masalah yang menjadi beban pikiran seperti
pekerjaan yang menumpuk, gatal tidak diperberat dengan berkeringat
ataupun pasien menggunakan detergen untuk mencuci. Gatal dirasakan
saat istirahat dan hilang saat beraktivitas. Karena gatalnya tidak dapat
ditahan, pasien secara spontan langsung menggaruk-garuk daerah yang
7/23/2019 PRESUS Neurodermatitis Aditya Novita
4/26
4
gatal hingga kemerahan bahkan sampai berdarah setelah itu rasa gatal
hilang dan terasa enak. Menurut pasien daerah yang digaruk menjadi
merah, lama kelamaan tebal dan bersisik di bagian tengah serta berwarna
kehitaman di tepinya. Padahal sebelumnya hanya berupa benjolan kecil
tidak terasa panas dan nyeri, tetapi setelah digaruk semakin meluas dan
melebar.
Sebelum datang ke Poli Penyakit Kulit dan Kelamin RS Margono
Soekardjo, pasien pernah berobat ke puskesmas dan mendapat obat berupa
salep yang dioleskan sebanyak tiga kali dalam sehari. Keluhan gatal
kemudian dirasakan membaik, namun setelah obat habis dapat kembali
timbul. Tetapi bekas garukan di daerah gatalnya menetap tidak pernah
hilang.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Tidak ada.Riwayat Alergi
Tidak ada Riwayat Penyakit Diabetes Mellitus, Hipertensi
Tidak ada Riwayat Penyakit Asma
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada yang menderita penyakit dengan keluhan yang sama dengan
pasien.
Tidak ada yang menderita Alergi
Tidak ada yang menderita Penyakit Asma pada keluarga pasien
Tidak ada yang menderita Penyakit Diabetes Mellitus, Hipertensi
III. STATUS GENERALISKeadaaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan gizi : Baik, BB: 68 kg, TB: 168 cm
Vital Sign : Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Pernafasan : 18 x/menit
7/23/2019 PRESUS Neurodermatitis Aditya Novita
5/26
5
Suhu : afebris
Kepala : Mesochepal, rambut hitam, distribusi merata
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Simetris, deviasi septum (-), sekret (-)
Telinga : Bentuk daun telinga normal, sekret (-)
Mulut : Mukosa bibir dan mulut lembab, sianosis (-)
Tenggorokan : T1T1 tenang , tidak hiperemis
Thorax : Simetris, retraksi (-)
Jantung : BJ III reguler, murmur (-), Gallop (-)
Paru : SD vesikuler , ronki (-/-) , wheezing (-)
Abdomen : Supel, datar, BU (+) normal
Kelenjar Getah Bening: tidak teraba pembesaran.
Ekstremitas : Akral hangat, edema ( ), sianosis ( )
IV. STATUS DERMATOLOGIKUSLokasi : Ekstremitas Inferior
Effloresensi : Tampak makula eritematosa, hiperpigmentasi, berbatas
tegas, likenifikasi dengan skuama halus pada bagian tepi,
ukuran plakat, bentuk lingkaran tidak beraturan, lokalisasi
soliter.
V. PEMERIKSAAN PENUNJANGTidak dilakukan pemeriksaan penunjang
VI.
RESUMEPasien Tn. A R, Laki-laki, usia 43 tahun datang dengan keluhan
Gatal di daerah sekitar mata kaki kiri sejak satu tahun yang lalu. Gatal
dirasakan semakin bertambah setiap harinya sehingga pasien tidak tahan
dan menggaruk-garuk daerah yang gatal. Keluhan dirasakan kumat-
kumatan dan bertambah berat terutama saat pasien sedang memiliki
masalah yang menjadi beban pikiran seperti pekerjaan yang menumpuk.
Gatal dirasakan saat istirahat dan hilang saat beraktivitas. Menurut pasien
7/23/2019 PRESUS Neurodermatitis Aditya Novita
6/26
6
daerah yang digaruk menjadi merah, lama kelamaan tebal dan bersisik di
bagian tengah serta berwarna kehitaman di tepinya. Padahal sebelumnya
hanya berupa benjolan kecil tidak terasa panas dan nyeri, tetapi setelah
digaruk semakin meluas dan melebar. Pasien pernah berobat ke puskesmas
dan mendapat obat berupa salep. Keluhan gatal kemudian dirasakan
membaik. Pada pemeriksaan status generalis dalam batas normal. Pada
pemeriksaan status dermatologikus Lokasi Ekstremitas Inferior tampak
makula eritematosa, hiperpigmentasi, berbatas tegas, likenifikasi dengan
skuama halus pada bagian tepi, ukuran plakat, bentuk lingkaran tidak
beraturan, lokalisasi soliter.
VII. DIAGNOSA KERJALiken simpleks kronikus ( Neurodermatitis Sirkumskripta)
VIII. DIAGNOSIS BANDING1. Liken Planus
Predileksi: permukaan fleksor pergelangan tangan, batang tubuh, kaki,
glans penis, medial paha, selaput lendir dan vagina.
UKK : lesi yang khas berupa papula kecil, datar, poligonal permukaan
mengkilap, warna keunguan, berangulasi dengan anyaman garis
keabu-abuan (wickhams striae) pada permukaannya. Di atasnya
terdapat skuama halus.
2. PsoriasisPredileksi: scalp. Tengkuk, interskapula, lumbosakral, bagian
ekstensor lutut dan siku, areola, mamaer, lipatan mamae, umbilicus,punggung kaki dekat pergelangan
UKK: macula eritematosa yang merata berbatas tegas dengan skuama
tebal diatasnya. Skuama kasar berlapis-lapis, warna putih transparan,
bentuk bulat atau lonjong, ukuran bervariasi.
3. Dermatitis AtopikPredileksi: muka, kepala, tengkuk, lipat siku, pergelangan tangan, fosa
poplitea
7/23/2019 PRESUS Neurodermatitis Aditya Novita
7/26
7
UKK: edema, vesikel/bula, dapat disertai ekskoriasi. Pada keadaan
kronik dapat terjadi penebalan kulit/likenifikasi dan hiperpigmentasi.
IX. PEMERIKSAAN ANJURANHistopatologi
X. PENATALAKSANAAN1. Non Medikamentosa
a. Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya.b. Mencegah garukan dan gosokan pada daerah yang gatalc. Istirahat yang cukupd. Hindari stress psikologise. Menjaga kebersihan kulit dengan mandif. Hindari dari gigitan serangga
2. MedikamentosaSistemik:
Antihistamin Loratadine 10 mg tablet 1x1
Antidepresi Amitriptylin tab 1x1 (malam)
Topikal:
Inerson
Asam Salisilat 3%
LCD vaseline salep
XI.
PROGNOSISQuo ad vitam : bonam
Quo ad kosmeticum : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
7/23/2019 PRESUS Neurodermatitis Aditya Novita
8/26
8
Effloresensi Pada Pasien Tn. A R
7/23/2019 PRESUS Neurodermatitis Aditya Novita
9/26
II. TINJAUAN PUSTAKALIKEN SIMPLEK KRONIKUS (NEURODERMATITIS
SIRKUMSKRPTA)
1.1.Definisi
Liken simpleks kronikus adalah Penebalan kulit dengan skala variable
yang timbul sekunder karena garukan atau gosokan berulang-ulang.
Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip, ditandai dengan kulit tebal dan
garis kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu,
akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai rangsangan
pruritogenik (Djuanda Adhi, 2006; Susan Burgim, 2008; Odom RB, 2000).
Liken simpleks kronikus merupakan proses yang sekunder ketika
seseorang mengalami sensasi gatal pada daerah kulit yang spesifik dengan
atau tanpa kelainan kulit yang mendasar yang dapat mengakibatkan trauma
mekanis pada kulit yang berakhir dengan likenifikasi. Penyakit ini biasanya
timbul pada pasien dengan kepribadian yang obsesif, dimana selalu ingin
menggaruk bagian tertentu dari tubuhnya (Soter NA, 2003).
1.2. Sinonim
Nama lain dari liken simpleks kronikus adalah neurodermatitis
sirkumskripta, istilah yang pertama kali dipakai oleh Vidal, oleh karena itu
disebut pula liken Vidal (Djuanda Adhi, 2006).
1.3. EtioPatogenesis & Patofisiologi
Penyebab liken simpleks kronikus belum diketahui secara pasti.
Namun ada berbagai faktor yang mendorong terjadinya rasa gatal pada
penyakit ini, faktor penyebab dari liken simpleks kronikus dapat dibagi
menjadi dua yaitu:
a. Faktor Eksterna1)Lingkungan
Faktor lingkungan seperti panas dan udara yang kering dapat
berimplikasi dalam menyebabkan iritasi yang dapat menginduksi
7/23/2019 PRESUS Neurodermatitis Aditya Novita
10/26
10
gatal. Suhu yang tinggi memudahkan seseorang berkeringat sehingga
dapat mencetuskan gatal, hal ini biasanya menyebabkan liken
simpleks kronikus pada daerah anogenital.
2)Gigitan SeranggaGigitan serangga dapat menyebabkan reaksi radang dalam tubuh yang
mengakibatkan rasa gatal (Soter NA, 2003).
b. Faktor Interna1)Dermatitis atopik
Asosiasi antara liken simpleks kronikus dan gangguan atopik telah
banyak dilaporkan, sekitar 26% sampai 75% pasien dengan dermatitis
atopik terkena liken simpleks kronikus.
2)PsikologisKecemasan telah dilaporkan memiliki prevalensi tertinggi yang
mengakibatkan liken simpleks kronikus. Kecemasan sebagai bagian
dari proses patologis dari lesi yang berkembang. Telah dirumuskan
bahwa neurotransmitter yang mempengaruhi perasaan, seperti
dopamine, serotonin, atau peptide opioid, memodulasikan persepsi
gatal melalui penurunan jalur spinal (Soter NA, 2003).
Stimulus untuk perkembangan liken simpleks kronikus adalah
pruritus. Pruritus sebagai dasar dari gangguan kesehatan dapat berhubungan
dengan gangguan kulit, proliferasi dari nervus dan tekanan emosional.
Pruritus yang memegang peranan penting dapat dibagi dalam dua kategori
besar, yaitu pruritus tanpa lesi dan pruritus dengan lesi. Pasien dengan liken
simpleks kronikus mempunyai gangguan metabolik atau gangguan
hematologik. Pruritus tanpa kelainan kulit dapat ditemukan pada penyakitsistemik, misalnya gagal ginjal kronik, obstruksi kelenjar biliaris, hodgkins
lymphoma, polisitemia rubra vera, hipertiroidisme, gluten-sensitive
enteropathy dan infeksi imunodefisiensi. Pruritus yang disebabkan oleh
kelainan kulit yang terpenting adalah dermatitis atopik, dermatitis kontak
alergi dan gigitan serangga (Soter NA, 2003).
Pada pasien yang memiliki faktor predisposisi, garukan kronis dapat
menimbulkan penebalan dan likenifikasi. Jika tidak diketahui penyebab yang
7/23/2019 PRESUS Neurodermatitis Aditya Novita
11/26
11
nyata dari garukan, maka disebut liken simpleks kronikus. Adanya garukan
yang terus menerus diduga karena adanya pelepasan mediator dan aktivitas
enzim proteolitik. Walaupun sejumlah peneliti melaporkan bahwa garukan
dan gosokan timbul karena respon dari adanya stress. Adanya sejumlah saraf
mengandung immunoreaktif CGRP (calcitonin gene-related peptide) dan SP
(substance P) meningkat pada dermis. Hal ini ditemukan pada prurigo
nodularis, tetapi tidak pada liken simpleks kronikus. SP dan CGRP
melepaskan histamine dan sel mast yang selanjutnya akan memicu pruritus.
Ekspresi faktor pertumbuhan saraf p75 pada membran sel Schwan dan sel
perineurum meningkat, mungkin ini menghasilkan hiperplasi neural (Djuanda
Adhi, 2006; Soter NA, 2003).
Liken simpleks kronikus ditemukan pada kulit di daerah yang mudah
diakses untuk digaruk. Pruritus memprovokasi garukan dan gosokan yang
menghasilkan lesi klinis, tetapi patofosiologi yang mendasar tidak diketahui.
Beberapa jenis kulit lebih rentan terhadap likenifikasi, seperti kulit yang
cenderung menuju kondisi eczema (yaitu, dermatitis atopik). Suatu hubungan
antara kemungkinan jaringan saraf pusat dan perifer dan produk sel inflamasi
dalam persiapan gatal di liken simpleks kronikus. Ketegangan emosional
pada penderita cenderung mungkin memainkan peran kunci dalam
mendorong sensasi pruritus, mengarahkan untuk menggaruk yang dapat
menjadi reflex dan kebiasaan. Interaksi di antara lesi primer, faktor psikis,
dan intensitas pruritus mempengaruhi tingkat dan keparahan dari liken
simpleks kronikus (Odom RB, 2000; Hunter John, 2004).
1.4. EpidemiologiFrekuensi yang tepat pada populasi umum tidak diketahui. Dalam
suatu studi, 12% dari pasien penua an deng an kulit pruri tus tel ah
mengalami liken simpleks kronis. Prevalensi tertinggi yaitu pada usia
dewasa pertengahan dan dewasa lanjut, dengan puncaknya antara usia 30-50
tahun. Tidak ada perbedaan dilaporkan dalam frekuensi antara ras. Lebih
sering pada wanita dibandingkan pada pria. Kebanyakan terjadi pada
7/23/2019 PRESUS Neurodermatitis Aditya Novita
12/26
12
pertengahan akhir dewasa,dengan prevalensi tertinggi pada orang berusia 30-
50 tahun (Djuanda Adhi, 2006; Susan Burgin, 2008).
1.5. Gejala Klinis
Gatal yang berat merupakan gejala dari liken simpleks kronikus.
Menggosok dan menggaruk mungkin disengaja dengan tujuan menggantikan
sensasi gatal dan nyeri, atau dapat secara tidak sengaja yang terjadi pada
waktu tidur. Penderita mengeluh gatal sekali, bila timbul malam hari dapat
mengganggu tidur. Rasa gatal memang tidak terus-menerus, biasanya pada
waktu yang tidak sibuk, bila muncul sulit ditahan untuk tidak digaruk.
Penderita merasa enak bila digaruk, setelah luka baru hilang rasa gatalnya
untuk sementara (karena diganti dengan rasa nyeri). Keparahan gatal dapat
diperburuk dengan berkeringan, suhu atau iritasi dari pakaian. Gatal juga
dapat bertambah parah pada saat terjadi stress psikologis (Djuanda Adhi,
2006; Soter NA, 2003).
Pada liken simpleks kronik, penggosokan dan penggarukan yang
berulang menyebabkan terjadinya likenifikasi (penebalan kulit dengan garis-
garis kulit semakin terlihat) plak yang berbatas tegas dengan ekskoriasi,
sedikit edematosa, lambat laun edema dan eritema menghilang. Bagian
tengah berskuama dan menebal, sekitarnya hiperpigmentasi, batas dengan
kulit normal tidak jelas. Lesi biasanya tunggal, pada awalnya berupa plak
eritematosa, sedikit edematosa, lambat laun edema dan eritema menghilang,
bagian tengah berskuama dan menebal, likenifikasi dan eskoriasi; sekitarnya
hiperpigmentasi, batas dengan kulit normal tidak jelas. Gambaran klinis
dipengaruhi juga oleh lokasi dan lamanya lesi. Daerah yang terjadilikenifikasi umumnya akan dirasakan sangat nyaman bila digaruk sehingga
terkadang pasien tidak menyadari menggaruk dan menjadi kebiasaan (Hogan,
2011; Rajalaksmi, 2011).
7/23/2019 PRESUS Neurodermatitis Aditya Novita
13/26
13
regio dorsum pedis dextra, tampak plak hiperpigmentasi, soliter, bentuk
oval, ukuran 4 x 6 cm,batas tegas, ireguler, permukaan likenifikasi,
bagian sentral tampak eritem,sebagian erosi multipel, tepi permukaan
ditutupi skuama sedang selapis warna putih.
Letak lesi bisa timbul dimana saja, tetapi yang biasa ditemukan adalah
di scalp, tengkuk, samping leher, lengan bagian ekstensor, pubis, vulva,
skrotum, perianal, paha bagian medial, lutut, tungkai bawah lateral,
pergelangan kaki bagian depan, dan punggung kaki. Neurodermatitis di
daerah tengkuk (lichen nuchae) umumnya hanya pada wanita, berupa plak
kecil di tengah tengkuk atau dapat meluas hingga ke scalp. Biasanya
skuamanya banyak menyerupai psoriasis (Hogan, 2011).
7/23/2019 PRESUS Neurodermatitis Aditya Novita
14/26
14
Variasi klinis neurodermatitis dapat berupa prurigo nodularis, akibat
garukan atau korekan tangan penderita yang berulang-ulang pada suatu
tempat. Lesi berupa nodus berbentuk kubah, permukaan mengalami erosi
tertutup krusta dan skuama, lambat laun menjadi keras dan berwarna lebih
gelap. Lesi biasanya multiple, lokalisasi tersering di ekstremitas; berukuran
mulai beberapa milimeter sampai 2 cm.
Temuan histopatologi pada liken simpleks kronis adalah hyperplasia
epidermal, orthokeratosis, dan hipergranulosis dengan pemanjangan regular.
Ditemukan sebukan sel radang limfosit dan histiosit di sekitar pembuluh
darah dermis bagian atas fibroblast bertambah kolagenmenebal (Hogan,
2011).
7/23/2019 PRESUS Neurodermatitis Aditya Novita
15/26
15
Plak dari liken simpleks
berbatas tegas,
hiperpigmentasi
Lichen simplex chronicus
pada pergelangan kaki.
permukaan kasar tergores
(mengkritik), kulit
menebal
hiperpigmentasi)
liken simplek kronis.
Batas tegas,
terdapat hiperpigmentasi
1.6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan diantaranya adalah:
a. Tes LaboratoriumPada pemeriksaan laboratorium tidak ada tes yang spesifik untuk
neurodermatitis sirkumskripta. Tetapi walaupun begitu, satu studi
7/23/2019 PRESUS Neurodermatitis Aditya Novita
16/26
16
mengemukakan bahwa 25 pasien dengan neurodermatitis sirkumskripta
positif terhadap patch test. Pada dermatitis atopik dan mikosis fungiodes
bisa terjadi likenefikasi generalisata oleh sebab itu merupakan indikasi
untuk melakukan patch test. Pada pasien dengan pruritus generalisata
yang kronik yang diduga disebabkan oleh gangguan metabolik dan
gangguan hematologi, maka pemeriksaan hitung darah harus dilakukan,
juga dilakukan tes fungsi ginjal dan hati, tes fungsi tiroid, elechtroporesis
serum, tes zat besi serum, tes kemampuan pengikatan zat besi (iron
binding capacity), dan foto dada. Kadar immunoglobulin E dapat
meningkat pada neurodermatitis yang atopik, tetapi normal pada
neurodermatitis nonatopik. Bisa juga dilakukan pemeriksaan potassium
hydroksida pada pasien liken simpleks genital untuk mengeleminasi tinea
cruris (Wolff Klauss, A Lowell. et.all., 2008).
b. HistopatologiPemeriksaan histopatologi untuk menegakkan diagnosis
neurodermatitis sirkumskripta adalah menunjukkan proliferasi dari sel
schwann dimana dapat membuat infiltrasi selular yang cukup besar. Juga
ditemukan neural hyperplasia. Didapatkan adanya hiperkeratosis dengan
area yang parakeratosis, akantosis dengan pemanjangan rete ridges yang
irregular, hipergranulosis dan perluasan dari papillo dermis. Spongiosis
bisa ditemukan, tetapi vesikulasi tidak ditemukan. Papilomatosis kadang-
kadang ditemukan. Ekskoriasi, dimana ditemukan garis ulserasi punctata
karena adanya jaringan nekrotik papila dermis superfisial. Fibrin dan
neutrofil bisa ditemukan, walaupun keduanya biasanya ditemukan pada
penyakit dermatosis yang lain. Pada papillary dermis ditemukanpeningkatan jumlah fibroblas. Pada lesi yang sudah sangat kronis,
khususnya pada likenifikasi yang gigantik besar, akan tosis dan
hiperkeratosis dapat dilihat secara gross,danrete ridges tampak ireguler
namun tetap memanjang dan melebar (Wolff Klauss, A Lowell. et.all.,
2008).
7/23/2019 PRESUS Neurodermatitis Aditya Novita
17/26
17
1.7. Diagnosis
Diagnosis untuk liken simpleks kronis dapat ditegakkan melalui
anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang. Pasien dengan
neurodermatitis sirkumskripta mengeluh merasa gatal pada satu daerah atau
lebih. Sehingga timbul plak yang tebal karena mengalami proses likenifikasi.
Biasanya rasa gatal tersebut muncul pada tengkuk, leher, ekstensor kaki, siku,
lutut, pergelangan kaki. Eritema biasanya muncul pada awal lesi. Rasa gatal
muncul pada saat pasien sedang beristirahat dan hilang saat melakukan
aktivitas dan biasanya gatal timbul intermiten (Wolff Klauss, A Lowell.
et.all., 2008).
Pemeriksaan fisis menunjukkan plak yang eritematous, berbatas tegas,
dan terjadi likenifikasi. Terjadi perubahan pigmentasi, yaitu hiperpigmentasi
(Wolff Klauss, A Lowell. et.all., 2008).
Pada pemeriksaan penunjang histopatologi didapatkan adanya
hiperkeratosis dengan area yang parakeratosis, akantosis dengan
pemanjangan rate ridges yang irregular, hipergranulosis dan perluasan dari
papil dermis (Djuanda Adhi, 2006).
1.8. Diagnosis Banding
Kasus-kasus primer yang umumnya menyebabkan likenifikasi adalah :
a. Dermatitis kontak alergiDermatitis kontak alergi adalah inflamasi dari kulit yang diinduksi
oleh bahan kimia yang secara langsung merusak kulit dan oleh sensitifitas
spesifik, pada kasus penderita umumnya mengeluh gatal pad daerah
pajanan. Kelainan kulit tergantung pada keparahan dermatitis danlokalisasinya. Pada yang akut dimulai dengan bercak eritematous yang
berbatas jelas kemudian diikuti dengan edema, papulovesikel, vesikel
atau bulla. Vesikel atau bulla dapat pecah menimbulkan erosi dan
eksudasi. Pada fase kronik kulit terlihat kering, skuama, papul,
likenifikasi, fisura, berbatas tidak tegas (Djuanda Adhi, 2006).
7/23/2019 PRESUS Neurodermatitis Aditya Novita
18/26
18
b. Plak psoriasisPsoriasis merupakan gangguan peradangan kulit yang kronik,
dengan karakteristik plak eritematous, berbatas tegas, berwarna putih
keperakan,skuama yang kasar, berlapis-lapis, transparan, disertai
fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner. Lokasi terbanyak ditemukan
didaerah ekstensor. Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tetapi
beberapa hipotesa telah mendapatkan bahwa penyakit ini bersifat
autoimun dan residif (Wolff Klauss, A Lowell. et.all., 2008; Siregar,
2004).
c. Dermatitis seboroikDermatitis seboroik merupakan gangguan papuloskuamosa yang terdapat
pada daerah kaya sebum seperti kulit kepala, wajah dan punggung.
Dermatitis ini berhubungan dengan malassezia, abnormalitas imunologis,
dan aktivasi dari komplemen. Berhubungan erat dengan keaktifan
glandula sebasea. Biasa terjadi pada bayi umur bulan pertama dan
mencapai puncak pada umur 18-40 tahun. Kelainan kulit terdiri atas
eritema dam skuama yang berminyak dan agak kekuningan, batasnya
agak kurang tegas (Djuanda Adhi, 2006).
d. Liken PlanusLesi yang pruritis, erupsi popular yang dikarakteritikkan dengan warna
kemerahan berbentuk polygonal, dan kadang berbatas tegas. Sering
ditemukan pada permukaan fleksor dari ekstremitas, genitalia dan
membrane mukus. Mirip dengan reaksi mediasi imunologis. Liken planus
ditandai dengan papul-papul yang mempunyai warna dan konfigurasi
yang khas. Papul-papul berwarna merah biru, berskuama, dan berbentuksiku-siku. Gambaran histopatologi: papul menunjukkan penebalan lapisan
granuloma, degenrasi mencair membrane basal dan sel basal. Dapat pula
ditemukan infiltrate seperti pita yang terdiri dari limfosit dan histiosit
pada lapisan dermis bagian atas (Djuanda Adhi, 2006; Susan Burgin,
2008).
7/23/2019 PRESUS Neurodermatitis Aditya Novita
19/26
19
e. Dermatitis atopikPeradangan kulit kronis yang residif disertai gatal, yang umumnya sering
terjadi selama masa bayi dan anak-anak. Sering berhubungan dengan
peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau
penderita. Kelainan kulit berupa papul gatal, yang kemudian mengalami
ekskoriasi dan likenifikasi, distribusinya di lipatan. Gambaran lesi kulit
pada remaja dan dewasa dapat berupa plak papuler, eritematosa, dan
berskuama atau plak likenifikasi yang gatal. Lokasi dermatitis atopik
pada lipat siku dan lipat lutut (fleksor) hilang pada usia 2 tahun, pada
neurodermatitis sirkumskripta pada siku dan punggung kaki (ekstensor)
dan berlanjut sampai tua (Susan Burgin, 2008; Hunter John, 2002).
1.9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dari neurodermatitis sirkumskripta secara primer
adalah untuk mengurangi pruritus dan meminimalkan lesi yang ada dan
menghindarkan pasien dari kebiasaan menggaruk dan menggosok secara
terus-menerus. Ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti memotong
kuku pasien, memberikan antipruritus, glukokortikoid topikal atau
intralesional, atau produk-produk tar, konsultasi psikiatrik, dan mengobati
pasien dengan cryoterapi, cyproheptadine, atau capsaicin (Wolff Klauss,
2009).
a. Steroid topical (Richards, 2010)Pengobatan pilihan karena dapat mengurangi peradangan dan gatal serta
perlahan-lahan menghaluskan hiperkeratosisnya. Karena lesinya kronik,
Pentalaksanaannya biasanya lama. Pada lesi yang besar dan aktif, steroid
potensi sedang dapat digunakan untuk mengobati inflamasi akut. Tidak
direkomendasikan untuk kulit yang tipis (vulva, skrotum, axilla dan
wajah). Steroid potensi kuat digunakan selama 3 minggu pada area kulit
yang lebih tebal.
7/23/2019 PRESUS Neurodermatitis Aditya Novita
20/26
20
1. ClobetasolTopical steroid super poten kelas 1: untuk menekan mitosis dan
menambah sintesis protein yang mengurangi peradangan dan
menyebabakan vasokonstriksi.
2. Betamethasone dipropionate cream 0,05%.6,9Untuk peradangan kulit yang berespon baik terhadap steroid. Bekerja
mengurangi peradangan dengan menekan migrasi leukosit
polimorfonuklear dan memeperbaiki permeabilitas kapiler.
3. Triamcinolone 0,025 %, 0.1%, 0.5 % ointmentUntuk peradangan kulit yang berespon baik terhadap steroid. Bekerja
mengurangi peradangan dengan menekan migrasi leukosit
polimorfonuklear dan memeperbaiki permeabilitas kapiler.
4. Fluocinolone cream 0.1 % atau 0.05%Topikal kortikosteroid potensi tinggi yang menghambat proliferasi
sel. Mempuyai sifat imonusupresif dan sifat anti peradangan.
b. Obat oral anti anxietas, sedasi dan antidepresiObat oral dan anti anxietas dapat dipertimbangkan pada beberapa
pasien. Menurut kebuthan individual, penatalaksanaan dapat dijadwalkan
setiap hari, pada ssat pasien tidur, atau keduanya. Antihistamin seperti
dipenhydramine dan hidroxyzine biasa digunakan. Doxepin dan
clonazepam dapat dipertimbangkan pada beberapa kasus.
Amitriptilin merupakan antidepresi trisiklik Amitriptilin bekerja
dengan menghambat pengambilan kembali neurotransmiter di otak.
Amitriptilin mempunyai 2 gugus metil, termasuk amin tersier sehingga
lebih resposif terhadap depresi akibat kekurangan serotonin. Senyawa inijuga mempunyai aktivitas sedatif dan antikolinergik yang cukup kuat.
Obat ini penggunanaya untuk memperbaiki kualitas tidur. Pada
pemberian oral, Amitriptilin diaborpsi dengan baik, kurang lebih 90%
berkaitan dengan protein plasma dan tersebar luas dalam jaringan dan
susunan saraf pusat. Metabolisme di hati berlngsung lambat dan waktu
paruh 10,3-25,3 jam, kemudian diekskresi bersama urin (Stewarts, 2010).
7/23/2019 PRESUS Neurodermatitis Aditya Novita
21/26
21
c. Agen anti pruritusObat oral dapat mengurangi gatal dengan memblokir efek pelepasan
histamin secara endogen. Gatal berkurang, pasien merasa tenang atau
sedatif dan merangsang untuk tidur. Obat topikal menstabilisasi
membrane neuron dan mencegah inisiasi dan transmisi implus saraf
sehingga memberi aksi anestesi lokal.
1. DipenhidraminUntuk meringankan gejala pruritus yang disebabkan oleh pelepasan
histamin.
2. CholorpheniramineBekerja sama dengan histamin atau permukaan reseptor H1 pada sel
efektor di pembuluh darah dan traktus respiratori.
3. HidroxyzineReseptor H1 antagonis diperifer. Dapat menekan aktifitas histamin
diregion subkortikal sistem saraf pusat.
4. KlonazepamUntuk anxietas yang disertai pruritus. Berikatan dengan reseptor-
reseptor di SSP, termasuk sistem limbik dan pembentukan retikular.
Efeknya bisa dimediasi melalui reseptor GABA.
d. Agen imunosupresorTacrolimus, Mekanisme kerjanya pada liken simpleks kronik tidak
diketahui. Dapat mengurangi gatal dan peradangan dengan menekan
pelepasan sitokin dari sel T. juga menghambat transkripsi gen yang
mengkode IL-3, IL-4, IL5, GM-CSF, dan TNF- alfa, yang semuanya
terlibat dalam aktivasi sel T derajat dini. Juga dapat menghambatpelepasan mediator sel mast dan basofil kulit dan mengurangi regulasi
ekspresi FCeRI pada sel langerhans. Obat dari kelas ini lebih mahal dari
kortikosteroid topikal. Terdapat dalam bentuk ointment dalam konsentrasi
0.03% dan 0.1%. indikasi apabila pilihan terapi yang lain tidak berhasil.
e. ImmunodilatorBerasal dari ascomycin, suatu bahan alami yang diproduksi oleh jamur
streptomyces hygroscopicus var asmyeticus, bekerja menghambat
7/23/2019 PRESUS Neurodermatitis Aditya Novita
22/26
22
produksi dan pelepasan sitokin inflamasi dari sel T teraktivasi secara
selektif dan berikatan dengan reseptor imunofilin sitosolik makrofilin 12
(cytosolic immunophili receptor macrophilin-12). Menghambat kompleks
yang menghambat kalsineurin fofatase, yang kemudian memblokir
aktivasi sel T dan pelepasan sitokin. Atropi kutaneus tidak didapati pada
percobaan klinis yang merupakan kelebihan terhadap kortikosteroid
topical. Indikasi apabila pilihan terapi yang lain tidak berhasil (Wolff
Klauss, 2009).
1.10. Prognosis
Prognosis untuk penyakit liken simpleks kronis adalah :
a. Pengobatan untuk pencegahan pada stadium-stadium awal dapatmembantu untuk mengurangi proses likenifikasi.
b. Rasa gatal dapat diatasi, likenifikasi yang ringan dan perubahanpigmentasi dapat diatasi setelah dilakukan pengobatan.
c. Relaps dapat terjadi, apabila dalam masa stress atau tekanan emosionalyang meningkat.
Pengobatan yang teratur dapat meringankan kondisi pasien.
Penyebab utama dari gatal dapat hilang, atau dapat muncul kembali.
Pencegahan pada tahap awal dapat menghambat proses penyakit ini
(Pedoman diagnosis, 2007).
7/23/2019 PRESUS Neurodermatitis Aditya Novita
23/26
23
III. PEMBAHASAN
Pasien mengeluh gatal di daerah sekitar mata kakikiri sejak 1 tahun yang lalu, kambuh-kambuhan.
Keluhan gatal --> saat istirahat
Muncul saat pasien mendapatkan masalah ataupekerjaan menumpuk
Tidak diperberat dengan keringat atau terkenadetergen
Terjadi penebalan kulit akibat garukan
Anamnesis
Riwayat Alergi (-)
Riwayat penyakit DM(-), Hipertensi (-), Asma (-)RPD
Riwayat penyakit yang sama, alergi debu, dingin,makanan, asma disangkal
Riwayat penyakit DM (-), Hipertensi (-)RPK
Ekstremitas Inferior
Effloresensi : Tampak makula eritematosa,hiperpigmentasi, berbatas tegas, likenifikasi
dengan skuama halus pada bagian tepi,
ukuran plakat, bentuk lingkaran tidak
beraturan, lokalisasi soliter.
St dermatologis
Sistemik:
Antihistamin Loratadine 10 mg tablet 1x1
Antidepresi Amitriptylin tab 1x1 (malam)
Topikal:
Inerson
Asam Salisilat 3%
LCD vaseline salep
Penatalaksanaan
7/23/2019 PRESUS Neurodermatitis Aditya Novita
24/26
Sesuai dengan menurut NA Soner pada Fitzpatricks Dermatology in General
Medicine dan Adhi Juanda Pada Ilmu Penyakit Kulit FKUI bahwa:
Penderita mengeluh gatal sekali, Rasa gatal memang tidak terus menerus,biasanya pada waktu tidak sibuk (saat istirahat)
Gatal yang muncul sulit ditahan untuk tidak digaruk. Penderita merasaenak setelah digaruk yang dilakukan secara sengaja untuk mengurangi
sensasi gatal dan nyeri.
Gatal dapat bertambah parah pada saat terjadi stress psikologis dantekanan emosi, terutama pada seseorang yang memiliki kecemasan.
Sesuai dengan Adhi Juanda Pada Ilmu Penyakit Kulit FKUI, Hogan dan Wolff
Klauss, A Lowell. et.all.:
Lokalisasi lesi yang paling sering di ekstrimitas. lesi bisa terjadi padadaerah tungkai bawah lateral, pergelangan kaki bagian depan, dan
punggung kaki
Lesi biasanya tunggal, pada awalnya berupa plak eritematosa, sedikitedematosa, lambat laun edema dan eritema menghilang, bagian tengah
Anamnesis
Pasien mengeluh gatal di daerah sekitar mata kaki kiri sejak 1 tahunyang lalu, kambuh-kambuhan.
Keluhan gatal saat istirahat Muncul saat pasien mendapatkan masalah atau pekerjaan menumpuk Tidak diperberat dengan keringat atau terkena detergen Terjadi penebalan kulit akibat garukan
Status Dermatologis
Lokasi: Ekstremitas Inferior Effloresensi : Tampak makula eritematosa, hiperpigmentasi, berbatas
tegas, likenifikasi dengan skuama halus pada bagian tepi, ukuran
plakat, bentuk lingkaran tidak beraturan, lokalisasi soliter.
7/23/2019 PRESUS Neurodermatitis Aditya Novita
25/26
25
berskuama dan menebal, likenifikasi dan eskoriasi; sekitarnya
hiperpigmentasi, batas jelas.
Sesuai djuanda adhi, Wolff Klauss, A Lowell. et.all:
Penatalaksanaan pada penyakit ini adalah tujuanya untuk mengurangi pruritus dan
meminimalkan lesi dengan:
a. Antipruritus (antihistamin Reseptor H1 yaitu contohnyacholorpheniramine)
b. Antidepresi yang mempunyai aktivitas sedatif. contoh: Amitriptylinc. Obat topikal menstabilisasi membrane neuron dan mencegah inisiasi dan
transmisi implus saraf sehingga memberi aksi anestesi lokal.
Penatalaksanaan
Sistemik:Antihistamin Loratadine 10 mg tablet 1x1
Antidepresi Amitriptylin tab 1x1 (malam)
Topikal:Inerson
Asam Salisilat 3%
LCD vaseline salep
Prognosis untuk penyakit liken simpleks kronis adalah :
a. Pengobatan untuk pencegahan pada stadium-stadium awal dapatmembantu untuk mengurangi proses likenifikasi.
b. Rasa gatal dapat diatasi, likenifikasi yang ringan dan perubahanpigmentasi dapat diatasi setelah dilakukan pengobatan.
Relaps dapat terjadi, apabila dalam masa stress atau tekanan emosional yang
meningkat
7/23/2019 PRESUS Neurodermatitis Aditya Novita
26/26
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda Adhi. 2006 Neurodermatitis Sirkumskripta. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin Edisi kelima. Jakarta: FKUI. h. 147-148.
Hunter John, John Savin, Marck Dahl editors. 2002. Clinical Dermatology:
eczema and dermatitis. 3rd edition Blackwell publishing: p. 70.
Hogan D J, Mason S H. 2011.Lichen Simplex Chronicus. Diakses dari www.emedicine.com
24 Februari 2011.
Odom RB, James WD, Berger TG. 2000. Atopic dermatitis, eczema,
andnoninfectious immunodeficiency disorders. Dalam:Andrews Diseasesof
The Skin: Clinical Dermatology. 9th ed. Philadelphia: WBSaunders. h. 69-94
Pedoman Diagnosis dan Terapi Penyakit Kulit dan Kelamin RSUP Sanglah
Denpasar tahun 2007.
Rajalakshmi R, Thappa DM, Jaisankar TJ, et al. 2011. Lichen simplexchronicus of
anogenital region: Aclinico-etiological study. Indian J Dermat ol Venereol Leprol Jan-
Feb; 77(1) : 28-36.
Richards R N. 2010. Update on intralesional steroid: focus on dermatoses. J Cutan
Med Surg Jan-Feb; 14(1).
Siregar. 2004.Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi Dua. Jakarta: EGC.
Soter NA. 2003. Numular Eczema and Lichen Simpleks Chronicus/Prurigo
Nodularis. Dalam: Freedberg IM, Eizen AZ, Wollf K, Austen KF,
Goldsmith LA, Katz SI, eds. Fitzpatricks Dermatology in General
Medicine. 7th ed. New York : Mc. Graw Hill: p. 160-162.
Stewart KM. 2010. Clinical care of vulvar pruritus, with emphasis on onecommon
cause, lichen simplex chronicus. Dermat ol Clin Oct; 28(4): 669-80.
Susan Burgin, MD. 2008. Numular Eczema and Lichen Simplex Chronic/Prurigo
Nodularis. Dalam: Fitzpatrick TB, Eizen AZ, Woff K,Freedberg IM, AutenKF, penyunting: Dermatology in generalmedicine, 7th ed, New York: Mc
Graw Hill: p. 158-162.
Wolff Klauss, A Lowell. et.all. 2008. Lichen Simplex Chronicus and Prurigo
Nodularis. Dalam: Fitzpatricks Dermatologyin General Medicine7th
Edition volumes 1 & 2. New York: Mc Graw Hill Medical: p. 198-200.
Wolff Klauss. 2009. Lichen Simplex Chronicus. Dalam: Fitzpatricks Color Atlas
& Synopsis of Clinical Dermatology 6th Edition. New York: McGraw Hill
Medical: p. 42-43.
http://www.emedicine.com/http://www.emedicine.com/