8/19/2019 Referat neuro CRPS
1/18
BAB I
PENDAHULUAN
Nyeri digambarkan sebagai rasa tidak nyaman yang terjadi jika seseorang mengalami
trauma atau kelainan pada tubuh. Rasa tidak nyaman berupa rasa terbakar, rasa dingin, rasa
ditikam, dan rasa tersetrum listrik. Kondisi nyeri sangat mengganggu kualitas hidup penderita
sehingga memerlukan diagnosis yang tepat dan terapi segera untuk mengobati nyeri tersebut.
Complex Regional Pain Syndrome (CRPS) adalah penyakit progresif kronik dengan
disfungsi sistem saraf pusat atau perifer yang dikarakteristik oleh nyeri berat, pembengkakan,
dan perubahan kulit.
Pada abad ke!", #mbroise Pare, seorang ahli bedah untuk Raja Charles $%, pertama
kali mendeskripsikan Reflex Sympathetic Dystrophy (RS&) sebagai nyeri berat yang terjadisetelah kerusakan saraf perifer. Pada tahun !', *it+hell men+iptakan istilah kausalgia,
yang berarti nyeri terbakar, untuk mendeskripsikan gejalagejala persisten yang timbul
setelah luka tembak pada nerus perifer selama perang sipil #merika. Kemudian pada tahun
!--, The International Association for the Study of Pain ($#SP) sesuai konferensi konsensus
khusus yang ditujukan pada diagnosis dan terminologi, memperkenalkan istilah Complex
Regional Pain Syndrome atau CRPS yang terbagi menjadi dua tipe yang didasarkan pada
adanya lesilesi saraf yang terjadi setelah injuri, yaitu tipe $ dan tipe $$.
CRPS seringkali kurang mendapat perhatian karena kasusnya tidak begitu sering
sehingga diagnosis dan penatalaksanaanya sering terlambat. Patofisiologinya sampai
sekarang belum jelas. aktor risiko CRPS adalah trauma dan imobilisasi, keadaan ini
seringkali dialami oleh pasien fraktur tulang dan stroke. &engan lebih memahami CRPS dan
memberi perhatian khusus pada pasien dengan risiko tinggi terjadinya CRPS, maka
diharapkan penatalaksanaan CRPS akan lebih baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
1
8/19/2019 Referat neuro CRPS
2/18
Complex Regional Pain Syndrome (CRPS) merupakan istilah yang
menggambarkan berbagai keadaan nyeri yang terjadi setelah trauma, biasanya bersifat
regional dan terutama mengenai bagian distal ekstremitas (/aron et al, 0112).
Reflex Sympathetic Dystrophy (RS&) dipakai untuk menggambarkan sindrom
yang dahulu disebut dengan berma+amma+am nama antara lain3 acute bone atrophy,
algo (neuro dystrophy, chronic traumatic edema, !eriche"s post traumatic pain
syndrome, ma#or causalgia, minor causalgia, Sudec$s atrophy, shoulder hand
syndrome, traumatic %asospasm, dll. &i 4ropa lebih dikenal sebagai Algodystrophy.
/anyak persamaan antara kausalgia dan RS& sehingga kausalgia sering digolongkan
sebagai salah satu tipe RS& (Ste5art, 0111).
The International Association for the Study of Pain ($#SP) mendefinisikan
kausalgia sebagai sindrom nyeri terbakar yang menetap setelah suatu lesi traumatik pada saraf disertai disfungsi asomotor dan sudomotor kemudian diikuti perubahan
trofik. Nyeri tersebut dirasakan sesuai dengan dermatom atau distribusi saraf tepi.
Nyeri timbul spontan dan bertambah berat dengan rangsangan pada kulit serta dapat
dipi+u oleh faktor psikologik seperti +emas, terta5a, terangsang, atau bahkan pikiran
bah5a lengannya diraba. Nyeri seringkali berkurang dengan merendam lengan yang
sakit dengan air dingin atau mengompres dengan handuk basah (Ste5art, 0111).
Pada umumnya ditemukan pada nerus medianus, nerus tibialis, +abang dari
peksus brakialis dan lumbalis. Seringkali mengenai lebih dari satu saraf dan biasanya
parsial meskipun kadangkadang dapat diikuti transeksi total.
2.2. Epidemiologi
Sangat sulit mendefinisikan se+ara jelas mengenai epidemiologi dan ri5ayat
kejadian CRPS, berdasarkan pada keragaman kriteria diagnostik, taksonomi, dan
pengobatan yang digunakan. /iasanya CRPS timbul pada 5anita usia pertengahan.
Ratarata pasien melaporkan adanya ri5ayat trauma (biasanya fraktur) dan beberapagejala dalam 5aktu 1 bulan, baik dengan pengobatan dan atau se+ara spontan.
Penurunan suhu a5al yang menetap pada ekstremitas dihubungkan dengan perubahan
trofik yang parah, edema, infeksi, dan disfungsi motorik, dimana kebanyakan pada
5anita muda.
2
8/19/2019 Referat neuro CRPS
3/18
Gama! 1. Epidemiologi Complex Regional Pain Syndrome "#$PS%
S&me!' Australasian Anaesthesia 2005, Page 148
2.(. E)iologi
Penyebab yang pasti dari CRPS belum jelas, tetapi seringkali menyertai keadaan
trauma dan imobilisasi yang lama (/aron et al, 0112). Penyebab tersering dari CRPS
tipe $ adalah fraktur lengan, penyebab lokal lain termasuk3 trauma jaringan lunak,
tendinitis, bursitis, dan dislokasi bahu. Pernah dilaporkan CRPS yang terjadi setelah
infeksi arisela6oster dan infark jantung (*os et al, 011).
&ua penelitian prospektif melaporkan bah5a hampir seperempat pasien pas+a
fraktur Colles menderita CRPS. Pada bulan setelah fraktur 017 mengalami
kesembuhan dan pada ! tahun 217 keluhannya menghilang. Pemasangan gip yang
terlalu ketat mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian CRPS
(Chelemsky, !---). 8esi iseral atau infark jantung, infark serebri, dan karsinoma paru
yang dapat menyebabkan CRPS tipe $.
Peneliti dari 9ai5an mendapatkan :7 penderita hemiplegi pas+a stroke
menderita CRPS pada ekstremitas atas. Sedangkan penderita hemiplegi dengan
kelainan aktiitas 4*; pada ekstremitas atas (diduga lesi subklinik pada saraf)
dihubungkan dengan 27 CRPS dibandingkan dengan hanya 7 dari 0 penderita
tanpa kelainan 4*; dalam 5aktu bulan setelah a5itan hemiplegi+ (p < 1,11!).
Penelitian lain mendapatkan bah5a dengan pera5atan rutin 0"7 dari !:0 pasien
hemiplegi menderita CRPS, sedang dengan pera5atan yang lebih hatihati pada sendi
bahu untuk men+egah trauma maka angka ini dapat dikurangi menjadi '7 (Chelemsky,
3
8/19/2019 Referat neuro CRPS
4/18
!---). Penyebab CRPS tipe $$ adalah lesi saraf yang diakibatkan oleh luka tembak,
suntikan, peregangan saraf, kompresi pada akar saraf atau saraf tepid an kerusakan
iatrogenik. CRPS tipe $$ paling sering terjadi pada saat perang. Pada sepertiga kasus
penyebabnya tidak diketahui.
2.*. Klasifi+asi
=ntuk menghilangkan keran+uan terminologi, maka $#SP (!--2) mengusulkan
nama Complex Regional Pain Syndrome& CRPS dibagi menjadi 0 tipe yaitu CRPS tipe
$, yang merupakan sinonim RS& untuk nyeri yang tidak disertai lesi saraf, sedangkan
CRPS tipe $$ untuk menggantikan istilah kausalgia bila didapatkan kelainan saraf.
2.*.1. #$PS Tipe I "$SD%
Nyeri difus pada ekstremitas umumnya seperti terbakar, nyeri dalam spontan
(berdenyut, ditekan, menyentak) dan biasanya akibat trauma atau stimulasi
noksius. CRPS $ dapat menyebabkan kelainan3
a. Sensorik (hipestesia, alodinia terhadap stimulasi dingin dan mekanik).
b. *otorik (kelemahan, tremor, kaku persendian).
+. >tonomik (perubahan pada aliran darah, hiperhidrosis, edema).
d. 9rofik (atrofi otot, osteopenia, artropati, kulit li+in, kuku rapuh, dan
perubahan pertumbuhan rambut).
e. /isa disertai psikologik reaktif (ansietas, depresi, putus obat).
f. Seringkali terjadi osteoporosis pada lengan yang sakit.
Nyeri menyebar dan tidak tergantung dari faktor penyebab dan yang khas
adalah intensitas nyeri tidak sebanding dengan beratnya trauma dan tidak
sesuai dengan dermatom atau distribusi saraf. Nyeri biasanya bertambah hebat
bila ekstremitas pada posisi tergantung. Nyeri dapat dipi+u oleh gerakan dan
penekanan pada sendi (deep somati+ allodynia). /ila tidak diobati CRPS tipe $
dapat berlanjut dan setelah beberapa bulan atau tahun akan menimbulkan
bentuk intermiten dimana remisi spontan dapat terjadi.
2.*.2. #$PS Tipe II "Ka&salgia%
$stilah yang diperkenalkan oleh ?eir *it+hel lebih dari satu abad yang lalu
untuk menggambarkan sindrom nyeri seperti terbakar yang dialami oleh
beberapa tentara yang menderita +edera saraf pada perang Ciil #merika. Nyeri
mun+ul biasanya segera setelah terjadinya trauma (timbul beberapa jam sampai
beberapa hari pas+a trauma). 9imbulnya nyeri lebih +epat dari CRPS tipe $
4
8/19/2019 Referat neuro CRPS
5/18
(pada CRPS tipe $$ nyeri timbul segera sampai beberapa hari pas+a trauma
sedangkan pada CRPS tipe $ setelah !1 hari sampai beberapa minggu).
#lodinia menonjol pada CRPS tipe $$ (suara keras saja dapat menimbulkan rasa
nyeri). @iperpatia ditemukan pada CRPS tipe $$ sedangkan pada CRPS tipe $
tidak ada. Pada CRPS tipe $$ nyeri sesuai dengan dermatom atau distribusi saraf
tepi sedangkan CRPS tipe $ tidak sesuai.
2.,. Pa)ofisiologi
-e+anisme Hipo)esis
&alam kebanyakan kasus, para ahli per+aya bah5a CRPS terjadi saat impuls
yang berasal dari daerah tubuh yang luka mengenai saraf perifer dan pusat sensitisasi,
dimana mekanisme nosiseptif aferen primer menunjukkan sensasi abnormal yang
meningkat, termasuk nyeri spontan dan hiperalgesia.
#llodinia dan hiperalgesia terjadi ketika sistem saraf pusat (CNS) pada area
somatosensori menerima interpretasi yang salah terhadap rangsangan mekanik yang
normal dan bersifat tidak sakit, seperti menyentuh +ahaya kulit terasa sangat
menyakitkan. >leh karena itu, kulit di daerah luka menjadi lebih sensitif terhadap
semua rangsangan, bahkan rangsangan yang bersifat tidak menyakitkan. Selain itu,
sensitisasi tersebut dapat lebih berat pada daerah yang sudah a5alnya terluka, akan
semakin memperbesar daerah persepsi nyeri yang salah.
Suatu kerusakan yang terjadi pada sistem saraf pusat dapat menyebabkan
kelemahan atau tremor. Sensitisasi pada saraf perifer dan saraf pusat terkait dengan
gangguan CNS dengan gangguan dalam sistem saraf simpatik (SNS) yang
menyebabkan hiperaktiitas simpatis dapat mempengaruhi daerah luka. Studi
menunjukkan bah5a respon inflamasi ditambah dengan terganggunya proses
penyembuhan.
5
8/19/2019 Referat neuro CRPS
6/18
Gama! 2. Hipo)esis -e+anisme Te!adin/a Complex Regional Pain Syndrome
Sensi)isasi Sa!af Pe!ife! dan Sa!af P&sa)
Rangsangan mekanik, termal, dan kimia mengaktifkan impuls nosiseptor perifer
yang mengirimkan pesan rasa sakit melalui serabut bermielin #delta dan serabut C
serabut tidak bermielin yang diproyeksikan di sumsum tulang belakang. Proses ini
menyebabkan pelepasan asam amino, seperti glutamin dan asparagin, yang kemudian
beraksi pada reseptor N metil& asamasparti+ (N*), yang menyebabkan
pelepasan substansi P (SP). SP kemudian menurunkan ambang batas untuk rangsangan
sinaptik.
Sensitisasi saraf perifer terjadi ketika rangsangan yang bersifat persisten atau
berulang yang, membuat ambang stimulus lebih rendah dan meningkatkan aktiasi sel
pada kornu dorsalis, terutama yang memiliki reseptor glutamat. Selain SP, 6at
algogeni+ yang biasanya terlibat dalam kerusakan jaringan dan mampu merangsang
transduksi sentripetal adalah potasium, serotonin, bradikinin, histamin, prostaglandin,
dan leukotrien. Neuropeptida, seperti SP dan +al+itonin genrelated peptide (C;RP), juga di ba5a ke ujung dari saraf aferen nosiseptif di mana impuls tersebut dapat
memi+u mekanisme algogenik.
Sensitisasi pada sistem saraf pusat yang kronis didapatkan melalui pengolahan
impuls aferen oleh neuron nosiseptor dan neuron 5ide dynami+ range (?&R) yang
berada di sumsum tulang belakang. Neuron ?&R lebih sensitif daripada neuron
spesifik nosiseptor. karena nosiseptif dan aferen nonnosiseptif langsung bersinaps
pada ?&R neuron tunggal, dan neuron ?&R yang merespon intensitas yang sama
terlepas dari apakah sinyal saraf tersebut berbahaya (hiperalgesia) atau tidak.
@iperalgesia dan allodinia a5alnya berkembang pada daerah +edera. Namun,
setelah sensitisasi CNS terjadi melalui aktiitas saraf ?&R, daerah nyeri semakin
memperluas daerah patologi a5al jaringan. Perubahan perifer, di mana aferen primer,
termasuk nosiseptor, menunjukkan peningkatan sensitiitas.
6
8/19/2019 Referat neuro CRPS
7/18
Gama! (. Sensi)isasi Sa!af Pe!ife! dan Sa!af P&sa)
S&me!' British edi!al Bulletin0 ol. 10 233*
S/mpa)4e)i5 -ain)ained Pain "S-P%
Selama beberapa dekade, CRPS itu diduga disebabkan oleh hiperaktif SNS , dan
rasa sakit yang dialami oleh orangorang yang menderita CRPS diyakini S*P.
Keterlibatan SNS di CRPS didukung se+ara klinis oleh adanya pola abnormal pada
suhu kulit, 5arna kulit, dan berkeringat pada ekstremitas yang terkena. Pembedahan
dan simpatektomi kimia bisa menghilangkan rasa sakit dalam beberapa kasus. Namun,
dalam kondisi fisiologis normal, tidak ada interaksi antara simpatik dan neuron perifer
aferen nosiseptif. Selanjutnya, beberapa perbedaan yang membuat ketidak mungkinan
keterlibatan SNS. Perbedaan ini meliputi3
!) konsentrasi katekolamin plasma yanh lebih rendah di tungkai CRPS yang
terkena
0) sebagian besar pasien CRPS tidak mendapatkan nyeri yang signifikan atau dari
saraf simpatis yang di blok
:) tidak korelasi antara suhu kulit dengan aktiitas neuron simpatik
asokonstriktor .
Patofisiologi S*P itu diduga melibatkan kopling abnormal antara saraf eferen
simpatik dan neuron aferen nosiseptif. &ua kondisi yang mungkin dapat menyebabkan
kopling patologis. $nteraksi antara efferents simpatik dan no+i+eptie perifer serabut
neuron C atau antara neuron asokonstriktor simpatik dan aferen dalam dorsal root
ganglion (&R;).
Kopling ini dimediasi oleh norepinefrin, yang dilepaskan oleh terminal simpatik
dan adrenoreseptor ke neuron nosiseptif aferen. Pada dasarnya, peningkatan mRN#
untuk alpha0adrenoreseptor terjadi dalam neuron &R; setelah +edera saraf. >leh
karena itu, peningkatan yang diregulasi adrenoreseptor pada lesi nosiseptif aferen,
dapat mengurangi aktiitas SNS pada CRPS mampu menyebabkan rasa sakit.
7
8/19/2019 Referat neuro CRPS
8/18
/ukti menunjukkan bah5a gejala otonom a5al dan tandatanda CRPS adalah
indikasi disfungsi SSP. ?asner et al menunjukkan bah5a kehangatan ekstremitas yang
terkena di tahap a5al CRPS $ disebabkan oleh penghambatan pusat aktiitas
fungsional asokonstriktor kulit, yang menyebabkan asodilatasi kulit. Namun, seiring
5aktu, penghambatan ini dapat menyebabkan hipersensitiitas adrenergik dari
denerasi perifer dan atau denerasi simpatik.
&engan demikian, pada CRPS $, penghambatan a5al aktiitas pusat
asokonstriktor kulit menyebabkan asodilatasi di daerah denerasi yang
menyebabkan rasa hangat. Peningkatan sensitiitas yang kemudian melepaskan
katekolamin karena peningkatan regulasi adrenoreseptor kulit menyebabkan
asokonstriksi dan kesejukan. *enariknya, studi pada CRPS $$ dimana adanya
kerusakan nerus menunjukkan hasil yang sama. #5alnya, asodilatasi hadir pada
daerah denerasi, menyebabkan kulit berdekatan dan pada sisi yang sama untuk
menjadi hangat pada a5alnya dan kemudian berubah menjadi dingin yang kronis .
*ekanisme lain termasuk peningkatan densitas dari kulit Aadrenoreseptor dan
peningkatan regulasi patologis reseptor Aadrenergik.
/erdasarkan studi klinis barubaru ini, pasien dengan nyeri neuropatik yang
mengalami tandatanda klinis yang sama dan gejala dapat dibagi menjadi 0 kelompok
dengan dampak positif dan negatif dari blokade aktiasi selektif dari aktiitas simpatis,
dan antagonis dari mekanisme reseptor Aadrenergik. Rasa nyeri yang dilepaskan
dengan proses simpatolitik dianggap S*P. S*P sekarang didefinisikan sebagai gejala
atau mekanisme yang mendasari pasien dengan gangguan neuropatik. CRPS adalah
salah satu gangguan neuropatik tersebut. Namun, S*P bukanlah sebuah klinis. &engan
demikian, efek positif dari blokade simpatik tidak penting untuk diagnosis CRPS. &i
sisi lain, satusatunya +ara untuk membedakan antara S*P dan sympatheti+ally
independent pain (S$P) adalah untuk menguji keampuhan dari benar diterapkannya
interensi dari simpatolitik.
Disf&ngsi Senso!i+ dan -o)o!i+
&alam kedua jenis CRPS, sensitisasi perifer dan sentral menjelaskan
patofisiologi nyeri spontan dan hiperalgesia. 9emuan klinis pada pasien se+ara
konsisten menunjukkan gangguan sensorik yang menyebar di luar daerah yang terluka,
dan nyeri spontan yang sering menelan kuadran atau daerah hemisensorik.
8
8/19/2019 Referat neuro CRPS
9/18
Sampai saat ini yang mendukung mekanisme serupa melibatkan kelainan
pengolahan motorik SSP yang bertanggung ja5ab menyebabkan gangguan dari
kekuatan otot pada ekstremitas yang terkena. Studi analisis kinematik menunjukkan
bah5a defisit motor mungkin karena gangguan integrasi saraf aferen isual dan
sensorik pada area di korteks parietal.
Pen/em&4an -en/impang dan Pe!adangan Be!lei4an
Setelah +edera jaringan, respon tubuh diprogram untuk proses penyembuhan.
/eberapa ahli telah memperkirakan bah5a CRPS disebabkan oleh respon
penyembuhan yang meliputi peradangan berlebihan dan se+ara persisten.
Pada lokasi +edera, serabut C perifer nosiseptor yang mengirimkan pesan rasa
sakit yang menyebabkan pelepasan SP dan C;RP ke dalam jaringan yang rusak,
mengakibatkan asodilatasi, ekstraasasi, reaktiasi dan sensitisasi lebih lanjut dari
serabut aferen C, dan meningkatkan komorbiditas jaringan di daerah luka.
Neuropeptida ini sebagai penanda peradangan fisik termasuk kemerahan, hangat, dan
pembengkakan, yang biasa hadir pada a5al CRPS. Buga, 6at algogeni+ yang
dilepaskan, meningkatkan nosisepsi dan memulai proses sensitisasi perifer.
Imoilisasi
Penurunan penggunaan bagian tubuh yang terluka akan mun+ul menjadi reaksi
postinjury normal. Setelah +edera, organisme melindungi dan menjaga bagian tubuh
yang luka untuk mengoptimalkan penyembuhan dan men+egah reinjury. Namun,
perlindungan yang berlebihan, seperti +asting atau splint menyebabkan pasien tidak
mau menggunakan ekstremitas dan lebih merasa ketakutan dan menghindar, yang
dapat berlanjut menjadi seperti sindrom neurologis.
enomena ini telah didalilkan sebagai penyebab pada beberapa pasien dengan
CRPS. /anyak dari gejala dan tandatanda CRPS konsisten dengan orangorang yang
akan berkembang dari kurangnya penggunaan. Sebagai +ontoh, anggota badan unuse
dependant yang akhirnya berkembang menjadi bengkak (edema dependen), dan
coolness (penurunan aliran darah).
2.6. Geala Klinis
;ejala utama dari CRPS adalah rasa nyeri yang hebat pada sebagian anggota
tubuh dan makin lama makin parah. Pada kebanyakan kasus CRPS terdapat tiga tahap
9
8/19/2019 Referat neuro CRPS
10/18
perkembangan berdasarkan durasi dari gejalanya, meskipun seringkali tidak mengikuti
pola ini ($ndian B Plast Surg. 01!! *ay#ug (0)3 0-'D:1").
a. 9ahap ! (tahap akut 3 1: bulan)
@al ini ditandai terutama oleh rasa sakit atau kelainan sensorik (misalnya
hiperalgesia, allodynia), tandatanda gangguan asomotor, edema, dan gangguan
sudomotor (misalnya kulit kering).
b. 9ahap 0 (tahap dystrophi+ 3 :- bulan)
@al ini ditandai dengan rasa sakit yang lebih berat dengan adanya gangguan
sensorik, disertai dengan gangguan asomotor dan perubahan motorik yang
signifikan.
+. 9ahap : (tahap atrophi+ 3 -!' bulan)
@al ini ditandai dengan berkurangnya rasa nyeri yang disertai dengan
gangguan asomotor dan meningkatnya perubahan motorik yang bersifat
ireersibel.
2.. K!i)e!ia Diagnosis
&iagnosis CRPS sebagian besar ditentukan dari gejala klinis yang ada dan
berdasarkan taksonomi dari The International Association for the Study of Pain
($#SP). &iagnosis CRPS tipe $ ( Reflex Sympathetic Dystrophy ditegakkan apabila
tidak ada bukti kerusakan nerus, berbeda dengan CRPS tipe $$ (kausalgia) dimana
terdapat kerusakan nerus. Selain itu, rasa nyeri dapat diklasifikasilan sebagai simpatis
terpelihara (S*P) atau simpatis terbebas (S$P), tergantung pada gejala klinis atau
respon blokade simpatis ($#SP Press, !--).
10
8/19/2019 Referat neuro CRPS
11/18
Gama! *. K!i)e!ia Diagnosis #$PS Tipe I dan Tipe II Be!dasa!+an IASP Ta4&n 177*
S&me!' Australasian Anaesthesia 2005, Page 148
/erdasarkan kriteria diagnostik /udapest seperti pada gambar , CRPS
ditegakkan dengan aturan sedikitnya terdapat satu gejala dari empat kategori gejala dan
sedikitnya masingmasing satu tanda dari dua atau lebih kategori. Kategori yang
dimaksud dapat berupa sistem sensorik (allodinia dan hiperalgesia), asomotor
(perubahan 5arna kulit, perbedaan suhu, dan perbedaan 5arna kulit), sudomotor
(edema, berkeringat, dan perbedaan kelembapan kulit), dan trofikEmotorik (penurunan
luas gerak sendi, penurunan kekuatan motorik, disfungsi motorik (kelemahan, tremor,
distonia), dan perubahan trofik (rambutEkukuEkulit)). 9ujuan kriteria diagnostik
/udapest adalah meningkatkan spesifisitas atau meminimalisir positif palsu terhadap
sensitiitasnya. Kriteria /udapest sendiri memiliki spesifisitas yang besar namun
sensitiitas yang rendah.
11
8/19/2019 Referat neuro CRPS
12/18
Gama! (. K!i)e!ia Diagnosis #$PS -en&!&) Budapest "iagnosti! Criteria
S&me!' Clini!al edi!ine 2011, #ol 11, $o %& 5'%
2.8. 9a+)o! $isi+o
aktor resiko CRPS menurut Anesthesiology Research and Practice 'olume
)*+ adalah jenis kelamin perempuan (terutama perempuan pas+amenopause),
dislokasi ankle atau fraktur intraartikular, dan imobilisasi.
2.7. Diagnosis Banding
Pada stadium dini CRPS sulit dibedakan dengan lesi akar saraf serikal, sindrom
Pancoast , askulitis, arteritis rematoid, neuropati perifer, osteolisis, thrombosis ena,
fistula arterienosa, sklerosis sistemik progresif dan angiodema.
2.13. Pena)ala+sanaan
9erapi dilakukan sesegera mungkin setelah diagnosis ditegakkan sesuai dengan
algoritma terapi (modifikasi /aron et al, 0110). 9ujuan utama terapi adalah restorasi
penuh fungsi ekstremitas. 9erapi multidisiplin se+ara komprehensif sangat penting
dengan mengutamakan manajemen nyeri dan restorasi fungsional, dengan melibatkan
ahli saraf, psikolog, ahli anestesi, ahli ortopedi, dan ahli rehabilitasi. Penatalaksanaan
CRPS terdiri dari halhal berikut3
!. *edikamentosa
a. >bat anti inflamasi non steroid (>#$NS) ( /aron et al, 0112, *+Cabe, 0112)
>#$NS belum banyak diteliti untuk pengobatan CRPS, tetapi pengalaman
klinik menunjukkan bah5a >#$NS dapat mengontrol nyeri ringan sampai
sedang.
12
8/19/2019 Referat neuro CRPS
13/18
b. #ntidepresan 9risiklik (Chelimsky, !--- /aron et al, 0112 *+Cabe, 0112)
#ntidepresan trisiklik digunakan sebagai terapi tambahan nyeri
neuropatik.*ekanismenya dengan menghambat reuptake serotonin dan nor
epinerpin pada sinap, anti depresan juga bermanfaat dalam men+egah
kekambuhan. $mipramin dapat ditoleransi dengan baik dan memberikan hasil
paling memuaskan dalam menghilangkan gejala nyeri, manifestasi motorik
dan otonomik.
+. #ntikonulsan
>bat anti konulsan golongan penyekat saluran sodium dan kalsium se+ara
bermakna dapat menyembuhkan nyeri tajam dan parastesia pada dosis
rendah. Contohnya3 karbama6epin, klona6epam, fenitoin, sodium alproat,
lamotrigin dll.;abapentin efektif untuk terapi CRPS (/aron et al, 0112). >bat golongan ini
juga bermanfaat pada nyeri pas+a simpatektomi (simpatalgia).
d. >pioid >ral
Penggunaanya masih kontroersi. &igunakan bila obatobat lain tidak
memberikan hasil yang memadai. /iasanya dipakai opiate long a+ting seperti3
morfin, oksikodon dan metadon.
e. Simpatolitik >ral3 Klonidin, Pra6osin, Propanolol, enoksibensamin
Klonidin ( alpha 0 agonist) dapat juga diberikan per injeksi pada ruang
epidural atau transdermal.• Pra6osin (sele+tie alpha ! agonist)
• enoksibensamin (non spe+ifi+ alpha adrenergi+ antagonist)
• Propanolol (penyekat beta adrenergi+)
f. 9ransdermal
• Clonidine pat+h (1.! mg tiap :" hari) +ara kerjanya diduga mengikat
reseptor presinaptik sehingga mengurangi pelepasan epinefrin di
sekitar kulit yang patologik.• Capsai+in ointment.
• Capsai+in melepaskan substansi P dari serabut saraf sensoris yang
berukuranke+il, +apsai+in hanya efektif bila terjadi eliminasi +adangan
substansi P, proses ini memerlukan 5aktu 0: minggu.
g. Kortikosteroid &osis 9inggi (Chelimsky, !---).
Pada permulaan penyakit terutama mengenai ekstremitas ba5ah terapi
singkat dengan kostikosteroid (misalnya prednison dengan dosis tinggi 1
mgEhari selama CompleF Regional Pain Syndrome -' 2" hari) dapat
memberikan efek yang dramatis. Steroid harus dihentikan bila setelah 2 hari
13
8/19/2019 Referat neuro CRPS
14/18
terapi tidak ada respon, tetapi diteruskan selama 0! hari bila hasilnya efektif.
&isarankan untuk men+oba steroid dosis tinggi (ekuialen prednison 1
mgEhari selama 2 hari) paling tidak sekali pada setiap pasien CRPS.
h. Pelemas >tot (*us+le RelaFant)
&ipergunakan untuk mengurangi spasme otot. Contoh3 /aklofen dan
9i6anidin.
i. one -orming Agent (Chelimsky, !--- /aron et al, 0112)
Kalsitonin infra nasal dan Pamidronat intraena dilaporkan dapat
menghilangkan nyeri pada CRPS.Cara kerjanya belum jelas.
j. ;#/# #gonis
/aklofen intratekal efektif untuk pengobatan distonia berat pada CPRS
(Chelimsky, !--- /aron et al, 0112).
0. Non*edikamentosa
a. 8atihan isik
Pengalaman klinik membuktikan bah5a terapi fisik penting untuk membantu
pasien men+apai pemulihan fungsi dan rehabilitasi. 9erapi fisik berguna
untuk men+egah perubahan distrofi pada otot dan sendi serta mengurangi
nyeri dan memperbaiki mobilitas aktif pasien CRPS. 9erapi fisik lebih efektif
dan biayanya lebih sedikit daripada terapi okupasi.
/eberapa ahli menduga bah5a fisioterapi merupakan fa+tor yang paling penting dalam kesuksesan pananganan CPRS. 9ujuan fisioterapi adalah
memperbaiki atau mengembalikan pergerakan tungkai atau lengan yang
dipengaruhi, dan men+egah kelemahan otot dan perubahan tulang.
Pada a5alnya, fisioterapi akan sangat menyakitkan, tepi peneliti
memperlihatkan bah5a gejala D gejala nyeri +enderung mengalami perbaikan
se+ara dermatikal bagi mereka yang tetap mengikuti program fisioterapi
mereka.
b. 94NS (9rans+utaneous 4le+tri+ Nere Stimulation)
94NS pada bagian proksimal dari saraf yang +edera efektif dalam mengurangi nyeri
kausalgia, keuntungannya ialah non inasif, tidak ada efek samping sistemik dan
mudah digunakan.
+. Spinal Cord Stimulation (SCS) (/aron, et al., 0112)
4pidural SCS menunjukkan efikasi yang baik pada CRPS kronik.&iduga
mekanismenya melalui disinhibisi sentral.
14
8/19/2019 Referat neuro CRPS
15/18
d. *odalitas 9ermal
Penyinaran dengan gelombang ultra pendek (=K;) banyak membantu.
e. 9erapi Psikologik
Penelitian menunjukkan bah5a C/9 (Cognitie /ehaioral 9herapy) jangka
panjang dapat mengurangi seluruh gejala nyeri.
:. $nasif Non /edah
a. /lok Regional $ntraenaE$ntraarterial dengan Simpatolitik
9idak ada perbedaan yang bermakna antara3 ;uanetidin, reserpin, bretilium
dan prilokain dengan plasebo.
b. /lok Simpatik dengan #nestesi 8okal
/lok simpatik dilakukan pada ganglion stelatum (untuk nyeri pada kepala,
badan bagian atas dan ekstremitas superior) pleksus +elia+ (untuk nyeri
abdomen) atau ganglia simpatik lumbal (nyeri pelis dan ekstremitas
inferior). &igunakan anestesi lokal mepia+aine 1.27 atau bupia+ain 1.027
yang masa kerjanya !.2: jam dan : jam. Bmulah bahan suntikan untuk
blok simpatik lumbal atau stelatum !2 ml. @ilangnya nyeri tergantung dari
masa kerja obat anestesi dan saat blok dilakukan.Keberhasilan pada CRPS tipe $ bisa lebih dari -17 dan CRPS tipe $$ 2117
tergantung kapan blok ditinjau dari saat a5itan nyeri terjadi, keterampilan
dokteryang menyuntik dan sempurna tidaknya blokade simpatik. 9anda
umum berhasilnya blok simpatik adalah meningkatnya suhu kulit dan
sindroma @orner ipsilateral sisi blok. /erikutnya nyeri ditandai dengan
meningkatnya mobilitas dan fungsi ekstremitas.
. /edah (Simpatektomi)Simpatektomi mungkin berguna pada kasus tertentu tetapi dapat terjadi efek
samping Gadatif supersensitieH pada neuron nosiseptif yang menyebabkan
intensitas dan lamanya nyeri.
2.11P!ognosis
*enurut .ational Institute of .eurological Disorders and Stro$e prognosis untuk
CRPS berariasi antara orang yang satu dengan lainnya. Remisi spontan dari gejalagejala yang ditimbulkan terjadi hanya pada beberapa orang, dimana beberapa lainnya
15
8/19/2019 Referat neuro CRPS
16/18
bisa mengalami rasa nyeri yang tidak berhenti hingga dapat terjadi komplikasi yang
bersifat ireersibel, meskipun telah dilakukan pengobatan.
BAB III
SI-PULAN DAN SA$AN
Complex Regional Pain Syndrome (CRPS) adalah penyakit progresif kronik dengan
disfungsi sistem saraf pusat atau perifer yang dikarakteristik oleh nyeri berat, pembengkakan,
dan perubahan kulit. Penyebab yang pasti dari CRPS belum jelas, tetapi seringkali menyertai
keadaan trauma dan imobilisasi yang lama.
=ntuk menghilangkan keran+uan terminologi, maka $#SP (!--) mengusulkan nama
Complex Regional Pain Syndrome& CRPS dibagi menjadi 0 tipe yaitu CRPS tipe $, yang
merupakan sinonim Reflex Sympathetic Dystrophy atau RS& untuk nyeri yang tidak disertai
lesi saraf, sedangkan CRPS tipe $$ untuk menggantikan istilah kausalgia bila didapatkan
kelainan saraf.
16
8/19/2019 Referat neuro CRPS
17/18
;ejala utama dari CRPS adalah rasa nyeri yang hebat pada sebagian anggota tubuh
dan makin lama makin parah. Pada kebanyakan kasus CRPS terdapat tiga tahap
perkembangan berdasarkan durasi dari gejalanya, yaitu tahap akut, tahap dystrophic, dan
tahap atrophic.
aktor resiko CRPS menurut Anesthesiology Research and Practice 'olume )*+
adalah jenis kelamin perempuan (terutama perempuan pas+amenopause), dislokasi ankle atau
fraktur intraartikular, dan imobilisasi.
9erapi dilakukan sesegera mungkin setelah diagnosis ditegakkan sesuai dengan
algoritma terapi. 9ujuan utama terapi adalah restorasi penuh fungsi ekstremitas. 9erapi
multidisiplin se+ara komprehensif sangat penting dengan mengutamakan manajemen nyeri
dan restorasi fungsional, dengan melibatkan ahli saraf, psikolog, ahli anestesi, ahli ortopedi,
dan ahli rehabilitasi.
Prognosis menurut .ational Institute of .eurological Disorders and Stro$e untuk
CRPS berariasi antara orang yang satu dengan lainnya. Remisi spontan dari gejalagejala
yang ditimbulkan terjadi hanya pada beberapa orang, dimana beberapa lainnya bisa
mengalami rasa nyeri yang tidak berhenti hingga dapat terjadi komplikasi yang bersifat
ireersibel, meskipun telah dilakukan pengobatan.
>leh sebab itu, ada baiknya kita menghindari faktorfaktor risiko dari CRPS dan
apabila terdapat gejalagejala klinis yang telah disebutkan segera lakukan penatalaksanaan
yang sesuai guna men+egah terjadinya CRPS ke fase yang lebih lanjut yang dapat
menyebabkan ke+a+atan menetap.
DA9TA$ PUSTAKA
!. 4ri+ B. Iisser. 0112. Complex Regional Pain Syndrome. #ustralasian #naesthesia
Bournal.
0. Borgen /. &ahl, Steen *oini+he. 011. Pre/empti%e Analgesia. 9he /ritish Coun+il.
/ritish *edi+al /ulletin Iol. "!3 !:0".
:. 8ynne 9urnerStokes, #ndreas ;oebel. 01!!. Complex Regional Pain Syndrome in
Adults0 Concise 1uidance. Clini+al *edi+ine Bournal3 Iol. !!, No. 32-11.
. *erskey @., /ogduk N. !--. Classification of Chronic Pain nd 2dition. Seattle3
$#SP Press.
2. N$N&S. Complex Regional Pain Syndrome Information Page. National $nstitute of
Neurologi+al &isorders and Stroke.
17
8/19/2019 Referat neuro CRPS
18/18