KANKER ENDOMETRIUM1) DEFINISIKanker endometrium adalah kanker
yang dimulai di lapisan endometrium (American Cancer Society,
2012). Berdasarkan histopatologi, profil molekul dan perjalanan
klinis kanker endometrium dibagi menjadi dua kategori. Tipe I
biasanya terkait dengan estrogen, dapat didiagnosis lebih awal dan
memiliki prognosis yang menguntungkan. Kanker endometrium tipe II
tidak tergantung pada hormone. Kanker tipe II terjadi mutasi gen
p53 dan hilangnya heterozigositas di beberapa lokus kromosom (Amant
F et alet al., 2005).2) EPIDEMIOLOGIDalam Burke WM et alet al
(2014), di Amerika Serikat sekitar 52.360 wanita terdiagnosis
kanker endometrium. Kebanyakan terdiagnosis pada stadium awal
(75%). Usia rata-rata yang terdiagnosis di Amerika Serikat adalah
60 tahun. Kanker endometrium termasuk dalam tujuh penyebab paling
umum kematian akibat kanker pada wanita di Eropa Barat, yaitu
sebesar 1% -2% dari semua kematian akibat kanker. Sekitar 81.500
perempuan di Uni Eropa menderita penyakit ini setiap tahun dan
angka insidensinya terus meningkat. Usia rata-rata kejadian adalah
63 tahun, sedangkan > 90% wanita lebih dari 50 tahun
(Platanitois G et al., 2010).
Sekitar 75% wanita bertahan hidup selama 5 tahun karena
kebanyakan merupakan perempuan yang telah didiagnosis pada tahap
awal karena pendarahan vagina yang tidak teratur. Proporsi penyakit
75% terbatas pada rahim (stadium I). Sebagian besar kanker
endometrium terjadi setelah menopause, tetapi 25% kasus kemungkinan
terjadi pada saat premenopause .
3) ETIOLOGI DAN PATHOGENESISEndometrium mengalami modifikasi
strukctural dan perubahan sel-sel khusus saat terjadi dalam
menanggapi fluktuasi estrogen dan progesteron selama siklus
menstruasi. Paparan terhadapTahan lama eksposur estrogen yang lama
menyebabkan hiperplasia endometrium, yang meningkatkan kemungkinan
perkembangan hiperplasia atipikal dan akhirnya kanker endometrium
tipe-1. Proses dasar molekuler ini masih belum diketahui. Dari
sudut pandang molekuler, kanker endometrium menyerupai fase
proliferatif dari endometrium. PTEN (phosphatase and tensin
homolog) adalah sebuah gen suppressor tumor yang diproduksi oleh
sel endometrium yang kadarnya tinggi dalam lingkungan yang kaya
estrogen. Progestagen juga mempengaruhi ekspresi dari PTEN, dimana
Progestagen dan estrogen dapat menyebabkan terjadinya mutasi pada
PTEN yang diproduksi oleh sel endometrium. Hal ini sejalan dengan
beberapa observasi yang dilakukan dan daitemukan kejadian yang
serupa pada beberapa hasil observasi. Mutasi PTEN biasanya terlihat
dalam tipe-1 kanker endometrium, ada perubahan gen lain yang
spesifik untuk kanker jenis 1 dan 2, yang mendukung model dualistik
karsinogenesis endometrium carcinogenesis. Karsinoma tipe 1
berhubungan dengan mutasi pada onkogen KRAS2, PTEN tumour
suppressor gen, dan cacat pada perbaikan akibat ketidakcocokan DNA
pada proses proliferasi. Kanker tipe 2 terkait dengan mutasi pada
TP53 dan ekspresi ErbB-2 (HER- 2/neu) (Amant F et al., 2012)..
4) FAKTOR RIeSIKORisiko terkena kanker endometrium dapat
meningkat pada wanita yang memiliki faktor risiko (Amant F et al.,
2012) seperti:i. Faktor resikorisiko reproduksi dan menstruasi.a)
Kebanyakan peneliti menyimpulkan bahwa nulipara mempunyai risiko
33x kali lebih besar menderita kanker endometrium dibanding
multipara. Hipotesis bahwa infertilitas menjadi factorfaktor risiko
kanker endometrium didukung penelitian-penelitian yang menunjukkan
risiko yang lebih tinggi untuk nullipara dibanding wanita yang
tidak pernah menikah.b) Perubahan-perubahan biologis yang
berhubungan dengan infertilitas dikaitkan dengan risiko kanker
endometrium adalah siklus anovulasi ( terpaparekspos estrogen yang
lama tanpa progesterone yang cukup), kadar androstenedion serum
yang tinggi (kelebihan androstenedion dikonversi menjadi estrone),
tidak mengelupasnya lapisan endometrium setiap bulan (sisa jaringan
menjadi hiperplastik) dan efek dari kadar estrogen bebas dalam
serum yang rendah pada nulipara.ii. Usia menarche dini (5
1020
1.52
23
23
3
1.5
318
1.52
2
23
37
1.33
0.30.5
0.5
5) Tanda dan GejalaMANIFESTASI KLINISPerdarahan uterus abnormal
adalah yang paling sering menjadi gejala kanker endometrium. Gejala
pada kanker endometrium yang paling sering ditemui adalah
perdarahan pervaginam. Sekitar 90% dari penderita kanker
endometrium mengalami perdarahan (American Cancer Society, 2012).
Perdarahan uterus abnormal adalah yang paling sering menjadi gejala
kanker endometrium, tetapi masih banyak gejala yang lainnya. Semua
wanita postmenopause dengan perdarahan pervaginam dan perdarahan
uterus abnormal yang berhubungan dengan faktor risiko untuk kanker
endometrium atau hiperplasia (misalnya, ovarium polikistik,
obesitas, usia di atas 40 tahun, siklus tidak menentu, terapi
penggantian hormon, penggunaan tamoxifen) harus menjalani proses
diagnostik lebih lanjut. Kemungkinan kanker endometrium pada
perempuan dengan perdarahan postmenopause 5-10%, tetapi kemungkinan
meningkat dengan usia dan factor risiko. Gejala lainnya yaitu nyeri
panggul, penambahan lingkar abdomen, teraba massa di abdomen dan
terjadi penurunan berat badan secara tiba-tiba tanpa ada sebab yang
pasti (American Cancer Society, 2012).
6) DIAGNOSIS7) Penegakan diagnosis kanker endometrium dapat
dilakukan dari menganalisis keluhan utama penderita yakni
perdarahan uterus abnormal.
Gambar 1. Algoritma Evaluasi Perdarahan Uterus Disfungsional
Berbasis Faktor Risiko Kanker Endometrium (Albers JR et al.,
2004).
Untuk mengetahui apakah terdapat hiperplasia endometrium atau
kanker endometrium, Dokter harus menghapus beberapa jaringan
sehingga dapat dilihat di bawah mikroskop. Jaringan dapat diambil
dengan melakukan biopsi endometrium atau D & C (pelebaran dan
kuret). Pemeriksaan pemeriksaan untuk mepenunjang untuk membantu
penegakan diagnosis kanker endometrium adalah sebagai berikut: i.
Biopsi endometrium. : jenis biopsi dapat dilakukan di kantor
dokter. tTabung fleksibel yang sangat tipis ditempatkan ke dalam
rahim melalui serviks. Kemudian dihisap untuk mengambil sejumlah
kecil jaringan endometrium. Penghisapan biasanya memakan waktu
kurang dari satu menit. Hal ini menyebabkan rasa ketidak nyamanan
seperti kram menstruasi, namun dan dapat dibantu dengan meminum
obat seperti ibuprofen sebelum pemeriksaan. USG harus dilakukan
terlabih dahulu sebelum biopsiy karena dapatuntuk membantu dokter
untuk menemukan daerah mencurigakan yang harus diambilakan
dibiopsi. . ii. Histeroskopi: : Ini adalah cara agar dokter dapat
melihat ke dalam rahim. Dokter menemditempatkan teleskop kecil ke
dalam rahim melalui serviks. Rahim kemudian diisi dengan NaCl
(saline). Hal ini memungkinkan dokter melihat dan mengambil sampel
jaringan endometrium, seperti kanker atau polip. Pasien harus
mendapat tindakandiberi analgesik terlebih dahulu ..iii. Dilatasi
dan kuretase (D & C): Jika biopsi tidak mendapatkan jaringan
yang cukup, atau jika dDokter tidak bisa menentukan dengan pasti
apakah itu kanker, D & C harus dilakukan. Untuk melakukan hal
ini, serviks dibuka, lalu a(melebar) dan alat khusus digunakan
untuk mengikis jaringan dari dalam rahim. Dibutuhkan sekitar satu
jam untuk pemeriksaan ini dan pasien harus dalam dilakukan general
anestesia atau spinal maupun epidural anestesia .. iv. USG
transvaginal: USG adalah penggunaan gelombang suara untuk mengambil
gambar dari bagian dalam tubuh. Ketika tes ini dilakukan untuk
kemungkinan kanker endometrium, Probe ditempatkan ke dalam vVagina.
Ini memberikan gelombang suara yang akanyang memproyeksikan
jaringan dari organ panggul. Pemeriksaan ini dapat membantu
menunjukkan apakah penebalan endometriumendometrium menjadi lebih
tebal dari yang seharusnya atau tidak. Endometrium dikatakan
menebal apabila tebal endometrium sudah lebih atau sama dengan 5
mm. Hal ini juga dapat membantu melihat apakah pertumbuhan kanker
tumbuh ke dalam lapisan otot rahim. NaCl (saline) bisa dimasukkan
ke dalam rahim sebelum ujian pemeriksaan untuk memberikan gambaran
yang lebih jelas ..v. Cystoscopy dan proktoskopi: Jika seorang
wanita memiliki tanda-tanda yang menunjukkan kanker yang mungkin
telah menyebar, dokter dapat menggunakan cystoscopy untuk melihat
kandung kemih atau proktoskopi untuk melihat rektum. Potongan kecil
jaringan dapat dihapus untuk dilihat di bawah mikroskop. Tes ini
jarang dilakukan . vi. CT scan: CT scan jarang digunakan untuk
menemukan kanker endometrium. Tetapi Namun CT scan mungkin dapat
membantu jika mendeteksi penyebaran terlihat seolah-olah kanker
telah menyebar ke organ lainnya. CT scan juga dapat digunakan untuk
memandu biopsi jarum halus ke suatu daerah yang dicurigai kanker.
CT scan memakan waktu lebih lama dari biasa X-Ray . vii. MRI scan
(Magnetic Resonance Imaging): MRI scan sangat membantu dalam
melihat otak dan sumsum tulang belakang. Proses pemeriksaan dengan
MRI lebih lama dari CT scan. Hal ini dapat mengganggu bagi sebagian
orang . viii. PET scan (Positron Emission Tomography): Dalam tes
ini, sejenis zat radioaktif digunakan untuk mencari sel-sel kanker.
Sel-sel kanker mengambil dalam jumlah besar zat tersebut, yang
dimasukkan ke dalam darah melalui infus (intravena). Dengan
menggunakan sebuah kamera khusus maka dapat menunjukkan kemana zat
tersebut pergi dalam tubuh. PET kadang-kadang berguna dalam
menemukan lokasi sel kanker .. ix. Rontgen dada: rontgen dapat
menunjukkan apakah kanker telah menyebar ke paru-paru atau tidak.
Hal ini juga dapat digunakan untuk mencari masalah paru serius atau
masalah jantung ..x. Hitung darah lengkap (CBC): untuk Tes ini
mengukurkondisi hematologis sel yang berbeda dalam darah pasien,
seperti sel-sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit. Banyak
sekali perempuan yang telah kehilangan banyak darah dari rahim yang
menyebabkan pasien tersebutsehingga terjadi anemia ..xi. CA 125 tes
darah: CA 125 adalah zat yang banyak endometrium dan kanker ovarium
dilepaskan ke dalam aliran darah oleh endometrium dan ovarium.
Dalam seseorang dengan Penderita kanker endometrium memiliki kadar
, CA 125 darah sangatyang tinggi. Hal tersebut adalah pertanda
bahwa kanker mungkin telah menyebar di luar rahim.. xii. Stadium
Kanker Endometriumberdasarkan penyebarannya menurut kriteria FIGO,
yaitu sebagai berikut:Tabel 1. Tumor Primer (T) (NCCN, 2014) Tabel
2. Kelenjar limfe regional (N) (NCCN, 2014)
Tabel 3. Metastasis (M) (NCCN, 2014)
Tabel 2.1. FIGO Staging
Gambar 2.5. Stage IA dan IB kanker endometrium (National Cancer
Institute, 2012NCCN, 2014)
Gambar 3.2.6 Stage II kanker endometrium (National Cancer
Institute, 2012NCCN, 2014)
Gambar 2.74. Stage IIIA dan IIIB kanker endometrium (National
Cancer Institute, 2012NCCN, 2014)
Gambar 2.8 Stage IIIB kanker endometrium (National Cancer
Institute, 2012)
Gambar 5.2.9 Stage IVA dan IVB kanker endometrium (National
Cancer Institute, 2012NCCN, 2014)
Gambar 2.10 Stage IVB kanker endometrium (National Cancer
Institute, 2012)
8) PenatalaksanaanTATALAKSANARadiasi atau histerektomi radikal
dan limfadenektomi pelvis merupakan pilihan terapi untuk
adenokarsinoma endoserviks yang masih terlokalissasir, sedangkan
staging surgical pembedahan yang meliputi histerektomi simple dan
pengambilan contoh kelenjar getah bening para-aorta adalah
penatalaksanaan umum adenokarsinoma endometrium. (Plataniotis G et
al., 2010). 1. PembedahanKebanyakan penderita akan menjalani
histerektomi (pengangkatan rahim). Kedua tuba falopii dan ovarium
juga diangkat (salpingo-ooforektomi bilateral) karena sel-sel tumor
bisa menyebar ke ovarium dan sel-sel kanker dorman (tidak aktif)
yang mungkin tertinggal kemungkinan akan terangsang oleh estrogen
yang dihasilkan oleh ovarium. Jika ditemukan sel-sel kanker di
dalam kelenjar getah bening di sekitar tumor, maka kelenjar getah
bening tersebut juga diangkat. Jika sel kanker telah ditemukan di
dalam kelenjar getah bening, maka kemungkinan kanker telah menyebar
ke bagian tubuh lainnya (Plataniotis G et al., 2010).. Jika sel
kanker belum menyebar ke luar endometrium (lapisan rahim), maka
penderita tidak perlu menjalani pengobatan lainnya.
2. RadioterapiPada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi
untuk membunuh sel-sel kanker. Terapi penyinaranRadioterapi
merupakan terapi lokal, hanya menyerang sel-sel kanker di daerah
yang disinari. Pada stadium I, II atau dan III dilakukan terapi
penyinaranradioterapi dan pembedahan. Angka ketahanan hidup 5 tahun
pada pasien kanker endometrium menurun 20-30% dibanding dengan
pasien dengan operasi dan penyinaran. Penyinaran Radioterapi bisa
dilakukan sebelum pembedahan (untuk memperkecil ukuran tumor) atau
setelah pembedahan (untuk membunuh sel-sel kanker yang tersisa)
(Plataniotis G et al., 2010).. Stadium I dan II secara medis hanya
diberi terapi penyinaran. Pada pasien dengan risiko rendah (stadium
IA grade 1 atau 2) tidak memerlukan radiasi adjuvan pasca operasi.
Radiasi adjuvan diberikan kepada : Penderita stadium I, jika
berusia diatas 60 tahun, grade III dan/atau invasi melebihi
setengah miometrium. Penderita stadium IIA/IIB, grade I, II,
III.Penderita dengan stadium IIIA atau lebih diberi terapi
tersendiri (Prawirohardjo, 2006).Ada 2 jenis terjapi penyinaran
yang digunakan untuk mengobati kanker endometrium: Radiasi
eksternal : digunakan sebuah mesin radiasi yang besar untuk
mengarahkan sinar ke daerah tumor. Penyinaran biasanya dilakukan
sebanyak 5 kali/minggu selama beberapa minggu dan penderita tidak
perlu dirawat di rumah sakit. Pada radiasi eksternal tidak ada zat
radioaktif yang dimasukkan ke dalam tubuh. Radiasi internal (AFL):
digunakan sebuah selang kecil yang mengandung suatu zat radioaktif,
yang dimasukkan melalui vagina dan dibiarkan selama beberapa hari.
Selama menjalani radiasi internal, penderita dirawat di rumah
sakit.3. KemoterapiAdalah pemberian obat untuk membunuh sel kanker.
Kemoterapi merupakan terapi sistemik yang menyebar keseluruh tubuh
dan mencapai sel kanker yang telah menyebar jauh atau metastase ke
tempat lain (Plataniotis G et al, 2010).A. Jenis kemoterapi
(Plataniotis G et al., 2010) yaitu:i. Terapi adjuvanKemoterapi yang
diberikan setelah operasi, dapat sendiri atau bersamaan dengan
radiasi, dan bertujuan untuk membunuh sel yang telah
bermetastase.
ii. Terapi neoadjuvanKemoterapi yang diberikan sebelum operasi
untuk mengecilkan massa tumor, biasanya dikombinasi dengan
radioterapi. iii. Kemoterapi primerDigunakan sendiri dalam
penatalaksanaan tumor, yang kemungkinan kecil untuk diobati, dan
kemoterapi digunakan hanya untuk mengontrol gejalanya.iv.
Kemoterapi induksiDigunakan sebagai terapi pertama dari beberapa
terapi berikutnya.v. Kemoterapi kombinasiMenggunakan 2 atau lebih
agen kemoterapi.B. Persiapan Kemoterapi Darah tepi: HB, Leukosit,
hitung jenis, trobosit. Fungsi hepar: bilirubin, SGOT, SGPT, alkali
fosfatase. Fungsi ginjal: ureum, kreatinin, dan creatinine
clearance test (bila serum kreatinin meningkat). Audiogram
(terutama pada pemberian cis-platinum). EKG (terutama pemberian
adriamycin, epirubicin).C. Syarat Pemberian Kemoterapii. Syarat
yang harus dipenuhi Keadaan umum cukup baik. Penderita mengerti
tujuan pengobatan dan mengetahui efek samping yang akan terjadi.
Faal ginjal dan hati baik. Diagnosis histopatologik. Jenis kanker
diketahui cukup sensitif terhadap kemoterapi. Riwayat pengobatan
(radioterapi atau kemoterapi) sebelumnya. Pemeriksaan laboratorium
menunjukkan Hb > 10 gr%, leukosit > 5000/mm3, trombosit >
150.000/mm3.
ii. Syarat yang harus dipenuhi oleh pemberi pengobatan.
Mempunyai pengetahuan kemoterapi dan menejemen kanker pada umumnya
Sarana laboratorium yang lengkap.D. Kemoterapi pada Kanker
Endometrium (Plataniotis G et al., 2010).AdjuvanAP (Doxorubicin
50-60 mg/m2, Cisplatinum 60 mg/m2 dengan interval 3 minggu)
KemoradiasiCis-platinum 20-40 mg/m2 setiap minggu (5-6
minggu)Xelloda 500-1000mg/hari (oral)Gemcitabine 300mg/m2Paclitacel
60-80 mg/m2, setiap minggu (5-6 minggu)Docetaxel 20 mg/m2setiap
minggu (5-6 minggu)
4. Terapi hormonalTerapi hormonal merupakan penggunaan hormon
atau obat penghambat hormon untuk melawan kanker. Terapi hormonal
yang digunakan untuk mengatasi kanker endometrium (American Cancer
Society, 2012) yaitu:a. ProgestinProgestin adalah obat yang
menyerupai progesterone. Obat ini dapat memperlambat pertumbuhan
kanker endometrium. Obat ini memiliki sediaan oral maupun injeksi.
Kadang, alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yang mengandung
progestin dapat digunakan. Efek samping dapat berupa peningkatan
glukosa darah, hot flashes, keringat saat malam hari, dan
peningkatan berat badan.b. TamoxifenTamoxifen lebih sering
digunakan sebagai terapi hormonal dalam mengatasi kanker payudara.
Namun dapat digunakan unutk terapi hormonal pada kanker endometrium
terutama yang kambuh kembali setelah ditangani. Efek sampingnya
yaitu hot flashes dan penurunan sekresi sekret vagina sehingga
vagina kering.c. GnRH (Gonadotropin- releasing hormone) agonisObat
ini dapat digunakan untuk perempuan dengan ovarium yang masih
aktif, bertujuan untuk menghentikan aktivitas ovarium sehingga
tidak memproduksi estrogen kembali. Diberikan secara injeksi setiap
1 3 bulan. Efek samping yang terjadi yakni hot flashes dan
penurunan sekresi sekret vagina sehingga vagina kering. Pemberian
jangka panjang dapat menyebabkan perlemahan tulang.d. Inhibitor
aromataseSetelah ovarium diangkat (atau bila ovarium sudah berhenti
bekerja), estrogen masih diproduksi di dalam jaringan lemak.
Inhibitor aromatase dapat menghentikan produksi estrogen di
jaringan lemak dan menurunkan kadar estrogen. Obat ini masih
dilakukan penelitian lebih lanjut untuk penggunaannya dalam kanker
endometrium. Efek sampingnya adalah nyeri otot, hot flashes, dan
perlemahan tulang bila diberikan jangka panjang.Adalah pemberian
obat untuk membunuh sel kanker. Kemoterapi merupakan terapi
sistemik yang menyebar keseluruh tubuh dan mencapai sel kanker yang
telah menyebar jauh atau metastase ke tempat lain.
E. Tujuan KemoterapiKemoterapi bertujuan untuk :i. Membunuh
sel-sel kanker.ii. Menghambat pertumbuhan sel-sel kanker.iii.
Meningkatkan angka ketahanan hidup selama 5 tahun.F. Jenis
kemoterapi:vi. Terapi adjuvanKemoterapi yang diberikan setelah
operasi, dapat sendiri atau bersamaan dengan radiasi, dan bertujuan
untuk membunuh sel yang telah bermetastase.vii. Terapi
neoadjuvanKemoterapi yang diberikan sebelum operasi untuk
mengecilkan massa tumor, biasanya dikombinasi dengan radioterapi.
viii. Kemoterapi primerDigunakan sendiri dalam penatalaksanaan
tumor, yang kemungkinan kecil untuk diobati, dan kemoterapi
digunakan hanya untuk mengontrol gejalanya.ix. Kemoterapi
induksiDigunakan sebagai terapi pertama dari beberapa terapi
berikutnya.x. Kemoterapi kombinasiMenggunakan 2 atau lebih agen
kemoterapi.G. Cara Pemberian Kemoterapi(1) Per oralBeberapa jenis
kemoterapi telah dikemas untuk pemberian peroral, diantaranya
chlorambucil dan etoposide (VP-16).(2) Intra-muskulusPemberian ini
relatif lebih mudah dan sebaiknya suntikan tidak diberikan pada
lokasi yang sama dengan pemberian dua-tiga kali berturut-turut.
Yang dapat diberikan secara intra-muskulus antara lain bleomicin
dan methotreaxate. (3) IntravenaPemberian ini dapat diberikan
secara bolus perlahan-lahan atau diberikan secara infus (drip).
Cara ini merupakan cara pemberian kemoterapi yang paling umum dan
banyak digunakan.(4) Intra arteriPemberian intra arteri jarang
dilakukan karena membutuhkan sarana yang cukup banyak, antara lain,
alat radiologi diagnostik, mesin, atau alat filter, serta
memerlukan keterampilan tersendiri.(5) Intra peritonealCara ini
juga jarang dilakukan karena membutuhkan alat khusus (kateter
intraperitoneal) serta kelengkapan kamar operasi karena pemasangan
perlu narkose.H. Cara Kerja KemoterapiSuatu sel normal akan
berkembang mengikuti siklus pembelahan sel yang teratur. Beberapa
sel akan membelah diri dan membentuk sel baru dan sel yang lain
akan mati. Sel yang abnormal akan membelah diri dan berkembang
secara tidak terkontrol yang pada akhirnya akan terjadi suatu massa
yang disebut tumor. Siklus sel secara sederhana dibagi menjadi 5
tahap:1. Fase G0: Fase istirahat2. Fase G1: Sel siap membelah diri
yang diperantarai oleh beberapa protein penting untuk bereproduksi.
Berlangsung 18-30 jam3. Fase S: DNA sel akan dicopy,18-20 jam4.
Fase G2: Sintesa sel terus berlanjut,2-10 jam5. Fase M: sel dibagi
menjadi 2 sel baru,30-60 menitSiklus sel sangat penting dalam
kemoterapi sebab obat kemoterapi mempunyai target dan efek merusak
bergantung pada siklus selnya. Obat kemoterapi aktif pada saat sel
bereproduksi, sehingga sel tumor yang aktif merupakan target utama
dari kemoterapi. Namun, efek samping obat kemoterapi yaitu dapat
mempengaruhi sel yang sehat.I. Persiapan Kemoterapi Darah tepi: HB,
Leukosit, hitung jenis, trobosit. Fungsi hepar: bilirubin, SGOT,
SGPT, alkali fosfatase. Fungsi ginjal: ureum, kreatinin, dan
creatinine clearance test (bila serum kreatinin meningkat).
Audiogram (terutama pada pemberian cis-platinum). EKG (terutama
pemberian adriamycin, epirubicin).J. Syarat Pemberian Kemoterapii.
Syarat yang harus dipenuhi Keadaan umum cukup baik. Penderita
mengerti tujuan pengobatan dan mengetahui efek samping yang akan
terjadi. Faal ginjal dan hati baik. Diagnosis histopatologik. Jenis
kanker diketahui cukup sensitif terhadap kemoterapi. Riwayat
pengobatan (radioterapi atau kemoterapi) sebelumnya. Pemeriksaan
laboratorium menunjukkan Hb > 10 gr%, leukosit > 5000/mm3,
trombosit > 150.000/mm3.ii. Syarat yang harus dipenuhi oleh
pemberi pengobatan. Mempunyai pengetahuan kemoterapi dan menejemen
kanker pada umumnya Sarana laboratorium yang lengkap.Efek
samping:Pada kulit.Alopesia.Berbagai kelainan kulit lain.Gangguan
di mukosa.Stomatitis.Enteritis yang menyebabkan diare.Sistitis
hemoragik.ProktitisPada saluran cerna.Anoreksia.Mual muntah.Depresi
sumsum tulang.Pansitopenia atau
anemia.Leukopenia.Trombositopenia.Menurunnya imunitas.Gangguan
organ.Gangguan faal hati.Gangguan pada miokard.Fibrosis
paru.Ginjal.Gangguan pada saraf.Neuropati.Tuli.Letargi.Penurunan
libido.Tidak ada ovulasi pada wanita.Kemoterapi pada Kanker
EndometriumAdjuvanAP (Doxorubicin 50-60 mg/m2, Cisplatinum 60 mg/m2
dengan interval 3 minggu)
KemoradiasiCis-platinum 20-40 mg/m2 setiap minggu (5-6
minggu)Xelloda 500-1000mg/hari (oral)Gemcitabine 300mg/m2Paclitacel
60-80 mg/m2, setiap minggu (5-6 minggu)Docetaxel 20 mg/m2setiap
minggu (5-6 minggu)
Peran kemoterapi dalam pengobatan kanker endometrium sedang
dalam penelitian clinical trial fase II . Kemoterapi yang dipakai
antara lain Daxorubicin, golongan platinum, fluorouracil,
siklofosfamid, ifosfamid, dan paclitaxel. Hasil penelitia
menunjukkan kanker endometrium pasca operasi yang diikuti
kemoterapi kombinasi memiliki angka survival lebih tinggi.Berikut
ini rekomendasi pemberian kemoterapi:Karakteristik
penderitaRekomendasi
Tumor stadium lanjut atau rekurenKemoterapi
(cisplatin/doxorubicin/paclitaxel)
Tumor stadium lanjut atau rekuren dengan reseptor positif
dan/atau grade 1 atau 2Hormonal therapy (oral progestin atau
magestrol asetat)
Tumor stadium III-IVAOperasi diikuti kemoterapi
9) PROGNOSIS dan KOMPLIKASIFactorFaktor prognosis yang paling
penting dalam kanker endometrium adalah stage FIGO, invasi
myometrium, jenis histologi, dan kelas diferensiasi. Sekitar 5-15%
pasien dengan sitologi peritoneal positif dalam ketiadaan penyakit
extrauterine juga diklasifikasikan memiliki lesi stadium IIIA.
Staging FIGO mencerminkan ketahanan hidup 5 tahun yang bervariasi
sesuai tetapi yakni sekitar 85% untuk stadium I, 75% untuk stadium
II, 45% untuk stadium III, dan 25% untuk stadium IV. Ketahanan
hidup 5 tahun untuk staging FIGO (1988) IA-IC berdasarkan kedalaman
invasi miometrium lebih jauh dipengaruhi oleh tumor grade, mulai
dari lebih dari 95% untuk kelas rendah lesi stadium IA dengan hanya
42% untuk highgrade Tahap IC endometrium cancers. Jarak dari serosa
mungkin menjadi faktor prognostik yang lebih baik daripada invasi
miometrium dari cavum uteri. Kanker endometrium non-endometrioid
seperti karsinoma serosa merupakan 10% dari semua kanker
endometrium tetapi dengan angka kekambuhan dan kematian mencapai
lebih dari 50% (Amant F et al., 2012). Komplikasi pada kanker
endometrium yaitu infertilitas (oleh karena histerektomi),
limfedema, peningkatan risiko terkena infeksi, serta perdarahan
(American Cancer Society, 2012)..
Gambar 2.11 Teknik operatif (National Cancer Institute,
2012DAFTAR PUSTAKA)
Albers JR, Hull SK, Wesley RM. Abnormal Uterina Bleeding. Am Fam
Physician 2004;69:1915-26;1931-2. Available from:
http://www.aafp.org/afp/2004/0415/p1915.html [accessed March 11,
2015]Amant F, Mirza MR, Creutzberg CL. Cancer of the corpus uteri.
International Journal of Gynecology & Obstetrics 119S2 2012;
S110-S117. Available from:
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0CCAQFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.unipd.it%2Festerni%2Fwwwginec%2Fsito%2520didattica%2FUnita%2527%2520operative%2FGinecologia%2520Oncologica%2FFIGO%25202012%2520ENDOMETRIUM%2520.pdf&ei=84AFVa6KCcLwmAWrhoKoDw&usg=AFQjCNF6-FpIBUBWcRXHAqHCcrJbYt_ISw&sig2=9t7aNM-ptsMd5eNEQO-9_w&bvm=bv.88198703,d.dGY
[accessed March 11, 2015]American Cancer Society.2012. Endometrial
(Uterine) Cancer. American Cancer Society. Available from:
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&uact=8&ved=0CD0QFjAD&url=http%3A%2F%2Fwww.cancer.org%2Fendometrial--uterine--cancer-overview-pdf&ei=qEsEVbKuL4bmuQSuv4GwCw&usg=AFQjCNHuTem2BiI5S66bsrXyobInV--O2w&sig2=jECVOcNVIX5JHfCUSWfoBw&bvm=bv.88198703,d.c2E
[accessed March 11, 2015]Burke WM, Orr J, Leitao M et al.
Endometrial cancer: A review and current management strategies:
Part I. Gynecologic Oncology 134. 2014; 385392. Available from:
https://www.sgo.org/wp-content/uploads/2012/09/ENDOMETRIAL_PART_I.pdf.
[accessed March 11, 2015]National Comprehensive Cancer Network
(NCCN). NCCN Clinical Practice Guidelines in Oncology : Uterine
Neoplasms. NCCN 2014;35. Available from:
http://www.nccn.org/professionals/physician_gls/f_guidelines.asp#uterine
[accessed March 11, 2015]Plataniotis G, Castiglione M. Endometrial
cancer: ESMO Clinical Practice Guidelines. Annals of Oncology,
2010; 4145. Available from:
http://annonc.oxfordjournals.org/content/21/suppl_5/v41.full.pdf+html
[accessed March 11, 2015]American Cancer Society. (2012).
Endometrial (Uterine) Cancer. American Cancer Society. Available
from: HYPERLINK
"http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&uact=8&ved=0CD0QFjAD&url=http%3A%2F%2Fwww.cancer.org%2Fendometrial--uterine--cancer-overview-pdf&ei=qEsEVbKuL4bmuQSuv4GwCw&usg=AFQjCNHuTem2BiI5S66bsrXyobInV--O2w&sig2=jECVOcNVIX5JHfCUSWfoBw&bvm=bv.88198703,d.c2E"http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&uact=8&ved=0CD0QFjAD&url=http%3A%2F%2Fwww.cancer.org%2Fendometrial--uterine--cancer-overview-pdf&ei=qEsEVbKuL4bmuQSuv4GwCw&usg=AFQjCNHuTem2BiI5S66bsrXyobInV--O2w&sig2=jECVOcNVIX5JHfCUSWfoBw&bvm=bv.88198703,d.c2E
[accessed March 11, 2015]Burke WM, Orr J, Leitao M et al.
Endometrial cancer: A review and current management strategies:
Part I. Gynecologic Oncology 134. 2014; 385392. Available from:
HYPERLINK
"https://www.sgo.org/wp-content/uploads/2012/09/ENDOMETRIAL_PART_I.pdf"https://www.sgo.org/wp-content/uploads/2012/09/ENDOMETRIAL_PART_I.pdf.
[accessed March 11, 2015]Ayush Giri, S. R.-J. (2011). Caffeinated
Coffee, Decaffeinated Coffee and Endometrial. Nutrients,
937-950.Emilie Friberg, N. O. (2009). Coffee drinking and risk of
endometrial cancer a populationbased. Int J Cancer,
24132417.Frederic Amant, P. M. (2005). Endometrial cancer. Lancet,
491505.G. Plataniotis, M. C. (2010). Endometrial cancer: ESMO
Clinical Practice Guidelines. Annals of Oncology, 4145.Xiaofeng Yu,
Z. B. (2011). Coffee consumption and risk of cancers:. BMC
Cancer.13