I. PENDAHULUAN Abses leher dalam terbentuk dalam ruang potensial diantara fasia leher dalam sebagai akibat dari penjalaran infeksi dari berbagai sumber, seperti gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga tengah, dan leher tergantung ruang mana yang terlibat. Gejala dan tanda klinik dapat berupa nyeri dan pembengkakan. 1 Abses leher dalam adalah terbentuknya pus pada salah satu atau lebih ruang potensial diantara fasia leher dalam sebagai akibat penjalaran infeksi dari berbagai sumber seperti gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal serta telinga tengah dan leher. Abses parafaring yaitu peradangan yang disertai pembentukan pus pada ruang parafaring. Sebelum era antibiotika, 70% dari abses leher dalam merupakan penjalaran infeksi dari tonsil dan faring. Akan tetapi saat ini penyebab abses leher dalam yang sering ditemukan adalah infeksi gigi dan sekitar 20% kasus abses leher dalam dengan sumber infeksi yang tidak ditemukan. 2 II. ANATOMI TENGGOROKAN Secara anatomi leher terdiri dari beberapa fasia dan ruang potensial. Fasia servikal terdiri atas lapisan jaringan fibrosa yang meliputi organ, otot, saraf dan pembuluh darah yang memisahkan area leher menjadi rangkaian ruang-ruang potensial. Fasia ini dibagi atas fasia servikal superfisial dan fasia servikal profunda yang dipisahkan oleh m. platisma. 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
I. PENDAHULUAN
Abses leher dalam terbentuk dalam ruang potensial diantara fasia leher dalam sebagai
akibat dari penjalaran infeksi dari berbagai sumber, seperti gigi, mulut, tenggorok, sinus
paranasal, telinga tengah, dan leher tergantung ruang mana yang terlibat. Gejala dan tanda
klinik dapat berupa nyeri dan pembengkakan.1
Abses leher dalam adalah terbentuknya pus pada salah satu atau lebih ruang potensial
diantara fasia leher dalam sebagai akibat penjalaran infeksi dari berbagai sumber seperti gigi,
mulut, tenggorok, sinus paranasal serta telinga tengah dan leher. Abses parafaring yaitu
peradangan yang disertai pembentukan pus pada ruang parafaring. Sebelum era antibiotika,
70% dari abses leher dalam merupakan penjalaran infeksi dari tonsil dan faring. Akan tetapi
saat ini penyebab abses leher dalam yang sering ditemukan adalah infeksi gigi dan sekitar
20% kasus abses leher dalam dengan sumber infeksi yang tidak ditemukan. 2
II. ANATOMI TENGGOROKAN
Secara anatomi leher terdiri dari beberapa fasia dan ruang potensial. Fasia servikal
terdiri atas lapisan jaringan fibrosa yang meliputi organ, otot, saraf dan pembuluh darah yang
memisahkan area leher menjadi rangkaian ruang-ruang potensial. Fasia ini dibagi atas fasia
servikal superfisial dan fasia servikal profunda yang dipisahkan oleh m. platisma. . Fasia
servikalis superfisialis terletak tepat dibawah kulit leher berjalan dari perlekatannya di
prosesus zigomatikus pada bagian superior dan berjalan ke bawah ke arah toraks dan aksila
yang terdiri dari jaringan lemak subkutan. Ruang antara fasia servikal superfisial dan
profunda berisi kelenjar limfe superfisial, saraf dan pembuluh darah termasuk vena jugularis
eksterna. Fasia servikal profunda terbagi menjadi 3 bagian yaitu lapisan luar/superfisial,
tengah/media dan dalam/profunda.3,4
Fasia servikalis profunda terdiri dari tiga lapisan yaitu:
1. Lapisan superficial. Lapisan ini membungkus leher secara lengkap, dimulai dari dasar
tengkorak sampai daerah toraks dan aksila. Pada bagian anterior menyebar ke daerah
wajah dan melekat pada klavikula serta membungkus musculus
sternokleidomastoideus, musculus trapezius, musculus masseter, kelenjar parotis dan
submaksila.3,4
2. Lapisan medial. lapisan ini dibagi atas dua divisi yaitu divisi muskular dan viscera.
Divisi muskular terletak dibawah lapisan superfisial fasia servikalis profunda dan 1
menghubungkan muskulus sternohid, muskulus thyroid dan muskulus omohid.
Dibagian superior melekat pada os hyoid dan kartilago tiroid serta dibagian inferior
melekat pada sternum, klavikuladan skapula. Divisi viscera membungkus organ-organ
anterior leher yaitu kelenjar tiroid,trakea dan esofagus. Di sebelah posterosuperior
berawal dari dasar tengkorak bagian posterior sampai ke esofagus sedangkan
bagiananterosuperior melekat pada kartilago tiroid dan os hioid. Lapisan ini berjalan
ke bawah sampai ke toraks, menutupi trakea dan esofagus serta bersatu dengan
perikardium. Fasia bukkofaringeal adalah bagian dari devisi icera yang berada pada
bagian posterior faring dan menutupi muskulus konstriktor dan muskulus
buccinators.3,4
3. Lapisan profunda. Lapisan ini dibagi menjadi dua divisi yaitu divisi alar dan
prevertebra. Divisi alar terletak diantara lapisan media fasia servikalis profunda dan
divisi prevertebra, yang berjalan dari dasar tengkorak sampai vertebratorakal II dan
bersatu dengan divisi viscera lapisan media fasia servikalis profunda. Divisi alar
melengkapi bagian posterolateral ruang retrofaring dan merupakan dinding anterior
dari danger space. Divisi prevertebra berada pada bagian anterior korpus vertebra dan
ke lateral meluas ke prosesus tranversus serta menutupi otot-otot didaerah tersebut.
Berjalan dari dasar tengkorak sampai ke os koksigeus serta merupakan dinding
posterior dari danger space dan dinding anterior dari korpus vertebra. Ketiga lapisan
fasiaservikalis profunda ini membentuk selubung karotis (carotid sheath)
yang berjalan dari dasar tengkorak melalui ruang faringomaksilaris sampai ketoraks.3,4
2
Ruang potensial leher dalam dibagi menjadi ruang yang melibatkan daerah sepanjang leher,
ruangan suprahiod dan ruangan infrahioid.5
1. Ruang yang melibatkan sepanjang leher terdiri dari:
a. Ruang retrofaring
b. Rruang bahaya ( danger space )
c. ruang prevertebra.
2. Ruang suprahioid terdiri dari:
a. Ruang submandibula
b. Ruang parafaring
c. Ruang parotis
d. Ruang mastikor
e. Ruang peritonsil
f. Ruang temporalis
3. Ruang infrahioida.
a. Ruang pretrakeal
3
Gambar 1. Potongan Sagital Leher3
Ruang Parafaring
Ruang parafaring disebut juga sebagai ruang faringomaksila, ruang faringeal lateral,
pterigofaringeal, atau ruang perifaring. Ruang ini berbentuk kerucut terbalik dengan dasarnya
pada bagian superior di dasar tengkorak dan puncaknya pada inferior tulang hyoid. Batas
ruang ini adalah dasar tengkorak di bagian superior (pars petrosus os temporal dan os
sphenoid), os hyoid di inferior, rafe pterygomandibular di anterior, fasia prevertebra di
posterior, fasia bukofaringeal di medial dan lapisan superfisial fasia servikal profunda yang
meliputi mandibula, pterygoid medial dan parotis di lateral. Ruang parafaring berhubungan
dengan beberapa ruang leher dalam termasuk ruang submandibula, ruang retrofaring, ruang
parotis dan ruang mastikator. Ruang parafaring dibagi menjadi 2 bagian yang tidak sama
besarnya oleh prosesus styloid menjadi kompartemen anterior atau muskuler atau prestyloid
dan kompartemen posterior atau neurovaskuler atau poststyloid. Ruang prestyloid berisi
lemak, otot, kelenjar limfe dan jaringan konektif serta dibatasi oleh fossa tonsilar di medial
dan pterygoid medial di sebelah lateral. Ruang poststyloid berisi a. karotis interna, v.
jugularis interna, n. vagus yang dibungkus dalam suatu sarung yang disebut selubung karotis 4
Gambar 2. Bagian-bagian pada Leher5
dan saraf kranialis IX, X, XII. Bagian ini dipisahkan dari ruang retrofaring oleh suatu lapisan
yang tipis.6,7
III. ABSES PARAFARING
a. Definisi
Abses parafaring adalah kumpulan nanah yang terbentuk di dalam ruang parafaring.10,11
b. Epidemiologi
Terdapat 33 kasus abses leher dalam selama Januari 1991-Desember 1993 di bagian
THT FK-UI/RSUPN-CM, usia berkisar antara 15-35 tahun terdiri dari 20 pasien laki-laki dan
13 wanita. Parhiscar dan Har-El (2001) melakukan penelititan retrospektif pada 210 kasus
abses leher dalam dari tahun 1991-1998. Berdasarkan hasil penelitian tersebut didapatkan
jumlah kasus abses parafaring menempati urutan pertama (43%) diikuti abses submandibula
(28%), Ludwig’s Angina (17%) dan abses retrofaring (12%).3 Di Departemen KTHT-KL
RSMH periode 1 Januari 2008-31 Desember 2010 didapatkan 8 infeksi leher dalam yang
terdiri dari 1 abses parafaring (12,5%), 1 abses peritonsil (12,5%), 2 abses retrofaring (25%)
5
Gambar 3. Ruang Parafaring6
dan 4 abses submandibula (50%). Periode 1 Januari-31 Agustus 2011 terdapat 7 infeksi leher
dalam yaitu 1 Ludwig’s Angina (14,3%) dan 7 abses sumbandibula (85,7%).8,9
Huang dkk, dalam penelitiannya pada tahun 1997 sampai 2002, menemukan kasus
infeksi leher dalam sebanyak 185 kasus. Abses submandibula (15,7%) merupakan kasus
terbanyak ke dua setelah abses parafaring (38,4), diikuti oleh Ludwig’s angina (12,4%),
parotis (7%) dan retrofaring (5,9%).8,9
Yang dkk, pada 100 kasus abses leher dalam yang diteliti April 2001 sampai Oktober
2006 mendapatkan perbandingan antara laki-laki dan perempuan 3:2. Lokasi abses lebih dari
satu ruang potensial 29%. Abses submandibula 35%, parafaring 20%, mastikator 13%,
peritonsil 9%, sublingual 7%, parotis 3%, infra hyoid 26%, retrofaring 13%, ruang karotis
11%. 8
Di Bagian THT-KL Rumah Sakit dr. M. Djamil Padang selama 1 tahun terakhir
(Oktober 2009 sampai September 2010) didapatkan abses leher dalam sebanyak 33 orang,