BAB IPENDAHULUAN
Seorang manusia dalam menjalani kehidupannya sejak kecil,
remaja, dewasa hingga usia lanjut memiliki kecenderungan yang
relatif serupa dalam menghadapi suatu masalah. Apabila
diperhatikan, cara atau metode penyelesaian yang dilakukan
seseorang memiliki pola tertentu dan dapat digunakan sebagai ciri
atau tanda untuk mengenal orang tersebut. Hal ini dikenal sebagai
karakter atau kepribadian.1Personality atau kepribadian berasal
dari kata persona, kata persona merujuk pada topeng yang biasa
digunakan para pemain sandiwara di Zaman Romawi. Secara umum
kepribadian menunjuk pada bagaimana individu tampil dan menimbulkan
kesan bagi individu individu lainnya. Pada dasarnya definisi dari
kepribadian secara umum ini lemah karena hanya menilai perilaku
yang dapat diamati saja dan mengabaikan kemungkinan bahwa ciri-ciri
ini bisa berubah tergantung pada situasi sekitarnya selain itu
definisi ini disebut lemah karena sifatnya yang bersifat evaluatif
(menilai), bagaimanapun pada dasarnya kepribadian itu tidak dapat
dinilai baik atau buruk karena bersifat netral. Sedangkan dalam
ilmu psikologi menurut, Gordon W.Allport , kepribadian adalah suatu
organisasi yang dinamis dari sistem psiko fisik individu yang
menentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara khas.
Interaksi psiko fisik mengarahkan tingkah laku manusia. Berdasarkan
pengertian di atas maka corak perilaku individu dalam menyesuaikan
diri dengan lingkungan akan berbeda-beda.2Perkembangan kepribadian
merupakan hasil interaksi dari faktor-faktor konstitusi (genetik,
karakter, temperamen), perkembangan, dan pengalaman hidup
(lingkungan, keluarga, budaya).2 Gangguan kepribadian didefinisikan
dalam American Psychiatric Association Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorders, 4th edition, Text Revision (DSM-IV-TR)
sebagai " Pola pengalaman dan perilaku yang jelas menyimpang dari
budaya individu, tertanam dan tidak fleksibel , memiliki onset pada
masa remaja atau awal masa dewasa, stabil dari waktu ke waktu , dan
menyebabkan penderitaan atau gangguan.3Istilah yang lebih tua dari
gangguan kepribadian adalah psikopati. Istilah ini dapat digunakan
untuk gangguan kepribadian apapun, tetapi biasanya lebih mengarah
untuk jenis antisosial.4 Gangguan kepribadian adalah kelainan yang
umum dan kronis. Prevalensinya diperkirakan antara 10% sampai 20 %
dari seluruh populasi, dan durasinya dapat berlangsung selama
beberapa dekade. Orang dengan gangguan kepribadian umumnya dicap
menjengkelkan, mengganggu, dan bersifat parasit dan secara umum
dianggap memiliki prognosis yang buruk. Diperkirakan setengah dari
seluruh pasien psikiatrik memiliki gangguan kepribadian, yang
sering kali komorbid dengan kondisi aksis I. Gangguan kepribadian
merupakan faktor predisposisi untuk gangguan psikiatrik lain
(contoh penyalahgunaan zat, bunuh diri, gangguan afektif, dan
gangguan cemas) di mana hal ini mengganggu hasil pengobatan sindrom
Axis I dan meningkatkan ketidakmampuan personal, morbiditas, dan
mortalitas pasien.5Pada akhirnya setelah dilakukan pengamatan lebih
lanjut ditemukan fakta bahwa hanya orang yang tanpa kepribadian
yang tidak memiliki gangguan kepribadian. Hal ini menjadi poin
penting bahwa kita semua memiliki ciri-ciri kepribadian yang bisa
maladaptif atau kontraproduktif dalam keadaan tertentu.6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KEPRIBADIAN2.1.1 DefinisiKepribadian merupakan pola khas
seseorang dalam berpikir, merasakan dan berperilaku yang relatif
stabil dan dapat diperkirakan.6 Kepribadian juga merupakan jumlah
total kecenderungan bawaan atau herediter dengan berbagai pengaruh
dari lingkungan serta pendidikan, yang membentuk kondisi kejiwaan
seseorang dan mempengaruhi sikapnya terhadap kehidupan. Berdasarkan
pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepribadian meliputi
segala corak perilaku dan sifat yang khas dan dapat diperkirakan
pada diri seseorang, yang digunakan untuk bereaksi dan menyesuaikan
diri terhadap rangsangan, sehingga corak tingkah lakunya itu
merupakan satu kesatuan fungsional yang khas bagi individu
itu.7
2.1.2 Tahap perkembangan Kepribadian 5Perkembangan kepribadian
menurut Jean Jacques Rousseau berlangsung dalam beberapa tahap
yaitu:1. Tahap perkembangan masa bayi (sejak lahir- 2 tahun) Tahap
ini didominasi oleh perasaan. Perasaan ini tidak tumbuh dengan
sendiri melainkan berkembang sebagai akibat dari adanya
reaksi-reaksi bayi terhadap stimulus lingkungan.2. Tahap
perkembangan masa kanak-kanak (umur 2-12 tahun). Pada tahap ini
perkembangan kepribadian dimulai dengan makin berkembangnya fungsi
indra anak dalam mengadakan pengamatan.3. Tahap perkembangan pada
masa preadolesen (umur 12- 15 tahun). Pada tahap ini perkembangan
fungsi penalaran intelektual pada anak sangat dominan. Anak mulai
kritis dalam menanggapi ide orang lain. anak juga mulai belajar
menentukan tujuan serta keinginan yang dapat membahagiakannya. 4.
Tahap perkembangan masa adolesen (umur 15- 20 tahun) Pada masa ini
kualitas hidup manusia diwarnai oleh dorongan seksualitas yang
kuat, di samping itu mulai mengembangkan pengertian tentang
kenyataan hidup serta mulai memikirkan tingkah laku yang bernilai
moral.5. Tahap pematangan diri (setelah umur 20 tahun) Pada tahap
ini perkembangan fungsi kehendak mulai dominan. Mulai dapat
membedakan tujuan hidup pribadi, yakni pemuasan keinginan pribadi,
pemuasan keinginan kelompok, serta pemuasan keinginan masyarakat.
Pada masa ini terjadi pula transisi peran social, seperti dalam
menindaklanjuti hubungan lawan jenis, pekerjaan, dan peranan dalam
keluarga, masyarakat maupun Negara. Realisasi setiap keinginan
menggunakan fungsi penalaran, sehingga dalam masa ini orang mulai
mampu melakukan self direction dan self control. Dengan kemampuan
inilah manusia mulai tumbuh dan berkembang menuju kematangan
pribadi untuk hidup mandiri dan bertanggung jawab.
2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Kepribadian 5Menurut Purwanto
(2006) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian antara
lain:a. Faktor Biologis Faktor biologis merupakan faktor yang
berhubungan dengan keadaan jasmani, atau seringkali pula disebut
faktor fisiologis seperti keadaan genetik, pencernaan, pernafasaan,
peredaran darah, kelenjar-kelenjar, saraf, tinggi badan, berat
badan, dan sebagainya. Kita mengetahui bahwa keadaan jasmani setiap
orang sejak dilahirkan telah menunjukkan adanya
perbedaan-perbedaan. Hal ini dapat kita lihat pada setiap bayi yang
baru lahir. Ini menunjukkan bahwa sifat-sifat jasmani yang ada pada
setiap orang ada yang diperoleh dari keturunan, dan ada pula yang
merupakan pembawaan anak/orang itu masing-masing. Keadaan fisik
tersebut memainkan peranan yang penting pada kepribadian seseorang.
b. Faktor Sosial Faktor sosial yang dimaksud di sini adalah
masyarakat ; yakni manusia-manusia lain disekitar individu yang
bersangkutan. Termasuk juga kedalam faktor sosial adalah
tradisi-tradisi, adat istiadat, peraturan-peraturan, bahasa, dan
sebagainya yang berlaku dimasyarakat itu. Sejak dilahirkan, anak
telah mulai bergaul dengan orang-orang disekitarnya. Dengan
lingkungan yang pertama adalah keluarga. Dalam perkembangan anak,
peranan keluarga sangat penting dan menentukan bagi pembentukan
kepribadian selanjutnya. Keadaan dan suasana keluarga yang
berlainan memberikan pengaruh yang bermacam-macam pula terhadap
perkembangan kepribadian anak. Pengaruh lingkungan keluarga
terhadap perkembangan anak sejak kecil adalah sangat mendalam dan
menentukan perkembangan pribadi anak selanjutnya. Hal ini
disebabkan karena pengaruh itu merupakan pengalaman yang pertama,
pengaruh yang diterima anak masih terbatas jumlah dan luasnya,
intensitas pengaruh itu sangat tinggi karena berlangsung terus
menerus, serta umumnya pengaruh itu diterima dalam suasana bernada
emosional. Kemudian semakin besar seorang anak maka pengaruh yang
diterima dari lingkungan sosial makin besar dan meluas. Ini dapat
diartikan bahwa faktor sosial mempunyai pengaruh terhadap
perkembangan dan pembentukan kepribadian.
c. Faktor Kebudayaan Perkembangan dan pembentukan kepribadian
pada diri masing-masing orang tidak dapat dipisahkan dari
kebudayaan masyarakat di mana seseorang itu dibesarkan.
2.2 GANGGUAN KEPRIBADIAN2.2.1 DefinisiGangguan kepribadian
adalah ciri kepribadian yang bersifat tidak fleksibel dan
maladaptif yang menyebabkan disfungsi yang bermakna atau
penderitaan subjektif.1Orang dengan gangguan kepribadian memiliki
respon yang benar benar kaku terhadap situasi pribadi, hubungan
dengan orang lain ataupun lingkungan sekitarnya. Kekakuan tersebut
menghalangi mereka untuk menyesuaikan diri terhadap tuntutan
eksternal, sehingga akhirnya pola tersebut bersifat self-defeating.
Sikap kepribadian yang terganggu itu akan semakin nyata pada saat
remaja awal masa dewasa dan terus berlanjut di sepanjang kehidupan
dewasa, semakin lama semakin mendalam dan mengakar sehingga semakin
sulit untuk diubah. Dapat disimpulkan bahwa seorang dengan gangguan
kepribadian akan menunjukkan pola relasi dan persepsi terhadap
lingkungan dan dirinya sendiri yang bersifat tidak fleksibel,
maladaptif.1Gangguan kepribadian berbeda dari perubahan kepribadian
dalam jangka waktu dan cara terjadinya. Gangguan kepribadian adalah
suatu proses perkembangan, yang muncul ketika masa kanak kanak atau
remaja yang berlanjut sampai dewasa. Gangguan kepribadian bukan
keadaan sekunder dari gangguan jiwa atau penyakit otak, meskipun
dapat didahului dan timbul bersamaan dengan gangguan lain.
Sebaliknya, perubahan kepribadian adalah suatu proses yang didapat,
biasanya pada usia dewasa, setelah stress berat atau
berkepanjangan, deprivasi lingkungan yang ekstrim, dan gangguan
jiwa yang parah atau penyakit/cedera otak.1Gangguan kepribadian
dicantumkan dalam sistem diagnostik multiaksial DSMIVTR.8DSM IV
menetapkan kriteria umum diagnosti untuk gangguan kepribadian yang
meliputi : a) Pola pengalaman batin dan perilaku menyimpang dari
budaya yang diharapkan. Pola ini dapat bermanifestasi dalam dua
atau lebih area berikut : 1. Kognisi (yaitu : cara memahami dan
menafsirkan sendiri , orang lain, dan peristiwa)2. Efektivitas (
yaitu : kisaran , intensitas , lability , dan kesesuaian respon
emosional )3. Fungsi interpersonal4. Kontrol impulsb) Pola yang
tidak fleksibel dan berakar mendalam (menyerap) di berbagai situasi
pribadi dan sosial c) Pola yang mengarah pada distress klinis
signifikan atau penurunan bidang sosial , pekerjaan, atau lainnya
yang penting dari fungsi kehidupand) Pola yang stabil dan dapat
ditelusuri kembali ke masa remaja dan awal masa dewasae) Pola ini
bukan merupakan manifestasi dari gangguan mental lainf) Pola ini
tidak memiliki efek fisiologis langsung dari penggunaan zat
(contoh: penyalahgunaan zat, medikasi) atau kondisi medis umum
(contoh: cedera kepala)
DSM membagi gangguan kepribadian menjadi 3 kelompok : 9 Kelompok
A Orang yang dianggap aneh atau eksentrik. Kelompok ini mencakup
gangguan kepribadian paranoid, schizoid, dan skizotipal. Kelompok
BOrang dengan perilaku yang terlalu dramatis, emosional, dan eratik
(tidak menentu). Kelompok ini terdiri dari gangguan kepribadian
antisosial, ambang (borderline), histrionik, dan narsistik Kelompok
COrang yang sering kali tampak cemas atau ketakutan. Kelompok ini
mencakup gangguan kepribadian menghindar, dependen, dan obsesif
kompulsif. 2.2.2 Etiologi 6A. Faktor GenetikBukti terbaik bahwa
faktor genetik berkontribusi terhadap gangguan kepribadian berasal
dari investigasi terhadap 15.000 pasangan kembar di Amerika
Serikat. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa kembar monozigot
memiliki kesesuaian untuk gangguan kepribadian beberapa kali lipat
dibandingkan kembar dizigotik. Selain itu, menurut sebuah studi,
kembar monozigot yang dibesarkan secara terpisah memiliki kesamaan
dengan kembar monozigot yang dibesarkan bersama sama. Kemiripan
meliputi beberapa penilaian kepribadian dan temperamen, minat
pekerjaan dan waktu luang, dan sikap sosial.Kelompok A lebih umum
memiliki kaitan biologis anggota keluarga dengan skizofrenia
daripada kelompok control. Lebih banyak gangguan kepribadian
schizotyopal yang terjadi dalam sejarah keluarga penderita
schizophrenia daripada kelompok kontrol. Korelasi kurang ditemukan
antara gangguan kepribadian paranoid atau skizoid dan
skizofrenia.Kelompok B tampaknya memiliki dasar genetik. Gangguan
kepribadian antisosial dikaitkan dengan gangguan penggunaan
alkohol. Depresi adalah latar belakang yang umum pada keluarga
pasien dengan gangguan kepribadian ambang (borderline). Pasien
pasien ini lebih memiliki kerabat dengan gangguan mood daripada
kelompok kontrol, dan orang orang dengan gangguan kepribadian
borderline sering memiliki gangguan mood juga. Kelompok C mungkin
juga memiliki dasar genetik. Pasien dengan gangguan kepribadian
menghindar seringkali memiliki tingkat kecemasan yang tinggi. Ciri
ciri obsesif kompulsif yang lebih sering terjadi pada kembar
monozigot dibandingkan kembar dizigotik, dan pasien dengan
kepribadian obsesif kompulsif menunjukkan beberapa tanda tanda yang
terkait dengan depresi misalnya memendeknya periode latensi rapid
eye movement (REM) dan hasil abnormal dexamethasone-supression test
(DST).
B. Faktor Biologi1. HormonOrang yang menunjukkan sifat impulsive
juga sering menunjukkan tingkat testosterone, 17-estradiol, dan
estron yang tinggi. Pada primate, androgen meningkatkan kemungkinan
agresi dan perilaku seksual, tetapi peran testosterone dalam agresi
manusia tidak jelas. Hasil DST ditemukan abnormal pada beberapa
pasien dengan gangguan kepribadian borderline yang juga mengalami
gejala depresi.6
2. Monoamine Oksidase TrombositPada sebuah studi ditemukan
rendahnya tingkat monoamine oksidase trombosit berkaitan dengan
aktifitas dan kemampuannya bersosialisasi. Seseorang dengan kadar
monoamine oksidase trombosit rendah dilaporkan menghabiskan lebih
banyak waktu dalam kegiatan social dari orang orang dengan kadar
Monoamine Oksidase Trombosit yang tinggi. Tingkat Monoamine
Oksidase Trombosit yang rendah juga telah dicatat pada beberapa
pasien dengan gangguan skizotipal.63. Gerakan mata pursuit
halusGerakan mata pursuit halus adalah saccadic (yaitu: gelisah)
pada orang yang introvert, yang memiliki rasa rendah diri dan
cenderung untuk menarik diri, dan yang memiliki gangguan
kepribadian skizotipal. Temuan ini tidak memiliki aplikasi klinis,
tetapi menunjukkan peran inheritance.64. NeurotransmitterEndorfin
memiliki efek yang sama dengan morfin eksogen, seperti analgesia
dan penekan gairah (arousal). Tingkat endorphin endogen yang tinggi
mungkin berhubungan dengan orang orang phlegmatic. Studi sifat
kepribadian menemukan tingkat asam 5-hydroxyindoleacetic (5-HIAA),
suatu metabolit serotonin, rendah pada orang yang mencoba melakukan
bunuh diri dan pada pasien yang impulsive dan agresif.6Meningkatkan
kadar serotonin dengan agen serotonergic seperti fluoxetine
(prozac) dapat menghasilkan perubahan dramatis pada beberapa
karakter kepribadian. Pada banyak orang, serotonin mengurangi
depresi, impulsif dan dapat menghasilkan rasa kesejahteraan.
Peningkatan konsentrasi dopamine dalam sistem saraf pusat, yang
diproduksi oleh psikostimulan tertentu (misalnya amfetamin) dapat
menyebabkan euphoria.6
C. Faktor Psiko AnalitikWillhelm Reich kemudian menciptakan
istilah character Armor untuk menggambarkan karakteristik gaya
defensif untuk melindungi diri dari impuls internal dan dari
kecemasan interpersonal dalam hubungan yang signifikan.6Ketika
pertahanan bekerja secara efektif, orang dengan gangguan
kepribadian menguasai perasaan cemas, depresi, marah, malu,
bersalah, dan afek lainnya. Pada orang yang memiliki gangguan
kepribadian, mereka sering melihat perilaku mereka sebagai
ego-syntonic. Mereka juga mungkin enggan untuk terlibat dalam suatu
proses pengobatan.6
2.3 KLASIFIKASI GANGGUAN KEPRIBADIAN2.3.1 GANGGUAN KEPRIBADIAN
PARANOIDA. Definisi Kecurigaan dan ketidakpercayaan pada orang lain
bahwa orang lain berniat buruk kepadanya, bersifat pervasif, awitan
dewasa muda, nyata dalam berbagai konteks.10B.
EpidemiologiPrevalensi gangguan kepribadian paranoid adalah 0,5
2,5% dari seluruh populasi. Orang dengan gangguan ini jarang sekali
mencari pengobatan atas kesadarannya sendiri; ketika diantar oleh
pasangan atau kerabatnya, mereka cenderung menarik diri dan tampak
tidak menderita. Gangguan ini lebih sering pada pria dibanding
wanita dan tampak tidak berkaitan dengan model dalam keluarga.
Diyakini bahwa lebih sering dialami oleh kelompok minoritas, orang
yang tuna rungu (tuli), atau orang dengan budaya yang berperilaku
sangat hati-hati atau defensif dibandingkan populasi umum. 10C.
Fitur klinisTanda khas dari gangguan kepribadian paranoid adalah
kecurigaan yang berlebihan dan ketidakpercayaan orang lain yang
dinyatakan sebagai kecenderungan pervasif untuk menafsirkan
tindakan orang lain sebagai sengaja merendahkan, jahat, mengancam,
mengeksploitasi, atau menipu. Kecenderungan ini dimulai dengan awal
masa dewasa dan muncul dalam berbagai konteks.10D. DiagnosisPada
pemeriksaan psikiatrik, pasien dengan gangguan kepribadian paranoid
seringkali kaku dan mengagalkan untuk mencari pertolongan dari ahli
psikiatrik. Ketegangan muskular, ketidakmampuan untuk rileks, dan
keharusan untuk mengamati lingkungan dapat memberi petunjuk sebagai
bukti, dan siap pasien cenderung kurang humoris dan sangat serius.
Walaupun pernyataan dari argumen mereka dapat salah, namun
kemampuan berbicara itu memiliki tujuan terarah dan logis. Isi
pikiran menunjukkan adanya proyeksi, prejudice, dan kadang-kadang
ideas of reference. 10Kriteria diagnostik gangguan kepribadian
paranoid berdasarkan DSM IV: 8A. Sebuah ketidakpercayaan meluas dan
kecurigaan orang lain sehingga motif mereka ditafsirkan sebagai
jahat, dimulai dengan awal masa dewasa dan hadir dalam berbagai
konteks, seperti yang ditunjukkan oleh empat (atau lebih) sebagai
berikut:1. Kecurigaan, tanpa dasar yang cukup, bahwa orang lain
memanfaatkan, membahayakan, atau menipu dia2. Sibuk dengan keraguan
yang tidak tepat tentang loyalitas atau kepercayaan dari
teman-teman atau rekan3. Enggan untuk menceritakan pada orang lain
karena takut yang tidak beralasan bahwa informasi tersebut akan
digunakan jahat terhadap dia atau dia4. Membaca maksud merendahkan
yang tersembunyi atau mengancam dalam komentar atau peristiwa5.
Terus-menerus dendam, menolak memaafkan penghinaan atau masalah
kecil yang menyebabkan hatinya terluka6. Merasakan serangan pada
karakter atau reputasinya yang tidak jelas dan cepat untuk bereaksi
dengan marah atau membalas7. Memiliki kecurigaan yang berulang,
tanpa pembenaran, tentang kesetiaan pasangan atau pasangan
seksualB. Tidak terjadi secara eksklusif selama skizofrenia,
gangguan mood dengan ciri psikotik, atau gangguan psikotik lain dan
bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu kondisi medis
umum.Catatan : apabila kriteria ditemukan sebelum awitan
Skizofrenia, ditambahkan premorbid.
E. Tatalaksana1. PsikoterapiPsikoterapi adalah pengobatan
pilihan untuk gangguan kepribadian paranoid. Terapis harus jujur
dalam menangani pasien ini. Terapis harus ingat bahwa kepercayaan
dan toleransi keakraban adalah hal yang menjadi perhatian bagi
pasien dengan gangguan ini. 10C. FarmakoterapiPada banyak kasus,
agen anti-ansietas seperti diazepam (Valium) cukup. Apabila
diperlukan, dapat diberikan anti-psikotik seperti haloperidol
(Haldol) dalam dosis kecill dan untuk periode singkat untuk
menangani kegelisahan pasien yang buruk atau pemikiran seakan-akan
delusi. Obat anti-psikotik pimozide (Orap) berhasil mengurangi
pemikiran paranoid pada beberapa pasien. 10
F. Perjalanan gangguan dan prognosisPada beberapa, gangguan
kepribadian paranoid berlangsung seumur hidup.
2.3.2 GANGGUAN KEPRIBADIAN SKIZOIDA. DefinisiPola perilaku
berupa pelepasan diri dari hubungan sosial disertai kemampuan
ekspresi emosi yang terbatas dalam hubungan interpersonal. Bersifat
pervasif, berawal sejak dewasa muda dan nyata dalam pelbagai
konteks. Pasien umumnya dilihat oleh orang lain sebagai orang yang
aneh, terisolasi, dan kesepian. 10B. EpidemiologiPrevalensi
gangguan kepribadian skizoid belum dibuktikan secara jelas, tetapi
gangguan ini mempengaruhi 7,5% dari seluruh populasi. Ratio
berdasarkan gender juga belum diketahui; beberapa penelitian
melaporkan ratio pria : wanita adalah 2:1. 10 C. Fitur klinisOrang
dengan gangguan kepribadian skizoid tampaknya menjadi dingin dan
menyendiri, mereka tampak terpencil dan menunjukkan tidak ada
keterlibatan dengan peristiwa sehari-hari dan keprihatinan terhadap
orang lain. Mereka tampil tenang, jauh, exclusive, dan tidak ramah.
10D. Diagnosis Kriteria diagnostik gangguan kepribadian skizoid
berdasarkan DSM IV: 8A. Sebuah pola pervasif pelepasan dari
hubungan sosial dan ekspresi emosi yang terbatas dalam hubungan
interpersonal, dimulai dengan awal masa dewasa dan hadir dalam
berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh empat (atau lebih)
sebagai berikut:1. Tidak ada keinginan atau tidak menikmati
hubungan dekat, termasuk menjadi bagian dari sebuah keluarga2.
hampir selalu memilih kegiatan soliter3. memiliki sedikit, jika
ada, minat memiliki pengalaman seksual dengan orang lain4. hanya
sedikit aktivitas yang memberikannya kebahagiaan5. tidak memiliki
teman dekat atau kepercayaan selain keluarga tingkat pertama6.
tidak peduli pada pujian atau kecaman/ kritik dari orang lain7.
menunjukkan emosi yang dingin, afek datarB. Tidak terjadi secara
eksklusif selama skizofrenia, gangguan mood dengan fitur psikotik,
gangguan psikotik, atau gangguan perkembangan pervasif dan bukan
karena efek fisiologis langsung dari suatu kondisi medis umum.
E. Tatalaksana 101. PsikoterapiTatalaksana pasien dengan
gangguan kepribadian skizoid mirip dengan penanganan pada orang
dengan gangguan kepribadian paranoid. Dalam keadaan terapi
kelompok, pasien dengan gangguan kepribadian skizoid dapat diam
untuk waktu yang lama; meskipun demikian, mereka nantinya akan
berpartisipasi. Seiring waktu, anggota kelompok akan menjadi
penting bagi pasien dengan skizoid dan menumbuhkan satu-satunya
interaksi sosial dalam kehidupannya yang terisolasi.2.
FarmakoterapiFarmakoterapi dengan dosis kecil, anti-psikotik,
anti-depresan, dan psikostimulan memberikan keuntungan bagi
beberapa pasien. Agen serotonergik membuat pasien kurang sensitif
terhadap penolakan. Benzodiazepine dapat mengurangi kecemasan
interpersonal.
F. Perjalanan Gangguan dan prognosisTimbulnya gangguan
kepribadian skizoid biasanya terjadi pada anak usia dini. Seperti
dengan semua gangguan kepribadian, gangguan kepribadian skizoid
adalah bertahan dengan lama, tetapi belum tentu seumur hidup.
10]
2.3.3 GANGGUAN KEPRIBADIAN SKIZOTIPALCatatan: perlu dicatat
bahwa dalam PPDGJ-3, gangguan skizotipal dikategorikan ke dalam F3
yaitu kelompok skizofrenia karena ada hubungan genetik dengan
skizofrenia, sedangkan dalam DSM IV, dikategorikan dalam gangguan
kepribadian. 10A. DefinisiPola defisit dalam hubungan sosial dan
interpersonal; merasa tidak nyaman dan kurang mampu untuk membina
hubungan akrab, disertai distorsi kognitif atau persepsi dan
perilaku yang eksentrik, bersifat pervasif, awitannya dewasa muda,
dan nyata dalam pelbagai konteks atau situasi kehidupan. 10B.
EpidemiologiGangguan kepribadian skizotipal terjadi sekitar 3% dari
populasi. Ratio berdasarkan gender tidak diketahui. C. Fitur Klinis
Pasien dengan gangguan kepribadian schizotypal menunjukkan
terganggunya proses berpikir dan berkomunikasi. Meskipun gangguan
pikiran jelas tidak ada, kemampuan berbicara mereka mungkin khas
atau aneh, mungkin memiliki arti hanya untuk mereka, dan sering
perlu interpretasi. Pasien dengan kasus yang parah dari gangguan
mungkin menunjukkan anhedonia dan depresi berat.10
D. DiagnosisGangguan kepribadian skizotipal didiagnosa
berdasarkan keganjilan/keanehan pada cara berpikir, perilaku, dan
penampilan pasien. Dalam mengali informasi mungkin ditemukan
kesulitan karena cara komunikasi pasien yang tidak biasa.Pedoman
diagnostik gangguan kepribadian skizotipal berdasarkan DSM IV: 8A.
Pola pervasif mengenai defisit sosial dan interpersonal yang
ditandai dengan ketidaknyamanan akut dengan, dan berkurangnya
kapasitas untuk hubungan dekat seperti pada distorsi kognitif dan
persepsi dan keganjilan pada perilaku, yang muncul pada awal masa
dewasa dan terdapat dalam pelbagai konteks, yang ditandai dengan
lima (atau lebih) ciri berikut:1. Ideas of reference (tidak
termasuk delusion of reference)2. Keyakinan yang aneh atau pikiran
magis yang mempengaruhi perilaku dan tidak sesuai dengan norma
budaya (contoh percaya pada tahyul, kepercayaan kemampuan
supranatural, telepati, atau indera keenam; pada anak-anak dan
remaja, fantasi yang berlebihan)3. Pengalaman persepsi yang tidak
biasa, mencakup ilusi secara fisik4. Cara berpikir dan berbicara
yang aneh5. Curiga atau pemikiran paranoid6. Afek yang tidak sesuai
atau terbatas7. Perilaku atau penampilan yang ganjil, eksentrik,
atau khas8. Tidak memiliki teman dekat atau orang kepercayaan
selain dari kerabat derajat satu (first degree relatives)9.
Kecemasan sosial berlebihan yang tidak dapat dikurangi dengan
keakraban dan cenderung berhubungan dengan ketakutan paranoid
dibadingkan penilaian negatif tentang diri sendiriB. Tidak
berlangsung selama perjalanan gangguan skizofrenia, gangguan mood
dengan ciri psikotik, gangguan psikotik lainnya, atau gangguan
perkembangan pervasif.
E. Tatalaksana 101. PsikoterapiPrinsip tatalaksana gangguan
kepribadian skizotipal tidak berbeda dengan penanganan skizoid,
tetapi dokter harus bertindak secara sensitif dibanding sebelumnya.
Pasien ini memiliki keganjilan pada cara berpikir, dan beberapa
berkaitan dengan pemujaan, praktik keagamaan yang aneh, dan ilmu
gaib. Terapis tidak boleh mencemooh aktivitas terssebut dan
menghakimi kepercayaan atau aktivitas tersebut.2.
FarmakoterapiMedikasi anti-psikotik dapat berguna dalam menangani
ideas od reference, ilusi, dan gejala lain dan dapat digabungkan
dengan pskoterapi. Anti-depresan juga berguna ketika komponen
depresif dari kepribadian ditemukan.
F. Perjalanan gangguan dan prognosisPenelitian jangka panjang
oleh Thomas McGlashan dilaporkan bahwa 10% dari orang dengan
gangguan kepribadian skizotipal pada akhirnya bunuh diri.
Penelitian retospektif menunjukkan bahwa banyak pasien berpikir
memiliki skizofrenia yang sebenarnya mengalami gangguan kepribadian
Skizotipal dan, menurut pemikiran klinis sekarang ini, skizotype
merupakan kepribadian permorbid untuk skizofrenia. 10
2.3.4 GANGGUAN KEPRIBADIAN ANTISOSIALA. Definisi Pola perilaku
pengabaian dan perlanggaran pelbagai hak orang lain, bersifat
pervasif, berawal sejak usia dewasa muda dan nyata dalam pelbagai
konteks. 10B. Epidemiologi Prevalensi gangguan kepribadian
antisosial adalah 3% pada pria dan 1% pada wanita. Hal ini paling
umum ditemukan di daerah perkotaan miskin dan antara penduduk yang
sering berpindah-pindah. Timbulnya gangguan adalah sebelum usia 15.
Gadis biasanya memiliki gejala sebelum pubertas, dan anak laki-laki
bahkan lebih awal. Dalam populasi penjara, prevalensi gangguan
kepribadian antisosial dapat setinggi 75%. 10C. Fitur klinisPasien
dengan gangguan kepribadian antisosial seringkali dapat tampak
normal dan bahkan menawan dan manis. Riwayat mereka mengungkapkan
banyak bidang kehidupan berfungsi teratur. Berbohong, pembolosan,
lari dari rumah, pencurian, perkelahian, penyalahgunaan zat, dan
kegiatan ilegal adalah pengalaman khas yang pasien laporkan sebagai
awal di masa kecil. Pergaulan bebas, penyalahgunaan pasangan,
penganiayaan anak, dan mengemudi dalam keadaan mabuk adalah
kejadian umum dalam hidup mereka. Temuan penting adalah kurangnya
penyesalan atas tindakan ini, yaitu, mereka tampak kurang memiliki
hati nurani. 10D. Diagnosa Pasien dengan gangguan kepribadian
antisosial bisa menipu bahkan dokter paling berpengalaman. Dalam
sebuah wawancara, pasien dapat tampak tenang dan dapat dipercaya,
tetapi di balik itu mengintai ketegangan, permusuhan, dan
kemarahan. 10Sebuah pemeriksaan diagnostik harus mencakup
pemeriksaan neurologis menyeluruh. Karena pasien sering menunjukkan
hasil EEG abnormal dan tanda-tanda neurologis ringan yang
menunjukkan kerusakan otak minimal dalam masa kanak-kanak, temuan
ini dapat digunakan untuk mengkonfirmasi kesan klinis. 10Kriteria
diagnostik gangguan kepribadian antisosial berdasarkan DSM-IV:8A.
Ada pola pervasif mengabaikan dan melanggar hak orang lain yang
terjadi sejak usia 15 tahun, seperti yang ditunjukkan oleh tiga
(atau lebih) sebagai berikut:1. kegagalan untuk mematuhi
norma-norma, peraturan, dan kewajiban sosial2. tipu daya, seperti
ditunjukkan oleh berulang kali berbohong atau menipu orang lain
untuk keuntungan pribadi atau kesenangan3. impulsif atau kegagalan
untuk merencanakan4. iritabilitas dan agresivitas, seperti
ditunjukkan oleh perkelahian fisik berulang 5. sembrono mengabaikan
keselamatan diri sendiri atau orang lain6. secara menetap tidak
bertanggung jawab, seperti yang ditunjukkan oleh kegagalan yang
berulang untuk mempertahankan perilaku kerja yang konsisten atau
menghormati kewajiban keuangan7. kurangnya penyesalan, seperti
ditunjukkan dengan menjadi acuh tak acuh terhadap atau
rasionalisasi memiliki terluka, dianiaya, atau dicuri dari yang
lainB. Individu setidaknya usia 18 tahun.C. Ada bukti dari gangguan
perilaku dengan onset sebelum usia 15 tahun.D. Terjadinya perilaku
antisosial tidak secara eksklusif selama skizofrenia atau episode
manik.
E. Pengobatan 101. PsikoterapiSebelum pengobatan dapat dimulai,
batas tegas sangat penting. Terapis harus menemukan cara untuk
berurusan dengan perilaku pasien yang merusak diri sendiri. Dan
untuk mengatasi ketakutan pasien akan keintiman, terapis harus
menggagalkan keinginan pasien untuk lari dari pertemuan yang nyata
dengan orang lain. Dengan demikian, terapis menghadapi tantangan
memisahkan kendali dari hukuman dan memisahkan bantuan dan
konforntasi dari isolasi sosial dan retribusi.2.
FarmakoterapiFarmakoterapi digunakan untuk menangani gejala-gejala
seperti kecemasan, kemarahan, dan depresi, namun karena pasien
sering menyalahgunakan zat, obat-obatan harus digunakan secara
bijaksana. Jika pasien menunjukkan bukti gangguan atensi atau
gangguan hiperaktif, psikostimulan seperti methylphenidate
(Ritalin) mungkin berguna. Upaya telah dilakukan untuk mengubah
metabolisme katekolamin dengan obat-obatan dan untuk mengontrol
perilaku impulsif dengan obat antiepilepsi, misalnya, carbamazepine
(Tegretol) atau valproate (Depakote), terutama jika bentuk
gelombang abnormal dicatat pada EEG.
F. Perjalanan gangguan dan PrognosisSetelah gangguan kepribadian
antisosial berkembang, berjalan tak henti-hentinya, dengan
tingginya perilaku antisosial biasanya terjadi pada akhir masa
remaja. Prognosis bervariasi. Beberapa laporan menunjukkan bahwa
gejala penurunan seiring bertambahnya usia.10
2.3.5 Gangguan kepribadian Borderline (Tipe ambang)A.
DefinisiBorderline personality menunjukan adanya ketidakstabilan
dalam suatu hubungan, mood, dan citra diri (self-image). Borderline
yaitu ambang. Dikatakan ambang karena memang diketahui para
penderitanya berada pada ambang psikosis, para penderita gangguan
ini mengalami kesulitan dalam mengendalikan emosi yang mereka
miliki. Borderline ini juga merupakan ambang antara schizophrenia
dengan neurosis. 10
B. Fitur klinisSikap dan perasaan terhadap oranglain
berubah-ubah dengan cepat dalam peroode yang singkat. Emosinya juga
tidak teratur dan perubahannya tidak luwes. Subjek sangat
memperhatikan argument, cepat marah dan sarkastik dalam memandang
orang lain. Subjek tidak mampu mengembangkan pemikiran yang jernih
dari diri dan mungkin tidak menyetujui nilai-nilai, kesetiaan, dan
karir. Mereka tidak mampu bertahan sendiri tanpa orang lain, jadi
mereka cenderung memiliki hubungan personal yang selalu ribut,
tidak bertahan lama dan sangat singkat, serta kurangnya penerimaan
saling mengevaluasi diri. Subjek dengan perasaan depresi yang
kronis dan kesepian akan melakukan upaya manipulatif untuk bunuh
diri. 10C. DiagnosisMenurut DSM-IV-TR, diagnosis gangguan
kepribadian Borderline personality dapat dibuat awal masa dewasa
ketika pasien menunjukkan setidaknya lima kriteria yang tercantum
pada kriteria diagnostik. 8A. Pola pervasif ketidakstabilan
hubungan interpersonal, citra diri, dan afek, dan impulsif dengan
awitan awal masa dewasa dan hadir dalam berbagai konteks, seperti
yang ditunjukkan oleh lima (atau lebih) sebagai berikut:1. Upaya
yang penuh kegelisahan untuk menghindari keadaan ditinggalkan yang
nyata maupun yang hanya dibayangkan. Catatan: Tidak meliputi
perilaku bunuh diri atau mutilasi diri tercakup dalam Kriteria 5.2.
pola hubungan interpersonal erat namun tidak stabil3. gangguan
identitas: citra diri atau kesadaran diri yang secara nyata dan
terus menerus tidak stabil4. impulsif dalam setidaknya dua wilayah
yang berpotensi merusak diri (misalnya, pengeluaran, seks,
penyalahgunaan zat, mengemudi sembrono, makan pesta). Catatan:
Tidak meliputi perilaku bunuh diri atau mutilasi diri tercakup
dalam Kriteria 55. perilaku bunuh diri berulang, gestur, atau
ancaman, atau perilaku mutilasi diri6. Ketidakstabilan perasaan
atau afek yang disebabkan oleh suasana hati (misalnya, dysphoria
episodik intens, lekas marah, atau kecemasan biasanya berlangsung
beberapa jam dan jarang lebih dari beberapa hari)7. Perasaan kosong
yang kronis8. Kemarahan yang tidak pantas, intens atau kesulitan
mengendalikan marah (misalnya, menampilkan sering marah, kemarahan
yang konstan, perkelahian fisik berulang)9. Pemikiran paranoid yang
berkaitan dengan stres berlangsung singkat gejala disosiatif yang
parah
D. Tatalaksana 101. Psikoterapi Terapis telah menggunakan terapi
perilaku untuk mengendalikan impuls pasien dan ledakan marah dan
untuk mengurangi kepekaan mereka terhadap kritik dan penolakan.
Pelatihan keterampilan sosial, terutama dengan pemutaran rekaman
video, membantu memungkinkan pasien untuk melihat bagaimana
tindakan mereka mempengaruhi orang lain dan dengan demikian
meningkatkan perilaku interpersonal mereka.Bentuk khusus dari
psikoterapi yang disebut terapi perilaku dialektis (dialectical
behavior therapy - DBT) telah digunakan untuk pasien dengan
gangguan ini, terutama mereka dengan perilaku parasuicidal, seperti
sering memutilasi.2. Farmakoterapi Antipsikotik telah digunakan
untuk mengendalikan kemarahan, permusuhan, dan episode psikotik
singkat. Antidepresan meningkatkan mood depresi umum pada pasien
dengan gangguan kepribadian ini. MAO inhibitor (MAOI) dapat
digunakan pada beberapa pasien dengan perilaku impulsif.
Benzodiazepin, khususnya alprazolam (Xanax), membantu kecemasan dan
depresi, tetapi beberapa pasien menunjukkan disinhibisi dengan
kelas obat ini. Antikonvulsan, seperti carbamazepine, dapat
meningkatkan fungsi global untuk beberapa pasien. Agen serotonergik
seperti serotonin reuptake inhibitor (SSRI) telah membantu dalam
beberapa kasus.
E. Perjalanan gangguan dan prognosis Gangguan kepribadian
borderline cukup stabil, pasien sedikit perubahan dari waktu ke
waktu. Studi longitudinal tidak menunjukkan perkembangan ke arah
skizofrenia, tetapi pasien memiliki insidensi tinggi dari episode
depresi utama. 10
2.3.6 GANGGUAN KEPRIBADIAN HISTRIONIKA. DefinisiPola perilaku
berupa emosionalitas berlebih dan menarik perhatian, bersifat
pervasif, berawal sejak usia dewasa muda, dan nyata dalam pelbagai
konteks. 10B. Epidemiologi Menurut DSM-IV-TR, data terbatas dari
studi populasi umum menunjukkan prevalensi gangguan kepribadian
histrionik sekitar 2-3%. Sekitar 10-15 % telah dilaporkan di rawat
inap dan rawat jalan pusat kesehatan mental saat penilaian
terstruktur digunakan. Kelainan ini didiagnosis lebih sering pada
wanita dibandingkan pada pria. 10C. Fitur klinis Orang dengan
gangguan kepribadian histrionik menunjukkan tingkat tinggi perilaku
mencari perhatian. Mereka cenderung melebih-lebihkan pikiran dan
perasaan mereka dan membuat segalanya terdengar lebih penting
daripada yang sebenarnya. Mereka menampilkan amarah, air mata, dan
tuduhan ketika mereka tidak menjadi pusat perhatian atau tidak
menerima pujian atau persetujuan. 10Perilaku menggoda adalah umum
pada kedua jenis kelamin. Mereka dapat bertindak atas dorongan
seksual mereka untuk meyakinkan diri bahwa mereka menarik bagi
jenis kelamin lain. 10D. Diagnosa Dalam wawancara, pasien dengan
gangguan kepribadian histrionik umumnya kooperatif dan ingin
memberikan sejarah rinci. Isyarat dan tanda baca yang dramatis
dalam pembicaraan mereka adalah umum. 10
Kriteria diagnostik gangguan kepribadian histrionik berdasarkan
DSM-IV: 8A. Pola pervasif dari emosionalitas yang berlebihan dan
mencari perhatian, dimulai dengan awal masa dewasa dan hadir dalam
berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh lima (atau lebih)
sebagai berikut: 1. tidak nyaman dalam situasi di mana dia bukan
pusat perhatian2. interaksi dengan orang lain yang sering ditandai
oleh perilaku seksual menggoda atau provokatif yang tidak
sepantasnya3. menampilkan pergeseran cepat dan ekspresi emosi yang
dangkal4. konsisten menggunakan penampilan fisik untuk menarik
perhatian kepada dirinya5. memiliki gaya bicara yang terlalu
impresionis dan kurang rinci6. menunjukkan dramatisasi diri,
sandiwara, dan ekspresi berlebihan dari emosi 7. mudah dipengaruhi
oleh orang lain atau keadaan 8. menganggap hubungan menjadi lebih
intim daripada yang sebenarnya.
E. Tatalaksana 101. Psikoterapi Pasien dengan gangguan
kepribadian histrionik seringkali tidak menyadari perasaan mereka
sendiri yang nyata; klarifikasi dari perasaan batin mereka adalah
proses terapeutik penting. Psikoterapi dengan orientasi
psikoanalitik, baik kelompok atau individu, mungkin adalah pilihan
perawatan untuk gangguan kepribadian histrionik. 2. Farmakoterapi
Farmakoterapi dapat adjunctive bila gejala ditargetkan (misalnya,
penggunaan antidepresan untuk depresi dan keluhan somatik, agen
anti ansietas untuk kegelisahan, dan antipsikotik untuk derealisasi
dan ilusi).
F. Perjalanan gangguan dan prognosis Seiring bertambahnya usia,
orang dengan gangguan kepribadian histrionik menunjukkan gejala
yang lebih sedikit. Orang dengan gangguan ini adalah pencari
sensasi, dan mereka mungkin mendapatkan masalah dengan hukum,
penyalahgunaan zat, dan bertindak sembarangan. 10
2.3.7 GANGGUAN KEPRIBADIAN NARSISTIKA. DefinisiTerdapatnya pola
rasa kebesaran diri (dalam fantasi atau perilaku), kebutuhan untuk
dikagumi atau disanjung, kurang mampu berempati. Bersifat pervasif,
berawal sejak dewasa muda dan nyata dalam pelbagai konteks. 10B.
Epidemiologi Menurut DSM-IV-TR, perkiraan prevalensi gangguan
kepribadian narsistik berkisar 2-16 % dalam populasi klinis dan
kurang dari 1 % di populasi umum. Jumlah kasus gangguan kepribadian
narsistik yang dilaporkan terus meningkat. 10C. Diagnosa Kriteria
diagnostik gangguan kepribadian narsistik berdasarkan DSM-IV: 8A.
Sebuah pola bersifat pervasif tentang kebesaran (dalam khayalan
atau perilaku), membutuhkan kekaguman, dan kurangnya empati,
dimulai dengan awal masa dewasa dan hadir dalam berbagai konteks,
seperti yang ditunjukkan oleh lima (atau lebih) sebagai berikut: 1.
secara berlebih merasa dirinya sangat penting (misalnya,
melebih-lebihkan prestasi dan bakat, mengharapkan untuk diakui
sebagai yang unggul tanpa prestasi sepadan) 2. sibuk dengan fantasi
kesuksesan tak terbatas, kekuasaan, kecerdasan, kecantikan, atau
kekasih ideal3. percaya bahwa ia adalah istimewa dan unik dan hanya
dapat dipahami oleh, atau harus bergaul dengan orang-orang khusus
atau tinggi status lainnya (atau lembaga)4. membutuhkan pemujaan
berlebihan 5. merasa dirinya mempunyai hak istimewa (contoh
menuntut agar mendapat perlakuan khusus, atau orang lain harus
menurut kehendaknya)6. Merupakan personal yang eksploitatif, yaitu
mengambil keuntungan dari orang lain untuk mencapai tujuan
sendiri7. tidak memiliki empati: tidak bersedia untuk mengenali
atau mengidentifikasi dengan perasaan dan kebutuhan orang lain8.
sering iri kepada orang lain atau percaya bahwa orang lain iri
kepadanya 9. Bersikap dan berperilaku sombong
D. Fitur klinis Orang dengan gangguan kepribadian narsistik
memiliki rasa megah diri penting, mereka menganggap diri mereka
spesial dan mengharapkan perlakuan khusus. Rasa memiliki hak
istimewa mencolok. Mereka tidak dapat menerima kritikan dan mungkin
menjadi marah ketika seseorang berani mengkritik mereka, atau
mereka mungkin tampak sama sekali tidak peduli terhadap kritik.
Orang dengan gangguan ini ingin cara mereka sendiri dan sering
ambisius untuk mencapai ketenaran dan keberuntungan. Mereka tidak
dapat menunjukkan empati, dan mereka berpura-pura simpati hanya
untuk mencapai tujuan egois mereka sendiri. 10
E. Pengobatan101. Psikoterapi Karena pasien harus meninggalkan
narsisme mereka untuk membuat kemajuan, pengobatan gangguan
kepribadian narsisistik adalah sulit. Psikiater seperti Kernberg
dan Heinz Kohut menganjurkan menggunakan pendekatan psikoanalitik
untuk efek berubah, tetapi banyak penelitian diperlukan untuk
membuktikan diagnosis dan untuk menentukan pengobatan terbaik.
Beberapa dokter menganjurkan terapi kelompok bagi pasien mereka
sehingga mereka dapat belajar bagaimana berbagi dengan orang lain
dan, dalam keadaan yang ideal, dapat mengembangkan respon empatik
kepada orang lain. 2. Farmakoterapi Lithium (Eskalith) telah
digunakan dengan pasien yang gambaran klinis mencakup perubahan
suasana hati. Karena pasien dengan gangguan kepribadian narsistik
mentoleransi penolakan secara buruk dan rentan terhadap depresi,
antidepresan, obat-obatan terutama serotonergik, juga dapat
digunakan.
F. Perjalanan gangguan dan prognosis Gangguan kepribadian
narsisistik bersifat kronis dan sulit untuk diobati. Pasien dengan
gangguan terus-menerus harus berurusan dengan pukulan narsisme
mereka yang dihasilkan dari perilaku mereka sendiri atau dari
pengalaman hidup. 10
2.3.8 GANGGUAN KEPRIBADIAN MENGHINDARA. Definisi Adanya pola
perasaan tidak nyaman serta keengganan untuk bergaul secara sosial,
rasa rendah diri, hipersensitif terhadap evaluasi negatif. Bersifat
pervasif, awitan sejak dewasa muda, nyata dalam pelbagai konteks.
10
B. Epidemiologi Prevalensi gangguan adalah 1 sampai 10 % dari
populasi umum. Tidak ada informasi mengenai rasio berdasarkan
gender atau pola keluarga. Bayi diklasifikasikan sebagai memiliki
temperamen pemalu mungkin lebih rentan terhadap gangguan
dibandingkan mereka yang mendapat skor tinggi pada skala pendekatan
aktivitas. 10
C. Fitur klinisHipersensitif terhadap penolakan oleh orang lain
adalah fitur klinis utama dari gangguan kepribadian menghindar, dan
sifat kepribadian yang utama pasien adalah timidity. Ketika
berbicara dengan seseorang, mereka mengungkapkan ketidakpastian,
menunjukkan kurangnya kepercayaan diri, dan dapat berbicara dengan
cara merendahkan diri. Karena mereka waspada tentang penolakan,
mereka takut untuk berbicara di depan umum atau untuk membuat
permintaan orang lain. Mereka cenderung salah menafsirkan komentar
orang lain 'sebagai merendahkan atau mengejek. Penolakan dari
permintaan apapun membuat mereka menarik diri dari orang lain dan
merasa terluka. Akibatnya, mereka sering tidak memiliki teman dekat
atau kepercayaan. 10
D. Diagnosa Dalam wawancara klinis, aspek pasien yang paling
mencolok adalah kecemasan tentang berbicara dengan seorang
pewawancara. Cara mereka gugup dan tegang muncul pasang surut
dengan persepsi mereka apakah pewawancara menyukai mereka. Mereka
tampaknya rentan terhadap komentar pewawancara dan saran dan
mungkin menganggap klarifikasi atau interpretasi sebagai kritik.
Kriteria diagnostik untuk gangguan kepribadian menghindar
berdasarkan DSM-IV:8A. Sebuah pola pervasif inhibisi sosial,
perasaan tidak mampu, dan hipersensitivitas terhadap evaluasi
negatif, dimulai dengan awal masa dewasa dan hadir dalam berbagai
konteks, seperti yang ditunjukkan oleh empat (atau lebih) sebagai
berikut:1. menghindari kegiatan kerja yang melibatkan kontak
interpersonal yang signifikan, karena takut kritik,
ketidaksetujuan, atau penolakan2. tidak mau untuk terlibat dengan
orang-orang kecuali merasa yakin disukai3. menunjukkan pengendalian
diri dalam hubungan intim karena takut dipermalukan atau
ditertawakan4. Kuatir dikritik atau ditolak dalam situasi sosial5.
terhambat dalam interaksi antarpribadi baru karena perasaan tidak
mampu6. Memandang diri sendiri sebagai tidak layak secara sosial,
secara pribadi tidak menarik, atau lebih rendah daripada orang
lain7. Enggan untuk mengambil risiko pribadi atau untuk terlibat
dalam kegiatan yang baru karena mereka mungkin terbukti
memalukan
E. Pengobatan 101. PsikoterapiTerapis harus menyampaikan sikap
menerima terhadap ketakutan pasien, terutama takut ditolak. Terapi
kelompok dapat membantu pasien memahami bagaimana kepekaan mereka
terhadap penolakan mempengaruhi mereka dan lain-lain. 2.
FarmakoterapiBeberapa pasien yang dibantu oleh B2-adrenergik
reseptor antagonis, seperti atenolol (Tenormin), untuk mengelola
hiperaktivitas sistem saraf otonomik, yang cenderung tinggi pada
pasien dengan gangguan kepribadian menghindar, terutama ketika
mereka mendekati situasi takut. Agen serotonergik dapat membantu
sensitivitas penolakan. Secara teoritis, obat dopaminergik bisa
menimbulkan hal-hal baru-mencari perilaku pada pasien, namun pasien
harus secara psikologis siap untuk setiap pengalaman baru yang
mungkin timbul.
F. Perjalanan gangguan dan prognosisBanyak orang dengan gangguan
kepribadian menghindar mampu berfungsi di lingkungan yang
terlindung. Beberapa menikah, memiliki anak, dan hidup mereka
dikelilingi hanya oleh anggota keluarga. 10
2.3.9 GANGGUAN KEPRIBADIAN DEPENDENA. Definisi Suatu pola
perilaku berupa kebutuhan berlebih agar dirinya dipelihara, yang
menyebabkan seorang individu berperilaku submisif, bergantung
kepada orang lain, dan ketakutan akan perpisahan dengan orang
tempat ia bergantung, Besifat pervasif, berawal sejak usia dewasa
muda, dan nyata dalam pelbagai situasi. 10
B. Epidemiologi Gangguan kepribadian dependen lebih sering
terjadi pada wanita dibandingkan pada pria. Satu studi didiagnosis
2,5% dari semua gangguan kepribadian jatuh ke dalam kategori ini.
Hal ini lebih umum pada anak-anak daripada yang lebih tua. Orang
dengan penyakit fisik kronis di masa kecil mungkin paling rentan
terhadap gangguan ini. 10
C. Fitur klinis Orang dengan gangguan ini tidak dapat membuat
keputusan tanpa saran dan kepastian dari orang lain dengan jumlah
berlebihan. Mereka menghindari posisi tanggung jawab dan menjadi
cemas jika diminta untuk mengambil peran kepemimpinan. Mereka lebih
suka untuk tunduk. Ketika mereka sendiri, mereka merasa sulit untuk
bertahan pada tugas-tugas, tetapi mungkin merasa mudah untuk
melakukan tugas-tugas untuk orang lain. Karena orang-orang dengan
gangguan tersebut tidak suka sendirian, mereka mencari orang lain
pada siapa mereka dapat bergantung. 10
D. Diagnosa Dalam wawancara, pasien tampak penurut. Mereka
mencoba untuk bekerja sama, menyambut pertanyaan spesifik, dan
mencari bimbingan. Kriteria diagnostik gangguan kepribadian
dependen berdasarkan DSM-IV: 8A. Sebuah kebutuhan yang luas dan
berlebihan harus diambil untuk mengarah ke perilaku tunduk dan
kelekatan dan ketakutan pemisahan, dimulai dengan awal masa dewasa
dan hadir dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh
lima (atau lebih) sebagai berikut: 1. memiliki kesulitan membuat
keputusan sehari-hari tanpa saran dan jaminan dari orang lain dalam
jumlah yang berlebihan2. kebutuhan orang lain untuk bertanggung
jawab atas bidang utama sebagian besar hidupnya3. mengalami
kesulitan mengekspresikan ketidaksetujuan dengan orang lain karena
takut kehilangan dukungan atau persetujuan. 4. mengalami kesulitan
memulai proyek-proyek atau melakukan hal-hal sendiri (karena
kurangnya kepercayaan diri dalam penilaian atau kemampuan daripada
kurangnya motivasi atau energi) 5. usaha berlebihan untuk
memperoleh pengasuhan dan dukungan dari orang lain, ke titik
sukarela untuk melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan 6. merasa
tidak nyaman atau tak berdaya ketika sendirian karena takut yang
berlebihan tidak mampu untuk merawat dirinya sendiri 7. segera
mencari hubungan lain sebagai sumber perawatan dan dukungan ketika
hubungan dekat berakhir 8. preokupasi yang tidak realistis dengan
kekhawatiran ditinggal untuk mengurus dirinya sendiri
E. Pengobatan 101. Psikoterapi Pengobatan gangguan kepribadian
dependen sering berhasil. Terapi berdasarkan tilikan memungkinkan
pasien untuk memahami anteseden perilaku mereka, dan dengan
dukungan dari terapis, pasien dapat menjadi lebih mandiri, tegas,
dan mandiri. Terapi perilaku, pelatihan ketegasan, terapi keluarga,
dan terapi kelompok semuanya telah digunakan, dengan hasil yang
sukses dalam banyak kasus. 2. Farmakoterapi Farmakoterapi telah
digunakan untuk menangani gejala-gejala spesifik, seperti kecemasan
dan depresi, yang merupakan fitur yang berhubungan umum dari
gangguan kepribadian dependen. Pasien yang mengalami serangan panik
atau yang memiliki tingkat kecemasan perpisahan dapat dibantu
dengan imipramine (Tofranil). Benzodiazepin dan agen serotonergik
juga telah berguna. Jika depresi pasien atau gejala penarikan
menanggapi psikostimulan, mereka dapat digunakan.
F. Perjalanan gangguan dan Prognosis Hubungan sosial terbatas
pada orang-orang pada siapa mereka dapat bergantung, dan banyak
menderita pelecehan fisik atau mental karena mereka tidak dapat
menyatakan diri mereka sendiri. Mereka risiko gangguan depresi
besar jika mereka kehilangan orang pada siapa mereka bergantung,
tetapi dengan pengobatan, prognosis menguntungkan. 10
2.3.10 GANGGUAN KEPRIBADIAN OBSESIF-KOMPULSIFA. DefinisiPola
perilaku berupa preokupasi dengan keteraturan, peraturan,
perfeksionisme, kontrol mental dan hubungan interpersonal, dengan
mengenyampingkan: fleksibilitas, keterbukaan, efisiensi, bersifat
pervasif, awitan sejak dewasa muda nyata dalam pelbagai konteks.
10
B. Epidemiologi Prevalensi obsesif-kompulsif gangguan
kepribadian tidak diketahui. Hal ini lebih sering terjadi pada pria
dibandingkan pada wanita dan didiagnosis paling sering pada anak
tertua. Gangguan juga terjadi lebih sering pada tingkat pertama
keluarga biologis dari orang-orang dengan gangguan daripada
populasi umum. Pasien sering memiliki latar belakang disiplin yang
keras. 10
C. Fitur klinis Orang dengan gangguan obsesif-kompulsif
kepribadian disibukkan dengan aturan, peraturan, ketertiban,
kerapian, rincian, dan pencapaian kesempurnaan. Mereka bersikeras
bahwa aturan harus diikuti secara kaku dan tidak bisa mentolerir
apa yang mereka anggap pelanggaran. Oleh karena itu, mereka
kekurangan fleksibilitas dan tidak toleran. Mereka mampu bekerja
lama, asalkan rutin dan tidak memerlukan perubahan yang mereka
tidak dapat beradaptasi. 10
D. Diagnosa Dalam wawancara, pasien dengan gangguan kepribadian
obsesif-kompulsif mungkin memiliki sikap kaku. Afek mereka tidak
tumpul atau datar, tetapi dapat digambarkan sebagai yang terbatas.
Mereka kekurangan spontanitas, dan suasana hati mereka biasanya
serius. Pasien tersebut mungkin cemas tentang tidak terkendali
dalam wawancara. Jawaban mereka untuk pertanyaan luar biasa rinci.
Mekanisme pertahanan yang mereka gunakan adalah rasionalisasi,
isolasi, intelektualisasi, pembentukan reaksi, dan kehancuran.
10Kriteria diagnostik untuk gangguan kepribadian obsesif-kompulsif
:8A. Sebuah pola meresap keasyikan dengan keteraturan,
perfeksionisme, dan kontrol mental dan interpersonal dengan
mengorbankan fleksibilitas, keterbukaan, dan efisiensi, dimulai
dengan awal masa dewasa dan hadir dalam berbagai konteks, seperti
yang ditunjukkan oleh empat (atau lebih) berikut : 1. terpaku
terhadap rincian, aturan, daftar, urutan, organisasi, atau jadwal2.
menunjukkan perfeksionisme yang mengganggu penyelesaian tugas3.
teliti, berhati-hati berlebihan dan lebih mengutamakan
produktivitas sehingga mengeyampingkan kesenangan dan hubungan
interpersonal4. teliti dan tidak fleksibel tentang hal-hal moral,
etika, atau nilai (tidak diperhitungkan dengan identifikasi budaya
atau agama)5. tidak mampu untuk membuang benda-benda usang atau
tidak berharga bahkan ketika mereka tidak memiliki nilai6. enggan
untuk mendelegasikan tugas atau bekerja dengan orang lain kecuali
mereka tunduk dengan tepatnya atau cara dia melakukan sesuatu7.
mengadopsi gaya belanja kikir baik terhadap diri dan orang lain,
uang dipandang sebagai sesuatu yang harus ditimbun bagi bencana di
masa depan8. menunjukkan kekakuan dan keras kepala
E. Pengobatan 101. Psikoterapi Berbeda pasien dengan gangguan
kepribadian lainnya, orang-orang dengan gangguan kepribadian
obsesif-kompulsif sering menyadari penderitaan mereka, dan mereka
mencari pengobatan sendiri. Pengobatan sering berlangsung panjang
dan rumit. Terapi kelompok dan terapi perilaku kadang-kadang
menawarkan keuntungan tertentu. 2. Farmakoterapi Clonazepam
(Klonopin), benzodiazepin dengan penggunaan antikonvulsan, telah
mengurangi gejala pada pasien dengan obsesif-kompulsif berat.
Clomipramine (Anafranil) dan agen serotonergik seperti fluoxetine,
biasanya pada dosis 60 sampai 80 mg sehari, mungkin berguna jika
tanda dan gejala obsesif-kompulsif muncul. Nefazodone (Serzone)
mungkin mendapat manfaat beberapa pasien.
F. Perjalanan gangguan dan prognosis Perjalanan gangguan
kepribadian obsesif-kompulsif adalah bervariasi dan tak terduga.
Dari waktu ke waktu, orang dapat mengembangkan obsesi atau dorongan
dalam perjalanan gangguan mereka. Beberapa remaja dengan gangguan
kepribadian obsesif-kompulsif berkembang menjadi orang dewasa yang
hangat, terbuka, dan penuh kasih; pada orang lain. 10
BAB IIIKESIMPULAN
Kepribadian juga merupakan jumlah total kecenderungan bawaan
atau herediter dengan berbagai pengaruh dari lingkungan serta
pendidikan, yang membentuk kondisi kejiwaan seseorang dan
mempengaruhi sikapnya terhadap kehidupan. Berdasarkan pengertian
tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepribadian meliputi segala corak
perilaku dan sifat yang khas dan dapat diperkirakan pada diri
seseorang, yang digunakan untuk bereaksi dan menyesuaikan diri
terhadap rangsangan, sehingga corak tingkah lakunya itu merupakan
satu kesatuan fungsional yang khas bagi individu itu.Gangguan
kepribadian digambarkan sebagai gangguan berat kepribadian dan
perilaku yang dinilai sebagai suatu bentuk penyimpangan dari pola
budaya yang normal. Gangguan kepribadian dapat disebabkan oleh
beberapa faktor. Pedoman diagnostik gangguan kepribadian termasuk
gangguan dengan durasi yang lama pada beberapa fungsi, bersifat
pervasif dan maladaptif, onset pada masa kecil atau remaja;
kelanjutan menjadi dewasa; kepribadian distres yang cukup besar dan
biasanya , tetapi tidak selalu, masalah yang signifikan dalam
pekerjaan dan dalam perilaku sosial. Pada seorang individu dengan
gangguan kepribadian, terjadi disfungsi dalam hubungan keluarga,
pekerjaan, dan fungsi sosial. Dapat pula berkaitan dengan tindak
kriminal, penyalahgunaan zat, pembunuhan, bunuh diri, kecelakaan,
perceraian, dan lain-lain. Tatalaksana biasanya sulit karena
gangguan ini bersifat pervasif, egosintonik, awitannya sejak dewasa
muda (di atas 17 tahun) dan seringkali individu bangga dengan ciri
kepribadiannya. Tatalaksana terdiri dari 2 jenis, yaitu psikoterapi
(terapi dengan prinsip menyadarkan pasien mengenai dampak gangguan
kepribadian yang ia derita) dan psikofarmaka (penggunaan
psikotropika yang bersifat pengobatan simptomatis).DAFTAR
PUSTAKA
1. Mangindaan, Lukas. (2010). Buku Ajar Psikiatri: Gangguan
Kepribadian. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. Hal 329-334. 2.
Sosiawan, E. Artikel Psikologi Komunikasi : Kepribadian
(Personality). Available at: edwi.upnyk.ac.id/PSIKOM.8.pdf. 3.
Maddux, J. dan Winstead, B. (2008). Psychopathology : Foundations
for a contemporary Understanding. New York: Taylor & Francais
Group.4. Gill, D. Hughes. (2007). Outline of Modern Psychiatry 5th
edition. England: John Wiley and Sons Ltd. 5. Dorland, WAN.(2002).
Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta : ECG6. Purwanto, M. N.
(2006). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya7. Faith,
Chasidy (2009) "Dependent Personality Disorder: A Review of
Etiology and Treatment" Graduate Journal of Counseling Psychology.
Available at: http://epublications.marquette.edu/gjcp/vol1/iss2/78.
American Psychiatric Association. (2000) Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorders Fourth Edition Text Revision, DSM-IV-TR.
Arlington, VA: American Psychiatric Association.9. Michael H.Ebert,
Peter T. Loosen and Barry Nurcombe (Ed.). (2000).Current
Diagnosis&Treatmentin Psychiatry 1 edition. New York:
McGraw-Hill.10. Sadock, B. J., & Sadock, V. A. (2007). Kaplan
& Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical
Psychiatry, 10th Edition. New York: Lippincott William &
Wilkins.41