3
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, sang
penguasa seluruh alam, karena atas berkat dan rahmatNya, penulis
dapat menyelesaikan makalah gangguan kepribadian histrionik ini
tepat pada waktunya.Penulisan makalah ini bertujuan untuk
mengetahui lebih lanjut tentang gangguan kepribadian, khususnya
gangguan kepribadian histrionik, dan bagaimana menghadapi masalah
ini dalam praktik kedokteran.Penulis mengucapkan terima kasih
terutama kepada dr. Mustafa Mahmud Amin, M.Ked.KJ., M.Sc, Sp. KJ,
selaku pembimbing penulis atas segala bantuan dan bimbingan dalam
menyelesaikan makalah ini.Oleh karena keterbatasan pengalaman,
pengetahuan dan kepustakaan, penulis mengharapkan adanya saran dan
kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhir kata, semoga
makalah ini dapat menjadi masukan yang berarti dalam perbaikan
proses pembelajaran.
Medan, Maret 2015
Penulis
DAFTAR ISI HalamanKATA PENGANTAR 2DAFTAR ISI3BAB 1
PENDAHULUAN4BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA52.1. Kepribadian52.1.1. Definisi
Kepribadian, Karakter, dan Temperamen52.1.2. Perkembangan
Kepribadian62.2. Gangguan Kepribadian62.2.1. Definisi Gangguan
Kepribadian72.2.2. Kriteria Diagnostik Gangguan Kepribadian82.2.3.
Klasifikasi Gangguan Kepribadian92.2.4. Etiologi Gangguan
Kepribadian92.2.4.1. Faktor Genetik92.2.4.1. Faktor
Biologis102.2.4.1. Faktor Psikoanalisis11 2.3. Gangguan Kepribadian
Histrionik 112.3.1. Definisi132.3.2. Epidemiologi dan
Komorbiditas132.3.3. Etiologi132.3.4. Karakteristik Kepribadian
Histrionik132.3.5. Pedoman Diagnostik162.3.6. Diagnosis
Banding172.3.7. Prognosis172.3.8. Terapi182.3.8.1.
Psikoterapi182.3.8.2. Farmakoterapi18BAB 3 KESIMPULAN19DAFTAR
PUSTAKA20BAB 1PENDAHULUAN
Dalam berkehidupan, seseorang sejak dini memiliki kecenderungan
ataupun kebiasaan untuk menggunakan suatu pola yang relatif serupa
dalam menyikapi suatu masalah yang sedang dihadapinya yang apabila
diperhatikan lebih lanjut, cara ataupun metode penyelesaian itu
tampak sebagai sesuatu yang memiliki pola khusus dan dapat
ditengarai sebagai ciri atau tanda dalam mengenali seseorang
tersebut. Fenomena inilah yang dikenal sebagai karakter atau
kepribadian.2Gangguan kepribadian harus dibedakan dengan ciri
kepribadian, Ciri kepribadian adalah pola perilaku yang berlangsung
lama, berhubungan dengan lingkungan dan diri sendiri, dan keluar
dalam bentuk konteks sosial dan pribadi. Ciri kepribadian juga
masih bersifat fleksibel dan gambaran klinisnya tidak memenuhi
kriteria atau pedoman diagnostik, dan bersifat lebih ringan dari
gangguan kepribadian. Ketika pola perilaku ini secara bermakna
menjadi maladaptif dan menyebabkan hendaya yang serius dalam fungsi
pribadi dan sosial, hal ini dinamakan gangguan kepribadian.2,7Salah
satu gangguan kepribadian yang ada ialah gangguan kepribadian
histrionik. Menurut DSM-IV-TR, data terbatas dari studi pada
populasi umum menunjukkan prevalensi sekitar 2 hingga 3%. Penanda
utama dari gangguan kepribadian histrionik adalah dramatisasi diri
yang menyebar dan berlebihan, emosionalitas yang berlebihan, dan
mencari perhatian.1
BAB 2TINJAUAN PUSTAKA
2.1. KepribadianKata kepribadian (personality) berasal dari
bahasa Latin persona, yang awalnya merujuk pada topeng teater yang
digunakan oleh pemain drama kuno. Dalam berkehidupan, seseorang
sejak dini memiliki kecenderungan ataupun kebiasaan untuk
menggunakan suatu pola yang relatif serupa dalam menyikapi suatu
masalah yang sedang dihadapinya yang apabila diperhatikan lebih
lanjut, cara ataupun metode penyelesaian itu tampak sebagai sesuatu
yang memiliki pola khusus dan dapat ditengarai sebagai ciri atau
tanda dalam mengenali seseorang tersebut. Fenomena inilah yang
dikenal sebagai karakter atau kepribadian.2,5
2.1.1. Definisi Kepribadian, Karakter, dan TemperamenKepribadian
adalah totalitas dari ciri perilaku dan emosi yang merupakan
karakter atau ciri seseorang dalam kehidupan sehari-hari dalam
kondisi yang biasa; sifatnya stabil dan dapat diramalkan.2 Adapun
Allport3 mendefinisikan kepribadian sebagai pengaturan dinamis
dalam diri seorang individu atas sistem-sistem psikofisik yang
menentukan penyesuiannya terhadap lingkungan. Ia lebih lanjut
mengembangkan definisi ini dengan menjelaskan bahwa istilah
pengaturan dinamis menegaskan bahwa kepribadian merupakan suatu
sistem yang teratur (unitas multipleks) yang secara konstan
berkembang dan berubah. Ungkapan dalam diri seorang individu
berarti bahwa kepribadian adalah apa yang berada di balik suatu
tindakan spesifik seseorang. Istilah psikofisik mengingatkan bahwa
kepribadian bukanlah semata-mata bagian dari mental ataupun bagian
dari neural, tetapi merupakan kombinasi antara keduanya. Kata
menentukan menunjukkan bahwa sistem-sistem yang menyusun
kepribadian akan menuntun kepada perilaku-perilaku ekspresif dan
adaptif. Ekspresi penyesuaian terhadap lingkungan memiliki maksud
yang signifikan baik secara fungsional maupun evolusioner bahwa
kepribadian berperan sebagai suatu cara mempertahankan diri, atau
lebih umumnya disebut dengan adaptasi.3Kepribadian yang normal
sendiri biasanya didefinisikan (1) secara langsung, dengan yang
menggunakan kriteria kesehatan ideal; (2) secara tidak langsung,
sebagai lawan dari kepribadian yang menyimpang; atau yang paling
sering (3) secara statistik, dengan perilaku-perilaku yang paling
umum pada lingkungan yang ada.3Istilah lain yang sering
dibingungkan dengan kepribadian ialah karakter dan temperamen.
Karakter adalah ciri kepribadian yang dibentuk oleh proses
perkembangan dan pengalaman hidup. Adapun temperamen dipengaruhi
oleh faktor genetik atau konstitusional yang terbawa sejak lahir,
bersifat sederhana, tanpa motivasi, baru stabil sesudah anak itu
usia beberapa tahun.2
2.1.2. Perkembangan KepribadianPerkembangan kepribadian
merupakan hasil interaksi dari faktor-faktor berikut:2- konstitusi
(genetik, dan temperamen)- perkembangan- pengalaman hidup
(lingkungan keluarga, lingkungan budaya).
2.2. Gangguan KepribadianGangguan kepribadian harus dibedakan
dengan ciri kepribadian, walaupun dalam diagnosis multiaksial tetap
dicatat dalam Aksis II, namun hanya gangguan kepribadian yang
diberikan kode diagnostik sesuai pada Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa edisi ke III (PPDGJ-III). Ciri kepribadian
adalah pola perilaku yang berlangsung lama, berhubungan dengan
lingkungan dan diri sendiri, dan keluar dalam bentuk konteks sosial
dan pribadi. Ciri kepribadian juga masih bersifat fleksibel dan
gambaran klinisnya tidak memenuhi kriteria atau pedoman diagnostik,
dan bersifat lebih ringan dari gangguan kepribadian. Ketika pola
perilaku ini secara bermakna menjadi maladaptif dan menyebabkan
hendaya yang serius dalam fungsi pribadi dan sosial, hal ini
dinamakan gangguan kepribadian. Manifestasi gangguan kepribadian
mudah ditemukan pada remaja dan terus berlanjut sampai usia
dewasa.2,7Dalam psikiatri, sekitar setengah pasien psikiatrik yang
mendapatkan terapi kesehatan mental menderita gangguan kepribadian,
yang seringnya berkomorbiditas dengan kondisi Aksis I.3,4 Berbagai
survei mendokumentasikan bahwa gangguan kepribadian mempengaruhi
sejumlah persentase populasi umum yang signifikan, dengan
prevalensi diperkirakan sekitar 10%-13%.4Gangguan kepribadian
mewakili suatu beban yang menyusahkan bagi masyarakat. Pada seorang
individu dengan gangguan kepribadian, terjadi disfungsi dalam
hubungan keluarga, pekerjaan, dan fungsi sosial. Orang dengan
gangguan kepribadian menunjukkan pola relasi dan persepsi terhadap
lingkungan dan diri sendiri yang bersifat berakar mendalam tidak
fleksibel dan bersifat maladaptif. Lebih lanjut lagi, gangguan
kepribadian dapat pula berkaitan dengan tindakan kriminal,
penyalahgunaan zat, pembunuhan, bunuh diri, kecelakaan, perceraian,
problem pemeliharaan anak, dan sering datang ke klinik gawat
darurat. Gangguan kepribadian juga merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi berbagai kelainan psikiatrik, termasuk gangguan
mood, gangguan pengendalian rangsang, gangguan makan, dan juga
gangguan kecemasan.2-4Selain merupakan beban masyarakat, gangguan
kepribadian sendiri telah menjadi beban ekonomi bagi negara. Suatu
studi menyebutkan bahwa biaya pelayanan kesehatan dan sosial dari
orang-orang dengan gangguan kepribadian yang menjumpai dokternya
adalah sekitar 704 juta per tahun di Inggris. Dan ketika kehilangan
produktivitas juga diikutsertakan, maka biaya tersebut meningkat
hingga menjadi 7,9 juta per tahunnya.9Adapun pada makalah ini maka
gangguan kepribadian pada klaster B yaitu gangguan kepribadian
histrionik yang akan dibahas lebih lanjut.
2.2.1. Definisi Gangguan KepribadianGangguan kepribadian ialah
ciri kepribadian yang bersifat tidak fleksibel dan maladaptif yang
menyebabkan disfungsi yang bermakna atau penderitaan yang
subjektif.2 Dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders 4th edition Text Revision (DSM-IV-TR)3,4, gangguan
kepribadian didefinisikan sebagai suatu pola perilaku dan
pengalaman dalam diri yang bertahan lama yang menyimpang secara
nyata dari ekspektasi budaya seseorang, yang pervasif, beronset
saat masa remaja atau dewasa muda, stabil dari waktu ke waktu, dan
menyebabkan ketidakbahagiaan dan perburukan.1,3,4Pola tersebut
bermanifestasi pada dua (atau lebih) area berikut:3,41. Kognisi
(yakni cara dalam merasakan dan menafsirkan diri sendiri, orang
lain, dan peristiwa);2. Afektivitas (yakni jarak, intensitas,
kelabilan, dan kesesuaian responemosional);3. Fungsi interpersonal;
serta4. Pengendalian rangsang.
2.2.2. Kriteria Diagnostik Gangguan KepribadianAdapun kriteria
diagnostik dari DSM-IV-TR untuk gangguan kepribadian dapat dilihat
pada tabel berikut:1,2Tabel 1. Kriteria Diagnostik Umum DSM-IV-TR
untuk Suatu Gangguan Kepribadian1
A. Suatu pola perilaku dan pengalaman dalam diri yang bertahan
lama yang menyimpang secara nyata dari ekspetasi budaya seseorang.
Pola ini bermanifestasi pada dua (atau lebih) area berikut ini:1.
kognisi (yakni cara dalam merasakan dan menafsirkan diri sendiri,
orang lain, dan peristiwa)2. afektivitas (yakni jarak, intensitas,
kelabilan, dan kesesuaian responemosional)3. fungsi interpersonal4.
pengendalian rangsang.B. Pola yang bertahan lama tersebut bersifat
tidak fleksibel dan pervasif terhadap keadaan pribadi dan hubungan
sosial yang luas.C. Pola yang bertahan lama tersebut menyebabkan
penderitaan atau perburukan yang secara klinis bermakna pada fungsi
sosial, pekerjaan, ataupun area-area penting lainnya.D. Pola
tersebut stabil dan berlangsung lama, dan onsetnya dapat ditelusuri
kembali setidaknya pada masa remaja atau dewasa muda.E. Pola yang
bertahan lama tersebut tidak lebih baik dilaporkan sebagai
manifestasi ataupun konsekuensi dari gangguan mental lainnya. F.
Pola yang bertahan lama tersebut bukanlah karena efek fisiologis
langsung dari suatu zat (misalnya, penyalahgunaan zat, pengobatan)
ataupun karena suatu kondisi medis umum (misalnya trauma
kepala).
(Dari American Psychiatric Association. Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders. 4th ed. Text rev.
Washington, DC: American Psychiatric Association 2000)
2.2.3. Klasifikasi Gangguan KepribadianSubtipe gangguan
kepribadian yang diklasifikasikan dalam DSM-IV-TR antara lain:
skizotipal, schizoid dan paranoid (Klaster A dengan gambaran aneh
dan menyendiri); narsisistik, ambang, anti-sosial, dan histrionic
(Klaster B dengan gambaran dramatis, impulsif, dan tidak menentu);
dan obsesif-kompulsif, dependen, dan menghindar (Klaster C dengan
gambaran cemas dan ketakutan). Banyak orang menunjukkan sifat-sifat
yang tidak terbatas pada gangguan kepribadian tunggal. Ketika
seorang pasien memenuhi kriteria untuk lebih dari satu gangguan
kepribadian, para klinisi harus mendiagnosis masing-masing gangguan
kepribadian tersebut yang dicatat pada Axis II.1
2.2.4. Etiologi Gangguan Kepribadian2.2.4.1. Faktor GenetikPada
suatu studi pada 15.000 anak kembar di Amerika Serikat, pada kembar
monozigotik persamaan dalam gangguan kepribadian beberapa kali
lebih besar dibandingkan dengan pada kembar dizigotik, hal itu juga
ditemukan walaupun kembar monozigotik itu dibesarkan terpisah sejak
kecil. Persamaannya meliputi: ciri kepribadian, temperamen, pilihan
atau minat pekerjaan dan penggunaan waktu senggang serta sikap
sosial.1,2Gangguan kepribadian klaster A lebih umum dijumpai pada
saudara biologis pasien dengan skizofrenia daripada pada kelompok
kontrol. Gangguan kepribadian skizotipal secara bermakna banyak
ditemukan pada orang yang memiliki riwayat keluarga dengan
skizofrenia daripada pada kelompok kontrol. Sedangkan hubungan
kekeluargaan antara gangguan kepribadian skizoid atau paranoid
dengan keluarga yang menderita skizofrenia tidaklah
demikian.1,2Gangguan kepribadian klaster B tampaknya memiliki latar
belakang faktor genetik. Gangguan kepribadian anti-sosial
dihubungkan dengan gangguan penggunaan alkohol. Gangguan mood,
khususnya depresi umum ditemukan pada gangguan kepribadian ambang.
Hubungan kuat ditemukan antara penderita gangguan kepribadian
histrionic dengan gangguan somatisasi.1,2Latar belakang genetik
tampaknya juga dijumpai pada gangguan kepribadian klaster C. Pasien
dengan gangguan kepribadian menghindar sering menujukkan derajat
kecemasan yang tinggi. Ciri-ciri obsesif kompulsif umum lebih umum
dijumpai pada saudara kembar monozigotik daripada dizigotik.1,2
2.2.4.2. Faktor Biologisa. HormonOrang dengan ciri impulsid
sering menunjukkan kadar testosterone, 17-estradiol dan estron yang
tinggi. Pada penderita gangguan kepribadian ambang dan orang yang
menderita depresi, beberapa menunjukkan kadar dexamethasone
suppression test (DST) yang abnormal.1,2b. Platelet Monoamin
OksidaseStudi menunjukkan bahwa mahasiswa dengan kadar monoamine
oksidase (MAO) yang rendah lebih banyak menghabiskan waktu pada
aktivitas sosial dibandingkan dengan yang kadar MAO-nya tinggi.
Kadar MAO yang rendah juga ditemui pada penderita gangguan
kepribadian skizotipal.1,2c. Smooth Pursuit Eye MovementsGerakan
mata yang jumpy (tidak mulus) ditemukan pada orang introvert,
memiliki rasa rendah diri, dan sering menarik diri dalam pergaulan,
juga pada penderita gangguan kepribadian skizotipal.1,2d.
NeurotransmiterKadar endorfin yang tinggi sering ditemukan pada
orang plegmatis. Kadar 5-hydroxyindolacetic acid (5-HIAA), suatu
metabolit serotonin, yang rendah ditemukan pada orang yang mencoba
bunuh diri dan pasien yang impulsive serta agresif. Peningkatan
kadar serotonin (misal karena pengobatan) mengubah beberapa ciri
kepribadian, dimana serotonin dapat mengurangi depresi,
impulsivitas, dan memberikan rasa nyaman. Adapun peningkatan
dopamin dapat menimbulkan euforia.1,2e. ElektrofisiologiPada orang
dengan gambaran kepribadian ambang dan anti-sosial sering dijumpai
gelombang lambat pada pemeriksaan elektroensefalogram
(EEG).1,22.2.4.3. Faktor PsikoanalisisFreud menghipotesiskan bahwa
beberapa ciri kepribadian berkaitan dengan fiksasi pada salah satu
fase perkembangan psikoseksual. Reich selanjutnya menambahkan
istilah character armor untuk menggambarkan gaya pertahanan
karakter dalam melindungi dirinya dari impuls internal dan dari
kecemasan interpersonal pada hubungan yang signifikan.1,2Selain
pertahanan karakter, gambaran lainnya ialah internal object
relation. Selama masa perkembangan, melalui introjeksi, anak
menginternalisasikan orang tua ataupun orang lain yang bermakna
sebagai sesuatu yang berada dalam dirinya dan kemudian terjadi
identifikasi. Proses inkorporasi tersbut menyebabkan sifat atau
ciri orang tuanya menjadi sifat atau ciri anak
tersebut.1,2Selanjutnya kita perlu memperhatikan mekanisme
pertahanan yang terjadi ketika ego menggunakannya dalam mengatasi
konflik dengan empat area inner life dalam dirinya, antara lain:
insting (keinginan atau kebutuhan); realitas; orang yang penting;
dan hati nurani. Pada gangguan kepribadian yang menggunakan
mekanisme pertahanan yang sangat efektif, kecemasan dan depresi
tidak akan terlihat. Inilah sebabnya upaya mengubah perilaku dan
menghilangkan mekanisme pertahanan ini pada orang dengan
kepribadian akan sangat sukar, karena kecemasan dan depresi tadi
akan timbul.1,2
2.3. Gangguan Kepribadian HistrionikSecara harfiah, kata
histrionic berasal dari bahasa latin, yaitu "histrionicus" yang
berarti pertaining to be an actor. Penanda utama dari gangguan
kepribadian histrionik adalah dramatisasi diri yang menyebar dan
berlebihan, emosionalitas yang berlebihan, dan mencari perhatian.
Dibalik itu semua, para penderita seringnya tidak dapat
mempertahankan hubungan yang dalam dan bertahan lama. Gangguan
kepribadian ini cenderung terjadi di kalangan orang-orang yang
mengalami perpisahan dengan pasangannya dan dihubungkan dengan
depresi serta kesehatan fisik yang buruk.5,6Secara sadar, pasien
histrionik ingin terlihat sebagai orang yang atraktif, menawan,
hangat, intuitif, sensitive, dan murah hati. Selain itu, pasien ini
juga tampak ekshibisionis, mencari perhatian, menggoda,
manipulatif, dan sering berdramatisasi berlebih, mudah terluka,
tidak memikirkan perasaan orang lain, dan merengek dengan
episode-episode tangisan atau kemarahannya. Pasien ini memiliki
kapasitas untuk mengalami suatu keadaan emosional setelah keadaan
yang lain pada waktu yang sangat cepat. Dapat dikatakan, pengalaman
afektivitas mereka itu mirip dengan anak kecil yang dapat secara
cepat berganti dari tertawa menjadi menangis.5,6Pasien histrionik
menunjukkan dirinya terhadap dunia dalam tiga domain. Pertama
adalah dramatik, antara lain ekshibisionis, berlebih-lebihan, labil
secara emosional, sangat bersemangat, dan sangat murah hati. Yang
kedua adalah manipulatif yang mana dunia interpersonalnya
dikendalikan dan gratifikasi diambil dari sana, seperti mencari
perhatian, tidak memilih-milih dalam hal bersosial, suka menuntut,
mudah terluka, tidak memikirkan yang lain, dan dependen. Yang
ketiga adalah yang berhubungan dengan aspek fungsi ego, biasanya
pasien histrionik sering impulsif, menyebar, tidak teratur, mudah
bosan, jarang tepat waktu, dan sulit untuk dipercaya.5,6Mereka
cenderung memperbesar pikiran dan perasaan mereka, membuat
segalanya terdengar lebih penting dibandingkan kenyataannya.
Perilaku menggoda sering ditemukan baik pada pria maupun wanita.
Mereka mungkin berpikir bahwa dengan melakukan impuls seksual
mereka, mereka dapat menentramkan diri mereka bahwa mereka menarik
bagi jenis kelamin yang lain. 3
2.3.1. DefinisiGangguan kepribadian histrionik didefinisikan
sebagai pola perilaku berupa emosionalitas berlebih dan menarik
perhatian, bersifat pervasif, berawal sejak usia dewasa muda.2
2.3.2. Epidemiologi dan KomorbiditasMenurut DSM-IV-TR, data
terbatas dari studi pada populasi umum menunjukkan prevalensi
sekitar 2 hingga 3%. Tingkat sekitar 10 hingga 15% telah dilaporkan
pada pasien yang mendapatkan terapi kesehatan mental. Gangguan
kepribadian ini lebih sering dijumpai pada perempuan daripada pada
laki-laki. Beberapa studi menemukan adanya hubungan gangguan
kepribadian ini dengan gangguan somatisasi dan gangguan penggunaan
alkohol. Gangguan yang paling sering menyertainya ialah gangguan
kepribadian narsisistik, ambang, anti-sosial dan dependen. Suatu
studi menyebutkan bahwa gangguan kepribadian ini berhubungan kuat
dengan perilaku merokok yang tergantung nikotin, baik sekarang
ataupun dulu. Pasien histrionik mungkin memiliki disfungsi
psikoseksual; wanita mungkin anorgasmik dan pria cenderung
mengalami impoten.1-3,82.3.3. EtiologiSelain genetik, teori
psikoanalisa berpendapat bahwa emosionalitas dan ketidaksenonohan
perilaku secara seksual didorong oleh ketidaksenonohan orangtua,
terutama ayah kepada anak perempuannya. Sedangkan ekspresi emosi
yang berlebihan dipandang sebagai simtom-simtom konflik tersembunyi
tersebut dan kebutuhan untuk menjadi pusat perhatian dipandang
sebagai cara untuk mempertahankan diri dari perasaan yang
sebenarnya yaitu harga diri yang rendah.5
2.3.4. Karakteristik Kepribadian Histrionika. Dramatisasi
diriGaya berbicara, tampilan fisik, dan tingkah umum pasien ini
adalah dramatik dan ekshibisionistik. Pola berbahasanya condong
pada penggunaan kata-kata superlatif. Pasien sering
melebih-lebihkan supaya mendramatisasi suatu hal dan tidak peduli
tentang kebenaran jika suatu distorsi lebih baik dalam menyertai
dramanya. Pasien ini sering kali atraktif dan terlihat lebih muda
daripada usia mereka. Pada kedua jenis kelamin, tedapat
ketertarikan gaya dan fashion yang kuat. Wanita sering
mendramatisir femininitas sedangkan pria mendramatisir
maskulinitas.6b. EmosionalitasMeskipun pasien histrionik kesulitan
merasakan perasaan cinta dan keintiman yang mendalam, tampilan
luarnya cukup bertolak belakang. Pasien ini sangat menarik dan
berhubungan dengan orang lain dengan penuh kehangatan, meskipun
emosinya labil dan mudah berubah-ubah. Ia menganggap remeh
hubungan, meskipun sebenarnya ia merasa nyaman. Pada suatu hubungan
dimana pasien tidak mendapatkan kontak emosi, dia merasakan
penolakan dan kegagalan dan sering menyalahkan individu lain dan
menunjukkan kekecewaan yang nyata yang dapat berlanjut menjadi
depresi atau kemarahan yang dapat diekspresikan sebagai temper
tantrum. Hubungan dengan pasien ini dapat berubah dnegan cepat,
dari mencintai orang menjadi membencinya sebagaimana pada anak-anak
yang dapat berpindah dari menangis menjadi tertawa dalam jangka
waktu yang singkat.6c. MerangsangPasien ini menciptakan kesan
dengan menggunakan tubuh sebagai ekspresi cinta, tapi ini hanyalah
capaian hasrat untuk dianggap diterima, dikagumi dan dilindungi
daripada untuk merasakan keintiman ataupun hasrat seksual. Pasien
akan berespon secara antagonis kompetitif apabila terdapat orang
lain yang memakai peralatan yang sama untuk mendapatkan
perhatian.6d. DependenPasien pria lebih sering menunjukkan perilaku
pseudo-independen, yang mana dapat dikenali sebagai suatu
pertahanan karena respon emosional akan ketakutan atau kemarahan
yang berlebihan. Sedangkan pasien wanita menunjukkan dirinya
sebagai orang yang sangat bergantung dan tidak berdaya, yang
mengharapkan dokter akan memandunya pada tiap tindakannya. Ia juga
posesif dalam berhubungan. Pasien ini membutuhkan perhatian yang
besar dari sekelilingnya dan tidak mampu menghibur dirinya sendiri.
Kebosanan merupakan masalah konstan bagi pasien ini karena mereka
menganggap diri mereka membosankan.6
Tabel 2. Kepribadian Histrionik: Domain Fungsional dan
Struktural5
e. SugestibelMeskipun sugestibel, pasien kadang hanya sugestibel
terhadap sugesti-sugesti yang ia anggap benar.6f. Masalah
pernikahan dan seksualPada pasien wanita ia mungkin dapat mengalami
anorgasmik dan pria cenderung mengalami impotent.6g. Gangguan
somatikKeluhan somatic melibatkan sistem organ multipel biasanya
dimulai pada saat kehidupan remaja pasien dan berlanjut sepanjang
hidup. Simtom secara dramatis digambarkan dan meliputi sakit
kepala, nyeri punggung, gejala konversi, dan pada wanita sering
dengan nyeri panggul dan gangguan menstruasi.6
2.3.5. Pedoman DiagnostikKriteria diagnostik untuk gangguan
kepribadian histrionik menurut DSM-IV-TR ditampilkan pada tabel
berikut ini:1Tabel 3. Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Untuk Gangguan
Kepribadian Histrionik1
Suatu pola pervasif dalam mencari perhatian dan emosionalitas
yang berlebihan, yang dimulai pada saat awal usia dewasa dan hadir
dalam berbagai konteks seperti yang ditunjukkan dari lima (atau
lebih) konteks berikut: 1. Tidak merasa nyaman pada situasi dimana
ia bukanlah pusat perhatian 2. Interaksi dengan yang lain sering
ditandai dengan perilaku seduktif dan provokatif secara seksual
yang tidak sesuai 3. Menunjukkan pergantian emosi yang sangat cepat
dan ekspresi emosi yang dangkal 4. Secara konsisten menggunakan
penampilan fisik untuk menggambarkan perhatian terhadap dirinya 5.
Memiliki gaya berbicara yang sangat impresionistik dan kurang
detail 6. Menunjukkan dramatisasi diri, teatrikal, dan ekspresi
emosi yang berlebihan 7. Sugestibel, sangat mudah dipengaruhi oleh
orang lain8. Menganggap hubungan lebih intim daripada yang
sebenarnya
Dari American Psychiatric Association. Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders. 4th ed. Text rev.
Washington, DC: American Psychiatric Association; 2000.
Gangguan kepribadian dengan ciri-ciri: Ekspresi emosi yang
dibuat-buat (self dramatization) seperti bersandiwara
(theariticality) yang dibesar-besarkan (exaggerated)Bersifat
sugestif, mudah dipengaruhi oleh orang lain atau oleh
keadaanKeadaan afektif yang dangkal dan labilTerus-menerus mencari
kegairahan (excitement). Penghargaan (appreation) dari orang lain,
dan aktivitas dimana pasien menjadi pusat perhatianPenampilan atau
perilaku merangsang (seductive) yang tidak memadaiTerlalu peduli
dengan daya tarik fisikUntuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3
dari diatas.Adapun berdasarkan PPDGJ-III, diagnosis gangguan
kepribadian histrionik dapat mengikuti pedoman berikut:
Gambar 1. Pedoman diagnosis gangguan kepribadian
histrionik.102.3.6. Diagnosis BandingMembedakan antara gangguan
kepribadian histrionik dan gangguan kepribadian ambang sedikit
sulit, namun, pada gangguan kepribadian ambang, percobaan bunuh
diri, gangguan identitas dan episode-episode psikotik lebih
terlihat. Meskipun keduanya dapat didiagnosis pada pasien yang
sama, dokter tetap harus menegakkan keduanya. Gangguan somatisasi
(sekarang dikenal dengan gangguan somatoform) sering dihubungkan
dengan gangguan kepribadian histrionik. Pasien dengan gangguan
psikotik ringan dan gangguan disosiatif dapat meyertai diagnosis
gangguan kepribadian histrionik.1,22.3.7. PrognosisSejalan dengan
usia, orang dengan gangguan kepribadian histrionik menunjukkan
gejala yang lebih sedikit, karena mereka kekurangan energy pada
tahun-tahun awal, perbedaan jumlah gejala lebih tampak daripada
kenyataannya. Pasien umumnya mencari sensasi, dan mereka mungkin
dapat bermasalah dengan hokum, penyalahgunaan zat, dan bertingkah
kacau.
2.3.8. Terapi2.3.8.1. PsikoterapiPasien dengan gangguan
kepribadian ini sering tidak menyadari tentang perasaannya yang
sesungguhnya; oleh sebab itu mereka perlu dibantu untuk mengenali
dan mengklarifikasi persaan mereka yang sesungguhnya. Psikoterapi
yang berorientasi dengan psikoanalitik, baik secara kelompok
ataupun individu, mungkin merupakan pilihan terapi yang cocok untuk
pasien dengan gangguan kepribadian histrionik.1,22.3.8.2.
FarmakoterapiFarmakoterapi dapat diberikan sebagai tambahan ketika
simtom-simtom yang ada dijadikan sebagai target pengobatan
(misalkan: penggunaan antidepresan untuk depresi dan keluhan
somatic, obat antiansietas untuk kecemasan, dan obat antipsikotik
untuk derealisasi dan ilusi).1,2
BAB 3KESIMPULANDalam psikiatri, sekitar setengah pasien
psikiatrik yang mendapatkan terapi kesehatan mental menderita
gangguan kepribadian, yang seringnya berkomorbiditas dengan kondisi
Aksis I.3,4 Berbagai survei mendokumentasikan bahwa gangguan
kepribadian mempengaruhi sejumlah persentase populasi umum yang
signifikan, dengan prevalensi diperkirakan sekitar
10%-13%.4Gangguan kepribadian mewakili suatu beban yang menyusahkan
bagi masyarakat. Pada seorang individu dengan gangguan kepribadian,
terjadi disfungsi dalam hubungan keluarga, pekerjaan, dan fungsi
sosial. Orang dengan gangguan kepribadian menunjukkan pola relasi
dan persepsi terhadap lingkungan dan diri sendiri yang bersifat
berakar mendalam tidak fleksibel dan bersifat maladaptif. Lebih
lanjut lagi, gangguan kepribadian dapat pula berkaitan dengan
tindakan kriminal, penyalahgunaan zat, pembunuhan, bunuh diri,
kecelakaan, perceraian, problem pemeliharaan anak, dan sering
datang ke klinik gawat darurat. Gangguan kepribadian juga merupakan
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi berbagai kelainan
psikiatrik, termasuk gangguan mood, gangguan pengendalian rangsang,
gangguan makan, dan juga gangguan kecemasan.2-4Beberapa studi
menemukan adanya hubungan gangguan kepribadian ini dengan gangguan
somatisasi dan gangguan penggunaan alkohol. Pasien histrionik
mungkin memiliki disfungsi psikoseksual; wanita mungkin anorgasmik
dan pria cenderung mengalami impotent.1-3Pasien dengan gangguan
kepribadian ini sering tidak menyadari tentang perasaannya yang
sesungguhnya; oleh sebab itu mereka perlu dibantu untuk mengenali
dan mengklarifikasi persaan mereka yang sesungguhnya. Psikoterapi
yang berorientasi dengan psikoanalitik, baik secara kelompok
ataupun individu, mungkin merupakan pilihan terapi yang cocok untuk
pasien dengan gangguan kepribadian histrionik.1,2
DAFTAR PUSTAKA1. Sadock BJ, Sadock VA, 2007. Kaplan and Sadock's
Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/ Clinical Psychiatry,
10th ed. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.2. Puri,
BK., Laking PJ, dan Treasaden IH, 2011. Buku Ajar Psikiatri Edisi
2. Jakarta: EGC.3. Sadock BJ, Sadock VA, 2000. Kaplan and Sadocks
Comprehensive Textbook of Psychiatry, 7th ed. Philadelphia:
Lippincott Williams and Wilkins.4. Martin A, Volkmar FR, 2007.
Lewis's Child and Adolescent Psychiatry: A Comprehensive Textbook,
4th Edition .Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.5.
Millon T, Grossman S, Millon C, Meagher S, dan Ramnath R, 2004.
Personality Disorders in Modern Life Second Edition. New Jersey:
John Wiley & Sons, Inc.6. MacKinnon RA, MMichels R, dan Buckley
PJ, 2009. The Psychiatric Interview in Clinical Practice. Virginia:
American Psychiatric Publishing.7. Andri AAAA, Kusumawardhani.
Neurobiologi Gangguan Kepribadian Ambang: Pendekatan Biologis
Perilaku Impulsif dan Agresif. Majalah Kedokteran Indonesia, 2007;
57(4).8. Zvolensky MJ, Jenkins EF, Johnson KA, Goodwin RD.
Personality Disorders and Cigarette Smoking among Adults in the
United States. J Psychiatr Res. 2011 June ; 45(6): 835841.9. Tyrer
P, Mulder R, Crawford M, Newton-Howes G, Simonsen E, Ndetei D,
Koldobsky N, Fossati A, Mbatia J, Barrett B. Personality disorder:
a new global perspective. World Psychiatry 2010;9:56-60.10. Maslim
R, 2003. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma
Jaya.