PSIKOSISPENGERTIAN PSIKOSISMenurut Singgih D. Gunarsa (1998 :
140), psikosis ialah gangguan jiwa yang meliputi keseluruhan
kepribadian, sehingga penderita tidak bias menyesuaikan diri dalam
norma-norma hidup yang wajar dan berlaku umum.W. F. Maramis (2005 :
180), menyatakan bahwa psikosis adalah suatu gangguan jiwa dengan
kehilangan rasa kenyataan (sense of reality). Kelainan seperti ini
dapat diketahui berdasarkan gangguan gangguan pada perasaan,
pikiran, kemauan, motorik, dst. Sedemikian berat sehingga perilaku
penderita tidak sesuai lagi dengan kenyataan. Perilaku penderita
psikosis tidak dapat dimengerti oleh orang normal, sehingga orang
awam menyebut pederita sebagai orang gila.Berbicara mengenai
psikosis, Zakiah Daradjat (1993 : 56), menyatakan sebagai
berikut.Seseorang yang diserang penyakit jiwa (psychosis),
kepribadiannya terganggu, dan selanjutnya menyebabkan kurang mampu
menyesuaikan diri dengan wajar, dan tak sanggupmemahami problemnya.
Seringkali menganggap dirinya normal saja, bahkan lebih baik, lebih
unggul, dan lebih penting dari orang lain.Definisi berikutnya
tentang psikosis rumusannya sebagai berikut: Psychosis is a loss of
contact with reality, usually including false ideas about what is
taking place or who one is (delusions) and seeing or hearing thing
that arent there (hallucinations).Psikosis menurut MedflinePlus
adalah kelainan jiwa yang ditandai dengan hilangnya kontak dengan
realitas, biasanya mencakup ide-ide yang salah tentang apa yang
sebenarnya terjadi (delusi), atau melihat atau mendengar sesuatu
yang sebenarnya tidak ada (halusinasi).Dari empat pendapat tersebut
dapat diperoleh gambaran tentang psikis yang intinya sebagai
berikut.1. Psikosis merupakan gangguan jiwa yang berat atau
tepatnya penyakit jiwa yang terjadi pada smua aspek kepribadian.2.
Bahwa penderita psikosis tidak dapat lagi berhubungan dengan
realitas, penderita hidup dalam dunianya sendiri.3. Psikosis tidak
dirasakan keberadaannya oleh penderita. Penderita tidak menyadari
bahwa dirinya sakit. 4. Usahanya menyembuhkan psikosis tak bias
dilakukan sendiri oleh penderita tetapi hanya bias dilakukan oleh
pihak lain.5. Dalam bahasa sehari-hari, pikosis disebut dengan
istilah gila.
PENYEBAB PSIKOSISPenyebab gejala penyakit yang lazim
diklasifikasikan sebagai organic atau fungsional. Kondisi organic
terutama medis atau patofisiologi, sedangkan kondisi fungsional
terutama jiwa atau psikologis.DSM IV tidak lagi mengklasifikasi
gangguan psikotik fungsional atau organic. Melainkan daftar
penyakit psikotik tradisional, psikosis karena kondisi pengobatan
umum, dan psikosis diinduksi oleh zat.a) Psikiatrik, penyebab
psikosis fungsional meliputi: tumor otak penyalahgunaan obat
amfetamin, kokain, alkohol antara lain kerusakan otak skizofrenia,
gangguan schizophreniform, gangguan schizoaffective, gangguan
psikotik singkat gangguan bipolar (manik depresi) depresi klinis
berat parah stres psikososial tidur perampasan beberapa gangguan
epilepsi fokus terutama jika lobus temporal dipengaruhi eksposur
untuk beberapa peristiwa traumatik (akibat kekerasan, dll)
tiba-tiba atau over-cepat penarikan dari narkoba atau resep
tertentu Sebuah episode psikotik dapat secara signifikan
dipengaruhi oleh mood. Misalnya, orang mengalami episode psikotik
dalam konteks depresi dapat mengalami persecutory atau menyalahkan
diri delusi atau halusinasi, sementara orang mengalami episode
psikotik dalam konteks mania dapat membentuk delusi megah. Stres
diketahui kontribusi dan memicu negara psikotik. Sejarah peristiwa
traumatis psikologis, dan pengalaman baru-baru ini peristiwa stres,
bisa baik memberikan kontribusi pada pengembangan psikosis.
Psikosis pendek-tinggal dipicu oleh stres ini dikenal sebagai
psikosis reaktif singkat, dan pasien dapat sembuh spontan berfungsi
normal dalam waktu dua minggu. Dalam beberapa kasus yang jarang
terjadi, individu dapat tetap berada dalam keadaan psikosis
besar-besaran selama bertahun-tahun, atau gejala psikotik mungkin
telah dilemahkan (seperti halusinasi intensitas rendah) hadir
paling banyak kali. Kurang tidur telah dikaitkan dengan psikosis.
Namun, ini tidak berisiko untuk kebanyakan orang, yang hanya
mengalami halusinasi hypnagogic atau hypnopompic, yaitu pengalaman
sensori yang tidak biasa atau pikiran yang muncul saat terbangun
atau tertidur. Ini adalah fenomena tidur yang normal dan tidak
dianggap sebagai tanda-tanda psikosis. Kekurangan vitamin B12 juga
dapat menyebabkan gejala mania dan psikosis. Kekurangan vitamin D
dapat menyebabkan berpikir berubah dan psikosis. Genetika mungkin
juga memiliki peran dalam psikosis. Para kembar empat Genain adalah
identik kembar empat yang semuanya didiagnosis dengan
skizofrenia.b) Umum medis Psikosis yang timbul dari "organik"
(non-psikologis) kondisi kadang dikenal sebagai psikosis sekunder.
Hal ini dapat dikaitkan dengan patologi berikut: gangguan saraf,
termasuk: tumor otak dementia dengan badan Lewy multiple sclerosis
sarkoidosis Penyakit Lyme sipilis Alzheimer's Disease Parkinson's
Disease Anti-NMDA ensefalitis reseptor elektrolit gangguan seperti:
hypocalcemia hipernatremia hiponatremia hipokalemia hypomagnesemia
hypermagnesemia hypercalcemia hypophosphatemia hipoglikemia lupus
AIDS kusta malaria Onset dewasa lenyap leukoencephalopathy materi
putih Akhir-onset leukodystrophy metachromatic Cerebral
keterlibatan scleroderma (sebuah laporan kasus tunggal). Hashimoto
ensefalopati, kondisi yang sangat jarang (sekitar 100 kasus yang
dilaporkan). Bahkan Psikosis dapat disebabkan oleh penyakit
berbahaya tampaknya seperti flu atau gondok. c) Penggunaan narkoba
psikoaktif Berbagai zat psikoaktif (baik legal dan ilegal) telah
terlibat dalam menyebabkan, memperburuk, dan / atau pengendapan
negara psikotik dan / atau gangguan pada pengguna. Beberapa
obat-obatan seperti fenilpropanolamin bromocriptine dan juga dapat
menyebabkan atau memperburuk gejala-gejala psikotik.
Psikosis secara sederhana dapat didefinisikan sebagai berikut :
suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan. Hal ini
diketahui dengan terganggunya pada hidup perasaan (afek dan emosi),
proses berfikir, psikomotorik dan kemauan, sedemikian rupa sehingga
semua ini tidak sesuai dengan kenyataan lagi. Penderita tidak dapat
dimengerti dan tidak dapat dirasai lagi oleh orang normal, karena
itu seorang awam pun dapat mengatakan bahwa orang itu gila, bila
psikosa itu sudah jelas. Penderita sendiri juga tidak memahami
penyakitnya, ia tidak merasa sakit.Menninger telah menyebutkan lima
sindrom klasik yang menyertai sebagian besar pola psikotik,
yaitu:1. Perasan sedih, bersalah dan tidak mampu yang mendalam2.
Keadaan terangang yang tidak menentu dan tidak terorganisasi,
disertai pembicaraan dan motorik berlebihan3. Regresi ke autisme
manerisme pembicaraan dan perilaku, isi pikiran yang berwaham, acuh
tak acuh terhadap harapan social4. Preokupasi yang berwaham,
disertai kecurigaan, kecenderungan membela diri atau rasa
kebesaran5. Keadaan bingung dan delirium dengan disorientasi dan
halusinasi
Psikosis merupakan gangguan tilikan pribadi yang menyebabkan
ketidakmampuan seseorang menilai realita dengan fantasi dirinya.
Psikosis adalah suatu kumpulan gejala atau sindrom yang berhubungan
gangguan psikiatri lainnya, tetapi gejala tersebut bukan merupakan
gejala spesifik penyakit tersebut, seperti yang tercantum dalam
kriteria diagnostik DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders) maupun ICD-10 (The International Statistical
Classification of Diseases) atau menggunakan kriteria diagnostik
PPDGJ- III (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa). Arti
psikosis sebenarnya masih bersifat sempit dan bias yang berarti
waham dan halusinasi, selain itu juga ditemukan gejala lain
termasuk di antaranya pembicaraan dan tingkah laku yang kacau, dan
gangguan daya nilai realitas yang berat. Oleh karena itu psikosis
dapat pula diartikan sebagai suatu kumpulan gejala/terdapatnya
gangguan fungsi mental, respon perasaan, daya nilai realitas,
komunikasi dan hubungan antara individu dengan lingkungannya.Setiap
kelainan jiwa mayor dengan penyebab organic atau kejiwaan yang
ditandai oleh gangguan kepribadian dan kehilangan kontak dengan
kenyataan sering timbul waham, halusinasi atau ilusi disebut dengan
psikosis (psychose).Pasien yang mengalami psikosis mengalami
kehilangan sense of reality-nya. Pasien sering kali mengalami
delusi dan halusinasi yang tidak dapat dibedakannya antara
kenyataan atau tidak.
ETIOLOGIPsikosis dapat disebabkan banyak hal atau
multifaktorial, yaitu sebagai berikut: * Alcohol and certain drugs
* Brain tumors * Dementia (termasuk Alzheimer's disease) * Epilepsy
* Manic depression (bipolar disorder) * Psychotic depression *
Schizophrenia * Stroke
Psikoanalisa FreudPada awalnya Sigmund Freud mengembangkan
penatalaksanaan menggunakan teknik hipnosa yang kemudian berkembang
teknik lain yaitu Metode konsentrasi dan Metode asosiasi bebas.
Metode konsentrasi adalah pasien berbaring pada dipan dengan mata
tertutup dan dilakukan penekanan pada dahi pasien untuk
meningkatkan konsentrasi. Kemudian Metode asosiasi bebas adalah
metode tanpa penekanan di dahi tapi tetap dengan berbaring dan mata
tertutup. Dengan teknik konsentrasi tersebut pasien akan
mengeluarkan segala pikiran yang timbul pada alam bawah sadarnya.
Hambatan pengeluaran isi pasien biasanya karena pasien berusaha
menghilangkan perasaan menyakitkan atau tidak menyenangkan. Teori
naluri (instinct) dalam hal libido : Fase oral Berlangsung sejak
dari lahir hingga tahun kedua. Mendapatkan kepuasan melalui
mulutnya yang didorong oleh rasa lapar sehingga saat menelan
sesuatu akan merasa nyaman dan merasa ketegangan bila memuntahkan
sesuatu. Pada masa ini ibu bertindak sebagai obyek cinta. Fase anal
sadisticDimulai pada umur 2 hingga 4 tahun. Pada fase ini terdapat
kesenangan dalam mengeluarkan tinja dan urine. Fase ini akan
melibatkan ibu dalam hal mengendalikan pengeluaran tinja dan urine
pada waktu dan tempat tertentu. Obyek cinta pada fase ini adalah
tinja itu sendiri dengan cara ambivalen. Fase falikDimulai pada
usia 2 sampai 4 tahun. Misalnya anak pria lebih dekat dengan ibunya
dan menganggap ayah sebagai saingannya. Tapi saat melihat
persamaannya yang mirip dengan ayah maka dia akan lebih dekat
dengan si ayah.
Teori naluri lainnya : Naluri ego adalah nafsu untuk
mempertahankan dirinya sendiri Naluri agresi bertujuan untuk
menghancurkan dan berasal dari otot rangka Naluri hidup dan mati
adalah kecenderungan organism dalam melakukan reproduksi atau
menjadi benda yang tak bernyawa.
Prinsip yang mendasari teori Sigmund Freud : Prinsip kesenangan:
menghindari rasa nyeri dan menginginkan hal tersebut berlangsung
seumur hidup Prinsip kenyataan: menggabungkan adanya prinsip
kesenangan yang dikaitkan dengan realita. Hal ini erat hubungannya
dengan pematangan ego
Teori topografi : Alam tak sadar mengandung beberapa afek yang
ditekan yang biasanya tidak dapat diingat kembali. Alam tak sadar
lebih sering berhubungan dengan keinginan untuk mendapatkan
kesenangan. Alam pra sadar merupakan proses berpikir sekunder.
Menjaga agar perasaan mencemaskan/ yang bertentangan dengan
kenyataan/ keluar dari alam sadar. Alam sadar merupakan penarik
perhatian dan bekerja sama dengan erat dengan alam pra sadar.
Struktur manusia dari kejiwaannya dibagi menjadi: Id adalah
naluri dan instinct yang berada di bawah proses primer. Bekerja
dengan menerima kesenangan tanpa mempedulikan kenyataan. Misalnya
pada waktu bayi tidak mempunyai kemampuan untuk menghambat,
mengawasi atau memodifikasi dorongan nalurinya. Ego adalah suatu
perasaan untuk menghindari rasa sakit dan nyeri dengan melawan atau
mengatur pelepasan dorongan naluriahnya sesuai dengan dunia luar.
Hubungan dengan dunia luar ditandai dengan sifat : rasa kenyataan
(sense of reality), uji kenyataan (reality testing), dan
penyesuaian atau adaptasi. Kira-kira terbentuk saat berumur 1
tahun. Superego merupakan sifat menolak atau menghalangi yang lebih
kuat dari pada ego. Misalnya pengajaran norma dan hokum yang
berlaku pada anak olel orang tuanya. Walaupun orang tuanya sudah
meninggal maka pengajaran itu akan membekas terhadap tindakan
sehari-hari si anak.
Teori psikoanalisa pada gangguan jiwa : Nerosa timbul jika :
Konflik dalam dirinya Dorongan seksual yang terlibat Dorongan yang
kuat dari dalam diri akan mengalami represi yang kemudian bangkit
lagi Adanya nerosa rudimenter yang berhubungan dengan trauma masa
kecil terutama trauma psikologis Gangguan watakWatak menonjol yang
merugikan individu dan orang lain PsikosaDitandai secara khas oleh
ketidakmampuan individu dalam menunjukkan perhatian
emosionalnyaJENIS-JENIS PSIKOSIS1. Psikosis organikPsikosis organik
adalah penyakit jiwa yang disebabkan oleh faktor-faktor fisik atau
pada fungsi jaringan otak, sehingga penderita mengalami inkompeten
secara sosial, tidak mampubertanggungjawab, dan gagal dalam
menyesuaikan diri terhadap realitas. Jenis-jnis psikosis organik:
Psychosis alcoholic terjadi karena fungsi jaringan otak terganggu
atau rusak akibat terlalu banyak minum minuman keras. Drug
psychoseAtau psikosis akibat obat-obat terlarang (mariyuana, LSD,
kokain, sabu-sabu, dst.). Traumatic psychosisYaitu psikosis yang
terjadi akibat luka atau trauma pada kepala karena kena pukul,
tertembak, kecelakaan, dst. Dementia paralyticaYaitu psikosis yang
terjadi akibat infeksi syphilis yang kemudian menyebabkan kerusakan
sel-selotak.2. Psikosis fungsionalPsikosis fungsional merupakan
penyakit jiwa secara fungsional yang bersifat non organik, yang
ditandai dengan disintegrasi kepribadian dan ketidakmampuan dalam
melakukan penyesuaian sosial. Psikosis jenis ini dibedakan menjadi
beberapa ., yaitu : schizophrenia, psikosis mania-depresif,
danpsiukosis paranoid (KartiniKartono, 2000 : 106). a.
SCHIZOPHRENIA Arti sebenarnya dari Schizophrenia adalah kepribadian
yang terbelah (split of personality). Sebutan ini diberikan
berdasarkan gejala yang paling menonjol dari penyakit ini, yaitu
adanya jiwa yang terpecah belah. Antara pikiran, perasaan, dan
perbuatan terjadi disharmoni. Menurut Carson dan Butcher
(Wiramihardja, 2005: 134), schizophrenia merupakan kelompok
psikosis atau psikotik yang ditandai terutama oleh
distorsi-distorsi mengenai realitas, juga sering terlihat adanya
perilaku menarik diri dari interaksi sosial, serta disorganisasi
dan fragmentasi dalam hal persepsi, pikiran, dan
kognisi.Gejala-gejala schizophrenia Kontak dengan realitas tidak
ada lagi, penderita lebih banyak hidup dalam dunia khayal sendiri,
dan berbicara serta bertingkah laku sesuai dengan khayalannya,
sehingga tidak sesuai dengan kenyataan. Karena tidak ada kontak
dengan realitas, maka logikanya tidak berfungsi sehingga isi
pembicaraan penderita sukar untuk diikuti karena meloncat-loncat
(inkoheren) dan seringkali muncul kata-kata aneh yang hanya dapat
dimengerti oleh penderita sendiri. Pikiran, ucapan, dan
perbuatannya tidak sejalan, ketiga aspek kejiwaan ini pada
penderita schizophrenia dapat berjalan sendiri-sendiri, sehingga ia
dapat menceritakan kejadian yang menyedihkan sambil tertawa.
Sehubungan dengan pikiran yang sangat berorientasi pada khayalannya
sendiri, timbul delusi atau waham pada penderita schizophrenia
(bisa waham kejaran dan kebesaran). Halusinasi Faktor penyebab
terjadinya schizophreniaPendapat para ahli mengenai faktor penyebab
schizophrenia ada bermacam-macam. Ada yang menyatakan bahwa
penyakit ini merupakan keturunan. Ada pula yang menyatakan bahwa
schizophrenia terjadi gangguan endokrin dan metabolisme. Sedangkan
pendapat yang berkembang dewasa ini adalah bahwa penyakit jiwa ini
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain keturunan, polaasuh
yang salah, maladaptasi, tekanan jiwa, dan penyakit lain yang belum
diketahui (W.F. Maramis, 1980 : 216-217).b. PSIKOSIS MANIA-DEPRESIF
Psikosis mania-depresif merupakan kekalutan mental yang berat, yang
berbentuk gangguanemosi yang ekstrim, yaitu berubah-ubahnya
kegembiraan yang berlebihan (mania) menjadi kesedihan yang sangat
mendalam (depresi) dan sebaliknya dans eterusnya. Gejala-gejala
psikosis mania-depresif(a)Gejala-gejala mania antara lain: euphoria
(kegembiraan secara berlebihan; waham kebesaran; hiperaktivitas;
pikiran melayang.(b)Gejala-gejaladepresifantaralain : kecemasan;
pesimis; hipoaktivitas; insomnia; anorexia. Faktor penyebab
psikosis mania-depresifPsikosis mania-depresif disebabkan oleh
faktor yang berhubungan dengan dua gejala utama penyakit ini, yaitu
mania dan depresi. Aspek mania terjadi akibat dari usaha untuk
melupakan kesedihan dan kekecewaan hidup dalam bentuk
aktivitas-aktivitas yang sangactberlebihan. Sedangkan aspek
depresinya terjadi karena adanya penyesalan yang berlebihan.c.
PSIKOSIS PARANOID Psikosis paranoid merupakanpenyakitjiwa yang
serius yang ditandai dengan banyak delusi atau waham yang
disistematisasikan dan ide-ide yang salah yang bersifat menetap.
Istilah paranoid dipergunakan pertama kali oleh Kahlbaum pada tahun
1863, untuk menunjukkan suatu kecurigaan dan kebesaran yang
berlebihan (W.,F. Maramis, 1980 : 241). Gejala-gejalapsikosis
paranoid Sistem waham yang kaku, kukuh dan sistematis, terutama
waham kejaran dan kebesaran baik sendiri-sendiri maupun bercampur
aduk.PENATALAKSANAANPenanganan pasien Psikosis dibagi secara garis
besar menjadi:1. Terapi medikamentosaObat-obatan yang digunakan
untuk mengobati Skizofrenia disebut antipsikotik.
Antipsikotikbekerja mengontrol halusinasi, delusi dan perubahan
pola fikir yang terjadi pada Skizofrenia. Pasien mungkin dapat
mencoba beberapa jenis antipsikotik sebelum mendapatkan obat atau
kombinasi obat antipsikotik yang benar-benar cocok bagi pasien.
Antipsikotik pertama diperkenalkan 50 tahun yang lalu dan merupakan
terapi obat-obatan pertama yang efekitif untuk mngobati
Skizofrenia. Terdapat 3 kategori obat antipsikotik yang dikenal
saat ini, yaitu antipsikotik konvensional, newer atypical
antipsycotics, dan Clozaril (Clozapine).Antipsikotik Konvensional.
Obat antipsikotik yang paling lama penggunannya disebut
antipsikotik konvensional. Walaupun sangat efektif, antipsikotik
konvensional sering menimbulkan efek samping yang serius. Contoh
obat antipsikotik konvensional antara lain:1. Haldol (haloperidol)
5. Stelazine ( trifluoperazine)2. Mellaril (thioridazine) 6.
Thorazine ( chlorpromazine)3. Navane (thiothixene) 7. Trilafon
(perphenazine)4. Prolixin (fluphenazine)Akibat berbagai efek
samping yang dapat ditimbulkan oleh antipsikotik konvensional,
banyak ahli lebih merekomendasikan penggunaan newer atypical
antipsycotic. Ada 2 pengecualian (harus dengan antipsikotok
konvensional). Pertama, pada pasien yang sudah mengalami perbaikan
(kemajuan) yang pesat menggunakan antipsikotik konvensional tanpa
efek samping yang berarti. Biasanya para ahli merekomendasikan
untuk meneruskan pemakaian antipskotik konvensional. Kedua, bila
pasien mengalami kesulitan minum pil secara reguler. Prolixin dan
Haldol dapat diberikan dalam jangka waktu yang lama (long acting)
dengan interval 2-4 minggu (disebut juga depot formulations).
Dengan depot formulation, obat dapat disimpan terlebih dahulu di
dalam tubuh lalu dilepaskan secara perlahan-lahan. Sistem depot
formulation ini tidak dapat digunakan pada newer atypic
antipsycotic.Newer Atypcal Antipsycotic. Obat-obat yang tergolong
kelompok ini disebut atipikal karena prinsip kerjanya berbda, serta
sedikit menimbulkan efek samping bila dibandingkan dengan
antipsikotik konvensional. Beberapa contoh newer atypical
antipsycotic yang tersedia, antara lain : Risperdal (risperidone)
Seroquel (quetiapine) Zyprexa (olanzopine)Para ahli banyak
merekomendasikan obat-obat ini untuk menangani pasien-pasien dengan
Skizofrenia.Clozaril. Clozaril mulai diperkenalkan tahun 1990,
merupakan antipsikotik atipikal yang pertama. Clozaril dapat
membantu 25-50% pasien yang tidak merespon (berhasil) dengan
antipsikotik konvensional. Sangat disayangkan, Clozaril memiliki
efek samping yang jarang tapi sangat serius dimana pada kasus-kasus
yang jarang (1%), Clozaril dapat menurunkan jumlah sel darah putih
yang berguna untuk melawan infeksi. Ini artinya, pasien yang
mendapat Clozaril harus memeriksakan kadar sel darah putihnya
secara reguler. Para ahli merekomendaskan penggunaa Clozaril bila
paling sedikit 2 dari obat antipsikotik yang lebih aman tidak
berhasil.Pemilihan Obat untuk Episode (Serangan) Pertama. Newer
atypical antipsycoic merupakn terapi pilihan untuk penderita
Skizofrenia episode pertama karena efek samping yang ditimbulkan
minimal dan resiko untuk terkena tardive dyskinesia lebih rendah.
Biasanya obat antipsikotik membutuhkan waktu beberapa saat untuk
mulai bekerja. Sebelum diputuskan pemberian salah satu obat gagal
dan diganti dengan obat lain, para ahli biasanya akan mencoba
memberikan obat selama 6 minggu (2 kali lebih lama pada
Clozaril).Pemilihan Obat untuk keadaan relaps (kambuh). Biasanya
timbul bila pendrita berhenti minum obat, untuk itu, sangat penting
untuk mengetahui alasan mengapa penderita berhenti minum obat.
Terkadang penderita berhenti minum obat karena efek samping yang
ditimbulkan oleh obat tersebut. Apabila hal ini terjadi, dokter
dapat menurunkan dosis menambah obat untuk efek sampingnya, atau
mengganti dengan obat lain yang efek sampingnya lebih
rendah.Apabila penderita berhenti minum obat karena alasan lain,
dokter dapat mengganti obat oral dengan injeksi yang bersifat long
acting, diberikan tiap 2- 4 minggu. Pemberian obat dengan injeksi
lebih simpel dalam penerapannya.Terkadang pasien dapat kambuh
walaupun sudah mengkonsumsi obat sesuai anjuran. Hal ini merupakan
alasan yang tepat untuk menggantinya dengan obat obatan yang lain,
misalnya antipsikotik konvensonal dapat diganti dengan newer
atipycal antipsycotic atau newer atipycal antipsycotic diganti
dengan antipsikotik atipikal lainnya. Clozapine dapat menjadi
cadangan yang dapat bekerja bila terapi dengan obat-obatan diatas
gagal.Pengobatan Selama fase Penyembuhan. Sangat penting bagi
pasien untuk tetap mendapat pengobatan walaupun setelah sembuh.
Penelitian terbaru menunjukkan 4 dari 5 pasien yang behenti minum
obat setelah episode petama Skizofrenia dapat kambuh. Para ahli
merekomendasikan pasien-pasien Skizofrenia episode pertama tetap
mendapat obat antipskotik selama 12-24 bulan sebelum mencoba
menurunkan dosisnya. Pasien yang mendertia Skizofrenia lebih dari
satu episode, atau balum sembuh total pada episode pertama
membutuhkan pengobatan yang lebih lama. Perlu diingat,
bahwapenghentian pengobatan merupakan penyebab tersering kekambuhan
dan makin beratnya penyakit.Efek Samping Obat-obat Antipsikotik.
Karena penderita Skizofrenia memakan obat dalam jangka waktu yang
lama, sangat penting untuk menghindari dan mengatur efek samping
yang timbul. Mungkin masalah terbesar dan tersering bagi penderita
yang menggunakan antipsikotik konvensional gangguan (kekakuan)
pergerakan otot-otot yang disebut juga Efek samping Ekstra
Piramidal (EEP). Dalam hal ini pergerakan menjadi lebih lambat dan
kaku, sehingga agar tidak kaku penderita harus bergerak (berjalan)
setiap waktu, dan akhirnya mereka tidak dapat beristirahat. Efek
samping lain yang dapat timbul adalah tremor pada tangan dan kaki.
Kadang-kadang dokter dapat memberikan obat antikolinergik (biasanya
benztropine) bersamaan dengan obat antipsikotik untuk mencegah atau
mengobati efek samping ini.Efek samping lain yang dapat timbul
adalah tardive dyskinesia dimana terjadi pergerakan mulut yang
tidak dapat dikontrol, protruding tongue, dan facial grimace.
Kemungkinan terjadinya efek samping ini dapat dikurangi dengan
menggunakan dosis efektif terendah dari obat antipsikotik. Apabila
penderita yang menggunakan antipsikotik konvensional mengalami
tardive dyskinesia, dokter biasanya akan mengganti antipsikotik
konvensional dengan antipsikotik atipikal.Obat-obat untuk
Skizofrenia juga dapat menyebabkan gangguan fungsi seksual,
sehingga banyak penderita yang menghentikan sendiri pemakaian
obat-obatan tersebut. Untuk mengatasinya biasanya dokter akan
menggunakan dosis efektif terendah atau mengganti dengan newer
atypical antipsycotic yang efek sampingnya lebih
sedikit.Peningkatan berat badan juga sering terjadi pada penderita
Sikzofrenia yang memakan obat. Hal ini sering terjadi pada
penderita yang menggunakan antipsikotik atipikal. Diet dan olah
raga dapat membantu mengatasi masalah ini.Efek samping lain yang
jarang terjadi adalah neuroleptic malignant syndrome, dimana timbul
derajat kaku dan termor yang sangat berat yang juga dapat
menimbulkan komplikasi berupa demam penyakit-penyakit lain.
Gejala-gejala ini membutuhkan penanganan yang segera.Tatalaksana
pengobatan skizofrenia paranoid mengacu pada penatalaksanaan
skizofrenia secara umum menurut Townsend (1998), Kaplan dan Sadock
(1998) antara lain:
1) Anti Psikotik Obat antipsikotik merupakan obat terpilih yang
mengatasi gangguan waham. Pada kondisi gawat darurat, klien yang
teragitasi parah, harus diberikan obat antipsikotik secara
intramuskular. Sedangkan jika klien gagal berespon dengan obat pada
dosis yang cukup dalam waktu 6 minggu, anti psikotik dari kelas
lain harus diberikan. Penyebab kegagalan pengobatan yang paling
sering adalah ketidakpatuhan klien minum obat. Kondisi ini harus
diperhitungkan oleh dokter dan perawat. Sedangkan terapi yang
berhasil dapat ditandai adanya suatu penyesuaian sosial, dan bukan
hilangnya waham pada klien. Chlorpromazine. Untuk mengatasi
psikosa, premidikasi dalam anestesi, dan mengurangi gejala emesis.
Untuk gangguan jiwa, dosis awal : 325 mg, kemudian dapat
ditingkatkan supaya optimal, dengan dosis tertinggi: 1000 mg/hari
secara oral. Trifluoperazine. Untuk terapi gangguan jiwa organik,
dan gangguan psikotik menarik diri. Dosis awal : 31 mg, dan
bertahap dinaikkan sampai 50 mg/hari. Haloperidol. Untuk keadaan
ansietas, ketegangan, psikosomatik, psikosis,dan mania. Dosis awal:
30,5mg sampai 3 mg.
2) Anti parkinson Triheksipenydil (Artane). Untuk semua bentuk
parkinsonisme, dan untuk menghilangkan reaksi ekstrapiramidal
akibat obat. Dosis yang digunakan : 1-15 mg/hari Difehidamin. Dosis
yang diberikan : 10- 400 mg/hari
3) Anti Depresan Amitriptylin. Untuk gejala depresi, depresi
oleh karena ansietas, dan keluhan somatik. Dosis : 75-300 mg/hari.
Imipramin. Untuk depresi dengan hambatan psikomotorik, dan depresi
neurotik. Dosis awal : 25 mg/hari, dosis pemeliharaan : 50-75
mg/hari.
4) Anti Ansietas Anti ansietas digunakan untuk mengotrol
ansietas, kelainan somatroform, kelainan disosiatif, kelainan
kejang, dan untuk meringankan sementara gejala-gejala insomnia dan
ansietas. Obat- obat yang termasuk anti ansietas antara lain:
Fenobarbital: 16-320 mg/hari Meprobamat: 200-2400 mg/hari
Klordiazepoksida: 15-100 mg/hari
2. Terapi PsikososialTerapi perilaku. Teknik perilaku
menggunakan hadiah ekonomi dan latihan ketrampilan sosial untuk
meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri,
latihan praktis, dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif
adalah didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk
hal-hal yang diharapkan, seperti hak istimewa dan pas jalan di
rumah sakit. Dengan demikian, frekuensi perilaku maladaptif atau
menyimpang seperti berbicara lantang, berbicara sendirian di
masyarakat, dan postur tubuh aneh dapat diturunkan.Terapi
berorintasi-keluarga. Terapi ini sangat berguna karena pasien
skizofrenia seringkali dipulangkan dalam keadaan remisi parsial,
keluraga dimana pasien skizofrenia kembali seringkali mendapatkan
manfaat dari terapi keluarga yang singkat namun intensif (setiap
hari). Setelah periode pemulangan segera, topik penting yang
dibahas didalam terapi keluarga adalah proses pemulihan, khususnya
lama dan kecepatannya. Seringkali, anggota keluarga, didalam cara
yang jelas mendorong sanak saudaranya yang terkena skizofrenia
untuk melakukan aktivitas teratur terlalu cepat. Rencana yang
terlalu optimistik tersebut berasal dari ketidaktahuan tentang
sifat skizofreniadan dari penyangkalan tentang keparahan
penyakitnya.Ahli terapi harus membantu keluarga dan pasien mengerti
skizofrenia tanpa menjadi terlalu mengecilkan hati. Sejumlah
penelitian telah menemukan bahwa terapi keluarga adalah
efektifdalam menurunkan relaps. Didalam penelitian terkontrol,
penurunan angka relaps adalah dramatik. Angka relaps tahunan tanpa
terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5 - 10 % dengan terapi
keluarga.Terapi kelompok. Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya
memusatkan pada rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan
nyata. Kelompok mungkin terorientasi secara perilaku, terorientasi
secara psikodinamika atau tilikan, atau suportif. Terapi kelompok
efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa
persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi pasien skizofrenia.
Kelompok yang memimpin dengan cara suportif, bukannya dalam cara
interpretatif, tampaknya paling membantu bagi pasien
skizofrenia.Psikoterapi individual. Penelitian yang paling baik
tentang efek psikoterapi individual dalam pengobatan skizofrenia
telah memberikan data bahwa terapi alah membantu dan menambah efek
terapi farmakologis. Suatu konsep penting di dalam psikoterapi bagi
pasien skizofrenia adalah perkembangan suatu hubungan terapetik
yang dialami pasien sebagai aman. Pengalaman tersebut dipengaruhi
oleh dapat dipercayanya ahli terapi, jarak emosional antara ahli
terapi dan pasien, dan keikhlasan ahli terapi seperti yang
diinterpretasikan oleh pasien.Hubungan antara dokter dan pasien
adalah berbeda dari yang ditemukan di dalam pengobatan pasien
non-psikotik. Menegakkan hubungan seringkali sulit dilakukan;
pasien skizofrenia seringkali kesepian dan menolak terhadap
keakraban dan kepercayaan dan kemungkinan sikap curiga, cemas,
bermusuhan, atau teregresi jika seseorang mendekati. Pengamatan
yang cermat dari jauh dan rahasia, perintah sederhana, kesabaran,
ketulusan hati, dan kepekaan terhadap kaidah sosial adalah lebih
disukai daripada informalitas yang prematur dan penggunaan nama
pertama yang merendahkan diri. Kehangatan atau profesi persahabatan
yang berlebihan adalah tidak tepat dan kemungkinan dirasakan
sebagai usaha untuk suapan, manipulasi, atau eksploitasi.
3. Perawatan di Rumah Sakit (Hospitalization)Indikasi utama
perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik, menstabilkan
medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau membunuh,
prilaku yang sangat kacau termasuk ketidakmampuan memenuhi
kebutuhan dasar. Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus
ditegakkan adalah ikatan efektif antara pasien dan sistem pendukung
masyarakat. Rehabilitasi dan penyesuaian yang dilakukan pada
perawatan rumahsakit harus direncanakan. Dokter harus juga
mengajarkan pasien dan pengasuh serta keluarga pasien tentang
skizofrenia.Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien
dan membantu mereka menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya
perawatan rumah sakit tergantung dari keparahan penyakit pasien dan
tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan. Rencana pengobatan di
rumah sakit harus memiliki orientasi praktis ke arah masalah
kehidupan, perawatan diri, kualitas hidup, pekerjaan, dan hubungan
sosial. Perawatan di rumah sakit harus diarahkan untuk mengikat
pasien dengan fasilitas perawatan termasuk keluarga pasien. Pusat
perawatan dan kunjungan keluarga pasien kadang membantu pasien
dalam memperbaiki kualitas hidup.Selain anti psikosis, terapi
psikososial ada juga terapi lainnya yang dilakukan di rumah sakit
yaitu Elektro Konvulsif Terapi (ECT). Terapi ini diperkenalkan oleh
Ugo cerleti(1887-1963). Mekanisme penyembuhan penderita dengan
terapi ini belum diketahui secara pasti. Alat yang digunakan adalah
alat yang mengeluarkan aliran listrik sinusoid sehingga penderita
menerim aliran listrik yang terputus putus. Tegangan yang digunakan
100-150 Volt dan waktu yang digunakan 2-3 detik.Terapi
elektro-konvulsi (TEK)Seperti juga terapi konvulsi yang lain , cara
kerja elektrokonvulsi belum diketahui dengan jelas. Dapat dikatakan
bahwa terapi konvulsi dapat memperpendek serangan skhizoprenia dan
mempermudah kontak dengan penderita. Akan tetapi terapi ini tidak
dapat mencegah serangan yang akan datang.Bila dibandingkan dengan
terapi koma insulin, maka dengan TEK lebih sering terjadi serangan
ulang. Akan tetapi TEK lebih mudah diberikan, dapat dilakukan
secara ambulant, bahaya lebih sedikit, lebih murah dan tidak
memerlukan biaya tenaga yang khusus seperti pada terapi koma
insulin.TEK baik hasilnya pada jenis katatonik terutama stupor.
Terhadap schizoprenia simplek efeknya mengecewakan, bila gejalanya
hanya ringan lantas diberi TEK, kadang-kadang gejala menjadi lebih
berat.
PROGNOSISApabila penatalaksanaan telat, maka akan mengalami
kecacatan atau prognosis yang buruk sedangkan apabila penanganan
tepat maka kemungkinan bsa mengalami prognosis baik atau yang
dikenal dengan fase residual (penurunan psikosis).
SKIZOFRENIA
DEFINISISkizofrenia adalah suatu sindrom klinis dengan variasi
psikopatologi, biasanya berat, berlangsung lama dan ditandai oleh
penyimpangan dari pikiran, persepsi serta emosi.Dari referensi lain
menyebutkan skizofrenia berasal dari dua kata, yaitu Skizo yang
artinya retak atau pecah (split), dan frenia yang artinya jiwa.
Dengan demikian seseorang yang menderita skizofrenia adalah
seseorang yang mengalami keretakan jiwa atau keretakan
kepribadianSkizofrenia merupakan bentuk psikosis fungsional paling
berat, dan menimbulkan disorganisasi personalitas paling besar.
Dalam kasus berat, pasien tidak mempunyai kontak dengan realitas,
sehingga pemikiran dan perilakunya abnormal. Perjalanan penyakit
ini secara bertahap akan menuju kearah kronisitas, tetapi
sekali-sekali bisa timbul serangan. Jarang terjadi pemulihan
sempurna dengan spontan dan jika tidak diobati biasanya berakhir
dengan personalitas yang rusak cacat.
SEJARAHMeski kasus Skizofrenia telah lama muncul, hal tersebut
masih belum dinyatakan sebagai suatu penyimpangan sebelum akhirnya
pada tahun1896, Emil Kraeplin menyatakan bahwa psikosis terdiri
dari tiga tipe utama, Manic-Depressive Psychosis, Paranoia dan
Dementia Praecox. Dementia Praecox merupakan sindrom yang ditandai
dengan terjadinya delusi, halusinasi, permasalahan atensi dan gerak
motorik yang aneh. Kraeplin percaya bahwa Dementia Praecox biasanya
mulai terjadi pada masa remaja.Pada tahun 1911, Eugen Bleuler
menyatakan bahwa pada beberapa pasien, simptom-simptom Skizofrenia
tidak berkembang dengan baik sampai dengan pasien tersebut masuk
masa dewasa. Ia juga menyatakan bahwa banyak pasien yang tidak
mengalami proses kemunduran mental seutuhnya. Beberapa pasien
kondisi mentalnya sama tiap tahunnya, ada yang terus membaik dan
bahkan sembuh.Bleuler lalu mengajukan pengertian baru bahwa
Skizofrenia adalah pemikiran yang terpecah (Split Mind). Pengertian
yang diajukan Beluer ini tetap menimbulkan masalah. Beberapa orang
menganggap bahwa Split Mind adalah kepribadian ganda atau gangguan
identitas disosiatif (Dissociatives Identity Disorder). Apa yang
sebenarnya Bleuer maksud dengan Split Mind adalah terpecahnya
fungsi-fungsi psikologis dalam satu kepribadian individu. Dalam
pemikiran penderita Skizofrenia, proses emosi, persepsi dan kognisi
tidak berlangsung sebagai suatu kesatuan. Emosi mungkin terpecah
dari persepsi dan persepsi terpecah dari realitas.
TEORI Endokrin: Dahulu dikira bahwa skizofrenia mungkin
disebabkan oleh gangguan endokrin. Teori ini dikemukakan karena
skizofrenia sering timbul pada waktu pubertas, kehamilan atau
puerperium dan waktu klimakterium. Tetapi hal ini tidak dapat
dibuktikan. Metabolism: ada orang yang menyangka bahwa skizofrenia
disebabkan oleh gangguan metabolisme, karena penderita dengan
skizofrenia tampak pucat dan tidak sehat. Ujung extremitas agak
sianotik, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun. Pada
penderita dengan stupor katatonik konsumsi zat asam menurun.
Hipotesis ini tidak dibenarkan oleh banyak sarjana. Belakangan ini
teori metabolisme mendapat perhatian lagi karena penelitian dengan
memakai obat halusinogenik, seperti meskalin dan asm lisergik
diethylamide (LSD-25). Obat-obat ini dapat menimbulkan
gejala-gejala yang mirip dengan gejala-gejala skizofrenia, tetapi
reversibel. Mungkin skizofrenia disebabkan oleh suatu inborn error
of metabolisme, tetapi hubungan terakhir belum ditemukan.
Teori-teori tersebut di atas ini dapat dimasukkan ke dalam
kelompok teori somatogenik, yaitu teori yang mencari penyebab
skizofrenia dalam kelainan badaniah. Kelompok teori lain adalah
teori psikogenik, yaitu skizofrenia dianggap sebagai suatu gangguan
fungsional dan penyebab utama adalah konflik, stress psikologis dan
hubungan antarmanusia yang mengecewakan. Dalam kelompok ini
termasuk: Teori Adolf Meyer. Skizofrenia tidak disebabkan oleh
suatu penyakit badaniah, kata Meyer (1906), sebab dari dahulu
hingga sekarang para sarjana tidak dapat menemukan kelainan
patologis-anatomis atau fisiologis yang khas pada susunan saraf.
Sebaliknya Meyer mengakui bahwa suatu konstitusi yang inferior atau
suatu penyakit badaniah dapat mempengaruhi timbulnya skizofrenia.
Menurutnya skizofrenia merupakan suatu reaksi yang salah, suatu
maladaptasi. Oleh karena itu, timbul suatu disorganisasi
kepribadian dan lama-kelamaan orang itu menjauhkan diri dari
kenyataan. Hipotesis Meyer ini kemudian memperoleh banyak penganut
di Amerika Serikat dan mereka memakai istilah reaksi skizofrenik.
Teori Sigmund Freud: juga termasuk teori psikogenik. Bila kita
memakai formula Freud,maka pada skizofrenia terdapat.1. Kelemahan
ego,yang dapat timbul karena penyebab psikogenik atau pun somatic2.
Superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi,Id yang
berkuasa dan terjadi suatu regresi ke fase narsisme.3. Kehilangan
kapasitas untuk transferensi sehingga terapi psikoanalitik tidak
mungkin. Eugen Bleuler (1857-1938): Dalam tahun 1911 Bleuler
menganjurkan supaya lebih baik dipakai istilah skizofrenia, karena
nama ini dengan tepat sekali menonjolkan gejala utama penyakit
ini,yaitu jiwa yang terpecah belah,adanya keretakan atau disharmoni
antara proses berpikir, perasaan dan perbuatan (schizos=pecah-belah
atau bercabang, phren=jiwa). Bleuler mengemukakan bahwa demensia
dalam istilah demensia prekox tidak dapat disamakan dengan dengan
demensia pada gangguan otak organik atau gangguan intelegensi pada
retardasi mental. Ia berpendapat bahwa pada skizofrenia tidak
terdapat demensia (awalan de berarti kurang atau tidak ada, mensia
disini artinya kecerdasan), tetapi keinginan dan pikiran
berlawanan,terdapat suatu disharmoni. Bleuler membagi gejala-gejala
skizofrenia menjadi 2 kelompok:1. Gejala-gejala primer Gangguan
proses pikir Gangguan emosi Gangguan kemauan Autism2. Gejala-gejala
sekunder Waham Halusinasi Gejala katatonik atau gangguan psikomotor
yang lain.Bleuler menganggap bahwa gejala-gejala primer merupakan
manifestasi penyakit badaniah (yang belum diketahui apa
sebenarnya,yang masih merupakan hipotesis). Sedangkan gejala-gejala
sekunder adalah manifestasi dari usaha penderita untuk menyesuaikan
diri terhadap gangguan primer tadi. Jadi gejala-gejala sekunder ini
secara psikologis dapat dimengerti.Kemudian muncul teori lain yang
menganggap skizofrenia sebagai suatu sindrom yang dapat disebabkan
oleh bermacam-macam penyebab,antara lain keturunan,pendidikan yang
salah,maladaptasi,tekanan jiwa,penyakit badani seperti lues
otak,atherosclerosis otak dan penyakit lain yang belum
diketahui.Akhirnya timbul pendapat bahwa skizofrenia itu suatu
gangguan psikosomatis,gejala-gejala pada badan hanya sekunder
karena gangguandasar yang psikogenik,atau merupakan manifestasi
somatic dari gangguan psikogenik. Tetapi pada skizofrenia justru
kesukarannya adalah untuk menentukan yang mana primer dan mana yang
sekunder,mana yang merupakan penyebab dan yang mana yang hanya
akibat saja.Jadi kita melihat bahwa hingga sekarang etiologi
skizofrenia belum jelas. Karena itu pernah pada suatu konferensi
dunia khusus tentang skizofrenia,dikatakan bahwa sebenarnya sangat
memalukan kalau hingga sekarang kita belum mengetahui sebab musabab
suatu penyakit yang terdapat sejak dahulu kala dan yang tersebar
begitu luas diseluruh dunia serta yang khas bagi umat manusia
(belum diketahui adanya skizofrenia pada binatang). Kita juga belum
sanggup mengerti dasarnya mengapa seseorang yang sebelumnya hidup
normal diantara orang-orang lain pada suatu waktu keluar dari rel
atau jalan hidupnya yang wajar lalus menderita skizofrenia. Angka
kejadian ini diseluruh dunia diperkirakan 0,2-0,8% setahun.Sebagai
ringkasan,hingga sekarang kita belum mengetahui dasar sebab-musabab
skizofrenia. Dapat diketahui bahwa faktor keturunan mempunyai
pengaruh. Dapat diketahui bahwa faktor keturunan mempunyai
pengaruh. Faktor yang mempercepat,yang menjadikannya manifes atau
faktor pencetus (precipitating factors) seperti penyakit badaniah
atau stres psikologis,biasanya tidak menyebabkan
skizofrenia,walaupun pengaruhnya terhadap skizofrenia yang sudah
ada tidak dapat disangkal.
Teori tentang etiologi skizofrenia yang saat ini banyak dianut
adalah sebagai berikut: Genetik: Dapat dipastikan bahwa ada faktor
genetik yang turut menentukan timbulnya skizofrenia. Hal ini telah
dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga-keluarga penderita
skizofrenia dan terutama anak-anak kembar satu telur. Angka
kesakitan bagi saudara tiri adalah 0,9-1,8%,bagi saudara kandung
7-15%,bagi anak yang salah satu orang tua menderita skizofrenia
7-16%,bila kedua orang tua menderita skizofrenia 40-68%,bagi kembar
dua telur (heterozigot) 2-15%,bagi kembar satu telur (monozigot)
61-86%.Tetapi pengaruh genetik tidak sederhana seperti hokum
Mendel. Diperkirakan bahwa yang diturunkan adalah potensi untuk
mendapatkan skizofrenia (bukan penyakit itu sendiri) melalui gen
yang resesif. Potensi ini mungkin kuat,mungkin juga lemah,tetapi
selanjutnya tergantung pada lingkungan individu itu apakah akan
terjadi manifestasi skizofrenia atau tidak(mirip hal genetik pada
diabetes mellitus) Neurokimia: Hipotesis dopamine menyatakan bahwa
skizofrenia disebabkan oleh hiperaktivitas pada jaras dopamine
mesolimbik. Hal ini didukung oleh temuan bahwa amfetamin,yang
kerjanya meningkatan pelepasan dopamine,dapat menginduksi psikosis
yang mirip skizofrenia,dan obat antipsikotik(terutama antipsikotik
generasi pertama atau psikotik tipikal/klasik) bekerja dengan
mengeblok reseptor dopamine,terutama reseptor D2. Keterlibatan
neurotransmitter lain seperti serotonin,noradrenalin,GABA dan
glutamate,serta neuropeptida lain masih terus diteliti oleh para
ahli. Hipotesis perkembangan saraf (neurodevelopmental hypothesis).
Studi autopsi dan studi pencitraan otak memperlihatkan abnormalitas
struktur dan morfologi otak penderita skizofrenia,antara lain
berupa berat otak yang rata-rata lebih kecil 6% daripada otak
normal dan ukuran anterior-posterior yang 4% lebih pendk,pembesaran
ventrikel otak yang nonspesifik,gangguan metabolism di daerah
frontal dan temporal dan kelainan susunan selular pada struktur
saraf dibeberapa daerah kortex dan subkortex tanpa adanya tanda
gliosis yang menandakan kelainan tersebut terjadi pada saat
perkembangan. Studi neuropsikologis mengungkapkan deficit dibidang
atensi,pemilihan konseptual,fungsi eksekutif dan memori pada
penderita skizofrenia.
Semua bukti tersebut melahirkan hipotesis perkembangan saraf
yang menyatakan bahwa perubahan patologis gangguan ini terjadi pada
awal kehidupan,mungkin sekali sangat berpengaruh terhadap
genetic,dan kemudian dimodifikasi oleh faktor maturasi dan
lingkungan.
EPIDEMIOLOGIPerkiraan resiko skizofrenia pada suatu waktu
tertentu 0,5-1%. Sekitar 15 persen penderita yang masuk rumah sakit
jiwa merupakan pasien skizofrenia, dan sebagian besar pasien
skizofrenia akan tinggal di rumah sakit untuk waktu lama. Pria
lebih sering daripada wanita dan kebanyakan dimulai sebelum usia 30
tahun.Prevalensi skizofrenia di Amerika Serikat dilaporkan
bervariasi terentang dari 1 sampai 1,5 persen dengan angka insidens
1 per 10.000 orang per tahun. Berdasarkan jenis kelamin prevalensi
skizofrenia adalah sama, perbedaannya terlihat dalam onset dan
perjalanan penyakit. Onset untuk laki laki 15 sampai 25 tahun
sedangkan wanita 25-35 tahun. Prognosisnya adalah lebih buruk pada
laki laki dibandingkan wanita.Beberapa penelitian menemukan bahwa
80% semua pasien skizofrenia menderita penyakit fisik dan 50% nya
tidak terdiagnosis. Bunuh diri adalah penyebab umum kematian
diantara penderita skizofrenia, 50% penderita skizofrenia pernah
mencoba bunuh diri 1 kali seumur hidupnya dan 10% berhasil
melakukannya. Faktor risiko bunuh diri adalah adanya gejala
depresif, usia muda dan tingkat fungsi premorbid yang
tinggi.Komorbiditas Skizofrenia dengan penyalahgunaan alkohol kira
kina 30% sampai 50%, kanabis 15% sampal 25% dan kokain 5%-10%.
Sebagian besar penelitian menghubungkan hal ini sebagai suatu
indikator prognosis yang buruk karena penyalahgunaan zat menurunkan
efektivitas dan kepatuhan pengobatan. Hal yang biasa kita temukan
pada penderita skizofrenia adalah adiksi nikotin, dikatakan 3 kali
populasi umum (75%-90% vs 25%-30%). Penderita skizofrenia yang
merokok membutuhkan anti psikotik dosis tinggi karena rokok
meningkatkan kecepatan metabolisme obat tetapi juga menurunkan
parkinsonisme. Beberapa laporan mengatakan skizofrenia lebih banyak
dijumpai pada orang orang yang tidak menikah tetapi penelitian
tidak dapat membuktikan bahwa menikah memberikan proteksi terhadap
Skizofrenia.
ETIOLOGIPenyebab skizofrenia tak diketahui dan merupakan suatu
tantangan terbesar bagi pengobatan kontemporer. Telah banyak
diketahui banyak factor predisposisi dan pencetus.Hereditas.
Pentingnya factor genetika telah dibuktikan secara meyakinkan.
Resiko bagi masyarakat umum 1 %, orang tua 5%, saudara kandung 8%,
dan anak 10%. Gambaran terakhir ini menetap walaupun anak telah
dipisahkan dari orang tua sejak lahir. Pada kembar monozigot
30-40%.Lingkungan. Gambaran pada penderita kembar seperti di atas
menunjukkan bahwa faktor lingkunagn juga cukup berperan dalam
menampilkan penyakit pada individu yang memiliki faktor
predsiposisi. Beberapa peneliti mengatakan bahwa skizofrenia bukan
suatu penyakit, tetapi suatu respon terhadap tekanan emosi yang tak
dapat ditoleransi dalam keluarga dan masyarakat, tetapi pandangan
ekstrim demikian, meski sesuai dengan amsyarakat, kurang didukung
oleh penelitian. Riset atas peristiwa hidup memperlihatkan bahwa
pasien skizofrenia mengalami peristiwa hidup itu dengan frekuensi
tinggi dalam 3 minggu sebelum kambuh.Emosi yang diekspresikan (EE).
Jika keluarga skizofrenia memperlihatkan emosi yang diekspresikan
(EE) secara berlebihan, misalnya pasien sering diomeli atau terlau
banyak dikekang dengan aturan-aturan yang berlebihan, maka
kemungkiann kambuh lebih besar. Juga jika pasien tidak mendapat
neuroleptik. Angka kekambuhan di rumah dengan EE rendah dan pasien
minum obat teratur, sebesar 12%; dengan EE rendah dan tanpa obat
42%; EE tinggi dan tanpa obat, angka kekambuhan 92%.Kepribadian
premorbid. Personalitas pasien sebelumnya sering skizoid. Perilaku
penarikan diri dan soliter ini bisa menjelaskan banyak skizofrenia
tunggal.Fisik. Banyak pasien skizofrenia berbadan astenik dan dalam
kasus yang telah didiagnosis pasti, sirkulasi tepinya mungkin
buruk, ekstremitas dingin dan amenore.Biokimia. Psikosis LSD dan
psikosis amfetamin mempunyai sejumlah kesamaan dan skizofrenia;
berbagai obat, terutama fenoziatin, efektif untuk mengobati
skizofrenia. Petunjuk ini telah membawa ke banyak riset dan
beberapa teori. Defisiensi serotonin LSD menghambat reseptor
serotonin. Overaktivitas dopamin telah diusulkan, karena amfetamin
meningkatkan pelepasan dopamin dan obat untuk skizofrenia
menghambat reseptor dopamin. Peningkatan sensitivitas reseptor
postsinaptik menjadi penjelasan yang lebih mungkin. Teori lain
mencakup degenerasi neuron noradrenalin dan defisiensi monoamin
oksidase. Banyak cacat ringan metabolisme telah ditemukan. Dalam
katakonia periodik (keadaan yang jarang ditemukan) timbul retensi
nitrogen.Imunologi. Ada peranan antibodi otak dalam genesis
skizofrenia.Kerusakan otak. Ada bukti dilatasi ventrikulus cerebri
dan disorientasi usia pada skizofrenia kronika membuat kemungkina
ada penyebab organik. Infeksi virus lambat mungkin ada.
FAKTOR RESIKOFaktor-faktor yang mungkin dapat mempengaruhi
terjadinya skizofrenia, antara lain: sejarah keluarga, tumbuh
kembang di tengah-tengah kota, penyalahgunaan obat seperti
amphetamine, stress yang berlebihan, dan komplikasi kehamilan.
Skizofrenia adalah penyakit gangguan fungsi otak yang diakibatkan
oleh ketidakseimbangan neurotransmitter. Akibat dari penyakit
skizofrenia adalah terganggunya kemampuan seseorang untuk berpikir
jernih, berinteraksi dengan orang lain dan berperan secara
produktif di masyarakat. Di Indonesia sendiri diperkirakan terdapat
kurang lebih 2 juta orang yang mengalami skizofrenia, namun hanya
sekitar 150 ribu pasien yang berkonsultasi ke dokter. Pada pria
kebanyakan penyakit skizofrenia menunjukkan gejalanya pada usia
16-25 tahun, sedangkan pada wanita pada usia 23-36 tahun.
PSIKOPATOLOGITerdapat beberapa pendekatan yang dominan dalam
menganalisa penyebab Schizophrenia, yaitu pendekatan biologis
(meliputi faktor genetik dan faktor biokimia), pendekatan
psikodinamik, pendekatan teori belajar.
PENDEKATAN BIOLOGIFaktor GenetikSeperti halnya psikosis lain,
schizophrenia nampaknya cenderung berkembang lewat keluarga.
Penelitian terhadap munculnya schizophrenia dalam keluarga biasanya
diadakan dengan mengamati penderita schizophrenia yang ada di rumah
sakit jiwa dan kemudian meneliti tentang perkembangan kesehatannya
serta mencari keterangan dari berbagai pihak untuk menentukan
bagaimana schizophrenia dan psikosis lainnya muncul di antara
keluarga penderita. Dari penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa
resiko timbulnya psikosis, termasuk schizophrenia, sekitar empat
kali lebih besar pada hubungan keluarga tingkat pertama (saudara
kandung, orang tua, anak kandung) dibandingkan dengan masyarakat
pada umumnya. Semakin dekat hubungan genetis antara penderita
schizophrenia dan anggota keluarganya, semakin besar kemungkinannya
untuk terkena schizophrenia. Hal ini menunjukkan bahwa
kecenderungan terkena schizophrenia dapat ditularkan secara
genetis. Keluarga penderita schizophrenia tidak hanya terpengaruh
secara genetis akan tetapi juga melalui pengalaman sehari-hari.
Orang tua yang menderita schizophrenia dapat sangat mengganggu
perkembangan anaknya. Hal ini menimbulkan persoalan tentang mana
yang lebih berpengaruh : genetis atau lingkungan.Untuk membedakan
hal tersebut, para ahli mengusahakan suatu penelitian terhadap anak
kemabar. Kembar identik (monozygotic) adalah sama/identik secara
genetis, karena itu perbedaan antara anak kembar identik kiranya
dapat dihubungkan dengan perbedaan dalam lingkungan mereka. Jika
mereka dibesarkan bersama, maka kembar identik sama-sama mengalami,
baik lingkungan yang sama maupun genetis yang sama. Di pihak lain,
kembar yang tidak identik meskipun lahir pada saat yang hampir
bersamaan tetapi secara genetis mereka sama halnya dengan dua orang
saudara kandung. Jika kembar tidak identik dibesarkan bersama,
mereka akan sama mengalami lingkungan yang sama tetapi latar
belakang genetisnya hanya identik sebesar 50%. Dalam penelitian
terhadap anak kembar secara umum, tingkat kemungkinan terkena
schizophrenia di antara anak kembar identik adalah sekitar dua atau
empat kali lebih tinggi daripada antara anak kembar yang tidak
identik. Hal ini menunjukkan kuatnya pengaruh faktor genetis. Akan
tetapi, dalam suatu penelitian terhadap kembar identik lainnya
ternyata menunjukkan bahwa tidak satupunh dari anak yang
kembarannya terkena schizophrenia yang juga menderita
schizophrenia. Dengan demikian, usaha untuk membedakan pengaruh
genetis dan pengaruh lingkungan masih kabur.Hasil penelitian
terhadap anak kembar belum dapat membedakan pengaruh genetis dan
pengaruh lingkungan karena anak kembar biasanya dibesarkan bersama.
Oleh karena itu, apabila anak yang orang tuanya menderita
schizophrenia juga menderita schizophrenia maka ada tiga
kemungkinan jawaban : ibu atau ayah yang menderita schizophrenia
mungkin menularkannya secara genetis, atau anak hidup dalam
lingkungan tertentu yang diciptakan oleh orang tua, atau anak itu
menderita schizophrenia akibat dari faktor genetik dan lingkungan
yang menekan. Untuk membedakan akibat gen dan akibat lingkungan
tersebut, diusahakan bebagai penelitian terhadap sekelompok anak
yang lahir dari ibu yang menderita schizophrenia tetapi dipisahkan
dari ibunya setelah dilahirkan sehingga tidak ada kontak dengan
ibunya Anak-anak tersebut kemudian diadopsi oleh keluarga lain.
Ke;lompok lainnya terdiri dari anak-anak yang lahir dari ibu yang
normal dan juga diadopsi oleh keluarga lain. Dari kelompok
anak-anak yang lahir dari ibu yang terkena schizophreni, ternyata 5
orang menderita schizophrenia dan beberapa lainnya menderita
psikosis lainnya, sedangkan kelompok anak-anak yang lahir dari ibu
yang normal, tidak seorangpun yang terkena schizophrenia. Hal ini
mendukung pendapat bahwa schizophrenia lebih besar kemungkinannya
ditularkan secara genetis. Hasil ini juga didukung oleh beberapa
penelitian lain, yaitu bahwa anak-anak dari orang tua schizophrenia
mempunyai kemungkinan terkena schizophrenia dua kali lipat
dibandingkan dengan anak-anak dari orang tua yang normal, entah
mereka dibesarkan oleh orang tua angkat yang menderita
schizophrenia maupun tidak. Singkatnya hubungan biologis atau
genetis dengan penderita schizophrenia nampaknya merupakan faktor
yang paling menyolok untuk menimbulkan schizophrenia.Beberapa
penelitian tersebut menunjukkan pengaruh faktor genetis dalam
menularkan schizophrenia, namun tetap menjadi pertanyaan : bagaiman
penularan genetis terjadi. Beberapa peneliti mencoba hal itu dengan
berbagai model antara lain :a. Distinct Heterogenity Model.Model
ini menyatakan bahwa schizophrenia terdiri dari sejumlah psikosis,
beberapa diantaranya disebabkan oleh kerusakan gen yang dapat
diikuti oleh gen-gen tertentu dan yang hanya disebabkan oleh faktor
lingkungan. Schizophrenia catatonic, misalnya, mungkin merupakan
penyakit yang muncul secara genetis yang akhirnya diikuti
ketidaknormalan gen pada kromosom tertntu.b. Monogenic Model.Model
ini menyatakan bahwa semua bentuk schizophrenia dapat disebabkan
olehsuatu gen yang cacat. Gen yang cacat ini akan menyebabkan
schizophrenia pada orangyang menerima gen itu dari kedua orang
tuanya (monozygote), namunkemungkinannya kecil bila hanya dari satu
orang tua (heterozygote).c. Multifactorial-Polygenic Model.Model
ini menekankan pengaruh nilai ambang. Menurut model ini,
schizophrenia disebabkan oleh pengaruh berbagai gen, trauma
biologis prenatal dan postnatal dan tekanan psikososial yang saling
berinteraksi. Aspek schizophrenia muncul bila faktor-faktor itu
berinteraksi melebihi batas ambang tertentu. Model-model lainnya
mengkombinasikan ciri-ciri dari ketiga model tersebut.
Schizophrenia, misalnya, muncul sebagai akibat dari interaksi gen
tunggal dan tekanan lingkungan. Model Multifactorial-Polygenic
nampaknya lebih banyak diterima.
Faktor BiokimiaKraeplin telah mengidentifikasikan schizophrenia
sebagai akibat dari adanya ketidakseimbangan kimiawi karena tidak
normalnya kelenjar kelamin. Sementara Carl Jung menyebutkan adanya
unsur kimia yang tidak diketahui, yang disebutnya "toxin x". Adanya
indikasi pengaruh faktor genetis setidaknya menunjukkan adanya
pengaruh faktor biokimia karena faktor genetis terjadi melalui
proses biologis dan kimiawi tubuh. Para peneliti lain menemukan
adanya substansi kimia yang tidak normal yang disebut taraxein
dalam serum darah.Riset terakhir difokuskan pada dopamine, suatu
neurotransmitter yang aktif di wilayah otak yang terlihat dalam
regulasi emosi atau sistem limbik. Hipotesis dopamine menyatakan
bahwa schizophrenia disebabkan oleh terlalu banyaknya penerimaan
dopamine dalam otak. Kelebihan ini mungkin karena produksi
neurotransmitter atau gangguan regulasi mekanisme pengambilan
kembali yang dengannya dopamine kembali dan disimpan oleh vestikel
neuron parasimpatik. Kemungkinan lain adalah adanya oversensitif
reseptor dopamine atau terlalu banyaknya respon dopamine.
Penelitian terhadap pengaruh dopamine dilakukan dengan menggunakan
3 macam obat bius, yaitu phenothiazine, L-Dopa, dan amphetamine.
Phenothiazine merupakan obat anti psikosis yang dapat mengurangi
tingkat kekacauan pikiran, halusinasi, dan memperbaiki suasanan
hati penderita schizophrenia. Terdapat bukti kuat bahwa
phenophiazine mengurangi aktifitas dopamine dalam otak dengan
menghambat penerimaan dalam saraf parasimpatik. L-Dopa biasa
digunakan untuk pengobatan gejala-gejala penyakit parkinson. Tubuh
akan mengubah L-Dopa ini menjadi dopamine dan kadang-kadang
menyebabkan gejala-gejala seperti schizophrenia. Sementara
amphetamine merupakan obat perangsang yang meningkatkan kemampuan
dopamine dalam otak. Pemberian amphetamine dalam dosis yang
berlebihan ternyata menunjukkan gejala-gejala seperti
schizophrenia. Jika penderita schizophrenia diberi amphetamine,
meski dalam dosis rendah, ternyata gejala-gejala schizophrenianya
semakin memburuk.Dengan demikian, obat yang dapat menghambat
penerimaan dopamine (seperti phenothiazine) dapat mengurangi
gejala-gejala schizophrenia, sementara obat lain yang meningkatkan
kemampuan dopamine (seperti amphetamine dan L-Dopa) dapat
menyebabkan atau memperburuk gejala-gejala schizophrenia. Hal ini
memperlihatkan bahwa kelebihan dopamine dapat menyebabkan
gejala-gejala schizophrenia. Akan tetapi penemuan ini belum
seluruhnya tepat. Pemberian phenothiazine terhadap penderita
schizophrenia memperlihatkan bahwa seperempat dari mereka memberi
respon yang sangat kecil atau tidak sama sekali, bahkan
seperempatnya memberikan respon negatif. Sementara, sepertiga
penderita yang diberi amphetamine tidak mengalami gejala yang makin
memburuk. Hal ini memperlihatkan bahwa seharusnya ada penyebab lain
selain dari kelebihan dopamine.Perlu disadari bahwa schizophrenia
merupakan sekelompok psikosis dengan efek yang bermacam-macam.
Teori dopamine perlu dicermati secara hati-hati karena mungkin
terlalu sederhana dalam mencari penjelasan dengan memusatkan
persoalan hanya pada aktifitas dopamine semata tanpa
memperhitungkan interaksi fungsi otak dengan sistem biokimia secara
menyeluruh. Penyumbatan dopamine mungkin mempengaruhi gejala-gejala
schizophrenia, tetapi tidak menjadi penyebab munculnya penyakit
tersebut. Perubahan aktifitas dopamine mungkin terjadi setelah
munculnya psikosis dan bukan sebelumnya.
OtakSekitar 20-35% penderita schizophrenia mengalami beberapa
bentuk kerusakan otak (Sue, et al., 1986). Penelitian dengan CAT
(Computer Axial Tomography) dan MRI (Magnetic Resonance Imagins)
memperlihatkan bahwa sebagian penderita schizophrenia memiliki
ventrikel serebral (yaitu ruangan yang berisi cairan serebrospinal)
yang jauh lebih besar dibanding dengan orang normal. Itu berarti
jika ventriker lebih besar dari normal, jaringan otak pasti lebih
kecil dari normal. Pembesaran ventrikel berarti terdapat proses
memburuknya atau berhentinya pertumbuhan jaringan otak. Bebebrapa
penelitian memperlihatkan bahwa lobus frontalis, lobus temporalis,
dan hipokampus yang lebih kecil pada penderita schizophrenia
(Atkinson, et al., 1992). Penelitian dengan PET (Positron Emission
Topography, yaitu pengamatan terhadap metabolisme glukosa pada saat
seseorang sedang mengerjakan tes psikologi, pada penderita
schizophrenia memperlihatkan tingkat metabolisme yang rendah pada
lobus frontalis. Kelainan syaraf ini dapat pula dijelaskan sebagai
akibat dari infeksi yang disebabkan oleh virus yang masuk otak.
Infeksi ini dapat terjadi selama perkembangan janin. Akan tetapi,
jika kerusakan otak terjadi pada masa awal perkembangan seseorang,
pertanyaan yang muncul adalah mengapa psikosis ini baru muncul pada
masa dewasa. Weinberger mengatakan bahwa luka pada otak saling
mempengaruhi dengan proses perkembangan otak yang normal. Lobus
frontalis merupakan struktur otak yang terlambat matang, khususnya
pada usia dewasa. Dengan demikian, luka pada daerah tersebut belum
berpengaruh pada masa awal sampai lobus frontalis mulai berperan
dalam perilaku.
Pendekatan PsikoanalisaMenurut Freud kepribadian terdiri atas 3
(tiga( sistem atau aspek, yaitu : id, egoan super ego Id merupakan
unsur landasan dasar, dan paling penting dari ketiganya, karena
merupakan sumber dari energi psikis, yang berasal dari
insting-insting biologis manusia. Insting-insting yang paling
penting adalah insting seksual dan insting agresi. Kedua insting
tersebut yang banyak membimbing perilaku manusia. Ego merupakan
proses kepribadian yang logis dan mempunyai kegunaan yang
mempermudah transaksi/perbuatan manusia menguasai alam
lingkungannya. Ego mencakup kemampuan merencanakan, memecahkan
masalah, dan menciptakan bermacam-macam teknik untuk menguasai
dunia sekitarnya. Selain itu, ego juga harus mampu mengendalikan
impuls-impuls manusai, karena ekspresi hiperaktif dari
impuls-impuls seks dan dorongan-dorongan agresi bisam mencelakakan
manusia dan sekelilingnya. Dengan demikian, ego berfungsi
mengintegrasikan impuls-impuls seks dan agresinya dengan dunia
luarnya.Superego merupakan konsep yang melambangkan internalisasi
dari nilai-nilai orang tua oleh diri anak, yaitu berupa nilai-nilai
yang ditanamkan dengan sangsi hukuman jika dilanggar dan
mendapatkan hadiah jika dipatuhinya. Pertimbangan antara id dan
superego seringkali tidak seimbang dan menimbulkan konflik. Apabila
ego berfungsi dengan baik, maka situasi konflik tersebut akan dapat
dikendalikan dan diselesaikannya secara adekuat. Sementara jika ego
lemah, maka situasi konflik tersebut tidak akan dapat
diselesaikannya, dan akan timbul banyak konflik internal atau
bahkan konfli yang sifatnya sangat hebat, yang diekspresikannya
dalam bentuk tingkah laku yang abnormal. Jika superego-nya dominan
dan bersifat sangat moralistis, biasanya individu justru akan
kurang mampu menanggapi insting seksual dan agresinya, sehingga
individu akan mengembangkan pola rasa bersalah, penuh dosa, dan
penyesalan yang kronis sifatnya, serta dibarengi dengan simptom
kelelahan dan kebingungan. Perkembangan kepribadian individu
menurut Freud akan sangat ditentukan oleh perkembangan psikoseksual
dimasa kanak-kanaknya. Apabila anak terus-menerus mengalami
frustasi, mendapatkan perlakuan kejam, dan tidak mendapatkan cinta
kasih, atau sebaliknya terlalu dimanjakan secara berlebih-lebihan,
ia akan mengalami keberhentian dan kerugian dalam perkembangan
kepribadiannya, yang disebut dengan proses fiksasi. Anak akan
mengembangkan bermacam-macam sikap yang immature atau tidak matang
dan tingkah laku yang abnormal. Pola kepribadian yang demikian
tidak jarang terus berlarut-larut dan dapat menjadi predisposisi
terjadinya gangguan abnormalitas perilaku dimasa berikutnya.Pada
schizophrenia, pola kepribadian immature yang berkaitan dengan
impuls seksual dan agresi merupakan predisposisi untuk menimbulkan
gangguan tersebut. Berkembangnya gangguan schizophrenia lebih
lanjut biasanya diawali oleh apa yang disebut sebagai precipitating
event atau peristiwa pencetus. Dalam menghadapi peristiwa pencetus
tersebut, melalui pola kepribadian yang immature, individu
mengembangkan defence mechanism yang berlebihan, dimana individu
akan mengembangkan pola penyelesaian masalah yang tidak berhubungan
dengan realita yang ada, yang sampai akhirnya antar aspek-aspek
kepribadian terjadi disintegrasi atau terpecah. Kondisi tersebut,
menyebabkan putusnya hubungan antara individu dengan dunia nyata.
Dalam hal ini terjadi beberapa defence mechanism yang saling
berbenturan secara bersamaan. Misalnya, pada mulanya individu
menggunakan mekanisme pertahanan rasionalisasi. Kemudian,
rasionalisasi tersebut direpressnya.Kemudian, individu
mengungkapkan hal yang berlawanan dengan perasaan yang direpressnya
melalui reaksi formasi. Oleh karena itu, simptom delusi dan
halusinasi yang dikembangkan oleh schizophrenia merupakan defence
terhadap defence yang lain (defence againts a defence).
Pendekatan Teori BelajarPara ahli teori belajar, seperti Ullmann
dan Krasner, menerangkan tingkah laku schizophrenia sebagai hasil
proses belajar lewat pengkondisian dan pengamatan. Seseorang
belajar untuk "menampakkan" tingkah laku schizophrenia bila tingkah
laku demikian lebih memungkinkan untuk diperkuat daripada tingkah
laku yang normal. Teori ini menekankan nilai penguatan stimulasi
sosial. Schizophrenia mungkin muncul oleh karena lingkungan tidak
memberi penguatan akibat pola keluarga yang terganggu atau pengaruh
lingkungan lainnya sehingga seseorang tidak pernah belajar merespon
stimulus sosial secara normal. Bersamaan dengan itu, mereka akan
semakin menyesuaikan diri dengan stimulus pribadi atau
idiosinkratis. Selanjutnya, orang-orang akan melihat bahwa mereka
sebagai orang aneh sehingga mengalami penolakan sosial dan
pengasingan yang akan semakin memperkuat tingkah laku yang aneh.
Perilaku aneh ini akan semakin bertahan karena tidak ada penguatan
dari orang lain berupa perhatian dan simpati.Pandangan tersebut
didukung oleh pengamatan dengan pengkondisian operan. Beberapa
penelitian memperlihatkan bahwa perilaku yang aneh dapat dibentuk
melalui proses penguatan. Akan tetapi fakta ini belum dapat
memperlihatkan ap-akah tingkatan perilaku yang aneh pada
schizophrenia dapat dijelaskan melalui penmgalaman belajar. Selain
itu, fakta lain menunjukkan bahwa beberapa orang yang hidup dalam
lingkungan yang keras dan tertekan tetapi tidak menarik diri ke
dalam dunia khayalannya dan tidak bertingkah aneh. Beberapa
penderita schizophrenia bahkan tumbuh dalam lingkungan keluarga
yang mendapat dukungan sosial. Teori belajar sosial menerangkan
bahwa gejala-gejala schizophrenia terjadi dalam lingkungan rumah
sakit jiwa. Dalam lingkungan tersebut, penderita belajar dengan
mengamati perilaku pasien lain dan mengikutinya. Hal ini diperkuat
lagi oleh petugas yang memberi perhatian khusus pada penderita yang
berperilaku aneh. Pandangan ini sesuai dengan pengalaman di sekolah
dimana guru memberi perhatian khusus justru pada anak yang nakal.
Barangkali beberapa perilaku schizophrenia dapat diterangkan dengan
peniruan dan penguatan, akan tetapi banyak orang menderita
schizophrenia tanpa lebih dahulu bertemu dengan penderita lainnya.
Selain itu, kenyataannya justru gejal-gejala schizophrenialah yang
menyebabkan seseorang dimasukkan ke rumah sakit jiwa, dan bukannya
akibat yang diperoleh di dalam rumah sakit jiwa.
KLASIFIKASI
Skizofrenia hebefrenik. Mulainya biasanya pada akhir belasan
tahun dan sering timbul pada masa remaja atau antara 15-25 tahun.
Gejala awal kebingungan, konsentrasi buruk, nerkabut, mimpi siang
hari, sadar akan keadaan dirinya sendiri, kemurungan, depresi,
apati, waham sepintas, ide pseudoilmiah dan pseudofilosofi,
perasaan inferioritas dan ketidak-adekuatan. Gangguan pemikiran
menjadi jelas dan mungkin ada pemikiran konkret atau hambatan
pikiran. Khas ada keanehan emosi. Gejala yang mencolok
adalah:gangguan proses berpikir, gangguan kemauan dan adanya
depersonalisasi atau double personality. Gangguan psikomotor
seperti mannerism, neologisme atau perilaku kekanak-kanakan sering
terdapat pada skizofrenia hebefrenik. Waham dan halusinasi banyak
sekali.Skizofrenia paranoid. Gejala khasnya waham kejaran primer
dan sekunder dengan halusinasi auditorius. Mulainya lebih lambat
dibandingkan skizofrenia hebefrenik, biasanya 30-50 tahun.
Perjalanannya menahun sehingga kemunduran personalitas minimum.
Salah interpretasi tindakan orang lain bisa diakibatkan oleh dalam
ide kejaran. Waham bisa diselubungi dan pasien bisa berperilaku
normal, tetapi biasanya wahamnya akan menimbulkan pertentangan
dengan masyarakat. Meski perjalanan penyakitnya menahun, tetapi
mungkin ada fluktuasi secara periodic. Seringkali didahului oleh
adanya kepribadian paranoidindividu hipersensitif atau sangat
berhati-hati walaupun dalam keadaan yang tidak membahayakan atau
yang diisolasi oleh alasan deformitas, ketulian, kesulitan bahasa,
dsb. Kadang wahamnya bisa menular; biasanya keluarga dekat terlibat
dalam folie a deux. Skizofrenia katatonik. Perilaku serotype,
negativisme, pemgambilan sikap, immobilitas, dan stupor merupkan
sifat paling jelas. Hambatan pikiran, neologisme, halusinasi bisa
juga timbul. Kegembiraan akut dapat menjadi tanda pertama penyakit.
Gejala katakonik menjadi semakin jarang dalam 30 tahun terakhir
ini: mungkin banyak yang merupakan produk neurosis institusional.
Timbulnya pertama kali antara umur 15-30 tahun, dan biasanya akut
serta sering didahului oleh stres emosional. Mungkin terjadi
gaduh-gelisah katatonik atau stupor katatonik. Stupor
katatonik:penderita tidak menunjukkan perhatian sama sekali
terhadap lingkungannya. Emosinya sangat dangkal. Gejala yang
penting adalah gejala psikomotor seperti: Mutisme, kadang-kadang
dengan mata tertutup Muka tanpa mimik, seperti topeng Stupor,
penderita tidak bergerak sama sekali untuk waktu yang lama,
beberapa hari, bahkan kadang-kadang sampai beberapa bulan Bila
diganti posisinya penderita menentang:negativism Makanan
ditolak,air ludah tidak ditelan sehingga terkumpul di dalam mulut
dan meleleh keluar,air seni dan feses ditahan Terdapat grimas dan
katalepsiSecara tiba-tiba atau pelan-pelan penderita keluar dari
keadaan stupor ini dan mulai berbicara dan bergerak.Gaduh-gelisah
katatonik: Terdapat hiperaktivitasnya motorik, tetapi tidak
disertai dengan emosi yang semestinya dan tidak dipengaruhi oleh
rangsangan dari luar.Penderita terus berbicara atau bergerak saja.
Ia menunjukkan stereotipi,manerisme,grimas dan neologisme. Ia tidak
dapat tidur,tidak makan dan minum sehingga mungkin terjadi
dehidrasi atau kolaps dan kadang-kadang kematian (karena kehabisan
tenaga dan terlebih bila terdapat juga penyakit badaniah: jantung,
paru, dan sebagainya).Seorang pasien yang mulai membaik dari
skizofrenia gaduh-gelisah katatonik berulang-ulang minta
dipulangkan dari rumah sakit. Pikiran ini diutarakannya melalui
berbagai macam cara sehingga sudah merupakan perseverasi, seperti
dapat dilihat dari surat di bawah ini yang diberikannya kepada
penulis.Skizofrenia simpleks: gambaran khas skizofrenia kronik
dapat terlihat pada banyak pasien baik berada di dalam masyarakat
maupun yang sedang menjalani perawatan jangka lama. Gejala negative
mendominasi, tan;pa dorongan dan inisiatif, kemiskian pikiran dan
emosi serta perilaku ekstrenskik soliter. Terlihat disorientasi
usia dan bukti ada penumpukan kerusakan serebrum yang dikaitkan
dengan derajat gangguan fungsi intelektual. Keadaan ini biasanya
merupakan hasil akhir dari gejala-gejala skizofrenia yang
sebelumnya telah berkembang penuh, tetapi dalam beberapa kasus,
onsetnya sangat pelan, sehingga pasien seolah-olah langsung tampil
dalam keadaan cacat (skizofrenia simpleks).Sering timbul pertama
kali pada masa pubertas. Gejala utama pada jenis simplex adalah
kadangkala emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berpikir
biasanya sukar ditemukan. Waham dan halusinasi jarang sekali
terdapat. Jenis ini timbulnya perlahan-lahan sekali. Pada permulaan
mungkin penderita mulai kurang memperhatikan keluarganya atau mulai
menarik diri dari pergaulan. Makin lama ia makin mundur dalam
pekerjaan atau pelajaran dan akhirnya menjadi penganggur. Bila
tidak ada orang yang menolongnya ia mungkin akan menjadi pengemis,
pelacur atau penjahat.Episode Skizofrenia akut: Gejala Skizofrenia
timbul mendadak sekali dan pasien seperti dalam keadaan mimpi.
Kesadarannya mungkin berkabut. Dalam keadaan ini timbul perasaan
seakan-akan dunia luar maupun dirinya sendiri berubah, semuanya
seakan-akan mempunyai suatu arti yang khusus baginya.Skizofrenia
Residual: Keadaan Skizofrenia dengan gejala primernya Bleuler,
tetapi tidak jelas adanya gejala-gejala sekunder. Keadaan ini
timbul sesudah beberapa kali serangan Skizofrenia. Jenis ini adalah
keadaan kronis dari skizofrenia dengan riwayat sedikitnya satu
episode psikotik yang jelas dan gejala-gejala berkembang kea rah
gejala negative yang lebih menonjol. Gejala negative terdiri dari
kelambatan psikomotor, pnurunan aktivitas, penumpulan afek, pasif
dan tidak ada inisiatif, kemiskinan pembicaraan, ekspresi nonverbal
yang menurun, serta buruknya perawatan diri dan fungsi sosial.
Skizofrenia Skizo Afektif: Disamping gejala Skizofrenia terdapat
menonjol secara bersamaaan juga gejala-gejal depresi (skizo
depresif) atau gejala mania (psiko-manik). Jenis ini cenderung
untuk menjadi sembuh tanpa defek, tetapi mungkin juga timbul
serangan lagi.
KLASIFIKASI (DSM-IV-TR)1.Skizofrenia yang tidak teratur
(Disorganized Schizophrenia)Perilaku motorik penderita Skizofrenia
kategori ini biasanya sangat aneh. Mereka juga biasanya mengalami
halusinasi dan delusi, bingung dan menarik diri juga tenggelam
dalam pemikirannya sendiri. Kategori ini biasanya terjadi pada
mereka yang masih muda. Berikut ini adalah tiga gejala yang
merupakan karakteristik dari skizofrenia yang tidak teratur.a.
Pembicaraan yang membingungkan: pasien melakukan Neologisme, kata
yang berima dan campur aduk kata.b. Gangguan suasana hati:
berpura-pura, bersikap bodoh dan bermuka masam.c. Perilaku yang
membingungkan: pasien tidak mau mandi, tidak mau berpakaian dan
lainnya.
2.Katatonik Skizofrenia (Catatonic Schizophrenia)Ciri khusus
pada catatonic schizophrenia adalah adanya gangguan pada tingkah
laku gerak. Bentuk-bentuk gangguannya antara lain:a. Diam
SeluruhnyaBiasanya disertai dengan mutisme (kebisuan), penghentian
bicara dan pasien dapat mempertahankan kondisi ini selama
berminggu-minggu. Posisi tubuh pasien dapat diubah dan dibentuk
oleh orang lain dan mempertahankannya dalam waktu yang lama. Banyak
pasien katatonik berganti-ganti antara periode diam dan periode
aktivitas motorik yang berlebihan, yang dapat mencakup perilaku
kekerasan. Saat terlalu bersemangat, pasien dapat menyakiti dirinya
sendiri maupun orang lain. Pada saat stupor, pasien harus dicegah
dari kelaparan.b. KekakuanPasien menolak usaha orang lain untuk
menggerakkan tungkainya. Pasien mengetahui dengan jelas apa yang
sedang terjadi di sekitarnya. Pasien juga dapat menunjukkan
echolalia (meniru perkataan orang lain) dan echopraxia (meniru
gerakan orang lain).c. NegativismePasien tidak hanya menolak apa
yang diperintahkan oleh orang lain tetapi juga melakukan apa yang
sebaliknya dari yang diperintahkan.
3.Paranoid Skizofrenia (Paranoid Schizophrenia)Karakteristik
paranoid skizofrenia ini adalah delusi dan/ atau halusinasi, sering
juga dihubungkan dengan penyiksaan dan waham kebesaran. Pada
sejumlah kasus dapat disertai dengan halusinasi, terutama
halusinasi pendengaran. Pasien paranoid skizofrenia dianggap lebih
normal daripada pasien skizofrenia lainnya. Hasil penelitian para
ahli menunjukkan bahwa pasien paranoid skizofrenia:d. Menunjukkan
hasil tes kognitif yang baik/ normal (Strauss, 1993).e. Memiliki
persepsi superior terhadap pernyataan emosi (Davis & Gibson,
2000).f. Memiliki catatan penyesuaian premorbid yang lebih baik,
memiliki kemungkinan untuk menikah, serangan belakangan dan
menunjukkan hasil jangka panjang yang lebih baik daripada pasien
skizofrenia lainnya (Fenton & McGlashan, 1991; Kendler,
McGuire, Gruenberg, et al., 1994; Sanislow & Carson, 2001).
Pedoman Diagnostik Berdasarkan PPDGJ III1. Harus ada sedikitnya
satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala
atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang
jelas):a. - Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang
berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran
ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda, atau-
Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar
masuk kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil
keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (Withdrawal) dan- Thought
broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain
atau umumnya mengetahuinya.b. - Delusion of control = waham tentang
dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar atau-
Delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar atau- Delusion of passivity =
waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu
kekuatan dari luar; (tentang dirinya= secara jelas ,merujuk ke
pergerakan tubuh/anggota gerak atau kepikiran, tindakan atau
penginderaan khusus).- Delusion perception = pengalaman inderawi
yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya , biasanya
bersifat mistik dan mukjizat.c. Halusional Auditorik ;- Suara
halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap prilaku
pasien .- Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri
(diantara berbagai suara yang berbicara atau- Jenis suara
halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.d.
Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahi,misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu atau kekuatan dan kemampuan
diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca atau
berkomunikasi dengan mahluk asing atau dunia lain)
Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu
ada secara jelas:e. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa
saja , apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang
setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun
disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap,
atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau
berbulan-bulan terus menerus.f. Arus pikiran yang terputus (break)
atau yang mengalami sisipan (interpolation) yang berakibat
inkoherensia atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme.g.
Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement),
posisi tubuh tertentu (posturing) atay fleksibilitas cerea,
negativisme, mutisme, dan stupor.h. Gejala negatif seperti sikap
apatis, bicara yang jarang dan respons emosional yang menumpul
tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari
pergaulan sosial dan menurunya kinerja sosial, tetapi harus jelas
bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau
medikasi neureptika.
* adapun gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung
selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk
setiap fase nonpsikotik prodromal);* Harus ada suatu perubahan yang
konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality)
dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed
attitute), dan penarikan diri secara sosial.
Gejala Menurut DSM-IV-TRDSM-IV-TR telah mendaftar lima
karakteristik gejala-gejala dari Skizofrenia, yaitu delusi,
halusinasi, pembicaraan yang kacau (disorganized speech), perilaku
yang kacau (disorganized or catatonic behaviour) dan gejala
negatif. Gejala negatif merupakan penurunan atau bahkan hilangnya
fungsi-fungsi normal pada individu, seperti bahasa dan perilaku.
Berikut ini adalah penjelasan mengenai gangguan-gangguan yang dapat
terjadi pada diri individu.1.Gangguan Bahasa dan PikiranBerikut ini
adalah gangguan-gangguan yang termasuk ke dalam gangguan bahasa dan
pikiran.a.DelusiDelusi merupakan suatu kepercayaan yang tidak
berdasarkan pada realitas. Delusi biasanya muncul pada keadaan
psikologis tertentu, seperti mania, depresi, overdosis obat-obatan
dan paling banyak ditemukan pada kasus Skizofrenia. Banyak
penderita Skizofrenia tidak menyadari bahwa individu lain
mengetahui kepercayaan delusi mereka merupakan hal yang tidak
mungkin terjadi. Berikut ini adalah bentuk-bentuk delusi. Delusi
PenyiksaanMerupakan kepercayaan bahwa ia dimusuhi oleh suatu
komplotan tertentu, dimata-matai, diancam, serta dianiaya. Delusi
Kontrol atau PengaruhMerupakan kepercayaan bahwa individu lain atau
ada kekuatan lain yang mengontrol pemikiran, perasaan dan
tindakannya. Ia percaya bahwa ada alat tertentu yang menghubungkan
sinyal-sinyal tertentu ke dalam otaknya, sehingga individu lain
mampu mengendalikannya. Delusi KeterhubunganMerupakan kepercayaan
dimana ia berhubungan dengan sesuatu hal atau peristiwa tertentu,
padahal sebenarnya ia tidak ada hubungannya sama sekali dengan hal
atau peristiwa tersebut. Contohnya, penderita Skizofrenia mungkin
berpikir bahwa kehidupan mereka diceritakan di televisi atau
berita. Delusi KebesaranMerupakan kepercayaan dimana ia merasa ia
sangat terkenal dan ia adalah individu yang sangat berkuasa. Delusi
seperti ini dapat berkembang menjadi delusi identitas, dimana suatu
saat ia bisa saja mengatakan bahwa ia adalah Joan of Arc, Yesus dan
lainnya. Delusi Rasa Bersalah dan DosaMerupakan kepercayaan bahwa
ia telah melakukan suatu dosa yang tidak termaafkan dan ia telah
mencelakai seseorang. Contohnya, penderita Skizofrenia dapat
mengatakan bahwa ia telah membunuh anak-anaknya. Delusi Kesehatan
(Hypochondriac)Merupakan kepercayaan yang tidak berdasar bahwa ia
menderita penyakit fisik yang mengerikan. Delusi NihilismeMerupakan
kepercayaan dimana ia dan semua orang di dunia telah lenyap.
Pasiennya dapat mengatakan bahwa ia adalah roh yang telah kembali
dari kematian.Pada akhirnya, beberapa penderita Skizofrenia
mengeluhkan bahwa pemikiran mereka telah dirusak dengan cara-cara
tertentu. Beberapa delusi ada yang berhubungan dengan Delusions of
Control, diantaranya adalah sebagai berikut. Penyebarluasan
PikiranMerupakan kepercayaan bahwa pemikiran seroang individu telah
disebarluaskan pada seluruh dunia, sehingga individu lain dapat
mengetahui pemikiran individu tersebut. Pemasukan PikiranMerupakan
kepercayaan bahwa individu lain memasukkan pemikirannya ke dalam
pemikiran individu. Pemindahan PikiranMerupakan kepercayaan bahwa
individu lain telah memindahkan pemikirannya.Beberapa penderita
Skizofrenia terkadang mengalami Blocking, yaitu ditengah-tengah
pada saat ia membicarakan sesuatu, ia kemudian tiba-tiba diam dan
ia tidak ingat apa yang sedang ia bicarakan.b.Kehilangan
KeterhubunganBleuler menyatakan bahwa Skizofrenia adalah tidak
berhubungannya antara ide-ide yang berbeda atau fungsi mental yang
berbeda. Salah satu contoh perpecahan yang jelas adalah pembicaraan
yang melantur yang biasanya muncul pada penderita Skizofrenia yang
masih muda. Apa yang mereka ucapkan seringkali tidak menunjukkan
adanya asosiasi di dalamnya. Mereka berpindah dari satu topik ke
topik lain, padahal topik tersebut jauh dari topik sebenarnya yang
ingin ia bicarakan.c.Kemiskinan IsiSebagai akibat dari hilangnya
asosiasi, bahasa yang dikemukakan penderita Skizofrenia mungkin
sangat sedikit. Meskipun individu menggunakan beberapa kata saat
berbicara, yang secara benar secara perbendaharaan kata, ia tidak
menyampaikannya dengan luas. d.NeologismeSeperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, kerancuan bahasa yang digunakan oleh
penderita Skizofrenia umumnya dianggap sebagai akibat dari
pemikiran yang bingung. Beberapa peneliti saat ini menyatakan bahwa
keganjilan bahasa yang dikemukakan penderita Skizofrenia mungkin
bukan dikarenakan gangguan pikiran secara radikal, tetapi
dikarenakan ketidakmampuan untuk mendapatkan simbol verbal yang
umum dan disetujui. Untuk itu, apa yang dikatakan penderita
Skizofrenia mungkin saja masuk akal, hanya saja mereka tidak tahu
bagaimana cara menyampakainnya.Kata-kata yang digunakan mungkin
jarang sekali digunakan dan bahkan tidak terdapat di dalam kamus.
Pemakaian kata-kata tersebut disebut neologisme (Neologisms).
Neologisme dibuat dengan cara menggabungkan beberapa kata atau bisa
juga menyatakan kata-kata biasa tetapi dengan cara yang
berbeda.e.Clanging (Gemerincing)/ Penggabungan KataKejanggalan lain
yang terkadang ditemukan dalam pembicaraan seorang penderita
Skizofrenia adalah Clanging. Clanging adalah penggabungan kata-kata
yang tidak memiliki hubungan satu sama lain dan diucapkan seperti
menggunakan rima tertentu.f.Campur Aduk KataDalam beberapa kasus,
bahasa penderita Skizofrenia menunjukkan proses penurunan asosiasi
secara keseluruhan. Hal tersebut pada akhirnya tidak memungkinkan
pendengar untuk mengikuti hubungan antara kata dan frase yang
digunakan. Pola bahasa demikian disebut Word Salad. Word Salad
adalah penggabungan kata dan frase, tetapi gaya pernyataannya sama
sekali tidak berhubungan.
2.Gangguan PersepsiBeberapa pasien Skizofrenia mengalami
perubahan persepsi, termasuk ilusi visual, gangguan pendengaran
akut, tidak mampu memfokuskan perhatian, sulit mengenali indviidu
lain dan sulit memahami apa yang individu lain katakan. Berikut ini
adalah gangguan-gangguan yang termasuk ke dalam gangguan persepsi
yang paling sering dibicarakan. a.Gangguan Perhatian
SelektifIndividu normal melakukan seleksi atensi tanpa memikirkan
hal tersebut terlebih dahulu. Mereka tidak sulit untuk memutuskan
akan fokus pada rangsang apa. Untuk penderita Skizofrenia, hal
tersebut belum tentu dapat dilakukan. Para peneliti saat ini merasa
bahwa penurunan seleksi atensilah yang mendasari banyak simptom
Skizofrenia. Karena sulit melakukan pemilihan perhatian, penderita
Skizofrenia kemudian membuat asosiasi yang aneh, berbicara
melantur, mengalami emosi yang tidak tepat dan bahkan melakukan
pola perilaku yang aneh. b.HalusinasiGangguan persepsi pada
penderita Skizofrenia diantaranya adalah mereka merasakan sesuatu
yang sebenarnya tidak ada. Dirasakannya stimulus eksternal yang
tidak tepat disebut halusinasi. Halusinasi auditori paling banyak
muncul, yaitu sekitar 70 persen. Halusinasi auditori adalah
didengarnya satu atau dua suara yang saling berbicara. Halusinasi
lain yang banyak muncul adalah halusinasi visual.Penderita
Skizofrenia tidak hanya mengalami masalah persepsi saja, tetapi
juga masalah monitoring kenyataan (realitas), yang berhubungan
dengan kesulitan mereka untuk melakukan pemilihan perhatian.
Ketidakmampuan mereka untuk mengetahui stimulus yang tidak relevan
mungkin menyulitkan mereka untuk membedakan suara yang ia kira ada
dengan suara yang memang benar-benar ada.
3.Gangguan Suasana HatiGangguan suasana hati tidak banyak muncul
pada kasus Skizofrenia, tetapi lebih banyak kasusnya pada gangguan
suasana hati psikosis. Gangguan suasana hati melibatkan depresi
yang dalam atau Manic Elation (sangat bahagia) atau bergantian
antara keduanya. Beberapa pasien tidak hanya mengalami Manic
Depressive tetapi juga menunjukkan simptom-simptom Skizofrenia.
Sindrom intermediate ini disebut gangguan Skizoafektif
(Schizoaffective Disorder). Rata-rata penderita Skizoafektif lebih
baik daripada penderita Skizofrenia, tetapi lebih buruk daripada
penderita gangguan suasana hati.Dalam Skizofrenia, gangguan suasana
hati terdiri dari dua bentuk, yaitu pengaruh yang tumpul atau datar
dan pengaruh yang tidak tepat. Pengaruh yang tumpul adalah
sedikitnya emosi yang ditunjukkan. Sedangkan pengaruh yang datar
adalah tidak adanya emosi yang ditunjukkan. Pengaruh yang tidak
tepat adalah tidak sesuainya ekspresi emosi dengan situasi yang
terjadi. Penurunan emosi biasanya diikuti dengan Anhedonia, yaitu
penurunan rasa gembira.Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa
penderita Skizofrenia cenderung menunjukkan gestur yang sama,
ekspresi muka dan pandangan terhadap pendengar yang sama, tanpa
memperhatikan apakah emosinya mendeskripsikan rasa senang, sedih
atau marah. Lebih jauh lagi, pada semua situasi diatas, gestur,
ekspresi muka, tatapan wajah penderita Skizofrenia cenderung sama
dengan mereka yang tidak menderita Skizofrenia ketika mereka
menggambarkan sesuatu yang bahagia. Penelitian terbaru menunjukkan
bahwa pasien-pasien memiliki kesulitan dalam mengekspresikan dan
merasakan emosi yang berbeda, tetapi mereka tidak sulit untuk
merasakan emosi itu sendiri.
4.Gangguan Perilaku MotorikPengulangan sikap motorik tertentu,
seperti menggosok-gosok kepala, meremas-remas pakaian dan
merobek-robek kertas, dalam situasi tertentu merupakan sikap
abnormal. Tindakan tanpa tujuan yang dilakukan berulang-ulang untuk
jangka waktu yang lama disebut dengan Stereotypy.Pasien Skizofrenia
terkadang menunjukkan tingginya aktivitas motorik, berlari-lari,
merusak perabotan dan aktivitas lain yang membutuhkan banyak
energi. Selain daripada itu, pasien Skizofrenia juga sering tidak
melakukan apa-apa untuk waktu yang lama. Mereka bahkan sampai pada
kategori Catatonic Stupor, yaitu tidak melakukan apapun dan tidak
bergerak untuk waktu yang lama.
5.Penarikan Diri SosialSeperti yang kita ketahui, tanda-tanda
Skizofrenia diantaranya adalah emosi yang tidak stabil, kurangnya
minat terhadap dunia luar. Dikarenakan asyik dengan pemikiran
sendiri, penderita Skizofrenia secara berangsur-angsur menarik
dirinya untuk tidak terlibat dengan lingkungannya. Mereka kemudian
menarik dirinya dari keterlibatan dengan individu lain.Salah satu
studi yang dilakukan terhadap remaja pria berusia 18 20 tahun, yang
mengalami beberapa masalah sosial selama masa kecil hingga remaja,
diprediksikan akan menderita Skizofrenia. Masalah sosial tersebut
diantaranya adalah memiliki dua orang teman atau kurang, lebih
memilih untuk bersosialisasi dalam kelompok kecil, lebih sensitif
dari yang lain dan tidak memiliki pacar.Penarikan diri pasien
Skizofrenia berhubungan dengan masaah atensi mereka sendiri.
Masalah mental yang sekiranya merupakan akibat dari kurangnya
atensi, dapat membuat komunikasi menjadi sulit dan sangat sedikit
sekali komunikasi dilakukan. Menyadari bahwa pasien Skizofrenia
tidak mau dimengerti dan diketahui, hal tersebut mengakibatkan
mereka diperlakukan kasar. Untuk itu, pasien Skizofrenia lebih
memilih untuk fokus pada apapun selain pada individu lain.PEDOMAN
DIAGNOSIS SKIZOFRENIAHarus ada sedikitnya satu gejala yang jelas :
Tought echo, tought insertion/ withdrawal, broadcasting Delusion of
control, influence, passivity, perception Halusinasi