Page 1
PROTAP HYPOTENSI
Gejala dan tanda-tanda
- Tekanan darah turun mendadak
- Lemas, berkeringat, pandangan berkunang-kunang
(gelap)
- Kadang-kadang mual/muntah, sesak
Penatalaksanaan
- Posisi tidur horizontal/rata (tanpa bantal)
- Qb : TMP diturunkan
- Observasi tensi, nadi, kesadaran (K/p tensi dimonitor)
- Sesak – O2
- Memberikan cairan IV – harus hati-hati
- Memberikan obat-obatan untuk menaikan tensi
- Tanya reaksi pasien
- Penyebab dicari atasi hypovolemia, kesalahan
mesin, eraksi transfusi, obat-obatan, anti hypertensi dll.
Page 2
PERAWATAN PASIEN TIDAK SADAR
1. Menjaga sirkulasl udara pernafasan tetap lancar
Implementasi yang dilakukan:
- Mengatur Posisi tidur semi fauler.
- Melonggarkan pakaian.
- Menghisap lendir dijalan nafas sampai keorofaring
- Memberikan oksigen sesuai program terapi
- Mengontrol aliran oksigen, lendir dijalan nafas, dan pernafasan
- Melakukan chest fisioterapi : claping, vibrating, suctioning dan
merangsang batuk
2. Memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan
Implementasi yang dilakukan
- Melaksanakan pemasangan infus sesual program terapi
- Memberikan diet cair personde
- Mengawasi muntah dan tanda- tanda aspirasi pneumonia
- Mencatat intake and out put
- Memperhatikan tanda - tanda dehidrasi atau tanda-tanda overhidrasi.
3. Mencegah terjadinya kekeringan kornea
Implementasi yang dilakukan
- Membersihkan dan mengompres mata dengan boor water.
- Menyapukan kelopak mata kebola mata
- Memberikan zalf mata sesuai program terapi
- Mengobservasi tanda - tanda kekeringan kornea dan infeksi pada mata
4. Menjaga BAB dan BAK tetap lancar
Implementasi yang dilakukan
- Mengawasi apakah pasien ada kencing
- Mengawasi apakah kandung kencing penuh
Page 3
- Kalau terjadi retensio urine dilakukan pengompresan hangat dan dingin
didaerah diatas
- Simfisis, kalau gagal pasang kateter didawerkan
- Apabila terjadi beser kencing urine ditampung pakai plastik atau pakai
kondom kateter pada anak laki- laki dan dawer cateter pada anak
perempuan.
- Mengawasi urin yang keluar dan tanda-tanda radang kandung kencing.
- Mengawasi apakah pasien adakah bab, kalau lebih dari 3 hari tidak bab
dilakukan lavement.
- Blader training
5. Mencegah terjadi gangguan integritas kulit:
Implementasi yang dilakukan :
- Menjaga kebersihan umur pasien.
- Merobah posisi tidur saban 2 jam.
- Selesai mandi atau membersihkan tubuh pasien, badan yang tertekan yaitu
punggung bokong, kepala, tumit, dimasage dengan lotion atau minyak.
- Memperhatikan kebersihan dan ketegangan alas kasur, kalau kotor segera
ganti
6. Mencegah terjadinya Infeksi nasokomial:
Implementasi yang dilakukan
- Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
- Memperhatikan tindakan septik dan aseptik dalam melakukan perasat.
- Mengganti infus set, dan tempat setelah 48 jam pemasangan maksimum 72
jam
- Pemasangan threeway stopcock unluk memasukan obat - obat melalul IV
- Memperhatikan dan menjaga kesterilan kesterilan tempat penusukan LP.
Infus dan daerah tempat Insersi kateter dengan membersihkan kemaluan
tiap hari dan mengolesi dengan betadin daerah insersi kateter.
- Menjaga kebersihan penderita.
Page 4
- Memperhatikan tanda - tanda infeksi dan reaksi pyrogen pada daerah
pemasangan infus
7. Menjaga kestabilan suhu tubuh
Implementasi yang dilakukan
Apabila suhu tubuh panas :
- Mengompres secara intensif.
- Memperhatikan jumlah cairan masuk apakah kurang dari kebutuhan tubuh.
- Membatasi jumlah pengunjung.
- Memberikan obat turun panas sesuai program terapi
- Mengontrol suhu.
- Memberikan penyuluhan pada keluarga cara mengompres yang benar.
- Lingkungan fisik yang sehat meliputi ventilasi yang baik, penerangan yang
cukup, ruangan yang bersih dan tenang
8. Mencegah deformitas :
Implementasi yang dilakukan :
- Pada fase krisis mengatur posisi tidur protektif
- Mengompres otot- otot yang kaku dengan air hangat.
- Tangan yang menggenggam diberi gulungan kain gaas.
- Membantu dalam latihan - latihan aktif dan pasif.
- Bekerjasama dengan bagian fisioterapi
9. Mengurangi kecemasan keluarga:
Implementasi yang dilakukan :
- Memberi penjelasan tentang keadaan pasien pada keluarga.
- Menganjurkan keluarga tenang dan berserah diri.
- Memberitahu keluarga setiap tindakan yang diberikan dan gunanya
tindakan itu .
10. Mengawasi tingliat kesadaran.
Page 5
CHEST FISIOTERAPI
Persiapan alat :
- Sputum pot atau nierbeken berisi cairan desinfektan
- Kertas tissu
- Bila perlu satu set alat untuk pemasangan oksigen
- Bila perlu alat untuk penghisap lendir.
Persiapan pasien:
- Memberitahu dan menjelaskan kepada pasien dan keluarganya mengenai
prosedur yang akan dilakukan.
- Memasang tabir
Langkah - langkah claping :
- Perawat mencuci tangan
- Membantu pasien dalam posisi duduk atau tidur miring kiri / kanan,
- Melakukan claping dengan cara kedua tangan perawat menepuk punggung
pasien secara bergantian sampai ada rangsangan batuk. Bila sudah ada
rangsangan batuk pasien dianjurkan membatukkan lendir dan
mengeluarkannya ditampung dalam Apabila pasien tidak sadar, dilakukan
penghisapan lendir. Prosedur ini dilakukan beberapa kali sampai lendir bersih
dan pasien merasa lega.
- Merapikan pasien dan lingkungan.
- Membersihkan alat - alat dan mengembalikan pada tempatnya.
- Perawat cuci tangan
Langkah - langkah Vibrasi.
- Dilakukan claping lebih dulu
- Vibrasi dengan cara : Menganjurkan pasien menarik nafas dalam, pada waktu
mengeluarkan nafas, kedua tangan perawat diletakan diatas bagian samping
Page 6
depan dari cekungnya iga , kemudian membuat getaran-getaran lembut setelah
3-4 kali vibrasi
- Prosedur ini dilakukan berulang kali sampai lendir bersih dan pasien merasa
lega.
Langkah - langkah batuk efektif :
- Menganjurkan pasien bernafas dalam dan mengeluarkan nafas sebanyak 7 kali di
akhir ekpirasi yang ketujuh pasien dianjurkan membatukkan dan mengeluarkan.
Perhatian : - Tindakan claping dan vibrasi distop bila ada keluhan nyeri, sesak
nafas meningkat, sakit kepala dan haemaptoe
- Perhatikan reaksi pasien
Page 7
PERAWATAN JENAZAH PENDERITA RABIES
1. Perawatan jenazah dilakukan oleh Rumah Sakit.
2. Perawat jenazah penderita Rabies yang melaksanakan harus :
a. Sudah mendapat Vaccinasi Pre Exposure.
b. Mengenakan alat perlindungan untuk merawat pasien Rabies yaitu :
- Apron.
- Sarung tangan karet.
- Sepatu boat.
- Tidak mempunyai luka.
- Masker.
- Kaca mata.
Perawatan yang dilaksanakan meliputi
- Memandikan jenazah sesuai dengan agama almarhum
- Mengkafankan/baju.
Cara pelaksanaan perawatan antara lain
- 2 jam setelah meninggal dikirim kekamar jenazah.
- Jenazah dimandikan dengan cara mencuci dengan deterjent sampai rata
selama lebih kurang 1-2 jam (sebaikknya direndam).
- Kemudian dibilas dengan SAVLON 1/30 SELAMA 2 - 10 menit.
- Bilas dengan air bersih, sucikan menurut agama masing-masing.
- Setelah bersih jenazah dikafankan/diberi pakaian sebagai mana lazimnya,
dibungkus dengan plastik serta dimasukkan kedalam peti jenazah yang
berlapis seng.
- Peti tersebut ditutup mati.
Page 8
PENANGANAN KASUS RABIES
- Penderita rabies harus dirawat diruangan khusus dan terpisah dengan
penderita lain-nya dengan sistim isolasi.
- Sinar, angin dan suara yang merupakan rangsansgan bagi penderita
sebaiknya dihindari dari penderita, penderita sebaiknya ditempatkan diruangan
yang tenang dan tidak langsung mendapat aliran angin dan sinar.
- Untuk mengurangi kegelisahan dapat diberikan penenang kecuali morphin.
- Apabila timbul spasmus otot, kepada penderita dianjurkan untuk diberi
obat-obat " Muscle relaksin" untuk membantu adanya kesulitan, pernafasan
dapat dilakukan tracheotomy untuk pernafasan buatan.
- Pemberian cairan intra venous dan nutrisi yang adekuat.
- Fungsi jantung harus selalu dimonitor, bila perlu diberikan obat penguat
jantung atas indikasi.
- Bila penderita sampai pada stadium paralise maka pengobatan yang
dianjurkan sesuai dengan pengobatan penderita paralise lainnya.
- Penting untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap kemungkinan kita
tercemar oleh saliva/ludah penderita yaitu berupa :
1. Orang-oarang yang mempunyai luka, meskipun hanya memar, lebih-lebih
luka terbuka tidak diperkenankan untuk merawat penderita.
2. Dokter/Perawat/penunggu pasien harus asemakai pakaian khusus berupa :
a. Barak schort ( Apron).
b. Sarung tangan karet.
c. Sepatu boat.
d. Masker.
e. Kacamata pelindung.
3. Berhati-hati dalam membersihkan semua jenis kotoran pasien dan bakarlah
selalu (dengan incubator).
4. Pemberiar pre expresure vaccination bagi seluruh petugas yang merawat
penderita tersebut.
Page 9
PROTAP PENANGGULANGAN REAKSI ANAFILAKTIK
1. Penolong bersikap tenang dan bertindak cepat tepat
2. Pemberian obat/zat penyebab segera dihentikan
3. Bila mungkin gunakan torniket diatas daerah suntikan atau zat
penyebab
4. Pasien telentang dengan kaki sedikit tinggi
5. Segera diberikan adrenalin 0, 1 % sebanyak 0,3 - 0,4 cc intra
muskuler
6. Dapat dipertimbangkan pemberian obat anti histamin, kortiko
steroid, aminofilin, dll.
7. Bila terjadi syok anafilaktik, pemberian adrenalin 0,1%
sebanyak 0,3 - 0,4 cc, boleh diulang selang 5 - 10 menit 3 kali
berturut-turut sampai tekanan darah sistolik 90 - 100 mmHg
8. Bila tidak ada perbaikan, adrenalin 0,1% intravena yang
diencerkan 10 kali atau adrenalin 0, 11% intra kardial.
9. Monitor tekanan darah, pernafasan dan pemberian
oxygen/tanda vital
10.Pasien segera dibawa ke ICU untuk tindakan lebih lanjut.
Page 10
PROTAP PERAWATAN MALARIA
1. Istirahat di tempat tidur pakai kelambu sampai selesai kir terapi
2. Pemeriksaan labor rutin + darah tepi (malaria)
3. Diet ML TKTP
4. Keur obat kloroquin base
Hari I 600 mg = 4 tablet
Hari II 600 mg = 4 tablel
Hari III 300 mg = 2 tablet
Pemberian primaquin 1 tablet perhari
a. Untuk plasmadium vivax 15 hari
b. Untuk plasma palcifarum 5 hari
5. Pemeriksaan darah tepi (sediaan malaria) ulangan hari ke 7
(tujuh) dan hari ke 8 (delapan).
Page 11
PROTAP PENATALAKSANAAN PASIEN GASTROENTERITIS AKUT
DENGAN DEHIDRASI
1. Tentukan berat badan pasien
2. Tempatkan pasien pada kolera bed
3. Hitung skore dehidrasi
4. Temukan kebutuhan cairan berdasarkan skore yang didapat
Kebutuhan cairan = x BB x 10% x 1 liter
5. Lakukan rehidrasi berdasarkan kebutuhan cairan yang telah ditetapkan
a. Satu jam I : 0,5 kebutuhan cairan
b. Jam II : 2/3 sisa + output jam I
c. Jam III : 1/3 sisa +output jam I I
diharapkan akhir jam III pasien sudah rehidrasi
6. Pertahankan rehidrasi dengan pemberian cairan “maintenance” + Output yang
ditetapkan tiap jam.
7. Berikan terapi antibiolika
Tetrasiklin 4 x 500 mg bila tidak ada kontra indikasi
Ampicillin atau kotrimoxazol atau neonmycin sesuai dosis yang
dibutuhkan,
8. Ambil bahan biakan untuk penentuan jenis kuman penyebab diare (Faeces).
9. Diet ML/TKTP
10. Monitor pengeluaran urine 1 jam setelah rehidrasi tercapai
a. Bila urine belum ada, nilai apakah benar-benar rehidrasi belum tercapai
b. Bila rehidrasi sudah tercapai, berikan terapi diurelika
c. Bila 1 jam kemudian urin belum ada, periksa ureum dan creatinin.
d. Bila ternyata ureum dan creatinin tinggi pertimbangkan dilakukan “Forced
diuresis” atau “Dialisys”
Page 12
PROSEDUR PELAKSANAAN KLYSMA RENDAH
DAN TINGGI
A. Kriteria
1. Menyiapkan lingkungan.
2. Kelengkapan alat.
3. Ukuran kanul rekti sesuai umur
4. Suhu cairan sesuai dengan suhu tubuh normal.
5. Mengatur posisi pasien :
a. Sim untuk klysma rendah.
b. Miring kekanan untuk klysma tinggi
6. Mengoleskan pelicin pada ujung kanul.
7. Mengatur tinggi irigator :
a. 30 cm dari tempat tidur untuk klysma rendah.
b. 10 cm dari tempat tidur untuk klysma tinggi.
8. Observasi respon klien.
9. Mencacat hasil klysma pada status klien
B. Standar Alat
1. Sampiran
2. Pengalas.
3. Selimut.
4. Irigator.
5. Bengkok.
6. Klem.
7. Pispot.
8. Waskom.
9. Cairan hangat 1000 cc dengan suhu 40,5-43,3 derjat celcius untuk klysma rendah dan 2000 cc untuk klysma tinggi.
10. Xylocain jelly.
11. Cairan desinfektan.
12. Kain kassa.
13. Tissue.
Page 13
C. Standar Prosedur.
1. Pasang sampiran.
2. Perawat cuci tangan.
3. Pasang pengalas.
4. Atur posisi pasien : sim untuk klysma rendah dan miring kanan untuk
klysma tinggi.
5. Pasang selimut mandi, pakaian bagian bawah dikeataskan atau dibuka
bagian yang terbuka ditutup pakai selimut.
6. Irigator diisi cairan hangat.
7. Rektum kanul dipasang, ujung slang diberi xylocain jelly, kemudian udara
dikeluarkan dengan mengalirkan cairan sampai ujung kanul.
8. Irigator digantung pada standar infus setinggi 30 cm untuk klysma rendah
dan 50 cm, untuk klysma tinggi dari atas tempat tidur.
9. Masukkan kenul dengan perlahan-lahan ± 7,5 - 190 cm untuk klysma
rendah dan 20 - 25 cm untuk klysma tinggi.
10. Klem slang dibuka.
11. Bila cairan sudah habis, slang diklem dan kanul dicabut.
12. Kanul dilap dengan tissue, dilepas dan dimasukkan kedalam bengkok yang
berisi cairan desinfektan.
13. Pasicn tetap dalam posisi miring dan ditahan sebentar, kemudian pasien
telentang pispot dipasang.
14. Setelah selesai dirapkan.
15. Catat hasil klysma.
Page 14
PETUNJUK PERAWATAN PASIEN
SUSPEC HIV/ HIV/ AIDS
1. TES HIV DILAKUKAN ATAS PFRSETUJUAN KLIEN (WORMED
CONSENT) MELALUI KONSELOR/ VCT DAN HASILNYA BERSIFAT
RAHASIA.
2. DALAM MELAKUKAN PERAWATAN TIDAK BERSIKAP
DISKRIMINATIF.
3. CAIRAN TUBUH YANG BISA MENULARKAN HIV ADALAH:
DARAH, AIR MANI, CAIRAN VAGINA, ASI (AIR SUSU IBU)
4. HIV TIDAK MENULAR MELALUI :
BERSALAMAN, BERPELUKAN, BERCIUMAN
BATUK, BERSIN
MEMAKAI ALAT MAKAN BERSAMA, KAMAR MANDI, WC
BERSAMA KAMAR TIDUR BERSAMA, GIGITAN NYAMUK.
5. MENERAPKAN KEWASPADAAN UNIVERSAL DALAM SETIAP
TINDAKAN SPT:
CUCI TANGAN DGN AIR YG MENGALIR SEBELUM DAN
SESUDAH TINDAKAN PERAWATAN.
PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG SESUAI DGN KEBUTUHAN
TINDAKAN YANG DILAKUKAN
PENGELOLAAN DAN PEMBUANGAN ALAT TAJAM DENGAN
HATI - HATI.
PENGEI.OLAAN ALAT KESEHATAN BEKAS PAKAI DGN
DEKONTAMINASI, DESINFEKSI DAN STERILISASI DENGAN
BENAR
6. RUANG PERAWATAN TIDAK PERLU DIISOLASI. ISOLASI
DILAKUKAN DENGAN PERTIMBANGAN TERTENTU MISALNYA
DIARE BERAT ATAU KEADAAN LAIN YANG MENYEBABKAN
PERLUNYA ISOLASI DEMI KEBAIKAN PASIEN.
Page 15
7. ALAT LINEN DAN ALAT LAINNYA YANG TERCEMAR DARAH
ATAU CAIRAN TUBUH LAINNYA DIPISAHKAN DAN
DIDEKONTAMINASI DAHULU DNEGAN LARUTAN KLORIN 0,5 %
SELAMA 10 -15 MENIT. DIMASUKKAN DALAM KANTONG PLASTIK
DAN DIBAWA KEPENCUCIAN, CSSD DGN MEMBERI LABEL.
8. PASIFN DALAM MFNERIMA STATUS HIV BUKANLAH
TERKADANG KLIEN BISA MENGALAMI GANGGUAN KEJIWAAN
UNTUK ITU PERHATIAN DAN KASIH SAYANG SANGAT
DIBUTUHKAN OLEH PASIEN.
9. INFORMASI LEBIH LANJT BISA HUBUNGI TIM VCT RS. DR. M.
DJAMIL PADANG:
Ns. ALFITRI, S.Kep (IRNA C EMERGENCY PENYAKIT DALAM)
HP : 081363414757
NURMALIS, AMK (BANGSAL BEDAH WANITA / CW)
HP: 081535207663.
HORMAT KAMI
TIM VCT
"SAYA SANGAT INGIN MELIHAT ORANG DAN BERKOMUNIKASI
KEPADA ORANG DENGAN HIV/AIDS DENGAN CARA YANG SAMA
MEREKA MELAKUKANNYA KEPADA ORANG DENGAN FLU. MAKSUD
SAYA TANPA RASA TAKUT, DISKRIMINASIA ATAU MENGHAKIMI".
(Alm. SUZANA MURNI/ODHA)
" SETIAP PETUGAS KESEHATAN BERTANGGUNGJAWAB TERHADAP
DIRINYA AGAR TAK TERTULAR PENYAKIT AKIBAT PEKERJAANNYA.
DIA JUGA BERTANGGUNG JAWAB AGAR TAK MENULARKAN,
PENYAKIT DARI DIRINYA KE PENDERITA ATAU DARI SESEORANG
PENDERITA KE PENDERITA LAINNYA. PELAKSANAAN
KEWASPADAAN UNIVERSAL HARUS SEGERA DIMULAI TA NPA
MENUNGGU PENINGKATAN JUMLAH INFEKSI HIV" (dr. Samsuridjal
Djauzi)
Page 16
Prosedur Tetap Pemasangan Infus
Di Penyakit Dalam
A. Persiapan Alat
1. Baki berisi :
a. Infus set lengkap
b. Kapas alkohol dalam tempatnya
c. Kassa dan lidi kapas dalam sak steril
d. Betadin
e. Plaster
f. Gunting
g. Bak bengkok
h. Kapas savlon dalam tempatnya
i. Pengalas
j. Sarung tangan steril
2. Standar Infus
B. Persiapan Pasien
1. Pasien diberitahu
2. Menentukan lokasi yang tempat untuk pemakaian infus (sebaiknya
diantara dua sendi yaitu siku dan pergelangan tangan)
C. Cara Kerja
1. Cuci tangan
2. Pasien diberitahu
3. Pasang pengalas
4. Bersihkan lokasi pemasangan infus dengan kapas savlon sesuai dengan
teknik septik dan a septik (melingkar dari tengah ke luar)
5. Tusukkan jarum ke dalam vena dan usahakan dengan satu kali tusukan
langsung masuk.
Page 17
6. Setelah catheter terpasang dengan baik lakukan fiksasi
7. Tutup bekas tusukan jarum infus dengan kassa steril
8. Atur tetesan infus sesuai program terapi
9. Tulis tangggal dan jam pemasangan dalam blangko di status pasien.
10. Alat-alat dibereskan dan cuci tangan.
D. Hal-hal yang perlu diperhatikan
1. Ganti jarum infus dalam waktu maksimal 3 kali 24 jam atau terlihat tanda-
tanda plebitis dan gangguan lainnya
2. Lakukan pengawasan terhadap cairan infus yang dipakai, slang Infus,
jarum infus dan kulit sekitarnya
3. Ganti infus set setelah transfusi darah atau pemakaian cairan hipertonis
4. Desinfeksi bekas tusukan jarum infus dengan betadin dan ganti kasa
penutupnya setiap hari.
Page 18
Prosedur Tetap Injeksi Intra Vena
Di Penyakit Dalam
A. Persiapan Alat
1. Spuit dalam bak Instrumen steril
2. Obat yang dibutuhkan
3. Obat-obat anti anafilaktik syok
4. Kapas alkohol dalam tempatnya
5. Pengalas
6. Buku catatan injeksi
B. Cara kerja
1. Cuci tangan
2. Obat disiapkan dalam spuit sesuai jenis dan dosis
3. Pastikan waktu dan pasien yang benar
4. Beritahu pasien
5. Pasang pengalas
6. Tentukan vena yang tepat untuk tusukan
7. Desinfeksi daerah tusukan dengan memperhatikan teknik aseptik
yaitu melingkar dari tengah ke luar memakai kapas alkohol
8. Tusukkan jarum ke jaringan dengan posisi 150 dari permukaan kulit
9. Setelah jarum masuk ke dalam vena pengisap spuit ditarik sedikit
untuk memastikan jarum benar-benar sudah masuk ke vena yang
ditandai dengan keluarnya darah ke dalam spuit
10. Masukkan obat perlahan-lahan sambil memperhatikan respon pasien.
11. Kemudian jarum dicabut, bekas tusukan ditekan dengan kapas
alkohol sampai darah tidak keluar lagi.
12. Alat-alat dibereskan dan catat tindakan dalam status.
13. Cuci tangan
Page 19
S.O.P Pembuangan Sampah Medik
Di Penyakit Dalam
1. Jenis-jenis sampah medik:
a. Botol bekas cairan infus
b. Spuit disposible bekas
c. Kasa, verband dan kapas bekas
d. Folley catheter dan urine bag bekas
e. Plester bekas
f. Giving set bekas
g. Jarum infus bekas
h. Kantong transfusi darah
i. Botol obat dan ampul bekas
j. Drain bekas
k. Slang oksigen bekas
l. Slang suction bekas
2. Semua sampah medik dibuang ke dalam kantong plastik
berwarna putih pada ember yang tersedia di koridor staf
3. Setiap pagi kantong tempat plastik medik diikat dan diberi
label kemudian dibawa ke tempat pembuangan
4. Tempat sampah dicuci, dikeringkan dan dilapisi lagi dengan
kantong plastik berwarna putih yang baru
5. Tempat sampah medik harus selalu tertutup rapat
Page 20
Prosedur Tetap Injeksi Intracutan Dan Subcutan
Di Penyakit Dalam
A. Persiapan Alat
1. Spuit dalam bak Instrumen steril
2. Obat yang dibutuhkan
3. Obat-obat anti anafilaktik syok
4. Kapas alkohol dalam tempatnya
5. Buku catatan injeksi
B. Cara kerja
1. Cuci tangan
2. Obat disiapkan dalam spuit sesuai jenis dan dosis
3. Pastikan waktu dan pasien yang benar
4. Beritahu pasien
5. Pasang pengalas
6. Buka pakaian pasien sesuai lokasi injeksi
7. Tentukan daerah yang tepat untuk tusukan
8. Desinfeksi daerah tusukan dengan memperhatikan teknik aseptik
yaitu melingkar dari tengah ke luar memakai kapas alkohol
9. Tusukkan jarum ke jaringan dengan posisi 300 dari permukaan kulit
10. Masukkan obat perlahan-lahan sambil memperhatikan respon pasien.
11. Tarik jarum keluar jaringan dengan cepat.
12. Massage bekas tusukan agar obat merata ke dalam jaringan.
13. Alat-alat dibereskan dan catat tindakan dalam status.
14. Cuci tangan.
Page 21
Prosedur Tetap Injeksi Intra Muskuler
Di Penyakit Dalam
A. Persiapan Alat
1. Spuit dalam bak Instrumen steril
2. Obat yang dibutuhkan
3. Obat-obat anti anafilaktik syok
4. Kapas alkohol dalam tempatnya
5. Buku catatan injeksi
B. Cara kerja
1. Cuci tangan
2. Obat disiapkan dalam spuit sesuai jenis dan dosis
3. Pastikan waktu dan pasien yang benar
4. Beritahu pasien
5. Pasang pengalas
6. Buka pakaian pasien sesuai lokasi injeksi
7. Tentukan daerah yang tepat untuk tusukan
8. Desinfeksi daerah tusukan dengan memperhatikan teknik aseptik
yaitu melingkar dari tengah ke luar memakai kapas alkohol
9. Tusukkan jarum ke jaringan dengan posisi 900 dari permukaan kulit
10. Setelah jarum masuk ke dalam jaringan pengisap spuit ditarik sedikit
untuk memastikan pembuluh darah tidak tertusuk.
11. Masukkan obat perlahan-lahan sambil memperhatikan respon pasien.
12. Tarik jarum keluar jaringan dengan cepat.
13. Massage bekas tusukan agar obat merata ke dalam jaringan.
14. Alat-alat dibereskan dan catat tindakan dalam status.
15. Cuci tangan.
Page 22
Prosedur Tetap Pemasangan Folley Catheter
Di Penyakit Dalam
A. Persiapan Alat
1. Baki berisi :
a. Folley catheter set
b. Urine bag
c. Oil steril
d. Pincet anatomi
e. Spuit 10 cc
f. Savion dalam tempatnya
g. Aqua
h. Sarung tangan steril dalam tempatnya
i. Kapas cebok
j. Bak bengkok
k. Mat khan / gelas ukuran
2. Skrem
B. Persiapan Pasien
1. Pasien diberitahu
2. Pasang skrem
3. Buka pakaian bagian bawah
C. Cara Kerja
1. Cuci tangan
2. Pasang sarung tangan
3. Desinfeksi orifisio urethra dengan kapas cebok dan savlon
4. Oleskan oil steril pada folley catheter.
5. Masukkan ujung catheter dengan pincet ke dalam urethra sampai urine
keluar.
Page 23
6. Isi balon catheter dengan cairan aqua sesuai dengan yang sudah ditetapkan
dengan menggunakan spuit.
7. Sambungkan catheter dengan urine bag.
8. Rapikan pasien kembali.
9. Ukur jumlah urine yang keluar saat pemasangan catheter dan catat di
status.
10. Alat-alat dibereskan dan cuci tangan.
Page 24
PROTAP PERAWATAN ULKUS DM
A. Persiapan Pasien
1. Jelaskan pada pasien tentang kegiatan yang akan dilakukan.
2. Berikan pasien posisi yang nyaman dan memudahkan untuk melihat dan
membersihkan luka.
3. Kaji tingkat nyeri klien dan berikan tindakan-tindakan untuk
menghilangkan /mengurangi nyeri jika perlu.
B. Persiapan Alat
1. Set balutan steril dalam bak set steril
a. Mangkok tempat cairan 2 buah
b. Pinset 2-3 buah
c. Gunting jaringan.
2. Sarung tangan steril
3. Sarung tangan bersih (bila menggunakan 2 buah pinset)
4. Gaas steril
5. Verband/plaster
6. Kapas lidi
7. Gunting verband
8. Larutan steril seperti : NaCl 0,9%, Savlon lixol, milton : H2O2 3%
9. Perlak
10. Kantong tahan air
11. Bensin ditempatnya
C. Pelaksanaan
1. Pasang perlak sesuai lokasi luka.
2. Buka balutan pada luka dengan menggunakan plester angkat plester
dengan menahan kulit dibawahnya dengan gerakan cepat dan cermat, jika
ada gunakan cairan untuk menghilangkan zat perekat dengan
menggunakan kapas lidi dengan dibasahi bensin.
Page 25
3. Angkat balutan lama dengan cara :
a. Dengan menggunakan sarung tangan bersih.
b. Dengan menggunakan salah satu pinset steril (selanjutnya pinset ini
hanya digunakan untuk memegang yang steril.
c. Dengan menggunakan pinset steril
Jika ada balutan yang melekat pada luka, buka dengan hati-hati dan pada
luka dengan pus (luka kotor) jangan menambahkan larutan untuk
melepaskan balutan yang melekat.
4. Buang balutan lama ke dalam kantong plastik air.
5. Lepas sarung tangan jika mengangkat balutan lama dengan menggunakan
sarung.
6. Observasi keadaan luka.
7. Buka set balutan steril
8. Tuangkan cairan/larutan untuk membersihkan luka (sesuai keadaan luka)
ke dalam mangkok pertama dan untuk kompres luka pada mangkok kedua
jika berbeda.
9. Pasang sarung tangan steril.
10. Masukkan gaas secukupnya ke dalam larutan dan peras sampai cukup
lembab.
11. Bersihkan luka dengan menggunakan pinset steril, berikan sedikit
penekanan dengan gerakkan sirkuler dimulai dari pusat luka ke arah
bagian luar luka. Gunakan gaas yang berbeda pada setiap usapan.
12. Lakukan debridement pada jaringan nekrotik.
13. Keringkan luka dengan gaas kering steril.
14. Tutup luka dengan gaas yang telah dimasukkan ke dalam larutan kompres
(sesuai keadan luka) dengan sedikit penekanan hingga seluruh permukaan
luka tertutup. Masukkan gaas perlahan-lahan pada luka yang dalam.
15. Letakkan gaas kering diatas gaas kompres/basah.
16. Lepaskan sarung tangan
17. Pasang verband atau plaster.
18. Rapikan dan kembalikan posisi pasien,angkat perlak.
Page 26
D. Perhatian
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
2. Jangan privacy klien.
3. Kolaborasi dengan dokter jika luka tidak ada perbaikan atau bertambah
buruk.
Page 27
Prosedur Tetap Pemakaian Suction
Di Penyakit Dalam
1. Botol suction diisi dengan larutan desinfektan seperti lisol 2-3 %
sampai batas yang telah ditetapkan dan ditutup rapat.
2. Sambungkan slang ke high suction controller.
3. Suction catheter (slang ke pasien) disambungkan pada slang
suction.
4. Suction dites dan diputar secara bertahap sesuai dengan takanan
yang dibutuhkan pasien misalnya 30 - kPa.
5. Kekuatan tarikan dites dengan mencelupkan ujung suction catheter
ke air bersih / NaCl 0,9 %.
6. Lakukan pengisapan lendir dengan memasukkan suction catheter
tanpa menutup atau menekan tombol/lobang kontrol.
7. Mengisap lendir secara melingkar ke luar dengan menekan lobang
kontrol dengan hati-hati.
8. Kotoran pada slang dibersihkan dengan tissu,
9. Lama pengisapan 10 - 15 detik.
10.Prosedur ini dapat diulangi saban 3 menit.
11.Perhatikan keadaan umum pasien.
Page 28
Prosedur Tetap Pemakaian Oksigen
Di Penyakit Dalam
1. Kontrol kelengkapan alat.
2. Pastikan alat dapat dioperasionalkan.
3. Isi botol humidifire dengan aquadest atau air yang sudah
di masak sampai batas yang sudah ditentukan.
4. Hidupkan oksigen sesuai kebutuhan (perhatikan
pelampung pada flow meter).
5. Tes/kontrol aliran oksigen.
6. Pasien diberitahu untuk tindakan pemakaian oksigen.
7. Pasangkan oksigen dengan pengaturan posisi yang baik
dan benar.
Page 29
PERAWATAN PASIEN YANG BERBARING LAMA
Banyak pasien yang karena penyakitnya, harus terbaring cukup lama ditempat
tidur. Keadaan yang demikian dapat menimbulkan hal-hal yang justru akan
memperburuk keadaan penyakit pasien.
Akibat yang ditimbulkan karena berbaring dalam waktu yang cukup lama
diantaranya adalah
1. Berkurangnya Tonus Otot
2. Kontraktur
3. Berkurangnya zat mineral dalam tulang - tulang yang disebabkan karena
kalsium diambil dari matris tulang
Akibat dari berkurangnya kalsium di matris tulang ini, tulang akan menjadi
rapuh dan keadaan ini disebut : OSTEOPOROSIS
Sisa kebutuhan kalsium yang diambil dari matris tulang tersebut, akan
dikeluarkan melalui ginjal.
4. Gangguan peredaran darah
Akibat kurangnya aktivitas yang dilakukan pasien yang terbaring cukup lama
ini, akan melambatkan aliran darah. Gangguan peredaran darah yang lain yang
disebabkan oleh keadaan ini, adalah kecenderungan darah untuk mengumpul
dan akan membentuk trombus –trombus.
5. Mudah terjadi Dekubitus .
6. Efek pada paru - paru :
- Sekresi di paru - paru cenderung mengumpul.
- Gerakan pernafasan berkurang.
* Terjadinya gangguan pertukaran gas di paro - paru dan jaringan.
- Sekresi yang mengumpul ini media yang baik untuk hidup dan
berkembang biaknya kuman - kuman, yang menyebabkan paru - paru
dapat terinfeksi , yang disebut : PNEUMONIA HYPOSTATIS.
Page 30
7. Mempengaruhi BAB dan BAK
- BAK yang tertahan mengakibatkan penumpukan dan pengendapan
mineral-mineral yang dapat membentuk kristal-kristal mineral yang lama
kelamaan akan membentuk batu disaluran kencing .
Akibat lain yang ditimbulkan karena tertahannya BAK ini, diantaranya
adalah UTI (Urinaria Traktus Infectius).
- BAB terjadi konstipasi yang diakibalkan oleh
a. Tidak terbiasa BAB ditempat lidur.
b. Rangsangan peristaltik usus yang berkurang
c. Berkurangnya selera makan.
8. Pengaruh terhadop Psikologis :
Pasien sering merasa jemu
Untuk menghindarkan komplikasi akibat barbaring lama ini harus dilakukan
pencegahan - pencegahan.
Usaha - usaha pencegahan:
I. Tempat tidur:
1. Alas tempat tidur datar kapan perlu pakai papan, pada bagian kaki diberi
ganjalan atau tumpuan kaki.
2. Alat-alat yang mempermudah pasien melakukan pergerakan yang boleh
dan dapat dilakukan sebaiknya dipasang ditempat tidur.
3. Seprai, perlak, stiklaken, harus selalu licin dan diganti secara teratur. R-A
II. Gizi harus ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan.
III. Pencegahan terhadap dekubitus :
1. Menghindari terjadinya tekanan terus menerus pada tubuh dengan cara;
Merobah posisi tidur tiap 2 jam, dengan cara miring kiri dan kanan secara
bergantian, kedua tungkai tidak boleh berhimpitan.
2. Bagian tubuh yang tertekan diberi bantal angin. Untuk mencegah
tertekannya tumit dapat meletakan bantal dibawah betis.
Page 31
3. Seprai harus licin dan rata.
4. Menjaga kebersihan kulit sebaik- baiknya:
Cara : - Memandikan pasien tiap hari
- Segera membersihkan kulit bila kotor
- Punggung, bokong clan bagian yang tertekan diolesi dengan body
lotion atau minyak mengolesi sambil dimasage.
IV. Pencegahan terhadap otot yang lemah dan otot yang tegang :
- Pada otot yang tegang dan kaku diusahakan supaya otot tersebut melemas
kembali, kapan perlu kerja sama dengen bagian pisioterapy. Begitu juga
pada otot yang melemas
- Mengatur posisi tidur pasien dalam posisi tidur protektif.
V. Mencegah pembentukan batu ginjal :
- Menggerakkan anggota badan pada tiap persendian.
- Minum yang cukup sehingga urine jadi encer.
- Menghindari bendungan urine dengan cara merobah-robah posisi tidur,
kapan perlu dikateter
VI. Menjaga sikap mental pasien tetap baik:
- Melakukan pendekatan - pendekatan yang baik
- Menghindari kejemuan.
- Melakukan bimbingan dan pendidikan pada pasien sesuai tumbang untuk
dapat mengurus diri sendiri.
Page 32
PRINSIP TATALAKSANA DEMAM TIFOID
No. Langkah Prinsip1. Diagnosis Kerja - Suspek demam tifoid/Demam tifoid klinis
- Diagnosis komplikasi- Diagnosis banding
2. Indikasi rawat 1. Demam tifoid klinis2. Demam tifoid dengan kedaruratan3. Demam tifoid dengan komplikasi4. Demam tifoid konfirmasi (biakan +)
3. Perawatan - Bedrest- Diit- Diit pada dini, bila keadaan umum sudah
membaik.- Obat-obat suportif/simptomatik
4. Anti mikroba Antibiotik lini I, setelah dilakukan pengambilan sample untuk kultur empedu dan serologis Widal IBila antibiotik lini pertama kontra indikasi lanjutkan lini II
5. Komplikasi dan komorbid
Bila perlu melibatkan ahli bidang lain.
6. Kontrol dan monitor
Tanda vital (tensi, nadi, suhu, kesadaran)
7. Diagnosis pasti - Pembiakan ke II dengan sample darah, feses, urin
- Serologis ke II, peningkatan Widal ke 4 kali.- Bila ada fasilitas, deteksi DNA (PCR)
8. Penilaian kemajuan terapi
- Efikasi anti biotik dinilai, setelah 3 hari pemberian
- Mengevaluasi resistensi, efek samping, efek toksik, dosis dan lama pemberian
- Perobahan antibiotik :- Antibiotik yang sensitif dari uji sensitifitas- Antibiotik lini II bila biakan (-)
- Kemajuan pengobatan secara umum :- Penurunan suhu- Perbaikan kesadaran- Nafsu makan membaik
- 2-3 hari bebas panas demam- Program mobilisasi- Perubahan diit
- Indikasi pulang- 5-7 hari bebas demam- keadaan umum membaik- komplikasi teratasi
9. Karier - Sebelum pulang biakan feses dan urin, ulangi 1-
Page 33
3 bulan setelah sembuh10. Terapi karier - Kuinolone selama 4 minggu, eradiksi faktor
predisposisiTABEL ANTI MIKROBA UNTUK DEMAM TIFOID
Antibiotika Dosis KeteranganKloramfenikol 50 mg/kgBB/hr
Dewasa : 4 x 500 mg (2 gr)Anak : 100 mg/Kg BB/hr Max 2 gr
selama 10 hr/4 dosis
Pemberian PO/IVTidak diberikan bila leukosit < 2000/mm3
Seftriakson Dewasa : (2-4) gr/hr selama 3-5 hariAnak : 80 mg/Kg/hr dosis tunggal
selama 5 hari
Pemberian IV
Ampisilin & Amoksisilin
Dewasa : (3-4) gr/hrAnak : 100 mg/Kg/hr
Selama 10 hari
Aman untuk ibu hamil Pemberian PO/IV
TMP-SMX(Kotrimoksasol)
Dewasa : 2 x (160-800) gr/hrSelama 2 minggu
Anak : TMP 6-10 mg/KgBB/hr atauSMX 30-50 mg/Kg/hrSelama 10 hari
Pemberian PO
Quinolone - Siprofloksasin :2 x 500 mg 1 minggu
- Ofloksasin :2 x (200-400) 1 minggu
- Pefloksasin :1 x 400 selama 1 minggu
- Fleroksasin :1 x 400 selama 1 minggu
Anak : tidak dianjurkan karena efek samping pada pertumbuhan tulang.
Cefixim Anak : 15-20 mg/Kg BB/hr dibagi 2 dosis selama 10 hari.
Aman untuk anak
Tiamfenikol Dewasa : 4 x 500 mgAnak : 50 mg/Kg BB/hr
Selama (5-7) hariBebas panas
Dapat untuk anak dan dewasa.
Page 34
PROTAP PENATALAKSANAAN DEMAM TIFOID
Deflnisi : demam tifoid adalah infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
Salmonella typhi
Manifestasi Klinis:
Masa inkubasi 10-14 hari, gejala yang timbul bervariasi.
Minggu I : gejala sama dengan infeksi akut pada umumnya, yaitu demam,
sakit kepala, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah obstipasi atau diare,
perasaan tidak enak di perut, batuk dan epistaksis.
Minggu II : gejala lebih jelas berupa demam, bradikardi relatif, lidah yang
khas (kotor di tengah, tepi dan ujung merah dan tremor), hepatomegali,
splenomegali, meteorismus, gangguan mental berupa somnolen, stupor,
koma, delirium atau psikosis.
Dapat timbul komplikasi berupa: perdarahan usus, perforasi usus, ileus
paralitik, syok sepsis dan lain-lain.
Diagnosis :
Berdasarkan manifestasi klinis
Biakan darah atau tinja yang positif
Uji widal: peningkatan titer widal 4 kali lipat selama 2-3 minggu
memastikan diagnosis. Titer antibodi O : 1/320 atau titer antibodi H :
1/640 menyokong diagnosis demam tifoid.
Penatalaksanaan
1. Perawatan : Demam tifoid perlu dirawat untuk : Isolasi, observasi, dan
pengobatan Pasien harus tirah baring sampal minimal 7 hari bebas demam.
Kemudian mobilisasi dilakukan bertahap sesuai dengan pulihnya kekuatan
pasien.
Page 35
2. Diet
Macam dan bentuk makanan terserah keinginan pasien dengan syarat harus
rendah selulosa.
3. Obat
Pilihan utama : kloramfenikol (oral / IV) 4 x 500 mg/hari sampai 7 hari bebas
demam. Biasanya demam akan turun setelah 5 hari.
Obat lain yang dapat digunakan:
- Tiamfenicol : Dosis sama dengan kloramfenicol. Demam rata-rata turun
dalam 5-6 hari.
- Kotrimoksazol : 2 x 2 tablet dewasa/hari. Digunakan sampai 7 hari bebas
demam. Demam rata-rata turun setelah 5-6 hari.
- Ampisilin dan amoksisilin. Dosis 75-150 mg/kg BB sehari, sampai 7 hari
bebas demam. Rata-rata demam turun setelah 7-9 hari.
- Sefalosporin
- Flurokitinolon
- Pada ibu hamil pilihan terapi adalah : amoksilin, ampisilin dan
sefalosporin generasi ke-3.
- Penderita carrier, dapat diberikan ampisilln, amoksilin atau kotrimoksazol.
Terapi jika terjadi komplikasi
Sepsis : terapi cairan
Kloramfenicol i.v 4 x 500 mg + ampisilin i.v 4 x 500 mg
selama 15 hari
Deksametason i.v 3 x 20 mg selarna 5 hari.
Perdarahan : pasien dipuaskan, nutrisi parenteral. Antibiotik kombinasi
sama seperti di atas. Tanpa deksametason.
Perforasi konsul bedah cito.
Page 36
PENGUBURAN PENDERITA RABIES
Setelah semua perawatan jenazah dilaksanakan
penguburan / penyembahyangan dilaksanakan sesuai dengan aturan
agama masing-masing.
Peti jenazah yang sudah ditutup mati oleh
petugas Rumah Sakit tidak boleh dibuka lagi.
RUANGAN / AMBULANCE BEKAS PENDERITA RABIES
Ruangan / ambulance bekas penderita rabies
setelah dipakai dengan detergent dan desinfectan.
Kemudian disinari dengan ultraviolet selama 6 -
24 jam
LAIN - LAIN
Air limbah bekas memandikan jenazah dll
sehubungan dengan penderita dialirkan langsung ke septiktank.
Bekas pakaian dan sejenisnya yang
terkontaminasi dengan virus dibakar.
Page 37
PERAWATAN JENAZAH PENDERITA RABIES
1. Perawatan jenazah dilakukan oleh rumah sakit
2. Perawat jenazah penderita rabies yang melaksanakan
harus :
a. Sudah mendapat vaccinasi pre exposure
b. Mengenakan alat perlindungan untuk merawat pasien rabies yaitu
• Apron
• SanM tangan karet
• Sepatu, boat
• Tidak mempurryai luka
• Masker
• Masker
• Kaca mata
Perawatan yang dilaksanakan meliputi :
• Memandikan jenazah sesuai dengan agama almarhum
• Mengkafankan / baju.
Perawatan yang dilaksanakan meliputi :
- Memandikan jenazah sesuai dengan agama almarhum
- Mengkafankan / baju.
Cara pelaksanaan perawatan antara lain :
2 jam setelah meninggal dikirim kekamar jenazah
Jenazah dimandikan dengan cara mencuci dengan deterjen sampai
rata selama lebih kurang 1 - 2 jam (sebaiknya direndam).
Kemudian dibilas dengan SAVLON 1/30 selama 2 - 10 menit.
Bilas dengan air bersih, sucikan menurut agama masing-masing
Setelah bersih jenazah dikafankan/dibed pakaian sebagaimana
lazimnya, dibungkus dengan plastik serta dimasukkan kedalam peti
jenazah yang berlapis seng.
Page 38
Peti tersebut ditutup mati.
PROSEDUR TETAP
PEMBERSIHAN DAN DESINFEKTAN KAMAR RABIES
1. SETELAH PASIEN PULANG / KELUAR DARI
KAMAR ISOLASI RABIES. KAMAR DAN ALAT-ALAT
DICUCI DENGAN DETERJEN ATAU SAVLON DAN LYSOL
3%
2. TEMPAT TIDUR, KASUR, BANTAL DAN
MEJA /KURSI PASIEN DICUCI DENGAN SAVLON +
DITERJEN, KEMUDIAN JEMUR DI MATAHARI.
3. ALAT TONGGAK INFUS, TERMOMETER SET
DICUCI DENGAN SAVLON + DITERJEN JEMUR DI
MATAHARI.
4. ALAT-ALAT TENUN YANG
TERKONTAMINASI DI BAKAR
5. AIR LIMBAH KAMAR RABIES DISIRAM
DENGAN SAVLON DAN LYSOL 3% ALIRAN KE SEPTIC
TANK.
6. SETELAH KAMAR KERING DISINARI OLEH
ULTRAVIOLET ATAU DISIRAM DENGAN FORMALIN.
CATATAN PENTING:
SEWAKTU PEMBERSIHAN KAMAR RABIES PETUGAS
HARUS MEMAKAI PERALATAN LENGKAP.
Page 40
PENANGANAN KASUS RABIES
Penderita rabies harus dirawat diruangan khusus dan
terpisah dengan penderita lainnya dengan sistim isolasi.
Sinar, angin dan suara yang merupakan rangsangan bagi
penderita sebaiknya dihindari dari penderita, penderita sebaiknya ditempatkan
diruangan yang tenang dan tidak langsung mendapatkan aliran angin dan
sinar.
Untuk mengurangi kegelisahan dapat diberikan penenang
kecuali morphin
Apabila timbul spasmus otot, kepada penderita dianjurkan
untuk diberi obat-obat "Muscle Relaksin" untuk membantu adanya kesulitan
pernafasan dapat dilakukan tracheotomy untuk pernafasan buatan
Pemberian cairan intra venous dan nutrisi yang adekuat
Fungsi jantung harus selalu dimonitor, bila perlu
diberukan obat penguat jantung atas indikasi
Bila penderita sampai pada stadium paralise maka
pengobatan yang dianjurkan sesuai dengan pengobatan penderita paralise
lainnya.
Penting untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap
kemungkinan kita tercemar oleh saliva/ludah penderita yaitu berupa :
1. Orang-orang yang mempunyai luka meskipun hanya memar, lebih-lebih
luka terbuka tidak diperkenankan untuk merawat penderita.
2. Dokter/perawat/penunggu pasien harus memakai pakaian khusus berupa :
a. Berak schort (Apron)
b. Sarung tangan karet
c. Sepatu boat
d. Masker
e. Kacamata pelindung
3. Berhati-hati dalam membersihkan semua jenis kotoran pasien dan bakarlah
selalu (dengan incubator).
Page 41
4. Pemberian pre exposure vaccination bagi seluruh petugas yang merawat
penderita tersebut.