III. PROSES PENGALENGAN IKAN TUNA DENGAN PRINSIP HACCP Ikan tuna kaleng merupakan ikan tuna (Thunnus albacares, Katsuwonus pelamis) yang dikemas dengan medium air dan garam, atau air/garam dan tepung sayuran dan/atau menggunakan minyak nabati terbuat dari ikan tuna dengan species tertentu yaitu Thunnus albacares, Katsuwonus pelanis yang ditangkap di perairan Indonesia area FAO 71 ( WPP, 715, WPP 716, WPP 717) dengan metode hand line, pole and line, dan purse seine. Produk ikan kaleng PT. Sinar Pure Foods International dapat dikonsumsi dalam waktu tiga tahun untuk produk yang menggunakan medium air, brine (air dan garam), brine dan tepung sayur. Sedangkan untuk produk yang menggunakan minyak nabati produk dapat dikonsumsi dalam jangka waktu lima tahun dengan kondisi penyimpanan pada suhu ruang dan pada kondisi normal. Ikan kaleng tuna masuk dalam kategori produk berasam rendah dengan pH berkisar pada 5,8-6,2 dengan aw ¿0,85 dan kadar garam yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri (PT. Sinar Pure Foods International, 2010). Hazard Analysis of Critical Control Point atau HACCP menurut Codex Alimentarius Commission adalah suatu sistem yang memiliki landasan ilmiah dan secara sistematis mengidentifikasi potensi-potensi bahaya tertentu serta cara-cara pengendaliannya untuk menjamin keamanan pangan. HACCP merupakan alat untuk menilai bahaya-bahaya dan menerapkan sistem pengendaliannya yang berfokus pada tindakan pencegahan. Sistem HACCP ini dikembangkan atas dasar identifikasi titik pengendalian kritis (critical control point) dalam tahap pengolahan dimana kegagalan dapat menyebabkan risiko bahaya (Wiryanti dan Witjaksono, 2001). Penerapan HACCP harus didukung oleh penerapan GMP dan SSOP. Sistem HACCP yang diterapkan pada industri, salah satunya mengacu pada pedoman Codex Alimentarius Comission dalam “Guidelines for Application of The Hazard Analysis Critical Control Point System” yang terdiri dari 12 tahap dan 7 prinsip (Gambar 1).
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
III. PROSES PENGALENGAN IKAN TUNA DENGAN PRINSIP HACCP
Ikan tuna kaleng merupakan ikan tuna (Thunnus albacares,Katsuwonus pelamis) yang dikemas dengan medium air dan garam,atau air/garam dan tepung sayuran dan/atau menggunakanminyak nabati terbuat dari ikan tuna dengan speciestertentu yaitu Thunnus albacares, Katsuwonus pelanis yangditangkap di perairan Indonesia area FAO 71 ( WPP, 715,WPP 716, WPP 717) dengan metode hand line, pole and line, danpurse seine. Produk ikan kaleng PT. Sinar Pure FoodsInternational dapat dikonsumsi dalam waktu tiga tahununtuk produk yang menggunakan medium air, brine (air dangaram), brine dan tepung sayur. Sedangkan untuk produkyang menggunakan minyak nabati produk dapat dikonsumsidalam jangka waktu lima tahun dengan kondisi penyimpananpada suhu ruang dan pada kondisi normal. Ikan kaleng tunamasuk dalam kategori produk berasam rendah dengan pHberkisar pada 5,8-6,2 dengan aw ¿0,85 dan kadar garamyang dapat menghambat pertumbuhan bakteri (PT. Sinar PureFoods International, 2010).
Hazard Analysis of Critical Control Point atau HACCP menurutCodex Alimentarius Commission adalah suatu sistem yangmemiliki landasan ilmiah dan secara sistematismengidentifikasi potensi-potensi bahaya tertentu sertacara-cara pengendaliannya untuk menjamin keamanan pangan.HACCP merupakan alat untuk menilai bahaya-bahaya danmenerapkan sistem pengendaliannya yang berfokus padatindakan pencegahan. Sistem HACCP ini dikembangkan atasdasar identifikasi titik pengendalian kritis (critical controlpoint) dalam tahap pengolahan dimana kegagalan dapatmenyebabkan risiko bahaya (Wiryanti dan Witjaksono,2001). Penerapan HACCP harus didukung oleh penerapan GMPdan SSOP. Sistem HACCP yang diterapkan pada industri,salah satunya mengacu pada pedoman Codex Alimentarius Comissiondalam “Guidelines for Application of The Hazard Analysis Critical ControlPoint System” yang terdiri dari 12 tahap dan 7 prinsip(Gambar 1).
Tahap 1
Tahap II
Tahap III
Tahap IV
Tahap V
Tujuh prinsip HACCP
Tahap VI (Prinsip 1)
Tahap VII (Prinsip 2)
Tahap VIII (Prinsip 3)
Tahap IX (Prinsip 4)
Tahap X (Prinsip 5)
Menyusun Tim HACCP
Mendeskripsikan produk
Identifikasi konsumen
Menyusun diagram alir proses produksi
Verifikasi diagram alir
Identifikasi CCP
Analisis bahaya dan preventif
Menetapkan critical limit untuk setiap CCP
Menetapkan sistem pemantauan untuk CCP
Menetapkan tindakan koreksi
Menetapkan prosedur verifikasi
Menetapkan prosedur pencatatan
Tahap XI (Prinsip 6)
Tahap XII (Prinsip 7)
Gambar 1. Peta alir tahap aplikasi HACCP (Codex AlimentariusComission, 2004)
Pada PT. Sinar Pure Foods International memilikiempat bagian yang menjadi titik CCP, yaitu pada tahapreceiving, metal detector, double seaming, dan retorting. Masing-masing CCP memiliki batas kritis atau critical limit. Keempattitik ini merupakan titik dimana bahaya mungkin terjadidari semua proses produksi. Dengan pengawasan pada titikini dapat meminimalisasi kontaminasi bahaya. Bahayadisini dapat disebabkan oleh zat kimia, kontaminasimikrobiologi, atau zat asing. Selain itu berfungsimengetahui penyebab dan memperbaiki cara produksi makananjika produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan standard.Pengawasan mutu yang dilakukan terhadap produkmenggunakan parameter fisik, kimia, dan mikrobiologi.
III.1 Proses Pengalengan Ikan Tuna PT. Sinar Pure
Foods International
III.1.1 Receiving
Penerimaan bahan baku merupakan tahap pertama dimana
barang yang diperoleh dari supplier diterima sesuai dengan
jadwal yang ditetapkan oleh pihak yang bersangkutan..
Penanganan ikan segar merupakan salah satu faktor penentu
apakah produk yang dihasilkan akan memiliki kualitas yang
baik atau tidak. Hal ini dikarenakan ikan termasuk dalam
bahan makanan yang mudah rusak.
Bahan baku yang digunakan adalah ikan tuna fresh dan
ikan tuna yang sudah dibekukan dengan jenis Yellow Fin Tuna
dan Skip Jack Tuna. Bahan baku ini didapat oleh PT. Sinar
Pure Foods dari supplier-supplier yang sudah bekerja sama
dengan perusahaan dan juga dari nelayan. Sebelum bahan
baku diproses, quality assurance akan melakukan pemeriksaan
kualitas dari bahan baku tersebut. PT. Sinar Pure Foods
International memiliki standart kualitas untuk ikan yang
akan digunakan untuk produknya. Ikan dengan kualitas yang
tidak memenuhi standard maka akan di reject.
Pemeriksaan pertama pada ikan yang baru datang dari
kapal adalah pemeriksaan organoleptik untuk mengetahui
mutunya. Pemeriksaan organoleptik meliputi pemeriksaan
mata, tekstur, insang, bau, dan kulit. Ciri-ciri ikan
segar dan ikan yang mulai membusuk dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Ciri-Ciri Ikan Segar dan Ikan yang Mulai
Membusuk
Ikan Segar Ikan Mulai BusukKulit
- Warna kulit terang dan
jernih
- Tidak mudah sobek
- Warna yang khusus masih
terlihat jelas
- Kulit bewarna suram,
pucat, dan berlendir
banyak
- Kulit mulai terlihat
mengendur
- Kulit mudah sobek dan
warna khusus sudah hilangSisik
- Menempel kuat pada tubuh
sehingga sulit dilepas
- Sisik mudah terlepas dari
tubuhMata
- Tampak terang, jernih,
menonjol dan cembung
- Tampak suram, tenggelam,
dan berkerutInsang
- Insang bewarna merah
-
- Insang bewarna cokelat
sampai merah tua, terang
dan lamella insang
terpisah
- Insang tertutup oleh
lendir bewarna terang dan
berbau segar seperti bau
ikan
suram atau abu-abu dan
lamella insang
berdempetan
- Lendir insang keruh dan
berbau asam, menusuk
hidung
Daging
- Kenyal, menandakan rigor
mortis masih berlangsung
- Daging dan bagian tubuh
lain berbau segar
- Bila daging ditekan oleh
jari tidak tampak bekas
lekukan
- Daging melekat pada
tulang
- Daging perut utuh dan
kenyal
- Warna daging putih
- Daging lunak, menandakan
rigormortis telah selesai
- Berbau busuk
- Bila ditekan oleh jari
tampak bekas lekukan
- Daging mudah lepas dari
tulang
- Daging lembek dan isi
perut sering keluar
- Daging bewarna kuning
kemerah-merahan terutama
sekitar tulang punggungBila ditaruh di dalam air
- Ikan segar akan tenggelam - Ikan akan mengapung di
permukaan air(Sumber : Adawyah, 2008)
Selain itu, juga dilakukan pengujian BBT (Back Bone
Temperature) dan uji Histamin. Pengujian BBT dilakukan di
kapal atau di dermaga, sedangkan uji Histamin dilakukan
di laboratorium oleh analis di bagian quality assurance.
Pengujian BBT menggunakan thermometer dan bagian yang
diukur adalah tulang belakang, Pengukuran suhu dilakukan
di tulang belakang karena tulang belakang merupakan
bagian yang paling dalam dari ikan. Standard suhu pada
ikan yang akan diambil adalah 2-5oC dan kadar histamin
sebesar ≤30 PPM. Jika ikan yang datang memiliki kadar
histamin melebihi standard tetapi BBT nya masih memenuhi
standard, maka ikan akan tetap diterima dan ikan tersebut
akan segera diberi perlakuan pendinginan atau chilling.
Ukuran ikan yang diterima oleh PT. Sinar Pure Foods
International adalah 300 gram- 10 kg dan up.
Selanjutnya ikan dibawa ke area receiving. Ikan di
loading dari supplier ke area receiving dengan basket yang
terbuat dari stainless steel. Penggunaan bahan stainless steel
adalah untuk mencegah terjadinya kontaminasi ikan oleh
bahan dari basket. Di area receiving, ikan disortir kembali
dan di grading berdasarkan ukurannya. Jika didapatkan ikan
yang tidak memenuhi standard maka ikan tersebut akan
dikembalikan ke supplier atau dijadikan sebagai bahan fish
meal. Setiap ikan yang masuk diberi nomor batch atau
diberi label. Pemberian label ini bertujuan sebagai
sarana informasi yang berguna untuk membantu sistem First
in First Out (FIFO) dalam gudang penyimpanan. Mekanisme
kerja sistem ini yaitu dengan mengeluarkan terlebih
dahulu produk yang pertama kali datang yang dapat dilihat
dari label yang tertulis di luar kemasan. Setiap batch
dipisahkan untuk proses produksinya.
III.1.2 Storage
III.1.3 Pre-cooking
Selama menunggu untuk masuk ke proses selanjutnya,
ikan akan diberi perlakuan pendingingan atau chilling. Hal
ini bertujuan untuk menjaga suhu ikan tetap rendah.
Kenaikan suhu pada ikan akan menyebabkan peningkatan
mikroorganisme serta kandungan histamin. Proses chilling
maksimal 1x24 jam. Jika ikan tersebut akan digunakan
untuk proses produksi, maka ikan tersebut akan memasuki
tahapan butchering. Butchering merupakan pembersihan isi
perut serta insang. Ikan yang telah di butchering kemudian
dicuci dan disusun pada tray. Pencucian ini bertujuan
untuk membersihkan ikan dari darah dan kotoran yang
menempel dalam perut ikan. Proses penyusunan ikan di
dalam tray disebut pilling. Tray yang digunakan selalu
dibersihkan dan dicuci sebelum dan setelah pemakaian.
Pencucian menggunakan sabun dan klorin. Pencucian ini
bertujuan untuk mencegah terjadinya kontaminasi pada
bahan baku berikutnya. Pilling dilakukan berdasarkan ukuran.
Berikut standard pilling per tray menurut ukuran ikan yang
digunakan oleh PT. Sinar Pure Foods International :
Tabel 2. Standard Pilling per Tray Menurut Ukuran Ikan
Ukuran Susunan Ikan Setiap Tray
(Ekor)300 gr 8-8-8-8500 gr 7-7-7-7
1,0 kg 6-5-61,5 kg 5-5-51,8 kg 4-3-42,5 kg 4-43,5 kg 3-27,0 kg 2-210 UP Tergantung potongan
(Sumber : PT. Sinar Pure Foods Intenational, 2014)
Tujuan pilling menurut ukuran ikan adalah untuk
menentukan lama waktu yang diperlukan untuk pre-cooking.
Holding time dari pilling ke pre-cooking maksimal 1 jam. Waktu
pemasakan untuk ikan segar dan ikan beku serta untuk
setiap ukuran berbeda. Berikut waktu pre-cooking menurut
ukuran ikan:
Tabel 3. Pre-Cooking Schedule (Ikan Segar)
Fish Size
(kg)
C.U.T Cooking Time Holding Time
AA (0,3-
0,499)
10 10 5
A (0,5-
0,999)
10 15 5
B1 (1,0-
1,49)
10 25 5
B2 (1,5-
1,79)
10 35 5
C1 (1,8-
2,49)
10 40 5
C2 (2,5-
3,49)
10 45 5
D1 (3,5-
6,99)
10 55 5
D2 (7,0-
9,99)
10 60 15
E (> 10) 10 90 30(Sumber : PT. Sinar Pure Foods Intenational, 2014)
Tabel 4. Pre-Cooking Schedule (Ikan Beku)
Fish Size
(kg)
C.U.T Cooking Time Holding Time
AA (0,3-
0,499)
10 15 5
A (0,5-
0,999)
10 20 5
B1 (1,0-
1,49)
10 30 5
B2 (1,5-
1,79)
10 40 5
C1 (1,8-
2,49)
10 45 5
C2 (2,5-
3,49)
10 50 5
D1 (3,5-
6,99)
10 60 5
D2 (7,0- 10 65 15
9,99)E (> 10) 10 95 30
(Sumber : PT. Sinar Pure Foods Intenational, 2014)
Waktu pre-cooking atau pemasakan ikan beku lebih lama
daripada ikan segar. Hal ini dikarenakan ikan beku
memiliki tekstur yang lebih keras. Selama pre-cooking
dilakukan pengawasan terhadap suhu dan tekanan. Dan juga
dilakukan pemeriksaan suhu akhir ikan setelah pre-cooking,
yaitu sebesar 60-65o C. Setelah penggunaan, chamber pada
pre-cooker juga dibersihkan.
Tetapi, jika ikan yang datang tidak langsung
diproduksi, maka ikan tersebut setelah proses sortasi di
area receiving akan dibekukan. Selama menunggu untuk
dibekukan, BBT dari ikan dimaintain pada suhu 0o C dengan
ice-chilling. Proses pembekuan pada PT. Sinar Pure Foods
International menggunakan dua metode yaitu brine freezing dan
blast freezing. Brine freezing yaitu pembekuan dengan menggunakan
garam. Konsentrasi garam yang digunakan pada brine freezing
yaitu 18-22%. Proses brine freezing memakan waktu selama 7
jam dan target suhu pada ikan beku yang dihasilkan adalah
-18oC atau 64,4o F. Sedangkan blast freezing merupakan metode
pembekuan dengan menggunakan ammonia yang didinginkan.
Proses pembekuan dengan blast freezing adalah 10 jam dengan
target suhu pada ikan beku yang dihasilkan adalah -16oC
atau 60,8o F. Kemudian, ikan yang telah dibekukan akan
disimpan di dalam cold storage. Suhu penyimpanan di cold
storage adalah -18oC dan waktu penyimpanan maksimal adalah
6 bulan.
Sebelum diolah, ikan tuna yang sudah dibekukan akan di
thawing terlebih dahulu. Pencairan/Thawing adalah Proses
mencairnya bahan-bahan yang dibekukan. Proses ini
bertujuan untuk reabsorpsi cairan oleh dinding sel,
mengurangi kerusakan tekstur, dan mengurangi dripping. Cara
yang digunakan untuk thawing adalah dengan dialiri air
pada bak besar. Ada 10 bak besar untuk proses thawing,
tetapi 10 bak ini hanya digunakan untuk ikan dengan
ukuran ≥500gram, sedangkan untuk ikan dengan ukuran 300gram, proses thawing dilakukan di basket dengan ukuran yang
lebih kecil. Hal ini dilakukan agar ikan tidak hancur.
Thawing dilakukan selama 1 jam dan suhu pada ikan sebesar
-3oC.
Suhu ikan sebelum proses pre-cooking sebesar 8oC.
Idealnya suhu ikan sebeleum pre-cooking adalah ≤7o C dan
suhu maksimal nya adalah 10o C. Jika suhu ikan lebih
tinggi dari ini maka akan meningkatkan kadar histamin.
Hal ini berkaitan dengan pertumbuhan mikroorganisme yang
dapat memecah protein sehingga kandungan histamin
meningkat. Jika suhu ikan sebelum pre-cooking tinggi, maka
diturunkan dengan cara di chilling. Pemasakan akan
mendahulukan ikan dengan suhu yang tinggi.
Setelah pre-cooking, ikan akan didinginkan dengan
proses mist spray. Mist spray merupakan proses dimana ikan
diberi uap air yang keluar melalui nozzle. Waktu yang
dibutuhkan untuk mist spray pada bahan baku ikan fresh
adalah 1 menit, sedangkan bahan baku ikan beku adalah 2
menit. Setelah mist spray, ikan akan masuk ke proses loining
dan skinning. Holding time dari mist spray ke loining dan skinning
adalah 4 jam.
Pada umumnya untuk mencegah adanya bahaya yang dapat
ditimbulkan maka dilakukan pemeriksaan secara
organoleptik, fisik, serta suhu. Hal ini berkaitan dengan
bahaya yang dapat ditimbulkan pada bagian ini. Bahaya-
bahaya yang dapat ditimbulkan pada bagian receiving adalah
pertumbuhan mikroorganisme terutama bakteri seperti
Escherichia coli, Staphlycoccus aureus, dan Lysteria monocytogenes,
peningkatan kadar histamin, kandungan logam pada bahan
baku, kontaminasi bahan bakar (dari kapal supplier), dan
kontaminasi benda asing. Selain pemeriksaan serta
pengawasan untuk mencegah terjadinya bahaya yang dapat
timbul, dilakukan juga pemeriksaan serta pengawasan
terhadap berat dan jenis ikan yang sesuai dengan standard
dengan perusahaan sehingga mutu produk dapat terjaga.
Semua pekerja maupun supplier yang berada di ruang
receiving wajib menggunakan hair net dan sarung tangan bagi
yang yang kontak langsung dengan bahan baku makanan.
Sistem sanitasi pekerja seperti ini tepat dilakukan untuk