PENERAPAN HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) PADA PENGALENGAN RAJUNGAN (Portunus pelagicus) DI PT. PAN PUTRA SAMUDRA REMBANG, JAWA TENGAH PRAKTEK KERJA LAPANG PROGRAM STUDI S-1 BUDIDAYA PERAIRAN Oleh: USWATUN KHASANAH PROBOLINGGO – JAWA TIMUR
145
Embed
Penerapan HACCP pada pengalengan rajungan di PT. PAN PUTRA SAMUDARA Rembang, Jawa Tengah
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENERAPAN HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) PADA PENGALENGAN RAJUNGAN (Portunus pelagicus) DI PT. PAN
PUTRA SAMUDRA REMBANG, JAWA TENGAH
PRAKTEK KERJA LAPANGPROGRAM STUDI S-1 BUDIDAYA PERAIRAN
Oleh:
USWATUN KHASANAHPROBOLINGGO – JAWA TIMUR
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTANUNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA2015
PENERAPAN HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) PADA PENGALENGAN RAJUNGAN (Portunus pelagicus) DI PT. PAN
PUTRA SAMUDRA REMBANG, JAWA TENGAH
Praktek Kerja Lapang sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh GelarSarjana Perikanan pada Program Studi S-1 Budidaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga
Oleh:
USWATUN KHASANAH
NIM. 141211131242
Mengetahui,Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan,Universitas Airlangga
Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA.
NIP. 19520517 197803 2 001
Menyetujui,Dosen Pembimbing,
Dr. Gunanti Mahasri, Ir., M.SiNIP. 19600912 198603 2 001
PENERAPAN HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) PADA PENGALENGAN RAJUNGAN (Portunus pelagicus) DI PT. PAN
PUTRA SAMUDRA REMBANG, JAWA TENGAH
Oleh :
USWATUN KHASANAHNIM. 141211131242
Setelah mempelajari dan menguji dengan sungguh-sungguh, kami berpendapat bahwa Praktek Kerja Lapang (PKL) ini, baik ruang lingkup maupun kualitasnya dapat diajukan
sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan.
Telah diujikan pada
Tanggal 18 Juni 2015
KOMISI PENGUJI
Ketua : Dr. Gunanti Mahasri., Ir., M.Si
Anggota : Abdul Manan, S.Pi., M.Si
Eka Saputra, S.Pi., M.Si
Surabaya, 18 Juni 2015
Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Airlangga
Dekan,
Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA.NIP. 19520517 197803 2 001
RINGKASAN
USWATUN KHASANAH. Penerapan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) pada Pengalengan Rajungan (Portunus pelagicus) di PT. Pan Putra Samudra Rembang, Jawa Tengah. Dosen Pembimbing Dr. Gunanti Mahasri, Ir., M.Si.
Rajungan merupakan salah satu komoditas ekspor perikanan Indonesia. Rajungan umumnya diekspor dalam bentuk segar, beku ataupun kaleng. Terdapat banyak perusahaan ekportir hasil pengolahan rajungan di Indonesia yang harus bersaing dengan perusahaan pengolahan rajungan yang ada di luar negeri untuk mendapatkan konsumen. Salah satu upaya Indonesia untuk meningkatkan daya saing adalah melakukan pengawasan mutu dengan menerapkan manajemen mutu berdasarkan konsep Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP).
Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan pada tanggal 12 Januari-13 Februari 2015 di PT. Pan Putra Samudra Desa Sumurtawang, Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah. Tujuan Praktek Kerja Lapang ini yaitu untuk mengetahui persyaratan dasar penerapan HACCP dan penerapan HACCP pada pengalengan rajungan. Metode kerja yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapang ini yaitu metode deskriptif dengan pengambilan data meliputi data primer dan sekunder. Teknik pengambilan data meliputi observasi, wawancara dan partisipasi aktif. PT. Pan Putra Samudra merupakan salah satu perusahaan eksportir rajungan kaleng yang telah menerapkan HACCP.
Sistem HACCP akan berjalan efektif dengan Good Manufacturing Practice (GMP) dan Sanitation Standard Operating Prosedure (SSOP). Pokok pembahasan penerapan GMP meliputi semua tahapan proses pengalengan rajungan yaitu penerimaan bahan baku, sortasi, pencampuran daging, pengalengan, seaming, pasteurisasi, pendinginan, pengepakan, penyimpanan dan distribusi. Sedangkan penerapan SSOP yang dibahas diantaranya keamanan air dan es, kebersihan permukaan yang kontak langsung dengan pangan, pencegahan kontaminasi silang, fasilitas cuci tangan, sanitasi dan toilet, pelabelan dan penyimpanan bahan kimia, pengendalian hama, dan penanganan limbah.
Penerapan HACCP di PT. Pan Putra Samudra sudah dijalankan dengan baik berdasarkan 12 langkah penerapan HACCP yang meliputi pembentukan tim HACCP, deskripsi produk, identifikasi penggunaan, penyusunan diagram alir proses, pemeriksaan bagan alir proses, analisis bahaya, penetapan critical control point (CCP), penetapan batas kritis, penentuan prosedur monitoring, tindakan koreksi, tindakan verifikasi, dan penetapan dokumentasi dan pencatatan. Selain itu selalu dilakukan pengawasan pada setiap tahapan proses yang menjadi critical control point (CCP) yaitu tahap penerimaan bahan baku, metal detecting, seaming, pasteurisasi dan penyimpanan, sehingga dapat dikendalikan dengan cukup baik.
SUMMARY
USWATUN KHASANAH. Application of HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) in Canned Swimming Crab (Portunus pelagicus) in PT. Pan Putra Samudra Rembang, Central Java. Academic Advisor Dr. Gunanti Mahasri, Ir., M.Si.
Swimming crab is one of Indonesia’s fishery export commodities. The swimming crab is generally export infresh, frozen or canned. There are many exporter of swimming crab processing companies in Indonesia which should be compete with foreign swimming crab processing companies to get customers. One of Indonesia's efforts to increase the competitiveness is applying quality control and management based on Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) concepts.
The Field Practice Project was held on 12th January until 13th February 2015 at PT. Pan Putra Samudra, Sumurtawang Village, Kragan District, Rembang, Central Java. The purpose of this Field Practice Project was to get information about the basic requirements of HACCP application and HACCP application in canned swimming crab. The method which used is descriptive method by data collection including primary and secondary data. Data collection techniques include observation, interview and active participation. PT. Pan Putra Samudra is one of canned swimming crab exporter companies which have implemented the HACCP.
HACCP system can be implemented effectively if this system applied along with Good Manufacturing Practice (GMP) and Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP). The application of GMP include the whole process of canned swimming crab meat such as receiving raw materials, sorting, mixing, canning, seaming, pasteurization, cooling, packing, storage and distribution. While the application of SSOP were discussed, such as water and ice safety, cleanliness of surfaces in direct contact with food, prevention cross contaminations, hand washing facilities, sanitation and toilets, labeling and storage chemicals, pest controls and waste handling.
The application of HACCP in PT. PanPutra Samudra hasbeen applied well based on 12-stepsof HACCP application include the HACCP team formation, describe product, identify intended use, construct flowdiagram, on-site verification of flow diagram, identify hazard, establish critical control points (CCP), establishcritical limits, establish monitoring system, establish corrective actions, establish verification procedures, establish documentation and record keeping. In addition, always do monitoring of every step process which has critical control points (CCP) is receipt of raw materials, metal detecting, seaming, pasteurization and storage, so it can be controlled well enough.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga laporan Pratek Kerja Lapang tentang
Penerapan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) pada Pengalengan
Rajungan (Portunus pelagicus) di PT. Pan Putra Samudra Rembang, Jawa Tengah
ini dapat terselesaikan. Laporan ini disusun berdasarkan hasil Praktek Kerja
Lapang yang telah dilaksanakan di PT. Pan Putra Samudra, Desa Sumurtawang,
Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 12
Januari 2015 - 13 Februari 2015.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan,
sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan dan
kesempurnaan laporan selanjutnya. Akhirnya penulis berharap semoga laporan
Praktek Kerja Lapang ini bermanfaat dan memberikan informasi bagi semua
pihak.
Surabaya, 18 Juni 2015
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini, tidak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA. Selaku Dekan Fakultas Perikanan
dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya.
2. Ibu Dr. Gunanti Mahasri, Ir., M.Si selaku dosen pembimbing Praktek Kerja
Lapang yang dengan sabar dan perhatian untuk membimbing penulis.
3. Bapak Abdul Manan, S.Pi.,M.Si selaku dosen penguji.
1.1 Latar Belakang............................................................................................11.2 Tujuan.........................................................................................................31.3 Manfaat.......................................................................................................3
II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................42.1 Rajungan (Portunus pelagicus)...................................................................4
2.2 Perkembangan Pengalengan Rajungan di Indonesia..................................62.3 Persyaratan Dasar Penerapan HACCP........................................................6
2.3.1 Good Manufacturing Practice (GMP)...............................................62.3.2 Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP)...........................7
2.4 Penerapan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)...................8
III PELAKSANAAN ..........................................................................................143.1 Tempat dan Waktu......................................................................................143.2 Metode Kerja..............................................................................................143.3 Metode Pengumpulan Data.........................................................................14
3.2.1 Data Primer........................................................................................143.3.2 Data Sekunder....................................................................................16
IV HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................174.1 Keadaan Umum Perusahaan.......................................................................17
4.1.1 Sejarah Berdirinya Perusahaan..........................................................174.1.2 Lokasi dan Kondisi Geografi Perusahaan..........................................184.1.3 Struktur Organisasi............................................................................184.1.4 Visi dan Misi Perusahaan...................................................................194.1.5 Ketenagakerjaan.................................................................................19
4.2 Sarana dan Prasarana..................................................................................214.2.1 Sarana.................................................................................................21
A. Sarana Utama Produksi.................................................................21B. Sarana Pendukung Produksi..........................................................24C. Peralatan Penunjang Produksi.......................................................25
4.3.1 Lokasi Perusahaan.............................................................................264.3.2 Skema Ruang Produksi......................................................................27
4.4 Proses Pengalengan Rajungan di PT. Pan Putra Samudra..........................284.5 Persyaratan Kelayakan Dasar dalam Penerapan HACCP di PT. Pan Putra
Samudra......................................................................................................294.5.1 Good Manufacturing Practices (GMP).............................................304.5.2 Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP)...........................41
4.6 Penerapan HACCP pada Pengalengan Rajungan.......................................474.6.1 Pembentukan Tim HACCP................................................................484.6.2 Deskripsi Produk................................................................................494.6.3 Identifikasi Penggunaan.....................................................................514.6.4 Penyusunan Diagram Alir Proses......................................................524.6.5 Pemeriksaan Bagan Alir Proses.........................................................524.6.6 Analisis Bahaya.................................................................................544.6.7 Penetapan Critical Control Point (CCP)...........................................544.6.8 Penetapan Batas Kritis (Critical Limit)..............................................574.6.9 Penentuan Prosedur Monitoring........................................................584.6.10 Tindakan Koreksi.............................................................................604.6.11 Tindakan Verifikasi.........................................................................614.6.12 Penetapan Dokumenasi dan Pencatatan...........................................62
V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................635.1 Kesimpulan.................................................................................................635.2 Saran...........................................................................................................63
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................64
2.1 Penentuan Signifikansi Bahaya.......................................................... 104.1 Tim HACCP PT. Pan Pura Samudra................................................. 484.2 Deskripsi Produk................................................................................ 504.3 Penetapan CCP dengan Pohon Keputusan......................................... 544.4 Batas Kritis Tiap Critical Control Point (CCP)................................ 58
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Rajungan........................................................................................... 52.2. Diagram Pohon Keputusan CCP....................................................... 114.1. Daging Rajungan Jumbo................................................................... 324.2. Daging Rajungan dalam Kaleng....................................................... 354.3. Daging Rajungan Claw Meat dalam Plastic cup.............................. 354.4. Diagram Alir Proses.......................................................................... 53
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Peta Lokasi Praktek Kerja Lapang..................................................... 68
2. Layout Proses PT. Pan Putra Samudra............................................... 69
3. Struktur Organisasi PT. Pan Putra Samudra...................................... 70
4. Form Hasil Pengujian Mikrobiologi Bahan Baku............................. 71
5. Form Hasil Pengujian Cloramphenicol Bahan Baku......................... 72
6. Form Hasil Metal Detecting.............................................................. 73
7. Form Hasil Pengecekan Double Seam............................................... 74
8. Form Hasil Pengecekan Suhu Tank Pasteurisasi dan Pendinginan.. . 75
9. Form Hasil Pengecekan Suhu Ruang Pengepakan............................ 76
10. Form Hasil Pengecekan Suhu Cold Storage...................................... 77
11. Form Hasil Pengujian Sensori Produk Akhir.................................... 78
12. Form Hasil Pengujian Mikrobiologi Produk Akhir........................... 79
13. Form Hasil Pengujian Cloramphenicol Produk Akhir...................... 80
14. Analisis Bahaya Pengalengan Rajungan di PT. Pan Putra Samudra. 81
penerimaan bahan danpengecekan kebersihan lingkungan perusahaan. Sanitation
Standard Operating Prosedure (SSOP) atau prosedur operasi standar sanitasi
yang diterapkan di PT. Pan Putra Samudra sebagai berikut:
a. Keamanan Air dan Es
Air yang digunakan dalam proses produksi pengalengan rajungan di PT.
Pan Putra Samudra adalah air yang berasal dari air tanah yang telah dilakukan
treatment dengan reserve osmosis (RO) dan air PDAM dari daerah Lasem yang
telah teruji aman untuk digunakan. Penggunaan air telah memenuhi persyaratan,
baik air yang digunakan untuk proses produksi, cuci tangan, cuci kaki, peralatan,
lantai dan sebagainya. Darwis (2012) mengatakan bahwa air yang kontak
langsung dengan pangan atau peralatan dan digunakan dalam proses produksi
harus aman dan bersumber dari air bersih atau telah mengalami perlakuan terlebih
dahulu (treatment).
Es yang digunakan untuk proses produksi pengalengan rajungan di PT.
Pan Putra Samudra dibeli dari pabrik es yang berada di sekitar daerah Rembang.
Es tersebut terbuat dari air bersih dan telah memenuhi persyaratan yang
ditetapkan. Hariadi (1994) mengatakan bahwa es harus terbuat dari air bersih. Es
berbentuk balok dan sebelum digunakan dihancurkan terlebih dahulu dengan
mesin penghancur es. Pemeriksaan terhadap kualitas air dan es dilakukan oleh
Dinas Perikanan dan Dinas Kesehatan Semarang setiap enam bulan. Sedangkan
pengujian kualitas air dan es oleh perusahaan dilakukan setiap satu bulan.
b. Kebersihan Permukaan yang Kontak Langsung dengan Pangan
Peralatan yang digunakan pada proses produksidi PT. Pan Putra Samudra
seperti meja kerja, toples, keranjang, nampan dan pisau merupakan peralatan yang
halus, tahan air dan anti karat. Sanitasi peralatan dilakukan sebelum dan setelah
proses oleh karyawan sanitasi.Sanitasi meja kerja dilakukan dengan cara
menyemprot meja menggunakan air yang dicampurchlorine 100 ppm. Thaheer
(2005) mengatakan bahwa penggunaan chlorine untuk permukaan yang kontak
langsung dengan pangan adalah 100-200 ppm.
Peralatan toples, keranjang, nampan dan pisau dicuci menggunakan air
tawar, kemudian dicuci dengan larutan bloom sebagai pengganti detergen dan
terakhir dicuci menggunakan campuran air dan larutan QT-50 sebanyak 2,2 %.
Tujuan dari pencucian peralatan adalah untuk mengilangkan kotoran, daging
rajungan yang menempel dan menghilangkan bakteri.
c. Pencegahan Kontaminasi Silang
Sarwono (2007) mengatakan bahwa tata letak ruang produksi berhubungan
erat dengan kontaminasi silang terhadap pangan. Ruang produksi di PT. Pan Putra
Samudra diberi sekat untuk setiap ruang proses seperti ruang penerimaan bahan
baku, sortasi, canning, seaming, pasteurisasi, pengepakan dan penyimpanan
sehingga dapat meminimalkan terjadinya kontaminasi silang dan tidak
menggangu kelancaran serta aktivitas karyawan.
Ramadhani (2013) mengatakan bahwa kontaminasi yang paling potensial
bersumber dari karyawan. Oleh karena itu, karyawan diharuskan menggunakan
perlengkapan kerja yaitu pakaian kerja, masker, sarung tangan, penutup kepala
dan alas kaki karyawan setiap memasuki ruang proses. Pakaian kerja yang dipakai
karyawan terdiri dari tiga jenis warna yaitu biru, orange dan ungu.
Pakaian kerja warna biru dipakai pada hari Senin, Selasa, Jum’at dan
Sabtu dan warna orange dipakai pada hari hari Rabu dan Kamis. Pakaian kerja
warna ungu merupakan pakaian yang hanya dimiliki dan dipakai oleh karyawan
sanitasi. Pakaian pekerja harus dicuci sendiri oleh karyawan setiap hari.
Sedangkan pakaian kerja supervisor, quality control, quality assurance dan
manager berwarna putih dan PT. Pan Putra Samudra menyediakan fasilitas
laundry untuk mencuci pakaian tersebut.
Masker dan penutup kepala yang dipakai karyawan terbuat dari bahan
yang bisa digunakan berulang kali sehingga karyawan tidak perlu mengganti
setiap hari tetapi hanya dicuci setiap hari. Sedangkan sarung tangan karyawan
diberikan oleh petugas sanitasi setiap hari kepada karyawan sebelum memasuki
ruang produksi. Apabila sarung tangan kotor, harus diganti dan karyawan
meminta sarung tangan baru kepada petugas sanitasi. Selain itu, petugas sanitasi
mengecek kelengkapan dan kebersihan pakaian karyawan sebelum memasuki
ruang produksi. Setiap seminggu sekali dilakukan pengecekan terhadap kuku oleh
petugas sanitasi terhadap karyawan.
Karyawan juga dilarang menggunakan kosmetik karena pada kosmetik
terdapat bahan kimia yang dapat mengkontaminasi produk dan untuk
mengantisipasinya karyawan harus mencuci muka terlebih dahulu sebelum
memasuki ruang produksi. Alas kaki karyawan juga harus dicuci dengan sabun
sebelum memasuki ruang produksi dan harus melewati footbath yang berisi air
dengan chlorine 200 ppm.
Ketika karyawan keluar dari ruang produksi atau ke toilet, karyawan harus
melepas pakaian kerja, masker, penutup kepala dan sarung tangan. Karyawan
harus mencuci tangan sebelum dan setelah ke toilet, kemudian karyawan memakai
perlengkapan kerjanya kembali dan memasuki ruang proses melalui footbath yang
berisi air dengan chlorine 200 ppm.
d. Fasilitas cuci tangan, sanitasi dan toilet
Fasilitas cuci tangan di PT. Pan Putra Samudra ditempatkan di tempat
yang mudah dijangkau seperti di sebelah pintu masuk ruang produksi, di dalam
ruang produksi dan di sebelah toilet. Fasilitas cuci tangan dilengkapi dengan
sabun cair untuk cuci tangan tetapi tidak terdapat pengering atau blower dan lap
tangan. Sedangkan fasilitasfootbath ditempatkan sebelum memasuki ruang
produksi, sebelum memasuki ruang pasteurisasi dan sebelum memasuki ruang
pengepakan.
Toilet berjumlah enam buah yang terbagi menjadi tiga toilet pria dan tiga
toilet wanita. Toilet terletak di luar ruang produksitetapi tidak dilengkapi dengan
sabun dan lap tangan. Toilet selalu dijaga kebersihannya oleh petugas sanitasi,
diberi tempat sampah di sepanjang toilet dan sebelum masuk toilet terdapat bak
untuk cuci alas kaki dan tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun cair.
Karyawan yang keluar dari toilet diwajibkan untuk cuci tangan dan cuci alas kaki.
Jumlah toilet yang ada belum mencukupi untuk jumlah karyawan yang
mencapai 250 orang. Seharusnya jumlah toilet disesuaikan dengan jumlah
karyawan yaitu sebanyak 12 toilet. Winarno dan Surono (2002) mengatakan
bahwa jumlah toilet yang dianjurkan untuk 100 orang karyawan adalah lima toilet.
Sehingga perlu diadakan pembangunan toilet tambahandi PT. Pan Putra Samudra
untuk menghindari terjadinya antrian karyawan di toilet yang akan menghambat
proses produksi.
e. Pelabelan dan Penyimpanan Bahan Kimia
Bahan kimia, pembersih dan sanitaizer disimpan terpisah dari ruang
pengolahan di PT. Pan Putra Samudra sehingga tidak mengakibatkan terjadinya
kontaminasi dengan produk. Bahan kimia diberi label sesuai dengan merek
masing-masing dan disimpan dengan baik di dalam ruangan khusus. Nurdiansyah
(2010) mengatakan bahwa pemberian label pada bahan-bahan kimia penting
untuk dilakukan guna mencegah kesalahan dan memonitor penggunaan. Bahan
pembersih dan sanitaizer disimpan dalam ruang sanitasi dan diberi label, untuk
cara penggunaan ditempel di ruang sanitasi.
f. Pengendalian Hama
Hama yang biasa terdapat dalam industri pangan dan memerlukan
pengendalian adalah binatang pengerat seperti tikus, serta beberapa macam
serangga seperti nyamuk, kecoa, semut, lalat dan lebah (Thaheer, 2005). PT. Pan
Putra Samudra menggunakan alat yang berbeda untuk mengendalikan binatang
pengerat dan serangga di dalam dan di luar ruang produksi. Pengendalian
serangga di luar ruang produksi dengan memasang insect killer pada pintu masuk
dan di dekat ruang penerimaan bahan baku, sedangkan di dalam bangunan
dipasang Fliestop Stationpada pintu masuk ruang produksi, sisi pintu area
receiving dan sisi pintu ruang pasteurisasi.
Pengendalian tikus di dalam dan di luar bangunan juga menggunakan
metode yang berbeda. Pengendalian tikus di luar bangunan menggunakan metode
pengumpanan. Umpan yang dipasang adalah jenis racun kronis anticoagulant
berbentuk batangan yang ditempatkan pada wadah khusus yaitu Rodent Bait
Station (RBS). RBS yang terpasang di luar bangunan sebanyak 20 titik, dimana
jarak antara titik satu dengan titik lain adalah 15 meter. Pengendalian tikus di area
dalam bangunan adalah dengan menggunakan Pest Glue Trap (PGT) yang
ditempatkan di sepanjang dinding dengan jarak antara 10-15 meter dan sebanyak
14 titik. Pengendalian hama di dalam bangunan juga dengan melakukan
penyemprotan atau fogging pada malam hari setiap satu bulan sekali.
g. Penanganan Limbah
Limbah yang dihasilkan dari proses pengalengan rajungan di PT. Pan
Putra Samudra meliputi limbah cair dan padat. Limbah cair berasal dari air yang
digunakan selama proses produksi dan berasal dari lelehan es yang digunakan
selama rantai dingin. Penanganan limbah cair di dalam ruang produksi yaitu
dengan cara membuat selokan kecil yang diatasnya terdapat celah-celah kecil
sehingga limbah yang masuk hanya limbah cair. Selokan kecil di dalam ruang
produksi juga dapat mencegah genangan air sehingga kontaminasi silang akibat
percikan air di lantai dapat diatasi.
Marriot and Gravani (2006) mengatakan bahwa dalam limbah cair masih
terdapat banyak zat organik yang dapat menyebabkan mikroorganisme tumbuh
subur dan jika dialirkan langsung ke perairan maka dapat meningkatkan unsur
hara di perairan, sehingga terjadi blooming mikroorganisme yang dapat
menurunkan kadar oksigen terlarut (BOD) dan meyebabkan ikan mati. PT. Pan
Putra Samudra sudah melakukan treatment terhadap limbah cair yang dihasilkan
sebelum dialirkan ke sungai. Sedangkan limbah padat yang dihasilkan berupa sisa
shell, inner carton, master carton, plastik, mika dan kaleng yang sudah tidak
terpakai. Penanganan limbah padat yang dilakukanoleh PT. Pan Putra Samudra
adalah dengan menjual limbah tersebut.
4.6 Penerapan HACCP pada Pengalengan Rajungan
Penerapan prinsip-prinsip HACCP pada PT. Pan Putra Samudra terdiri
dari tugas-tugas sebagai berikut:
4.6.1 Pembentukan Tim HACCP
Tim HACCP pada PT. Pan Putra Samudra terdiri multidisplin seperti
manager produksi, quality assurance, kepala laboraturium, supervisor sanitasi,
dan supervisor bagian produksi yaitu supervisorsortir dan canning. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Dewanti dan Hariyadi (2013) bahwa tim HACCP terdiri dari
anggota dengan latar belakang pendidikan dan/atau keahlian yang berbeda (multi
disiplin).
Quality Assurance (QA) termasuk dalam ketua tim HACCP, hal ini
dikarenakan QA bertugas untuk mereview apakah HACCP yang diterapkan pada
perusahaan sudah sesuai dengan apa yang direncanakan. Anggota tim HACCP
PT. Pan Putra Samudra dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4.1. Tim HACCP PT. Pan Putra SamudraNo. Nama Pendidikan Jabatan Pendidikan Non Formal
1.
Daryana STIPER Pertanian-Semarang
Manager QA dan Koordinator HACCP
HACCP dari Kementerian Kelautan dan Perikanan
2. Ariefudin Sigit
Universitas Gadjah Mada-Yogyakarta
Asisten QA -
3. Daromi APRIKA-JEPARA Manager Produksi
HACCP dari Kementerian Kelautan dan Perikanan
4.
Agung Hendi P.
STM Analisis-Semarang
Kepala Laboraturium
Sertifikat kepala laboraturium dari departemen perikanan dan sertifikat HACCP dari Kementerian Kelautan dan Perikanan
5.Muklis A. UMS-Surakarta Supervisor
Sortir dan Canning
-
6. Edi SMA-Rembang Supervisor Sanitasi
-
7. Nur Hidayat
SMA-Rembang Manager Mesin
-
8. Ahmadi SMA-Rembang Supervisor Seaming
-
9. Roni SMA-Rembang Supervisor Pasteurisasi
-
10. Syaiful SMA-Rembang Kepala Pergundangan
-
11. Gunawan APRIKA-Jepara Manager Lapangan
-
Sumber; PT. Pan Putra Samudra
4.6.2 Deskripsi Produk
Langkah selanjutnya dalam penerapan HACCP adalah deskripsi produk.
Codex (1997) mengatakan bahwa deskripsi produk menjelaskan tentang
karakteristik produk, struktur kimia/fisik, perlakuan pengolahan, pengemasan,
umur simpan, cara penyimpanan dan metode pendistribusian. Krisnawati (2002)
mengatakan bahwa deskripsi produk yang jelas dapat mengontrol penanganan
produk akhir dengan baik sehingga menghasilkan produk yang aman dikonsumsi.
Deskripsi produk yang diproduksi oleh PT. Pan Putra Samudra dapat dilihat pada
Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Deskripsi Produk 1 Nama Produk Daging Rajungan Pasteurisasi2 Bahan Baku Rajungan (Portunus pelagicus)3 Asal Bahan Baku Daging rajungan berasal dari supplier dan mini
plant, yang ditangkap dari Pulau Jawa, Laut Sumatera dan Laut Bangka Belitung.
4 Penerimaan Bahan Baku Daging rajungan yang berasal dari supplier atau mini plant yang diangkut oleh truk, didalam bak fiber dengan ditambahkan es curah, suhu disarankan lebih rendah dari 4,4oC/40oF. Bahan baku langsung diproses atau disimpan pada suhu dingin (0o -3,3oC/32o -38o F)
5 Produk Akhir Pasteurized Crab meat (Pasteurisasi Daging Rajungan).
6 Bahan Tambahan Makanan
SAPP (Sodium Acid Pyrophosphate)
7 Alur Proses Penerimaan, pengecekan mutu atau penyimpanan dingin, pensortiran, pensortiran akhir, pendeteksi metal, penerimaan SAPP, penerimaan kaleng dan tutup, plastic cup dan tutup, pencampuran, pengisian, penimbangan, penutupan, pasteurisasi, pendinginan, pengemasan dan pelabelan, penyimpanan dingin, pemuatan dan pengkapalan
8 Jenis kemasan a. KalengBahan : tin plateUkuran : 401x301b. Plastic cupBahan : R35C-01 (Polypropylene Random Copolymer)Ukuran : 307x300 (8 oz), 401x308 (16 oz)c. Master Carton dan Inner CartonMaterial : corrugated carton box/KartonDimension : 410mmx305mmx87mmGramature : 200 K/150/200KWax coated outside/Pelapis lilin melapisi bagian luar
9 Saran Penyimpanan Disimpan di ruangan pendingin pada suhu 0oC-3,3oC (32oF - 38oF)
10
Masa Kadaluarsa 18 bulan pada kondisi dingin
11
Label/Spesifikasi Nama dan jenis produk, kode produksi, berat bersih, dan ukuran kaleng atau plastic cup, kandungan isi kaleng atau plastic cup, saran penyimpanan, negara asal, nama distributor dan daftar bahan tambahan
12
Penggunaan Siap sajiProduk yang dihasilkan adalah produk yang dapat menyebabkan alergi pada orang tertentu (orang yang alergi terhadap crustacean), karena produk berasal dari bahan baku yang tergolong allergen yaitu rajungan (Portunus pelagicus)
13
Pesan Pencegahan Kesalahan Penanganan
Produk ini adalah dalam kaleng dan plastic cup dan biasanya pembeli merasa produk tersebut stabil dan mereka mungkin tidak menyimpannya dalam refrigerasi dan ini merupakan kesalahan penanganan. Semua packaging (kaleng, plastic cup, master carton, inner) terdapat tulisan “Keep Refrigerated” (simpan dalam suhu refrigerasi) untuk mencegah kesalahan penanganan yang mengakibatkan bahaya yang bisa timbul
14
Konsumen Masyarakat umum
Sumber; PT. Pan Putra Samudra
4.6.3 Identifikasi Penggunaan
Produk rajungan kaleng pada PT. Pan Putra Samudra mempunyai segmen
pasar untuk masyarakat umum. Produk rajungan kaleng ini merupakan produk
siap saji (ready to eat) tanpa harus diolah lagi. Produk rajungan kaleng dapat
menyebabkan alergi pada orang tertentu karena berasal dari bahan baku yang
tergolong allergen yaitu rajungan. Konsumen diminta untuk menyimpan produk
tersebut pada suhu 0oC-3,3oC pada saran penggunaanya. Kesalahan penanganan
terhadap produk tersebut yang mungkin dilakukan konsumen adalah tidak
menyimpannya dalam refrigerator karena merasa produk tersebut stabil dalam
kemasan kaleng atau plastic cup. BSN (1998) menjelaskan bahwa identifikasi
penggunaan harus didasarkan pada kegunaan yang diharapkan dari produk oleh
konsumen.
4.6.4 Penyusunan Diagram Alir Proses
Penyusunan diagram alir dilakukan oleh tim HACCP. Diagram alir
menggambarkan seluruh rangkaian langkah proses yang terjadi sejak penerimaan
bahan baku sampai produk akhir didistribusikan. Sarwono (2007) mengatakan
bahwa penyusunan diagram alir penting untuk menentukan tahapan operasional
yang akan dikendalikan. Diagram alir proses pengalengan rajungan dapat dilihat
pada Gambar 4.7.
4.6.5 Pemeriksaan Bagan Alir Proses
Diagram alir yang telah disusun diverifikasi oleh tim HACCP dengan
turun langsung ke lapangan. Apabila ditemukan adanya kekurangan maka
diagram alir yang telah disusun diperbaiki sesuai dengan kondisi lapangan
(Dewanti dan Hariyadi, 2013). Tahapan ini sangat penting untuk mencegah bagan
alir proses yang telah ditetapkan tidak sesuai dengan bagan alir proses yang ada di
lapangan karena dapat membuat manual HACCP yang telah dibuat tidak dapat
dilaksanakan dengan benar. Seluruh proses pengalengan rajungan yang ada di PT.
Pan Putra Samudra sudah sesuai dengan diagram alir proses sebagaimana tertera
dalam HACCP plan.
Gambar 4.4. Diagram Alir Proses (Sumber; PT. Pan Putra Samudra)
7. Penerimaan SAPP
5. Pendeteksian LogamFe : 2 mm, Non Fe : 2.5 mm
SS : 3.5 mm
8. Penerimaan kaleng dan tutup, plastic cup
dan tutup2. Pengecekan Mutu
4. Penyortiran Akhir
3. Penyortiran
6. Pencampuran
12. PasteurisasiKaleng : 1870F – 1890F 140 menit, Plastic cup: 8 oz 183 oF – 185 oF 145
menit, 16 oz 155 menit
13. Pendinginan320F – 380F, 120 menit
menit
14. Pengemasan dan Pelabelan
Penyimpanan dalam Gudang Kering
Penyaringan
Penyimpanan dalam Gudang
Kering
Penyortiran dan Pembersihan
Pengkodean
11. Penutupan KalengKaleng : OL min 1,1 mm
Plastic cup : OL min 0,76 mm
16. Pemuatan dan Pengkapalan320F – 380F
15. Penyimpanan Dingin320F – 380F
SAPP Cair / Bubuk1-1,4 g/lb (16 oz)
Penyimpanan Dingin320F – 38 oF
Diluar spec, benda asing,
over shell
Analisa Produk
Basi, residu CAP di atas batas kritis
Dikerjakan lagi
Rijek
Ok
Tidak
9. Pengisian
10. Penimbangan16 oz: 454 g, 8oz: 227 g
Rilis Produk
Penerimaan Bahan Baku
4.6.6 Analisis Bahaya
Sarwono (2007) mengatakan bahwa bahaya adalah faktor biologis, kimia
atau fisik di dalam makanan yang dapat merugikan kesehatan konsumen. Analisis
bahaya dilakukan pada tiap tahapan proses pengalengan rajungan. Analisis bahaya
pada proses pengalengan rajungan dilakukan untuk mengetahui terlebih dahulu
faktor penyebab bahaya dan bahaya potensial yang ditimbulkan, kemudian
mengkategorikan bahaya tersebut apakah termasuk biologi, kimia atau fisik dan
menetapkan resiko atau signifikansi bahaya yang teridentifikasi serta menetapkan
tindakan pencegahan. Analisis bahaya pada proses pengalengan rajungan di PT.
Pan Putra Samudra terdapat padaLampiran 14
4.6.7 Penetapan Critical Control Point (CCP)
Penetapan Critical Control Point pada setiap tahapan proses pengalengan
rajungan di PT. Pan Putra Samudra menggunakan pohon keputusan atau descision
tree. CCP ditetapkan pada setiap tahapan proses mulai dari penerimaan bahan
baku hingga penyimpanan produk akhir. Penetapan CCP pada proses pengalengan
rajungan di PT. Pan Putra Samudra dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Penetapan CCP dengan Pohon KeputusanTahapan Proses Bahaya Potensial
NyataP1*
(Y/T)P2*
(Y/T)P3*
(Y/T)P4*
(Y/T)CCP
1. Penerimaan bahan baku
chloramphenicol Ya Ya - - CCP
2. Sortasi Shell dan benda asing
Ya Tidak Ya Ya Bukan CCP
3. Metal Fragmen logam Ya Ya - - CCP
Detecting4. Seaming Bakteri patogen Ya Ya - - CCP5. Pasteurisasi Pertumbuhan
bakteri patogen Ya Ya - - CCP
6. Pendinginan Pertumbuhan bakteri patogen
Ya Ya - - Bukan CCP
7. Pengepakan Pertumbuhan bakteri patogen
Ya Tidak Tidak - Bukan CCP
8. Penyimpanan Pertumbuhan bakteri patogen
Ya Tidak Ya Tidak CCP
Keterangan: *P1= Apakah ada tindakan pencegahan pada tahap ini atau tahap berikutnya terhadap bahaya yang teridentifikasi?*P2: Apakah tahap ini dirancang khusus untuk menghilangkan atau mengurangi kemungkinan terjadinya bahaya hingga tingkatan yang dapat diterima?*P3: Dapatkah kontaminasi bahaya terjadi melebihi tingkatan yang dapat diterima atau dapat meningkat hingga tingkatan yang tidak dapat diterima?*P4: Apakah tahap berikutnya dapat menghilangkan bahaya atau mengurangi keberadaannya hingga tingkatan yang dapat diterima
Berdasarkan hasil identifikasi CCP didapatkan lima tahapan proses yang
ditetapkan sebagai CCP yaitu:
1) Penerimaan bahan baku
Proses penerimaan bahan baku merupakan CCP pertama, dimana potensi
bahaya yang paling nyata adalah kontaminasi bahan antibiotik chloramphenicol.
Residu chloramphenicol pada daging rajungan tidak dapat dihilangkan pada
tahapan proses selanjutnya dan hanya dapat dilakukan tindakan pencegahan. Oleh
karena itu pada tahap penerimaan bahan baku dilakukan pengujian kandungan
chloramphenicol. Apabila daging rajungan sudah terdeteksi mengandung
chloramphenicol yang melebihi standar yang ditetapkan perusahaan, maka
dikhawatirkan pada produk akhir nanti terdeteksi kandungan chloramphenicol
yang lebih tinggi.
2) Metal detecting
Bahaya potensial nyata yang dapat terjadi pada tahap metal
detectingadalah adanya kandungan logam (fragment logam) pada daging karena
kontaminasi logam selama proses. Bahaya kandungan logam yang dimaksud
adalah steples, peniti, jarum, atau karat pada peralatan seperti pisau yang kontak
langsung dengan produk. Kandungan logam tidak dapat dihilangkan pada tahapan
proses selanjutnya dan hanya dapat dilakukan pencegahan. Oleh karena itu
diperlukan metal detector yang berfungsi untuk mendeteksi kandungan logam
yang mungkin ada di dalam produk. Kandungan logam yang mungkin terdeteksi
antara lain Fe, Ss, dan Cu. Jika logam tersebut masuk ke dalam tubuh dapat
menggangu kesehatan. Keakuratan mesin metal detector sangat mempengaruhi
deteksi logam pada daging, sehingga mesin harus selalu dikalibrasi sebelum dan
setelah digunakan.
3) Seaming
Bahaya yang terjadi pada tahapan ini adalah kontaminasi bakteri patogen
yang disebabkan oleh kebocoran kaleng karena penutupan kaleng yang kurang
sempurna. Proses seaming ditetapkan sebagai CCP karena tidak ada tahapan
proses selanjutnya yang dapat memperbaiki kebocoran kaleng tetapi hanya dapat
dicegah dengan melakukan pengawasan pada proses tersebut.
4) Pasteurisasi
Bahaya yang mungkin terjadi pada tahap pasteurisasi adalah pertumbuhan
bakteri patogen tahan panas dan pemasakan yang berlebihan (over cooking). Jika
suhu dan lamanya pasteurisasi tidak sesuai standar maka berpotensi besar
terhadap pertumbuhan bakteri patogen dalam produk yang dapat membahayakan
konsumen jika mengkonsumsi produk tersebut, sehingga diperlukan pengontrolan
suhu dan waktu selama proses pasteurisasi berlangsung. Pengaturan suhu dan
lamanya pasteurisasi yang sesuai dengan standar dapat menghambat pertumbuhan
atau membunuh bakteri patogen pada produk. Selain itu juga dapat mengurangi
resiko kerusakan produk baik dari segi fisik (tekstur dan warna) maupun dari segi
kimia (kandungan gizi produk).
5) Penyimpanan
Potensi bahaya pada tahapan penyimpanan adalah pertumbuhan bakteri
patogen yang disebabkan karena kurangnya pengontrolan suhu. Selain itu juga
dapat disebabkan oleh fluktuasi suhu yang terjadi di dalam cold storage. Jika
terjadi pertumbuhan bakteri patogen pada produk maka akan mengurangi bahkan
merusak mutu produk tersebut. Oleh karena itu petugas stock atau penyimpanan
perlu melakukan pengontrolan suhu cold storage.
4.6.8 Penetapan Batas Kritis (Critical Limit)
Batas kritis merupakan batas toleransi yang harus dipenuhi pada setiap
penetapan CCP untuk mengendalikan bahaya secara efektif. Batas ini tidak boleh
terlampaui karena sudah merupakan toleransi yang menjamin bahwa bahaya dapat
dikontrol serta menjamin kemanan produk yang dihasilkan (Sarwono, 2007).
Dewanti dan Hariyadi (2010) menambahkan bahwa batas kritis memisahkan
antara hal aman dengan tidak aman. Batas kritis yang ditetapkan oleh PT. Pan
Putra Samudra dapat dilihat pada Tabel 4.4. Batas kritis tersebut mengacu pada
standar yang ditetapkan oleh perusahaan dan standar yang ditetapkan oleh buyer.
Tabel 4.4. Batas Kritis Tiap Critical Control Point (CCP)No. Tahapan Proses Batas Kritis1. Penerimaan Bahan Baku Chloramphenicol: 0,150 ppb2. Metal Detecting Fe : Minimal 2mm
4. Pasteurisasi Kaleng : suhu 187oF – 189oF selama 140 menitPlastic cup : suhu 183oF -185oF selama 145 menit
5. Penyimpanan Suhu 0oC -3,3oC
4.6.9 Penentuan Prosedur Monitoring
Badan Standarisasi Nasional (1998) menjelaskan bahwa monitoring
merupakan pengamatan terjadwal dari CCP yang dibandingkan terhadap batas
kritisnya (Dewanti dan Hariyadi, 2013) menambahkan bahwa prosedur
pemantauan mencakup apa yang akan dipantau, siapa yang melakukan
pemantauan, kapan dilakukan pemantauan, dan bagaimana melakukan
pemantauan. Prosedur monitoring terhadap CCP pada proses pengalengan
rajungan di PT. Pan Putra Samudra yaitu sebagai berikut:
1. Penerimaan Bahan Baku
Apa : Chloramphenicol
Siapa : Analis laboraturium
Kapan : Setiap bahan baku masuk untuk setiap supplier
Bagaimana : Pengujian chloramphenicol dengan metode ELISA rida
Screen
2. Metal Detecting
Apa : Fragmen logam
Siapa : Petugas metal detecting
Kapan : Setelah dilakukan final checking
Bagaimana : Pengecekan menggunakan mesin metal detector
3. Seaming
Apa : Double seam, kondisi kaleng setelah ditutup
Siapa : Supervisorseaming
Kapan : Sebelum proses seaming dan setiap penutupan 400 kaleng
atau plastic cup
Bagaimana : Melakukan pengecekan mesin seamer
4. Pasteurisasi
Apa : Suhu dan waktu pasteurisasi
Siapa : Supervisor Pasteurisasi
Kapan : Setiap lima menit
Bagaimana : Melakukan monitoring suhu dengan computer
5. Penyimpanan
Apa : Suhu cold storage
Siapa : Petugas pengukuran suhu
Kapan : Setiap satu jam sekali
Bagaimana : Dilakukan monitoring terhadap suhu cold storage
4.6.10 Tindakan Koreksi
Dewanti dan Hariyadi (2013) mengatakan bahwa jika tindakan monitoring
gagal maka tindakan koreksi berfungsi untuk menjamin produk pangan yang
dihasilkan aman. Tindakan koreksi yang dilakukan oleh PT. Pan Putra Samudra
yaitu sebagai berikut:
1. Penerimaan bahan baku
Jika bahan baku mengandung chloramphenicol melebihi standar yang
ditetapkan oleh perusahaan yaitu 0,150 ppb maka bahan baku akan dikembalikan
ke supplier atau mini plant.
2. Metal detecting
Daging rajungan yang terdeksi mengandung fragmen logam dipisahkan
dan dibongkar. Kemudian dilakukan pengambilan logam tersebut dan dicatat asal
dari daging rajungan tersebut. Jika metal detector gagal mendeteksi keberadaan
fragmen logam maka dilakukan kalibrasi atau perbaikan terhadap alat tersebut
dengan cara pengecekan sensitifitas alat sehingga fragmen logam yang melewati
alat tersebut dapat terdeteksi keberadaannya.
3. Seaming
Apabila ditemukan keadaan kaleng atau plastic cup diluar ukuran standar
atau penutupan yang tidak sempurna maka proses seaming dihentikan sementara
dan dilakukan pengecekan terhadap mesin seamer. Selain itu kaleng atau plastic
cup yang tidak sempurna penutupannya dipisahkan. Daging rajungan yang berada
dalam kemasan tersebut dikeluarkan dan dikemas kembali.
4. Pasteurisasi
Jika suhu air tidak sesuai dengan standar maka dilakukan penyesuaian
suhu dengan standar yang telah ditetapkan.
5. Penyimpanan
Jika terjadi kenaikan suhu pada cold storage maka dilakukan pengaturan
suhu sesuai dengan batas yang sudah ditetapkan yaitu 0oC-3,3oC.
4.6.11 Tindakan Verifikasi
Verifikasi dalam rencana HACCP adalah kegiatan yang dilakukan untuk
menjamin bahwa rencana HACCP dapat mengendalikan keamanan pangan secara
efektif (Dewanti dan Hariyadi, 2013). Prosedur verifikasi meliputi verifikasi
internal dan eksternal. Verifikasi internal berupa tindakan peninjauan ulang yang
dilakukan oleh pihak perusahaan sedangkan verifikasi eksternal biasanya
dilakukan oleh lembaga sertifikasi.
Verifikasi internal di PT. Pan Putra Samudra dilakukan oleh tim HACCP
untuk memastikan bahwa proses telah sesuai dengan HACCP plan sedangkan
verifikasi eksternal dilakukan satu tahun sekali yang dilakukan dengan
mengajukan surat ke dinas terkait untuk mendapatkan sertifikasi. Prosedur
verifikasi yang diterapkan di PT Pan Putra Samudra yaitu sebagai berikut:
1. Penerimaan bahan baku
a. Pengecekan catatan jumlah dan asal daging rajungan
b. Pengecekan hasil uji kandungan chloramphenicol daging rajungan
2. Metal detecting
Pengecekan lembar monitoring metal detecting setiap hari
3. Pasteurisasi
a. Pengecekan catatan suhu pusat daging, suhu pasteurisasi dan waktu
pasteurisasi setiap hari
b. Pengujian mikrobiologi terhadap produk hasil pasteurisasi setiap hari
4. Seaming
Pengecekan double seam secara visual setiap hari
5. Penyimpanan
Pengecekan lembar monitoring suhu cold storage setiap hari
4.6.12 Penetapan Dokumentasi dan Pencatatan
Dokumentasi atau pencatatan dalam rencana HACCP adalah rekaman
kegiatan penyusunan rencana HACCP dan implementasinya (Dewanti dan
Hariyadi, 2013). Dokumentasi dan pencatatan yang dilakukan di PT. Pan Putra
Samudra antara lain dokumentasi tim HACCP, deskripsi produk, bagan alir
proses, catatan monitoring semua tahapan proses mulai dari penerimaan bahan
baku sampai penyimpanan produk akhir, catatan tindakan koreksi, catatan
tindakan verifikasi, dan lain-lain.
V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari Praktek Kerja Lapang ini adalah sebagai berikut:
1) Persyaratan Dasar bagi penerapan HACCP di PT. Pan Putra Samudra adalah
sudah adanya Good Manufacturing Practice (GMP) dan Sanitation Standard
Operation Procedure (SSOP).
2) Penerapan HACCP pada pengalengan rajungan di PT. Pan Putra Samudra
telah dilaksanakan pengawasan pada setiap tahapan proses, yaitu tahapan
proses yang menjadi CCP (penerimaan bahan baku, metal detecting, seaming,
pasteurisasi dan penyimpanan) dan tahapan proses bukan CCP (sortasi,
mixing, pengalengan dan pendinginan).
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1) PT. Pan Putra Samudra perlu memberikan penyuluhan dan pelatihan mengenai
kedisiplinan pelaksanaan GMP dan SSOP kepada karyawan agar proses
pengalengan rajungan berjalan dengan baik.
2) Perusahaan lebih meningkatkan pengawasan terhadap semua tahapan proses
yang menjadi CCP sehingga bahaya yang terjadi dapat ditekan sekecil
mungkin.
3) Perusahaan perlu melakukan pembangunan toilet tambahan agar sesuai
dengan jumlah karyawan.
DAFTAR PUSTAKA
Adawyah, R. 2008. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Bumi Aksara. Jakarta. Hal 120-135.
Agustina, E. R., A. K. Mudzakir dan T. Yuliato. 2014. Analisis distribusi pemasaran rajungan (Portunus pelagicus) di desa betahwalang kabupaten demak. Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology, 3 (3): 190-199
Akhmadi, Y. N. 2006. Aplikasi Bagan Kendali Proses Berdasarkan Tingkat Residu Chloramphenicol pada Daging Rajungan di PT. Global Mandiri. Skripsi. Hal 1-24.
Badan Standarisasi Nasional. 1998. Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis (HACCP) Serta Pedoman Penerapannya, SNI 01-4852-1998. BSN. Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional. 2010a. Daging Rajungan Pasteurisasi dalam Kaleng-Bagian 1: Spesifikasi. SNI 6929.1.2010. BSN. Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional. 2010b. Daging Rajungan Pasteurisasi dalam Kaleng-Bagian 1: Persyaratan Bahan Baku. SNI 6929.2.2010. BSN. Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional. 2010c. Daging Rajungan Pasteurisasi dalam Kaleng-Bagian 1: Penanganan dan Pengolahan. SNI 6929.3.2010. BSN. Jakarta.
Budhiati, R. 2004. Manajemen Mutu Pengolahan Rajungan (Portunus pelagicus) pada Skala Rumah Tangga, Mini Plant dan Plant. Tesis. Program Pascasarjana. Universitas Diponegoro. Semarang. 87 hal.
Darwis, C. F. 2012. Penerapan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) dan Statistical Process Control (SPC) dalam Proses Produksi Bumbu Penyedap Rasa di PT. Unilever Indonesia Tbk. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal 11-49.
Dewanti, R. dan Hariyadi. 2013. Penerapan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) Pendekatan Sistematik Pengendalian Keamanan Pangan. Dian Rakyat. Jakarta. 139 hal.
Gunawan, I. 2000. Mempelajari Pengaruh Penundaan Proses Pengolahan Rajungan (Portunus pelagicus) terhadap Mutu Daging Rajungan di PT. Philips Seafoods Indonesia. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal 9-12.
Hariadi, S. 1994. Pengolahan Udang Beku. Karya Anda. Surabaya.
Ismiwarti. 2005. Pemanfaatan Cangkang Rajungan (Portunus sp.) sebagai Flavor. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal 1.
Jafar, L. 2011. Perikanan Rajungan di Desa Mattiro Bombang (Pulau Salemo, Sabangko dan Sagara) Kabupaten Pangkep. Skripsi. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Jurusan Perikanan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makasar. Hal 3-7.
Juwana, S. 2000. Rajungan Perikanan. Cara Budidaya dan Menu Masakan. Djambatan. Jakarta. Hal 4-10.
Koswara, S. 2009. HACCP dan Penerapannya pada Produk Bakeri. eBookPangan.com. 15 hal.
Krisnawati, A. 2002. Aplikasi Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) pada Produk Instant Noodles di PT. Sentrafood Indonusa Karawang. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal 43-58.
Legowo, A. M. 2003. Analisis Bahaya dan Penerapan Jaminan Mutu Komoditi Olahan Pangan. Makalah pada Pelatihan Penerapan Standar Jaminan Mutu bagi Pelaku Agribisnis. Badan Bimbingan Massal Ketahanan Pangan. Jawa Tengah. 36 hal.
Lingga, L. A. B. 2011. Karakteristik Protein dan Asam Amino Daging Rajungan (Portunus pelagicus) Akibat Pengukusan. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal 26-29.
Marriot, N. G. and R. B. Gravani. 2006. Principle of Food Sanitation. Spinger. USA. pp. 213.
Mirzards. 2009. Pengemasan Daging Rajungan Pasteurisasi dalam Kaleng. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Nazir, M. 2011. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor. Hal 54.
Nugroho, H. 2012. Analisis Dampak Penerapan Kebijakan Minuman Legal Size Input Production terhadap Tingkat Profitability Mini Plant Pengolahan Rajungan Kecamatan Tarumajaya Kabupaten Bekasi. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Hal 49-55.
Nurdiansyah, A. 2010. Evaluasi Aplikasi GMP dan SSOP serta Penyusunan HACCP Plan pada Produksi Yoghurt Drink di PT. Indolakto Factory Pandaan, Pasuruan. Skripsi. Program Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Nuryani, AG. B. 2006. Pengendalian Mutu Penanganan Udang Beku dengan Konsep Hazard Analysis Critical Control Point (Studi Kasus di Kota Semarang dan Kabupaten Cilacap. Tesis. Program Pascasarjana. Universitas Diponegoro. Semarang. Hal 6-28.
Rahardjo, P. 2010. Sistem pengendali temperature untuk pasteurisasi alat-alat medis. Teknologi Elektro, 9 (1): 100-107.
Rahmawaty, L., W. P. Rahayu dan H. D. Kusumaningrum. 2013. Pengembangan strategi keamanan produk perikanan untuk ekspor ke amerika serikat. Jurnal Standarisasi, 16 (2): 95-102.
Ramadhani, D. R. 2013. Perancangan dan Implementasi Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) Plan Produk Herbal Capsule (Studi Kasus di PT. Liza Herbal International, Kota Bogor). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal 10-43.
Ramadhani, R. 2006. Penyusunan Draf Manual Pre-Requisite HACCP dan Draf Manual Halal untuk Pkis Sekar Tanjung. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Hal 5-57.
Rochima, B. dan D. Hidayati. 2012. Kajian penerapan good manufacturing practice (GMP) di industri rajungan pt. kelola mina laut madura. Agrointek, 6 (1): 55-64
Sangadji, E. M. dan Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian-Pendekatan Praktis dalam Penelitian. Andi. Yogyakarta. Hal 171-172.
Sarwono, E. 2007. Mempelajari Penerapan HACCP pada Unit Pengolahan Produk Chicken Nugget PT. Japfa Santori Indonesia. Skripsi. Program Studi Teknologi Hasil Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal 7-71.
Sukasih, E., Setyadi dan R. D. Hariadi. 2005. Analisis kecukupan panas pada proses pasteurisasi puree mangga (Mangiferaindica l). Jurnal Pascapanen, 2 (2): 8-17.
Susianawati, R. 2006. Kajian Penerapan GMP dan SSOP pada Produk Ikan Asin Kering dalam Upaya Peningkatan Keamanan Pangan di Kabupaten Kendal. Tesis. Program Pascasarjana. Universitas Diponegoro. Semarang. Hal 19-67.
Svane, I and G. Hooper. 2004. Blue Swimmer Crab (Portunus pelagicus) Fishery. Fishery Assesment Report to PIRSA for the Blue Crab Fishery Mangement Committee. South Australian Research and Development Institute (Aquatic Sciences), Adelaide. RD 03/024-2. Pp. 9-10.
Thaheer, H. 2005. Sistem Manajemen HACCP (Hazard Analysis Critical Control Points). PT. Bumi Aksara. Jakarta. 308 hal.
Winarno, FG. dan Surono. 2002. HACCP dan Penerapannya dalam Industri Pangan. M-Bro Press. Bogor.
Yusuf, M. 2007. Kajian Pemasaran dan Pengembangan Value Added Product dengan Pemanfaatan Rajungan menjadi Produk Olahan. Tesis. Program Pascasarjana. Universitas Diponegoro. Semarang. Hal 1-6.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Lokasi Praktek Kerja Lapang
Keterangan: A. Jawa Tengah (Skala 1:50.000.000)
B. PT. Pan Putra Samudra Rembang, Jawa Tengah (Skala
1:20.000.000)
Lampiran 2. Layout Proses PT. Pan Putra Samudra
Lampiran 3. Struktur Organisasi PT. Pan Putra Samudra
Lampiran 4. Form Hasil Pengujian Mirobiologi Bahan Baku
Lampiran 5. Form Hasil Pengujian Cloramphenicol Bahan Baku
Lampiran 6. Form Hasil Metal Detecting
Lampiran 7. Form Hasil Pengecekan Double Seam
Lampiran 8. Form Hasil Pengecekan Suhu Tank Pateurisasi dan
Pendinginan
Lampiran 9. Form Hasil Pengecekan Suhu Ruang Pengepakan
Lampiran 10. Form Hasil Pengecekan Suhu Cold Storage
Lampiran 11. Form Hasil Pengujian Sensori Produk Akhir
Lampiran 12. Form Hasil Pengujian Mikrobiologi Produk Akhir
Lampiran 13. Form Hasil Pengujian Cloramphenicol Produk Akhir
Lampiran 14. Analisis Bahaya Pengalengan Rajungan di PT. Pan Putra
Samudra
No. Tahapan Proses
Identifikasi
Bahaya
Penyebab Bahaya
Signifikansi Bahaya Tindakan Pencegahan
Resiko L/M/H
Keparahan L/M/H
Signifikansi N/TN
1 Penerimaan (Receiving)
B: Bakteri Patogen
- Tidak ada penerapan rantai dingin- Kontaminasi karyawan dan peralatan
L M TN - Melakukan pengecekan suhu dan TPC pada bahan baku- Menjaga kebersihan peralatan - Menerapkan sanitasi hygiene karyawan
K: Chloramphenicol
Kontaminasi dari perairan asal bahan baku dan kontaminasi selama proses pengolahan di mini plant
H H N Melakukan pengecekan chloramphenicol pada setiap bahan baku yang masuk
2 Sortasi B: Bakteri Patogen
- Kontaminasi karyawan dan peralatan- Kenaikan suhu daging
L M TN - Melakukan penerapan sanitasi hygiene terhadap karyawan yang berkontak langsung dengan produk- Menjaga kebersihan peralatan
- Penerapan rantai dingin
F: Sisa shell dan benda asing
Ketelitian kerja karyawan yang kurang
L M TN Melakukan pengecekan kembali hasil sortasi
3 Final Checking
B: Bakteri patogen
Kontaminasi karyawan
H H N Melakukan penerapan sanitasi hygiene terhadap karyawan yang berkontak langsung dengan produk
F: Sisa shell dan benda asing
Ketelitian kerja karyawan yang kurang
L H TN Melakukan pengecekan kembali hasil sortasi
4 Metal detecting
F: Metal fragment
- Adanya kontaminasi pada saat penanganan di mini plant- Keakuratan mesin
L M TN Melakukan kalibrasi mesin dengan alat sensitifitas sebelum dan setelah mesin digunakan
5 Pencampuran (Mixing)
B: Bakteri patogen
- Kontaminasi karyawan dan peralatan- Kenaikan suhu daging
L M TN - Melakukan penerapan sanitasi hygiene terhadap karyawan yang berkontak langsung dengan produk- Menjaga kebersihan peralatan-
Menambahkan es apabila suhu bahan baku melebihi suhu yang sudah ditentukan yaitu 10oC
6 Pemasukan dalam kaleng (Filling)
B: Bakteri patogen
- Kontaminasi karyawan dan peralatan- Kenaikan suhu daging
L M TN - Melakukan penerapan hygiene terhadap karyawan yang berkontak langsung dengan produk- Menjaga kebersihan peralatan- Melakukan treatmen terhadap kaleng atau plastic cup yang akan digunakan-Menambahkan es apabila suhu bahan baku melebihi suhu yang sudah ditentukan yaitu 10oC
7 Penutupan kaleng (Seaming)
B: Bakteri patogen
Penutupan kaleng yang tidak sempurna
H H N Melakukan pengecekan kaleng setiap penutupan 400 kaleng atau 2 jam sekali
F: Kerusakan fisik kaleng
8 Pasteurisasi B: Bakteri patogen tahan panas
Ketidaksesuaian suhu dan waktu pemanasan
M H N Melakukan pengecekan suhu air setiap 5 menit sekali
9 Pendinginan B: Bakteri patogen
Kontaminasi dari air dan es yang digunakan
L M TN -Menggunakan air dan es yang standard- Menambahkan klorin sebesar 3-5 ppm ke dalam cold tank
10 Pengepakan B: Bakteri patogen
Pada saat proses pengepakan terjadi kenaikan suhu
H H N - Proses pengepakan dilakukan dengan cepat yaitu maksimal 1 jam setelah pendinginan- Pengepakan dilakukan pada ruangan yang memiliki suhu maksimal 20oC
11 Penyimpanan B: Bakteri patogen
Suhu penyimpanan yang tidak tepat
H H N Melakukan pengecekan suhu setiap 1 jam sekali