PROPOSAL TUGAS AKHIR PREPARASI BIODEGRADABLE POLIMER KOMPOSIT KITOSAN- SELULOSA NATA DE SOYA DARI LIMBAH CAIR TAHU Diajukan sebagai syarat untuk melaksanakan Tugas Akhir Oleh : Eyka Yuditia Saferia 3211123001 FAKULTAS MIPA JURUSAN KIMIA
PROPOSAL TUGAS AKHIR
PREPARASI BIODEGRADABLE POLIMER KOMPOSIT KITOSAN-
SELULOSA NATA DE SOYA DARI LIMBAH CAIR TAHU
Diajukan sebagai syarat untuk melaksanakan Tugas Akhir
Oleh :
Eyka Yuditia Saferia
3211123001
FAKULTAS MIPA
JURUSAN KIMIA
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
2012/2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tahu merupakan salah satu jenis makanan pokok yang banyak dikonsumsi di daerah
Jawa Barat, sehingga di daerah ini banyak ditemukan industri yang bergerak di bidang
produksi tahu. Banyaknya industri di bidang produksi tahu ini menyebabkan timbulnya
masalah, yaitu dihasilkannya limbah cair tahu dan limbah padat berupa ampas tahu. Sampai
saat ini, ampas tahu banyak dimanfaatkan sebagai pupuk organik, namun limbah cair tahu
belum mendapat penanganan secara khusus.
Limbah cair tahu yang sangat melimpah tidak termanfaatkan secara optimal dan
kebanyakan hanya dibuang begitu saja sebagai limbah sisa hasil produksi. Hal ini dapat
menyebabkan pencemaran terhadap tanah dan badan air dikarenakan adanya kandungan
asam asetat/cuka yang dapat membahayakan keseimbangan kandungan tanah dan
pencemaran sungai. Meskipun tergolong sebagai polutan, limbah cair tahu masih
mengandung zat-zat organik dan nutrisi yang bermanfaat. Potensi inilah yang
memungkinkan limbah cair tahu untuk dapat dimanfaatkan lebih lanjut.
Salah satu bentuk pemanfaatan limbah cair tahu yang dilakukan pada penelitian ini
adalah aplikasinya pada pembuatan selulosa Nata de Soya. Kandungan nutrisi yang terdapat
pada limbah cair tahu menjadikannya medium yang potensial bagi pertumbuhan bakteri
pada proses fermentasi Nata de Soya.
Selanjutnya, selulosa Nata de Soya yang diperoleh akan dicampurkan dengan
kitosan yang berasal dari limbah kulit udang yang masih kurang dimanfaatkan. Hasil
pencampuran tersebut menghasilkan suatu komposit biodegradable polimer kitosan-
selulosa Nata de Soya .
1.2. Perumusan Masalah
Permasalahan yang dihadapi pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana memperoleh selulosa Nata de Soya dari limbah cair tahu?
2. Bagaimana memperoleh kitosan dari limbah kulit udang?
3. Bagaimana membuat komposit selulosa Nata de Soya dan kitosan?
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Preparasi komposit biodegradable polimer selulosa-kitin
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Pembuatan selulosa Nata de Soya melalui fermentasi limbah cair tahu
2. Pembuatan kitosan dari kulit udang.
3. Pembuatan dan uji karakterisasi komposit biodegradable polimer selulosa-kitosan.
1.4. Pembatasan Masalah
Penelitian ini mencakup pembuatan selulosa Nata de Soya melalui proses
fermentasi limbah cair tahu, pembuatan kitosan dari limbah kulit udang, kemudian selulosa
dan kitosan digabungkan sehingga terbentuk komposit selulosa-kitosan. Uji karakteristik
selulosa dan komposit selulosa-kitosan dilakukan melalui penentuan gugus fungsi dan
derajat kristalinitas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Selulosa
Selulosa adalah suatu karbohidrat jenis polisakarida yang tidak bercabang sebagai
penyusun kerangka sel tumbuhan, selulosa merupakan komponen fibrous seperti serat
kapas (Poedjiadi, 1994). Selulosa tersusun atas unit ulang glukosa yang dihubungkan
dengan ikatan β-1,4-glikosida. Segmen-segmen glukosa mengandung tiga gugus hidroksil
yang reaktif terhadap reaksi kimia membentuk suatu ester selulosa (selulosa asetat atau
selulosa nitrat) dan eter. Selulosa memiliki struktur rantai yang linier sehingga bersifat
kristalin. Meskipun demikian, selulosa juga memiliki bagian yang kurang teratur dan
disebut fasa amorf (Mulder, 1996). Berikut ini struktur dari selulosa dengan ikatan β-1,4-
glikosida.
Gambar 2.1 Struktur Selulosa.
Keberadaan gugus-gugus hidroksil pada selulosa menyebabkan selulosa bersifat
hidrofilik. Namun tingginya tingkat kristalinitas selulosa dan adanya ikatan hidrogen
intermolekuler antar gugus hidroksil menyebabkan selulosa tidak dapat larut dalam air.
Selulosa tidak dapat dilelehkan namun dapat mengalami penggembungan dalam pelarut
tertentu akibat adanya ikatan hidrogen.
Tingkat penggembungan selulosa bergantung pada pelarut yang digunakan dan sifat
alamiah yang dimiliki oleh selulosa. Penggembungan selulosa dapat berupa
penggembungan interfibriler maupun intrafibriler. Pada penggembungan interfibriler,
pelarut hanya memasuki daerah mikrofibriler yang tidak teratur (amorf), sedangkan pada
penggembungan intrafibriler terjadi pada daerah kristalin dari selulosa (Yuliani, 2005).
Gambar 2.2 menunjukkan foto SEM permukaan selulosa bakterial.
Gambar 2.2 Foto SEM Permukaan Selulosa Bakterial.
Sumber: Production of biocellulose (bacterial cellulose).htm (Tanpa tahun).
Sejumlah polimer yang bersifat hidrofilik telah banyak digunakan sebagai bahan
baku pembuatan membran, selulosa beserta turunannya merupakan kelompok penting yang
juga digunakan dalam berbagai macam preparasi membran. Turunan selulosa yang banyak
digunakan sebagai bahan baku pembuatan membran adalah selulosa asetat, selulosa
triasetat, selulosa tripropionat, selulosa nitrat, etil selulosa dan campuran antara ester-ester
selulosa seperti selulosa asetat-butirat. Membran yang dihasilkan dari bahan baku turunan
selulosa ini biasanya digunakan dalam proses mikrofiltrasi, ultrafiltrasi dan osmosis balik.
Polimer alami seperti selulosa ini merupakan bahan baku yang relatif murah dan mudah
didapatkan serta memiliki peranan penting dalam kemajuan teknologi membran (Mulder,
1996:54).
2.2. Nata de Soya
Nata menurut istilah berasal dari kata ”natare” yang berarti terapung-apung
(melayang). Nata dihasilkan dari proses fermentasi berbagai macam bahan tanaman seperti
air kelapa, tetes tebu, limbah cair tahu (whey tahu), bahkan berupa sari buah-buahan seperti
nanas, melon, markisa dan lain sebagainya. Menurut sejarah pembuatan Nata, awal mula
fermentasi Nata dilakukan pada sari buah nanas yang diberi nama Nata de Pina. Namun
karena buah nanas termasuk buah musiman, produksi Nata de Pina kurang mengalami
kemajuan sehingga muncul alternatif pembuatan Nata dari bahan baku air kelapa yang
memiliki nama Nata de Coco.
Nata de Soya merupakan jenis selulosa bakterial yang dihasilkan dari proses
fermentasi limbah cair tahu (whey tahu) menggunakan bakteri Acetobacter xylinum.
Bakteri ini merupakan jenis bakteri aerob Gram negatif yang mampu menyusun glukosa
alami menjadi serat-serat selulosa yang sangat halus. Serat-serat ini membentuk jaringan
pada lapisan permukaan antara udara dengan cairan berupa gel berwarna putih yang disebut
sebagai pellicle. Ketebalan pellicle yang dihasilkan bergantung pada masa pertumbuhan
mikroba.
2.3. Kitosan
Kitosan pertama kali ditemukan oleh ilmuwan Perancis, Ojier, pada tahun 1823.
Ojier meneliti kitosan hasil ekstrak kerak binatang berkulit keras, seperti udang, kepiting,
dan serangga. Berikut merupakan struktur dari kitosan.
Gambar 2.3 Struktur Kitosan.
Kitosan yaitu poly-D-glucosamine (tersusun lebih dari 1000 unit glukosamin dan
asetilglukosamin) dengan berat molekul lebih dari satu juta ton, merupakan dietary fiber
(serat yang bisa dimakan) kedua setelah selulosa. Kitosan mempunyai nama lain selain
Khitin yaitu Kitosan Askorbat, NCarboxybutyl Kitosan, unsur penting ke-6, dan
sebagainya. Volume produksinya di alam bebas menempati peringkat kedua setelah serat,
diperkirakan volume total makhluk laut di atas 100 juta ton per tahun. kitosan dianggap
sebagai limbah karena sifatnya yang tidak larut dalam air, asam, basa maupun pelarut
organik lainnya, sehingga modal untuk mengembangkannya jauh lebih mahal daripada
penggunaan serat secara langsung.
2.4. Karakterisasi Selulosa, Kitosan dan Komposit Selulosa-Kitosan
2.4.1. Analisis FTIR
Teknik yang digunakan untuk menentukan kandungan gugus fungsi yang terdapat
pada selulosa dan selulosa asetat yakni menggunakan analisis spektrofotometri inframerah.
Prinsip kerja alat sprektrofotometer inframerah (FTIR) yakni dengan memanfaatkan
interaksi antara material sampel dengan suatu radiasi inframerah. Senyawa yang saling
berikatan kovalen mempunyai kemampuan menyerap radiasi elektromagnetik dalam daerah
spektrum inframerah, absorpsi radiasi inframerah pada material tertentu berkaitan dengan
fenomena bergetarnya molekul atau atom. Besarnya energi yang digunakan oleh atom-atom
untuk bervibrasi akan identik dengan energi radiasi sinar inframerah yang diserap, setiap
gugus memiliki tingkat energi vibrasi yang khas. Berikut ini gambar mengenai mekanisme
kerja alat FTIR.
Gambar 2.4. Mekanisme Kerja Alat FTIR.
2.4.2. Analisis XRD
Pengukuran terhadap derajat kristalinitas selulosa dan selulosa asetat Nata de Soya
menggunakan alat pengukur difraksi sinar-X (XRD). Prinsip kerja XRD adalah
pemanfaatan hamburan elastis berkas foton sinar-X oleh atom-atom dalam suatu material
padat. Berikut ini gambar yang menunjukkan interaksi sinar-X terhadap kisi-kisi molekul
suatu material.
Θ d sinθ d
Gambar 2.8 Interaksi Sinar-X Terhadap Material.
Hukum Bragg menjelaskan hubungan antara sudut yang dihasilkan dari arah
datangnya sinar-X terhadap kisi permukaan material (θ), jarak kisi-kisi molekul (d) dan
panjang gelombang sinar-X (λ) (Niemantsverdriet, 2000).
nλ = 2d sinθ; n = 1,2,3,.... (2.1)
2.4.3. Penentuan Massa Molekul Relatif
Massa molekul relatif dari selulosa asetat menunjukkan besarnya derajat
polimerisasi. Berdasarkan derajat polimerisasinya, selulosa dapat dibagi menjadi tiga jenis
yakni α-selulosa dengan derajat polimerisasi > 200, β-selulosa dengan derajat polimerisasi
antara 10 – 200 dan γ-selulosa dengan derajat polimerisasi < 10.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian mengenai preparasi biodegradable polimer komposit selulosa-kitosan
dilakukan di Laboratorium Penelitian, Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Jendral Achmad Yani Cimahi. Waktu pelaksanaan
penelitian berjalan selama tujuh bulan terhitung dari bulan November 2013 sampai Mei
2014.
Analisis komposisi kimia dari komposit selulosa-kitosan menggunakan alat
spektrofotometri jenis FTIR dan set alat difraktometer sinar-X (XRD) dilakukan di
Laboratorium Pengujian tekMira, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral
dan Batubara Bandung.
3.2. Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
1) Limbah cair (whey) tahu sebagai medium pembuatan Nata de Soya;
2) Gula pasir sebagai komponen penyusun selulosa bakterial Nata de Soya;
3) Asam asetat glasial p.a (CH3COOH 100%) sebagai nutrien tambahan;
4) Urea ((NH2)2CO) sebagai sumber nutrien bagi pertumbuhan bakteri;
5) Larutan NaOH 1% sebagai cairan pencuci Nata de Soya;
6) Larutan CH3COOH 1% sebagai cairan pencuci Nata de Soya;
7) Biakan bakteri Acetobacter xylinum sebagai stater fermentasi Nata de Soya;
8) Limbah kulit udang;
9) Larutan NaOH 3,5% untuk isolasi kitin dari kulit udang;
10) Larutan HCl 2 N untuk isolasi kitin dari kulit udang;
11) Larutan NaOH 50% untuk deasetilasi kitin menjadi kitosan;
12) Larutan CH3COOH 1% ;
13) Aquades.
3.3. Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan di dalam penelitian ini adalah :
1) Peralatan gelas dan plastik;
2) Pembakar Bunsen beserta set penangasnya;
3) Pengaduk magnetik (hot plate stirrer);
4) Pengocok elektrik (shaker); dan
5) Neraca semi analitik.
Peralatan yang digunakan untuk analisis sifat-sifat fisika-kimia film tipis selulosa
dan selulosa asetat Nata de Soya meliputi:
1) FTIR;
2) Difraktometer sinar-X;
3) Viskometer Ostwald; dan
4) Jangka 0,01-20 mm.
3.4. Pembuatan Selulosa Nata de Soya
Satu liter limbah cair tahu (whey tahu) yang masih segar diendapkan, dan disaring
dengan beberapa lapis kain kassa, kemudian dipanaskan sampai mendidih sambil diaduk.
Setelah mendidih, ditambahkan asam asetat glasial (10 mL asam asetat untuk setiap 1 liter
whey) dan gula (80 gram gula untuk setiap liter whey). Campuran ini diaduk hingga merata
dan semua gula larut. Larutan ini disebut dengan whey asam bergula.
Urea dilarutkan di dalam sedikit whey yang telah dimasak (setiap 1 gram urea
membutuhkan 20 mL whey), larutan ini dididihkan kemudian dituangkan ke dalam whey
asam bergula. Larutan yang diperoleh disebut sebagai media Nata. Media Nata didinginkan
sampai suam-suam kuku kemudian ditambahkan starter (setiap 1 liter media Nata
membutuhkan 50 – 100 mL starter). Campuran dipindahkan ke dalam wadah-wadah
fermentasi dengan ketinggian larutan sekitar 4 cm. Wadah ditutup dengan kertas yang telah
dipanaskan di dalam oven pada suhu 140°C selama 2 jam. Wadah berisi media ini disimpan
di ruang fermentasi selama 7 hingga 10 hari, wadah ini tidak boleh diganggu atau tidak
boleh mengalami guncangan. Produk akhir dari proses fermentasi ini berupa lapisan Nata
berwarna putih dengan ketebalan 1,5 – 2,0 cm, selanjutnya lapisan ini disebut Gel Nata de
Soya. Gel Nata de Soya selanjutnya dicuci menggunakan air mendidih selama 15 menit,
larutan NaOH 1% dan larutan asam asetat (CH3COOH 1%) masing-masing selama 24 jam
dan terakhir menggunakan air yang mengalir.
Gel Nata de Soya yang telah dicuci bersih diukur ketebalannya, kemudian gel Nata
tersebut dikeringkan dalam oven selama 4 jam pada suhu 60° - 80°C. Gel Nata de Soya
dalam keadaan kering berupa lempeng tipis selulosa berwarna putih. Sebagian kecil dari
lempeng tipis ini disiapkan untuk pengujian gugus fungsi menggunakan alat
spektrofotometri infra merah dan penentuan derajat kristalinitas menggunakan
difraktometer sinar-X.
3.5. Isolasi Kitin dari Limbah Kulit Udang
Isolasi kitin dari limbah kulit udang dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu
tahap deproteinasi dan tahap demineralisasi. Pada tahap deproteinasi dilakukan pemisahan
protein yang terdapat pada kulit udang dengan NaOH 3,5% dengan perbandingan kulit
udang dan NaOH (1:10) pada suhu 65°C selama 2 jam dengan pengadukan. Pada tahap
demineralisasi dilakukan pemisahan mineral dari kulit udang menggunakan HCl 2N dengan
perbandingan kulit udang dan HCl (1:15) pada suhu kamar selama 30 menit dengan
pengadukan.
3.6. Transformasi Kitin menjadi Kitosan
Proses deasetilasi dilakukan dengan menambahkan larutan NaOH 50% pada kitin
hasil isolasi dengan perbandingan 10:1 (w/v). Campuran direbus pada suhu ± 120° C
selama lebih kurang 2 jam.
3.7. Pembuatan Komposit Selulosa-Kitosan
Pembuatan komposit selulosa-kitosan dimulai dengan pembuatan larutan dope
dengan mencampurkan selulosa dan kitosan dalam larutan asam asetat 2% dan diaduk pada
suhu 40oC sampai terbentuk larutan yang homogen. Pada tahap ini dilakukan variasi
komposisi bahan yaitu dengan konsentrasi selulosa 1%, 2%, 3%, 4%, dan 5% (w/v)
sedangkan konsentrasi kitosan dibuat tetap yaitu 4% (w/v).
Larutan dope kemudian dituangkan pada plat kaca untuk proses pencetakan
(casting). Proses pencetakan ini diawali dengan proses penguapan sebagian pelarut dengan
cara didiamkan selama 30 detik. Selanjutnya plat kaca yang telah dilapisi larutan kental ini
dicelupkan ke dalam bak koagulasi yang berisi air dingin dengan suhu 5°C.
3.8. Karakterisasi Selulosa, Kitosan dan Komposit Selulosa-Kitosan
3.8.1. Analisis FTIR
Sebanyak 0,1 gram sampel (selulosa, kitosan atau komposit selulosa-kitosan)
dicampur dengan serbuk KBr, campuran ini digerus agar homogen menggunakan mortir
kemudian dibuat pelet. Pelet campuran sampel dan KBr ini dimasukkan ke dalam set alat
FTIR dan pengujian menggunakan spektrometri inframerah dilakukan hingga diperoleh
spektra inframerahnya (kurva %T terhadap bilangan gelombang) dengan rentang bilangan
gelombang 500 – 4000 cm-1.
3.8.2. Analisis XRD
Serbuk sampel selulosa dan selulosa-kitosan ditempatkan pada sample holder set
alat difraktometer sinar-X. Pengujian dilakukan dengan mengukur intensitas sinar refleksi
pada sudut datang 4○ hingga 140○C, hasil pengujian berupa difraktogram sinar-X.
Pengukuran derajat kristalinitas dari kedua sampel dilakukan dengan menentukan
perbandingan antara luas daerah kristalin terhadap luas daerah keseluruhan, dikali seratus
persen.
3.8.3. Penentuan Massa Molekul Relatif
Sebanyak 0,15 gram serbuk selulosa asetat dilarutkan dalam 100 mL aseton
(Larutan A). Selanjutnya pengenceran larutan A dilakukan dengan konsentrasi: 0,4A; 0,6A
dan 0,8A. Masing-masing larutan diukur waktu alirnya menggunakan alat viskometer
Ostwald 150. Pengukuran bobot molekul relatif untuk volume (Mv) ditentukan dengan
persamaan sebagai berikut:
[ή] = K x Mva (3.2)
Dimana:
ή = Viskositas.
K dan a = Tetapan polimer dan pelarut tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Habibi, Anwar. 2007. Preparasi Film Tipis Selulosa Asetat Nata de Soya. Skripsi. Jurusan
Kimia. FPMIPA UPI. Bandung
Hargono, Abdullah, Indro Sumantri. 2008. Pembuatan Kitosan Dari Limbah Cangkang
Udang Serta Aplikasinya Dalam Mereduksi Kolesterol Lemak Kambing. Reaktor.
12: 53-57
Muliawati, Eka Cahya. 2012. Pembuatan Membran Nanofiltrasi untuk Pengolahan Air.
Tesis. Magister Teknik Kimia Universitas Dipenogoro. Semarang
Safriani. 2000. Produksi Biopolimer Selulosa Asetat dari Nata de Soya. Tesis. Program
Pascasarjana ITB. Bogor
Savitri, Emma, dkk. 2010. Síntesis Kitosan, Poli(2-amino-2-deoksi-D-Glukosa), Skala Pilot
Project dari Limbah Kulit Udang sebagai Bahan Baku Alternatif Pembuatan
Biopolimer. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan” : 388-397.
Wafiroh, Siti, dkk. 2010. Pembuatan dan Karakterisasi Edible Film dari Komposit Kitosan-
Pati Garut (Maranta Arundinaceael) dengan Pemlastis Asam Laurat. Jurnal
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.13: 9-15