Proposal Skripsi Pendidikan Matematika tentang Model Pembelajaran Posted by Ubaydillah Ibnu Sholihin Minggu, 02 Juni 2013 0 komentar PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN SATAP 4 CIJAKU KABUPATEN LEBAK TAHUN PELAJARAN 2011/2012 PADA POKOK BAHASAN OPERASI ALJABAR
42
Embed
Proposal Skripsi Pendidikan Matematika tentang Model
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Proposal Skripsi Pendidikan Matematika tentang Model PembelajaranPosted by Ubaydillah Ibnu Sholihin Minggu, 02 Juni 2013 0 komentar
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING
DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN
SATAP 4 CIJAKU KABUPATEN LEBAK TAHUN PELAJARAN 2011/2012 PADA
POKOK BAHASAN OPERASI ALJABAR
A. Judul
Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing
Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMPN Satap 4
Cijaku Kabupaten Lebak Tahun Pelajaran 2011/2012 Pada Pokok
Bahasan Operasi Aljabar
B. Masalah
1. Latar Belakang Masalah dan Pengajuan Judul
Pendidikan merupakan sumber daya insani yang sepatutnya
mendapat perhatian terus menerus dalam upaya peningkatan
mutunya. Peningkatan mutu pendidikan berarti pula peningkatan
kualitas sumber daya manusia. Untuk itu perlu di lakukan
pembaruan dalam bidang pendidikan dari waktu ke waktu tanpa
henti. Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, maka
peningkatan mutu pendidikan suatu hal yang sangat penting bagi
pembangunan berkelanjutan di segala aspek kehidupan manusia.
Sistem pendidikan nasional senantiasa harus dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi baik di
tingkat lokal, nasional, maupun global (Mulyasa, 2006: 4).
Proses pembelajaran tersusun atas sejumlah komponen atau
unsur yang saling berkaitan satu dengan lainnya. Interaksi
antara guru dan peserta didik pada saat proses belajar
mengajar memegang peran penting dalam mencapai tujuan yang
diinginkan. Kemungkinan kegagalan guru dalam menyampaikan
materi disebabkan saat proses belajar mengajar guru kurang
membangkitkan perhatian dan aktivitas peserta didik dalam
mengikuti pelajaran khususnya matematika. Adakalanya guru
mengalami kesulitan membuat siswa memahami materi yang
disampaikan sehingga hasil belajar matematika rendah.
Keberhasilan pembelajaran matematika dapat diukur dari
keberhasilan siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran
tersebut. Keberhasilan itu dapat dilihat dari tingkat
pemahaman, penguasaan materi, serta prestasi belajar siswa.
Semakin tinggi pemahaman dan penguasaan materi serta prestasi
belajar maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan
pembelajaran.
Dari hasil pengamatan pengajaran matematika di SMPN Satap
4 Cijaku Kabupaten Lebak di temukan beberapa kelemahan
diantaranya adalah prestasi belajar matematika yang dicapai
siswa masih rendah. Fakta tersebut ditunjukkan oleh nilai
hasil belajar matematika siswa SMPN Satap 4 Cijaku Kabupaten
Lebak adalah 56,50 dan hal ini berarti masih di bawah kriteria
ketuntasan minimal (KKM) seperti yang ditetapkan oleh sekolah
yang bersangkutan yaitu 60. Hal ini di pengaruhi oleh faktor-
faktor yang mempengaruhi prestasi siswa khususnya pada siswa
kelas VIII dalam pembelajaran matematika antara lain: 1)
keaktifan siswa kelas VIII dalam mengikuti pembelajaran masih
belum tampak, 2) siswa jarang mengajukan pertanyaan, meskipun
guru sering memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya
tentang hal-hal yang belum dipahami, 3) keaktifan dalam
mengerjakan soal-soal latihan pada proses pembelajaran yang
masih kurang, 4) siswa di kelas VIII juga kurang mampu
menuliskan apa yang diketahui, ditanyakan dan menentukan rumus
yang tepat untuk menyelesaikan masalah.
Selain dari faktor siswa dalam proses pembelajaran, peran
guru juga sangat penting. Pada kondisi awalnya cara guru
mengajar di SMPN Satap 4 Cijaku Kabupaten Lebak khususnya guru
matematika rata-rata mengajar dengan metode ceramah dan
mengharapkan siswa duduk, diam dengan mencatat dan hafal. Pola
penyampaian guru yang tidak terstruktur sehingga dalam
pemahamannya siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi.
Mengingat dalam pembelajaran itu melibatkan aktifitas
mendengar, menulis, membaca merepresentasi dan diskusi untuk
mengkomunikasikan suatu masalah khususnya matematika maka
diskusi kelompok perlu dikembangkan. Dengan menerapkan diskusi
kelompok diharapkan aspek – aspek komunikasi bisa dikembangkan
sehingga bisa meningkatkan hasil belajar siswa.
Salah salah satu alternative untuk mengatasi permasalahan
di atas adalah Penggunaan strategi mengajar, pemilihan
strategi pembelajaran yang menarik dan dapat memicu siswa
untuk ikut serta secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar
yaitu model pembelajaran aktif. Pada dasarnya pembelajaran
aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik
untuk belajar secara aktif. Dimana peserta didik di ajak untuk
turut serta dalam proses pembelajaran, tidak hanya mental akan
tetapi juga melibatkan fisik. Salah satu model pembelajaran
aktif yang dapat mengatasi permasalahan tersebut yaitu
strategi snowball throwing.
Dalam pendekatan pembelajaran aktif ini siswa di harapkan
mampu mengembangkan kreativitas dalam menyelesaikan soal
matematika. Karena kreativitas itu merupakan kemampuan
individu untuk menciptakan sesuatu hal yang baru dan berbeda.
Kreativitas setiap siswa berbeda – beda, siswa yang memiliki
kreativitas tinggi mampu belajar dengan baik, dapat
menciptakan cara belajar dengan baik, dapat menciptakan cara
belajar dengan mudah serta mampu memahami, menyelesaikan soal-
soal yang dihadapi dalam belajar sehingga berpengaruh terhadap
prestasi belajar yang dicapai.
Strategi pembelajaran Snowball Throwing merupakan suatu cara
penyajian pelajaran dengan cara siswa berkreatifitas membuat
soal matematika dan menyelesaikan soal yang telah dibuat oleh
temannya dengan sebaik- baiknya. Penerapan model Snowball Trowing
ini dalam pembelajaran matematika melibatkan siswa untuk dapat
berperan aktif dengan bimbingan guru, agar peningkatan
kemampuan siswa dalam memahami konsep dapat terarah lebih
baik.
Berdasarkan uraian diatas tentang permasalahan dalam
pembelajaran matematika, penulis mengambil judul “Pengaruh
Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing Dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMPN Satap 4
Cijaku Kabupaten Lebak Tahun Pelajaran 2011/2012 Pada Pokok
Bahasan Operasi Aljabar”
2. Identifikasi Masalah
Berdasakan latar belakang di atas, maka identifikasi
masalah dalam penelitian ini adalah:
1) Apakah aktifitas siswa dapat mempengaruhi hasil belajar
matematika?
2) Apakah minat belajar siswa dapat mempengaruhi hasil belajar
matematika?
3) Apakah minat belajar siswa dapat mempengaruhi keaktifan
siswa?
4) Faktor apakah yang dapat meningkatkan aktifitas siswa?
5) Faktor apakah yang dapat meningkatkan minat siswa?
6) Faktor apakah yang dapat meningkatkan hasil belajar
matematika siswa?
7) Apakah model pembelajaran dapat mempengaruhi aktifitas
belajar siswa?
8) Apakah model pembelajaran dapat mempengaruhi minat belajar
siswa?
9) Apakah model pembelajaran dapat mempengaruhi hasil belajar
siswa?
10) Apakah model pembelajaran snowball throwing dapat meningkatkan
aktifitas siswa?
11) Apakah model pembelajaran snowball throwing berpengaruh terhadap
hasil belajar siswa?
3. Pembatasan masalah
Berdasakan latar belakang dan identifikasi masalah di
atas, maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1) Minat belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran
Snowball Throwing pada siswa kelas VIII SMPN Satap 4 Cijaku
Kabupaten Lebak tahun pelajaran 2011/2012 dalam pokok bahasan
operasi aljabar.
2) Hasil belajar matematika dengan penerapan model
pembelajaran Snowball Throwing pada siswa kelas VIII SMPN Satap 4
Cijaku Kabupaten Lebak tahun pelajaran 2011/2012 dalam pokok
bahasan operasi aljabar.
3) Pengaruh penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dalam
meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMPN
Satap 4 Cijaku Kabupaten Lebak tahun pelajaran 2011/2012 pada
pokok bahasan operasi aljabar.
4. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan
pembatasan masalah di atas, permasalahan yang akan dikaji
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Bagaimanakah minat belajar siswa dengan penerapan model
pembelajaran Snowball Throwing pada siswa kelas VIII SMPN Satap 4
Cijaku Kabupaten Lebak tahun pelajaran 2011/2012 dalam pokok
bahasan operasi aljabar?
2) Bagaimanakah hasil belajar matematika dengan penerapan
model pembelajaran Snowball Throwing pada siswa kelas VIII SMPN
Satap 4 Cijaku Kabupaten Lebak tahun pelajaran 2011/2012 dalam
pokok bahasan operasi aljabar?
3) Apakah terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran
Snowball Throwing dalam meningkatkan hasil belajar matematika
siswa kelas VIII SMPN Satap 4 Cijaku Kabupaten Lebak tahun
pelajaran 2011/2012 pada pokok bahasan operasi aljabar?
5. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Snowball Throwing
dalam meningkatkan hasil belajar matematia siswa kelas VIII
SMPN Satap 4 Cijaku Kabupaten Lebak tahun pelajaran 2011/2012
pada pokok bahasan operasi aljabar.
Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak di capai, maka
penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat atau kegunaan
dalam pendidikan baik secara langsung maupun tidak. Adapun
manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini di harapkan mampu
memberikan sumbangan kepada pembelajaran matematika, terutama
terhadap peningkatan hasil belajar matematika siswa. Serta
secara khusus penelitian ini memberikan kontribusi pada
strategi pembelajaran matematika yang berupa pergeseran dari
pembelajaran yang tidak hanya mementingkan hasil menuju
pembelajaran tetapi juga mementingkan prosesnya.
b. Manfaat Praktis
1) Memberi masukan kepada guru dalam menentukan strategi
mengajar yang tepat, yang dapat menjadi alternatif lain dalam
mata pelajaran matematika.
2) Memberi sumbangan informasi untuk meningkatkan mutu
pendidikan di Sekolah Menengah.
3) Memberi masukan kepada siswa untuk meningkatkan kreativitas
belajarnya, megoptimalkan kemampuan berfikir positif dalam
mengembangkan diri di tengah – tengah lingkungan dalam meraih
keberhasilan belajar.
4) Bahan pertimbangan, masukan atau referensi untuk penelitian
lebih lanjut.
C. Deskripsi Teoritis
1. Hakikat dari Variabel Y
a. Pengertian Belajar
Sebagian besar ahli berpendapat bahwa belajar adalah
merupakan proses perubahan, dimana perubahan tersebut
merupakan hasil dari pengalaman. Dengan pengembangan
tekhnologi informasi, belajar tidak hanya diartikan sebagai
suatu tindakan terpisah dari kehidupan manusia. Banyak ilmuwan
yang mengatakan belajar menurut sudut pandang mereka.
Beberapa definisi belajar sebagai suatu perubahan menurut
beberapa ahli adalah sebagai berikut.
1) Gagne dan Berliner (Ani Tri, 2004:2) menyatakan bahwa
belajar merupakan proses dimana sesuatu organisme mengubah
perilakunya karena hasil dari pengalaman.
2) Menurut Teori Belajar Konstruktivisme (Ani Tri, 2004:49-50)
belajar adalah lebih dari sekedar mengingat. Siswa yang
memahami dan mampu menerapkan pengetahuan yang telah
dipelajari, mereka harus bias menyelesaikan masalah, menemukan
sesuatu untuk dirinya, dan berkutat dalam berbagai gagasan.
Guru adalah bukan orang yang mampu memberikan pengetahuan
kepada siswa, sebab siswa yang harus mengkonstruksikan
pengetahuan didalam memorinya sendiri. Sebaliknya tugas guru
yang paling utama adalah : (a) memperlancar siswa dengan cara
mengajarkan cara-cara membuat informasi bermakna dan relevan
dengan siswa; (b) memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan atau menerapkan gagasannya sendiri; (c) memanamkan
kesadaran belajar dan menggunakan strategi belajarnya sendiri.
Disamping itu guru harus mampu mendorong siswa untuk
memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap materi yang
dipelajarinya.
3) Menurut Suharsimi Arikunto (1980:19) mengartikan bahwa
belajar merupakan suatu proses karena adanya usaha untuk
mengadakan perubahan terhadap diri manusia yang melakukan,
dengan maksud memperoleh perubahan dalam dirinya, baik berupa
pengetahuan, ketrampilan maupun sikap.
4) Sedangkan menurut Djamarah (2002:44) belajar merupakan
serangkaian kegiatan jiwa dan raga untuk memperoleh perubahan
tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi
dengan lingkungan.
5) Slameto (1989:2) mengemukakan bahwa, belajar adalah proses
usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalaman individu itu sendiri dalam lingkungannya.
6) Zainal Aqib (2010:43) berpendapat bahwa: “Belajar adalah
proses perubahan di dalam diri manusia. Apabila setelah
belajar tidak terjadi perubahan dalam diri manusia, maka
tidaklah dapat dikatakan bahwa padanya telah berlangsung
proses belajar”.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut batasan-batasan
belajar dapat disimpulkan sebagai berikut.
1) Suatu aktivitas atau usaha yang disengaja
2) Aktivitas tersebut menghasilkan perubahan, berupa sesuatu
yang baru baik yang segera nampak atau tersembunyi tetapi juga
hanya berupa penyempurnaan terhadap sesuatu yang pernah
dipelajari.
3) Perubahan-perubahan itu meliputi perubahan keterampilan
jasmani, kecepatan perseptual, isi ingatan, abilitas berpikir,
sikap terhadap nilainilai dan inhibisi serta lain-lain fungsi
jiwa (perubahan yang berkenaan dengan aspek psikis dan fisik)
4) Perubahan tersebut relatif bersifat konstan.
b. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Kingsley
(dalam Sudjana, 2001:22) membagi tiga macam hasil belajar,
yaitu : (1) keterampilan dan kebiasaan; (2) pengetahuan dan
pengertian; (3) sikap dan cita-cita yang masing-masing
golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum
sekolah.
Menurut Muhibbin Syah (2010:145) secara garis besar
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan
menjadi tiga
macam, yakni:
1) Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni
keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa;
2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi
lingkungan di sekitar siswa;
3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis
upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang
digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-
materi pelajaran,
Faktor ini diklasifikasikan menjadi dua yakni faktor
manusia dan faktor non manusia seperti alam, benda, hewan, dan
lingkungan fisik.
Beberapa ciri untuk melihat hasil belajar yang diperoleh
siswa setelah melakukan proses belajar adalah sebagai berikut:
1) Siswa dapat mengingat fakta, prinsip, konsep yang telah
dipelajarinya dalam kurun waktu yang cukup lama.
2) Siswa dapat memberikan contoh dari konsep dan prinsip yang
telah dipelajarinya.
3) Siswa dapat mengaplikasikan atau menggunakan konsep dan
prinsip yang telah dipelajarinya.
4) Siswa mempunyai dorongan yang kuat untuk mempelajari bahan
pelajaran lebih lanjut.
5) Siswa terampil mengadakan hubungan sosial seperti kerja
sama dengan siswa lain, berkomunikasi dengan orang lain, dan
lain-lain.
6) Siswa memperoleh kepercayaan diri bahwa ia mempunyai
kemampuan dan kesanggupan melakukan tugas belajar.
7) Siswa menguasai bahan yang telah dipelajari minimal 65%
dari yang seharusnya dicapai.
c. Pengertian matematika
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia matematika diartikan
sebagai: “ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan
prosedur bilangan operasional yang digunakan dalam
penyelesaian masalah mengenai bilangan” (Tim Penyusun KBBI,
2007:723).
Sedangkan menurut Djati Kerami dan Sitanggang (2003:158)
mengartikan matematika adalah: “pengkajian logis mengenai
bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berkaitan “.
Matematika dikelompokan kedalam tiga bidang, yakni:
1. Aljabar, pada dasarnya aljabar melibatkan bilangan dan
pengabstrakannya ;
2. Analisis, melibatkan kekontinuan dan limit;
3. Geometri, membahas bentuk-bentuk dan konsep-konsep yang
berkaitan (Djati Kerami dan Sitanggang, 2003:158)
2. Hakikat dari Variabe X
a. Model Pembelajaran
Istilah model pembelajaran dibedakan dari istilah
strategi pembelajaran, metode pembelajaran atau prinsip
pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai empat ciri
khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu,
yaitu: rasional teoritik yang logis yang disusun oleh
penciptanya, tujuan pembelajaran yang akan dicapai, tingkah
laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilakukan secara berhasil, dan lingkungan belajar yang
diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
Model–model pembelajaran dapat diklasifikasikan
berdasarkan: tujuan pembelajarannya, pola urutannya dan sifat
lingkungan belajarnya. Sebagai contoh pengklasifikasian
berdasarkan tujuan, pembelajaran langsung merupakan suatu
model pembelajaran yang baik untuk membantu siswa mempelajari
keterampilan dasar (I Wayan Santyasa, 2007:7).
Menurut Komaruddin (dalam Syaiful, 2006), model diartikan
sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman
dalam melaksanakan kegiatan. Model dapat dipahami sebagai: (1)
suatu tipe atau desain, (2) suatu deskripsi atau analogi yang
dipergunakan untuk membantu proses visualisasi sesuatu yang
tidak dapat dengan langsung diamat, (3) suatu sistem asumsi-
asumsi, data-data, dan inferensi-inferensi yang dipakai untuk
mengambarkan secara matematis suatu obyek atau peristiwa, (4)
suatu desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja.
Suatu terjemahan realita yang disederhanakan, (5) suatu
deskripsi dari suatu sistem yang mungkin atau imajiner, (6)
penyajian yang diperkecil agar dapat menjelaskan dan
menunjukkan sifat bentuk aslinya.
Menurut Joyce dan Weil (dalam I Wayan Santyasa, 2007:7)
model pembelajaran memiliki lima unsur dasar , yaitu (1)
syntax, yaitu langkah-langkah operasional pembelajaran, (2)
social system, adalah suasana dan norma yang berlaku dalam
pembelajaran, (3) principles of reaction, menggambarkan bagaimana
seharusnya guru memandang, memperlakukan, dan merespon siswa,
(4) support system, segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan
belajar yang mendukung pembelajaran, dan (5) instructional dan
nurturant effects—hasil belajar yang diperoleh langsung berdasarkan
tujuan yang disasar (instructional effects) dan hasil belajar di luar
yang disasar (nurturant effects).
Sintaks (pola urutan) dari suatu model pembelajaran
adalah pola yang menggambarkan urutan alur tahap–tahap
keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan serangkaian
kegiatan pembelajaran. Sintaks dari suatu model pembelajaran
tertentu menunjukkan dengan jelas kegiatan–kegiatan apa yang
harus dilakukan guru atau siswa.
b. Model Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) menurut Holubec
(dalam Nurhadi dkk, 2004:60) mengatakan bahwa: “Pembelajaran
kooperatif (cooperative learning) memerlukan pendekatan pengajaran
melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama
dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan
belajar”.
Sedangkan Abdurrahman dan Bintoro (2000:78) mengatakan
bahwa: “pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang
secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih
asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan
hidup di dalam masyarakat nyata”.
Dari penjelasan para ahli di atas, maka penulis
menyimpulkan bahwa pembelajar kooperatif adalah pendekatan
pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk
bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar guna mencapai
tujuan belajar yang secara sadar dan sistematis mengembangkan
interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa