1 I. JUDUL: MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL KOPERATIF TIPE JIGSAW SISWA KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 1 MATTIRO BULU KAB.PINRANG. A. Latar Belakang Undang undang sistem pendidikan Nasional menunjukkan dengan jelas betapa berat tanggung jawab yang diemban oleh para pendidik. Tanggung jawab tersebut dilaksanakan dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila di bidang pendidikan dan mengusahakan pembentukan manusia Indonesia yang berkualitas dan mandiri serta memberikan dukungan bagi perkembangan masyarakat Indonesia. Perlu disadari bahwa Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang paling penting mengingat peranannya dalam kehidupan manusia. Baik dari sisi teknologinya maupun dalam kehidupan sehari-hari. Mengingat hal tersebut di atas kiranya dalam pendidikan Matematika, guru perlu membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan yang bermamfaat guna menjawab tantangan masa depan.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
I. JUDUL: MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL KOPERATIF TIPE JIGSAW SISWA KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 1 MATTIRO BULU KAB.PINRANG.
A. Latar Belakang
Undang undang sistem pendidikan Nasional menunjukkan dengan jelas
betapa berat tanggung jawab yang diemban oleh para pendidik. Tanggung jawab
tersebut dilaksanakan dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional sebagai
pengamalan Pancasila di bidang pendidikan dan mengusahakan pembentukan
manusia Indonesia yang berkualitas dan mandiri serta memberikan dukungan bagi
perkembangan masyarakat Indonesia.
Perlu disadari bahwa Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang
paling penting mengingat peranannya dalam kehidupan manusia. Baik dari sisi
teknologinya maupun dalam kehidupan sehari-hari. Mengingat hal tersebut di atas
kiranya dalam pendidikan Matematika, guru perlu membekali siswa dengan
pengetahuan dan keterampilan yang bermamfaat guna menjawab tantangan masa
depan.
Sehubungan hal tersebut Arif Arya Setyaki (2008: 86) mengemukakan bahwa
matematika merupakan salah satu ilmu yang mendasari pengembangan teknologi.
Al-Khawarismi adalah seorang ilmuan yang pertama kali membuat simbol untuk
angka 0, tanpa penemuan angka 0, mungkin teknologi komputer tidak akan pernah
ditemukan karena komputer menggunakan sistem biner yang sangat tergantung pada
angka 0 dan 1.
Menurut Djaali (2010: 186) Dalam abad 20 ini, seluruh kehidupan manusia
sudah mempergunakan matematika, baik matematika ini sangat sederhana hanya
2
untuk menghitung satu, dua, tiga, maupun yang sampai sangat rumit, misalnya
perhitungan antariksa. Demikian pula ilmu-ilmu pengetahuan, semuanya sudah
mempergunakan matematika, baik sebagai pengembangan aljabar maupun statistik.
Sejalan dengan itu Soedjadi (1995: 2) mengemukakan bahwa matematika
sebagai salah satu ilmu dasar baik aspek terapannya maupun aspek penalarannya
mempunyai peranan yang amat penting dalam upaya penguasaan ilmu dan teknologi.
Ini berarti bahwa sampai batas tertentu matematika perlu dikuasai oleh segenap
warga negara Indonesia, baik penerapannya maupun pola pikirnya. Lebih lanjut
soedjadi mengemukakan bahwa matematika yang dipilih atas dasar kepentingan
pengembangan kemampuan dan kepribadian peserta didik serta perkembangan ilmu
pegetahuan dan teknologi perlu selalu dapat sejalan dengan tuntutan kepentingan
peserta didik menghadapi masa depan. Hudojo (1995: 1) mengatakan bahwa
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi harus di dasari oleh penguasaanm
matematika, karena dengan menguasai matematika merupakan kunci utama dalam
menguasai ilmu dan teknologi.
Sebagaimana peranan matematika yang memiliki peranan yang sangat
penting dan telah menjadi salah satu mata pelajaran yang masuk ujian nasional (UN)
baik dari sekolah dasar hingga sekolah menengah. Pada dasarnya belajar matematika
merupakan belajar konsep-konsep dengan kesatuan yang bulat dan
berkesinambungan. Berdasarkan observasi yang telah dilaksanakan di SMAN 1
Mattiro Bulu kelas XI IPA 1 pada proses pembelajaran masih ada 42% siswa
memperoleh nilai di bawah 65 dari KKM yang ditetapkan sekolah. Beberapa siswa
mengatakan bahwa belajar matematika sangat tidak menarik dan sangat
3
membosankan. Akibatnya siswa menjadi tidak antusias dan mudah bosan dalam
proses pembelajaran sehingga hasil belajar matematika siswa tidak maksimal.
Salah satu alrenatif dari masalah diatas yaitu, seorang guru harus mampu
memilih model yang cocok diterapkan dalam proses pembelajaran, salah satunya
model kooperatif tipe Jigsaw. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
diharapkan dapat menghilangkan rasa bosan siswa dalam belajar, siswa tidak pasif,
siswa dapat saling bertukar pikiran dengan teman. Selain itu dengan menggunakan
skor perkembangan dapat membuat siswa lebih termotivasi untuk menyumbangkan
skor pada kelompoknya untuk mendapatkan penghargaan kelompok. Dengan belajar
secara kooperatif, siswa mempunyai pengalaman sendiri untuk langsung
menanamkan konsep di dalam memori jangka panjang siswa.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti dengan judul
“Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Kooperatif Tipe Jigsaw
Siswa Kelas XI IPA 1 SMAN 1 Mattiro Bulu Kab.Pinrang”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, maka rumusan masalah
secara umum dalam penelitian ini adalah “Apakah Hasil Belajar Matematika Dapat
Ditingkatkan Melalui Model Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa Kelas XI IPA 1 SMAN 1
Mattiro Bulu Kab.Pinrang?”.
C. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan maka tujuan penelitian ini
adalah untuk dapat “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model
4
Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Mattiro Bulu
Kab.Pinrang”.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa: Dengan menerapkan pelatihan soal, diskusi, dan persentase pada mata
pelajaran matematika diharapkan dapat meningkatkan kreativitas dalam
memecahkan masalah matematika
2. Bagi guru: Sebagai bahan pertimbngn dalm pembelajaran matematika di kelas
sehingga dapat memudahkan siswa dalam memhami materi.
3. Bagi peneliti: Sebagai gambaran tentang keadaan sistem pembelajran disekolah
sehingga dapat menjadikan sebagai acuan dalam pengembangan ide –ide dalam
transfer nilai.
4. Bagi sekolah: Sebagai masukan untuk mendapatkan strategi pembelajaran yang
aktif dalam proses belajar mengajar.
II. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Pustaka
1. Hakikat Belajar Matematika
Belajar merupakan bagian dari penindakan yang merupakan suatu usaha
untuk mendapatkan kepandaian dan merupakan suatu usaha proses kegiatan yang
mengaitkan banyak faktor. Beberapa pakar pendidikan mendefinisikan belajar
sebagai berikut:
5
a. Gagne
Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang
melalui aktivitas, perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari
proses pertumbuhan seseorang secara alamiah.
b. Travers
Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.
c. Cronbach
Learning is shown by a change in behavior as result of experience. (Belajar
adalah perubahan tingkah laku).
d. Morgan
Learning is any relatively permanen change in behavior that is a result of past
experience. (belajar adalah perubahan prilaku yang bersifat pemanen sebagai
hasil dari pengalaman).
Sebagaimana yang dikemukakan Ahmadi(2004: 128) bahwa “belajar adalah
suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Hamalik (2007: 27) menyajikan dua
definisi yang umum tentang belajar yaitu:
a. Belajar adalah modifkasi atau memperteguh melalui pengalaman (learning is
defined as the modification srengthering of behavior trhough experiencing).
b. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalaui interaksi
dengan lingkungannya.
6
Untuk lebih memahami prinsip proses pembelajaran sebaiknya diuraikan
proses belajar dan mengajar. Pengertian proses dalam tulisan ini merupakan interaksi
semua komponen atau unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama
lain saling berhubungan dalam ikatan mencapai suatu tujuan (Usman, 1990: 17).
Menurut Djaali, (2008: 101) adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah
motivasi, sikap, minat, kebiasaan belajar, dan konsep diri.
Matematika adalah istilah yang berasal dari bahasa yunani “mathematikos”
berarti ilmu pasti atau”mathesis” yang berarti ajaran pengetahuan abstrak dan
deduktif yang dimana kesimpulan tidak ditarik dari kaedah-kaedah tertentu melalui
deduksi. Jadi belajar matematika adalah segala usaha untuk menguasai pengetahuan
abstrak dan deduktif.
Menurut Mas’ud (2009: 25) Matematika merupakan dasar ilmu pengetahuan.
Perkembangan ilmu dan technologi tidak luput dari peranan matematika. Matematika
ratu dari semua ilmu dan sekaligus sebagai pelayan. Belajar matematika adalah
bentuk belajar yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan terencana yang dalam
pelaksanaannya dibutuhkan suatu proses yang aktif individu untuk memperoleh
pengalaman atau pengetahuan baru hingga menyebabkan perubahan tingkah laku.
Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar matematika dilaksanakan secara
hierarkis, sistematis dan logis dengan proses yang aktif dalam melibatkan semua
komponen atau unsur yang terdapat dalam proses pembelajaran yang satu sama lain
saling berhubungan dalam mencapai tujuan.
2. Hasil belajar
7
Dalam proses pembelajaran di sekolah baik sekolah dasar, sekolah menengah,
maupun perguruan tinggi sering kali ada dijumpai beberapa siswa/mahasiswa yang
mengalami kesulitan dalam belajar dengan demikian masalah kesulitan dalam belajar
itu sudah merupakan problema umum yang khas dalam proses pembelajaran.
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Merujuk dalam pemikiran Gagne(Agus
Suprijono, 2008: 5) hasil belajar berupa:
1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk
bahasa, baik lisan maupun tulisan.
2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempersentasekan konsep dan
lambing.
3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
kognitifnya sendiri.
4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani
dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian
terhadap objek tersebut.
Menurut Bloom (Agus Supridjono, 2008: 6) hasil belajar mencakup
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge