Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Mempelajari vaksinasi, dunia telah menapaki jalan yang panjang. Sejak para ahli dalam bidang vaksinasi yaitu Edward Jenner, Louis Pasteur, Emil von Behring dan Shibasaburo Kitasato, Johan Salk, dan Albert Sabin, selama hampir tiga abad yaitu antara tahun 1689 sampai tahun 1950-an telah meletakkan dasar-dasar imunisasi yang kita kenal saat ini. Sampai akhirnya kini telah dikenal secara luas adanya vaksinasi sebagai ‘alat’ yang efektif dan murah untuk perbaikan kesehatan umat manusia. Anak- anak di semua negara secara rutin telah mendapat imunisasi untuk mencegah penyakit berbahaya sehingga imunisasi merupakan dasar kesehatan masyarakat. Namun, disayangkan masih banyak negara berkembang yang masih belum dapat mencapai Universal Child Immunization (UCI) karena cakupan imunisasi yang rendah. Sebenarnya, apabila UCI dapat dicapai maka kita dapat menyelamatkan tiga juta anak yang meninggal akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi setiap tahun. Program Pengembangan Program Imunisasi (PPI) merupakan program pemerintah Indonesia dalam bidang 1 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
41

Proposal Prilaku Masyarakat Terhadap Imunisasi Dasar Di Puskesmas Pasar Rebo 2015

Nov 18, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Mempelajari vaksinasi, dunia telah menapaki jalan yang panjang. Sejak para ahli dalam bidang vaksinasi yaitu Edward Jenner, Louis Pasteur, Emil von Behring dan Shibasaburo Kitasato, Johan Salk, dan Albert Sabin, selama hampir tiga abad yaitu antara tahun 1689 sampai tahun 1950-an telah meletakkan dasar-dasar imunisasi yang kita kenal saat ini. Sampai akhirnya kini telah dikenal secara luas adanya vaksinasi sebagai alat yang efektif dan murah untuk perbaikan kesehatan umat manusia. Anak-anak di semua negara secara rutin telah mendapat imunisasi untuk mencegah penyakit berbahaya sehingga imunisasi merupakan dasar kesehatan masyarakat. Namun, disayangkan masih banyak negara berkembang yang masih belum dapat mencapai Universal Child Immunization (UCI) karena cakupan imunisasi yang rendah. Sebenarnya, apabila UCI dapat dicapai maka kita dapat menyelamatkan tiga juta anak yang meninggal akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi setiap tahun.Program Pengembangan Program Imunisasi (PPI) merupakan program pemerintah Indonesia dalam bidang imunisasi guna mencapai komitmen internasional yaitu Universal Child Immunization (UCI) pada akhir 1982. UCI secara nasional dicapai pada tahun 1990, yaitu cakupan DTP3, polio3 dan campak minimal 80% sebelum umur 1 tahun. Namun akhir-akhir ini capaian tersebut menurun sehingga tahun 2012-2013 dilakukan strengthening immunization kembali untuk mencapai UCI desa 80%. Sedangkan cakupan untuk DTP1, polio1 dan BCG minimal 90%. Imunisasi yang termasuk dalam PPI adalah Hep. B, BCG, polio, DTP, Hib dan campak.

1.2 Perumusan MasalahBerdasarkan penurunan target Universal Child Immunization pada tahun 2012-2013 dikemukakan di latar belakang memunculkan masalah bagaimana karakteristik dan perilaku masyarakat terhadap imunisasi dasar di Puskesmas Pasar Rebo? 1.3 Tujuan PenelitianTujuan umum:Mengetahui gambaran masyarakat terhadap imunisasi dasar di Puskesmas Pasar Rebo

Tujuan khusus: Mengetahui sikap masyarakat terhadap imunisasi dasar di Puskesmas Pasar Rebo Mengetahui pengetahuan penderita masyarakat terhadap imunisasi dasar di Puskesmas Pasar Rebo Mengetahui praktek masyarakat terhadap imunisasi dasar di Puskesmas Pasar Rebo

1.4 Keterbatasan Penelitian1. Ada pasien yang tertutup sehingga sulit untuk dimintai keterangan2. Waktu penelitian yang terbatas

1.5 Manfaat Penelitian1. Menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi masyarakat khususnya di bidang pengetahuan vaksinasi 2. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap vaksinasi 3. Berguna bagi peneliti dalam belajar mengajar khususnya metode penelitian

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi ImunisasiIstilah imunisasi dan vaksinasi sering kali diartikan sama. Imunisasi pasif adalah suatu pemindahan atau transfer antibodi secara pasif. Vaksinasi adalah imunisasi aktif dengan pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang pembentukan imunitas (antibodi) oleh sistem imun di dalam tubuh. Imunisasi secara pasif dapat diperoleh dari pemberian 2 macam imunoglobulin, yaitu imunoglobulin non spesifik atau gamma globulin dan imuniglobulin spesifik yang berasal dari plasma donor yang pernah sakit atau baru saja mendapatkan vaksinasi penyakit tertentu. Imunoglobulin non spesifik digunakan pada anak dengan defisiensi imunoglobulin sehingga memberikan perlindungan dengan segera dan cepat. Namun, perlindungan tersebut tidak berlangsung permanen melainkan untuk beberapa minggu saja. Sedangkan imunoglobulin spesifik diberikan kepada anak yang belum terlindung karena belum pernah mendapatkan vaksinasi, kemudian terserang penyakit misalnya difteri, tetanus, hepatitis A & B.Vaksinasi merupakan suatu tindakan yang dengan sengaja diberikan paparan antigen yang berasal dari suatu patogen. Antigen yang diberikan telah dibuat demikian rupa sehingga tidak menimbulkan sakit namun memproduksi antibodi dan sel memori. Cara ini meniru infeksi alamiah dan tidak menimbulkan sakit namun cukup memberikan kekebalan. Tujuan memberikan infeksi ringan yang tidak berbahaya namun cukup untuk menyiapkan respon imun sehingga apabila terjangkit penyakit yang sesungguhnya dikemudian hari anak tidak menjadi sakit karena tubuh dengan cepat membentuk antibodi dan mematikan antigen atau penyakit yang masuk tersebut.2.2 Mekanisme Kerja VaksinPerlindungan terhadap penyakit infeksi merupakan kekebalan atau imunitas yang dapat diperoleh secara aktif maupun pasif. Imunitas aktif dibetuk oleh sistem kekebalan tubuh sendiri, sedangkan imunitas pasif merupakan produk hewan atau manusia yang diberikan pada seseorang. Imunitas aktif bertahan dalam jangka panjang atau menetap sedangkan imunitas pasif bersifat sementara yang akan berangsur hilang dalam waktu beberapa minggu atau bulan. Bentuk imunitas pasif yang paling penting adalah imunitas yang diperoleh bayi dari ibu. Transfer antibodi maternal melalui plasenta berlangsung terutama pada masa 1-2 bulan terakhir kehamilan. Transfer antibodi bayi cukup bulan praktis akan sama dengan antibodi ibu, yang akan melindungi bayi dari infeksi tertentu beberapa lama (dapat sampai lebih dari 1 tahun)Imunitas aktif secara klinis dilakukan dengan vaksinasi. Respon imun efektif yang diharapkan dari vaksinasi dikenal sebagai respon imun protektif, respon imun yang dapat mencegah penyakit infeksi. Respon imun protektif diperankan oleh imunoglobulin spesifik, walaupun tidak semua imunoglobulin yang terbentuk oleh vaksinasi atau bahkan infeksi alamiah sendiri dapat efektif mencegah infeksi alamiah berikutnya. Mikroba, terutama virus, mempunya kemampuan untuk menghindar dari sergapan respon imun tubuh. Mikroba tersebut dapat menonjolkan suatu struktur antigen yang menjadi target sel imun untuk membentuk antiibodi, tetapi antibodi tersebut tidak dapat melumpuhkan atau mencegah serangan mikroba pada molekul sasaran. Antibodi seperti ini disebut sebagai antibodi non-netralisiasi. Sebaliknya antibodi netralisasi secara efekif dapat mencegah serangan mikroba terhadap molekul atau sel sasaran. Respon imun terhadap vaksin paling efektif diperoleh dari stimulasi antigen hidup yang dapat merangsang respon imun yang mirip dengan pajanan infeksi alamiah tanpa harus mengalami gejala klinis dan komplikasi akibat infeksi tersebut. Vaksin harus memiliki sifat imunogenik kuat dengan sifat reaktogenik minimal dan dapat membentuk memori imunologi yang serupa dengan memori imunologi pada infeksi alamiah. Pengurangan sifat reaktogenik sudah tentu akan mengurangi imunogenesitas vaksin yang memperlemah kaskade respon imun. Pada keadaan seperti itu efektifitas antibodi terhadap vaksin menjadi kurang baik dan tidak terjadi pembentukan sel memori karena respon imun sebagian besar diperankan oleh sel B. Efektifiras vaksin tidak hanya diharapkan dari kemampuannya membentuk antibodi protektif dan sel memori, tetapi juga membentuk imunitas seluler protektif, yang dapat mencegah penyakit infeksi oleh serangan gelombang kedua mikroba intrasel (terutama oleh progeni virus). Virus dan bakteri intrasel yang lolos dari hadangan awal respon imun humoral akan membentuk progeni virus dan anakan bakteri yang kemudian akan keluar menginfeksi sel serta jaringan lain dan menimbulkan penyakit infeksi. Untuk mencegah proses infeksi seperti ini, yang biasanya secara klinis terlihat sebagai penyakit infeksi berat, diperlukan aktivitas respons imun selular yang efektif menghancurkan sel serta mikroba patogen yang terkandung di dalamnya.Aktivitas secara sinkron respons imun spesifik humoral dan selular membutuhkan antigen yang dapat merangsang seluruh komponen sistem imun dengan konsisten, terutama stimulasi non-spesifik innate immunity, suatu hal yang tidak mudah diperoleh dari vaksin. Pada tahap ini maka sudah tentu perly pemahaman yang baik tentang keseimbangan respon imun untuk membuat vaksin modern yang harus tetap bersifat imunogenik dengan reaktogenik minimmal. 2.3 Jenis VaksinSecara garis besar vaksin dapat dibagi menjadi dua kelompok jenis vaksin, yaitu vaksin dari mikroba hidup dilemahkan (vaksin hidup) dan vaksin mikroba yang diinaktivasi (vaksin inaktivasi). Vaksin hidup dibuat dengan memodifikasi virus atau bakteri patogen di laboratorium. Vaksin inaktivasi dapat berupa virus dan bakteri utuh (whole cell) atau fraksi patogen, atau gabungan keduanya. Vaksin fraksional dapat berbasis protein atau polisakarida. Vaksin berbasis protein dpat berupa toksoid (toksin bakteri inaktif), dan produk subunit atau subvirion. Vaksin berbasis polisakarida umumnya terbuat dari polisakarida murni dinding sel bakteri. Vaksin polisakarida dapat dikonjugasikan secara kimiawi dengan protein sehingga sifat antigenik vaksin polisakarida tersebut menjadi lebih poten. Vaksin hidup bersifat labil dan mudah rusak oleh paparan suhu panas dan cahaya menjadi tidak efektif. Karena itu vaksin hidup harus dibawa dan disimpan dengan cara yang aman dari penyebab kerusakan tersebut. Virus atau bakteri dalam vaksin hidup diharapkan dapat bereplikasi dalam tubuh penerima vaksin sehingga cukup diberikan dalam dosis relatif kecil. Contoh vaksin hidup misalnya adalah vaksin campak, gondongan, rubela, vaksinia, varisela, demam kuning, polio (oral), dan BCG.Vaksin inaktif tidak mengandung mikroba hidup, tidak bereplikasi, dan tidak berpotensi menimbulkan penyakit. Vaksin inaktif diberikan melalui suntikan, selalu dengan dosis multipel, dan umumnya tidak dipengaruhi oleh antibody sirkulasi. Vaksin inaktif juga memerlukan dosis penguatan karena antibodi yang terbentuk akan menurun seiring dengan perjalanan waktu. Respons imun yang terbentuk sebagian besar bersifat humoral dan hanya sedikit merangsang respons imunselular. Contoh vaksin inaktif selutuh misalnya vaksin influenza, rabies, hepatitis A, polio (suntikan), pertusis, kolera. Vaksin inaktif fraksional dan subunit misalnya vaksin hepatitis B, influenza, pertusis aselular, dan toksoid (difteri, tetanus).Selain kedua jenis vaksin tadi dikenal pula vaksin rekombinan yang dibentuk dengan rekayasa genetic. Contohnyaadalah vaksin hepatitis B rekombinan yang dibuat dengan insersi segmen DNA hepatitis B ke dalam gen selragi. Pada proses pertumbuhannya kelak sel ragi yang telah dimodifikasi ini akan menghasilkan antigen permukaan hepatitis B murni. Vaksin rekombinan lain misalnya vaksin tifoid Ty21a yang merupakan bakteri Salmonella typhi yang telah dimodifikasi secara genetik, dan vaksin influenza LAIV yang direkayasa untuk bereplikasi di mukosa nasofaring, bukan di paru.2.4 VaksinasiPada dasarnya vaksinasi bertujuan untuk membentuk imunitas protektif spesifik penerimavaksin.Vaksin yang efektif harus memperhatikan beberapa hal yang dapat mempengaruhi pembentukan imunitas protektif, misalnya keberadaan antibodi maternal saat vaksinasi, interval vaksin, dosis vaksin, jenis adjuvan, faktor genetik, usia, tingkat nutrisi, genetik, dan penyakit pada penerima vaksin, serta beberapa masalah teknik pemberian vaksin. Sebagian besar faktor yang memengaruhi keberhasilan vaksin sudah diteliti serta dilaporkan oleh produsen vaksin, dan laoran berupa brosur vaksin tersebut harus dibaca dan dipahami dengan baik pada setiap vaksinasi.Jadwal imunisasi harus memperhatikan interval pemberian vaksin, terutama untuk vaksin hidup. Mediator yang diproduksi oleh stimulasi vaksin dapat mengganggu efektivitas imunisasi, misalnya pelepasan IFN- akan menghambat replikasi virus vaksin hidup dalam sirkulasi. Beberapa mediator dan sitokin berinterferensi dengan sel imunokompeten dan mengurangi efektivitas perlindungan antibodi. Pada umumnya interval 4 minggu cukup untuk mengatasi interferensi mediator dan sitokin tersebut.Respons imun terhadap vaksin dipengaruhi kadar antibody sirkulasi. Antibodi protektif maternal dalam sirkulasi bayi dapat berinterferensi dengan antigen vaksin. Apabila antibodi maternal masih tinggi sebaiknya pemberian vaksin ditunda sampai usia tertentu, seperti pada vaksinasi campak di daerah endemis diberikan pada usia 9 bulan. Namun, pada daerah non-endemis titer antibody campak maternal hanya diperoleh dari imunisasi ibu dan tidak terjadi boostering alamiah. WHO mulai menganjurkan pemberian imunisasi campak untuk bayi ibu HIV (+) pada usia 6 bulan (Rekomendasi WHO 2013). Vaksin lain tetap dapat diberikan pada usia dini bila tidak terdapat antibodi maternal protektif (vaksin BCG) atau antbodi protektif tidak berinterferensi denganvaksin yang diberikan secara local (vaksin poliomyelitis oral).Vaksinasi ulangRespons imun primer terhadap vaksin sangat lemah bila dibandingkan dengan respons imun primer terhadap infeksi alamiah. Oleh karena itu, vaksinasi primer terutama untuk vaksin inaktif, memerlukan vaksinasi ulang untuk mencapai tingkat imunitas protektif. Respons terhadap dosis pertama vaksin inaktif lebih bersifat sebagai pembentukan respons imun awal (priming) yang menjadi dasar pembentukan imunitas protektif. Dosis berikutnya pada vaksinasi primer merupakan vaksinasi ulang yang membentuk tingkat antibody protektif. Vaksinasi ulang diberikan pada saat respons imun terhadap dosis pertama atau dosis sebelumnya pada vaksinasi primer mulai menurun, padaumumnya 4-6 minggu setelah dosis sebelumnya. Tergantung dari karakteristik antigen vaksinin aktif maka vaksin penguatan perlu diberikan satu atau beberapa kali untuk mencapai tingkat kekebalan protektif primer. Vaksin hidup umumnya diberikan satu kali sebagai vaksinasi primer dan tidak memerlukan vaksinasi ulang.Vaksinasi penguatan(booster vaccination)Sejalan dengan bertambahnya usia maka tingkat kekebalan protektif vaksin secara perlahan akan memudar sehingga harus diberi vaksin penguatan untuk menjaga tingkat respons imun protektif. Jadwal vaksinasi penguatan sangat bergantung dari karateristik antigen serta infeksi alamiah dalam lingkungan. Infeksi alamiah pada seseorang yang telah mendapat vaksinasi dengan capaian respons imun protektif umumnya bersifat subklinis dan member efek penguatan (boostering effects). Hampir semua vaksin memerlukan vaksinasi penguatan terutama bila penyak itinfeksi yang akan dicegah sudah jarang ditemukan.

2.5 Jadwal Imunisasi

Tabel 1. Jadwal Imunisasi 2014Jadwal imunisasi rekomendasi IDAI tahun 2014 merupakan pembaharuan jadwal rekomendasi tahun 2011. Pembaharuan dibuat berdasarkan hasil rapat Satuan Tugas Imunisasi IDAI pada tahun 2013, juga mengakomodasi Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no 42 tahun 2013 tentang penyelenggaraan imunisasi. Rancangan akhir telah disempurnakan dengan beberapa masukan dari para anggota Satgas Imunisasi.Dalam jadwal 2014, angka dalam kolom umur tabel 1 mencerminkan umur dalam bulan (atau tahun) mulai 0 hari sampai 29 hari (atau 11 bulan 29 hari untuk tahun). Sebagai contoh, DTP 1 dituliskan dalam kolom umur 2 bulan, yang berarti direkomendasikan untuk diberikan pada umur 2 bulan 0 hari sampai 2 bulan 29 hari.Hal Hal yang Diperbaharui pada Jadwal Imunisasi 20141. Hepatitis BJadwal penyuntikan vaksin hepatitis B1 tetap dianjurkan pada umur 10 ug/ml). Mengingat pola epidemologi di Thailand, maka dapat disimpulkan bahwa imunisasi ulang (booster) pada usia 5 tahun tidak diperlukan. Idealnya, pada usia 5 tahun ini dilakukan pemeriksaan kadar anti HBs. Apabila sampai dengan usia 5 tahun anak belum pernah memperoleh imunisasi hepatitis B, maka secepatnya diberikan imunisasi Hep B dengan jadwal 3 kali pemberian (catch-up vaccination) Ulangan imunisasi hepatitis B (HepB-4) dapat dipertimbangkan pada umur 10-12 tahun, apabila kadar pencegahan belum tercapai (ani Hbs Rp. 5.000.000Status pernikahan: Jumlah Anak1. 1 anak2. 2 anak3. 3 anak4. > 3 ank

KUESIONER Pengetahuan Responden

1. Apa saja program imunisasi dasar lengkap yang ibu ketahui? a. BCG b. DPT c. Polio& Hepatitis Bd. Campak e. Semua Benar 2. Penyakit apa yang dapat dicegah dengan imunisasi BCG? a. TBC (Tuberculosis) b. Polio c. Campak d. Hepatitis B e. Difteri, Batuk 100 hari (Batuk rejan), Tetanus 3. Penyakit apa yang dapat dicegah dengan imunisasi Hepatitis B? a. Difteri, Batuk rejan, Tetanus b. Hepatitis B c. TBC (Tuberculosis) d. Campak e. Polio

4. Penyakit apa yang dapat dicegah dengan imunisasi DPT? a. Difteri, Batuk rejan, Tetanus b. Hepatitis B c. Campak d. Polio e. TBC (Tuberculosis) 5. Siapa saja yang mendapatkan imunisasi dasar? a. Orang dewasa b. Bayi umur kurang dari 1 tahunc. Anak umur lebih dari 1 tahun 6. Dimanakah ibu bisa mendapatkan imunisasi? 1. Kantor Kelurahan 2. Posyandu/Puskesmas 3. Dukun

7. Apa saja bentuk imunisasi?1. Suntik2. Oral (tetes)3. Semua benar

8. Apakah saat anak sedang demam boleh diberikan imunisasi?1. Ya2. Tidak

Sikap Responden

9. Apakah ibu setuju dengan adanya program imunisasi dasar lengkap? a. Setuju b. Tidak setuju 10. Apakah ibu takut bila anak ibu diimunisasi? a. Takut b. Tidak takut 11. Menurut ibu perlukah imunisasi diberikan? a. Perlu b. Tidak perlu 12. Apakah ibu bersedia membantu petugas kesehatan untuk memberi informasi mengenai program imunisasi dasar lengkap? a. Ya b. Tidak

13. Apakah ibu akan tetap turut serta mengikuti program imunisasi dasar lengkap walaupun jarak ke Puskesmas/Posyandu jauh? a. Ya b. Tidak 14. Apakah ibu akan tetap memberikan imunisasi walaupun biaya imunisasi mahal?1. Ya2. Tidak

15. Imunisasi apa saja yang akan diberikan kepada anak ibu?1. Imunisasi dasar saja2. Imunisasi dasar dan lanjutan

16. Bagaimana sikap ibu terhadap vaksin baru?1. Memberikan kepada anak ibu2. Menunggu orang lain terlebih dahulu mencoba3. Konsultasi dengan dokter terlebih dahulu

Praktek Responden 17. Sudahkah anak ibu selesai diimunisasi dasar? a. Sudah b. Belum selesai

18. Pada umur berapa anak ibu mendapatkan imunisasi BCG? a. Saat bayi berumur 2 bulan b. Saat bayi berumur 1 bulan c. Saat bayi berumur 3 bulan d. Saat bayi berumur > 3 bulan e. Tidak mendapatkan imunisasi BCG 19. Pada umur berapa anak ibu mendapatkan imunisasi Campak? a. Saat bayi berumur 11 bulan b. Saat bayi berumur 10 bulan c. Saat bayi berumur 9 bulan d. Saat bayi berumur > 11 bulan e. Tidak mendapatkan imunisasi Campak 20. Apakah ibu pernah menyarankan ibu-ibu lain untuk mengikuti program imunisasi dasar lengkap? a. Pernah b. Tidak pernah 21. Dimana anak ibu mendapatkan imunisasi dasar? a. Puskesmas/Posyandu b. Rumah Sakit c. Bidan/Mantri d. Praktek dokter swasta e. Lain-lain 22. Kapan ibu memberikan imunisasi kepada anak ibu?1. sesuai dengan jadwal imunisasi2. tidak sesuai jadwal imunisasi

23. Apakah ibu pernah menyarankan ibu-ibu lain untuk mengikuti program imunisasi dasar lengkap? 1. Pernah 2. Tidak pernah

24. Apa saja imunisasi dasar yang sudah diberikan kepada anak ibu?1. Hepatitis B2. Polio3. BCG4. Campak5. DPT6. Hib7. Lengkap

BAB VRENCANA KEGIATAN5.1 Rencana KegiatanKegiatanMinggu ke

12345678910

Penyusunan proposal

Penyusunan instrumen

Persiapan lapangan

Uji coba instrumen

Pengumpulan data

Analisis data

Presentasi hasil penelitian

Penyusunan laporan

5.2Organisasi PenelitianKetua : Melissa Ronaldi Wakil Ketua : Michael MettafortunaSekretaris :Ricky Agung KurniawanBendahara : Suci Insani RamadhaniAnggota: Made Raditya MahardikaElisabeth Margaretha SinagaGeraldine Kenyo EstuworoGlesty Melinda UmbohLodewyk Kefas JoshoaUria PrasetyaSamuel EfraimCyntia Dasuki

5.3Rencana Biaya (Anggaran)I. Pengeluaran

1. Kuesioner

- Biaya CetakRp 1.000,-

- Fotocopy 100 kali @ Rp 200,-Rp 20.000,-

2. Publikasi

- Biaya CetakRp 1.000,-

- Fotocopy 100 kali @ Rp 200,-Rp 20.000,-

4. Biaya TransportasiRp 200.000,-

5. Biaya Cetak Proposal 10 kali @ Rp 25.000,-Rp 250.000,-

TOTALRp 497.000,-

16FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA