BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Mempelajari vaksinasi, dunia telah menapaki jalan yang panjang.
Sejak para ahli dalam bidang vaksinasi yaitu Edward Jenner, Louis
Pasteur, Emil von Behring dan Shibasaburo Kitasato, Johan Salk, dan
Albert Sabin, selama hampir tiga abad yaitu antara tahun 1689
sampai tahun 1950-an telah meletakkan dasar-dasar imunisasi yang
kita kenal saat ini. Sampai akhirnya kini telah dikenal secara luas
adanya vaksinasi sebagai alat yang efektif dan murah untuk
perbaikan kesehatan umat manusia. Anak-anak di semua negara secara
rutin telah mendapat imunisasi untuk mencegah penyakit berbahaya
sehingga imunisasi merupakan dasar kesehatan masyarakat. Namun,
disayangkan masih banyak negara berkembang yang masih belum dapat
mencapai Universal Child Immunization (UCI) karena cakupan
imunisasi yang rendah. Sebenarnya, apabila UCI dapat dicapai maka
kita dapat menyelamatkan tiga juta anak yang meninggal akibat
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi setiap tahun.Program
Pengembangan Program Imunisasi (PPI) merupakan program pemerintah
Indonesia dalam bidang imunisasi guna mencapai komitmen
internasional yaitu Universal Child Immunization (UCI) pada akhir
1982. UCI secara nasional dicapai pada tahun 1990, yaitu cakupan
DTP3, polio3 dan campak minimal 80% sebelum umur 1 tahun. Namun
akhir-akhir ini capaian tersebut menurun sehingga tahun 2012-2013
dilakukan strengthening immunization kembali untuk mencapai UCI
desa 80%. Sedangkan cakupan untuk DTP1, polio1 dan BCG minimal 90%.
Imunisasi yang termasuk dalam PPI adalah Hep. B, BCG, polio, DTP,
Hib dan campak.
1.2 Perumusan MasalahBerdasarkan penurunan target Universal
Child Immunization pada tahun 2012-2013 dikemukakan di latar
belakang memunculkan masalah bagaimana karakteristik dan perilaku
masyarakat terhadap imunisasi dasar di Puskesmas Pasar Rebo? 1.3
Tujuan PenelitianTujuan umum:Mengetahui gambaran masyarakat
terhadap imunisasi dasar di Puskesmas Pasar Rebo
Tujuan khusus: Mengetahui sikap masyarakat terhadap imunisasi
dasar di Puskesmas Pasar Rebo Mengetahui pengetahuan penderita
masyarakat terhadap imunisasi dasar di Puskesmas Pasar Rebo
Mengetahui praktek masyarakat terhadap imunisasi dasar di Puskesmas
Pasar Rebo
1.4 Keterbatasan Penelitian1. Ada pasien yang tertutup sehingga
sulit untuk dimintai keterangan2. Waktu penelitian yang
terbatas
1.5 Manfaat Penelitian1. Menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi
masyarakat khususnya di bidang pengetahuan vaksinasi 2. Hasil
penelitian dapat digunakan sebagai masukan dalam rangka
meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap vaksinasi 3. Berguna
bagi peneliti dalam belajar mengajar khususnya metode
penelitian
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi ImunisasiIstilah imunisasi dan vaksinasi sering
kali diartikan sama. Imunisasi pasif adalah suatu pemindahan atau
transfer antibodi secara pasif. Vaksinasi adalah imunisasi aktif
dengan pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang pembentukan
imunitas (antibodi) oleh sistem imun di dalam tubuh. Imunisasi
secara pasif dapat diperoleh dari pemberian 2 macam imunoglobulin,
yaitu imunoglobulin non spesifik atau gamma globulin dan
imuniglobulin spesifik yang berasal dari plasma donor yang pernah
sakit atau baru saja mendapatkan vaksinasi penyakit tertentu.
Imunoglobulin non spesifik digunakan pada anak dengan defisiensi
imunoglobulin sehingga memberikan perlindungan dengan segera dan
cepat. Namun, perlindungan tersebut tidak berlangsung permanen
melainkan untuk beberapa minggu saja. Sedangkan imunoglobulin
spesifik diberikan kepada anak yang belum terlindung karena belum
pernah mendapatkan vaksinasi, kemudian terserang penyakit misalnya
difteri, tetanus, hepatitis A & B.Vaksinasi merupakan suatu
tindakan yang dengan sengaja diberikan paparan antigen yang berasal
dari suatu patogen. Antigen yang diberikan telah dibuat demikian
rupa sehingga tidak menimbulkan sakit namun memproduksi antibodi
dan sel memori. Cara ini meniru infeksi alamiah dan tidak
menimbulkan sakit namun cukup memberikan kekebalan. Tujuan
memberikan infeksi ringan yang tidak berbahaya namun cukup untuk
menyiapkan respon imun sehingga apabila terjangkit penyakit yang
sesungguhnya dikemudian hari anak tidak menjadi sakit karena tubuh
dengan cepat membentuk antibodi dan mematikan antigen atau penyakit
yang masuk tersebut.2.2 Mekanisme Kerja VaksinPerlindungan terhadap
penyakit infeksi merupakan kekebalan atau imunitas yang dapat
diperoleh secara aktif maupun pasif. Imunitas aktif dibetuk oleh
sistem kekebalan tubuh sendiri, sedangkan imunitas pasif merupakan
produk hewan atau manusia yang diberikan pada seseorang. Imunitas
aktif bertahan dalam jangka panjang atau menetap sedangkan imunitas
pasif bersifat sementara yang akan berangsur hilang dalam waktu
beberapa minggu atau bulan. Bentuk imunitas pasif yang paling
penting adalah imunitas yang diperoleh bayi dari ibu. Transfer
antibodi maternal melalui plasenta berlangsung terutama pada masa
1-2 bulan terakhir kehamilan. Transfer antibodi bayi cukup bulan
praktis akan sama dengan antibodi ibu, yang akan melindungi bayi
dari infeksi tertentu beberapa lama (dapat sampai lebih dari 1
tahun)Imunitas aktif secara klinis dilakukan dengan vaksinasi.
Respon imun efektif yang diharapkan dari vaksinasi dikenal sebagai
respon imun protektif, respon imun yang dapat mencegah penyakit
infeksi. Respon imun protektif diperankan oleh imunoglobulin
spesifik, walaupun tidak semua imunoglobulin yang terbentuk oleh
vaksinasi atau bahkan infeksi alamiah sendiri dapat efektif
mencegah infeksi alamiah berikutnya. Mikroba, terutama virus,
mempunya kemampuan untuk menghindar dari sergapan respon imun
tubuh. Mikroba tersebut dapat menonjolkan suatu struktur antigen
yang menjadi target sel imun untuk membentuk antiibodi, tetapi
antibodi tersebut tidak dapat melumpuhkan atau mencegah serangan
mikroba pada molekul sasaran. Antibodi seperti ini disebut sebagai
antibodi non-netralisiasi. Sebaliknya antibodi netralisasi secara
efekif dapat mencegah serangan mikroba terhadap molekul atau sel
sasaran. Respon imun terhadap vaksin paling efektif diperoleh dari
stimulasi antigen hidup yang dapat merangsang respon imun yang
mirip dengan pajanan infeksi alamiah tanpa harus mengalami gejala
klinis dan komplikasi akibat infeksi tersebut. Vaksin harus
memiliki sifat imunogenik kuat dengan sifat reaktogenik minimal dan
dapat membentuk memori imunologi yang serupa dengan memori
imunologi pada infeksi alamiah. Pengurangan sifat reaktogenik sudah
tentu akan mengurangi imunogenesitas vaksin yang memperlemah
kaskade respon imun. Pada keadaan seperti itu efektifitas antibodi
terhadap vaksin menjadi kurang baik dan tidak terjadi pembentukan
sel memori karena respon imun sebagian besar diperankan oleh sel B.
Efektifiras vaksin tidak hanya diharapkan dari kemampuannya
membentuk antibodi protektif dan sel memori, tetapi juga membentuk
imunitas seluler protektif, yang dapat mencegah penyakit infeksi
oleh serangan gelombang kedua mikroba intrasel (terutama oleh
progeni virus). Virus dan bakteri intrasel yang lolos dari hadangan
awal respon imun humoral akan membentuk progeni virus dan anakan
bakteri yang kemudian akan keluar menginfeksi sel serta jaringan
lain dan menimbulkan penyakit infeksi. Untuk mencegah proses
infeksi seperti ini, yang biasanya secara klinis terlihat sebagai
penyakit infeksi berat, diperlukan aktivitas respons imun selular
yang efektif menghancurkan sel serta mikroba patogen yang
terkandung di dalamnya.Aktivitas secara sinkron respons imun
spesifik humoral dan selular membutuhkan antigen yang dapat
merangsang seluruh komponen sistem imun dengan konsisten, terutama
stimulasi non-spesifik innate immunity, suatu hal yang tidak mudah
diperoleh dari vaksin. Pada tahap ini maka sudah tentu perly
pemahaman yang baik tentang keseimbangan respon imun untuk membuat
vaksin modern yang harus tetap bersifat imunogenik dengan
reaktogenik minimmal. 2.3 Jenis VaksinSecara garis besar vaksin
dapat dibagi menjadi dua kelompok jenis vaksin, yaitu vaksin dari
mikroba hidup dilemahkan (vaksin hidup) dan vaksin mikroba yang
diinaktivasi (vaksin inaktivasi). Vaksin hidup dibuat dengan
memodifikasi virus atau bakteri patogen di laboratorium. Vaksin
inaktivasi dapat berupa virus dan bakteri utuh (whole cell) atau
fraksi patogen, atau gabungan keduanya. Vaksin fraksional dapat
berbasis protein atau polisakarida. Vaksin berbasis protein dpat
berupa toksoid (toksin bakteri inaktif), dan produk subunit atau
subvirion. Vaksin berbasis polisakarida umumnya terbuat dari
polisakarida murni dinding sel bakteri. Vaksin polisakarida dapat
dikonjugasikan secara kimiawi dengan protein sehingga sifat
antigenik vaksin polisakarida tersebut menjadi lebih poten. Vaksin
hidup bersifat labil dan mudah rusak oleh paparan suhu panas dan
cahaya menjadi tidak efektif. Karena itu vaksin hidup harus dibawa
dan disimpan dengan cara yang aman dari penyebab kerusakan
tersebut. Virus atau bakteri dalam vaksin hidup diharapkan dapat
bereplikasi dalam tubuh penerima vaksin sehingga cukup diberikan
dalam dosis relatif kecil. Contoh vaksin hidup misalnya adalah
vaksin campak, gondongan, rubela, vaksinia, varisela, demam kuning,
polio (oral), dan BCG.Vaksin inaktif tidak mengandung mikroba
hidup, tidak bereplikasi, dan tidak berpotensi menimbulkan
penyakit. Vaksin inaktif diberikan melalui suntikan, selalu dengan
dosis multipel, dan umumnya tidak dipengaruhi oleh antibody
sirkulasi. Vaksin inaktif juga memerlukan dosis penguatan karena
antibodi yang terbentuk akan menurun seiring dengan perjalanan
waktu. Respons imun yang terbentuk sebagian besar bersifat humoral
dan hanya sedikit merangsang respons imunselular. Contoh vaksin
inaktif selutuh misalnya vaksin influenza, rabies, hepatitis A,
polio (suntikan), pertusis, kolera. Vaksin inaktif fraksional dan
subunit misalnya vaksin hepatitis B, influenza, pertusis aselular,
dan toksoid (difteri, tetanus).Selain kedua jenis vaksin tadi
dikenal pula vaksin rekombinan yang dibentuk dengan rekayasa
genetic. Contohnyaadalah vaksin hepatitis B rekombinan yang dibuat
dengan insersi segmen DNA hepatitis B ke dalam gen selragi. Pada
proses pertumbuhannya kelak sel ragi yang telah dimodifikasi ini
akan menghasilkan antigen permukaan hepatitis B murni. Vaksin
rekombinan lain misalnya vaksin tifoid Ty21a yang merupakan bakteri
Salmonella typhi yang telah dimodifikasi secara genetik, dan vaksin
influenza LAIV yang direkayasa untuk bereplikasi di mukosa
nasofaring, bukan di paru.2.4 VaksinasiPada dasarnya vaksinasi
bertujuan untuk membentuk imunitas protektif spesifik
penerimavaksin.Vaksin yang efektif harus memperhatikan beberapa hal
yang dapat mempengaruhi pembentukan imunitas protektif, misalnya
keberadaan antibodi maternal saat vaksinasi, interval vaksin, dosis
vaksin, jenis adjuvan, faktor genetik, usia, tingkat nutrisi,
genetik, dan penyakit pada penerima vaksin, serta beberapa masalah
teknik pemberian vaksin. Sebagian besar faktor yang memengaruhi
keberhasilan vaksin sudah diteliti serta dilaporkan oleh produsen
vaksin, dan laoran berupa brosur vaksin tersebut harus dibaca dan
dipahami dengan baik pada setiap vaksinasi.Jadwal imunisasi harus
memperhatikan interval pemberian vaksin, terutama untuk vaksin
hidup. Mediator yang diproduksi oleh stimulasi vaksin dapat
mengganggu efektivitas imunisasi, misalnya pelepasan IFN- akan
menghambat replikasi virus vaksin hidup dalam sirkulasi. Beberapa
mediator dan sitokin berinterferensi dengan sel imunokompeten dan
mengurangi efektivitas perlindungan antibodi. Pada umumnya interval
4 minggu cukup untuk mengatasi interferensi mediator dan sitokin
tersebut.Respons imun terhadap vaksin dipengaruhi kadar antibody
sirkulasi. Antibodi protektif maternal dalam sirkulasi bayi dapat
berinterferensi dengan antigen vaksin. Apabila antibodi maternal
masih tinggi sebaiknya pemberian vaksin ditunda sampai usia
tertentu, seperti pada vaksinasi campak di daerah endemis diberikan
pada usia 9 bulan. Namun, pada daerah non-endemis titer antibody
campak maternal hanya diperoleh dari imunisasi ibu dan tidak
terjadi boostering alamiah. WHO mulai menganjurkan pemberian
imunisasi campak untuk bayi ibu HIV (+) pada usia 6 bulan
(Rekomendasi WHO 2013). Vaksin lain tetap dapat diberikan pada usia
dini bila tidak terdapat antibodi maternal protektif (vaksin BCG)
atau antbodi protektif tidak berinterferensi denganvaksin yang
diberikan secara local (vaksin poliomyelitis oral).Vaksinasi
ulangRespons imun primer terhadap vaksin sangat lemah bila
dibandingkan dengan respons imun primer terhadap infeksi alamiah.
Oleh karena itu, vaksinasi primer terutama untuk vaksin inaktif,
memerlukan vaksinasi ulang untuk mencapai tingkat imunitas
protektif. Respons terhadap dosis pertama vaksin inaktif lebih
bersifat sebagai pembentukan respons imun awal (priming) yang
menjadi dasar pembentukan imunitas protektif. Dosis berikutnya pada
vaksinasi primer merupakan vaksinasi ulang yang membentuk tingkat
antibody protektif. Vaksinasi ulang diberikan pada saat respons
imun terhadap dosis pertama atau dosis sebelumnya pada vaksinasi
primer mulai menurun, padaumumnya 4-6 minggu setelah dosis
sebelumnya. Tergantung dari karakteristik antigen vaksinin aktif
maka vaksin penguatan perlu diberikan satu atau beberapa kali untuk
mencapai tingkat kekebalan protektif primer. Vaksin hidup umumnya
diberikan satu kali sebagai vaksinasi primer dan tidak memerlukan
vaksinasi ulang.Vaksinasi penguatan(booster vaccination)Sejalan
dengan bertambahnya usia maka tingkat kekebalan protektif vaksin
secara perlahan akan memudar sehingga harus diberi vaksin penguatan
untuk menjaga tingkat respons imun protektif. Jadwal vaksinasi
penguatan sangat bergantung dari karateristik antigen serta infeksi
alamiah dalam lingkungan. Infeksi alamiah pada seseorang yang telah
mendapat vaksinasi dengan capaian respons imun protektif umumnya
bersifat subklinis dan member efek penguatan (boostering effects).
Hampir semua vaksin memerlukan vaksinasi penguatan terutama bila
penyak itinfeksi yang akan dicegah sudah jarang ditemukan.
2.5 Jadwal Imunisasi
Tabel 1. Jadwal Imunisasi 2014Jadwal imunisasi rekomendasi IDAI
tahun 2014 merupakan pembaharuan jadwal rekomendasi tahun 2011.
Pembaharuan dibuat berdasarkan hasil rapat Satuan Tugas Imunisasi
IDAI pada tahun 2013, juga mengakomodasi Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia no 42 tahun 2013 tentang
penyelenggaraan imunisasi. Rancangan akhir telah disempurnakan
dengan beberapa masukan dari para anggota Satgas Imunisasi.Dalam
jadwal 2014, angka dalam kolom umur tabel 1 mencerminkan umur dalam
bulan (atau tahun) mulai 0 hari sampai 29 hari (atau 11 bulan 29
hari untuk tahun). Sebagai contoh, DTP 1 dituliskan dalam kolom
umur 2 bulan, yang berarti direkomendasikan untuk diberikan pada
umur 2 bulan 0 hari sampai 2 bulan 29 hari.Hal Hal yang
Diperbaharui pada Jadwal Imunisasi 20141. Hepatitis BJadwal
penyuntikan vaksin hepatitis B1 tetap dianjurkan pada umur 10
ug/ml). Mengingat pola epidemologi di Thailand, maka dapat
disimpulkan bahwa imunisasi ulang (booster) pada usia 5 tahun tidak
diperlukan. Idealnya, pada usia 5 tahun ini dilakukan pemeriksaan
kadar anti HBs. Apabila sampai dengan usia 5 tahun anak belum
pernah memperoleh imunisasi hepatitis B, maka secepatnya diberikan
imunisasi Hep B dengan jadwal 3 kali pemberian (catch-up
vaccination) Ulangan imunisasi hepatitis B (HepB-4) dapat
dipertimbangkan pada umur 10-12 tahun, apabila kadar pencegahan
belum tercapai (ani Hbs Rp. 5.000.000Status pernikahan: Jumlah
Anak1. 1 anak2. 2 anak3. 3 anak4. > 3 ank
KUESIONER Pengetahuan Responden
1. Apa saja program imunisasi dasar lengkap yang ibu ketahui? a.
BCG b. DPT c. Polio& Hepatitis Bd. Campak e. Semua Benar 2.
Penyakit apa yang dapat dicegah dengan imunisasi BCG? a. TBC
(Tuberculosis) b. Polio c. Campak d. Hepatitis B e. Difteri, Batuk
100 hari (Batuk rejan), Tetanus 3. Penyakit apa yang dapat dicegah
dengan imunisasi Hepatitis B? a. Difteri, Batuk rejan, Tetanus b.
Hepatitis B c. TBC (Tuberculosis) d. Campak e. Polio
4. Penyakit apa yang dapat dicegah dengan imunisasi DPT? a.
Difteri, Batuk rejan, Tetanus b. Hepatitis B c. Campak d. Polio e.
TBC (Tuberculosis) 5. Siapa saja yang mendapatkan imunisasi dasar?
a. Orang dewasa b. Bayi umur kurang dari 1 tahunc. Anak umur lebih
dari 1 tahun 6. Dimanakah ibu bisa mendapatkan imunisasi? 1. Kantor
Kelurahan 2. Posyandu/Puskesmas 3. Dukun
7. Apa saja bentuk imunisasi?1. Suntik2. Oral (tetes)3. Semua
benar
8. Apakah saat anak sedang demam boleh diberikan imunisasi?1.
Ya2. Tidak
Sikap Responden
9. Apakah ibu setuju dengan adanya program imunisasi dasar
lengkap? a. Setuju b. Tidak setuju 10. Apakah ibu takut bila anak
ibu diimunisasi? a. Takut b. Tidak takut 11. Menurut ibu perlukah
imunisasi diberikan? a. Perlu b. Tidak perlu 12. Apakah ibu
bersedia membantu petugas kesehatan untuk memberi informasi
mengenai program imunisasi dasar lengkap? a. Ya b. Tidak
13. Apakah ibu akan tetap turut serta mengikuti program
imunisasi dasar lengkap walaupun jarak ke Puskesmas/Posyandu jauh?
a. Ya b. Tidak 14. Apakah ibu akan tetap memberikan imunisasi
walaupun biaya imunisasi mahal?1. Ya2. Tidak
15. Imunisasi apa saja yang akan diberikan kepada anak ibu?1.
Imunisasi dasar saja2. Imunisasi dasar dan lanjutan
16. Bagaimana sikap ibu terhadap vaksin baru?1. Memberikan
kepada anak ibu2. Menunggu orang lain terlebih dahulu mencoba3.
Konsultasi dengan dokter terlebih dahulu
Praktek Responden 17. Sudahkah anak ibu selesai diimunisasi
dasar? a. Sudah b. Belum selesai
18. Pada umur berapa anak ibu mendapatkan imunisasi BCG? a. Saat
bayi berumur 2 bulan b. Saat bayi berumur 1 bulan c. Saat bayi
berumur 3 bulan d. Saat bayi berumur > 3 bulan e. Tidak
mendapatkan imunisasi BCG 19. Pada umur berapa anak ibu mendapatkan
imunisasi Campak? a. Saat bayi berumur 11 bulan b. Saat bayi
berumur 10 bulan c. Saat bayi berumur 9 bulan d. Saat bayi berumur
> 11 bulan e. Tidak mendapatkan imunisasi Campak 20. Apakah ibu
pernah menyarankan ibu-ibu lain untuk mengikuti program imunisasi
dasar lengkap? a. Pernah b. Tidak pernah 21. Dimana anak ibu
mendapatkan imunisasi dasar? a. Puskesmas/Posyandu b. Rumah Sakit
c. Bidan/Mantri d. Praktek dokter swasta e. Lain-lain 22. Kapan ibu
memberikan imunisasi kepada anak ibu?1. sesuai dengan jadwal
imunisasi2. tidak sesuai jadwal imunisasi
23. Apakah ibu pernah menyarankan ibu-ibu lain untuk mengikuti
program imunisasi dasar lengkap? 1. Pernah 2. Tidak pernah
24. Apa saja imunisasi dasar yang sudah diberikan kepada anak
ibu?1. Hepatitis B2. Polio3. BCG4. Campak5. DPT6. Hib7. Lengkap
BAB VRENCANA KEGIATAN5.1 Rencana KegiatanKegiatanMinggu ke
12345678910
Penyusunan proposal
Penyusunan instrumen
Persiapan lapangan
Uji coba instrumen
Pengumpulan data
Analisis data
Presentasi hasil penelitian
Penyusunan laporan
5.2Organisasi PenelitianKetua : Melissa Ronaldi Wakil Ketua :
Michael MettafortunaSekretaris :Ricky Agung KurniawanBendahara :
Suci Insani RamadhaniAnggota: Made Raditya MahardikaElisabeth
Margaretha SinagaGeraldine Kenyo EstuworoGlesty Melinda
UmbohLodewyk Kefas JoshoaUria PrasetyaSamuel EfraimCyntia
Dasuki
5.3Rencana Biaya (Anggaran)I. Pengeluaran
1. Kuesioner
- Biaya CetakRp 1.000,-
- Fotocopy 100 kali @ Rp 200,-Rp 20.000,-
2. Publikasi
- Biaya CetakRp 1.000,-
- Fotocopy 100 kali @ Rp 200,-Rp 20.000,-
4. Biaya TransportasiRp 200.000,-
5. Biaya Cetak Proposal 10 kali @ Rp 25.000,-Rp 250.000,-
TOTALRp 497.000,-
16FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA